You are on page 1of 9

Nama : reza abdillah

Npm : 170610100090
Mata kuliah : filsafat ilmu sosial
etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jaab
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur!unsur etis dalam pendapat!pendapat spontan
kita.
"rujukan?#
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.$ntuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
#
%ecara metodologi tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. %ebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia&kan
tetapi berbeda dengan ilmu!ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. 'aksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.


Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta!etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai!nilai etika).
Jenis Etika
Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat
atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari
filsafat( etika lahir dari filsafat
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafat.Karena itu, bila ingin mengetahui unsur!unsur etika maka kita harus bertanya juga
mengenai unsur!unsur filsafat. )erikut akan dijelaskan dua sifat etika:
*. +on!empiris

.,ilsafat digolongkan sebagai ilmu non!empiris. -lmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang kongkret. +amun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha
melampaui yang kongkret dengan seolah!olah menanyakan apa di balik gejala!gejala kongkret.
.emikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara
faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
/. 0raktis

.1abang!cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu 2yang ada3. 'isalnya filsafat
hukun mempelajari apa itu hukum. &kan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya
tentang 2apa yang harus dilakukan3. .engan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat
praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.
4etapi ingat baha etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep!resep siap pakai. Etika tidak
bersifat teknis melainkan reflektif. 'aksudnya etika hanya menganalisis tema!tema pokok
seperti hati nurani, kebebasan, hak dan keajiban, dsb, sambil melihat teori!teori etika masa lalu
untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. .iharapakan kita mampu menyusun sendiri
argumentasi yang tahan uji.
[suntin! Etika "eolois
&da dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. 0ertama, etika teologis bukan
hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing!
masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak
unsur!unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah
memahami etika secara umum
%ecara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi!presuposisi teologis. .efinisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis
dan etika teologis. .i dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik
tolak dari presuposisi!presuposisi tentang &llah atau Yang -lahi, serta memandang kesusilaan
bersumber dari dalam kepercayaan terhadap &llah atau Yang -lahi. Karena itu, etika teologis
disebut juga oleh 5ongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris.
"6#
Etika teologis Kristen
memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. &kan tetapi,
tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan
manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak &llah
%etiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan
menjadi sistem nilai!nilai yang dianutnya. .alam hal ini, antara agama yang satu dengan yang
lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya
#elasi Etika Filosofis dan Etika "eolois
4erdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika.
%epanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jaaban menonjol yang
dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu:
7e8isionisme
4anggapan ini berasal dari &ugustinus (9:;!;9<) yang menyatakan baha etika teologis bertugas
untuk mere8isi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
%intesis
5aaban ini dikemukakan oleh 4homas &=uinas (*//:!*/>;) yang menyintesiskan etika filosofis
dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan mempertahankan
identitas masing!masing, menjadi suatu entitas baru. ?asilnya adalah etika filosofis menjadi
lapisan baah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat
khusus.
.iaparalelisme
5aaban ini diberikan oleh ,.E... %chleiermacher (*>6@!*@9;) yang menganggap etika teologis
dan etika filosofis sebagai gejala!gejala yang sejajar. ?al tersebut dapat diumpamakan seperti
sepasang rel kereta api yang sejajar.
'engenai pandangan!pandangan di atas, ada beberapa keberatan. 'engenai pandangan
&ugustinus, dapat dilihat dengan jelas baha etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan
etika teologis4erhadap pandangan 4homas &=uino, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu
belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, alaupun kedudukan etika
filosofis telah diperkuat. 4erakhir, terhadap pandangan %chleiermacher, diberikan kritik baha
meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.
&da pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara keduanya.
.engan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling
menatap dari dua horiAon yang paralel saja. %elanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis
ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia
seharusnya hidup.
ETIKA BISNIS :
Pemikiran atau refeksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.
Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpui atau ter!ela, dan karenan"a
diperbole#kan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan
dengan apa "ang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan
suatu bidang perilaku manusia "ang penting.
Apa "ang di#arapkan dan mengapa kita mempelaari Etika Bisnis$
Menurut K. Bertens, ada % tuuan "ang ingin di!apai, "aitu :
&. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adan"a demensi etis
dalam bisnis.
Menanamkan, ika sebelumn"a kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila
kesadaran itu suda#
ada, tapi masi# lema# dan ragu.
'rang "ang mendalami etika bisnis di#arapkan memperole# ke"akinan
ba#(a etika merupakan
segi n"ata dari kegiatan ekonomis "ang perlu diberikan per#atian serius.
). Memperkenalkan argumentasi moral k#ususn"a dibidang ekonomi dan
bisnis, serta membantu
pebisnis*!alon pebisnis dalam men"usun argumentasi moral "ang tepat.
+alam etika sebagai ilmu, bukan Baa penting adan"a norma,norma moral,
tidak kala# penting adala# alasan bagi berlakun"a norma,norma itu. Melalui
studi etika di#arapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan -undamental
rasional untuk aspek moral "ang men"angkut ekonomi dan bisnis.
%. Membantu pebisnis*!alon pebisnis, untuk menentukan sikap moral "ang
tepat didalam pro-esin"a
.kelak/.
0al ketiga ini memun!ulkan pertan"aan, apaka# studi etika ini menamin
seseorang akan menadi etis uga$ 1a(abn"a, sekurang,kurangn"a meliputi
dua sisi berikut, "aitu disatu pi#ak, #arus dikatakan : etika mengikat tetapi
tidak memaksa. +isisi lain, studi dan pengaaran tentang etika bisnis bole#
di#arapkan uga mempun"ai dampak atas tingka# laku pebisnis. Bila studi
etika tela# membuka mata, konsekuensi logisn"a adala# pebisnis bertingka#
laku menurut "ang diakui sebagai #al "ang benar.
Tiga aspek pokok dari bisnis "aitu : dari sudut pandang ekonomi, #ukum dan
etika.
&. Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adala# kegiatan ekonomis. 2ang teradi disini adala# adan"a interaksi
antara produsen*perusa#aan dengan pekera, produsen dengan konsumen,
produsen dengan produsen dalam sebua# organisasi. Kegiatan antar
manusia ini adala# bertuuan untuk men!ari untung ole# karena itu menadi
kegiatan ekonomis. Pen!arian keuntungan dalam bisnis tidak bersi-at
sepi#ak, tetapi dilakukan melalui interaksi "ang melibatkan berbagai pi#ak.
+ari sudut pandang ekonomis, good business adala# bisnis "ang bukan saa
menguntungkan, tetapi
uga bisnis "ang berkualitas etis.
).Sudut pandang moral.
+alam bisnis, berorientasi pada pro3t, adala# sangat (aar, akan tetapi
angan keuntungan "ang
diperole# tersebut ustru merugikan pi#ak lain. Tidak semua "ang bisa kita
lakukan bole#&
dilakukan uga. Kita #arus meng#ormati kepentingan dan #ak orang lain.
Pantas diper#atikan, ba#(a dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena
meng#ormati kepentingan dan #ak orang lain itu uga perlu dilakukan demi
kepentingan bisnis kita sendiri.
%. Sudut pandang 0ukum
Bisa dipastikan ba#(a kegiatan bisnis uga terikat dengan 40ukum4 0ukum
+agang atau 0ukum Bisnis, "ang merupakan !abang penting dari ilmu
#ukum modern. +an dalam praktek #ukum ban"ak masala# timbul dalam
#ubungan bisnis, pada tara- nasional maupun international. Seperti etika,
#ukum uga merupakan sudut pandang normati-, karena menetapkan apa
"ang #arus dilakukan atau tidak bole# dilakukan. +ari segi norma, #ukum
lebi# elas dan pasti daripada etika, karena peraturan #ukum dituliskan #itam
atas puti# dan ada sanksi tertentu bila teradi pelanggaran. Ba#kan pada
5aman kekaisaran 6oma, ada pepata# terkenal : 47uid leges sine
moribus4 "ang artin"a : 4apa artin"a undang,undang kalau tidak disertai
moralitas 4
8alu apa tolok ukur ba#(a bisnis itu baik menurut tiga sudut pandang tadi$
9ntuk sudut pandang ekonomis, a(aban pertan"aan ini lebi# muda#, "aitu
bila bisnis memberikan pro3t, dan #al ini akan elas terba!a pada laporan
rugi*laba perusa#aan di ak#ir ta#un. +ari sudut pandang #ukum pun elas,
ba#(a bisnis "ang baik adala# "ang diperbole#kan ole# sistem #ukum "ang
berlaku. .pen"elundupan adala# bisnis "ang tidak baik/.
2ang lebi# sulit a(abn"a adala# bila bisnis dili#at dari sudut pandang moral.
Apa "ang menadi tolok ukur
untuk menentukan baik burukn"a suatu perbuatan bisnis.
+ari sudut pandang moral, setidakn"a ada % tolok ukur "aitu : nurani, Kaida#
Emas, penilaian umum.
&.0ati nurani:
Suatu perbuatan adala# baik, bila dilakukan susuai dengan #ati nuranin"a,
dan perbuatan lain buruk bila dilakukan berla(anan dengan #ati nuranin"a.
Kalau kita mengambil keputusan moral berdasarkan #ati nurani, keputusan
"ang diambil 4di#adapan Tu#an4 dan kita sadar dengan tindakan tersebut
memenu#i ke#endak Tu#an.
). Kaida# Emas :
:ara lebi# ob"ekti- untuk menilai baik burukn"a perilaku moral adala#
mengukurn"a dengan Kaida# Emas .positi-/, "ang berbun"i : 40endakla#
memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan4
Kenapa begitu$ Tentun"a kita menginginkan diperlakukan dengan baik. Kalau
begitu "ang sa"a akan berperilaku dengan baik .dari sudut pandang moral/.
6umusan Kaida# Emas se!ara negati- : 41angan perlakukan orang lain, apa
"ang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan ter#adap diri Anda4 Sa"a
kurang konsisten dalam tingka# laku sa"a, bila sa"a melakukan sesuatu
ter#adap orang lain, "ang sa"a tidak mau akan dilakukan ter#adap diri sa"a.
Kalau begitu, sa"a berperilaku dengan !ara tidak baik .dari sudut pandang
moral/.
%. Penilaian 9mum :
:ara ketiga dan barangkali paling ampu# untuk menentukan baik burukn"a
suatu perbuatan atau perilaku adala# men"era#kan kepada mas"arakat
umum untuk menilai. :ara ini bisa disebut uga audit sosial. Sebagaimana
melalui audit dalam arti biasa se#at tidakn"a keadaan 3nansial suatu
perusa#aan dipastikan, demikian uga kualitas etis suatu perbuatan
ditentukan ole# penilaian mas"arakat umum.
Apa itu etika bisnis$
Kata 4etika4 dan 4etis4 tidak selalu dipakai dalam arti "ang sama dan karena
itu pula 4etika bisnis4 bisa
berbeda artin"a.
Etika sebagai praksis berarti : nilai,nilai dan norma,norma moral seau#
dipraktekkan atau ustru tidak
dipraktekkan, (alaupun se#arusn"a dipraktekkan. Sedangkanetis,
merupakansi-at daritindakan "ang
sesuaidengan etika.
Peranan Etika dalam Bisnis :
&. produk "ang baik
). Managemen "ang baik
%. Memiliki Etika
Selama perusa#aan memiliki produk "ang berkualitas dan berguna untuk
mas"arakat disamping itu dikelola dengan manaemen "ang tepat dibidang
produksi, 3nansial, sumberda"a manusia dan lain,lain tetapi tidak
mempun"ai etika, maka kekurangan ini !epat atau lambat akan menadi
batu sandungan bagi perusa#aan tsb. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak
perlu dalam mas"arakat modern. Tetapi kalau merupakan -enomena sosial
"ang begitu #akiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan,aturan main
"ang selalu #arus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk uga aturan,
aturan moral.
Mengapa bisnis #arus berlaku etis $
Tekanan kalimat ini ada pada kata 4#arus4. +engan kata lain, mengapa bisnis
tidak bebas untuk berlaku etis atau tidak$ Tentu saa se!ara -aktual, tela#
berulang kali teradi #al,#al "ang tidak etis dalam kegiatan bisnis, dan #al ini
tidak perlu disangkal, tetapi uga tidak perlu menadi -okus per#atian kita.
Pertan"aann"a bukan tentang ken"ataan -aktual, melainkan tentang
normati;itas : se#arusn"a bagaimana dan apa "ang menadi dasar untuk
ke#arusan itu.
Mengapa bisnis #arus berlaku etis, sebetuln"a sama dengan bertan"a
mengapa manusia pada umumn"a
#arus berlaku etis. Bisnis disini #an"a merupakan suatu bidang k#usus dari
kondisi manusia "ang umum.
1a(abann"a ada tiga "aitu :
< Tu#an melalui agama*keper!a"aan "ang dianut, di#arapkan setiap pebisnis
akan dibimbing ole# iman keper!a"aann"a, dan menadi tugas agama
mengaak para pemelukn"a untuk tetap berpegang pada moti;asi moral.
< Kontrak Sosial, umat manusia seola#,ola# perna# mengadakan kontrak
"ang me(aibkan setiap anggotan"a untuk berpegang pada norma,norma
moral, dan kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, se#ingga tidak ada
seorangpun "ang bisa melepaskan diri daripadan"a.
< Keutamaan, Menurut Plato dan Aristoteles, manusia #arus melakukan "ang
baik, ustru karena #al itu baik. 2ang baik mempun"ai nilai intrinsik, artin"a,
"ang baik adala# baik karena dirin"a sendiri. Keutamaan sebagai disposisi
tetap untuk melakukan "ang baik, adala# pen"empurnaan tertinggi dari
kodrat manusia. Manusia "ang berlaku etis adala# baik begitu saa, baik
se!ara men"eluru#, bukan menurut aspek tertentu saa.
K'+E ETIK PE69SA0AAN
Kode Etik .Patri!k Murp#"/ atau kadang,kadang disebut !ode o- !ondu!t atau
!ode o- et#i!al !ondu!t ini, men"angkut kebiakan etis perusa#aan
ber#ubungan dengan kesulitan "ang bisa timbul .mungkin perna# timbul
dimasa lalu/, seperti konfik kepentingan, #ubungan dengan pesaing dan
pemasok, menerima #adia#, sumbangan dan sebagain"a.
8atar belakang pembuatan Kode Etik adala# sebagai !ara ampu# untuk
melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusa#aan. Bila
Perusa#aan memiliki Kode Etik sendiri, is mempun"ai beberapa kelebi#an
dibandingkan dengan perusa#aan "ang tidak memilikin"a.
Man-aat Kode Etik Perusa#aan :
&. Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusa#aan, karena etika
tela# diadikan sebagai
!orporate !ulture. 0al ini terutama penting bagi perusa#aan besar "ang
kar"a(ann"a tidak semuan"a
saling mengenal satu sama lainn"a. +engan adan"a kode etik, se!ara intern
semua kar"a(an terikat dengan standard etis "ang sama, se#ingga akan
me3gambil kebiakan*keputusan "ang sama ter#adap kasus seenis "ang
timbul.
). Kode Etik, dapat membantu meng#ilangkan gre" area .ka(asan kelabu/
dibidang etika. .penerimaan
komisi, penggunaan tenaga kera anak, ke(aiban perusa#aan dalam
melindungi lingkungan #idup/.
%. Kode etik menelaskan bagaimana perusa#aan menilai tanggung a(ab
sosialn"a.
=. Kode Etik, men"ediakan bagi perusa#aan dan dunia bisnis pada
umumn"a, kemungkinan untuk
mengatur diri sendiri .sel- regulation/
Etika bisnis
%ecara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara!cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan indi8idu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan indi8idu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan ilayah abu!abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Bon der Embse dan 7.&. Cagley dalam artikelnya di &d8ance 'anagemen 5ouurnal (*D@@),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Eleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara!cara yang dapat
memberi manfaat sebesar!besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah!rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. +amun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk
suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai (8alue!creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
)iasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
?aruslah diyakini baha pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
'ampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
'ampu meningkatkan moti8asi pekerja.
'elindungi prinsip kebebasan berniaga
'ampu meningkatkan keunggulan bersaing.
4idak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing
tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya
melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. ?al ini
akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
%edangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai!nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk
perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier.
0erlu dipahami, karyaan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan.
Eleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyaannya.
$ntuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari!hari maka nilai!nilai
yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni
dengan cara :
'enuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
'emperkuat sistem pengaasan
'enyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyaan secara terus menerus.

You might also like