You are on page 1of 22

2

Van Ophuysen pada 1901 menjadi Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi pada tahun
1947 hingga menghasilkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada tahun
1972 yang mana dipergunakan hingga saat ini oleh seluruh masyrakat Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Oleh karena itu ejaan perlu dipahami dan
dibahas untuk menegetahui bagaimana sebenarnya ejaan yang disempurnakan itu,
untuk diketahui dan diaplikasikan kedalam penulisan berbagai karya tulis. Seperti
karya tulis mahasiswa yang merupakan suatu hal yang wajib. Oleh karena itu setiap
mahasiswa dari setiap disiplin ilmu harus mengetahui Ejaan Bahasa Indonesia, agar
dapat mengaplikasikannya dalam karya tulis. Untuk itu bahasan mengenai Ejaan
Bahasa Indonesia dibahas secara emndalam mulai dari huruf (pemakaian dan
penulisannya), pemakaian kata, tanda baca dan unsure serapan Bahasa Indonesia.
1. EJAAN BAHASA INDONESIA
a. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad. Aspek
morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek
sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo Sri, 2009). Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan
menuliskan kata-kata dengan huruf. Misalnya kata huruf dahulu adalah hoeroef.
Kata itu telah diatur dengan ejaan yang sesuai dan sekarang yang dipergunakan
adalah huruf.
Dalam ensiklopedia Indonesia jilid 2 juga dijelaskan, ejaan adalah cara yang
digunakan untuk menuliskan kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah cara
3

menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda-tanda baca. Berbicara soal ejaan tidak hanya berbicara
tentang melambangkan bunyi-bunyi, menempatkan tanda baca dan sebagainya tetapi
juga memperhatikan penggabungan kata. Baik itu imbuhan dengan kata atau kata
dengan kata depan.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, serta
mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram). Dengan
demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk menyatakan
bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap
fonem dengan satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang
diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam
ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013).
b. Sejarah Sistem Ejaan Bahasa Indonesia
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang
pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Sebagaimana yang telah umum diketahui, Ejaan van Ophuysen sesuai dengan
namanya diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen, seorang berkebangsaan Belanda.
Ejaan ini mulai diberlakukan sejak 1901 hingga munculnya Ejaan Soewandi. Ejaan
van Ophuysen ini merupakan ejaan yang pertama kali berlaku dalam bahasa
Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu. Dan ini menjadi dasar dan
asal terbentuknya Bahasa Indonesia.
4

Sebelum ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendiri-sendiri
di dalam menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat dipahami jika
tulisan mereka cukup bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka itu sering sulit
dipahami. Kenyataan itu terjadi karena belum ada ejaan yang dapat dipakai sebagai
pedoman dalam penulisan. Dengan demikian, ditetapkannya Ejaan van Ophuyson
merupakan hal yang sangat bermanfaat pada masa itu.
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan
menjadi negara yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi
karena tidak puas dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai
pada tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret tahun itu juga diresmikan oleh Mr.
Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Ejaan
baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal juga dengan nama Ejaan Soewandi.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari
dirasakan bahwa Ejaan Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu,
dibentuklah tim untuk menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu
selesai dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16
Agustus 1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Hingga sekarang EYD menjadi dasar dan kaidah Bahasa Indonesia terutama
dalam penulisan. Semua kalangan menggunakan EYD sebagai ejaan yang benar
dalam setiap tulisan ataupun karya tulis. Dan sering kita lihat kalau setiap syarat suatu
karya tulis adalah sesuai dengan EYD. Berikut tabel dibawah adalah perbedaan ketiga
ejaan diatas dalam aspek penghurufan.
Van Ophuysen
1901
Suwandi
1947
EYD
1972
J J y
Dj Dj j
5

Nj Nj ny
Sj sj sy
Tj tj c
Ch ch kh
Z Z z
F - f
- - v
Oe U u
Ee E E

2. PEMAKAIAN HURUF
a. Abjad
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai
berikut:
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A A A G G Ge M M Em
B B Be H H Ha N N En
C C Ce I I I O O O
D D De J J Je P P Pe
E E E K K Ka Q Q Ki
F F Ef L I El R R Er
S S Es V V Ve Y Y Ye
T T Re W W We Z Z Zet
U U U X X Eks

6

EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem
tertentu.ke-26 huruf ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan
konsonan.
Vokal
Huruf Contoh pemakaian dan letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
A Apa pada Lupa
I Itu pintu Tetapi
U Uang buka Ragu
e(e) Enak teras Sore
e(e) Emas kera Tipe
O Oleh kota Toko

Konsonan
Huruf Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
B Baru kabut sebab
C Cacat kancil -
D Duri kuda maksud
F Factor tafsir positif
G Ganjil juga gudeg
H Harap tahu gajah
J Jalan kejar mikraj
K Kami takut Baik
Kh Khusus akhir tarikh
L Lama alam mual
7

M Mari aman kelam
N Nakal anak makan
Ng Ngilu angin sedang
Ny Nyata banyak -
P Pagi Apa Tetap
Q Quran furqa -
R Rata harus Liar
S Sayang kasih Luas
Sy Syarat masyarakat -
T Tujuh data rapat
V Varita lava -
W Wakil jawab -
X Xenon - -
Y Yang daya -
Z Zeni lazim Juz

b. Diftong
Huruf Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal Di tengah Di akhir
Ai Ain syaitan pantai
Au Aula saudara harimau
Oi Oikumene boikot Amboi

c. Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa indonesia
seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang
8

Disempurnakan sebagai berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai
oleh sebuah vocal.vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.
Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1. Kalau di tengah kata ada dua vocal yang berurutan,pemisahan tersebut
dilakukan diantara kedua vocal itu.contoh: ma-af,bu-ah,ri-ang
2. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vocal,pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.contoh: a-nak,a-pa,a-gar.oleh karena
ng,sy,ny dan kh melambangkan satu konsonan,pemisahan suku kata terdapat sebelum
atau sesudah pasangan huruf itu.contoh : sa-ngat,nyo-nya,isya-rat
3. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan
terdapat diantara kedua konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas
4. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut
diantara konsonan yang pertama (termasuk ng)dengan konsonan kedua.contoh:in-
stru-men,bang-krut,ul-tra.
Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel
yang biasanya di tulis serangkai dengan kata dasarnya dalam persukuan kata
dipisahkan sebagai satu kesatuan .contoh:ma-ka-nan,me-ne-mui,bel-ajar,per-gi-
lah,dan wa-lau-pun.
d. Nama Diri
Penulisan nama-nama sungai,gunung,jalan,kota,dan sebagainya disesuaikan
dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Misalnya: Kali Brantas, Danau Singkarak, Jalan Diponegoro, dan Sungai Citarum
Nama orang badan hukum,dan nama diri diri lain yang sudah lazim
disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan
khusus.
Misalnya: Universitas Negeri Medan, Institut Teknologi Bandung, S.Soebardi.
3. PENULISAN HURUF
9

Penulisan huruf dalam ejaan menyangkut dua hal, yaitu pemakaian huruf
kapital atau huruf besar dan pemakaian huruf miring.
a. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada hal-hal berikut.
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
dan petikan langsung. Misalnya:
Anak saya sedang bermain di halaman.
Pimpinan kami berkata, Masalah ini memang sangat kompleks.
2. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab,
Quran, Weda, I slam, Kristen
3. Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang
beserta unsur nama jabatan dan pangkat.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Raden Ajeng Kartini, Nabi Ibrahim, Presiden Megawati,
J enderal Sutjipto, Haji Agus Salim
4. Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun,
bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah, serta nama-nama geografi.
Misalnya:
Hariyati Wijaya, suku J awa
5. Unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
dokumen resmi, serta nama buku, majalah, dan surat kabar.
Contoh:
Republik I ndonesia
Direktorat J enderal Kebudayaan
10

6. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan
yang dipakai sebagai sapaan. Contoh:
S.S. (sarjana sastra)
Prof. (profesor)
Ny. (nyonya)
Di samping yang telah disebutkan di atas, huruf kapital juga digunakan
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Sehubungan dengan penulisan karya tulis, judul karya tulis, baik yang
berupa laporan, makalah, skripsi, disertasi, kertas kerja, maupun jenis karya tulis
yang lain, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Selain itu, huruf kapital seluruhnya
juga digunakan dalam penulisan hal-hal berikut:
(1) judul kata pengantar atau prakata;
(2) judul daftar isi;
(3) judul grafik, tabel, bagan, peta, gambar, berikut judul daftarnya masing-
masing;
(4) judul daftar pustaka;
(5) judul lampiran.
Dalam hubungan itu, judul-judul subbab atau bagian bab huruf pertama setiap
unsurnya juga ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang berupa kata depan dan
partikel seperti, dengan, dan, di, untuk, pada, kepada, yang, dalam, dan sebagai.
b. Huruf Miring
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan
tangan/ketikan) digunakan untuk
Menandai judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang dipakai dalam
kalimat.
11

Contoh:
Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Alisjabana dalam bukunya yang
berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
(1) Tulisannya pernah dimuat dalam majalah Kartini.
(2) Harian Kompas termasuk salah satu surat kabar yang terkemuka di
Indonesia.
Berbeda dengan itu, judul artikel, judul syair, judul karangan dalam sebuah
buku (bunga rampai), dan judul karangan atau naskah yang belum diterbitkan,
penulisannya tidak menggunakan huruf miring, tetapi menggunakan tanda petik
sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain, penulisan judul-judul itu diapit dengat
tanda petik.
Contoh:
1. Tulisan Sapardi Djoko Damono yang berjudul Bahasa Indonesia dalam
Bacaan Anak-Anak pernah dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
2. Sajak Aku dikarang oleh Chairil Anwar.
Huruf miring digunakan pula untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
1. Huruf t sebagai huruf pertama kata Tuhan harus ditulis dengan huruf
kapital.
2. Akhiran an pada kata kubangan berarti tempat.
3. Pekerjaan ini harus Saudara selesaikan secepatnya.
Sesuai dengan kaidah, kata-kata asing yang ejaannya belum disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia atau kata-kata asing yang belum diserap ke dalam
bahasa Indonesia juga harus ditulis dengan huruf miring jika digunakan dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, kata go public, devide et impera, dan sophisticated pada contoh
berikut.
12

1. Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
2. Politik devide et impera pernah digunakana Belanda untuk memecah-
belah bangsa Indonesia.
3. Kata asing sophisticated berpadanan dengan kata Indonesia canggih.
Berbeda dengan itu, kata-kata serapan seperti sistem, struktur, efektif, dan
efisien tidak ditulis dengan huruf miring karena ejaan kata-kata itu telah disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kata-kata serapan semacam itu
telah diperlakukan seperti halnya kata-kata asli bahasa Indonesia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, banyak pula dikenal nama-nama ilmiah yang
semula berasal dari bahasa asing. Salah satu di antaranya adalah Carcinia
mangostana, yakni nama ilmiah untuk buah manggis. Nama-nama ilmiah semacam
itu jika digunakan dalam bahasa Indonesia juga ditulis dengan huruf miring karena
ejaannya masih menggunakan ejaan bahasa asing.
Misalnya: Manggis atau Carcinia mangostana banyak terdapat di pulau Jawa.
Pada nama-nama ilmiah semacam itu huruf kapital hanya digunakan pada
unsur yang pertama, sedangkan unsur selebihnya tetap ditulis dengan huruf kecil.
4. PEMAKAIAN KATA
a. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: pagar, rumah, tanah, sedang.
b. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,akhiran,sisipan)ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat, penetapan, mempermainkan, bergerigi.
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan katayang langsung
mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh:
bertanggung jawab, serah terima, membabi buta.
13

3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat
awalan dan akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh:penyalahgunaan,
memberitahukan, diserahterimakan, mempertanggungjawabkan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi,maka gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: pancasila, nonaktif,
antarkota, inkonvensional, amoral, subpokok ,multilateral transmigrasi, infrastruktur,
swadaya, tunanetra,dan kolonialisme


c. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
tanda tangan tandatangan
tanggung jawab tanggungjawab
Berbeda dengan itu, gabungan kata yang maknanya sudah dianggap padu
unsur-unsurnya ditulis serangkai. Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada daftar
berikut.
Baku Tidak Baku
acapkali acap kali
daripada dari pada
Gabungan kata lain yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat ditulis
serangkai. Unsur terikat yang dimaksud, misalnya, pasca-, antar-, panca-, nara-, dan
pramu-. Beberapa contoh penulisannya dapat diperhatikan di bawah ini.
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
pasca- pascaperang pasca perang
14

antar- antarkota antar kota
panca- pancaindera panca indera
nara- narapidana nara pidana
pramu- pramuwisma pramu wisma
Kata bilangan yang berasal dari bahasa Sanskerta juga dipandang sebagai
unsur yang terikat. Oleh karena itu, penulisannya pun harus diserangkaikan dengan
unsur yang menyertainya.
Misalnya:
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
dwi- dwifungsi dwi fungsi
tri- tridarma tri darma
catur- caturwarga catur warga
sapta- saptapesona sapta pesona
dasa- dasawarsa dasa warsa
Beberapa unsur terikat lain yang penulisannya harus diserangkaikan dengan
unsur yang mengikutinya adalah a-, adi-, anti-, awa-, audio-, bi-, ekstra-, intra-,
makro-, mikro-, mono-, multi-, poli-, pra-, purna-, semi-, sub-, supra-, kontra-, non-,
swa-, tele-, trans-, tuna-, dan ultra-.
Dalam penulisan unsur terikat perlu dipahami bahwa unsur terikat tertentu
apabila dirangkaikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi tanda
hubung di antara kedua unsur itu. Misalnya:
non-ASEAN, bukan non ASEAN, non ASEAN
non-Islam, bukan non Islam, nonIslam
pro-Irak, bukan pro Irak, proIrak
d. Penulisan Bentuk Ulang
15

Sejalan dengan kaidah yang berlaku sekarang, angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan. Dalam penulisan bentuk ulang, bagian-bagian kata yang
diulang ditulis seluruhnya secara lengkap dengan disertai tanda hubung di antara
unsur-unsur yang diulang. Dengan demikian, dalam tulisan-tulisan yang bersifat
resmi, seperti naskah buku, laporan penelitian, laporan kegiatan, skripsi, dan berbagai
karya tulis resmi yang lain, kata ulang harus ditulis secara lengkap, tidak
menggunakan angka dua. Misalnya, macam-macam adalah bentuk bakau dari
macam2
Dalam hubungan itu, perlu diperhatikan bahwa angka dua sebagai penanda
perulangan hanya dapat dibenarkan penggunaannya pada tulisan-tulisan tertentu yang
sifatnya tidak resmi, misalnya dalam catatan pelajaran, catatan kuliah, catatan kuliah,
catatan pribadi, surat pribadi, dan tulisan pribadi yang lain.
Seperti halnya bentuk ulang yang lain, bentuk ulang yang mengalami
perubahan fonem pun unsur-unsurnya yang diulang ditulis seluruhnya dengan disertai
tanda hubung di antara keduanya. Jadi, unsur yang diulang itu tidak ditulis dengan
menggunakan angka dua ataupun ditulis tanpa menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
gerak-gerik gerak gerik
sayur-mayur sayur mayur
Sejalan dengan hal tersebut, bentuk-bentuk di bawah ini, yang lazim disebut
kata ulang semu, juga ditulis secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
16

kura-kura kura2, kura kura
paru-paru paru2, paru paru
e. Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali dalam gabungan kata, seperti kepada dan daripada. Jika di dan ke berupa
awalan maka ditulis serangkai dengan kata dasarnya, seperti kata dikelola dan
ketujuh.
f. Penulisan Singkatan atau Akronim
Istliah singkatan berbeda dengan akronim. Singkatan ialah kependekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun
dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya. Beberapa singkatan yang dilafalkan
huruf demi huruf dapat diperhatikan pada contoh berikut.
Singkatan Pelafalannya
SMP [es-em-pe]
UGM [u-ge-em]
Singkatan yang dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, misalnya:
Singkatan Pelafalannya
Bpk. [bapak], bukan [be-pe-ka]
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, dalam kenyataan
berbahasa, sering ditulis dengan disertai tanda titik pada masing-masing hurufnya,
seperti yang terdapat pada contoh berikut.
K.B. keluarga berencana
17

S.D. sekolah dasar
P.T. perseroan terbatas
Penulisan singkatan itu tidak tepat karena singkatan yang berupa gabungan
huruf awal suatu kata tidak diikuti tanda titik, kecuali singkatan nama gelar akademik
dan singkatan nama orang. Dengan demikian, penulisan tersebut yang benar adalah
LKMD, KB, SD, dan PT.
Selain singkatan umum seperti di atas, ada pula yang disebut singkatan
lambang, yaitu suatu bentuk singkatan yang terdiri atas satu huruf atau lebih yang
melambangkan konsep dasar ilmiah, seperti kuantitas, satuan, dan unsur.
Dalam pemakaian dan penulisannya, singkatan lambang berbeda dengan
singkatan lain. Perbedaan itu tidak hanya terletak pada cara penulisannya, tetapi juga
penandaannya. Dalam hal ini, penulisan dan penandaan singkatan lambang pada
umumnya disesuaikan dengan peraturan internasional karena pemakaiannya pun
bersifat internasional. Secara umum, singkatan lambang tidal diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
Ca kalsium
m meter
Akronim ialah kependekan yang berupa gabungan hurf awal, gabungan suku
kata, atau gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti
halnya kata biasa.
Misalnya:
18

siskamling sistem keamanan lingkungan
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya
singkatan yang berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan
KONI Komite Olahraga Nasional Indonesia
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
5. TANDA BACA
Tanda baca adalah tanda yang dipergunakan dalam beberapa kata maupun
kalimat agar mengerti akan arti dari katatersebut baik bunyi atau pelafalannya.
a. Tanda Titik (.)
Tanda titik digunakan dalam berbagai keperluan kata ataupun kalimat seperti
dibawah ini:
1. Tanda titik selain digunakan untuk mengakhiri kalimat, digunakan
pula sebagai pembatas unsur-unsur dalam penulisan daftar pustaka.
Contoh: Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia: untuk
Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Tanda titik digunakan pula di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
19

Contoh:
A. Program Usaha
1. Tahap Persiapan Program
1.1 Penerimaan Warga Belajar
3. Penulisan angka yang menyatakan jumlah juga wajib menggunakan
tanda titik pada setiap bilangan ribuan dan kelipatannya. Misalnya: 75.564.543 jiwa,
Rp89.500,00. Penggunaan tanda titik pada setiap bilangan ribuan dan kelipatannya itu
dimaksudkan untuk mempermudah penghitungan. Berbeda dengan itu, angka yang
tidak menyatakan jumlah tidak ditulis dengan tanda titik, misalnya angka yang
digunakan sebagai nomor halaman buku, nomor telepon, atau nomor induk.
b. Tanda Koma (,)
Tanda koma selain digunakan untuk memisahkan bagian yang satu dana
bagian yang lain dalam kalimat majemuk setara, juga untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan penjelas, dan membatasi unsur-unsur rincian.
Contoh:
1. Perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak diperlukan orang.
2. Benazir Bhutto, mantan Perdana Menteri Pakistan, mengancam akan
menggerakkan massa kembali.
3. Barang-barang elektronik yang dipamerkan adalah radio, televisi, tape
recorder, dan lain-lain.
Tanda koma digunakan pula sebagai pembatas antara unsur ungkapan
penghubung antarkalimat dan bagian kalimat yang mengikutinya.
Contoh: Sehubungan dengan itu,
c. Titik Koma (;)
20

Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri peryatakan perincian dalam
kalimat, yang berupa kata atau kelompok kata.
Contoh: Syarat-syarat menjadi seorang guru yaitu
1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. berkewarganegaraan Indonesia;
3. berijazah pendidikan guru;
d. Titik Dua (:)
Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pertanyaan lengkap jika diikuti
pemerian. Contoh: 1. Sekretariat memerlukan beberapa peralatan: lemari, komputer,
dan meja.
Tanda titik dua digunakan sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan
pemerian.
Contoh: Ketua : Sulistyo, S.Akt.
Sekretaris : Luthfi, S.I.P.
Bendahara : Siti Nurlaila, S.E.
Tanda titik dua digunakan (a) di antara jilid atau nomor dan halaman dan (b)
di antara bab dan ayat dalam kitab suci. Contoh: Tempo, I (1971), 34: 8
e. Tanda Hubung
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh: se-Kabupaten Deli Serdang, se-Indonesia
21

f. Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Perencanaan telah selesai menyusun DIK (Daftar Isisan Kegiatan )
kantor itu.
Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci
suatu urutan keterangan
Contoh: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
g. Garis Miring
Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: No. 7/PK/1988, Jalan Kramat III/10
Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata atau, dan tiap.
Contoh: dikirim lewat darat/ laut, harganya Rp25000,00/ eksemplar
6. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, dan dalam pekembangannya itu
bahasa Indonesia banyak menyerap bahasa atau ejaan lain dari berbagai bahasa di
dunia. Seperti bahasa Arab, Belanda, Sanskerta, Portugis, dan Inggris.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa
bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya. Sehingga banyak kata
serapan Bahasa Indonesia dari berbagai bahasa seperti berikut ini:
Asal Bahasa Jumlah Kata
22

Sumber: wikipwedia
Berasarkan taraf integrasinya unsure
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
dalam dua golongan yaitu:
a. Unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap kedalam Bahasa
Indonesia. Unsur-unsur serapan ini dipakai
dalam konteks Bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara bahasa
asing. Contoh: reshuffle, shuttle cock.
b. Unsure asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
7. PENUTUP
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki ejaan yang telah
disesuaikan. Ejaan tersebut memiliki perubahan yaitu sebanyak tiga kali setelah
bahasa itu digunakan sebagai bahasa nasional. Ketiga sistem ejaan itu menhasilkan
ejaan yang baku dan dipergunakan sampai saat ini oleh setiap orang terutama
akademisi, penulis, wartawan dan lain sebagainya. ejaan itu adalah Ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia, banyak hal yang harus dilihat dan dipahami.
Karena begitu rumit dan banyak jika dilihat dari segi huruf, kata, kalimat, tanda baca
baik dalam pemakaian, penulisan dan pelafalannya. Huruf memiliki banyak cara
penulisan dan pemakaian, seperti abjad yang merupakan vocal dan konsona, diftong,
persukuan, dan nama diri. Sedangkan penulisannya, digunakan pada huruf capital dan
Arab 1.495 kata
Belanda 3.280 kata
Tionghoa 290 kata
Hindi 7 kata
Inggris 1.610 kata
Parsi 63 kata
Portugis 131 kata
Sanskerta-Jawa
Kuna
677 kata
Tamil 83 kata
23

huruf miring. Demikian juga kata, memilki kaidah pemakaian yang diatur dalam
ejaan bahasa Indonesia. Seperti, kata dasar, turunan, gabungan, kata ganti, singkatan
dan akronim.
Untuk penulisan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, perlu
digunakan tanda baca. Tanda baca memiliki peran penting dan itu sudah diatur dalam
ejaan bahasa Indonesia.
8. DAFTAR PUSTAKA
Afia, Atep. 2012. Tata Tulis Karya Ilmiah. Surabay:. Unnar
Barus, Sanggup. dkk. 2013. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press

Haryatmo, Sri. 2009. Buku Panduan Mengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Intitut agama Islam Sunan Kalijaga
Pantita Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia (diakses 16
februari, 15.00 WIB)

You might also like