You are on page 1of 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH



"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kamu puasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum
kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-
Baqarah:183)
Dalam ayat ini, Allah SWT tidak berfirman dengan menggunakan redaksi:
Agar kamu sekalian menderita, atau sehat, atau bersahaja (hemat). Akan
tetapi Allah SWT berfirman dengan menggunakan redaksi, agar kamu sekalian
bertakwa. Dengan demikian, ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah SWT
menjadikan puasa sebagai ujian ruhani (spiritual) dan moral, dan sebagai media
(sarana) untuk mencapai sifat dan derajat orang-orang yang bertakwa. Allah SWT
menjadikan pula takwa sebagai tujuan utama dari pengalaman ibadah puasa
tersebut. Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita
diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan, melatih diri kita, menahan hawa
nafsu kita dari makan dan minum, mencampuri isteri, menahan diri dari perkataan
dan perbuatan yang sia-sia, seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya,
merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai
perbuatan jahat lainnya. Rasullah s.a.w.bersabda:
2

"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa
itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)
Disamping puasa sebagai ibadah bagi orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, puasa juga memiliki hikmah yang sangat banyak ditinjau dari
berbagai aspek.
2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa hikmah puasa dari segi kesehatan?
3. Apa hikmah puasa dari segi sosial?
4. Apa hikmah berpuasa dari segi agama dan ilmu pengetahuan?
5. Apa hikmah berpuasa menurut faktor psikologi?

3. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui pengertian puasa.
2. Mengetahui hikmah berpuasa dari segi kesehatan.
3. Mengetahui hikmah berpuasa dari segi sosial.
4. Mengetahui hikmah berpuasa dari segi agama dan ilmu pengetahuan.
5. Mengetahui hikmah berpuasa menurut faktor psikologi.




3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Puasa
Puasa dalam Islam adalah menahan diri dari segala yang membatalkan, dari
waktu terbit fajar hingga terbenam matahari dengan berniat puasa pada setiap
malamnya. Inilah pokok dari puasa. Adapun cara pelaksanaannya terdapat
perbedaan darri satu tempat ke tempat yang lain dan dari masa ke masa yang lain.
Misalnya di India, ada masyarakat yang ketika matahari terbenam, mereka pergi
ke masjid dan berbuka bersama. Sebelum terbuka, mereka menyanyikan hikayat
tentang anak kecil yang hendak puasa, tapi dicegah ibunya. Anak itu berpuasa
juga, tapi sayangnya meninggal di waktu ashar. Singkatnya, datanglah Malaikat
Jibril menyeru anak itu bangun. Ternyata anak itu kembali hidup. Hikayat ini
bertujuan menunjukkan betapa hebatnya kekuatan puasa itu, yang mati bisa
hidup. Dan masih banyak lagi cerita tentang kehebatan puasa.
Dalam Islam, sebenarnya tujuan Rasulullah SAW, memerintahkan umatnya
untuk menalankan puasa, tidak lain dengan harapan mereka memperoleh
keselamatan dari jerat hawa nafsu yang bisa merusak jiwa dan raga. Dengan
berpuasa pengaruh-pengaruh nafsu yang ganas akan mudah kita taklukkan.
Karena nafsu bisa lebih keras jika seringkali memanjakannya. Begitu juga
sebaliknya, nafsu akan dapat kita kuasai dengan mudah apabila seringkali kita
mengekang dan mengendalikannya setiap saat.
2. Hikmah Berpuasa dari Segi Kesehatan
Untuk merubah kualitas seseorang dari Iman menjadi Takwa dibutuhkan 3 tahap.
Masing-masing sekitar 10 hari. Rasulullah mengatakan bahwa puasa Ramadhan
selama sebulan itu dibagi menjadi 3 tahap. Yaitu, sepuluh hari pertama berisi
4

Rahmat. Sepuluh hari kedua berisi Ampunan alias Maghfirah. Dan sepuluh hari
terakhir berisi dengan Nikmat.
3 tahap proses ini menemukan kesamaan dalam konteks penyembuhan. Yaitu,
proses detoksifikasi alias penggelontoran racun, proses rejuvenasi atau
peremajaan, dan proses stabilisasi atau pemantapan kondisi. Hal ini bisa bermakna
lahiriah maupun batiniah sekaligus.
Ada beberapa orang yang melakukan pengujian ke laboratiorium untuk menguji
efek puasa dalam kesehatan. Dalam pengamatan itu, mereka berkesimpulan
bahwa 10 hari pertama, kondisi kesehatannya mengalami proses detoksifikasi
alias penggelontoran racun besar besaran. Prosesnya memang bisa berbeda beda
pada setiap orang. Namun secara umum terjadi penurunan kadar kolesterol, asam
urat, gula darah dan SGOT/ SGPT secara dramatis.
Ada di antara mereka yang sebelum puasa itu memiliki kadar kolesterol sangat
tinggi. Kadar kolesterol total 245 (normalnya di bawah 200 mg/dl), HDL hanya
42 (normalnya di atas 55 mg/dl), LDL mencapai kadar tak terhitung (normalnya
lebih kecil dari 150 mg/ dl), dan TG sebesar 513 (normalnya 150 mg/dl).
Setelah berpuasa selama 10 hari pertama, mereka melakukan cek ulang ke lab.
Hasilnya sungguh menarik. Kolesterol totalnya turun menjadi 216. HDL yang
terlalu rendah meningkat menjadi 55. LDL yang terlalu tinggi (tidak terhitung)
menjadi normal kembali sebesar 111. Dan Trigliserida yang 513 turun menjadi
249.
Proses detoksifikasi yang terjadi selama puasa 10 hari pertama itu ternyata sangat
signifikan. Padahal, biasanya dalam kondisi tidak puasa, penurunan sebesar itu
dilakukan dalam waktu 4 minggu menggunakan obat-obatan penurun kadar
kolesterol. Itu pun harganya tergolong tidak murah. Lewat puasa, bisa dilakukan
hanya dalam waktu 10 hari tanpa menggunakan obat sama sekali.
5

Badan melakukan fungsinya untuk melakukan penyeimbangan secara alamiah
dengan sangat efektif pada saat kita berpuasa. Yang terlalu tinggi diturunkan. Dan
yang terlalu rendah ditinggikan, secara otomatis.
Saat proses detoksifikasi itu biasanya kita merasakan kondisi yang kurang
mengenakkan badan. Ada yang merasa lemas. Ada juga yang merasa. Pusing-
pusing dan demam ringan. Atau, kadang dibarengi dengan diare ringan serta air
kencing yang keruh. Semua itu normal saja, karena sedang terjadi penggelontoran
racun secara besar-besaran dalam tubuh kita. Gejala-gejala itu biasanya hilang
dalam waktu beberapa hari, setelah badan kita beradaptasi.
Pada 10 hari kedua, proses penggelontoran itu terus berlanjut. Tapi dengan
kecepatan yang lebih rendah. Penggelontoran besar besaran hanya terjadi pada 10
hari pertama. Dan bersamaan dengan detoksifikasi berkecepatan rendah itu, mulai
terjadi peremajaan pada bagian-bagian yang mengalami kerusakan. Sistem tubuh
mulai mengarah pada keseimbangannya.
Cek laboratorium menunjukkan kecepatan penurunan semakin melambat. Pada
hari ke 21, hasil lab memperlihatkan semua kadar kolesterol berangsur-angsur
normal. Kolesterol total mencapai angka cukup ideal 182 mg/dl. Sedangkan HDL
konstan pada 55 mg/dl. LDL semakin rendah mencapai 96 mg/dI. Dan
Trigliserida menjadi 148 mg/dl.
Selain kolesterol, ternyata asam urat juga mengalami penyeimbangan kembali.
Sebelum puasa, kadarnya 7,7 (normalnya di bawah 7 untuk laki laki). Ternyata
dalam 10 hari pertama pada orang yang sama asam uratnya turun menjadi 6,6.
Dan pada hari ke 21 asam urat turun lagi menjadi 6,2.
Pada 10 hari terakhir, kondisinya menuju pada keadaan seimbang. Ada penurunan
namun semakin rendah kecepatannya. Yang menarik, ternyata berat badan juga
mengalami proses yang seirama.
6

Pada 10 hari pertama, berat badan mengalami penurunan cukup besar. Diperoleh
data, bahwa sebelum puasa berat badan mencapai 70 kg. Ternyata, di hari ke 11
berat badannya turun sebanyak 3 kg menjadi 67 kg.
Pada hari ke 21, terukur berat badannya terus mengalami penurunan meskipun
tidak sebesar periode pertama. la mengalami penurunan sekitar 1,5 kg menjadi
65,5 kg. Dan yang menarik, penurunan berat badan itu tidak berlangsung pada
periode ketiga. Saat hari terakhir puasa, berat badannya justru naik kembali
menjadi 66,5 kg. Sebuah berat badan ideal, karena ia memiliki postur dengan
tinggi badan 169 cm.
Ternyata benar ungkapan Rasulullah saw bahwa dalam bulan Ramadhan itu kita
akan mengalami 3 tahap proses menuju keseimbangan kondisi secara alamiah.
Tahap pertama rahmat, karena Allah membersihkan badan kita dari racun-racun
yang membahayakan kesehatan lewat proses detoksifikasi.
Tahap yang kedua adalah maghfirah atau ampunan. Dalam 10 hari kedua itu Allah
benar-benar memberikan ampunan kepada hambaNya yang berpuasa dengan
mengembalikan kondisi badan yang tadinya mengandung banyak sampah
metabolisme menjadi bersih. Dan kemudian meremajakan kembali bagian-bagian
yang rusak.
Dan pada tahap ketiga, Allah menurunkan nikmatnya kepada orang-orang yang
berpuasa dengan baik. Di tahap ketiga itu, badan kita berangsur-angsur menuju
keseimbangan alamiahnya. Bahkan, berat badan yang tadinya mengalami
penurunan, di tahap ini justru mengalami kenaikannya kembali untuk menuju
kondisi normalnya. Maha benar Allah dengan segala firmanNya, sebagaimana
disampaikan oleh RasulNya.
Seperti dilansir ygoy, berikut ini enam manfaat puasa bagi kesehatan tubuh:
1. Puasa membantu menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam tubuh.
Oleh karena itu, puasa sering dijadikan sebagai metode untuk detoksifikasi tubuh
7

secara alami. Hal ini karena, kondisi lambung yang kosong saat puasa akan
bekerja lebih optimal saat berbuka. Ketika lambung kosong, penyerapan nutrisi
akan berjalan lebih efektif sehingga mengurangi risiko penimbunan sisa makanan
atau nutrisi yang tidak berhasil terserap sempurna oleh tubuh. Sehingga tubuh pun
tidak lagi menyimpan tumpukan sisa makanan yang bisa membusuk.

2. Dengan berpuasa, memberi waktu bagi tubuh dan sistem pencernaan untuk
beristirahat. Dengan begitu, organ pencernaan seperti kerongkongan, lambung
serta usus bisa bekerja lebih baik dan maksimal ketika mengkonsumsi makanan
lagi.

3. Puasa juga membantu meredakan nyeri pada persendian, bagi orang yang
menderita arthritis atau radang sendi. Sebuah penelitian menunjukkan, adanya
hubungan antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel
netrofil dalam membasmi bakteri. Netrofil, atau sel penetral merupakan unsur
yang mampu menetralkan racun maupun bakteri penyebab radang sendi.

4. Puasa bisa mengatasi tekanan darah tinggi tanpa pengobatan medis. Selain itu
juga menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Saat berpuasa, otomatis
kita akan lebih sedikit mengonsumsi makanan terutama yang mengandung lemak,
gula dan kolesterol tinggi. Hal ini yang kemudian berdampak pada penurunan
kolesterol dan gula darah. Jika disertai dengan diet makanan sehat saat sahur dan
buka puasa, manfaatnya akan didapatkan dengan lebih optimal.

5. Pengurangan konsumsi air selama puasa, bisa membantu mengatasi akumulasi
cairan yang berlebihan pada tubuh. Proses 'pengeringan' ini akan mengatasi
pembengkakan pada perut, kaki dan lutut yang sering dialami saat menstruasi.

6. Meskipun tidak terlalu signifikan, puasa juga bermanfaat bagi Anda yang ingin
menurunkan berat badan berlebih. Dengan berpuasa, otomatis kita akan menahan
keinginan untuk ngemil dan frekuensi makan juga berkurang. Tapi ingat, proses
8

penurunan berat badan saat berpuasa sulit terjadi jika saat berbuka, Anda lebih
banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan kalori dibandingkan sayuran dan
buah.
3. Hikmah Berpuasa dari Segi Sosial
Dalam hubungannya dengan bulan puasa Ramadhan, bentuk-bentuk aktivititas
sosial hendaknya digalakkan dan digandakan dari bulan-bulan lainnya. Sebab
bulan puasa dalam Islam merupakan bulan kebaikan, rahmat dan pengampunan
(maghfirah). Oleh karena itu bulan puasa hendaknya dijadikan sebagai bulan
sosial yang bisa menyelesaikan problematika sosial umat Islam terutama
pengentasan kemiskinan.

Sudah menjadi naluri seorang muslim, ketika akan memasuki bulan puasa, benih-
benih kesosialan akan muncul sendiri dari batin insan mukmin. Perasaan peka ini
timbul tanpa diundang ataupun dipaksakan. Oleh kareana itu, dalam bulan puasa
ini kita akan menyasikan berbagai kegiatan sosial. Di antara bentuk kegiatan
sosial dalam bulan puasa adalah menyediakan buka puasa bersama,
menyedekahkan harta, mempererat hubungan silaturrahim antara keluarga dan
lain-lain.

Dari kegiatan sosial ini akan kelihatan jelas hakikat puasa bagi seorang muslim.
Jika seorang muslim membiasakan diri memberi bantuan pada bulan puasa, maka
hendaknya kebiasaan itu dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Dengan sikap
seperti ini, sudah dapat dipastikan tercipta kebersamaan dan persatuan umat Islam
untuk mengentaskan kemiskinan.

Dengan demikian, seorang muslim dalam bulan puasa Ramadhan dapat
memberikan harapan kehidupan yang optimis pada jiwa saudaranya yang hidup
dalam kemiskinan.

9

Dalam konteks sosial umat islam saat ini, zakat perlu ditingkatkan, sebab zakat
merupakan instrumen penting seorang mumin. Karena zakat itu sendiri berada
pada posisi kedua dari rukun Islam. Dan ini menandakan betapa pentingnya
peranan zakat dalam Islam. Dan ini terbukti dari beberapa firman Allah swt,
manakala perkataan shalat selalu bergandengan dengan perkatan zakat. Sebagai
contohnya, di dalam al-Quran disebutkan

Dan dirikanlah Sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk. Al Baqarah: 43.

Dan masih banyak lagi ayat lain seperti: al-Baqarah: 110. an-Nisa: 77. at-Taubah:
5, 11. al-Hajj: 41, 78. an-Nur: 56. al-Mujadilah: 13. al-Muzammil: 20. al-Anbiya:
73.

Dari sekian ayat di atas, pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa zakat
merupakan media komunikasi hamba dengan Allah. Di sampng itu zakat
merupakan instrumen Allah kepada hambanya untuk memanusiawikan manusia.

Pada permulaan tulisan ini disebutkan bahwa salah seorang tokoh orientalis
bernama Ricardo de Monte Croce, mengakui kemapanan dan kemampuan zakat
dalam mengentaskan kemiskinan. Dan zakat merupakan bukti bahwa Islam sangat
memperhatikan nasib orang miskin. Sebab zakat ini merupakan sarana pemerataan
hidup dengan target meminimalkan angka kemiskinan.

Betapa tidak, seorang mukmin tatkala mengingkari kewajiban zakat ini akan
digolongkan sebagai orang kafir. Sebab seorang muslim akan diukur nilai
ketaatannya dalam mengamalkan Islam dari aspek zakat. Dalam artian, iman
seseorang belum mencapai tahap kesempurnaan kalau belum mengeluarkan
kewajiban zakatnya.

10

4. Hikmah Berpuasa dari Segi Agama dan Ilmu Pengetahuan
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya, oleh karena itu manusia
diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang
tertinggi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain
adalah manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal sedangkan makhluk Allah yang
lain tidak. Dengan akalnya ini manusia berusaha sejauh mungkin untuk mengupas
rahasia-rahasia alam karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tak akan
lepas dari tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya. Hal ini ditegaskan
oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka"
(QS. Ali Imran : 191)
Ayat inilah yang membuat orang mulai berpikir untuk mencari hikmah dan
manfaat yang terkandung dalam setiap perintah maupun larangan Allah
diantaranya adalah hikmah yang tersembunyi dari kewajiban menjalankan ibadah
puasa di bulan Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah khusus kepada orang-
orang yang beriman. Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah yaitu :
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"
(QS. Al Baqarah : 183)
Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak baik untuk kepentingan
pribadi maupun untuk kepentingan umat (masyarakat) pada umumnya. Diantara
hikmah-hikmah tersebut yang terpenting dan mampu dijangkau oleh akal pikiran
manusia sampai saat ini antara lain :
a. Memelihara kesehatan jasmani (Badaniyah)
Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit
bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ
11

pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa
organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna
dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar
hingga terbenamnya matahari selama satu bulan.
Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis
dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan
Insya Allah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini
memang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang
diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nuaim yaitu :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Berpuasalah maka kamu akan sehat" (HR. Ibnu Suny dan Abu Nuaim)
Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad)
ialah puasa" (HR. Ibnu Majah)

Dalam penelitian ilmiah, kebenaran hadis ini terbukti antara lain :
1. Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk
menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-
penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah
"diet" yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu.
2. Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya yang berjudul "Al Islam wat Tibbul
Hadits" menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit
diantaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb.
3. Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh
penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa
dapat membersihkan pernafasan.
12

4. Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya
dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.
b. Membersihkan rohani dari sifat-sifat hewani menuju kepada sifat-sifat malaikat
Hal ini ditandai dengan kemampuan orang berpuasa untuk meninggalkan sifat-
sifat hewani seperti makan, minum (di siang hari). Mampu menjaga panca indera
dari perbuatan-perbuatan maksiat dan memusatkan pikiran dan perasaan untuk
berzikir kepada Allah (Zikrullah). Hal ini merupakan manifestasi (perwujudan)
dari sifat-sifat malaikat, sebab malaikat merupakan makhluk yang paling dekat
dengan Allah, selalu berzikir kepada Allah, selalu bersih, dan doanya selalu
diterima.
Dengan demikian maka wajarlah bagi orang yang berpuasa mendapatkan fasilitas
dari Allah yaitu dipersamakan dengan malaikat. Hal ini diperkuat oleh sabda
Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi yaitu :
"Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa
sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya" (HR.
Turmudzi).
Juga dalam hadits lain dari Abdullah bin Amr bin As, Rasulullah SAW bersabda
: "Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang
makbul" (HR. Ibnu Majah)
Disamping itu hikmah yang terpenting dari berpuasa adalah diampuni dosanya
oleh Allah SWT sehingga jiwanya menjadi bersih dan akan dimasukkan ke dalam
surga oleh Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yaitu :
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :
Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan perhitungannya
(mengharapkan keridlaan Allah) maka diampunilah dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
Juga dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu :
13

Dari Sahl r.a dari Nabi SAW beliau bersabda :
Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Rayyan.
Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu itu.
Tidak seorangpun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil : Mana
orang yang berpuasa ? Lalu mereka berdiri. Setelah mereka itu masuk, pintu
segera dikunci, maka tidak seorangpun lagi yang dapat masuk" (HR. Bukhari)
5. Hikmah Berpuasa menurut Faktor Psikologi
Selain berdampak secara lahiriah, tahapan puasa dalam bulan Ramadhan itu juga
tampak dalam aktivitas yang bersifat batiniah. Pada skala batiniah, tahapan puasa
memberikan motivasi yang besar kepada orang-orang yang sedang menjalankan
puasa.
Tahapan itu ada kaitannya dengan sabda nabi barangsiapa berpuasa pada bulan
Ramadhan dengan Iman dan penuh perhitungan, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya yang lalu maupun yang akan datang.
Sabda Nabi ini mengarahkan kita agar tidak sembarangan dalam berpuasa. Ada
dua hal yang dipersyaratkan, imanan dan wahtisaban. Yaitu memahami dan
selalu mengevaluasi pelaksanaannya.
Ada beberapa orang yang ingin membuktikan sabda Nabi dalam 3 tahapan,
masing-masing 10 hari. Sebab efek puasa memang tidak langsung dirasakan hari
itu juga, melainkan butuh tenggang waktu untuk mengukur dampaknya.
Sebagaimana yang terlihat secara lahiriah, kurun waktu 10 hari itu juga telah
memperlihatkan dampaknya.
Pada sepuluh hari pertama, sebagaimana dampak lahiriyahnya, puasa kita akan
menggelontor berbagai macam penyakit hati. Di antaranya adalah suka
berbohong, sering menipu, pemarah, pembenci, sulit memaafkan, serakah,
sombong, riya, dan lain sebagainya.
14

Pada kondisi ini jika kita bisa menghancurkan penyakit penyakit batiniah itu,
maka dampaknya sungguh akan baik buat kebersihan dan kelembutan hati. Bahwa
hati yang berpenyakit akan mendorong kualitas hati itu menjadi semakin jelek
dengan cara mengeras, membatu, tertutup dan dikunci mati oleh Allah.
Maka, dengan puasa, sebenarnya kita sedang memproses hati kita agar semakin
melembut. Caranya, begitulah, pada tahap pertama mesti bisa melenyapkan
berbagai macam penyakit hati. Usahakan agar selama 10 hari pertama itu kita
tidak mengamalkan penyakit hati sama sekali. Puasa batiniah!
Jangan marah. Jangan berbohong. Jangan membenci. Jangan menipu. Jangan iri
dan dengki. Jangan sombong. Jangan berkata yang tidak berguna. Bahkan, untuk
berpikir jelek pun jangan! Dan seterusnya.
Kendalikan sifat-sifat ini dengan kefahaman bahwa ini memang sifat yang
merugikan siapa saja. Dan kemudian evaluasi terus, bahwa dari ke hari
kemampuan kita mengendalikannya adalah semakin besar. Maka kalau kita bisa
mengendalikannya selama 10 hari pertama, insya Allah kita bakal menerima
rahmatNya, berupa, kondisi batiniah yang melembut.
Tiba-tiba saja kita begitu mudahnya untuk tidak marah. Begitu mudahnya untuk
tidak berbohong. Begitu mudahnya untuk tidak dengki, iri dan sombong. Serta
berbagai macam penyakit hati yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. Ya, kita
telah ketularan RahmatNya rasa mengasihi dan menyayangi orang lain dan
siapapun di sekitar kita dengan sepenuh keikhlasan. Itulah 10 hari pertama dimana
Allah menurunkan Rahmat bagi orang-orang yang baik puasanya.
Sepuluh hari ke 2 adalah ketika Allah menurunkan ampunanNya kepada hamba-
hamba yang berpuasa. Ketika seseorang bisa mengendalikan dirinya untuk tidak
berbuat jelek, tidak berkata buruk, dan tidak berpikiran jahat, maka sungguh ia
telah memperoleh ampunan Allah.
15

Bahkan, ampunan itu bukan hanya sekarang saja, melainkan juga dosa-dosanya
di masa datang. Karena, sesungguhnya dia tidak akan berbuat dosa lagi lewat
pikiran, ucapan, dan perbuatannya. la telah menjadi orang yang mampu
mengendalikan dirinya.
Sepuluh hari yang ke 3, adalah saat-saat Allah mengkaruniakan Nikmat. Ya,
betapa nikmatnya orang-orang yang telah mampu mengendalikan diri dengan
baik. Selama 20 hari pertama dia telah mampu melatih dan membiasakan dirinya
untuk tidak melakukan dosa-dosa yang membuat hatinya jadi keruh dan
mengeras.
Maka di sepuluh hari terakhir dia akan memetik kenikmatan. Apakah
kenikmatan? Selama ini orang berpikir bahwa kenikmatan adalah terlaksananya
segala keinginan yang menjadi cita-citanya. Padahal, definisi itu sangatlah rapuh.
Mana mungkin ada orang yang terpuaskan atas keinginan-keinginannya. Apalagi,
jika ia sangat menggebu-gebu dalam mencapai keinginannya.
Dia bagaikan mengejar fatamorgana. Seperti indah ketika masih jauh, tapi begitu
didekati ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Begitulah manusia dalam
mengejar kenikmatan. Ternyata, kebanyakan nikmat yang kita kejar adalah semu
belaka.
Maka Allah mengajarkan kepada kita tentang kenikmatan itu. Bahwa kenikmatan
yang sesungguhnya hanya bisa didapatkan lewat keimanan, sebagaimana Dia
firmankan berikut ini.
Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada
mereka hingga waktu yang tertentu. (QS. Ash Shaffat (37) : 148)
Apakah keimanan? Sekali lagi, keimanan adalah kefahaman yang mengarah
kepada keyakinan. Dan lebih khusus lagi, keyakinan itu terkait dengan kefahaman
tentang Allah dengan segala sunnatullahNya.
16

Kenikmatan hakiki adalah kenikmatan yang diperoleh lewat kefahaman. Bukan
karena emosi alias hawa nafsu belaka. Kenikmatan yang didasarkan pada hawa
nafsu secara emosional adalah kenikmatan yang semu. Bahkan, memiliki potensi
untuk merusak sebagaimana telah kita bahas sebelumnya: kalau hawa nafsu di
jadikan ukuran kebenaran maka rusaklah langit dan bumi dan segala isinya.
Maka, jika kita ingin memperoleh nikmat yang hakiki kita mesti memperolehnya
secara iman lewat pendekatan akal. Bahwa kenikmatan adalah sebentuk manfaat
yang terkait dengan kemampuan kita mengendalikan diri karena Allah semata.
Dalam kaitannya dengan puasa ini, maka di tahap 10 hari ke tiga itu, seseorang
yang berpuasa, memang mulai bisa menundukkan hawa nafsunya. Akalnya
berfungsi lebih dominan dibandingkan kehendak emosionalnya. Dan lebih dari itu
semua, ia melakukannya karena Allah semata.
Inilah kunci kenikmatan yang dijanjikan Allah kepada hamba hamba yang
berpuasa pada etape 10 hari ke tiga. Setelah melewati masa penggelontoran
penyakit hati, dan masa pengampunan dosa-dosa, maka orang yang berpuasa
bakal merasakan betapa nikmatnya menjalani ibadah itu di akhir akhir Ramadhan.
la telah menemukan keseimbangan antara lahir dan batinnya. Antara fisik dan
jiwanya. Maka, pada sepuluh hari terakhir itu seseorang yang berpuasa masuk ke
tahapan spiritual. la sedang berproses untuk bertemu Allah di dalam ibadah
puasanya yang semakin intens.
Di sepuluh hari terakhir itu biasanya Rasulullah saw meningkatkan ibadahnya
lebih hebat baik secara kualitas maupun kuantitas. Beliau biasanya masuk ke
masjid untuk melakukan Itikaf, berkonsentrasi sepenuhnya dalam ibadah-ibadah
yang semakin banyak dan khusyu untuk mencapai puncak efek puasa. Inilah
saat-saat terakhir yang sangat menentukan berhasil tidaknya puasa Ramadhan kita
menjadi orang yang bertakwa.
17

Di sepuluh hari terakhir itu juga Allah menyediakan malam yang penuh barokah
yaitu Lailat al Qadar. Yaitu malam yang digambarkan memiliki nilai sangat
tinggi, lebih hebat dari 1000 bulan. Lebih jauh akan kita bahas di bagian
berikutnya.
Sungguh, orang-orang yang bisa menjalani puasanya di sepuluh hari terakhir
dengan baik, ia bakal menemui Lailat al Qadar yang penuh kenikmatan. Bukan
hanya pada saat puasa Ramadhan, melainkan ia akan memperoleh pencerahan
sepanjang hidupnya sehingga menjadi orang yang bertakwa orang yang dijamin
Allah dengan berbagai kenikmatan
Dokter pernah mendapat hadiah nobel mengatakan: ketentraman yang
ditimbulkan karena ibadah dan doa, merupakan pertolongan besar bagi
pengobatan. Maka kalau kita kaitkan antara ibadah puasa dengan kejiwaan
(Psikologi) sebagai alat penyembuhan suatu penyakit, memang mempunyai
hubungan yang erat. Disamping itu membuat seseorang menjadi lebih gembira
terutama ketika setiap akan berbuka. Hal itu dilukiskan oleh Nabi saw dalam
haditsnya yang artinya Orang yang berpuasa mengalami dua kegembiraan, yaitu
kegembiraan diwaktu berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa Tuhanya.
Hadits Sunan Ibnu Majjah1[3].

Perasaan gembira ktika berbuka itu memang luar biasa. Sulit untuk dilukiskan
dengan kata-kata, dengan angka dan aksara. Maka apabila kita kaitkan dengan
ketentraman jiwa dan perasaan gembira dengan usaha penyembuhan atau alat
pertolongan pada pengobatan sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Carel, berarti
puasa termasuk dalam bahagian itu (pengobatan).





18


BAB III
KESIMPULAN
Puasa sebagai salah satu rukun Islam, tepatnya rukun Islam ke-4 menjadi salah
satu ladang bagi kita untuk beribadah dan semakin dekat dengan Allah SWT.
Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa membawa manfaat
yang sangat besar bagi manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk
sosial. Sehingga setelah seseorang selesai menjalankan ibadah puasa di Bulan
Suci Ramadhan diharapkan ia menjadi bersih dan sehat baik jasmani maupun
rohani dan kembali suci bagai bayi yang baru lahir. Amiin.













19


DAFTAR PUSTAKA
Umar An-Nawawi, Muhammad bin. 2009. Terjemah TANQIHUL QOUL.
Surabaya: Mutiara Ilmu
Praja, Juhaya. 2000. TAFSIR HIKMAH: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin, dan
Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Azra, Azyumardi,dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama RI
Bahreisj, Husein. 1987. Himpunan Hadits Sahih Muslim.Surabaya: Usana Offset
Printing
Gozali, Ahmad. 2010. Yogyakarta: Prima Pustaka

You might also like