You are on page 1of 22

Prinsip, Peran, Penerapan dan Manfaat

Good Corporate Governance bagi Organisasni


atau Perusahaan
Mikha Emmylow

Abstract
In agency theory, management always has change to do an earning
management for their own interest so it will creates financial report that
not match with the real condition of the organization or business firm
but mostly will affect the owner because they will spend a lot of cost that
they not recognize to fulfill management interest. Thats why
organization or business firm need to prevent that risk, one of the
concept or system is good corporate governance which shows to business
firm or organization how important is shareholders rights and fairness,
the participation of stakeholders to the organization or business firm,
disclosures and transparancy, accountabillity, etc. Good corporate
governance is marked by seven characteristics: discipline, transparency,
independence, accountability, fairness and social responsibility (King Report,
2002). Social responsibillity also nessesary in implamanting and
developing good corporate governance so they will run the organization
internaly and externaly perfect. By implementing this system
organization or business firm can receive so many gain such as easier in
increasing the firm capital, lower cost of capital, increase business
performance and economic peformance, also positively related with
market share price. Accountants also have contribution in implementing
and developing good corporate governance by accounting or auditing.

Key words : Good Corporate Governance ; Principles of Good Corporate


Governance ; Adventages of Good Corporate Governance.
Pendahuluan

Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International


Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep good
corporate governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat.
Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan
kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang
dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis
ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme
pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit
committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi
kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum
profesional. Sehingga penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa
mengabaikan kepentingan stakeholders(Sulistyanto & Wibisono, 2008).

Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang


mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua,
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, 2002). Atau secara
singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini,
yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten
terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan jika prinsip GCG
yang diterapkan dengan konsisten dapat mengurangi terjadinya rekayasa
kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai
perusahaan yang sebenarnya.
Rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini
sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang menekankan pentingnya
pemilik perusahaan (principles) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada
profesional (agents) yang lebih mengerti dan memahami cara untuk
menjalankan suatu usaha (YPPMI & SC, 2002). Namun pemisahaan ini
mempunyai sisi negatif, keleluasaan manajemen untuk memaksimalkan laba
akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri
dengan biaya yang harus ditanggung pemilik perusahaan. Kondisi ini terjadi
karena asimetri informasi (information asymmetry) antara manajemen dan
pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk
memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen
(Richardson, 1998). Rekayasa ini merupakan upaya manajemen untuk
mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk mengubah interpretasi
pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan (Healy &
Wahlen, 1998). Sehingga secara prinsipil manipulasi ini tidak sejalan dengan
prinsip GCG. Jadi Good Corporate Governance dapat diartikan sebagai suatu
proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha,
dan akuntabilitas perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral dan
nilai etika.

Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of


intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah
pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia
mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah
diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG,
banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan
prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena
dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang
menganggap prinsip tersebut adalah sesuatu yang baik bagi perusahaan. Selain
itu, kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan.

Pengertian Good Corporate Governance

Corporate Governance has been defined as “…the system by which companies

[business corporations] are directed and controlled” (Wixley, T. & Everingham, G., 2002: 1;

Cadbury quoted in Learmont, S., 2002:7)

Rogers W’O Okot Uma dari Common wealth secretariat London (2003),
mendefinisikan good governance sebagai compressing the processing and
structure that guides political and social economic relationship, with particular
reference to " commitment to democratic values, norms and honest business
(mempersingkat proses dan struktur yang mengatur hubungan ekonomi sosial
dan politis, dengan acuan tertentu untuk memenuhi nilai-nilai demokratis,
norma-norma dan bisnis yang sehat).

Dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-


117/M-Mbu/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada
Badan Usaha Milik Negara (Bumn) dijelaskan bahwa Corporate governance
adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika.

Jadi Good Corporate Governance dapat diartikan sebagai suatu proses


dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha, dan
akuntabilitas perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral dan
nilai etika.

Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem


pengendalian dan pengaturan perusahaan, dalam arti lebih ditujukan pada
tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para
stakeholder. Good Corporate Governance memang menyangkut orang
(moralitas), etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam Good Corporate


Governance, terdapat beberapa hal penting yaitu :

1. Efektivitas yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem,


Proses bisnis, Kebijakan dan Struktur Organisasi rusahaan yang bertujuan
untuk mendukung dan mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan
sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien, pertanggungjawaban
perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
2. Seperangkat prinsip, kebijakan dan sistem manajemen perusahaan yang
diterapkan bagi terwujudnya operasional perusahaan yang efisien, efektif dan
profitable dalam menjalankan organisasi dan bisnis perusahaan untuk
mencapai sasaran strategis yang memenuhi prinsip-prinsip praktek bisnis yang
baik dan penerapannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, peduli terhadap
lingkungan serta dilandasi oleh nilai-nilai sosial budaya yang tinggi.
3. Seperangkat peraturan dan ataupun sistem yang mengarahkan kepada
pengendalian perusahaan bagi penciptaan pertambahan nilai bagi pihak
pemegang kepentingan (Pemerintah, Pemegang saham, Pimpinan perusahaan
dan Karyawan) dan bagi perusahaan itu sendiri

Istilah good corporate governance merupakan sistem pengendalian dan


pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara
berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard definition), maupun ditinjau
dari "nilai-nilai" yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft
definition). Tim GCG BPKP mendefinisikan GCG dari segi soft definition yang
mudah dicerna, sekalipun orang awam, yaitu: "KOMITMEN, ATURAN MAIN,
SERTA PRAKTIK PENYELENGGARAAN BISNIS SECARA SEHAT DAN
BERETIKA"(BPKP, 2008).

Pelaksanaan Good Corporate Governance

Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami


krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1987, isu mengenai
corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka
mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di
masa yang akan datang.

Pada dasarnya terminologi tersebut digunakan untuk suatu konsep lama


yang merupakan kewajiban dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk
bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham dan stakeholder.

Khusus di Indonesia, karena struktur kepemilikan perusahaan yang


sangat terkonsentrasi, maka masalah biaya perusahaan dapat timbul dari
perbedaan kepentingan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang
saham minoritas ( stakeholders ). Karena kewajiban inilah maka dewan
komisaris, direksi atau pemegang saham pengendali perusahaan dilarang untuk
mengambil keuntungan dari orang yang memberi kepercayaan yakni pemegang
saham minoritas dan stakeholder lainnya seperti kreditur melalui transaksi
yang tidak wajar dan tidak adil.

Pada April 1998, (OECD) telah mengeluarkan seperangkat prinsip


corporate governance yang dikembangkan seuniversal mungkin (
Herwidayatmo, 2000 : 25). Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk
digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik
sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip
yang universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau
perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang
berlaku di negara masing-masing bilamana diperlukan.

Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

Elemen-elemen dasar dari good corporate governance adalah kejujuran,


kepercayaan dan integritas, keterbukaan, berorientasi pada kinerja,
pertanggungjawaban dan akuntabilitas, saling menghormati, dan komitmen
kepada organisasi.

Sangat penting bagi direktur dan pihak manajemen untuk


mengembangkan model CGC untuk meningkatkan nilai perusahaan dan
mengevaluasinya setiap periode untuk melihat apakah model yang telah
dibentuk efektif atau tidak. Eksekutif senior perlu membentuk diri mereka agar
menjadi jujur dan beretika, terutama dalam hal kenyataan atau pada saat
timbulnya konflik kepentingan, dan keterbukaan dalam pelaporan laporan
kuangan.

Prinsip-prinsip yang umum diterima adalah:

Hak dan perlakuan adil terhadap shareholders. Organisasi harus


menjujung hak daripada shareholders dan menolong para shareholders untuk
menerapkan hak-hak yang ada dengan cara mengkomunikasikan informasi
yang dapat dimengerti dan dapat diakses secara efektif dan mendorong para
shareholders untuk berpartisipasi dalam rapat umum.

Kepentingan dari stakeholders yang lain. Organisasi harus mengetahui


bahwa mereka mempunyai tanggung jawab yang legal terhadap pihak yang
berkepentingan diluar para pemegang saham.
Tugas dan tanggungjawab board. Board perlu memilah-milah keahlian dan
mengerti agar dapat menanggapi isu-isu bisnis dan memiliki kemampuan untuk
me-riview dan meningkatkan kinerja manajemen.

Integritas dan etika. Etika dan tanggungjawab dalam mengambil keputusan


bukan hanya untuk hubungan publik, tetapi juga untuk memanajemen resiko
dan menghindari pelanggaran hukum. Karena banyak organisasi membentuk
program etika untuk mengurangi resiko terjadinya penyimpangan etika dan
pelanggaran hukum.

Disclosure and keterbukaan. Transparansi ialah keterbukaan dalam


mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Transparansi ini diwujudkan dengan selalu berusaha untuk mempelopori
pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan kepada berbagai pihak
yang berkepentingan serta dalam pengungkapannya tidak terbatas pada
informasi yang bersifat wajib. Pengungkapan informasi tersebut dilakukan
dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
disarankan oleh praktik terbaik Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan


kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.
Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah system
pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional
bisnis serta berbasis informasi. Sistem pengukuran tersebut, tidak lain konsep
BSC. BSC mampu mengukur kinerja komprehensif dan mengakomodasikan
kepentingan internal bersama kepentingan eksternal bisnis. Pengukuran
kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar,yaitu: perlindungan hak
pemegang saham, persamaan perlakuan pemegang saham, peranan
stakeholders terkait dengan bisnis, keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas
dewan komisaris.
Pengukuran kinerja tersebut juga, berdimensi aktifitas operasional
internal, intelektual kapital dan pembelajaran, kapasitas untuk inovasi dan
respon terhadap pasar, produk dan penerimaan pasar, hubungan dengan
pelanggan, hubungan dengan investor, hubungan dengan partner dan
stakeholders lainnya seperti Deperindag, hubungan dengan publik sasaran,
lingkungan, keuangan. Pendek kata, pengukuran kinerja yang berorientasi GCG
dipandang sebagai pengembangan dari pengukuran kinerja BSC. Good
Corporate Governance memebrikan kontribusi dapat dijadikan alternatif
penting meningkatkan kualitas proses bisnis melalui informasi yang dihasilkan
serta peranannya sebagai performance driver, performance measurement.
Karena, walau bagaimana pun proses bisnis diperbaiki secara tepat dan akurat
apabila diperoleh informasi yang akurat serta komprehensif tentang apa yang
harus diperbaiki termasuk apa yang harus ditingkatkan.

Menurut Kartiwa (2004 : 8.7) terdapat dua perspektif tentang Good


Corporate Governance yaitu :
1. perspektif yang memandang Corporate Governance sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dalam
rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
2. perspektif yang lain Good Corporate Governance menekankan pentingnya
pemenuhan tanggung jawab badan usaha sebagai entitas bisnis dalam
masyarakat kepada stakeholder.

Prinsip-prinsip good corporate governance yang dikembangkan OECD


meliputi 5 hal sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. .
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham.
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan.
4. Keterbukaan dan Transparansi.
5. Akuntabilitas dewan komisaris (board of directors).
Secara umum Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan
perundang-undangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar yaitu :

1. Pertanggungjawaban (responsibility).
Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham
juga kepada stake holder. Penmgungkapan informasi merupakan hal penting,
sehingga semua pihak berkepentingan tahu pasti apa yang telah dan bisa
terjadi. Laporan tahunan perusahaan harus memuat berbagai informasi yang
diperlukan, demikian pula perusahaan go-public. Persyaratan untuk ini antara
lain disusun oleh Komite Nasional Bagi Pengelolaan Perusahaan Yang Baik
(KNPPB).

2. Transparansi (transparency).
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

3. Akuntabilitas (accountability).
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Ada pengawasan yang efektif berdasarkan keseimbangan
kekuasaan antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Ada pertanggung-
jawaban dari komisaris dan direksi, serta ada perlindungan untuk karir
karyawan. Perlu ditetapkan berapa kali rapat dalam kurun waktu tertentu,
serta berbagai sistem pengawasan yang lain.

4. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness ).


Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. GC yang baik
mensyaratkan adanya perlindungan untuk hak minoritas. Perlakuan yang sama
dan adil pada semua pemegang saham, melarang kecurangan insider trading,
dll. KNPPB mensyaratkan minimal 20% direksi berasal dari luar yang tidak ada
hubungan dengan pemegang saham dan direksi.

5. Independensi (Independency).
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance di Indoneisia, salah satu


BUMN yang telah melaksanakannya yaitu PT POS Indoneisia. Ketentuan
pelaksanaan Good Corporate Governance di PT POS Indonesia tercantum dalam
Keputusan Direksi Pt Pos Indonesia (Persero) Nomor : Kd 55/Dirut/1202
Lampiran : 1 (Satu) Tentang Pedoman Penerapan Good Corporate Governance
(Gcg) Di Lingkungan Pt Pos Indonesia (Persero)

Sedangkan United Nation ESCAP (Economic and Social Commission for


Asia and The Pacific) menyatakan Good governance memiliki 8 karakteristik,
sebagai berikut:

Partisipasi.
Partisipasi oleh pria dan wanita adalah landasan utama tata kelola yang
baik. Partisipasi dapat berupa langsung atau melalui lembaga perantara yang
sah atau perwakilan. Penting untuk menunjukkan bahwa demokrasi perwakilan
tidak berarti bahwa kekhawatiran yang paling rentan dalam masyarakat akan
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Partisipasi harus informatif
dan terorganisir. Ini berarti kebebasan berserikat dan berekspresi di satu pihak
dan masyarakat sipil yang terorganisir di sisi lain.

Aturan Hukum.
Tata pemerintahan yang baik membutuhkan kerangka hukum yang adil
yang ditegakkan tidak memihak. Ini juga memerlukan perlindungan penuh
terhadap hak asasi manusia, khususnya kaum minoritas. Memihak penegakan
hukum memerlukan peradilan yang independen dan tidak memihak dan tidak
fana kepolisian.

Transparansi.
Transparansi berarti bahwa keputusan yang diambil dan penegakan yang
dilakukan mereka dengan cara yang mengikuti aturan-aturan dan peraturan.
Ini juga berarti bahwa informasi tersedia secara bebas dan langsung dapat
diakses oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh keputusan-keputusan seperti
itu dan penegakannya. Ini juga berarti bahwa informasi yang cukup tersedia
dan bahwa hal itu diberikan dalam bentuk yang mudah dimengerti dan media.

Responsif.
Tata pemerintahan yang baik mengharuskan lembaga-lembaga dan
proses berusaha melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu yang
wajar.

Konsensus berorientasi.
Ada beberapa aktor dan banyak melihat titik dalam suatu masyarakat
tertentu. Good governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan
yang berbeda dalam masyarakat untuk mencapai konsensus dalam masyarakat
mengenai apa yang ada dalam kepentingan terbaik dari seluruh masyarakat
dan bagaimana hal ini dapat dicapai. Ini juga memerlukan yang luas dan
perspektif jangka panjang atas apa yang dibutuhkan untuk pembangunan
manusia yang berkelanjutan dan bagaimana untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut. Ini hanya dapat hasil dari pemahaman tentang sejarah,
budaya dan konteks sosial masyarakat tertentu atau masyarakat.

Kesetaraan dan inklusif.


Sebuah kesejahteraan masyarakat tergantung pada memastikan bahwa
semua anggota merasa bahwa mereka memiliki saham di dalamnya dan tidak
merasa dikecualikan dari arus utama masyarakat. Ini memerlukan semua
kelompok, tetapi terutama yang paling rentan, memiliki kesempatan untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

Efektivitas dan efisiensi.


Tata pemerintahan yang baik berarti bahwa proses dan lembaga
menghasilkan hasil yang memenuhi kebutuhan masyarakat sementara
membuat penggunaan terbaik sumber daya yang mereka miliki. Konsep
efisiensi dalam konteks good governance juga mencakup penggunaan yang
berkelanjutan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan.

Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah syarat utama tata pemerintahan yang baik. Bukan
hanya lembaga pemerintah tetapi juga sektor swasta dan organisasi masyarakat
sipil harus dipertanggungjawabkan kepada publik dan stakeholder kelembagaan
mereka. Siapa yang bertanggung jawab kepada siapa bervariasi tergantung
pada apakah keputusan atau tindakan yang diambil adalah internal atau
eksternal bagi suatu organisasi atau lembaga. Secara umum organisasi atau
institusi bertanggung jawab kepada mereka yang akan dipengaruhi oleh
keputusan atau tindakan. Akuntabilitas tidak dapat ditegakkan tanpa
transparansi dan penegakan hukum.
Sumber : IFC – The World Bank (2009)

Dengan menerapkan prinsip-prinsip secara keseluruhan maka good


corporate governance dapat berjalan dengan baik. Diakhir halaman akan
ditampilkan contoh nyata panduan penerapan good corporate governance, yaitu
pada PT Wijaya Karya (Persero), Tbk..

Implementasi Good Corporate Governance Melalui Corporate


Social Responsibility

Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan


publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud
implementasi good corporate governance (GCG). Salah satu implementasi GCG
di perusahaan adalah penerapan corporate social responsibility (CSR). Dalam
era globalisasi kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan
semakin maraknya kepedulian masyarakat terhadap produk (barang) yang
ramah lingkungan.

CSR menurut World Business Council on Sustainable Development


(WBCSD) adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis
(behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable economic development). Komitmen lainnya adalah
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta
masyarakat luas. Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat
sekitarnya dapat tercapai apabila terdapat komitmen penuh dari top
management perusahaan terhadap penerapan CSR sebagai akuntabilitas
publik.

Salah satu prinsip GCG adalah masalah pertanggungjawaban


(responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat. Akhir-akhir ini terdapat tiga kepentingan publik yang oleh
perusahaan cenderung terabaikan.

Pertama, perusahaan hanya bertanggung jawab secara hukum terhadap


pemegang sahamnya (shareholder), sedangkan masyarakat tempat di mana
perusahaan tersebut berdomisili kurang diperhatikan. Kedua, dampak negatif
yang ditimbulkan oleh perusahaan semakin meningkat dan harus ditanggung
oleh masyarakat sekitar. Sementara itu sebagian besar keuntungan manfaat
hanya dinikmati oleh pemilik saham perusahaan saja. Ketiga, masyarakat
sekitar perusahaan yang menjadi korban sebagian besar mengalami kesulitan
untuk menuntut ganti rugi kepada perusahaan. Itu karena belum ada hukum
(regulasi) yang mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan kewajiban
perusahaan kepada publik.

Selain tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham tanggung


jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) dan tanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup
(sustainable environtment responsibility).

Dalam era reformasi yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya


keterbukaan, seharusnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungannya
semakin meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan
lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala, misalnya
sering didemo oleh masyarakat, bahkan ada perusahaan yang terpaksa ditutup
oleh pihak yang berwenang.

Kita selama ini hanya mengenal audit keuangan (financial audit) saja,
namun suatu saat nanti bisa muncul suatu audit sosial (social audit). Yang
mulai berkembang saat ini adalah audit lingkungan (environtment audit).
Paradigma baru perusahaan yang dianggap tumbuh & berkelanjutan (growth &
sustainable company) saat ini tidak hanya diukur dari pencapaian laba (profit)
saja, namun juga diukur dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitarnya,
baik terhadap komunitas lokal, masyarakat luas maupun lingkungan hidup.

Berkenaan dengan hal tersebut, muncul triple bottom lne model, yang
terdiri dari profit, people & planet (3 P). Laporan suatu perusahaan yang
menggunakan model triple bottom line, selain melaporkan aspek keuangan juga
melaporkan aspek kepedulian sosial dan upaya pelestarian lingkungan hidup.

Beberapa waktu yang lalu telah diperkenalkan sustainable reporting,


yaitu suatu laporan yang bersifat non-finansial yang dapat dipakai sebagai
acuan oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi
dan lingkungan. Global Reporting Initiative & Value Reporting telah
mengeluarkan pedoman yang disebut Sustainable Reporting Guidelines. New
York Stock Exchange di Amerika Serikat telah memiliki Dow Jones
Sustainability Index (DJSI) sejak tahun 1999, yang telah memasukkan nilai
corporate sustainability untuk saham-saham perusahaan dengan salah satu
kriterianya adalah praktik CSR. Inggris melalui London Stock Exchange (LSE)
memiliki Socially Responsible Investment Index (SRI Index). Hanseng Stock
Exchange (HSE) dan Singapore Stock Exchange (SSE) saat ini juga mulai
berinisiatif untuk mengikuti trend di atas. Adanya kecenderungan tersebut
dapat mendorong para investor terutama pihak asing untuk memilih
menanamkan investasinya pada perusahaan yang telah menerapkan CSR
dengan baik.
Terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR,
yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam
perusahaan (internal drivers). Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya
adanya regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak
lingkungan (Amdal).

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah


memberlakukan audit Proper (Program penilaian peningkatan kinerja
perusahaan). Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari
perilaku manajemen dan pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat
kepedulian/tanggung jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar
(community development responsibility).

Ada empat manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan


mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh
dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari
masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap
kapital (modal). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya
manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision
making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management).

Pada saat ini CSR dapat dianggap sebagai investasi masa depan bagi
perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di
perusahaan yang telah menerapkan CSR lebih besar, dibandingkan dengan
yang tidak menerapkan CSR. Melalui program CSR dapat dibangun komunikasi
yang efektif dan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat.

Peranan Akuntan Dalam Penerapan Good Corporate


Governance
Untuk dapat mengembangkan dan menerapkan GCG dibutuhkan peran
akuntan, baik sebagai akuntan perusahaan maupun sebagai praktisi accounting
dan auditing baik secara internal maupun sebagai eksternal auditor. Untuk
membuktikan bahwa perusahaan sudah menjalankan GCG maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak ketiga yang independen terhadap praktek
corporate governance. Pihak ketiga independen tersebut adalah akuntan
manajemen dan akuntan publik. Akuntan manajemen antara lain membantu
direksi dan dewan komisaris menyusun dan mengimlementasikan kriteria GCG
di perusahaan, membantu menyediakan data keuangan dan operasi serta data
lain yang dapat dipercayai, accountable, akurat, tepat waktu, obyektif, dan
relevan. Selain itu, akuntan manajemen membantu direksi menyusun dan
mengimplementasikan struktur pengendalian intern.

Akuntan publik sebagai pihak luar yang independen dituntut menjunjung


tinggi kode etik profesi akuntan publik. Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia ditetapkan delapan prinsip etika yang meliputi tanggung jawab
profesi, kepentingan umum, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis.
Akuntan publik melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien,
apakah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum (generally accounting accepted principle). Laporan auditor akan
digunakan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk
mengambil keputusan ekonomi, untuk itu auditor dituntut bersikap independen.

Manfaat Good Corporate Governance

Negara-negara yang memiliki sistem tata kelola perusahaan yang baik


berkaitan dengan:
Memiliki akses yang lebih baik keuangan eksternal. Sistem tata
kelola perusahaan yang baik mendorong investor global untuk berinvestasi,
yang kemudian mengarah pada peningkatan efisiensi di sektor keuangan dan
perbankan. Menurunkan biaya modal. Investor yang diberikan dengan tingkat
tinggi pengungkapan oleh perusahaan diatur dengan baik cenderung untuk
memberikan modal kepada orang-orang baik-perusahaan diatur di tingkat yang
lebih rendah, yang mencerminkan investor ditingkatkan pengetahuan tentang
strategi perusahaan dan kinerja.

Meningkatkan kinerja perusahaan. Penciptaan kekayaan yang


berkelanjutan dalam sektor swasta hanya dapat dibawa melalui manajemen
yang baik, kewirausahaan, inovasi, dan alokasi sumber daya yang lebih baik.
Kelola perusahaan yang lebih baik nilai tambah dengan meningkatkan kinerja
perusahaan melalui manajemen yang lebih efisien, lebih baik alokasi aset, dan
perbaikan dalam produktivitas.

Perusahaan yang lebih tinggi dan berbagi penilaian kinerja.


Banyak peneliti telah mengidentifikasi adanya sebuah "tata kelola perusahaan
premi" (misalnya, harga tambahan bahwa investor akan membayar saham
dalam perusahaan diatur dengan baik). Selain itu, beberapa peneliti telah
mengidentifikasi kinerja saham unggul baik diatur oleh perusahaan.

Mengurangi risiko krisis dan skandal korporasi. Sebuah


perusahaan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik akan, secara
definisi, memiliki risiko yang lebih baik sistem manajemen, yang lebih mungkin
untuk mengatasi.

Karena dengan menerapkan CGC ke dalam perusahaan, ada beberapa


keuntungan yang dapat diperoleh, diantaranya adalah kemudahan dalam
meningkatkan capital, biaya capital yang lebih rendah, meningkatkan kinerja
bisnis dan kinerja ekonomi, serta berpengaruh positif terhadap harga saham
(Forum for Corporate Governace in Indonesia, 2006). Good Corporate
Governance dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan semua pihak
yang berhubungan dengan perusahaan (stakeholders). Diharapkan hal ini akan
segera bisa dirumuskan lebih lanjut dan diterapkan dalam perusahaan-
perusahaan.
KESIMPULAN

Good corporate governance merupakan cara menjalankan suatu organisasi


atau perusahaan atau praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan
beretika. Untuk menjalankan good corporate governance maka perlu
dibentuknya peraturan atau sistem yang di dalamnya tertera prinsip-prinsip
dari good corporate governance, yaitu perlindungan hak dan perlakuan adil
terhadap pemegang saham, persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang
saham, peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan, keterbukaan dan
transparansi, akuntabilitas atau tanggungjawab dewan komisaris (board of
directors), integritas, etika, dll.

Ruang lingkup dalam menerapkan goood corporate governance sangat


luas salah satunya adalah penerapan corporate social responsibility. Karena
organisasi atau perusahaan tidak hanya memperhatikan aspek internal tetapi
aspek eksternal juga.
Penerapan good corporate governance akan berdampak positif terhadap
laporan keuangan, karena good corporate governance akan menurangi atau
menghilangkan rekayasa-rekayasa atas laporan keuangan yang bisa timbul.
Sehingga manfaat yang dapat diperoleh organisasi atau perusahaan
diantaranya adalah kemudahan dalam meningkatkan capital, biaya capital yang
lebih rendah, meningkatkan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi, serta
berpengaruh positif terhadap harga saham.
Daftar Pustaka

CIC - FCGI (Forum For Corporate Governance In Indonesia) Publication (2006).


Http://www.fcgi.com

Http://www.wikipedia.com

Http://www.indosdm.com

H. Sri Sulistyanto & Haris Wibisono (2003). GOOD CORPORATE


GOVERNANCE: Berhasilkah Diterapkan di Indonesia. Jurnal Widya
Warta, No.2 Tahun XXVI/Juli 2003.

IFC – The World Bank.(2009). Http://www.internatinalfinancecorporation.com

King Report on Corporate Governance for South Africa. (2002). Parktown:


Institute of Directors in Southern Africa.

Muh. Arief Effendi (2007). Implementasi Good Corporate Governance Melalui


Corporate Social Responsibility.
Http://www.patnershipgovernanceindex.com

Ndraha, taliziduhu (2003). Kybernologi ( Ilmu-ilmu Pemerintahan Modern) 2.


Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Tim GCG BPPKB (2005). Good Corporate Governance. Jakarta :


Http://www.bpkp.go.id/

United Nation Economic and Social Commission for Asia and the Pasific. (2009).
Http://www.escap.com
Warta BRI No. 04/XXV/2001

Wixley, T. & Everingham, G. (2002). What You Must Know about Corporate
Governance. Cape Town: Siber Ink CC.

You might also like