You are on page 1of 4

CDK-198/ vol. 39 no. 10, th.

2012
738
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere
yang berarti berputar, dan igo yang berarti
kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari diz-
ziness yang secara defnitif merupakan ilusi
gerakan, dan yang paling sering adalah pe-
rasaan atau sensasi tubuh yang berputar ter-
hadap lingkungan atau sebaliknya, lingku-
ngan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo
juga dirasakan sebagai suatu perpindahan
linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini
lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan
gejala kunci yang menandakan adanya gang-
guan sistem vestibuler dan kadang merupak-
an gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang
vertigo merupakan gejala dari gangguan siste-
mik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit
endokrin, dan sebagainya).
1-3
Berbeda dengan vertigo, dizziness atau pusing
merupakan suatu keluhan yang umum
terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya
dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai
empat subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium
tanpa vertigo, presinkop, dan pusing
psikofsiologis (lihat tabel di bawah ini).
1,2

Vertigo Presinkop Disekuilibrium Light headedness
Deskripsi Ilusi gerakan, biasanya
perasaan diri berputar
terhadap lingkungan
sekitar, atau sebaliknya
Sensasi yang akan
terjadi menjelang kehi-
langan kesadaran
Tidak seimbang atau
imbalans
Secara defnitif tidak
jelas, sering disebut de-
ngan pusing, giddiness,
wooziness
Kemaknaan
klinis
Banyak kemungkinan
penyebab dan memer-
lukan pemeriksaan lebih
lanjut
Penurunan aliran darah
serebral yang berasal
dari sistem kardiova-
skuler
Gangguan neurologis,
kelemahan muskulos-
keletal, dan penurunan
fungsi penglihatan
Istilah ini sekarang
digunakan bergantian
dengan presinkop
EPIDEMIOLOGI
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi
pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan
56,4% pada populasi orang tua.
1
Sementara
itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak ti-
dak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru
pada populasi anak sekolah di Skotlandia,
dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak per-
nah merasakan sekali serangan pusing dalam
periode satu tahun. Sebagian besar (hampir
50%) diketahui sebagai paroxysmal vertigo
yang disertai dengan gejala-gejala migren
(pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).
2
PATOFISIOLOGI
1-7
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-
organ vestibuler, visual, ataupun sistem propi-
oseptif. Labirin (organ untuk ekuilibrium) terdiri
atas 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan
dengan rangsangan akselerasi angular, serta
utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan
rangsangan gravitasi dan akselerasi vertikal.
Rangsangan berjalan melalui nervus vestibu-
laris menuju nukleus vestibularis di batang
otak, lalu menuju fasikulus medialis (bagian
kranial muskulus okulomotorius), kemudian
meninggalkan traktus vestibulospinalis (rang-
sangan eksitasi terhadap otot-otot eksten-
sor kepala, ekstremitas, dan punggung untuk
mempertahankan posisi tegak tubuh). Selan-
jutnya, serebelum menerima impuls aferen dan
berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara
respons okulovestibuler dan postur tubuh.
Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi
refeks okulovestibuler dan intensitas nistag-
mus akibat rangsangan perputaran tubuh dan
rangsangan kalori pada daerah labirin. Refeks
ABSTRAK
Vertigo didefnisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau
sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala
seperti ini relatif jarang dirasakan. Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ vestibuler, visual, ataupun sistem
propioseptif. Selain anamnesis, pemeriksaan fsik dan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis dari kondisi ini. Penatalaksanaan
vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya.
Kata kunci: vertigo, visual, organ vestibuler, sistem propioseptif
Vertigo
Kupiya Timbul Wahyudi
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
ABSTRACT
Vertigo is defned an illusion of movement, the most common is a feeling orsensation of a rotationbody to the environment or otherwise, feelin
gthe environment around us felt spinning. Vertigo is also perceived as a linear displacement or sloping, but these symptoms are rare. In etiology,
vertigo may be caused by abnormality of the vestibular organ, visual or propioseptive system. In addition to history, physical examination and
investigation can be conducted to determine diagnosis of this condition. The management of vertigo depends on the duration and discomfort
of the symptoms and the underlyting pathology. Kupiya Timbul Wahyudi. Vertigo.
Key words: vertigo, visual, vestibular organ, propioseptive system
CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 738 10/25/2012 11:10:32 AM
739
CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012
TINJAUAN PUSTAKA
okulovestibuler bertanggung jawab atas fksa-
si mata terhadap objek diam sewaktu kepala
dan badan sedang bergerak. Nistagmus mer-
upakan gerakan bola mata yang terlihat seba-
gai respons terhadap rangsangan labirin, serta
jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur ves-
tibulokoklear sentral. Vertigo sendiri mungkin
merupakan gangguan yang disebabkan oleh
penyakit vestibuler perifer ataupun disfungsi
sentral oleh karenanya secara umum vertigo
dibedakan menjadi vertio perifer dan vertigo
sentral. Penggunaan istilah perifer menunjuk-
kan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat
terjadi pada end-organ (utrikulus maupun ka-
nalis semisirkularis) maupun saraf perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah
pons, medulla, maupun serebelum. Kasus
vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari
seluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan
keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi
pada 50% kasus vertigo. Penyebab vertigo
sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya
iskemia atau infark batang otak (penyebab
terbanyak), proses demielinisasi (misalnya, pada
sklerosis multipel, demielinisasi pascainfeksi),
tumor pada daerah serebelopontin, neuropati
kranial, tumor daerah batang otak, atau sebab-
sebab lain. Perbedaan gambaran klinis antara
vertigo sentral dan perifer adalah sebagai
berikut:
rotransmiter kolinergik, monoaminergik,
glutaminergik, dan histamin. Beberapa obat
antivertigo bekerja dengan memanipulasi
neurotransmiter-neurotransmiter ini, sehing-
ga gejala-gejala vertigo dapat ditekan. Gluta-
mat merupakan neurotransmiter eksitatorik
utama dalam serabut saraf vestibuler. Gluta-
neurologis perlu diperhatikan, misalnya apakah
ada gangguan (hilangnya) pendengaran,
perasaan penuh, perasaan tertekan, ataupun
berdenging di dalam telinga. Jika terdapat
keluhan tinitus, apakah hal tersebut terjadi
terus-menerus, intermiten, atau pulsatif. Apakah
ada gejala-gejala gangguan batang otak atau
kortikal (misalnya, nyeri kepala, gangguan
visual, kejang, hilang kesadaran).
PEMERIKSAAN FISIK
1,2
Pemeriksaan fsik yang menyeluruh sebaiknya
difokuskan pada evaluasi neurologis terhadap
saraf-saraf kranial dan fungsi serebelum,
misalnya dengan melihat modalitas motorik
dan sensorik. Penilaian terhadap fungsi
serebelum dilakukan dengan menilai fksasi
gerakan bola mata; adanya nistagmus
(horizontal) menunjukkan adanya gangguan
vestibuler sentral.
Pemeriksaan kanalis auditorius dan membran
timpani juga harus dilakukan untuk menilai
ada tidaknya infeksi telinga tengah, malformasi,
kolesteatoma, atau fstula perilimfatik.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan tajam
pendengaran.
Tes keseimbangan
Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit
gawat darurat maupun di ruang pemeriksaan
lainnya, mungkin akan memberikan banyak
informasi tentang keluhan vertigo. Beberapa
* In late stage of Meniere disease and late vestibular neuritis, the duration of an attack can be reduced to seconds but more
frequent
** Typical headache and aura ca be absent
Recently recognised disease entity caused by congenital breakage in the labyrith capsule. The breakage lead to hypersensi-
tivity to vestibular labirynth to changes in pressure and sound causing vertigo. There are only about 100 reported cases.
Bagan 1 Algoritma diagnosis vertigo
mat ini memengaruhi kompensasi vestibuler
melalui reseptor NMDA (N-metil-D-aspar-
tat). Reseptor asetilkolin muskarinik banyak
ditemukan di daerah pons dan medulla, dan
akan menimbulkan keluhan vertigo dengan
memengaruhi reseptor muskarinik tipe M2,
sedangkan neurotransmiter histamin banyak
ditemukan secara merata di dalam struktur
vestibuler bagian sentral, berlokasi di pre-
dan postsinaps pada sel-sel vestibuler.
ASPEK KLINIS
1
Riwayat kesehatan merupakan data awal yang
paling penting untuk menilai keluhan pusing
ataupun vertigo. Adanya aura dan gejala-gejala
Tabel 1 Perbedaan vertigo vestibuler perifer dan sentral
Vertigo vestibuler perifer Vertigo vestibuler sentral
Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan
Arah nistagmus (spinning) Satu arah Bervariasi
Aksis nistagmus Horizontal atau rotatorik Horizontal, vertikal, oblik, atau rotatorik
Tipe nistagmus Fase lambat dan cepat Fase ireguler atau setimbang (equal)
Hilang pendengaran, tinitus Bisa terjadi Tidak ada
Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi
Gejala neurologis lainnya Tidak ada Sering disertai defsit saraf kranial serta
tanda-tanda serebelar dan piramidal
Beberapa penyakit ataupun gangguan siste-
mik dapat juga menimbulkan gejala vertigo.
Begitu pula dengan penggunaan obat, se-
perti antikonvulsan, antihipertensi, alkohol,
analgesik, dan tranquilizer. Selain itu, vertigo
juga dapat timbul pada gangguan kardio-
vaskuler (hipotensi, presinkop kardiak mau-
pun non-kardiak), penyakit infeksi, penyakit
endokrin (DM, hipotiroidisme), vaskulitis, serta
penyakit sistemik lainnya, seperti anemia,
polisitemia, dan sarkoidosis.
Neurotransmiter yang turut berkontribusi
dalam patofsiologi vertigo, baik perifer
maupun sentral, di antaranya adalah neu-
True vertigo
Yes
Duration of an attack
Minutes to hours Seconds
* Induced by
positional
change
Benign
paroxysmal
positional
vertigo
Perilymphatic
fstula
Meniere
disease
Transient
ischaemic
attackor stroke
Migraineous
vertigo
Vestibular neuritis
+
Central pathology:
multiple sclerosis,
stroke, transient
ischaemic
attack, stroke,
cerebellopontine
angle tumour
Psychogenic
vertigo
Hearing loss
Labyrinthitis
Superior
semicircular
canal
dehiscence
15

* History of
trauma
* Pilotor
scuba diver
* Induced by
loud noise
and increased
pressure (eg.
coughing,
blowing,
straining)
* Fluctuating
heaning loss
* Tinnitus, aural
fullness
* Cardiovascular
risk factor,
no hearing
neurological
symptoms
* History of
migraine,
headache.
++
visual aura
++
* Severe nausea
and vomiting
* History of
upper respiratory
infection or
middle ear
infection
* Imbalance
* Other
neurological
features
* History of
anxiety, panic
disorder or
depression
Hours to days Days to weeks
Consider other causes of dizziness
No
CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 739 10/25/2012 11:10:33 AM
CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012
740
TINJAUAN PUSTAKA
pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan
untuk melihat dan menilai gangguan
keseimbangan diantaranya adalah: Tes
Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri dengan
kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit
yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain
(tandem). Orang yang normal mampu berdiri
dalam sikap Romberg ini selama 30 detik atau
lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata
terbuka dankemudian dengan mata tertutup
merupakan skrining yang sensitif untuk
kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu
berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata
tertutup, dianggap normal.
Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita harus berjalan di tempat dengan
mata tertutup sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak
diperbolehkan beranjak dari tempat semula. Tes
ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan
sistem vestibuler. Bila penderita beranjak
lebih dari 1 meter dari tempat semula atau
badannya berputar lebih dari 30 derajat dari
keadaan semula, dapat diperkirakan penderita
mengalami gangguan sistem vestibuler.
Tes salah tunjuk (past-pointing)
Penderita diperintahkan untuk merentangkan
lengannya dan telunjuk penderita di-
perintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa.
Selanjutnya, penderita diminta untuk me-
nutup mata, mengangkat lengannya tinggi-
tinggi (vertikal) dan kemudian kembali pada
posisi semula. Pada gangguan vestibuler, akan
didapatkan salah tunjuk.
Manuver Nylen-Barany atau Hallpike
Untuk menimbulkan vertigo pada penderita
dengan gangguan sistem vertibuler, dapat di-
lakukan manuver Nylen-Barany atau Hallpike.
Pada tes ini, penderita duduk di pinggir ran-
jang pemeriksaan, kemudian direbahkan sam-
pai kepala bergantung di pinggir tempat tidur
dengan sudut sekitar 30 derajat di bawah ho-
rizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemu-
dian diulangi dengan kepala melihat lurus dan
diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan.
Penderita harus tetap membuka matanya agar
pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya
nistagmus. Kepada penderita ditanyakan apa-
kah merasakan timbulnya gejala vertigo.
Tes kalori
Tes kalori baru boleh dilakukan setelah
dipastikan tidak ada perforasi membran
timpani maupun serumen. Cara melakukan tes
ini adalah dengan memasukkan air bersuhu
30 C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna untuk
mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing,
dan gangguan fksasi bola mata.
Pemeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan
selain pemeriksaan fungsi vestibuler, perlu
dikerjakan pula pemeriksaan penunjang
lain jika diperlukan. Beberapa pemeriksaan
penunjang dalam hal ini di antaranya adalah
pemeriksaan laboratorium (darah lengkap,
tes toleransi glukosa, elektrolit darah, kalsium,
fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi
tiroid. Pemeriksaan penunjang dengan CT-scan,
MRI, atau angiograf dilakukan untuk menilai
struktur organ dan ada tidaknya gangguan
aliran darah, misalnya pada vertigo sentral.
MANAJEMEN VERTIGO
1,2,6,7
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama
keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala
yang timbul serta patologi yang mendasarinya.
Pada vertigo, beberapa tindakan spesifk
dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan
vertigo. Pada penyakit Meniere, misalnya,
pengurangan asupan garam dan penggunaan
diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan
endolimfatik. Untuk BPPV (benign paroxysmal
positional vertigo), dapat dicoba dengan
bedside maneuver yang disebut dengan Epley
particle repositioning maneuver, seperti pada
gambar di bawah ini
2
:
Penatalaksanaan Medikamentosa
7
Secara umum, penatalaksanaan medika-
mentosa mempunyai tujuan utama:
(i) mengeliminasi keluhan vertigo, (ii)
memperbaiki proses-proses kompensasi
vestibuler, dan (iii) mengurangi gejala-gejala
neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa
golongan obat yang dapat digunakan untuk
penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang
digunakan untuk penanganan vertigo, yang
paling banyak dipakai adalah skopolamin
dan homatropin. Kedua preparat tersebut
dapat juga dikombinasikan dalam satu
sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan
sebagai supresan vestibuler melalui reseptor
Gambar 1 Manuver Dix-Hallpike
1
Gambar 2 Epley particle repositioning maneuver
1. Sit patient on exa nimition couch and explain procedure
2. Reassure the patient that, altaugh they may feel dizzy, they will not be allowed to fall
3. Turn the patient head 45 degree to one side
4. Lie patient supine with their head over the end of the examination on bed, supporting their head
with a hand on each side of head. Maintain the 45 degree head turn as you lie the patient down
5. Inspect the eyes for nysta gmus, and ask patient if they feel dizzy
6. Hold this a position for at least 30 seconds, and for 1 minute if there is no response
7. The result is positive if the patient develops symptoms (vertigo) and nystagmus
8. Repeat on the opposite side
CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 740 10/25/2012 11:10:34 AM
741
CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012
TINJAUAN PUSTAKA
muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral
memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan
gejala efek samping yang timbul terutama
berupa gejala-gejala penghambatan reseptor
muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada
populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala
penghambatan muskarinik perifer, seperti
gangguan visual, mulut kering, konstipasi,
dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker)
saat ini merupakan antivertigo yang paling
banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan
termasuk di antaranya adalah difenhidramin,
siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan pro-
metazin. Mekanisme antihistamin sebagai
supresan vestibuler tidak banyak diketahui,
tetapi diperkirakan juga mempunyai efek ter-
hadap reseptor histamin sentral. Antihistamin
mungkin juga mempunyai potensi dalam
mencegah dan memperbaiki motion sickness.
Efek sedasi merupakan efek samping utama
dari pemberian penghambat histamin-1. Obat
ini biasanya diberikan per oral, dengan lama
kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, sikl-
izin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang
digunakan sebagai antivertigo di beberapa
negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin
sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek
antivertigo betahistin diperkirakan berasal
dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah
pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah
dan sistem vestibuler. Pada pemberian per
oral, betahistin diserap dengan baik, dengan
kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4
jam. efek samping relatif jarang, termasuk di
antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk
mengontrol keluhan mual pada pasien
dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar
antidopaminergik merupakan neuroleptik.
Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan
bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1)
berpengaruh pada sistem vestibuler perifer.
Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai
dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis
dopamin digunakan sebagai antiemetik,
seperti domperidon dan metoklopramid. Efek
samping dari antagonis dopamin ini terutama
adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta
beberapa keluhan yang berhubungan dengan
gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif,
parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA,
yang akan berikatan di tempat khusus pada
reseptor GABA. Efek sebagai supresan vesti-
buler diperkirakan terjadi melalui mekanisme
sentral. Namun, seperti halnya obat-obat
sedatif, akan memengaruhi kompensasi ves-
tibuler. Efek farmakologis utama dari benzo-
diazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan
kecemasan, relaksasi otot, amnesia antero-
grad, serta antikonvulsan. Beberapa obat go-
longan ini yang sering digunakan adalah lora-
zepam, diazepam, dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan
menghambat kanal kalsium di dalam sistem
vestibuler, sehingga akan mengurangi jum-
lah ion kalsium intrasel. Penghambat kanal
kalsium ini berfungsi sebagai supresan ves-
tibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan
penghambat kanal kalsium yang diindikasi-
kan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua
obat ini juga digunakan sebagai obat migren.
Selain sebagai penghambat kanal kalsium,
ternyata funarizin dan sinarizin mempunyai
efek sedatif, antidopaminergik, serta antihis-
tamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi
per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh
yang panjang, dengan kadar mantap tercapai
setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah
masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan
setelah pengobatan dihentikan. Efek samping
jangka pendek dari penggunaan obat ini teru-
tama adalah efek sedasi dan peningkatan be-
rat badan. Efek jangka panjang yang pernah
dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinso-
nisme, tetapi efek samping ini lebih banyak
terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan
amfetamin, harus digunakan secara hati-hati
karena adanya efek adiksi.
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Meka-
nisme kerja obat ini sebagai antivertigo tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan
bekerja sebagai prekrusor neuromediator
yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen,
serta diperkirakan mempunyai efek sebagai
antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa
efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada do-
sis tinggi) dan nyeri di tempat injeksi.
i. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang
diperkirakan mempunyai efek antivertigo di
antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (ago-
nis dopaminergik), dan ondansetron.
SIMPULAN
1. Vertigo merupakan gejala dari berbagai
kelainan, baik pada organ pendengaran mau-
pun otak (medulla, pons, dan serebelum),
sehingga secara umum dikelompokkan atas
vertigo sentral dan perifer.
2. Diagnosis dan penatalaksanaan ver-
tigo secara umum dapat dilakukan di pusat
layanan kesehatan primer. Beberapa tindakan
pemeriksaan keseimbangan sederhana (tes
Romberg, tes salah tujuk) dapat dilakukan
pada praktik sehari-hari.
3. Terapi medikamentosa (obat antivertigo)
sangat banyak pilihannya, dan harus
dipertimbangkan antara manfaat dan risiko
penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Huang Kuo C., Phang L., Chang R. Vertigo. Part 1-Assesement in General Practice. Australian Family Physician 2008; 37(5):341-7.
2. MacGregro DL. Vertigo. Pediatric in Review 2002:23(1):9-19.
3. Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part I: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:301-03.
4. Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part II: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:413-15.
5. Mehmet K. Central Vertigo and Dizziness: Epidemiology, Diferential Diagnosis, and Common Causes. The Neurologist: 2008;14(6):355-64.
6. Baloh RW. Vertigo. The Lancet 1998;352:1841-46.
7. Rascol O., Hain TC., Brefel C., et al. Antivertigo Medications and Drugs-Induced Vertigo. A Pharmacological Review. Drugs 1995;50(5):777-91.
CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 741 10/25/2012 11:10:35 AM

You might also like