You are on page 1of 24

CASE BASE DISCUSSION (CBD)

TONSILOFARINGITIS KRONIK






DISUSUN OLEH :

FARKHANA DWI ARIYANI
01.209.5906
FK UNISSULA








KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT
RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG
2013

LEMBAR PENGESAHAN
CASE BASE DISCUSSION (CBD)
TONSILOFARINGITIS KRONIK
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang

Oleh :


FARKHANA DWI ARIYANI
01.209.5906


Magelang, Juli 2013
Telah dibimbing dan disahkan oleh,


Pembimbing,



(Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT )








KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat
dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Mayor CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT
2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan
laporan ini.


Magelang, Juli 2013


Penulis













DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.............................................................................................................. 1
Kata Pengantar...................................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................... ........... 3
BAB I Pendahuluan............................................................................................................... 4
BAB II Status Pasien............................................................................................................. 5
BAB III Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 12
BAB IV Pembahasan............................................................................................................ 26
Daftar Pustaka............................................................................................. 28



















BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi radang tenggorokan merupakan masalah yang sangat lazim, sehingga tiap
dokter harus siap menangani kasus tersebut. Kunci menuju pengobatan yang tepat adalah
pengambilan kelenjar limfe pada daerah orofaring.
Peradangan pada daerah tenggorokan secara klinis disebut sebagai tonsilitis. tonsil adalah
massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di
dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu : Tonsil faringal (adenoid), Tonsil palatine
Tonsil lingual membentuk cincing Waldeyer.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik,
dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi
kuman golongan gram negatif.
.
















BAB II
STATUS PASIEN
II.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Wates
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
II.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : sakit pada tenggorokan
Keluhan tambahan : rasa mengganjal saat makan, nafas berbau
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45. Pasien
mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir
pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya
pasien sudah pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit.
Kadang pasien merasakan nafas berbau
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ISPA : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat tonsillitis : pasien mengakui memiliki amandel kecil sejak
lama, namun pasien membiarkan dan tidak melakukan pengobatan
Riwayat sakit gigi : disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah diobati ke dokter 2x tetapi keluhan yang dirasakan berkurang
namun timbul kembali
Riwayat Penyakit Keluarga:
Dikeluarga tidak ada yang seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup


II.3. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif
Sikap : Kooperatif
Status gizi : Baik

Status lokalis (THT)
Kepala & leher :
Kepala : mesocephale
Wajah : simetris
Leher : pembesaran kelj.limfe (-)

TELINGA
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Auricula
Bentuk normal
nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-)
Bentuk normal
nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-)
Pre auricular
Bengkak (-)
nyeri tekan (-)
fistula (-)
Bengkak (-)
nyeri tekan (-)
fistula (-)
Retro auricular
Bengkak (-)
Nyeri tekan (-)
Bengkak (-)
Nyeri tekan (-)
Mastoid
Bengkak (-)
Nyeri tekan (-)
Bengkak (-),
Nyeri tekan (-)
CAE
Serumen (+)
hiperemis (-)
Sekret (-)
Serumen (+)
hiperemis (-)
Sekret (-)
Membran
timpani
Intak
putih mengkilat
refleks cahaya (+)
Intak
putih mengkilat
refleks cahaya (+)


HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
Luar: Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri
Sekret (-) (-)
Mukosa hiperemis (-)
edema (-)
basah (-)
pucat (-)
hiperemis (-)
edema (-)
basah (-)
pucat (-)
Konka Media hipertrofi (-)
hiperemis (-)
hipertrofi (-)
hiperemis (-)
Konka Inferior hipertrofi (-)
hiperemis (-)
hipertrofi (-)
hiperemis (-)
Tumor (-) (-)
Septum Deviasi (-)
Massa (-) (-)

TENGGOROKAN
Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T
3
T
3
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Kripte Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (+) (+)
Faring Mukosa hiperemis (+), dinding rata, granular (-)

II.4. RINGKASAN
o Anamnesis
o Sakit pada tenggorokan (+)
o Disfagia (+)
o Nafas berbau (+)
o Rasa mengganjal di tenggorokan
o Pemeriksaan Fisik
o Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3,
permukaan tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)

II.5. USULAN PEMERIKSAAN
Darah Lengkap
Parameter Hasil Nilai rujukan
WBC (10
3
/mm
3
) 19.9 4.0-10.0
RBC (10
6
/mm
3
) 5.37 3.50 5.50
HGB (gr/dl) 15.3 11.0 15.0
HCT (%) 47.4 36.8 48.0
PLT (10
3
/mm
3
) 449 158 - 458
PCT (%) 0.32 0.18 - 0.28
MCV (m
3
) 79.4 80.0 99.0
MCH (pg) 25.5 26.0 32.0
MCHC (gr/dl) 32.2 32.0 36.0
RDW (%) 11.4 11.5 14.5
MPV ( m
3
) 11.7 7.4 10.4
PDW (%) 15.8 10.0 14.0
% Lym 8.5 20.0 40.0
% Mon 5.4 1.0 15.0
% Gran 86,1 50.0 70.0
# Lym 1.7 0.6 - 4.1
# Mon 1.1 0.1 1.8
# Gran 17,1 2.8 7.0

GDS
Ureum/Creatinin
SGPT/SGOT
CT/BT
Kultur bakteri dan sensitifitas test
Foto thorax
Foto craniolateral ratio adenoid


II.6. DIAGNOSIS BANDING
Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut
Tonsilitis kronik eksaserbasi akut
Faringitis kronik eksaserbasi akut
II.7. DIAGNOSIS SEMENTARA
Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut
II.8. USULAN TERAPI:
Medikamentosa
o Infus RL 20 tpm
o Inj. Amoxilin 3x330 mg
o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)
o Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)
Operatif
o Tonsilektomi

II.9. EDUKASI
Tirah baring
Diet lunak, minum yang banyak
Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)


II.10. PROGNOSA:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionales : dubia ad bonam

II.11. FOLLOW UP
Tanggal 24-7-2013
S : sakit tenggorokan (+), rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 120/80 mmHg, N 76x/min, S 36
o
C, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hipeemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T3/T3, detritus +, kripte melebar +
A : Tonsilitis kronik pre tonsilektomi
P : Infus RL 20 tpm
Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)
Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)



Tanggal 25-7-2013
S : rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 110/80 mmHg, N 80 x/min, S 36,5
o
C, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T0/T0, detritus -, kripte melebar -
A : Tonsilitis kronik post tonsilektomi
P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin 31/7/2013





















BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 ANATOMI
III.1.1 FARING
Faring adalah suatu kantung fibromuskular yang berbentuk seperti corong
dibagian atas dan sempit dibagian bawah, dari dasar tengkorak menyambung ke esofagus
setinggi S-6. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar): selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot, sebagian besar bukofaringeal.
Batas-batas faring :
6
O Atas : rongga hidung melalui koana
O Bawah : esofagus melalui aditus laring
O Depan : rongga mulut melalui ismus orofaring
O Belakang : vertebra servikalis
Secara histologis faring terdiri dari :
- Mukosa
- Nasofaring : mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang mengandung sel goblet
- Orofaring & laringofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia
- Palut lendir (Mukous blanket) :
Daerah nasofaring dilalui udara respirasi yang temperaturnya berbeda-
beda (bagian atas nasofaring ditutupi oleh palut lender yang terletak di atas silia
dan bergerak kea rah belakang. Berfungsi menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara yang diisap, dan sebagai proteksi (enzim lyzozyme).
- Muskularis : sirkular (melingkar) & longitudinal (memanjang)
OTOT-OTOT
a.Otot sirkular faring (terletak di sebelah luar). Terdiri dari :
m. konstriktor faring superior
m. konstriktor faring media
m. konstriktor faring inferior
Berfungsi untuk mengecilkan lumen faring. Dipersyarafi oleh n.vagus (n.x). Pada
bagian belakang bertemu jaringan ikat: rafe faring (raphe pharyngis).

b. Otot Longitudinal (terletak di sebelah dalam). Terdiri dari :
M. Stilofaring
untuk melebarkan faring dan menarik laring
dipersyarafi oleh n.glossofaring (n.ix)
M. Palatofaring sebagai otot elevator penting waktu menelan
mempertemukan istmus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan
laring (n.vagus)/n.x
Otot Palatum Mole:
1. m. levator veli palatine: sebagian besar palatum mole mempersempit
isthmus faring dan memperlebar ostium tuba eustachius, n.x
2. m. tensor veli palatine: membentuk tenda palatum mole dan mengencangkan
bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius, n.x
3. m.palatoglossus: membentuk arcus anterior faring dan mempersempit isthmus
faring,n.x
4. m. palatofaring: bentuk arkus posterior faring,n.x
5. m.origo-origo orofaring: memperpendek dan menaikkan uvula ke atas, n.x

Vaskularisasi
- Cabang a. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial)
- Cabang a.maksila interna (cabang palatine superior)
Inervasi
- Persarafan motorik dan sensorik berasal dari pleksus faring yang dibentuk
oleh: cabang faring dari n.vagus (n.x), cabang n,glosofaring (n.ix), serabut
simpatis
Sistem limfatik
Superior : mengalir ke KGB retrofaring dan KGB servikal dalam atas
Media : mengalir ke KGB jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas
Inferior : mengalir ke KGB servikal dalam bawah
PEMBAGIAN FARING
1.Nasofaring :
Batas atas : sinus sphenoid
Batas bawah : palatum mole
Batas depan : rongga hidung
Batas belakang : vertebra servikal I
Bangunan penting yang terdapat didalamnya adalah :
Adenoid
Fossa Rosenmuler
Kantong Rathke
Torus tubarius
Koana
Foramen jugulare
Bagian petrosus os temporalis
Foramen laserum
Muara tuba eustachius
2.Orofaring :
Batas atas : palatum mole
Batas bawah : tepi atas epiglotis
Batas depan : rongga mulut
Batas belakang : vertebra cervical
Struktur yang terdapat dalam orofaring adalah :
Dinding posterior faring
Tonsil palatina
Fosa tonsil
Fossa Tonsil
- dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior
- batas lateral: m. konstriktor faring superior
- batas atas: kutub atas (upper pole) terdapat fosa supratonsil
Uvula
Tonsil lingual
Foramen sekum
3. Laringofaring (hipofaring)
Superior: tepi atas epiglottis
o Anterior: laring
o Inferior: bagian anterior: cartilage krikoidea dan bagian posterior: porta
esophagus
o Posterior: vertebra servikalis IV-VI
- Struktur:
Epiglottis
Valekula (2 buah cekungan yang dibentuk oleh lig.glosoepiglotika medial dan
lateral)
Sinus piriformis (bagian lateral laringofaring dan di bawah dasarnya berjalan
n.laring superior dan a.carotis)
III.2. TONSIL


tonsil adalah massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1. Tonsil faringal (adenoid)
2. Tonsil palatine membentuk cincing Waldeyer
3. Tonsil lingual
Permukaan tonsil palatine (tonsil) bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah
disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa. Di dalam kriptus
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan disebut dengan
detritus. Permukaan lateral melekat pada fasia faring kapsul tonsil .

- Vaskularisasi diperoleh dari:
a. a. palatina minor
b. a.palatina asendens
c. cabang tonsil a.maksila eksterna
d. a.faring ascendens
e. a.lingualis dorsal
- a.maksilaris eksterna (a.fasialis): a.tonsilaris dan a.palatina ascenden
- a.maksilaris interna: a. palatine descendes
- a.lingualis: a.lingualis dorsal
- a.pharyngeal ascendes

Tonsil Lingua terletak di dasar lidah dibagi menjadi 2 oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di anterior massa foramen sekum pada apeks sudut
yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

bawah: dorsal: a.palatina ascendens
anterior: a.lingualis dorsal
atas: a.faringeal ascendens dan a.palatina descenden
III.2 DEFINISI
Peradangan pada tonsil palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer (terdiri atas
susunan kelenjar limfe yang terdapat dalam rongga mulut, yaitu :
Tonsil faringeal (adenoid)
Tonsil palatina (tonsil faucial)
Tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)
Tonsil tuba eustachius
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets) tangan dan ciuman. Dapat terjadi
pada semua umur terutama pada anak-anak
III.3 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Pembagian tonsilitis dibagi menjadi 3, yaitu :
Tonsilitis akut
Tonsilitis akut dibagi menjadi dua, yaitu tonsilitis viral penyebabnya adalah
EBV, Hemofillus influenzae, dan virus Coxschakie dan tonsilitis bakterial
penyebabnya adalah streptokokus beta hemolyticus, pneumokokus,
streptokokus viridan.
Tonsilitis Membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah tonsilitis
difteri penyebabnya adalah Corynebacterium diptheriae, tonsilitis septic, angina
plaut vincent dan penyakit kelainan darah seperti leukimia akut, angina
agranulositosis, dan infeksi mononukleosis.
Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
III.4 PATOLOGI
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
III.5 PATOFISIOLOGI

Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok, makanan
tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang
tidak adekuat)
Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
Jaringan limfoid akan menjadi jaringan parut
Kripti melebar
Kripti diisi oleh detritus
Menembus kapsul tonsil
Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran kelenjar
submandibula
Reaksi Inflamasi pada Tonsil dan ada karies gigi
III.5 GEJALA DAN TANDA
Beberapa gejala dan tanda tonsilitis kronik :
Rasa mengganjal di tenggorok, kering
tonsil membesar
permukaan tidak rata
kriptus melebar berisi detritus
nafas berbau
III.6 DIAGNOSIS
o Anamnesis pasien merasakan rasa sakit pada tenggorokan, kering, rasa mengganjal
saat makan dan nafas berbau
o Pemeriksaan Fisik saat inspeksi tampak tonsil membesar ditandai dengan adanya
hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tidak rata, kriptus melebar tampak
mengalami stenosis tapi eksudat yang seringkali purulen, atau kadang tampak satu
atau dua kripta membesar seperti gambaran bahan keju atau seperti dempul berisi
detritus
o Pemeriksaan Penunjang :
Darah rutin
Kultur bakteri dan sensifitas test


III.7 DIAGNOSIS BANDING
Tonsilitis kronik
Tonsilitis sepsis
Tonsilitis bakteri
III.8 PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Tirah baring
Diet lunak, minum yang banyak
Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)
Medikamentosa
Antibiotik Cefadroxil 3 x 500 mg
Anti inflamasi Dexamethasone 2 x 0,5 mg dewasa atau 0,08-0,3 anak-anak
Analgetik Antalgin 3x500 mg
Antipiretik Paracetamol 3x500 mg
Terapi Operatif :
Tonsilektomi operasi pengangkatan seluruh tonsila palatina
Adenotonsilektomi pengangkatan tonsila palatina dan jaringan limfoid di
nasofaring yang dikenal sebagai adenoid

Indikasi Tonsilektomi
1. Indikasi Absolut
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,
disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi
cardiopulmonal
Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pemberian pengobatan
medis dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsilitis yang akan dilakukan biopsi untuk px. PA
2. Indikasi Relatif
Terjadi 3x atau lebih infeksi tonsil pertahun meskipun diberikan obat
yang adekuat
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap
pengobatan medik
Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptococcus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik, kuman resisten terhadap
beta-laktamase.
III.9 KOMPLIKASI
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perikontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, furunkulosis.























BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45 WIB.
Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir
pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya pasien sudah
pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit. Kadang pasien
merasakan nafas berbau Riwayat penyakit dahulu sebelumnya tidak pernah seperti ini riwayat
infeksi tenggorokan (+), HT, DM, dan penyakit kelainan darah (-). Riwayat pengobatan
pernah diobati ke dokter tapi belum sembuh juga. Riwayat Penyakit Keluarga dikeluarga
tidak ada yang seperti ini
Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3, permukaan
tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)
Maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat diambil diagnosis
sementara yaitu epistaksis anterior. Mekanisme epistaksis dari pasien adalah :
Infeksi tenggorokan berulang

Tonsilitis kronik
Pasien diberikan terapi berupa :
Medikamentosa
o Infus RL 20 tpm
Mengandung Na, K, Ca, Cl, Basa. Diindikasikan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg).
Mengandung penicilin. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya pada
faringitis akut, tonsilitis bakteri dengan dosis 3x500 mg atau eritromycin
dengan dosis 4x500 mg
o Analgetik (Asam Mefenamat 3x250 mg)
Mengandung Asam mefenamat . Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x500 mg
o Anti Inflamasi (Dexamethason 2 x 0,5 mg)
Mengandung kortikosteroid. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x 0,5 mg atau 8-16 mg IM pada dewasa,
0,08-0,3 mg/kgBB

Terapi Operatif
o Tonsilektomi























Daftar Pustaka
1. Soepardi, EA et al. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Uniersitas Indonesia. Jakarta
2. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
3. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
http://www.cjmed.net/html/2006712_43.html?PHPSESSID=28d51ad055ae04f2529d1
241b27c0187 Cheng Fang Ming. 2006. Efficacy of three therapeutic methods for
peritonsillar abscess. Journal of Chinese Clinical Medicine;2006,7;Vol.1,No.2.
4. Adams et al. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
5. http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/abses-peritonsiler.html
6. Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

You might also like