Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Teknik Sipil ke 10 yang diadakan oleh Jurusan Teknik Sipil, FTSP - ITS. Tahun 2014 bertempat di Jurusan Teknik Sipil ITS. Abstrak ini berisi 105 halaman yang memuat abstrak seluruh peserta seminar nasional.
Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Teknik Sipil ke 10 yang diadakan oleh Jurusan Teknik Sipil, FTSP - ITS. Tahun 2014 bertempat di Jurusan Teknik Sipil ITS. Abstrak ini berisi 105 halaman yang memuat abstrak seluruh peserta seminar nasional.
Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Teknik Sipil ke 10 yang diadakan oleh Jurusan Teknik Sipil, FTSP - ITS. Tahun 2014 bertempat di Jurusan Teknik Sipil ITS. Abstrak ini berisi 105 halaman yang memuat abstrak seluruh peserta seminar nasional.
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
1 ANALISA PEMILIHAN BENTUK BOX CULVERT DAN ABI LI TY TO PAY CALON PENGGUNA JARINGAN UTILITAS TERPADU DI KOTA SURABAYA
Tri Joko Wahyu Adi 1 , I Putu Artama Wiguna 2 dan Anita Intan Nura Diana 3
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, 3 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email: anita.071288@gmail.com
ABSTRAK
Seiring bertambahnya kebutuhan kota Surabaya terhadap pemasangan jaringan utilitas seperti pipa PDAM dan gas, kabel listrik maupun kabel data (Fiber Optic) pemerintah kota menetapkan kebijakan lokal untuk menempatkan jaringan utilitas di dalam box culvert. Adanya kebijakan ini memang dapat menyelesaikan sebagian masalah, namun juga menimbulkan masalah baru, seperti terhambatnya fungsi utama box culvert sebagai saluran drainase. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembangunan tempat jaringan utilitas yang dapat mengintegrasikan beberapa elemen utilitas dalam satu ruang kontrol secara bersamaan. Bagi pihak pemerintah, fasilitas ini dapat menjadi sumber pendapatan. Sedangkan untuk para pengguna (user), fasilitas ini akan memberikan banyak kemudahan dalam proses operasional dan maintanance. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisa pemilihan alternatif desain box culvert sebagai tempat jaringan utilitas terpadu, serta 2) menganalisa ability to pay calon pengguna tempat jaringan utilitas. Ada 3 tipe desain box culvert yang diusulkan. Untuk pemilihan desain box culvert digunakan metode Multi Critera Decision Making (MCDM) yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Sedangkan untuk mengetahui ability to pay calon pengguna, metode yang digunakan adalah penyebaran kuisioner. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling, dengan responden penelitian adalah para pakar, akademisi, dan praktisi utilitas, baik dari pemkot Surabaya maupun calon pengguna. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk kondisi jalan, baik yang tersedia ruang kosong maupun yang tidak tersedia, alternatif 1 merupakan desain box culvert yang terbaik dengan nilai prioritas secara berurutan adalah 0,487 dan 0,429. Untuk jalan kondisi baru, alternatif 3 merupakan desain box culvert yang terbaik dengan nilai prioritas 0,352. Total Jumlah Ability To Pay dari calon pengguna diketahui sebesar Rp 5.194.196,00/meter/tahun.
Kata Kunci : Box Culvert, Ability To Pay, AHP
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 2 QUALI TY CONTROL PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROYEK PERUMAHAN
Anton Soekiman 1 dan Winner Yousman 2
1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil,Universitas Katolik Parahyangan, Email: soekiman@unpar.ac.id 2 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,
ABSTRAK Mutu sebagai faktor penting yang menjadi salah satu ukuran kepuasan pengguna jasa konstruksi merupakan suatu hal yang harus disikapi dengan sikap proaktif, karena dengan sikap proaktif terhadap pencapaian mutu itulah kepuasan dan loyalitas pengguna jasa dicapai dan dipertahankan. Pembangunan kawasan perumahan sebagai kawasan tempat tinggal tidak luput dari Quality Control pada tahap konstruksinya, dengan kondisi dibangun pararel menggunakan lebih dari satu penyedia jasa, dibutuhkan suatu pelaksanaan Quality Control yang baik demi tercapainya hasil yang sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam hal ini penyedia jasa melakukan pekerjaan yang relatif sama dalam jumlah yang banyak, karena itu penelitian ini difokuskan pada bagaimana proses Quality Control dilaksanakan terhadap penyedia jasa yang memiliki kemampuan berbeda dengan pekerjaan yang relatif serupa dalam jumlah yang banyak. Studi kasus dilakukan pada pembangunan proyek perumahan Kota Baru Parahyangan yang menjadi salah satu contoh proyek perumahan yang memiliki manajemen kualitas yang baik di kota Bandung. Proyek ini membangun rumah dalam jumlah yang sangat banyak sesuai area lokasi yang dikembangkannya. Dalam penelitian ini digunakan data pembangunan 35 rumah dengan berbagai tipe untuk melihat bagaimana Quality Control dilakukan oleh pihak developer selaku pengguna jasa dan para kontraktor selaku penyedia jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunci dari pelaksanaan Quality Control yang baik harus dilakukan sejak awal hingga akhir pekerjaan secara terusmenerus (continue) dengan didukung pengalaman yang memadai. Langkah tersebut akan menyediakan data yang diperlukan untuk langkah preventif dan proaktif pencapaian kualitas hasil akhir. Selain itu juga diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pengguna jasa dan penyedia jasa sehingga kualitas yang diharapkan dapat tercapai. Dalam hal ini, Quality Control harus lebih banyak dilaksanakan oleh penyedia jasa, sedangkan pengguna jasa memberi support atas perhatian kontraktor terhadap mutu pekerjaan. Informasi ini diharapkan akan bermanfaat bagi pelaku jasa konstruksi dalam rangka menjaga kinerja dan membangun loyalitas profesi jasa konstruksi.
Kata kunci: pelaksanaan proyek, perumahan, Quality Control, preventif dan proaktif
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 3 ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN KAYU KEMPAS DAN BAJA RINGAN
Anton Soekiman 1 dan Airin Milasari 2
1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil,Universitas Katolik Parahyangan, Email: soekiman@unpar.ac.id 2 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,
ABSTRAK Konstruksi atap merupakan konstruksi penutup bagian atas sebuah bangunan yang memiliki berbagai macam pilihan tipe dan bentuk rangka atap. Selain menggunakan material kayu konvensional, kini telah bermunculan material baru yang digunakan sebagai alternatif untuk konstruksi rangka atap. Alternatif material tersebut diantaranya adalah penggunaan material kayu kempas dan baja ringan. Penelitian ini mengkaji perbandingan dari penggunaan material kayu kempas dan material baja ringan dilihat dari segi biaya, berupa besarnya selisih harga pemakaian kayu kempas serta baja ringan sebagai material struktur rangka atap. Perhitungan biaya dilakukan untuk fabrikasi rangka kuda-kuda dengan variasi bentang 7 meter, 8 meter, 9 meter, 10 meter, dan 11 meter, serta tiga variasi kemiringan atap yang berbeda yaitu 25 0 , 30 0 , dan 35 0 . Dari simulasi biaya yang dilakukan pada berbagai bentang tersebut, biaya konstruksi rangka atap dengan bahan baja ringan lebih mahal dibandingkan dengan bahan kayu kempas. Biaya konstruksi rangka atap cenderung meningkat seiring dengan bertambah panjangnya bentang serta bertambahnya sudut kemiringan atap dan secara umum kenaikan biaya konstruksi rangka atap dari tiap bentang hampir membentuk garis lurus. Namun demikian, terdapat pengecualian yang menggambarkan kenaikan biaya yang semakin mengecil, yaitu: pada kemiringan atap 25 0 untuk penggunaan material kayu kempas dan pada kemiringan atap 30 0 untuk penggunaan material baja ringan. Sementara itu, selisih biaya konstruksi rangka atap kedua bahan tersebut juga cenderung meningkat seiring bertambahnya bentang dan sudut atap, selisih biaya terbesar terjadi pada bentang 8 meter dengan kemiringan atap 30 0 yaitu 74,18%, sedangkan selisih terkecil yaitu sebesar 56,35% terjadi pada kemiringan atap 25 0 dengan bentang 10 meter. Namun demikian walaupun bahan baja ringan lebih mahal harganya, tapi memiliki kelebihan, yaitu: lebih tahan rayap dan jamur, lebih tahan api, dan memiliki waktu pemasangan yang lebih cepat.
Kata kunci: rangka atap, konstruksi kuda-kuda, kayu kempas, baja ringan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 4 PEMODELAN HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETIDAKPASTIAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIAYA PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN BELI EF NETWORK
Fahirah F 1 , Tri Joko Wahyu Adi 2 dan Nadjadji Anwar 2
1 Mahasiswa S3, Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya E-mail:fahirah_fz@yahoo.com 2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
ABSTRAK
Pengendalian biaya proyek selama pelaksanaan konstruksi perlu diperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian yang mempengaruhi kinerja biaya proyek. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan selama masa konstruksi maka akan mempengaruhi biaya total dan bisa meningkatkan pembengkakan (overrun) biaya proyek. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara faktor ketidakpastian yang mempengaruhi kinerja biaya proyek konstruksi sehingga dapat memberikan peringatan dini terhadap pembengkakan biaya proyek konstruksi. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, kuesioner, wawancara (interview) terhadap ahli konstruksi, dan pengolahan data menggunakan Belief Network (BN). Validasi model dilakukan pada studi kasus proyek konstruksi gedung X dan gedung Y di kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang secara langsung mempengaruhi kinerja biaya proyek konstruksi adalah faktor produktivitas tenaga kerja, produktivitas peralatan konstruksi, pekerjaan ulang-rework dan ketepatan pengadaan material konstruksi. Validasi model membuktikan bahwa model BN yang diusulkan dapat diterapkan untuk memprediksi dan menghitung probabilitas pembengkakan biaya proyek konstruksi dengan akurasi yang baik.
Kata kunci: kinerja biaya, proyek konstruksi, probabilitas, Belief Network
. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 5 KEPUASAN WAKIL PEMILIK PROYEK TERHADAP KUALITAS LAYANAN KONTRAKTOR
Herlita Prawenti 1 dan Muhamad Abduh 2
1 Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, herly_cuantek@yahoo.com 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, abduh@si.itb.ac.id
ABSTRAK Industri konstruksi berkontribusi terhadap perekonomian dan pembangunan nasional. Seiring dengan peningkatan kebutuhaan dari pemilik proyek konstruksi dan percepatan pembangunan yang tengah dilaksanakan, persaingan yang semakin ketat antara kontraktor menjadi fenomena yang nyata pada industri konstruksi di Indonesia. Dengan demikian, kontraktor semakin ditantang untuk dapat bersaing dan mempertahankan keberadaanya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh kontraktor adalah dengan diferensiasi kualitas layanannya, karena memperbaiki kinerja pada aspek layanan relatif lebih mudah dibandingkan dengan memperbaiki kualitas produk. Selain itu, karena kualitas layanan berhubungan dengan soft factor, yang dianggap dianggap dapat memberikan hasil yang konsisten dan berkelanjutan untuk organisasi, dibandingkan dengan hard factor. Faktor-faktor kualitas layanan yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan secara komprehensif berdasarkan pada faktor-faktor kualitas layanan SERVQUAL, serta hasil penelitian di Singapura, Srilangka, dan penelitian sebelumnya di Indonesia. Survey dilakukan untuk mendapatkan masukan dan opini terkait dengan faktor-faktor kualitas layanan mana saja yang memberikan kepuasan terhadap wakil pemilik, yang diasumsikan dapat mewakili tingkat kepuasan pemilik proyek. Faktor- faktor kualitas layanan yang didapat dari survey dapat digunakan oleh kontraktor Indonesia dalam mengembangkan strategi bersaing serta memberikan kepuasan kepada pemilik proyek konstruksi.
Kata kunci: kepuasan, kontraktor, kualitas layanan, wakil pemilik
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 6 PENILAIAN KESIAPAN RANTAI PASOK BAJA RINGAN DI INDONESIA
Azaria Andreas 1 , Muhamad Abduh 2
1 Mahasiswa Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung Email: aza_vinza@yahoo.com 2 Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung Email: abduh@si.itb.ac.id
ABSTRAK Jumlah kerugian baik materi maupun korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa bumi tidaklah sedikit. Kondisi bangunan yang tidak didesain tahan gempa menjadi penyebab utama dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengganti material komponen struktur bangunan. Penggunaan baja ringan sebagai material pengganti kayu untuk komponen rangka atap bangunan terus meningkat dari tahun ke tahun. Baja ringan memiliki sejumlah kelebihan ketimbang kayu, dan cocok digunakan sebagai material yang tahan gempa. Namun yang terjadi saat ini adalah produk baja ringan yang digunakan konsumen banyak yang tidak sesuai standar baik dari segi kualitas, maupun dimensinya. Lebih lanjut banyak kasus produk baja ringan yang sudah terpasang pada rangka atap roboh. Salah satu penyebab dari hal tersebut adalah kurangnya kontrol oleh pemerintah, dalam hal ini dari pihak Kementrian Perindustrian, dan Kementrian Pekerjaan Umum terkait standar dan kebijakan penggunaan produk baja ringan. Penelitian ini mencoba menganalisa permasalahan dalam jaringan distribusi baja ringan dan melihat kesiapan para pihak yang terlibat dengan menggunakan konsep rantai pasok. Konsep rantai pasok dalam industri konstruksi dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisa jaringan distribusi produk baja ringan mulai dari pengolahan bahan mentah, hingga menjamin value yang diterima konsumen tidak berkurang selama pendistribusian. Parameter yang diidentifikasi antara lain, structure channel, serta isu-isu penting di sepanjang jaringan distribusi baja ringan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif, responden dipilih menggunakan teknik non probability sampling, pengumpulan data menggunakan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, dan analisa data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Survei telah dilakukan terhadap 17 entitas yang terletak di 5 kota. Hasil survei menunjukkan, terdapat 5 buah entitas pihak (produsen, fabrikator, distributor, aplikator, dan kontraktor) dalam jaringan distribusi baja ringan. Hasil analisa menunjukkan pihak dengan tingkat kesiapan paling tinggi adalah produsen, dan pihak yang memiliki tingkat kesiapan paling rendah adalah aplikator.
Kata kunci: rantai pasok, baja ringan, industri baja, material konstruksi, gempa
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 7
PENGARUH PERILAKU TENAGA KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA YANG DIMODERASI FAKTOR PENGALAMAN KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI SURABAYA
Iqbal Al Faris 1 , Feri Harianto2
1 Alumni Jurusan Teknik Sipil, ITAS , email: iqbalfaris96@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITATS, email: gokbio@yahoo.com
ABSTRAK Di proyek konstruksi setiap kegiatannya mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja. Perilaku tenaga kerja, lingkungan kerja, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja mempunyai potensi mempengaruhi kecelakaan kerja. Metode penelitian ini adalah metode survei, analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan variabel moderator dengan metode interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA). Responden yang dijadikan pengukuran adalah para tukang, kuli, dan mandor. Penyebaran kuisioner di 3 lokasi proyek. Proyek tersebut antara lain Proyek Renovasi Asrama Mahasiswa Blog G-H Kampus ITS Sukolilo, Proyek Pembangunan Perumahan Ramadha Kebraon, dan Proyek Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai Dukuh Kupang Indah. Berdasarkan hasil analisis perilaku tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,519). Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan terhadap kecelakaan kerja, dimana sebelum dimoderasi R = 0,616 dan setelah dimoderasi R = 0,642. Selain itu pengalaman kerja mempengaruhi secara signifikan terhadap kecelakaan kerja, dimana sebelum dimoderasi R = 0,6 dan setelah dimoderasi R = 0,586. Dan variabel usia berfungsi sebagai variabel bebas dan tidak berfungsi sebagai variabel moderator.
Kata kunci: Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan, Kecelakaan Kerja, Perilaku Tenaga Kerja, Lingkungan Kerja.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 8 MODEL MANAJEMEN RISIKO PENGEMBANGAN PROPERTI PADA KAWASAN PARIWISATA
I Wayan Muka 1 , M. Agung Wibowo 2 1 Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Email: muka_dwiyanjaya@yahoo.com 2 Dosen Program S3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRAK Pengembangan properti merupakan salah satu bisnis yang paling dinamis dan berisiko. Industri properti memiliki reputasi buruk dalam mengelola risiko. Usaha di bidang properti, seperti halnya dengan usaha di semua bidang ekonomi lainnya, perlu mengelola setiap risiko yang dihadapinya agar hubungan yang seimbang antara rentabiltas (rate of return) dan likuiditas usahanya tidak terganggu oleh peristiwa-peristiwa, baik ekonomi maupun non ekonomi. Pengetahuan manajemen risiko pengembangan properti di Indonesia, dilihat dari referensi yang tersedia baru terbatas pada teori pengelolaan secara umum baik untuk industri maupun proyek. Penelitian ini merupakan penyederhanaan model 12 (dua belas) tahap pengembangan industri properti menurut pendapat Wurtzebach dan Miles (1995) menjadi 5 (lima) tahap yaitu; tahap inisiasi (initiation), tahap studi kelayakan (feasibility study), tahap komitmen (commitment), tahap konstruksi (construction), dan tahap operasi (operation) dengan memasukkan proses manajemen risiko pada masing-masing tahap. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model manajemen risiko pengembangan properti pada kawasan pariwisata. Untuk mencapai tujuan utama dari penelitian ini ditetapkan tujuan sekunder sebagai berikut: (i) mengeksplorasi teori dan model manajemen risiko yang relevan dengan pengembangan properti; (ii) mengidentifikasi tingkat potensi risiko (hazard), tingkat kerentanan (vulnerability), kapasitas (capacity), (iii) menganalisis faktor risiko berdasarkan tingkat potensi risiko (hazard), kerentanan (vulnaribility), kapasitas (capacity), (iv) merekomendasikan model manajemen risiko pengembangan properti. Penelitian ini didesain dalam 6 (enam) tahapan yang terdisi dari; (i) tahap identifikasi masalah, (ii) tahap pengembangan ruang lingkup, (iii) tahap pengumpulan data, (iv) tahap pengolahan data, (v) tahap pengembangan model. Secara konseptual, metodelogi yang diusulkan dalam penelitian ini merujuk pada langkah-langkah kunci manajemen risiko yang meliputi identifikasi, analisis risiko kualitatif/kuantitatif, respon risiko dan mitigasi risiko. Studi ini menjustifikasi bahwa berdasarkan studi literatur perlu dikembangkan model manajemen risiko khusus untuk pengembangan properti yang lebih sistematis, dan mudah diterapkan. Kata Kunci: Model, Manajemen Risiko, Pengembangan Properti
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 9 KAJIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN EARNED VALUE (STUDI KASUS PROYEK X, Y, Z)
Ari Kusuma Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKI_Paulus) Makassar, Kampus Daya Jl. Perintis Kemerdekaan,Daya, Makassar, Telp 0411-588091, email : arykusuma6@gmail.com ABSTRAK Pada umumnya proyek konstruksi mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber daya. Diharapkan dalam pelaksanaan tidak terjadi keterlambatan karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan meningkatnya biaya proyek. Faktor keterlambatan yang diteliti adalah faktor tenaga kerja (labors), faktor bahan (material), faktor peralatan (equipment), Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis terjadinya keterlambatan proyek dan intensitas terjadinya, pada proyek x, y, z. Analisisis menggunakan konsep earned value yang mengkaji terhadap faktor tenaga kerja yang terdiri dari tujuh subfaktor , faktor bahan yang terdiri dari tujuh subfaktor, dan faktor peralatan terdiri dari lima subfaktor terhadap proyek X, proyek Y dan proyek Z Hasil pembahasan menunjukkan, Untuk nilai hasil proyek X mengalami keterlambatan (Schedule Overrun) mulai pada minggu ke lima, terjadi penyimpangan biaya (Cost Overrun) pada minggu ke 15 hingga akhir proyek, sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-15. Proyek Y mengalami keterlambatan (Schedule Overrun) mulai pada minggu ke lima ini, terjadi penyimpangan biaya (Cost Overrun) pada minggu ke 21 terlihat, sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-30. Proyek Z mengalami keterlambatan (Schedule Overrun) mulai pada minggu ke sembilan, terjadi penyimpangan biaya (Cost Overrun) pada minggu ke 21 sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-25.
Kata Kunci: Penyebab keterlambatan, proyek konstruksi, earned value
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 10 PERAN RANTAI PASOK MATERIAL KONSTRUKSI TERHADAP UPAYA PENURUNAN EMISI KARBON DIOKSIDA PADA INSDUTRI KONSTRUKSI
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung, email: hermawan.tjan@yahoo.com 2 Staf Pengajar Teknik Sipil, Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL), Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 3 Staf Pengajar Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL) Kelompok Keahlian Pengelolaan Limbah dan Udara Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung ABSTRAK Supply chain atau rantai pasok merupakan suatu konsep yang relatif baru di dunia konstruksi, yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Tuntutan terhadap efisiensi memaksa perusahaan untuk membentuk struktur organisasi yang lebih sederhana, mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada bisnis intinya, dan menyerahkan aktifitas pendukungnya pada pihak lain. Tuntutan terhadap efisiensi bukan hanya pada biaya, mutu dan waktu tetapi telah bergeser pada kebutuhan global yaitu penuruan emisi karbon dioksida. Kebutuhan global merupakan dampak dari meningkatnya efek gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh berbagai macam kegiatan industri termasuk di dalamnya industri konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya di beberapa negara menunjukkan bahwa industri konstruksi berkontribusi sekitar 18%-24% terhadap peningkatan emisi karbon dioksida. Kontribusi tersebut merupakan akumulasi rantai pasok yang dimulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu berada pada industri manufaktur material konstruksi. Sedangkan hilir berada pada kegiatan proyek konstruksi. Hal ini memberikan indikasi bahwa rantai pasok pada industri konstruksi memerlukan pengendalian sehingga dapat memberikan upaya penurunan emisi karbon dioksida. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengeksplorasi deskriptif terhadap peran rantai pasok material konstruksi pada industri konstruksi.
Kata kunci: rantai pasok, material konstruksi, emisi karbon dioksida
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 11
ANALISIS RISIKO MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN WADUK BAJULMATI BANYUWANGI - JAWA TIMUR
Anik Ratnaningsih 1 , Dwi Gesang Ageng Pangapuri 2
1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jember, Jl. Kalimantan No. 37, Jember, 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas, Jember, Jl. Kalimantan No. 37, Jember Email:ratnaningsihanik@gmail.com
ABSTRAK Pemerintah Kabupaten Banyuwangi merencanakan pembangunan waduk Bajulmati yang memiliki luas daerah genangan sekitar 100,21 ha dengan kapasitas tampungan total sebesar 10 juta m3. Waduk ini dibangun untuk mengatasi masalah irigasi yang terdapat pada wilayah Bajulmati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi pembangunan proyek waduk tersebut serta seberapa besar dampak yang ditimbulkan saat konstruksi dilaksanakan. Metode yang dilakukan melalui survey untuk mengetahui berbagai kemungkinan risiko konstruksi serta seberapa besar konsekuensi/ dampak risiko pada saat konstruksi tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif, dengan tahapan sebagai berikut : identifikasi risiko, penilaian risiko dan penanganan risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko yang teridentifikasi dalam proses pembangunan Waduk Bajulmati sebanyak 17 (tujuh belas) risiko, yaitu 3 (tiga) risiko dengan kategori tidak dapat diterima, 9 (sembilan) risiko dengan kategori tidak diharapkan, dan 2 (dua) risiko dengan kategori dapat diterima. Risiko-risiko yang harus mendapatkan perhatian penting yang masuk dalam kategori tidak dapat diterima adalah : risiko perubahan desain, risiko kesalahan estimasi biaya, dan risiko perubahan harga material. Sedangkan risiko tidak diharapkan antara lain risiko kurangnya peralatan, risiko kerusakan material, risiko kecelakaan tenaga kerja, dan risiko perubahan fungsi. Risiko yang tidak dapat diterima dan tidak diharapkan disebut sebagai risiko dominan yang ditangani dengan respon risiko.
Kata Kunci : Risiko, manajemen konstruksi, waduk Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 12 ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN DURASI PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI SURABAYA
Nuur Aziza Setiyowati 1 dan I Putu Artama Wiguna 2
1 Nuur Aziza Setiyowati, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: icha_ichaparadise@yahoo.com 2 I Putu Artama Wiguna, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:artama_wiguna@gmail.com
ABSTRAK Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila perencanaan dan pengendalian proyek tidak dilakukan dengan tepat. Berbagai hal dapat terjadi dalam setiap proyek yang dapat menyebabkan bertambahnya waktu pengerjaan, sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor penyebab keterlambatan terhadap durasi penyelesaian proyek. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur pada beberapa penelitian terdahulu untuk mendapatkan faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi jalan. Kemudian dilakukan penyusunan kuesioner yang akan disebarkan kepada manajer proyek yang mengerjakan proyek konstruksi jalan Dinas PU dan Pematusan Surabaya. Selanjutnya, dari data yang terkumpul akan dilakukan beberapa analisis menggunakan teknik statistik, yaitu analisis faktor.Penelitian ini dibagi dalam dua tahap dalam pengolahan datanya. Analisis faktor digunakan untuk data summarization dan data reduction. Setelah didapat faktor hasil dari analisis faktor. Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan tentang bagaimana pengaruh faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi jalan di Surabaya terhadap durasi penyelesaian proyek di Surabaya.
Kata kunci: Analisis Faktor, Durasi, Keterlambatan Jalan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 13
PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN MENGENAI SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI
Felix Hidayat 1
1 Felix Hidayat, Kandidat Doktor Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung / Staff Pengajar Universitas Katolik Parahyangan, email: felixhidayat@gmail.com / hidayat@unpar.ac.id.
ABSTRAK Sengketa membawa dampak negatif terhadap proyek konstruksi, misalnya meningkatnya biaya proyek, terlambatnya waktu penyelesaian pekerjaan, penurunan produktivitas, relasi yang memburuk antara pihak yang terlibat dalam sengketa, dan menurunnya popularitas. Maka dari itu, upaya untuk mencegah terjadinya sengketa dan mengurangi dampak dari sengketa yang ditimbulkan, merupakan tantangan bagi pelaku industri konstruksi. Pada umumnya, upaya-upaya yang dilakukan, masih bergantung pada pengetahuan dan pengalaman personal dalam menangani proyek. Upaya-upaya tersebut tidak didukung oleh kerangka kerja dengan metode yang teruji. Hal ini terjadi karena pengetahuan mengenai sengketa pada proyek konstruksi memiliki sifat tasit, yaitu tidak terkodifikasi (tertulis) dan sangat bergantung pada pengalaman. Upaya penstrukturan pengetahuan sengketa mulai dilakukan beberapa tahun terakhir melalui penelitian-penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi. Maka menarik untuk diteliti lebih lanjut, bagaimankah gambaran/peta penelitian saat ini mengenai sengketa pada proyek konstruksi dan bagaimana usulan pengembangan penelitian tersebut di Indonesia? Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mendapatkan gambaran/peta mengenai penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi dan memberikan usulan rencana untuk pengembangan peneltian mengenai sengketa pada proyek konstruksi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur terhadap penelitian-penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi yang dilaksanakan sampai dengan tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu penghindaran sengketa, proses sengketa (klaim-konflik-sengketa), dan penyelesaian sengketa. Penelitian dengan obyek studi Indonesia masih sangat minim dilakukan dan belum tersistem dengan baik. Penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia mayoritas berfokus pada klaim konstruksi. Makalah ini masih merupakan hasil awal dan memerlukan upaya lebih lanjut berupa kajian mendalam mengenai pengembangan pengetahuan sengketa melalui penyusunan anatomi sengketa konstruksi, sehingga diharapkan dapat menjadi dasar rekomendasi kebijakan untuk mengeliminir jumlah terjadinya sengketa konstruksi di Indonesia.
Kata kunci: pemetaan, pengembangan, penelitian, sengketa, konstruksi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 14 ANALISA PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN ERECTI ON PI ER HEAD PRECAST MENGGUNAKAN SHORING DENGAN TANPA SHORING (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG NON TOL ANTASARI-BLOK M, PAKET PASAR CIPETE)
Wahyu Candra Prasetya 1
1 Wahyu Candra Prasetya, Site Engineer Manager PT PP (Persero) Tbk, Divisi Operasi I, Cabang I. Proyek Pembangunan Fly Over Jamin Ginting Medan. Email : wahyu_s51@yahoo.com / wahyu.civil@gmail.com
ABSTRAK Beberapa metode erection pier head precast yang biasa diterapkan antara lain menggunakan menggunakan temporary platform; heavy duty shoring; launcher gantry. Temporary platform dilengkapi dengan hydraulic jack arah vertical dan horizontal untuk adjustment geometri. Pier head precast diangkat menggunakan mobile crane diletakkan di atas temporary platform. Heavy duty shoring dilengkapi dengan hydraulic jack arah vertical untuk adjustment geometri. Pier head precast diangkat menggunakan mobile crane diletakkan di atas shoring. Launcher Gantry ada beberapa metode yaitu Standart scaffolding, Free cantilever, Overslung truss, Underslung truss. Penelitian ini adalah membandingkan waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan erection pier head precast menggunakan shoring dengan tanpa shoring. Tahapan penelitian ini mulai dari studi literatur, metode pelaksanaan,waktu pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan. Dari uraian di atas, didapatkan hasil bahwa erection pier head precast tanpa shoring pelaksanaannya lebih cepat 44 hari dan biayanya lebih hemat Rp 262,000,000.00.
Kata kunci : erection pier head precast; shoring; tanpa shoting; biaya; waktu.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 15
OPTIMASI SITE LAYOUT DENGAN METODE MULTI- OBJECTIVE PADA PROYEK GEDUNG PUSAT RISET ITS
Cahyono Bintang Nurcahyo 1 , Trijoko Wahyu Adi 2 , dan Dinar Ariyanto 3
1,2,3 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5939925, email: cbintangn@yahoo.com ABSTRAK Penataan lokasi proyek merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek berjalan lancar. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Pada penelitian ini Proyek Gedung Pusat Riset ITS yang digunakan sebagai obyek studi kasus memiliki luas lahan proyek sebesar 8374.7109 m 2 , luas fasilitas pendukung sebesar 845.698 m 2 dan luas Gedung Pusat Riset yang akan dibangun seluas 1946.784 m 2 . Penelitian maupun studi tentang optimasi site layout dalam perhitungan jarak (traveling distance) cenderung menggunakan metode Euclidean. Perhitungan traveling distance dengan metode Manhattan lebih mewakili jarak aktual dibanding dengan metode Euclidean, dimana metode Manhattan mempertimbangkan halangan-halangan dalam penentuan jarak Dalam penelitian ini optimasi site layout meninjau minimasi traveling distance dan minimasi safety index dengan perhitungan matematis dimana perhitungan traveling distance menggunakan metode Manhattan. Optimasi penataan site layout menggunakan asumsi unequal site layout. Dari 6 skenario yang telah dilakukan didapat nilai traveling distance terendah adalah 21432.75 atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 2 dan nilai safety index terendah adalah 1836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 6.
Kata kunci: Manhattan, optimasi, safety index, traveling distance, unequal site layout Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 16 ANALISA OPTIMASI OPERASIONAL BENDUNGAN DI SUNGAI BRANTAS HULU
Danu Rayendra Gandhi 1 dan Nadjadji Anwar 2
1 Mahasiswa S2 Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: rayendragandhi@gmail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: nadjadji@its.ac.id
ABSTRAK Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri yang terus bertambah dari tahun ke tahun sehingga akan meningkatkan jumlah konsumsi air yang berdampak langsung pada meningkatnya kebutuhan air untuk pertanian (bahan pangan) dan kebutuhan air untuk pembangkit listrik (industri dan rumah tangga). Maka pemanfaatan fungsi bendungan sebagai penyedia air untuk irigasi serta pembangkit listrik tenaga air perlu ditingkatkan. Tetapi perlu diingat juga akan keterbatasan dan relatif tetapnya jumlah air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan sehingga perlu dilakukan pemanfaatan air bendungan dengan sebaik-baiknya. Sungai Brantas Hulu terdapat 4 buah bendungan yang letaknya berurutan secara serial. Bendungan tersebut adalah Bendungan Sengguruh, Bendungan Karangkates/Sutami, Bendungan Wlingi, dan Bendungan Lodoyo. Dimana fungsi dari bendungan tersebut adalah sebagai pengendali banjir, irigasi, pembangkit listrik, dan air baku. Bendungan Karangkates/Sutami sebagai salah satu diantara keempat bendungan tersebut diatas adalah jenis bendungan tahunan, sehingga fungsi utamanya sebagai pengatur kebutuhan debit-debit yang ada di hilirnya. Pemodelan optimasi menggunakan program bantu Quantitative Methods Teknik For Windows 2 (QM For Windows 2) dengan pokok bahasannya Mixed Integer Programming. Data yang digunakan untuk pemodelan adalah data debit sepuluh harian (dekade) pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Nopember 2012. Dilakukan 2 (dua) kali optimasi; pertama yaitu Optimasi Berdasarkan Pola Operasi Waduk Dan Alokasi Air, kedua yaitu Optimasi Berdasarkan Kebutuhan Air. Optimasi yang dilakukan adalah untuk memaksimalkan keuntungan hasil usaha tani (irigasi) di Daerah Irigasi Lodagung dan keuntungan hasil produksi energi di Bendungan Sengguruh, Bendungan Karangkates/Sutami, Bendungan Wlingi, dan Bendungan Lodoyo (pembangkit listrik). Dari pemodelan Optimasi Berdasarkan Pola Operasi Waduk Dan Alokasi Air didapatkan keuntungan dari hasil usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.656.914.375.500, untuk pemodelan Optimasi Berdasarkan Kebutuhan Air didapatkan keuntungan dari hasil usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.658.563.967.500. Untuk membuktikan hasil penelitian tersebut digunakan data pembanding yang ada di lapangan dengan keuntungan dari hasil usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.635.138.113.440. Jadi hasil dari penelitian lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi eksistingnya.
Kata kunci: Bendungan, Hasil Usaha Tani, Optimasi, Produksi Energi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 17 STRATEGI PENGELOLAAN PDAM DELTA TIRTA DALAM PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM
Devi Andriany 1 ,Joni Hermana 2 dan I.D.A.A. Warmadhewanti 3
1 Mahasiswa Bidang Keahlian Magister Manajemen Aset Infrastruktur, FTSP - ITS, e-mail: devi.andriany@gmail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, e-mail: hermana@its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, e-mail: warma@its.ac.id
ABSTRAK Permasalahan utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Delta Tirta adalah rendahnya cakupan pelayanan air minum (27,66% pada Tahun 2012) dengan 104.863 pelanggan. Merujuk pada MDGs (Millenium Development Goals), target cakupan pelayanan adalah 65% pada Tahun 2015. Pada penelitian ini, rendahnya cakupan pelayanan dianalisis dan strategi pengelolaan ditentukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis teknis jaringan perpipaan menggunakan WaterCAD Versi8, sedangkan formulasi strategi menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) dan QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix). Strategi yang diperlukan yaitu Strategi Turn Around. Strategi meliputi peningkatan performa aset Sistem Tawangsari dan utilisasi aset pada IPA (Instalasi Pengolahan Air) eksisting. Dalam rangka mencapai cakupan pelayanan sebesar 54,14% pada Tahun 2024 diperlukan pembangunan IPA Tawangsari 2 (800 L/dt) dan IPA Krian 3 (1.600 L/dt) yang dibangun bertahap. Selain itu diperlukan peningkatan kompetensi pegawai dan manajemen serta terobosan investasi dengan melibatkan pihak ketiga atau dengan pinjaman perbankan.
Kata kunci : Analisis SWOT, Cakupan Pelayanan Air Minum, Pengelolaan, Strategi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 18
PEMODELAN TRANSSHI PMENT UNTUK OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI INDUSTRI HOT MI X
Efata Satya Nugraha 1 , Tri Joko Wahyu Adi 2 , dan Retno Indryani 3
1 Efata Satya Nugraha, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: nugraha.e.s@gmail.com 2 Tri Joko Wahyu Adi, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: tri_joko@ce.its.ac.id 3 Retno Indryani, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:retno_i@ce.its.ac.id
ABSTRAK Diantara tipe perkerasan jalan, perkerasan beraspal dengan metode hotmix lebih banyak digunakan saat ini, karena memiliki kestabilan yang tinggi, durabilitas yang baik, serta mampu menahan beban lalu lintas yang berat. Pencampuran material dengan metode hot mix dilakukan di unit asphalt mixing plant atau yang biasa disebut AMP. Pada proses produksi dan distribusi hot mix, jarak antara sumber material dan jarak antara lokasi permintaan hot mix dengan AMP berpengaruh pada biaya transportasi dan kualitas campuran yang dikirim ke lokasi pekerjaan. Tujuan penelitan ini adalah membuat model optimasi biaya transportasi produksi dan biaya transportasi distribusi hot mix untuk memenuhi permintaan hot mix pekerjaan jalan. Dari hasil studi literatur dan karena hubungan antara sumber material, AMP, dan lokasi proyek memiliki permasalahan khusus, yaitu pada AMP yang dapat berfungsi sebagai sumber dan permintaan, maka metode optimasi biaya transportasi yang digunakan adalah metode Transshipment. Penelitian ini menghasilkan skema jaringan distribusi hot mix dengan batasan jarak distribusi hot mix dan model optimasi biaya transportasi untuk industri hot mix.
Kata kunci: optimasi, transshipment, hot mix.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 19 UJI COBA AWAL MEMBANDINGKAN PERKIRAAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN HAMMER TEST, UPV TEST, DAN HASIL UJI KEKUATAN TEKAN
1 Alumni Jurusan Teknik Sipil, , Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E- mail: happy_silvana@rocketmail.com 2 Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E-mail: s_wedhanto@yahoo.co.id 3 Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E-mail: edeksu_2@yahoo.com
ABSTRAK Kekuatan beton dapat diukur secara destruktif dan non destruktif. Cara destruktif dilakukan dengan menekan benda uji sampai pecah, data kuat tekan yang diperoleh bersifat aktual; sebaliknya, cara non destruktif dilakukan secara tidak langsung, kekuatan tekan diperoleh dari hasil konversi, sehingga hanya bersifat perkiraan. Metode yang lazim dipakai adalah hammer test dan UPV test. Hammer test sudah lazim dilakukan di Indonesia, kekuatan beton diperkirakan dari konversi hasil pantulan masa hammer menggunakan grafik yang terdapat pada alat. UPV test masih jarang dilakukan di Indonesia, kekuatan beton diperkirakan dari hubungan kecepatan gelombang UPV melalui media beton . Penelitian ini merupakan uji coba awal untuk mengetahui perbandingan kekuatan beton dari hasil uji tekan, hammer test, dan UPV test. Sampel menggunakan 10 buah silinder beton mutu fc 16 MPa (K200), umur 28 hari. Disain menggunakan penelitian deskriptif; uji tekan menggunakan UTM; data perkiraan beton dari hammer test menggunakan grafik konversi yang ada pada alat; perkiraan kekuatan beton dari UPV test menggunakan formula hubungan kecepatan gelombang UPV pada media beton dengan kekuatan tekan beton hasil penelitan-penelitian terdahulu. Hasil: (1) perkiraan kekuatan beton menggunakan hammer test besarnya 109,7 % dari kekuatan tekan beton aktual; (2) perkiraan kekuatan tekan beton dari UPV test besarnya bisa mencapai 104% dari kekuatan tekan beton aktual; (3) hammer test merupakan cara non destruktif yang paling praktis dan murah.
Kata kunci: UPV Test, Hammer Test, Kekuatan Tekan.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 20 ANALISA POTENSI PEMANFAATAN RUMAH INSTAN SEDERHANA SEHAT (RISHA) SEBAGAI ALTERNATIF RUMAH MURAH BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (LOKASI PENELITIAN : PERUMNAS LABUAPI, KABUPATEN LOMBOK BARAT)
Hardiani Pramitasari 1 , Tri Joko Wahyu Adi 2 dan Retno Indryani 3
1) Mahasiswa S2 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia, e-mail: hardianipramitasari@yahoo.co.id 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia, e-mail: tri_joko@ce.its.ac.id 3) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, 60111, Indonesia, e-mail: retno_i@ce.its.ac.id
ABSTRAK Masyarakat dengan penghasilan rendah belakangan ini makin sulit untuk memiliki rumah sehat yang layak huni. Sebagai kontribusi dalam Gerakan Nasional Percepatan Sejuta Rumah (GNPSR) Kementerian PU memiliki aset penelitian berupa Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang prototipenya telah dibangun di Perumnas Labuapi, Lombok Barat. RISHA adalah sebuah konsep rumah sederhana menggunakan panel beton pracetak yang seluruh komponennya dapat di bongkar-pasang (knock down system), dengan sistem sanitasi sehat dan tahan gempa sesuai dengan SNI. Agar kontribusi Kementerian PU nantinya dapat mencapai sasaran yang diinginkan, perlu diteliti mengenai potensi RISHA dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Penelitian dilakukan dengan analisis perbandingan harga unit RISHA dengan rumah sederhana lainnya, serta penerimaan masyarakat terhadap RISHA sebagai alternatif rumah murah di wilayah pengembangan Perumnas Labuapi, Lombok Barat. Analisis perbandingan harga dilakukan menggunakan analisis harga satuan (unit cost analysis) dari RISHA dibandingkan dengan rumah-rumah sederhana lainnya yang dikembangkan oleh developer di lokasi penelitian. Untuk mengetahui penerimaan masyarakat digunakan metode Ability to Pay dan Willingness to Pay dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan pada sekitar lokasi penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat selisih biaya pembangunan RISHA dengan rumah sederhana konvensional sebesar Rp 10.970.235,27 (sepuluh juta sembilan ratus tujuh puluh dua ratus tiga puluh lima koma dua puluh tujuh rupiah) per unit. Selisih terdapat pada Pekerjaan Tanah dan Pasir, Pekerjaan Struktur, Pekerjaan Dinding, Pintu, dan Jendela. Untuk penerimaan masyarakat berdasarkan analisa Ability To Pay : Sebanyak 73% mampu membeli unit RISHA diatas harga jual yang telah ditentukan, untuk Willingness To Pay : Sebanyak 85% mau membeli unit RISHA diatas harga jual yang telah ditentukan, serta sebanyak 84% dari responden yang mampu membeli menyatakan berminat membeli RISHA. Apabila nantinya kerjasama antara Balitbang PU dengan Perumnas dilaksanakan, RISHA dapat diterima masyarakat dan memiliki peminat yang cukup besar. Kata kunci : RISHA, unit cost analysis, ATP WTP
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 21 PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING (SCA) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK DI JAWA TIMUR
Rendy Kurnia Dewanta 1 dan I Putu Artama Wiguna 2
1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: r3civil@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember:
ABSTRAK Perusahaan jasa konstruksi nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang menyebabkan perusahaan asing ikut bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar konstruksi di Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan jasa konstruksi nasional perlu menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian literatur untuk mendapatkan variabel dan indikator terkait keunggulan bersaing, inovasi, teknologi informasi, kinerja proyek. Kemudian dilakukan penyusunan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data. Survei dilakukan pada responden dengan jabatan manajer proyek, manajer lapangan, dan manajer teknik yang mengerjakan proyek di Jawa Timur. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan analisis dengan menggunakan structural equation modelling (SEM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa keunggulan bersaing (SCA) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja proyek, sedangkan inovasi dan teknologi informasi tidak memiliki pengaruh terhadap keunggulan bersaing pada kontraktor yang telah atau sedang mengerjakan proyek di Jawa Timur.
Kata kunci: keunggulan bersaing, kinerja proyek, inovasi, teknologi informasi, SEM
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 22 ANALISIS PENENTUAN BOBOT KRITERIA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DENGAN METODE FUZZY AHP DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Siti Kumaedah 1 , Putu Artama W. 2 dan A. Agung Gde Kartika 3
1)Program Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail : sitikumaedah@gmail.com 2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail : artama@ce.its.ac.id 3)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail : kartika@ce.its.ac.id ABSTRAK Keterbatasan dana dalam pemeliharaan jalan mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan penanganan pemeliharaan jalan oleh penyelenggara jalan khususnya BPJN VII sebagai unit pelaksana teknis dibidang penanganan jalan nasional di Propinsi Kalimantan Tengah. Agar dana yang tersedia dapat memberikan manfaat yang optimal untuk tujuan penyelenggaraan penanganan pemeliharaan jalan, maka perlu dipertimbangkan suatu prioritas dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan. Sejumlah kriteria diperlukan dalam menentukan urutan prioritas pemeliharaan jalan. Beberapa kriteria dipertimbangkan dalam penentuan skala urutan prioritas ruas- ruas jalan diidentifikasi melalui kajian pustaka dari penelitian terdahulu. Kriteria yang dianggap relevan dan berpengaruh dalam menentukan urutan prioritas penanganan jalan nasional di Propinsi Kalimantan Tengah antara lain Kondisi Jalan, Jenis Perkerasan Jalan, Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR), International Roughness Index (IRI), Tingkat Pelayanan, Hirarki Fungsi Jalan dan Jumlah Penduduk Terlayani. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Fuzzy Analytichal Hierarchy Process (FAHP). Metode FAHP digunakan untuk pembobotan kriteria yang berpengaruh terhadap pemeliharaan jalan nasional di Propinsi Kalimantan Tengah. Pada hasil penelitian, hasil pembobotan kriteria yang berpengaruh terhadap pemeliharaan jalan di Propinsi Kalimantan Tengah pada situasi responden moderat adalah Kondisi Jalan (28,12%), Jenis Perkerasan Jalan (11,46%), Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) (15,84%), International Roughness Index (IRI) (26,44%), Tingkat Pelayanan (7,10%), Hirarki Fungsi Jalan (5,34%), Jumlah Penduduk Terlayani (5,71%
Kata kunci: Pembobotan Kriteria, Pemeliharaan Jalan Nasional, Fuzzy AHP
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 23 STRATEGI PENGELOLAAN ASET PDAM KABUPATEN LAMONGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN
1 Vina Citrasari, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: vina_citrasari@yahoo.com 2 Joni Hermana, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: hermana@its.ac.id 3 I.D.A.A. Warmadewanthi, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:warma@its.ac.id
ABSTRAK Berdasarkan audit kinerja PDAM Kabupaten Lamongan yang dilakukan oleh BPKP pada tahun 2012, terjadi penurunan dalam tingkat kesehatan dan kinerja PDAM yang semula Kurang Sehat menjadi sakit dan Cukup menjadi Kurang. Penurunan tersebut terjadi pada cakupan pelayanan yaitu 6,74% pada tahun 2011 menjadi 5,82% pada tahun 2012 terhadap total penduduk Kabupaten Lamongan. Masih besarnya kapasitas idle dan tingkat kebocoran yang cukup tinggi yaitu 33,13%, serta masih adanya beban hutang juga berpengaruh pada menurunnya kinerja PDAM dan menjadi kendala besar dalam pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur air minum. Kondisi infrastruktur eksisting PDAM Lamongan sampai saat ini masih belum memadai untuk mendukung pelayanan air bersih yang maksimal kepada pelanggan. Kondisi water meter induk yang terpasang mengalami kerusakan sedangkan pipa distribusi air bersih juga banyak yang mengalami kebocoran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya biaya operasional dan Sumber Daya Manusia yang melakukan pemeliharaan. Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Lamongan maka dilakukan analisis terhadap faktor internal dan eksternal perusahaan berdasarkan aspek teknis operasional, aspek keuangan, aspek pelayanan, dan aspek SDM. Data-data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data sekunder maupun primer yang diperoleh dengan kuesioner, wawancara serta analisa kondisi eksisting jaringan perpipaan dengan Epanet 2.0. Sedangkan untuk formulasi strategi digunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Strategi yang diperlukan PDAM Kabupaten Lamongan dalam meningkatkan kinerjanya yaitu Strategi Turn Around dengan melakukan penetrasi pasar yang berarti menambah jumlah pelanggan dan pengembangan jaringan dengan melakukan investasi dengan kerjasama pihak ketiga baik itu pemerintah maupun swasta serta dengan meningkatkan kompetensi SDM.
Kata kunci: PDAM Kabupaten Lamongan, Strategi, SWOT
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 24 KAJIAN RISIKO PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA PROYEK PEKERJAAN JALAN NASIONAL
Betty Susanti 1 , Reini D. Wirahadikusumah 2 , Biemo W. Soemardi 3 , Mei Sutrisno 4
1 Betty Susanti, Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil-ITB, email: b_susanti@yahoo.com 2 Reini D. Wirahadikusumah, Dosen Program Studi Teknik Sipil-ITB, email: wirahadi@si.itb.ac.id 3 Biemo W. Soemardi, Dosen Program Studi Teknik Sipil-ITB, email: b.soemardi@gmail.com 4 Mei Sutrisno, Dosen Program Studi Teknik Sipil-Politeknik Bandung, email: meisutrino@polban.ac.id
ABSTRAK Jalan nasional merupakan bagian dari sistem jaringan jalan primer yang berperan dalam menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Namun masih banyak jalan nasional yang berada dalam kondisi rusak. Tingginya kerusakan jalan mendorong pemerintah untuk melakukan berbagai upaya peningkatan kondisi jalan, salah satunya adalah diterapkannya Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) untuk proyek proyek pekerjaan jalan. Penerapan KBK berpotensi menghasilkan jalan dengan kinerja layanan jalan yang lebih baik serta biaya proyek yang lebih rendah. Sebagai salah satu pendekatan kontrak yang baru diterapkan di Indonesia, penerapan kontrak ini masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya adalah alokasi risiko yang belum optimal antara pihak penyedia jasa dengan pihak pengelola jalan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap berbagai risiko pada penerapan KBK untuk proyek pekerjaan jalan nasional. Studi literatur terhadap berbagai referensi dilakukan untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi pada penerapan KBK khususnya dan pada proyek pekerjaan jalan umumnya. Survey menggunakan kuisioner dan wawancara semi terstruktur dilakukan kepada pihak pengelola jalan dan penyedia jasa yang terlibat pada proyek percontohan KBK. Hasil survey berupa daftar risiko yang berpotensi terjadi serta penilaian probabilitas dan dampak kejadian masing masing risiko. Analisis data menghasilkan daftar berbagai risiko dominan pada proyek percontohan KBK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek KBK mengalokasikan banyak risiko yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan biaya proyek kepada pihak penyedia jasa. Secara umum, pihak penyedia jasa pada proyek KBK menanggung risiko yang terkait dengan inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah (terutama terhadap mata uang USD), meningkatnya volume lalu lintas dan overloading, serta tidak tersedianya teknik yang memadai untuk memprediksi kinerja perkerasan jalan. Sedangkan pihak pengelola jalan pada proyek KBK hanya menanggung risiko yang terkait dengan lemahnya pemahaman terhadap kontrak, meningkatnya volume lalu lintas dan overloading, serta tidak tersedianya teknik yang memadai untuk memprediksi kinerja perkerasan jalan.
Kata kunci: risiko, Kontrak Berbasis Kinerja, proyek, jalan nasional
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 25 PREDIKSI WAKTU TEMPUH DAN TARIF YANG DIINGINKAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR UNTUK MENGGUNAKAN TREM SURABAYA PADA KORIDOR TERMINAL JOYOBOYO JL RAJAWALI SURABAYA
Adhi Muhtadi 1 dan Hera Widyastuti 2
1) Mahasiswa Program Studi S2 MRT ITS Surabaya, email:adhimuhtadi1974@gmail.com 2) Dosen MRT ITS Surabaya, email:hera.widyastuti@yahoo.co.uk
ABSTRAK Jumlah sepeda motor di Surabaya telah menembus angka 10.095.753 juta unit pada Tahun 2011. Hal ini menjadikan jaringan jalan di Surabaya penuh sesak setiap harinya dan rawan kemacetan. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berupaya agar Kota Surabaya memiliki alternatif angkutan umum yang dapat diandalkan sehingga pengguna sepeda motor beralih untuk menggunakan Trem Surabaya (Surotram). Sebelum dioperasikannya trem di Surabaya, maka diperlukan studi tentang prediksi waktu dan tarif yang diinginkan pengguna sepeda motor untuk beralih ke Surotram pada koridor Terminal Joyoboyo Jl. Rajawali. Metode penelitian menggunakan kuesioner penawaran waktu dan tarif yang diajukan kepada responden dengan teknik stated preference.. Waktu yang ditawarkan kepada responden adalah 25 dan 30 menit dengan biaya yang bervariasi yaitu Rp. 5000,-, Rp. 6.000,-, Rp. 7.000,- dan Rp. 8.000,-. Jumlah responden yang direncanakan sebanyak 200. Teknik analisis selanjutnya untuk mengetahui probabilitas pengguna sepeda motor dan mobil akan beralih ke trem adalah menggunakan teknik regresi logistik. Sedangkan untuk uji kelayakan model (goodness of fit) penentuan parameter model logistik akan menggunakan prinsip estimasi maximum likelihood (ML) dan uji Hosmer and Lemeshow. Pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Output penelitian ini adalah model regresi logistik dan besaran probabilitas responden untuk beralih menggunakan Surotram. Hasil model regresi logistik untuk pengguna sepeda motor adalah:
Probabilitas terbesar pengguna sepeda motor beralih ke Surotram adalah skenario pertanyaan dengan waktu tempuh sebesar 25 menit dan tarif Rp. 5000,- yakni sebesar 66,64%. Sedangkan probabilitas pengguna sepeda motor beralih ke Surotram terendah apabila Surotram dioperasikan dengan waktu tempuh 30 menit dan tarif Rp. 8.000,- yakni hanya sebesar6,76%.
Kata kunci: waktu tempuh, tarif perjalanan, pengguna sepeda motor, Surotram
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 26 PENGARUH ASBUTON BUTIR PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL LAPIS AUS ASBUTON (AC WC-ASB) TERHADAP KETAHANAN STRI PPI NG DAN RUTTI NG
1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:rief_mt@yahoo.co.id 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:- 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:- 4 Mahasiswa S1 JurusanTeknik Sipil Universitas Tadulako , email:-
ABSTRAK Perkerasan lapis aus (AC-WC) merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan roda kendaraan, sehingga membuatnya rentan terhadap kerusakan. Jenis kerusakan yang sering ditemukan pada lapisan permukaan adalah pengelupasan (stripping) dan alur (rutting). Pemanfaatan material Asbuton sebagai material dalam negeri perlu ditingkatkan untuk memberi solusi terhadap kerusakan jalan yang terjadi mengingat deposit yang tersedia cukup besar dan tentunya akan mengurangi biaya ekspor aspal yang semakin meningkat. Penelitian ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asbuton butir pada campuran lapis aus campuran panas terhadap ketahanan stripping dan rutting. Penelitian dilakukan dengan memberikan variasi kadar asbuton asbuton butir 6%, 7%, 8% dan 9% pada campuran panas. Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan pengujian Marshall. Pengujian Indirect Tensile Strength (IDT-Strength) dilakukan dengan menggunakan alatuji Marshall yang telah dimodifikasi untuk mengetahui ketahanan rutting campuran pada kondisi KAO. Indikator yang digunakan untuk mengetahui ketahan stripping adalah nilai Index Retained Strength (ISR) dari pengujian immersion compression test dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) pada kondisi KAO. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan asbuton butir dapat meningkatkan ketahanan stripping dan rutting lapis permukaan. Dalam rentang penambahan asbuton butir antara 6% sampai dengan 9% menunjukan bahwa semakin bertambah asbuton butir semakin baik ketahanan stripping dan rutting-nya. Ketahanan stripping dapat dicapai lebih dari 85% (syarat minimum 75%) dan berdasarkan kriteria Christensen (2004) maka ketahanan alur masuk dalam katageri sangat baik. Nilai ketahanan stripping dan rutting tertinggi terjadi pada penambahan asbuton 9%.
Kata kunci: Asbuton butir, Lapis Aus, Stripping, Rutting
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 27 KAJIAN KELAYAKAN DIMENSI ALUR PELAYARAN SUNGAI MUSI TERHADAP KAPAL-KAPAL TONGKANG
Edi Kadarsa 1 , Harun Alrasyid S. Lubis 2 , Ade Sjafruddin 3 , Russ Bona Frazila 4
1 Mahasiswa Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, email: aedikadarsah@yahoo.co.id 2 Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, email: halubis@yahoo.com 3 Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, email: ades@trans.si.itb.ac.id 4 Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, email: frazila@yahoo.com
ABSTRAK
Pada saat ini pertumbuhan pada sektor pertambangan dan pertanian di Sumatera Selatan sangat pesat. Pembukaan tambang-tambang batubara baru, perluasan perkebunan karet dan kelapa sawit selama 10 tahun terakhir ini menyebabkan kemacetan dan kerusakan pada Jalan Lintas Sumatera. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari hasil tambang dan perkebunan tersebut diangkut dengan menggunakan angkutan jalan raya. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengalihkan angkutan tambang dan perkebunan ke angkutan sungai, yaitu tongkang. Angkutan sungai di Sumatera Selatan sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama Sungai Musi karena memiliki lebar dan kedalaman yang besar serta mengalir dari daerah pedalaman ke laut lepas melalui kota-kota utama di Propini Sumatera Selatan. Namun demikian, Sungai Musi adalah sungai alam yang memiliki lebar dan kedalaman yang bervariasi sepanjang ruasnya. Selain itu, pengaruh pasang surut air laut dan musim menyebabkan kedalaman sungai pada titik yang sama berfluktuasi. Kedalaman dan lebar sungai yang tidak memadai untuk pelayaran menimbulkan resiko kecelakaan dan kandas. Agar kapal tongkang dapat berlayar dengan aman dan efisien, maka perlu dilakukan kajian dimensi Alur Pelayaran Sungai Musi yang memenuhi persyaratan untuk dilayari oleh kapal-kapal tersebut. Metoda yang digunakan untuk menentukan dimensi alur pelayaran adalah Standar dari Departemen Perhubungan dengan pertimbangan telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan alam yang ada di Indonesia. Hasil perhitungan yang didapat dengan menggunakan Standar Departemen Perhubungan tersebut dibandingkan dengan hasil dari Waterway Guideline 2011. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti kedalaman alur yang layak bagi pelayaran kapal tongkang, sedangkan lebar alur pelayaran tidak dihitung pada penelitian ini karena lebar minimum Alur Pelayaran Sungai Musi dari hilir sampai tengah adalah 250 meter atau sangat aman untuk dilalui oleh tipe kapal tongkang dengan lebar 20 meter dalam dua arah
Kata Kunci : Lebar, kedalaman, tongkang, alur, sungai
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 28
EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN PADA KORIDOR EKONOMI MP3EI DI PULAU SULAWESI
Fadly Ibrahim 1 , Edwin Dwi Putra 2 Indha Mutmainnah 3 , Maswirahmah 4
1,2,3,4 Karyawan PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah Makassar Jl AP. Pettarani No. 74 Makassar Email: fadly_surur@yahoo.co.id
ABSTRAK Untuk mendukung konektifitas nasional pada koridor ekonomi MP3EI diperlukan infrastruktur jalan yang berkualitas baik dari aspek konstruksi maupun manajemen, sehingga layak untuk difungsikan. Tujuan paper ini adalah mendeskripsikan hasil evaluasi laik fungsi jalan pada ruas- ruas penghubung Koridor Ekonomi Sulawesi. Metode evaluasi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif berdasarkan pedoman evaluasi laik fungsi jalan Direktorat Jenderal Bina Marga. Uji evaluasi difokuskan pada aspek kelaikan teknis yang meliputi (1) geometrik, (2) struktur perkerasan, (3) bangunan pelengkap, (4) pemanfaatan ruang bagian-bagian jalan,(5) penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, (6) perlengkapan yang terkait langsung dengan pengguna jalan, dan perlengkapan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan. Hasil evaluasi mengindikasikan bahwa dari 314 ruas penghubung Koridor Ekonomi Sulawesi yang dievaluasi secara keseluruhan berkategori Laik Bersyarat (LS).
Kata Kunci: Evaluasi, Laik Fungsi Jalan, Koridor MP3EI
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 29
RESPON KINERJA PERKERASAN KAKU JALAN NASIONAL TERHADAP IMPLEMENTASI MP3EI KORIDOR EKONOMI SULAWESI
Fadly Ibrahim 1 , Wahniar Hamid 2 , Nur Khaerat Nur 3 , Ardy Arsyad 4
1,2, Karyawan PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah Makassar Jl AP. Pettarani No. 74 Makassar Email: fadly_surur@yahoo.co.id 3 Mahasiswa Program S3 Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar Emai l: enkha93@gmail.com 4 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar Email: ardyarsyad@yahoo.co.id
ABSTRAK
Sebagai implikasi dari implementasi MP3EI adalah meningkatnya pertumbuhan kendaraan dan angkutan barang. Pertumbuhan tersebut, dinilai akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja perkerasan kaku ruas pendukung konektifitas nasional pada koridor ekonomi IV Sulawesi. Untuk itu paper ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perkerasan pada jalur Trans Sulawesi berdasarkan skenario pertumbuhan MP3EI. Evaluasi struktur perkerasan dilakukan dengan metode AASHTO 1993 dengan mensimulasi kinerja perkerasan dengan 3 variasi analisis yakni (1) kondisi dasar sebelum MP3EI, (2) kondisi MP3EI tanpa proyeksi kelebihan beban dan (3) kondisi MP3EI dengan proyeksi kelebihan beban. Hasil analisis mengindikasikan bahwa terjadi penurunan umur layan perkerasan yang signifikan setelah skenario MP3EI diimplementasikan.
Kata Kunci: MP3EI, perkerasan kaku, kinerja perkerasan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 30 KAJIAN PENERAPAN BUS TANPA BAYAR DI CENTRAL BUSI NESS DI STRI CT KOTA PALEMBANG
Imam Basuki 1
1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, email : imbas2004@gmail.com
ABSTRAK Kawasan pusat kegiatan (Central Business District) berperan sebagai sentra perekonomian mengakibatkan beban transportasi yang sangat tinggi pada kawasan tersebut. Akibat pembebanan transportasi yang tinggi tersebut menimbulkan kemacetan dan tersendatnya lalu lintas yang justru dapat berdampak negatif pada pertumbuhan perekonomian, untuk itu perlu dilakukan suatu manajemen lalu lintas untuk penanganan kawasan Central Business District agar dapat tetap menunjang pertumbuhan ekonomi suatu kota. Penataan sistem transportasi pada kawasan Central Business District di Kota Palembang dilakukan dengan mengajukan alternatif pengoperasion bus tanpa bayar (free buses) dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi di wilayah tersebut. Untuk merealisasikan perencanaan pengoperasian bus tanpa bayar (free buses) adalah dengan mencari alternatif parkir bagi pengunjung dalam wilayah koridor Central Business District. Perjalanan pengunjung menuju tempat tujuan di dalam Central Business District difasilitasi menggunakan bus tanpa bayar, sehingga dilakukan perencanaan untuk pembiayaan pengoperasian bus tanpa bayar yang tidak memberatkan Pemerintah Daerah. Berbagai alternatif lokasi parkir, pembiayaan dan pembangunan lokasi parkir dilakukan dan dipilih pembangunan lokasi gedung parkir di areal Pasar Cinde. Pembiayaan pengoperasian bus tanpa bayar dibiayai dengan menggunakan tarif parkir yang diberlakukan di gedung parkir. Pembangunan gedung parkir, penyediaan bus dan pengoperasiaannya dilakukan dengan melibatkan pihak swasta dengan memberikan konsensi khusus pengoperasian selama kurun waktu tertentu dengan memberikan tingkat nilai rentabilitas bagi pihak swasta yang wajar dan saling menguntungkan. Dengan menggunakan metode analisa Gross Benefit Cost Ratio (Rasio B/C), Pay Back Period (PBP), Analisis Break Even Point (BEP) dan Analisis Rate of Return on Investment (ROI) dapat dikatakan bahwa penerapan bus gratis di Central Business District Kota Palembang ini layak untuk diterapkan. Sehingga diharapkan penerapan bus gratis di Central Business District Kota Palembang dapat sebagai suatu solusi terobosan yang menjadi percontohan untuk penanganan kawasan Central Business District di Indonesia.
Kata kunci: bus gratis, Central Business District, parkir, solusi kemacetan, kendaraan pribadi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 31 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN UNTUK GEDUNG PUSAT PERDAGANGAN GROSIR (WHOLESALE) DI KOTA SURABAYA
Miftachul Huda 1 dan Hera Widyastuti 2
1 Mahasiswa S2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: miftachulhuda11@ymail.com 2 Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
ABSTRAK Pusat perdagangan di Kota Surabaya merupakan salah satu pusat terjadinya perjalanan di kawasan Jawa Timur bahkan Indonesia bagian timur khususnya pusat grosir. Hal ini disebabkan oleh adanya hampir seluruh kebutuhan hidup dengan harga terjangkau di pusat perdagangan grosir di Kota Surabaya. Perjalanan di gedung pusat perdagangan grosir yang ditinjau sebagai tarikan perjalanan seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas pada kawasan di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model tarikan perjalanan (trip attraction) untuk gedung pusat perdagangan grosir (wholesale) di Kota Surabaya. Survei dilakukan pada 3 (tiga) gedung pusat perdagangan grosir di Kota Surabaya. Data yang dianalisis adalah data primer yang dikumpulkan melalui survei jumlah kendaraan. Sedangkan data sekunder berupa luas total lahan, luas bangunan, luas lahan parkir, luas stand/kios, jumlah karyawan stand/kios dan lama operasional diperoleh dari pengelola gedung. Hasil analisis penggunaan moda pada gedung pusat perdagangan grosir menunjukkan bahwa 27,40% menggunakan mobil, 53,73% menggunakan sepeda motor, 7,53% menggunakan angkutan umum dan 11,34% menggunakan kendaraan tidak bermotor. Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh bahwa variabel bebas yang berpengaruh terhadap tarikan perjalanan dengan mobil, tarikan perjalanan dengan sepeda motor, tarikan perjalanan dengan angkutan umum dan tarikan perjalanan total adalah jumlah karyawan stand/kios (X6). Sedangkan variabel bebas yang berpengaruh terhadap tarikan perjalanan dengan kendaraan tidak bermotor adalah jumlah stand/kios (X5). Model tarikan perjalanan dengan mobil (Y1) = 29,435 + 0,210. X6 (R 2 = 0,9677), model tarikan perjalanan dengan sepeda motor (Y2) = 1012,767 + 0,1322. X6 (R 2 = 0,9839), model tarikan perjalanan dengan angkutan umum (Y3) = 44,297 + 0,0471. X6 (R 2 = 0,9615), model tarikan perjalanan dengan kendaraan tidak bermotor (Y4) = -120,784 + 0,2283. X5 (R 2 = 0,9082) dan model tarikan perjalanan total (Y5) = 1264,794 + 0,4273. X6 (R 2 = 0,9986).
Kata kunci: Kota Surabaya, pemodelan, pusat perdagangan, regresi linier, tarikan perjalanan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 32 ANALISIS PENERAPAN SISTEM THREE I N ONE BERDASARKAN KINERJA RUAS JALAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KEMACETAN DI JALAN RAYA DARMO (SURABAYA)
Mochammad Choirul Rizal 1 , Hera Widyastuti 2
Dan A. Agung Gde Kartika 3
1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:mochammadchoirulrizal@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email: 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:
ABSTRAK Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Surabaya semakin tinggi dan tidak terkendali. Di sisi lain panjang jalan tidak mengalami pertambahan. Hal ini memicu timbulnya kemacetan di kota Surabaya. Salah satu ruas jalan yang mengalami kemacetan adalah ruas Jalan Raya Darmo, Surabaya. Sesuai rencana, jalur trem selain menggunakan median jalan, juga akan menggunakan 1 lajur jalan di ruas Jalan Raya Darmo. Hal ini tentunya akan mengurangi kapasitas ruas Jalan Raya Darmo. Akibatnya kemacetan di Jalan Raya Darmo akan bertambah. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen pembatasan lalu lintas kendaraan. Dalam penelitian ini akan dikaji rencana penerapan pembatasan lalu lintas kendaraan dengan sistem three in one di ruas Jalan Raya Darmo, Surabaya. Yaitu hanya mengijinkan mobil pribadi yang minimal berpenumpang 3 orang yang boleh melintas di jalan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan cara traffic counting, survei kecepatan, dan penyebaran kuisioner pemilihan moda dan pemilihan rute. Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan uji statistik dan probabilitas pemilihan moda dan rute, dan perhitungan kinerja ruas jalan. Dari hasil analisa, pada kondisi eksisting derajad kejenuhan (DS) ruas Jalan Raya Darmo tertinggi terjadi pada jam puncak pagi sebesar 0,467 untuk arah Utara-Selatan dan 0,777 untuk arah Selatan-Utara. Sedangkan untuk ruas-ruas jalan yang lain yang berada di sekitar Jalan Raya Darmo, masih memiliki DS < 0,75. Apabila dilakukan pembangunan jalur trem, DS ruas Jalan Raya Darmo meningkat dari 0,467 dan 0,777 untuk jam puncak pagi, menjadi 0,679 dan 1,13. Apabila diterapkan sistem three in one di Jalan Raya Darmo, maka mayoritas ruas-ruas jalan di sekitar Jalan Raya Darmo yang termasuk dalam lokasi studi masih memiliki DS<0,75, kecuali untuk ruas Jalan Dinoyo yang memiliki DS = 0,998 untuk jam puncak pagi dan DS = 0,925 untuk jam puncak sore.
Kata kunci: Sistem Three In One, Kinerja Ruas Jalan, Pemilihan Moda, Pembatasan Lalu Lintas
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 33
STUDI PEMODELAN TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG PENYEBERANGAN KAPAL FERRY DI PELABUHAN UJUNG SURABAYA KAMAL SETELAH BEROPERASINYA JEMBATAN SURAMADU
R. Endro Wibisono 1 , Wahju Herijanto 2 , dan Hera Widyastuti 3
1 Mahasiswa S2Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: endro_wibisono89@yahoo.com 2 Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: 3 Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
ABSTRAK
Kapal ferry di pelabuhan ujung Surabaya-Kamal tetap mengalami kepadatan penumpang pasca pembangunan Jembatan Suramadu. Selain itu terjadi antrian panjang saat interval kedatangan dan keberangkatan kapal ferry karena pengurangan aktifitas dan pengalihan fungsi dermaga-dermaga yang ada. Jumlah pergerakan pada pelabuhan di ujung Surabaya-Kamal ini cukup besar dan stabil dikarenakan penumpang kapal ferry memiliki pola pergerakan yang tetap di sekitar Kabupaten Bangkalan terutama kecamatan Kamal menuju Kota Surabaya maupun sebaliknya. Penelitian ini akan mencari model sebaran (trip distribution) pergerakan penumpang kapal ferry di pelabuhan ujung Surabaya-Kamal. Zona dibagi menjadi dua antara lain, zona skala kecil yakni sebaran pergerakan antara Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya, serta zona skala besar yang mencakup wilayah Jawa Timur yang telah dibagi berdasarkan karakteristiknya. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi pola pergerakan asal tujuan eksisting penumpang sehingga didapatkan MAT saat ini. Dari data-data pergerakan tersebut dapat dibuat model sebaran pergerakan dengan analisa sintesis (Model Gravity) tanpa batasan (Unconstrained). Hasil penelitian model trip distribusi yang menggambarkan pola pergerakan yang terjadi untuk penumpang kapal penyeberangan Ujung-Kamal adalah berdasarkan jumlah sample yakni zona Bangkalan-Surabaya Tij= 6,13 x 10 -08 .Pi.Ej.Exp(-0.22.Cij), dan zona Jawa Timur Tij= 2,4x10 -09 .Pi.Ej.Exp(-0.08.Cij). Sedangkan berdasarkan alasan responden lebih dekat dan tidak punya kendaraan yakni zona Bangkalan-Surabaya Tij=8,14x10 -08 .Pi.Ej.Exp(-0.24.Cij), dan zona Jawa Timur Tij= 1,3x10 -09 .Pi.Ej.Exp(-0.08.Cij)
Kata Kunci: Gravity Model, Matriks Asal Tujuan, Pelabuhan Ujung SurabayaKamal, Unconstrained
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 34 ANALISIS KINERJA ON STREET PARKING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Suryatin Hidayah 1 Hera Widyastuti. 2
A. Agung Gde Kartika 3
1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:princess_dayyah@ymail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email: 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:
ABSTRAK Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak Strategis di jalur lintas kabupaten dalam Propinsi kalimantan Selatan, sehingga sektor transportasi berkembang cukup maju. Hal ini tentu saja berdampak pada tersedianya fasilitas parkir untuk umum khususnya di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Parkir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam hal ini dibedakan menjadi 2 batasan wilayah yaitu parkir di tepi jalan (on street parking) atau nama lainnya Parkir Jalan Umum (PJU) dan parkir di suatu area tertentu (off street parking). Dalam penelitian ini akan dibahas kinerja on street parking yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Adapun pengambilan data primer dilakukan pada titik titik parkir yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yaitu sebanyak 7 lokasi titik on street parking. Lokasi parkir yaitu meliputi pasar lama, pasar birayang, pasar burung, pasar kramat, pasar pantai hambawang, pujasera, dan depan polres. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan Road Side Patrol. Kemudian dengan data-data tersebut digunakan untuk perhitungan kinerja parkir pada tiap-tiap titik on street parkingr. Dari hasil analisis, akan diketahui kinerja parkir yaitu meliputi jumlah parkir, akumulasi parkir, durasi parkir, kebutuhan satuan ruang parkir (SRP), serta perhitungan kapasitas dinamis parkir. Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil perhitungan kebutuhan SRP ditiap titik lokasi parkir. Untuk lokasi pasar lama, LV = 330 Kendaraan, MC = 779 Kendaraan. Untuk Pasar Birayang , LV = 20 Kendaraan, MC = 183 Kendaraan. Untuk Pasar Burung , LV = 0, MC = 92 Kendaraan. Untuk Pasar Kramat, LV = 13 Kendaraan, MC = 189 Kendaraan. Untuk Pasar Pantai Hambawang , LV = 0, MC = 8848 m 2 . Untuk Pujasera , LV = 11 kendaraan, MC = 426 Kendaraan. Untuk depan polres, LV = 0, MC = 73 Kendaraan.
Kata kunci: On Street Parking, Kinerja Parkir
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 35 MODEL PEMILIHAN MODA PERJALANAN KOMUTER DOMISILI WILAYAH PINGGIRAN KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PERUMAHAN PONDOK ASRI III SUDIANG)
Rais Rachman 1 , Nur Ali 2 , Slamet Trisutomo 3 dan Herman Parung 4 1 Mahasiswa Program Doktor, Jrsn. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Univ. Hasanuddin (Dosen Fak. Teknik Sipil UKIP, Makassar), Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email: rais.rachman@gmail.com 2 Dosen-Lektor Kepala, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email : nuralimti@gmail.com 3 Dosen-Professor, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email: trisutomo@gmail.com 4 Dosen-Professor, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email: hermanparung@gmail.com ABSTRAK Fenomena dalam melakukan perjalanan menuju tempat kerja akhirakhir ini, telah menimbulkan masalah yang cukup serius seperti waktu tempuh perjalanan yang bertambah lama, kurangnya tingkat keamanan dan kenyamanan serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan yang cukup tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dalam memilih moda transportasi perjalanan menuju ke tempat kerja berdasarkan jumlah total komuter pada perumahan ini dalam memilih moda transportasi, dan untuk mengetahui moda yang dominan dipilih oleh para komuter untuk melakukan kegiatan. Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan lima variabel bebas. Sebagai variabel bebas meliputi : jenis kelamin, pendidikan terakhir, instansi tempat bekerja, penghasilan per bulan, dan jarak kantor dari tempat tinggal. Sedangkan variabel terikat dalam penalitian ini adalah penggunaan moda. Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pemilihan moda transportasi pada perumahan ini mayoritas menggunakan moda pribadi seperti motor dan mobil yaitu 53,15%. Model regresi sesuai dengan status sosial ekonomi penduduk terhadap pemilihan moda transportasi untuk perjalanan kerja adalah: Y=0,312+0,669X1+0,653X2+0,086X3+0,284X4+0,313X5 (R 2 =0,638)
Kata Kunci: Perjalanan kerja, pemilihan moda, pinggiran kota Makassar.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 36 ANALISIS OPERASIONAL BIS KOTA TRAYEK PURABAYA- JEMBATAN MERAH SURABAYA
Dwi Muryanto 1 , Hera Widyastuti 2 dan Anak Agung Gde Kartika 3
1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana Bidang Keahlian Manajenen dan Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS Surabaya, email:d.muryanto@gmail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya email:hera@ce.its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya , email:kartika@ce.its.ac.id
ABSTRAK Pelayanan angkutan umum yang baik sangat dibutuhkan di Kota Surabaya mengingat perkembangannya yang pesat dengan jumlah penduduk sangat padat serta aktivitas hidup yang tinggi. Pada dasarnya pengguna angkutan umum menghendaki tingkat pelayanan yang memadai meliputi frekuensi, waktu tempuh, keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Koridor Utara-Selatan Kota Surabaya merupakan jalur tersibuk dengan salah satu rute yang ada saat ini dilayani angkutan umum dengan moda bis kota trayek Purabaya-Jembatan Merah via Diponegoro. Seiring berjalannya waktu Pemerintah Kota Surabaya berencana membenahi kualitas transportasi di koridor Utara-Selatan Surabaya dengan mengoperasikan angkutan umum massal cepat trem karena layanan operasional bis kota kurang maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan operasional bis kota trayek Purabaya-Jembatan Merah via Diponegoro berdasarkan indikator kinerja angkutan umum perkotaan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif dengan parameter yang mengacu pada atribut-atribut yang digunakan dalam pengumpulan data. Data primer diperoleh melalui survey on board, wawancara dengan penumpang dan operator bis kota. Data sekunder diperoleh dari dinas ataupun instansi terkait. Analisis operasional bis kota sesuai dengan standar Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat . Hasil studi ini menunjukkan bahwa indikator headway, waktu tempuh, kecepatan operasional yang mengindikasikan bahwa layanan bis kota masih baik, sedangkan indikator frekuensi dan load factor menunjukkan bahwa layanan bis kota perlu ditingkatkan.
Kata kunci: bis kota, frekuensi, headway, waktu tempuh, load factor
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 37 PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN MODA ANGKUTAN UMUM DI KOTA MANADO
Tampanatu P. F. Sompie 1 dan Syanne Pangemanan 2
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288, email: tpf_sompie @yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288, email: upe_sp2000 @yahoo.com ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari berbagai aktivitas dilakukan oleh tiap orang dalam mengisi waktu seperti bekerja, sekolah, belanja maupun berekreasi. Segala aktivitas yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang terpisah, dan dalam melaksanakan berbagai kegiatan ini orang harus melakukan perjalanan. Sarana transportasi diperlukan dalam melakukan berbagai perjalanan untuk maksud tersebut. Untuk dapat membuat lingkungan yang baik dan teratur, para pembuat kebijakan berusaha untuk mengatur dan mengelola perilaku perjalanan sehari-hari, misalnya melalui perencanaan perkotaan. Berbagai konsep sudah dihasilkan, salah satunya bertujuan untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi dan memaksimalkan penggunaan angkutan umum. Dalam penelitian ini dikaji berbagai atribut yang dipakai untuk mengukur kepuasan masyarakat dalam pemanfaatan moda angkutan umum. Metode yang dipakai berupa survey kepuasan masyarakat terhadap 209 responden yang melakukan perjalanan untuk tujuan bekerja maupun sekolah lewat penyebaran kuisioner. Pengolahan serta analisa data menggunakan Microsoft Excel serta deskriptif analisis. Moda angkutan yang menjadi bahan kajian adalah angkutan umum yang beroperasi di Kota Manado. Untuk atribut pelayanan moda transportasi yang dipergunakan berupa Waktu Tempuh, Kecepatan Perjalanan, Keselamatan Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas, Kenyamanan, dan Keamanan Terhadap Tindak Kriminal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk atribut waktu tempuh dan kecepatan perjalanan menunjukkan rata-rata masyarakat menyatakan kurang puas terhadap angkutan umum, yaitu sebesar 47% dan 45%. Sementara itu, sebanyak 51% dari responden merasa puas terhadap keselamatan mereka terhadap kecelakaan lalulintas apabila menggunakan moda ini. Akan tetapi 50% dari pelaku perjalanan mengklaim kurang puas atas faktor kenyamanan dari angkutan umum. Sedangkan menyangkut aspek keamanan terhadap tindak kriminal di dalam angkutan umum sebanyak 46% responden yang melakukan perjalanan untuk beraktivitas menyatakan kurang puas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak perbaikan yang harus dilakukan terhadap layanan moda angkutan umum di Kota Manado supaya masyarakat dapat lebih banyak berpindah moda untuk menggunakan angkutan umum dalam beraktivitas.
Kata Kunci: Angkutan umum, atribut pelayanan .
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 38 TINGKAT PELAYANAN SERTA KETERSEDIAAN SARANA ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MANADO
Syanne Pangemanan 1 dan Tampanatu Sompie 2
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288, email: upe_sp2000 @yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288, email: tpf_sompie @yahoo.com
ABSTRAK Transportasi dibutuhkan orang untuk melakukan aktivitas karena transportasi merupakan komponen utama berfungsinya suatu kegiatan masyarakat. Transportasi mempunyai pengaruh terhadap aktivitas-aktivitas produksi sosial, serta barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Kehidupan masyarakat yang maju ditandai dengan mobilitas yang tinggi akibat tersedianya fasilitas transportasi yang cukup. Akan tetapi, daerah yang kurang baik sistem transportasinya berdampak pada keadaan ekonomi masyarakatnya yang tidak berkembang. Kota Manado sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Utara posisinya sangat strategis sebagai titik pertumbuhan ekonomi di bagian utara pulau Sulawesi. Pelabuhan Manado terletak di bagian utara Kota Manado, yang melayani kapal penumpang dan kapal barang. Ada beberapa pulau-pulau kecil di sekitar Pelabuhan Manado antara lain Manado Tua, Bunaken, Siladen, Mantehage yang semuanya berpenghuni. Pelayanan kebutuhan perjalanan ini hanya dapat ditempuh melalui jalur laut dan menggunakan kapal motor. Ketergantungan penggunaan angkutan melalui perahu motor ini relatif memberikan keterbatasan dalam mobilitas. Untuk mendukung keberadaan Pelabuhan Manado dalam hal tingkat pelayanan serta ketersediaan sarana angkutan penyeberangan tersebut, perlu dilakukan kajian kelayakan terkait tingkat pelayanan infrastruktur dan ketersediaan sarana angkutan. Tujuan dari kelayakan tingkat pelayanan dan ketersediaan sarana angkutan ini untuk mengetahui tingkat kelayakan dari rencana pengembangan infrastruktur dan sarana Angkutan Penyeberangan dari sisi kelayakan infrastruktur, pelayanan dan sarana angkutan yang tersedia. Metode yang digunakan dalam mengkaji tingkat pelayanan serta ketersediaan sarana angkutan penyeberangan Pelabuhan Manado yaitu analisis data kualitatif berdasarkan interpretasi kondisi aktual di lapangan. Pengamatan dilakukan langsung di Pelabuhan Manado. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tingkat pelayanan serta ketersediaan sarana bagi pengguna Pelabuhan Manado untuk angkutan barang dan orang masih memenuhi kebutuhan pengguna angkutan tersebut, dan tingkat pengguna naik pada hari-hari libur atau hari raya. Kondisi Infrastruktur masih baik, akan tetapi penataan yang masih kurang memadai.
Kata kunci : Angkutan Penyeberangan, Infrastruktur Pelabuhan, Tingkat Pelayanan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 39 TEST MICROSTRUCTURE PERMEABLE PAVEMENT USED DOMATO STONE AS LOCAL MATERIAL FROM BANGGAI ISLAND WITH ADEDTIVE BNA BLAND PERTAMINA
Firdaus Chairuddin 1 ; Wihardi Tjaronge 2 ; Muhammad Ramli 3 ; Johannes Patanduk 4
1Graduate Doctor Programe Civil Enginering Dept. Hasanuddin University Indonesia Tlp: 0411 871038, Email: Firdauschairuddin@gmail.com 2Professor Civil Enginering Dept. Hasanuddin Univercity Indonesia Tlp: 0811-879100. Email:Tjaronge@yahoo.co.jp 3Associated Professor Civil Enginering Dept. Haanuddin Univercity Indonesia Telp.0811-879100. Email: ramli@unhas.ac.id 4Associated Professor Civil Enginering Dept. Hasanuddin Univercity Indonesia Telp.0811-879100. Email: patandukjohannes@yahoo.ac.id
ABSTRACT The lot deposit of Domato Stone as local material from sea location in Banggai island in half Sulawesi of. This study is aimed to measure the coefficient of permebility using the constanthead permeability test at transportation laboratory Hasanuddin University. The test included horizontal and vertical permeability. Indirect Tensile Strength 0.0673 for asphalt quality 3% and Indirect Tensile Strength 0.2370 for asphalt quality 5%. Cantabro test, loss weight 77.10 for asphalt quality 3% and loss weight 9.70 for asphalt quality 5%. Vertikal test Permeability (binamarga 4.85 ml/s, Australia 5 ml/s, British 5.10 ml/s). Horizontal test Permeability (binamarga 4.89 ml/s, Australia 4.75 ml/s, British 4.81 ml/s). Based on the Scanning Electron Microscope (SEM) can be seen the microstructure and content of chemical elements present in the porous asphalt which prove that all elements of the liquid asbuton and concrete waste can blend and bind well.
Key words : Domato stone, Bna Bland Pertamina Cantabro Loss, Indirect Tensile Strength, X-RD and SEM. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 40 ANALISA TEKNIS PEMANFAATAN CORN METHYL ESTHER SEBAGAI SUBTITUSI MARI NE DI ESEL OI L (MDO) PADA MOTOR DIESEL
Heni Siswanti 1 , Aguk Zuhdi M.F 2 dan I Made Ariana 2
1 Jurusan Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan, PPSTK-ITS, henoy_14@yahoo.co.id 2 Jurusan Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan PPSTK-ITS
ABSTRAK Kebutuhan bahan bakar untuk transportasi dan industri yang semakin meningkat, mendorong manusia untuk mengupayakan sumber energi terbarukan, salah satunya adalah penggunaan bahan bakar nabati. Salah satu bahan nabati tersebut adalah minyak jagung yang ditransesterifikasi untuk mendapatkan senyawa methyl esther sebagai biodiesel. Biodiesel umumnya digunakan sebagai subtitusi bahan bakar fosil, dengan cara dicampurkan dengan perbandingan tertentu. Pencampuran dilakukan agar biodiesel dapat digunakan pada motor diesel konvensional tanpa perlu modifikasi atau perlakuan khusus. Pada penelitian ini senyawa ester hasil transesterifikasi minyak jagung (corn methyl ester) dicampurkan ke marine diesel oil (MDO) dengan perbandingan tertentu. MDO adalah bahan bakar diesel yang umum digunakan pada motor penggerak kapal. Sebelum dicampurkan biodiesel terlebih dahulu dianalisa karakteristiknya. Dari proses ini diketahui corn methyl esther memiliki karakteristik cetane number 75, flash point 178oC, nilai kalor 9277 Cal/gr dan pada temperatur 40 o C memiliki viskositas 4,34 cst. Corn methyl esther memiliki karakteristik cetane number yang relatif tinggi, viskositas yang cukup rendah, dan nilai kalori yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bakar. Karakteristik flash point corn methyl esther relatif tinggi, sehingga untuk dapat digunakan pada motor diesel konvensional sebaiknya dicampurkan atau dijadikan subtitusi bahan bakar fosil, sehingga tidak memerlukan modifikasi pada motor diesel. Selanjutnya, biodiesel campuran MDO dengan kadar corn ethyl esther 5% (B5) dan 10% (B10) diuji cobakan pada motor diesel untuk mengetahui karakteristik unjuk kerja. Uji coba dilakukan dengan variasi putaran motor dan variasi pembebanan. Proses pencampuran corn methyl esther dan MDO dapat dilakukan pada temperatur kamar, tanpa memerlukan pemanasan. Sehingga corn methyl esther dapat dicampur langsung dengan MDO dengan prosentase 5% (B5) dan 10% (B10). Karakteristik unjuk kerja motor diesel yang meliputi daya motor, torsi, sfoc dan efisiensi thermal pada penggunaan bahan bakar biodiesel B10 secara umum lebih baik daripada karakteristik unjuk kerja pada penggunaan biodiesel B5.
Kata kunci: biodiesel, corn methyl ester, MDO, karakteristik, unjuk kerja
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 41 PEMBEBANAN JARINGAN JALAN PERKOTAAN YOGYAKARTA
J.Dwijoko Ansusanto 1 , Ahmad Munawar 2 , Sigit Priyanto 3 , Bambang Hari Wibisono 4
1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, email: dwiyoko@mail.uajy.ac.id 2 Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: munawarugm@yahoo.com 3 Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: spriyanto2007@yahoo.co.id 4 Gurubesar Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, email: bhw2001au@yahoo.com
ABSTRAK Pergerakan kendaraan dari satu titik ke titik yang lain mencerminkan pegerakan orang. Jaringan jalan merupakan penyediaan layanan yang dibatasi oleh kapasitas. Optimasi terhadap kebutuhan pergerakan dan kapasitas layanan menjadi titik perhatian dari perencana transportasi. Matriks asal tujuan merupakan gambaran dari pergerakan orang dan barang. Pembebanan jaringan jalan merupakan salah satu parameter yang dengan mudah dipergunakan untuk mengukur kinerja jaringan jalan. Metode pendekatan yang dilakukan pada kajian ini adalah berupa analisis perjalanan asal-tujuan dari orang yang melakukan perjalanan di perkotaan Yogyakarta. Hasil yang diperoleh berupa peta beban ruas-ruas jaringan jalan di seluruh perkotaan aglomerasi Yogyakarta disertai parameter penting berupa perbandingan volume dengan kapasitas.
Kata kunci: pembebanan, kapasitas, pergerakan, asal-tujuan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 42 ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO YOGYA
Wahju Herijanto dan Bayu Rosida Sumantri.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111,E-mail: herijanto@ce.its.ac.id ABSTRAK
Dalam naskah ini, Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Dalam melayani rute antar kota Kereta Api Sriwedari mengangkut penumpang duduk dan berdiri, sedangkan sebagai kereta antar kota yang jarak tempuhnya tergolong jauh, seharusnya seluruh penumpang terangkut duduk. Untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan kenyamanan tempat duduk dan berdiri. Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai nilai dari kinerja kereta api Sriwedari berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi untuk menentukan diterima atau tidaknya keterlambatan pada kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor dan kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic. Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah Yogyakarta sebesar 3 menit, dan untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka kenyamanan untuk ruang duduk 0,203 m2/space. Kapasitas kereta api apabila seluruh penumpang duduk sebesar 340 penumpang. Load factor per kereta tertinggi dengan kapasitas 340 penumpang untuk arah Solo dengan load factor sebesar 113%. Dengan nilai load factor yang melebihi 100% maka dilakukan perhitungan kapasitas apabila ditambah 2 gerbong yaitu 476 penumpang, sehingga didapat nilai load factor per kereta tertinggi 70%.
Kata kunci: Kinerja, Load factor, Sriwedari Ekspress, Waktu tempuh, Waktu tunda. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 43 MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA
Wahju Herijanto 1 dan Zuhri Muhis 1
1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: herijanto@ce.its.ac.id; z.dponk90@gmail.com
ABSTRAK Surabaya sedang menyongsong keberadaan angkutan massal berbasis rel. Salah satu jalurnya adalah trem listrik yang melalui median jalan Raya Darmo yang berpotensi menayempitkan jalur lalulintas sehingga apabila tidak didampingi kiat-kiat traffic management maupun transport demand management akan mengakibatkan kemacetan. Dalam studi ini ingin diketahui dampak adanya jalur trem terhadap kinerja lalulintas di jalan tersebut dengan skenario tanpa atau dengan traffic management dan transport demand management . Kondisi lalu lintas sebelum dan setelah adanya trem dapat dilakukan dengan mengurangi arus lalu-lintas pada kondisi puncak yang dikalikan dengan probabilitas perpindahan angkutan pribadi ke trem sebagai demand trem sebesar 20 %, serta pengurangan lajur untuk trem kemudian dilakukan traffic management. Traffic Demand Management (TDM) dilakukan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan beberapa syarat sehingga akan terjadi pengurangan volume lalu lintas sebesar 35%. Derajat Kejenuhan (DS) di Jalan Raya Darmo pada simpang, ruas dan jalinan sebelum dan sesudah adanya trem nilainya rata-rata diatas 0,75 dan setelah dilakukan manajemen lalu lintas nilainya DS<0,75 sedangkan untuk manajemen u-turn diperlukan rambu lampu lalu lintas menggunakan detector agar tidak terjadi konflik dengan trem dengan indikator nilai waktu tunggu serta headway trem.
Kata kunci: Manajemen Lalu Lintas, Trem, Raya Darmo, Transport Demand Management
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 44
PENGARUH PENAMBAHAN WETFI X-BE TERHADAP KETAHANAN PENGELUPASAN DAN ALUR PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL LAPIS AUS ASBUTON (AC-WC ASB)
Arief Setiawan 1 , Ratnasari Ramlan 2 dan Moh Yani 3
1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:rief_mt@yahoo.co.id 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:- 3 Mahasiswa S1 JurusanTeknik Sipil Universitas Tadulako , email:-
ABSTRAK Kerusakan jalan yang sering terjadi umumnya adalah kerusakan akibat pengelupasan (stripping) dan alur (rutting). Dengan memanfaatkan material dalam negeri yakni asbuton butir dengan deposit mencapai 350 juta ton dan meanfaatkan bahan additive wetfix-be maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan wetfix-be terhadap ketahanan pengelupasan dan alur dari lapis permukaan perkerasan. Penelitian dilakukan dengan menentukan campuran lapis aus perkerasan asbuton butir pada kondisi yang terlemah untuk nilai stabilitas sisa tetapi masih memenuhi spesifikasi. Campuran perkerasan tersebut adalah campuran dengan kandungan asbuton butir 6% kemudian diberikan variasi wetfix-be sebesar 0% (sebagai kontrol), 0,2%, 0,4%, dan 0,6% dariberataspal. Pengujian ketahanan alur menggunakan alat Indirect Tensile Strength (IDT-Strength)dengan memodifikasi alat marshall, sedangkan pengujian ketahanan pengelupasan digunakan pengujian Immersion-Compression Test dengan alat Universal Testing Machine (UTM) untuk menentukan Indeks Retained Strernght (IRS). Hasil penelitian ini menunjukkan semakin besar penambahan wetfix-be akan meningkatkan ketahanan terhadap pengelupasan (rutting) tetapi tidak dengan ketahanan terhadap alur. Namun demikian ketahanan alur yang menurun tersebut masih dalam rentang kondisi yang sangat baik berdasarkan kriteria Christensen (2004). Penambahan wetfix-be optimum pada kadar 0,254% terhadap berat aspal.
Kata kunci: Asbuton, wetfix-be,lapis aus, alur, pengelupasan.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 45 FEKTIFITAS JARINGAN JALAN MAMMINASATA (STUDI KASUS PENYEMPITAN PADA RUAS JALAN LINGKAR MAMMINASATA)
Yusuf Harun 1 , Wihardi Tjaronge 2 , Sakti Adji Adisasmita 3 ; Nur Ali 4
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknis Universitas Hasanuddin Makassar. 0411-871038. Email: yusufharun_27@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp. 0811-879100. Email: tjaronge@yahoo.co.jp 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp. 0811-879100. Email : adjisasmitha@yahoo.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp. 0811-879100. Email : nurali@yahoo.com
ABSTRAK Dari hasil analisa dan perhitungan pada kondisi jalan menyempit diperoleh analisa regresi untuk koefisien determinasi, baik pada metode Greenshield (R2 = 0.5519), Greenberg (R2 = 0.5415), and Underwood (R2 = 0.5504), lebih besar dibandingkan pada kondisi jalan normal (Greenshield R2 = 0.405, Greenberg R2 = 0.4163, and Underwood R2 = 0.4092) ataupun pada kondisi pertemuan jalan normal dan menyempit. (Greenshield R2 = 0.4498, Greenberg R2 = 0.4999, and Underwood R2 = 0.4182). Ini artinya pasangan data arus dan kecepatan pada kondisi jalan menyempit lebih menggambarkan kondisi berbagai kerapatan dari yang kecil hingga yang besar. Kerapatan ruang rata-rata pada arus bebas pada model Greenshield dan model Underwood memberikan hasil yang hampir sama pada kondisi penggal jalan yang sama meskipun terjadi selisih pada nilai arus maksimum dan kerapatan, hal ini disebabkan karakteristik lokasi lebih cocok menggunakan model Greenshield dan Underwood dibandingkan dengan model Greenberg. Pada kondisi penggal jalan menyempit diperoleh hasil Greenshield : (Uf = 56.96 Km/jam; Dj = 71.46 smp/km; Vmaks = 1017.51 smp/jam/arah), Underwood : (Uf = 60.58 Km/jam; Dm = 50 smp/km; Vmaks = 1114.23 smp/jam/arah), sementara pada model Greenberg (Um =15.39 Km/jam; Dj = 276.28 Smp/Km;Vmaks = 1564.43 smp/jam/arah). Gelombang kejut yang diperoleh pada model Greenshield, terjadi pada lima periode pada saat demand melebihi kapasitas yaitu pada jam: 08.05-08.15 -2.49 km/jam), 08.45- - 1.42 km/jam), 10.35- -1.32 km/jam), 15.20- - 2.65 km/jam), 16.20- -2.42 km/jam), sedangkan pada model Underwood terjadi gelombang kejut pada tiga perode waktu yaitu pada jam: 08.05- -0.0189 km/jam), 15.25- 16.20- -masing terjadi selama 13 menit 28 detik, 5 menit 1 detik, 26 menit 26 detik, 10 menit 29 detik dan 10 menit 3 detik, sedangkan pada model Underwood lama antrian masing-masing terjadi selama 5 menit 9 detik, 5 menit 6 detik, 5 menit 10 detik.
Kata Kunci : arus, kecepatan, kerapatan lalu lintas Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 46
ASSESSMENT TO A MAX-PLUS ALGEBRA POWER OPERATION ON UN-WEIGHTED TANSPORTATION NETWORK MODEL OF ITS BEHAVIOR, CONNOTATION AND UTILIZATION
1 Doctorate Student, Civil Engineering Department, Institute of Technology Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, e-mail : suprayitno_hita@yahoo.com. 2 Professor,Civil Engineering Department, Institute of Technology Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. 3 Lecturer, Civil Engineering Department, Brawijaya University, Malang.
ABSTRACT Transportation network quality assessment is pre-requisite for managing a transportation system. Max-Plus Algebra matrix power operation seems potential to be used to calculate the network quality indicator. The objectives of this present research is to investigate the behavior, the connotation and the utilization potential of Max-Plus Algebra matrix power operation on un-weighted transportation network model. The results show that the cell values of a p powered matrix indicate the number of links of p steps connections among all pairs of nodes. Hence, the powered matrix can be used to indicate the connectivity condition of the network. A (N-1) power is needed to investigate the overall network connectivity.
Keywords : Max-Plus Algebra, un-weighted transportation network model, Max-Plus Algebra powered matrix behavior, Max-Plus Algebra powered matrix connotation, Max-Plus Algebra powered matrix utilization potential. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 47
STUDI PERBANDINGAN PERILAKU INELASTIK PADA SISTEM RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK MENGGUNAKAN LINK WF DAN TUBULAR DENGAN METODE PERFORMANCE BASED DESI GN Abdul Somad 1 , Budi Suswanto 2 , Hidayat Sugihardjo 3
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: somad17_s45@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5946094, email: budi_suswanto@ce.its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: hidayat@ce.its.ac.id
ABSTRAK Gempa tektonik dahsyat yang mengguncang pulau Indonesia, yang berpusat pada Tasikmalaya, bukanlah gempa yang pertama dan kemungkinan besar bukan yang terakhir, karena wilayah nusantara diapit oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi tersebut memberikan informasi bagi perencana dan pemilik bangunan bahwa gedung yang akan dibangun harus dapat mengantisipasi resiko akibat gempa yang terjadi baik korban jiwa maupun resiko finansial. Untuk mengantisipasi resiko tersebut, maka struktur tersebut harus mampu menahan gempa. Pada perencanaan stutur baja tahan gempa, didapatkan sistem EBF yang memiliki kinerja yang lebih baik yang ditunjukkan dari base shear, jumlah kerusakan elemen, displacement lateral dan drift ratio yang lebih kecil juga ditunjukkan dengan daktilitas dan disipasi energi yang lebih besar. Sehingga cocok dalam mengatasi beban seismik. Perencanaan performance based seismic design, yang memanfaatkan teknik analisa non-linier berbasis komputer untuk menganalisa perilaku inelastis struktur dari berbagai macam intensitas gempa, sehingga dapat memperkirakan berapa besar life, occupancy dan economic loss yang akan terjadi. Studi ini dimaksudkan untuk membandingkan perilaku dan performa sistem rangka EBF tubular link dan WF- link dengan metode performance based desain lalu dilakukan studi perilaku struktur dengan megambil portal paling bawah menggunakan bantuan software abaqus sehingga diperoleh sistem EBF dengan tubular link memiliki kinerja yang lebih baik ditunjukkan dengan base shear, jumlah kerusakan elemen, displasemen lateral dan drift ratio yang lebih kecil, juga ditunjukkan dengan daktilitas yang lebih besar daripada EBF dengan WF- Link.
Kata kunci : perilaku inelastik, eccentrically braced frame, performance based design, time history, beban nonlinier gempa
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 48
STUDI KETAHANAN BALOK BETON BERTULANG PASKA LELEH DIPERKUAT LEMBARAN GFRP AKIBAT BEBAN FATIK
Arbain Tata 1 , Rudy Djamaluddin 2 , Herman Parung 3 , dan
M. Wihardi Tjaronge 4 1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin/ Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Khaerun Ternate, email : arbatata@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : rudy0011@hotmail.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : herman_parung@hotmail.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : tjaronge@yahoo.co.jp
ABSTRAK Struktur yang telah mengalami penurunan kapasitas sebagai akibat dari usia struktur, korosi, kelebihan beban akibat gempa, pembebanan fatik akan mengalami penurunan kekuatan yang siknifikan sehingga mesti diganti atau diretrofit. Salah satu pertimbangan yang mendasari orang melakukan retrofit adalah faktor biaya, waktu dan perijinan mendirikan bangunan yang rumit. Dari segi biaya, melakukan retrofit lebih murah dibanding mendirikan bangunan baru. Sudah tentu metode retrofit cukup realistis dilakukan sehingga dapat meniadakan kelemahan-kelemahan tersebut. Bahan GFRP-S merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam perkuatan struktur beton bertulang karena: murah, ringan, tahan korosi dan kekuatan yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban fatik terhadap kapasitas lentur balok beton bertulang dan mengetahui efek perkuatan menggunakan GFRP terhadap ketahanan pada pembebanan fatik balok beton bertulang berskala penuh (full-scale) dengan ukuran 300x500x6000 mm sebanyak 4 benda uji. Perilaku lentur balok uji dalam menerima pembebanan fatik menunjukkan perilaku lelah balok uji dengan beban berulang yang lebih kecil antara 1560 % dari beban ultimate pembebanan statik. Pada kondisi ini, diperoleh nilai lendutan pada pembebanan fatik lebih besar dibandingkan pada pembebanan statik. Perkuatan GFRP menunjukkan terjadinya peningkatan kapasitas balok uji. Persentase peningkatan kekuatan pembebanan statik dengan perkuatan GFRP sebesar 4.4 %. Sementara persentase peningkatan kekuatan pada pembebanan fatik 75 kN sebesar 4.7%, pembebanan 167.5 kN sebesar 4.2%, dan pembebanan 260 kN sebesar 2.9%.
Kata Kunci: beban fatik, GFRP-S, kapasitas lentur balok beton bertulang Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 49 PERILAKU ELEMEM BALOK KOLOM KASTELLA AKIBAT BEBAN BOLAK BALIK
Junus Mara 1 , Herman Parung 2 , Jonie Tanijaya 3 dan Rudy Djamaluddin 4
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp 081343711314, email : mara.junus@gmail.com 2 Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp 0411 587635, email : hermanparung@yahoo.com. 3 Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 13, Telp 0411 588091, email : depeka@indosat.net.co.id 4 Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp 0411 587635, email : rudy0011@hotmail.com ABSTRAK Berat struktur sangat mempengaruhi beban gempa pada suatu bangunan bertingkat. Material baja jauh lebih ringan dibandingkan dengan material struktur lainnya serta sifat-sifat yang menguntungkan sehingga lebih cenderung digunakan bangunan bertingkat. Untuk meningkatkan kemampuan penampang dari suatu baja solid serta kebutuhan jalur instalasi dikembangkan profil baja kastella. Penelitian tentang perilaku balok dan kolom kastella dengan pembebanan monotonik telah banyak dikembangkan oleh para peneliti. Namun untuk mengetahui perilaku balok kastella dengan sudut dan panjang bukaan optimal yang akan digunakan pada gedung bertingkat yang diperhitungkan terhadap beban gempa sangat diperlukan.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan profil IWF 200 x 100 x 6 x 8 yang diproduksi menjadi balok kastella dengan tinggi bukaan 0.6 D. Penelitian pendahuluan untuk mendapatkan sudut bukaan dan jarak bukaan optimal pada balok dan kolom dengan beban monotonik merupakan rangkaian dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku dari balok kolom kastella dengan atau tanpa perkuatan yang diberi beban bolak balik (siklik) sehingga diperoleh suatu rumusan perencanaan balok kolom kastella yang diperuntukkan memikul beban gempa.
Kata kunci : baja, kastella,balok kolom, siklik
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 50 PENGARUH LINGKUNGAN LAUT TERHADAP EFEKTIFITAS GFRP SHEET SEBAGAI BAHAN PENGUAT ELEMEN LENTUR
Mufti Amir Sultan 1 , Rudy Djamaluddin 2 , Herman Parung 3 dan M. Wihardi Tjaronge 4
1 Mahasiswa program Doktor Teknik sipil Universitas Hasanuddin dan dosen prodi teknik sipil, Universitas Khairun, email: muftiasltn@gmail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:rudy0011@hotmail.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:hermanparung@yahoo.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:tjaronge@yahoo.co.jp
ABSTRAK Struktur yang dibangun pada lingkungan agresif, seperti di laut atau di lingkungan laut perlu diperhatikan lebih baik. Karena dengan adanya beban lingkungan yang diakibatkan oleh penetrasi ion kholrida yang dikandung oleh air laut yang masuk ke dalam beton. Salah satu cara untuk mengurangi penurunan kekuatan struktur pada lingkungan laut adalah dengan cara teknik perkuatan dengan menggunakan material yang tahan terhadap ion klorida, Salah satu bahan perkuatan tersebut adalah material komposit dengan bahan dasar serat dan plastic yang dikenal dengan nama Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP) yang direkatkan pada permukaan komponen beton yang diperkuat dengan bantuan perekat epoxy. Pada penelitian ini digunakan 60 sampel balok lentur dimana tiga sampel sebagai balok normal tanpa perkuatan, sisanya diperkuat dengan GFRP dan diletakkan pada lima titik selama enam dan sembilan bulan. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa balok beton dengan perkuatan GFRP-S (BNF) mengalami peningkatan kuat lentur bila dibandingkan dengan balok tanpa perkuatan (BN). Peningkatan rata-rata yang terjadi sebesar 84.21%. Setelah sampel terekspos lingkungan laut selama 6 bulan akan mulai terlihat pengaruhnya dalam hal penurunan kapasitas momen dari balok yang diperkuat dengan GFRP. Bahwa pada masing-masing lokasi yang berdasarkan lama waktu terekpos sampel dengan lingkungan, dapat disimpulkan bahwa sampel yang terletak di dalam laut dan 0 m dari laut (tepi pantai) terjadi penurunan kapasitas momen antara 33% s.d 35% sedangkan untuk lokasi dengan jarak >250 m dari laut penurunan kapasitas momen antara 19% s.d 26%. Ini memperlihatkan bahwa untuk daerah yang lebih dekat ke laut mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam hal penurunan kapasitas lentur dari balok.
Kata kunci: lingkungan laut, GFRP, kuat lentur
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 51 PENINGKATAN KEKUATA KOLOM BERONGGA UNTUK MEMIKUL BEBAN MAKSIMUM
Safrin Zuraidah 1 , Ikhsan 2 , K Budihastono 3
1 Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya safrini@yahoo.com 2 Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya, ikhsan@yahoo.com 3 Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya, budihastono@gmail.com ABSTRAK Menurut SNI 03 2847 2002 menyatakan bahwa saluran dan pipa, bersama kaitnya, yang ditanam pada kolom tidak boleh menempati lebih dari 4% luas penampang yang diperlukan untuk kekuatan atau untuk perlindungan terhadap kebakaran. Pada penelitian sebelumnya, dengan rongga 4,5% dari luas penampang tanpa tulangan dengan benda uji silinder 15x30 cm yang menyebabkan penurunan kuat tekan dari beton tersebut 29% , melebihi ketentuan dari SNI maka pengaruh lubang perlu diperhitungkan terhadap kekuatannya. Tujuan dari penelitian ini mengetahui besar kuat tekan kolom beton dengan adanya rongga di dalamnya dengan memasang tulangan geser model Rectanguler dan Spiral. Metode penelitian ini menggunakan kolom berongga 4,5% luas penampang dengan menambah sengkang dan tulangan memanjang guna meningkatkan kekuatan tekan kolom struktur dengan model sengkang rektanguler / persegi dan spiral untuk memikul beban maksimum. Ukuran benda uji kolom 200x200x600 mm, jumlah benda uji 12 buah kolom berongga , pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pada perhitungan teoritis kuat tekan kolom beton berongga dengan sengkang spiral lebih besar 3,03% di bandingkan sengkang rectanguler, sedangkan hasil pengujian laboratorium menyatakan kuat tekan kolom dengan sengkang spiral lebih besar 2,92% dibandingkan rectanguler.. Kesimpulan, sengkang model spiral lebih kuat memikul beban tekan pada kolom berongga bila dibandingkan model rectanguler dan kebutuhan tulangan geser (sengkang) model spiral lebih ekonomis 8% dibandingkan model rectanguler .
Kata kunci : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 52
PEMODELAN DENGAN PROGRAM BERBASIS ELEMEN HINGGA DALAM ANALISA PERILAKU PELAT BETON BERTULANG KETIKA TERKENA API
Wahyuniarsih Sutrisno 1 dan Endah Wahyuni 2
1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember , email:niar1206@gmail.com 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:endah@ce.its.ac.id
ABSTRAK Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Namun dalam perencanaan struktur gedung beton bertulang beban api belum dimasukkan sebagai salah satu beban yang diperhitungkan. Padahal jika melihat kenyataan yang ada, beban api juga dapat menjadi beban yang membahayakan bagi pengguna gedung tersebut. Dengan memasukkan unsur api dalam suatu desain gedung maka akan diketahui perilaku serta berapa lama suatu gedung dapat bertahan bila menerima beban api tertentu. Pada penelitian ini elemen yang ditinjau adalah pelat beton bertulang satu arah. Pelat tersebut akan dimodelkan dalam program berbasis elemen hingga. Pemodelan akan dilakukan secara 3D dan 2D. Pelat akan dibebani dengan beban api standar sesuai dengan ISO 834. Selain itu pelat juga akan dibebani dengan beban luar sebesar 10.59 KN/m. Analisa yang digunakan dalam pemodelan ini adalah Heat Transfer Analysis dan Coupled Tempereature-Displacement Analysis. Kedua jenis aalisa ini dilakukan untuk mengetahui suhu dan displacement yang terjadi. Setelah dilakukan pemodelan maka hasil pemodelan akan divalidasi dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya. Validasi yang dilakukan meliputi penurunan kekuatan, defleksi dan temperatur yang terjadi. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan bahwa suhu yang dihasilkan pada pemodelan Abaqus menghasilkan perbedaan mencapai 15 % bila dibandingkan dengan hasil eksperimental sedangkan defleksi yang didapatkan dari hasil pemodelan mengalam perbedaan hingga 3% bila dibandingkan dengan eksperimen. Perbedaan yang terjadi antara hasil eksperimental maupun pemodelan terjadi karena aumsi yang digunakan dalam pemodelan tidak bias 100 % sama dengan ekperimental. Hal tersebut disebabkan infornmasi yan terbatas mengenai eksperimental yang dilakukan. Kata kunci: Program Berbasis Elemen Hingga, Api, Pelat Beton Bertulang, Pemodelan 2D dan 3D
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 53
EVALUASI KERENTANAN BANGUNAN AKIBAT PENGARUH GEMPA (STUDI KASUS GEDUNG-GEDUNG FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN)
1 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: yanuar_haryanto@yahoo.com 2 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: nanang_g@yahoo.com 3 Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: prisca_evelyn@yahoo.com
ABSTRAK Purwokerto dan Purbalingga berada di wilayah gempa 3. Gedung Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman terletak di Purwokerto dan Purbalingga, meliputi Gedung A Jurusan Teknik, Gedung B Jurusan Teknik, Gedung C Jurusan Teknik, Gedung D Jurusan Teknik, Gedung E Jurusan Teknik, Gedung Jurusan MIPA, dan Gedung Jurusan Perikanan dan Kelautan. Untuk mengetahui kerentanan gedung Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman terhadap gempa dilakukan evaluasi menggunakan metode Rapid Visual Screening dan evaluasi tingkat 1 berdasarkan FEMA 310. Rapid Visual Screening merupakan suatu metode yang dapat digunakan sebagai evaluasi tahap awal untuk memeriksa kerentanan bangunan terhadap gempa dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah. Kajian dilakukan dengan mengisi formulir pengumpulan data dan menjumlahkan skor akhir. Kesimpulan didapat dengan membandingkan skor akhir dengan cut off sebesar 2. Apabila skor akhir kurang atau sama dengan 2, maka gedung tersebut memerlukan evaluasi tingkat 1. Tujuan dari evaluasi tingkat 1 adalah untuk mengidentifikasi defisiensi potensial gedung. Evaluasi tingkat 1 terdiri dari 3 kumpulan daftar pemeriksaan yang meliputi evaluasi cepat dari struktural, nonstruktural, dan elemen fondasi/geologi yang beresiko dari bangunan dan kondisi lapangan. Apabila terdapat defisiensi potensial pada gedung saat evaluasi tingkat 1, evaluasi detail yang lebih lanjut direkomendasikan untuk dilaksanakan. Gedung A Jurusan Teknik, Gedung B Jurusan Teknik, Gedung C Jurusan Teknik, Gedung D Jurusan Teknik, Gedung Jurusan MIPA, dan Gedung Jurusan Perikanan dan Kelautan memiliki skor akhir Rapid Visual Screening yang lebih dari 2 sehingga tidak memerlukan analisis tahap 1. Gedung E Jurusan Teknik dievaluasi menggunakan Rapid Visual Screening dan evaluasi tahap 1 karena skor akhir dari gedung tersebut kurang dari 2. Terdapat pernyataan Not Compliant (NC) pada pemeriksaan struktural dan nonstruktural Gedung E. Sehingga evaluasi detail yang lebih lanjut direkomendasikan untuk dilaksanakan pada gedung tersebut.
Kata kunci: evaluasi, kerentanan banguan, rapid visual screening, gempa
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 54 PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG YANG BERISI STYROFOAM
Yasser 1 , Rudy Djamaluddin 2 , M. Wihardi Tjaronge 3 , dan Herman Parung 4
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: yasser_7727@yahoo.com 2 Lektor Kepala, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : rudy0011@hotmail.com 3 Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : tjaronge@yahoo.co.jp 4 Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : herman_parung@hotmail.com
ABSTRAK Telah diketahui bahwa penampang beton pada sisi tertarik diabaikan dalam pemikulan tegangan. Oleh karena itu sangat beralasan jika bagian balok beton pada daerah tarik diminimalkan kemampuan tegangan tekannya dengan penambahan bahan butiran Styrofoam. Bahan beton yang diisi dengan butiran Styrofoam selanjutnya disebut dengan Styrofoam Filled Concrete (SFC). Pemanfaatan bahan Styrofoam sebagai pengisi diharapkan dapat mengurangi penggunaan aggregate alam dan juga untuk mengurangi berat dari struktur. Styrofoam sebagai limbah dapat digunakan sebagai pengisi untuk mengurangi volume beton, terutama untuk daerah dimana penampang beton tidak diabaikan dalam disain. Sebagai usaha untuk mempelajari kekuatan lentur balok beton bertulang yang menggunakan bahan SFC, maka dilakukan serangkaian pengujian. Bahan uji berupa balok dengan dimensi 15 cm x 20 cm x 270 cm dengan mutu beton normal 26 MPa. Bahan uji terdiri dari balok beton bertulangan normal dan balok beton bertulangan sistem rangka dengan bahan SFC pada penampang tarik. SFC yang digunakan terdiri dari tiga variasi yaitu SCF dengan kandungan volume Styrofoam 30%, 40% dan 50% . Bahan uji balok selanjutnya diletakkan diatas tumpuan sederhana dan dibebani dengan dua beban terpusat pada tengah bentang. Hasil pengetesan menunjukkan bahwa balok beton bertulang normal memiliki kapasistas maximum sebesar 36.7 kN, sementara balok beton bertulang tanpa beton pada daerah tarik memiki kapasitas maksimum sebesar 30.6 kN. Pada bahan uji yang menggunakan tulangan sistem rangka tanpa beton pada daerah tarik memiliki kapasitas maksimum sebesar 35.8 kN dimana mendekati kapasistas maksimum balok beton bertulang normal. Akan tetapi balok beton bertulang tanpa beton pada daerah tarik akan rawan terhadap proses pengakaratan dan bahaya kebakaran. Oleh karenanya bahan beton SFC digunakan pada daerah tarik untuk melindungi baja tulangan. Hasil pembebanan pada balok beton bertulang dengan bahan SFC pada daerah tarik untuk kandungan styrofoma 30%, 40% dan 50% memiliki kapasistas maksimum masing-masing sebesar 33.8kN, 31 kN dan 29 kN. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan SFC pada daerah tarik menunjukkan kapasitas yang mendekati balok beton bertulangan normal.
Kata kunci: Kekuatan lentur, Balok beton berlapis,, Tulangan luar, Beban monotonik
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 55 PERILAKU PENGGUNAAN MODEL STRUKTUR PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT-AND-TI E MODEL) PADA BALOK BETON MUTU NORMAL UNTUK TINGGI BALOK 1500 MM.
Agus Sugianto 1 , Andi Marini Indriani 2
1 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: agus.fadhil@yahoo.co.id 2 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: marini_sabrina@yahoo.com.sg
ABSTRAK Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya dalam yang berhubungan dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode ini dibuat berdasarkan model kuda-kuda sederhana dengan memberi penekanan pada penyaluran dan distribusi beban dalam struktur dan dapat diaplikasikan pada struktur bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model sesuai untuk digunakan menganalisis dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis gaya yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi dengan berdasarkan pada teori keseimbangan desain plastis. Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah dimana teori balok tidak tepat diterapkan. Daerah-daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D- regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model, analisa D-region pada elemen struktur dapat lebih mudah dilakukan dimana keadaan tegangan yang terjadi diidealisasikan sebagai strut dari beton, tie dari baja dan daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada struktur balok tinggi beton bertulang dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991). Pengujian dilakukan terhadap balok tinggi (deep beam) mutu normal dengan test uji tekan sampai mengalami keruntuhan. Model dibuat secara 3D setengah bentang simetris dengan bantuan program komputasi ANSYS ED versi 9.0. Model ini diharapkan mampu menggambarkan defleksi, keretakan dan kehancuran yang terjadi terhadap beban ultimit dengan variasi strut-and-tie model, yaitu: model 1: Strut-and Tie sederhana dua tulangan diagonal, model 2: Strut-and-tie tulangan diagonal truss simetris, model 3: Strut-and Tie tulangan diagonal Truss rangka batang. Analisis model dilakukan pada tinggi balok h= 1500 mm, sudut inklinasi () < 65 o dan > 65 o dengan variasi bentuk Strut-and-Tie Model untuk mengetahui kapasitas lentur ultimit, bebandeformasi, daktilitas, perilaku tegangan, regangan, dan pola retak. Hasil analisis model elemen hingga menggunakan bantuan program komputasi ANSYS Ed.9.0. besarnya geser ultimit (Vu) pada model balok akan bertambah tergantung dari tipe Strut-and-Tie Model dan sudut inklinasi () yang dipergunakan, model yang terbaik untuk semua beban adalah model 3, dengan sudut inklinasi () > 68 o
terjadi peningkatan geser ultimit (Vu) sebesar 15,46% terhadap tipe 1. Pola tegangan yang terjadi berbentuk bottle shape searah diagonal strut. Nilai daktilitas untuk satu sudut < 45 turun sebesar 27,11%, pada sudut > 45 turun sebesar 55,67 %.
Kata kunci: strut-and-tie model, sudut inklinasi, balok tinggi, pola retak, daktilitas. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 56
ALIKASI EVALUASI CEPAT STRUKTUR BETON TERHADAP GEMPA PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI PEKANBARU
Alex Kurniawandy 1 , Andy Hendri 2 dan Muhammad Akbar Muttaqin 3
1 Penulis pertama, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: alexkurniawandy@gmail.com 2 Penulis kedua, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: andyh_pku@yahoo.co.id 3 Penulis kedua, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: mhd.akbar.muttaqin.07@gmail.com
ABSTRAK Kota Pekanbaru jika dilihat dari peta Gempa tergolong wilayah gempa rendah, tetapi sewaktu terjadi gempa di Sumatera Barat ataupun di daerah Sumatera Utara, rambatan gempanya mencapai kota Pekanbaru. Getaran ini mengakibatkan Gedung-gedung yang berada di kota Pekanbaru bergoyang. Getaran gempa yang mengenai tanah lunak akan memicu terjadinya perbesaran rambatan getaran gempa, sehingga walaupun sumber gempa berada jauh dari kota Pekanbaru, akan tetapi getaran gempa juga dapat dirasakan di kota Pekanbaru. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi cepat sebagai cara untuk mendeteksi dini kegagalan struktur yang ada pada bangunan struktur di Pekanbaru. Penelitian ini mengambil sampel pada salah satu gedung pemerintahan kota Pekanbaru. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari kegiatan survei, seperti alur beban (load path), kerusakan beton atau baja tulangan, kerusakan pada dinding pasangan bata, kerusakan pada mortar, retakan pada dinding pengisi, retakan di kolom batas, sambungan antar dinding, transfer ke dinding geser dan kolom beton. Sedangkan data sekunder berupa gambar rencana dan data hasil pengujian tanah. Gambar rencana berisi informasi yang memuat ukuran dan dimensi struktur, seperti balok, kolom, pelat, tinggi gedung, tulangan, dan lainnya. Data tanah seperti hasil sondir, N-SPT digunakan untuk mengetahui kondisi tanah apakah berpotensi besar terhadap keruntuhan struktur. Data tersebut dianalisa dengan metode evaluasi cepat berdasarkan FEMA 310 dan analisis strukturnya dengan menggunakan ETABS. Secara umum, banyak pernyataan yang memenuhi kriteria. Namun, ditemukan pernyataan yang Not Applicable dan Non Compliant, sehingga analisa dilanjutkan ke tahap kedua (tier 2). Selain itu, setelah dianalisa dengan ETABS, akibat pengaruh bukaan di atap sehingga kekakuan struktur berkurang sedemikian mengakibatkan kurangnya stabilitas gedung dalam menahan gempa. Hasil pengecekan menggunakan ETABS menunjukkan bahwa: kolom yang tidak ada yang menglami kelebihan beban (Overstrength) dan nilai DCR (Demand Capacity Ratio) < 2.
Kata kunci: FEMA 310, Evaluasi Cepat, Gempa
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 57
PENGEMBANGAN MODEL SAMBUNGAN BALOK KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL BETON TERKEKANG BERTULANGAN BAMBU TAHAN GEMPA
B. Sri Umniati 1 , Nindyawati 2 , Sri Murni Dewi 3 dan Agoes S. MD 4
1 Penulis pertama, Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, sriumniati@gmail.com 2 Penulis kedua, Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, snindyawati@yahoo.co.id 3 Penulis ketiga, Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang, srimurnidewi@yahoo.com 4 Penulis keempat, Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang, agoes-s@indo.net.id
ABSTRAK Keruntuhan struktur bangunan yang terkena beban gempa didominasi oleh keruntuhan pada sambungan balok kolom. Sementara bagian balok maupun bagian kolom di luar daerah sambungan masih menunjukkan kinerja yang baik. Karena itu, diperlukan penguatan daerah sambungan balok kolom agar kemampuan struktur menahan gaya gempa dapat dioptimalkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pengangkeran pada daerah sambungan balok kolom struktur portal beton bertulangan bambu tahan gempa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan penelitian menggunakan rancangan faktorial tiga pangkat dua. Sejumlah limabelas benda uji sambungan balok kolom diuji secara eksperimental. Variabel penelitian dipisahkan menjadi dua buah matrik. Pada matriks pertama variabelnya mutu beton dan jumlah tulangan kolom. Dan pada matriks kedua variabel penelitian adalah mutu beton dan jumlah angker bambu terpasang. Masing-masing variabel dibuat dalam tiga level, yaitu level rendah, tengah, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan pada kapasitas beban maksimum yang dicapai untuk kenaikan mutu beton, jumlah tulangan kolom, dan jumlah angker yang digunakan. Tetapi pada variabel mutu beton dan jumlah tulangan kolom, kenaikan ini sesudah dianalisis statistik tidak signifikan. Hanya peningkatan jumlah angker yang mempunyai kenaikan signifikan pada kapasitas beban lateralnya yaitu sebesar 26,04 % pada jumlah angker 4 buah (C2), dan 25 % pada jumlah angker 8 buah (C3).
Kata kunci: beton tulangan bambu, angker mekanik, gempa
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 58
KAJI PEREDAMAN VORTEX INDUCED VIBRATIONS PADA GEDUNG TINGGI MENGGUNAKAN TUNED MASS DAMPER
1 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, matza_136@yahoo.com 2 Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran (LAGG),BPPT, PUSPIPTEK, Serpong,Tangerang Selatan, Indonesia, matza.gusto@bppt.go.id 3 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, sasongko@ae.itb.ac.id 4 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, gun@ae.itb.ac.id
ABSTRAK Getaran yang terjadi pada gedung dapat menggangu kenyamanan pengguna gedung dan juga dapat menyebabkan kegagalan lelah pada struktur. Untuk gedung tinggi, selain akibat fenomena seismik, getaran dapat muncul akibat interaksi antara struktur gedung dengan aliran udara (angin). Salah satu jenis fenomena getaran akibat induksi gaya aerodinamika pada struktur disebut dengan istilah Vortex Induced Vibration (VIV). Vortex adalah ulakan udara yang dapat muncul akibat interaksi aliran udara dengan suatu benda yang memiliki geometri tertentu. Vortex ini membangkitkan gaya aerodinamika yang dapat menginduksi getaran pada struktur, terutama jika frekuensi vortex dekat dengan salah satu frekuensi alami gedung. Makalah ini mengkaji fenomena VIV pada model gedung tinggi secara eksperimental dan cara pengurangan getaran model gedung akibat VIV dengan menerapkan sistem Tuned Mass Damper (TMD). Kajian dimulai dengan membuat model gedung yang dirancang untuk memiliki frekuensi alami pertama 4.1 Hz yang akan mengalami VIV dalam terowongan angin dengan penampang seksi uji 1.5 2 m 2 , dan kecepatan angin maksimum 20 m/s. Hasil perancangan yang divalidasi secara eksperimental menghasilkan model gedung yang mengalami VIV pada kecepatan angin 8.4 m/s atau pada bilangan Strouhal 0.129. Selanjutnya sistem TMD dirancang, dibuat, dan diterapkan pada model gedung, dimana frekuensi sistem TMD diatur sama dengan frekuensi alami pertama model gedung. Pengujian terowongan angin untuk model gedung yang dilengkapi TMD dengan rasio massa (Rm) 2.53% menunjukkan bahwa tingkat getaran akibat fenomena VIV dapat diredam hingga 50% tingkat getaran model tanpa TMD. Hasil ini sesuai dengan kajian numerik yang dilakukan dalam tahap perancangan eksperimen.
1 Mahasiswa Program Magister Bidang Keahlian Rekayasa Struktur Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: ramdan_pq@gmail.com 2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5946094, email: budisw2000@yahoo.com 3Dosen Jurusan Teknik Sipil, , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5946094, email: hidayat@ce.its.ac.id
ABSTRAK Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu sistem yang dapat mereduksi gaya gempa untuk struktur gedung baja yaitu Dinding Geser Pelat Baja atau Steel Plate Shear Wall (SPSW). Dinding geser pelat baja adalah sebuah sistem penahan beban lateral yang terdiri dari pelat baja vertical berdinding tipis, menghubungkan balok dan kolom disekitarnya dan terpasang dalam satu atau lebih pelat sepanjang ketinggian struktur membentuk sebuah dinding penopang. Perilaku dari dinding geser pelat baja ini masih belum bisa diprediksi oleh karena itu sampai dengan saat ini sistem SPSW masih dalam tahap penelitian laboratorium walaupun sudah ada beberapa gedung yang menggunakan sistem ini contohnya gedung Hospital di California (Baldeli 1983). Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :(1).Menghitung respon inelastik (drift antar tingkat, gaya geser dasar, simpangan atap) suatu bangunan dengan menggunakan steel plate shear wall. (2).Mengetahui perilaku elemen Steel Plate Shear Wall (SPSW) apabila diberi pengaku lateral tambahan atau konfigurasi pengaku lateral tambahan. (3).Mengetahui permodelan SPSW dengan perhitungan analitis. (4).Mengetahui permodelan sistem SPSW pada sturktur gedung dengan Finite Element Software. Dalam studi ini terdapat 9 permodelan dimana setiap model memiliki ketebelan pelat dan sistim bracing yang berbeda-beda. Kesimpulan yang dapat diambil dari studi adalah Perilaku elemen steel plate shear wall (SPSW) terhadap ketebalan pelat baja adalah bahwa model yang menggunakan tebal pelat yang paling tebal (Model AT10, BT10 dan CT10) mengalami perpindahan yang paling kecil jika dibandingkan dengan model menggunkan pelat tipis (Model AT3, BT3 dan CT10). Perbandingan antara SPSW tanpa pengaku dan SPSW yang diberi pengaku menunjukan bahwa SPSW yang perpengaku adalah yang paling optimal ini ditunjukan dengan perpindahan yang lebih kecil.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 60 STATE OF THE ART PENGEKANGAN EKSTERNAL UNTUK RETROFIT KOLOM BETON BERTULANG
Utari Khatulistiani 1 , Tavio 2 dan I G. P. Raka 3
1 Utari Khatulistiani, Kandidat Doktor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, E-mail: utari_wiyoso@yahoo.co.id 2Tavio, Profesor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, E-mail: tavio_w@yahoo.com 3I G. P. Raka, Profesor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, E-mail: raka@its.ac.id
ABSTRAK Bila struktur kolom beton bertulang yang telah dibangun mengalami kerusakan akibat gempa bumi, maka dibutuhkan perlakuan retrofit dengan tujuan untuk peningkatan kekuatan dan juga daktilitasnya. Retrofit dapat juga dilakukan terhadap kolom di gedung yang menahan beban lebih besar dari beban perencanaan awal. Hasil penelitian para peneliti diperoleh bahwa kekuatan dan daktilitas kolom beton bertulang dapat dilakukan dengan memberi pengekangan, baik dengan cara pengekangan di bagian sisi dalam kolom (internal) maupun di sisi luar kolom (eksternal). Pelaksanaan retrofit menjadi praktis bila teknik pengekangan dengan cara pengekangan luar. Berdasarkan studi literatur, state of the art pengekangan eksternal kolom beton bertulang diuraikan pada makalah ini. Pengekangan eksternal dapat meningkatkan kekuatan dan daktilitas kolom dengan menggunakan bahan yang cukup kaku sehingga mampu menahan gaya lateral kolom. Metode steel collar yang menggunakan HSS, plat baja dan bajaprofil siku dapat direkomendasi untuk retrofit kolom beton bertulang persegi.
Kata kunci: beton bertulang, gempa, kolom, pengekangan eksternal, retrofit
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 61 DAKTILITAS BALOK BETON PRATEKAN PARSIAL PRATARIK DENGAN LEKATAN BERPENAMPANG PERSEGI SETELAH MENDAPAT BEBAN BERULANG TERBATAS.
I Gusti Putu Raka 1
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5946094, HP 0811314414 email: raka@ce.its.ac.id atau igp_raka@yahoo.com
ABSTRAK Penggunaan beton pratekan parsial makin banyak dijumpai dilapangan. Beberapa hasil penelitian sudah banyak pula dipublikasikan. Percobaan pembebanan berulang terbatas pada beton pratekan parsial pratarik dengan lekatan dengan ratio pratekan parsialnya(PPR) bervariasi, daktilitas beserta prilaku lainnya sesaat/menjelang beban runtuh coba akan diungkap diungkap. Dari hasil percobaan diproleh bahwa daktilitas kelengkungan(curvature ductility) balok yang diuji mempunyai daktilitas kelengkungan menurun seiring dengan makin besarnya PPR. Hal serupa dengan variasi PPR, indek tulangan total() ternyata juga berperan yang identik. Dampak pada regangan tekan beton, regangan pada level tulangan lunak serta angka keamanan saat runtuh, variasi PPR dan beban berulang terbatas tidak berpengaruh secara nyata (significance).
Kata kunci: struktur beton, duktilitas, pratekan parsial,beban berulang,ratio pratekan parsial(PPR), indek tulangan total().
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 62 STUDI PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL Endah Wahyuni 1 , Heppy Krisjanto 1 , Djoko Irawan 1 dan Syayhuddin Sholeh 2
1 Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, email: endah@ce.its.ac.id 2 Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Instansi, email: didinbibin@gmail.com
ABSTRAK Submerged Floating Tunnel (SFT) atau Jembatan melayang dalam air adalah sebuah konsep baru di bidang infrastruktur transportasi. Konsep dari SFT adalah meletakkan sebuah struktur berbentuk tubular pada kedalaman tertentu dibawah permukaan air dengan menggunakan gaya apung Archimedes sebagai daya dukungnya (Mazzolani et al 2009). Studi pemodelan dan analisa struktur SFT dengan beberapa model akan dilakukan dengan metode FEM (Finite Element Method) menggunakan program bantu SAP 2000. Studi ini diharapkan menghasilkan model yang memiliki kesesuaian sifat dengan model nyata yang telah diuji. Kondisi perairan dimana struktur SFT ini akan dimodelkan dan dianalisa nanti adalah kondisi perairan Kepulauan Seribu atau lebih tepatnya adalah perairan antara Pulau Panggang dan Pulau Karya di gugusan kepulauan Seribu DKI Jakarta Indonesia karena model prototype SFT nantinya akan diletakkan di antara 2 pulau tersebut. Nantinya data tersebut diskalakan sehingga dapat digunakan sebagai parameter desain model SFT dari benda uji. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemodelan yang paling mendekati hasil uji adalah model dengan menggunakan element cable dengan memberikan initial tension pada kabel tersebut. Dan dengan mendefinisikan wave sebagai non-linear static load untuk beban model SFT. Dengan hasil gaya aksial untuk perletakan ujung free floating berkisar antara 2,3kg 6,03kg sedangkan pada hasil uji BPPT berkisar antara 0,973kg 5,662kg. Sedangkan gaya aksial dari hasil analisa numerik dengan perletakan sendi melingkarberkisar antara 0,2kg 3,76kg dan gaya aksial hasil uji berkisar antara 0,744kg 3,499kg.
Kata kunci: Submerged Floating Tunnel, Pemodelan Struktur, Perbandingan Benda Uji
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 63 PENGUJIAN KUALITAS BATAKO SESUAI DENGAN PERSYARATAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SUMBER LANGGENG MOJOKERTO
Yusroniya Eka Putri
2. Dosen Jurusan Teknik Sipil , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, email: yusroniya.putri@gmail.com
Abstrak
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor riil yang potensial untuk menghasilkan devisa negara, disamping juga terbukti mampu menyerap tenaga kerja, salah satunya adalah UMKM Produsen Batako dan Paving. Produk yang diproduksi UMKM ini belum pernah dilakukan pengujian mutu seperti pengujian ukuran tampak luar, pengujian daya serap dan pengujian kuat tekan. Selama ini dalam proses produksi komposisi bahan baku hanya berdasarkan perkiraan saja bukan berdasarkan perbandingan yang semestinya, air yang digunakan pada proses produksi juga masih belum sesuai dengan standart yang ada, dan untuk meningkatkan kualitas produk diperlukan pelatihan dalam pembuatan batako yang benar serta adanya pengujian produk. Hal ini secara tidak langsung dapat membantu UMKM dalam menghadapi persaingan yang terjadi di pasar. Umumnya bahan baku dan proses pencetakan batako masih bersifat takaran kira-kira tanpa ada takaran yang sama setiap mix design nya, hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi dan penggunaan bahan baku yang bersifat coba-coba untuk mencari bahan baku yang lebih murah tanpa melakukan percobaan uji tekan terlebih dahulu untuk mutu campurannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan tentang bahan baku yang baik dan proses produksi yang dapat menghasilkan kualitas yang memenuhi uji kuat tekan yang dipersyaratkan. Ada dua jenis batako dengan komposisi campuran yang berbeda,masing-masing diambil 10 sampel benda uji. Setelah itu dibuat sampel benda uji di UKM dan benda uji di laboratorium dengan variasi campuran yang sama. Kemudian dilakukan analisa perbandingan hasil uji tekan tersebut. Hasil pengujian menyatakan bahwa kualitas batako pada UKM Sumber Langgeng dapat dikatakan tidak layak pada penggunaan campuran dengan 1 zak semen menghasilkan 200 batako karena hampir semua batako dari UKM yang dijadikan sampel tidak memenuhi standar pada SNI yaitu kuat tekan rata-rata 1,72 MPa < 2 PA, sedangkan dengan penggunaan campuran dengan 1 zak semen menghasilkan 150 batako masih memenuhi standar pada SNI yaitu kuat tekan rata-rata 2,40 MPa > 2 PA. Setelah dilakukan pembuatan benda uji lagi pada UKM untuk memenuhi minimum standar batako untuk jenis bata beton berlobang dengan mutu beton grade IV adalah dengan variasi semen dan agregat minimum 1:21 dengan jumlah produksi 150 batako per zak semen. Nilai kuat tekan batako dipengaruhi oleh jumlah semen dalam campuran batako, semakin besar jumlah semen dalam campuran batako maka nilai kuat tekannya akan semakin besar. Untuk meningkatkan bata beton berlobang dengan mutu beton grade III dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban minimum kuat tekan 3,5 MPa adalah dengan variasi semen dan agregat minimum 1:18 dengan jumlah produksi 110 batako per zak semen. Sedangkan untuk bata beton berlobang dengan mutu beton grade II dapat dipakai pada konstruksi yang memikul beban minimum kuat tekan 3,5 MPa adalah dengan variasi semen dan agregat minimum 1:16 dengan jumlah produksi 95 batako per zak semen.
Kata kunci: batako, kualitas, kuat tekan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 64 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH LAJU EROSI TERHADAP INTENSITAS HUJAN DENGAN KEMIRINGAN LERENG BERBEDA PADA JENIS TANAH PASIR KELANAUAN
Abdul Rivai Suleman 1 , Muhammad Saleh Pallu 2 , Johannes Patanduk 3 dan Tri Harianto 4
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, email: rivai.suleman@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: salehpallu@hotmail.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: patandukjohn@yahoo.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: triharianto@ymail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh laju erosi terhadap intensitas hujan dengan kemiringan lereng dan kepadatan tanah yang terjadi pada tanah pasir kelanauan. Penelitian ini merupakan studi eksperimental di laboratorium dengan menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation) sebagai pembanding untuk menentukan jumlah laju erosi yang terjadi pada tanah pasir kelanauan. Hasil penelitian dengan 3 variasi intensitas hujan yaitu 50 mm/jam, 100 mm/jam dan 200 mm/jam, menunjukkan bahwa pengaruh laju erosi tanah terhadap intensitas hujan dan kemiringan lereng adalah berbanding lurus. Intensitas hujan yang tinggi dan semakin besar nilai kemiringannya akan bertambah besar laju erosi tanah. Besarnya laju erosi yang terjadi berdasarkan perlakuan di laboratorium dengan intensitas hujan berturut-turut I 50 , I 100 , dan I 200
pada kemiringan lereng 5 adalah 48,453 gram, 124,387 gram dan 406,653 gram. Pada kemiringan lereng 15, intensitas berturut-turut I 50 , I 100 , dan I 200 dan besar jumlah laju erosi yang terjadi adalah 72,577 gram, 260,048 gram dan 1400,617 gram. Kemudian pada kemiringan lereng 25 akibat peningkatan intensitas berturut-turut I 50 , I 100 , dan I 200 terjadi erosi sebesar 131,287 gram, 856,395 gram dan 1851,360 gram, dan berdasarkan hasil analisis regresi untuk penentuan laju erosi akibat perubahan besar intensitas hujan adalah sebagai berikut : f(x) = 0,115x 1,5346 untuk kemiringan 5 o ; f(x) = 0,016x 2,352 untuk kemiringan 15 ; dan f(x) = 0,0902x 1,9089 untuk kemiringan 25.
Kata kunci: erosi, tanah pasir kelanauan, intensitas hujan, kemiringan lereng dan analisis regresi.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 65 KAJIAN ASPEK HIDROLOGI LAHAN GAMBUT SEBAGAI CALON LOKASI/TAPAK PLTN
ABSTRAK Berkembangnya wacana pembangunan PLTN di pulau Sumatera dan Kalimantan beberapa tahun terakhir memungkinkan dilakukan pemilihan tapak pada lahan gambut. Mengingat sebagian besar lahan di wilayah Kalimantan dan Sumatera merupakan lahan gambut, maka dalam evaluasi tapak, salah satu item yang harus dievaluasi oleh pemohon izin tapak PLTN adalah aspek hidrologi. Hasil evaluasi tapak untuk aspek hidrologi akan digunakan sebagai masukan dalam desain beberapa SSK dan system proteksi tapak terkait dengan ancaman hidrologi pada lahan gambut. Perubahan tata guna lahan gambut pasca pembangunan PLTN pada kawasan lahan gambut dapat memberikan dampak terhadap keselamatan operasi PLTN. Evaluasi tapak dilakukan untuk tujuan penilaian kelayakan tapak digunakan sebagai lokasi PLTN dan juga sebagai parameter masukan dalam desain beberapa SSK yang terkait dengan keselamtan. Aspek hidrologi merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain, baik itu untuk system pendingin maupun proteksi tapak. Beberapa aspek hidrologi yang perlu dikaji dalam menentukan calon lokasi tapak PLTN pada kawasan gambut diantaranya adalah bahaya hidrologi yang muncul pada kawasan gambut, data hidrologi lahan gambut yang meliputi sumber luar tapak, data geofisika, geologi dan seismologi, data topografi dan batimetri, data aktivitas antropogenik.
Kata kunci: lahan gambut, PLTN, nuklir, listrik, managemen hidrologi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 66 PENGARUH STRUKTUR BANGUNAN KRIB TERHADAP SEDIMENTASI DAN EROSI DI SEKITAR KRIB DI SUNGAI
Bambang Sujatmoko 1
1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, email : b_sujatmoko@yahoo.com
ABSTRAK Besarnya kecepatan yang akan melewati satu seri rangkaian bangunan krib dipengaruhi oleh formasi pemasangan rangkaian krib. Setiap desain bentuk, type ataupun tata letak (lay-out) satu seri bangunan krib akan memberikan dampak yang berbeda terhadap proses sedimentasi dan erosi yang terjadi di sekitarnya. Untuk melihat pengaruh krib terhadap proses sedimentasi dan erosi, dilakukan dengan simulasi matematis aliran dua dimensi model RMA2 dan simulasi perubahan angkutan sedimen SED2D. Kalibrasi model RMA2 dilakukan dengan menentukan penyimpangan RMS (root-mean-square) antara ratio kecepatan saluran dengan kecepatan rerata (U/Um) model fisik dan U/Um model matematis, dan kalibasi model SED2D dilakukan dengan menentukan penyimpangan besar gerusan antara model fisik dan matematis. Data pengukuran kalibrasi model menggunakan data penelitian Yeo Hong Koo (2006). Konfigurasi krib yang disimulasi terdiri dari 3 variasi panjang (l/B), 3 variasi jarak pemasangan (L/l) dan 4 variasi permeabilitas krib (pk). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model RMA2 yang digunakan cukup memadai untuk mensimulasi aliran di sekitar krib, dimana rasio antara RMS U/Um kedua model dengan rerata U/Um yang dihasilkan < 5%, sedang model SED2D kurang memadai dalam mensimulasi perubahan dasar dimana ratio penyimpangan kedua model mendekati nilai 30%. Semakin banyak jumlah krib dipasang pada tepi sungai, maka daerah gerusan pada krib di bagian hulu semakin berkurang. Perubahan daerah gerusan untuk krib di bagian hulu pada variasi jarak yang sama cenderung semakin berkurang seiring dengan bertambahnya permeabilitas krib. Hasil simulasi pada panjang krib dan jarak krib yang sama, menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu berkurangnya ratio gerusan maksimum dengan gerusan maksimum awal (S max /S max0 ) di sekitar krib seiring dengan bertambahnya permeabilitas krib. Ratio kedalaman gerusan yang paling kecil terjadi pada saat permeabilitas krib 60% yaitu 0,12-0,19 kali gerusan maksimum awal (S max0 ), sesuai dengan perubahan jarak kribnya.
Kata Kunci : konfigurasi krib, sedimentasi, gerusan maksimum, model matematis
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 67 EVALUASI KINERJA EMBUNG AIR BAKU DI PULAU MADURA
Eny Setyoningrum 1 , Edijatno 2 dan Theresia Sri Sidharti 3
1)Program Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail:nn_geodesi@yahoo.com 2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya 3)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya
ABSTRAK Pengelolaan embung air baku di pulau madura yang menjadi wewenang BBWS Brantas saat ini dinilai masih kurang optimal. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya pedoman dalam melakukan penilaian kinerja embung. Dari 32 embung yang telah dibangun BBWS Brantas sejak tahun 2006 hingga 2012 sampai saat ini belum pernah dilakukan penilaian atau evaluasi kinerjanya. Kinerja embung dalam kenyataannya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.Untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh pada kinerja embung maka dilakukan suatu analisa faktor dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan software AMOS. Untuk melakukan pengujian model kinerja embung air baku dilakukan dengan data primer yang diperoleh dari kuesioner sebanyak 150 responden yang terdiri dari pengelola embung dan masyarakat pemakai air. Hasil pengujian model penelitian menggunakan Structural Equation Modelling menggunakan software AMOS untuk mengukur variabel kinerja embung didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja embung adalah kondisi fisik dengan bobot faktor 0,13 atau (30%), kondisi lingkungan dengan bobot faktor 0,01 atau (5%), faktor pengelolaan dengan bobot faktor 0,20 atau (50%) dan faktor kelembagaan dengan bobot faktor 0,06 atau (15%). Hasil evaluasi kinerja terhadap 10 embung kabupaten Sampang berdasarkan faktor kinerja menujukkan nilai kinerjanya antara 52,87% - 64,87% dengan kategori kinerja cukup. Sedangkan berdasarkan indikator hasil kinerja diketahui nilai kinerjanya berkisar antara 59,5% - 74,5% dengan kategori kinerja cukup dan bebarapa kinerjanya baik.
Kata kunci: embung air baku, Evaluasi Kinerja, Structural Equation Modeling
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 68
ANALISA POTENSI CURAH HUJAN UNTUK PENERAPAN SISTEM RAI NWATER HARVESTI NG DI KOTA PALEMBANG
Imroatul C. Juliana 1 , M. Syahril Badri K 2 , M. Cahyono 2 , dan Widjaja Martokusumo 3
1 Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, email : icjuliana76@gmail.com 2 Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 3 Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK Pengembangan tata ruang yang terjadi di kota-kota besar sangat berdampak terhadap siklus air yang ada di suatu wilayah. Kebutuhan akan ruang mengakibatkan terganggunya ketersediaan sumberdaya air baik langsung maupun tidak langsung. Kemanfaatan air akan berkurang baik dari segi kualitas atau kuantitas. Limpasan air permukaan menjadi semakin tinggi dan daya tampung air semakin menurun akibat resapan yang hilang. Masalah yang berhubungan dengan sumberdaya air adalah air yang terlalu berlebih (too much) pada musim hujan dan air yang terlalu kurang (too little) pada musim kemarau. Permasalahan tersebut dapat dihindari jika sumberdaya air yang ada dimanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi sumberdaya air yang sering dilupakan adalah hujan. Potensi curah hujan yang ada sering dibiarkan terbuang menjadi run off, padahal air hujan tersebut dapat dipanen (rainwater harvesting) dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan konsep rainwater harvesting (RWH) air hujan yang ditampung dapat digunakan untuk potable atau non potable water use, sehingga akan mengurangi pemakaian air tanah, memberikan keuntungan secara finansial serta memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan disekitarnya. (Roebuck 2006, Yan Zhang dkk. 2009, Vivian W.Y Tam dkk. 2009, Anthony M. Ryan dkk. 2009, A. Rahman dkk. 2010, 2011, R. Farreny dkk. 2011, N. Nagaraj dkk. 2011, Sara Angrill dkk. 2011). Berdasarkan manfaat yang diperoleh, maka konsep RWH merupakan salah satu konsep yang layak untuk diterapkan. Sistem ini merupakan sistem sederhana yang menggunakan atap sebagai catchment area, pipa untuk mengalirkan air, dan storage tank sebagai tempat menyimpan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa besar potensi curah hujan yang ada di kota Palembang yang dapat dimanfaatkan untuk penerapan sistem RWH. Berdasarkan konsep water balance, dapat dianalisa performa hidrologi sistem RWH dalam memenuhi kebutuhan air bagi penghuninya. Analisa dilakukan dengan beberapa skenario berdasarkan ukuran storage tank sistem RWH, jumlah penghuni rumah, jumlah kebutuhan air bersih (water demand) dan perbedaan penggunaan air hujan (potable dan non potable). Dari hasil analisa awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi curah hujan dapat memenuhi kebutuhan potable dan non potable water use untuk jumlah penghuni 1 orang atau setara dengan 150 L/hari.
Kata kunci: air hujan, potensi curah hujan, rainwater harvesting, potable, nonpotable
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 69
OPTIMASI PEMANFAATAN WADUK BENING UNTUK IRIGASI DENGAN GOAL PROGRAMMING
Kholivia Desi Ekasari 1
1 Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Emai : Kholiviadesi@gmail.com
ABSTRAK Waduk Widas atau yang lazim disebut Waduk Bening merupakan salah satu waduk yang ada di Jawa Timur yang terletak di Kabupaten Madiun. Sumber air Waduk Bening berasal dari Kali Widas dan tujuh sungai kecil lainnya yang dimanfaatkan untuk keperluan Irigasi pada Daerah Irigasi Waduk Bening seluas 8750 Ha. Selain dari waduk daerah irigasi juga mendapatkan tambahan air dari sistem sungai di hilir waduk.Jenis tanaman terdiri dari padi dan palawija, palawija disini khususnya kedelai dan sebagian besar adalah bawang merah dengan pola tanam yang digunakan adalah padi-palawija, padi-palawija, padi-palawija. Pada musim kemarau daerah irigasi khususnya di bagian hilir mengalami kekurangan air yang dapat memyebabkan berkurangnya hasil produksi. Dengan ketersediaan air yang ada di waduk dan sistem sungainya dilakukan optimasi agar dapat memaksimalkan keuntungan hasil usaha tani berdasarkan luas tanam yang optimal. Untuk analisa ini digunakan engan program bantu Quantity Methods for Windows 2, dimana kebutuhan air tiap alternatif pola tanam dan debit andalan dijadikan batasan atau kendala sebagai inputan dalam pengoperasian program linier, sedangkan target /sasaran dari program pemerintah digunakan sebagai kendala untuk inputan dalam pengoperasian goal programming. Hasil dari perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui luas sawah yang dapat ditanami sesuai dengan jenis tanaman dan musim tanaman agar mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Dari hasil operasi dengan linier programming dengan beberapa alternatif pola tanam rencana, didapatkan pola tanam yang menghasilkan keuntungan terbesar yaitu pada awal tanam Nopember 1 dengan pola tanam padi- palawija-palawija dengan keuntungan sebesar Rp. 759.546.192.947,00 dengan intensitas tanam 143,38 %. Sedangkan dari hasil optimasi dengan goal programming berdasarkan target/ sasaran program pemerintah untuk produksi padi pada Daerah Irigasi Waduk Bening seluas 6.826 Ha dapat terpenuhi dan target keuntungan sebesar Rp. 800.000.000.000,00 dapat tercapai.
Kata kunci : Goal Progamming , Keuntungan maksimal, Optimasi, Waduk Bening Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 70 KEBUTUHAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI HULU DAS BRANTAS UNTUK PEMBENTUKAN MODEL DESA KONSERVASI DI KOTA BATU
Kustamar 1 , Togi H. Nainggolan 2 dan Agung Witjaksono 3
1 Teknik Sipil ITN Malang, kustamar@yahoo.co.id atau kustamar@pnsmail.go.id 2 Teknik Sipil ITN Malang, 3 Teknik Planologi ITN Malang.
ABSTRAK Upaya konservasi Sumber Daya Air di hulu DAS Brantas dalam kawasan Kota Batu dilakukan dalam bentuk kombinasi antara metode vegetativ, mekanis, dan konstruktif. Keterlibatan masyarakat semakin digeser ke upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan parsial dalam bentuk proyek percontohan pada akhirnya diperbaiki dengan upaya yang lebih mengedapankan kebersamaan, yaitu pembentukan desa konservasi. Berbagai bentuk desa konservasi telah dikembangkan oleh berbagai instansi, sesuai dengan tujuan dan konsepnya. Oleh karena hal tersebut dilakukan penelitian untuk menemukan formulasi bentuk desa konservasi di hulu DAS Brantas yang tepat. Penyusunan RPJM Des di Kota Batu pada umumnya belum cukup memperhatikan konservasi SDA. Oleh karena hal tersebut, untuk menyempurnakannya dilakukan analisa kekritisan lahan dan rencana konservasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa di Kota Batu perlu adanya konservasi vegetative, mekanis, dan konstruktif, dan pengendalian pencemaran air sungai. Konservasi vegetative berupa penghijauan dan konversi jenis tanaman budiadaya pertanian pada lahan konservasi dari sayur ke tanaman keras. Konservasi mekanis berupa pembuatan teras pada lahan berlereng curam. Konservasi konstruktif berupa sumur resapan, dan bangunan pengendali sedimen. Kualitas air sungai harus dilindungi dengan dari limbah pertanian dan rumah tangga.
Kata kunci: Konservasi SDA, Hulu DAS Brantas, Kota Batu
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 71
KAJIAN TERHADAP SISTEM MANAJEMEN PADA RESERVOIR PDAM TIRTAULI KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR Novdin M Sianturi 1
1 Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, email : ssnovdin@yahoo.com
ABSTRAK Kajian Terhadap Sistem Manajemen Pada Reservoir PDAM Tirtauli sangatlah diperlukan apalagi setelah lebih dari 10 tahun beroperasi tahun. Dari hal ini maka evaluasi sistem manajemen yang ingin ditinjau mencakup optimalisasi operasional reservoir yang sesuai dengan rencana yang diingankan oleh perusahaan agar terpenuhinya kebutuhan air daerah layanan terhadap kontiniutas dan kuantitas, kemampuan terhadap reservoir PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar untuk mencukupi pelayanan yang prima hingga sampai beberapa tahun kedepan. Berdasar pengamatan dilokasi PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar bahwa reservoir pada jam puncak pemakaian mulai dari jam 06.00 8.00 dan 17.00- 19.00 oleh pelanggan masih sesuai dengan standard dari jam puncak dan batas minimal air yang ada di reservoir dan sesuai kriteria serta kebutuhan per orang / hari. Perhitungan kapasitas produksi reservoir PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar masih memiliki idel kapasitas Air dalam Reservoir sebesar 37,324 l/detik dimana masih mampu melayani penambahan sambungan baru sekitar 4.1296 SR untuk beberapa tahun ke depan namum dengan adanya Sistem Evaluasi ini maka akan diperoleh hasil yang lebih baik kedepan khusus pada Reservoir di Kecamatan Siantar Simarimbun yang mana tingkatnya kebocoran yang terjadi pada distribusi Air Minum sebesar 30,79% dapat ditekan dengan cara meteran Induk yang ada direservoir setiap tahun di diperbaiki agar tingkat kebocoran pada saat distribusi air dapat diminimalkan. Metode yang menggambarkan fenomena atau gejala yang terjadi dalam keadaan nyata dengan melakukan pengamatan langsung serta pengolahan data yang mana metode tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga dapat menjadi bahan penulisan laporan Penelitian yang mana hasil pengamatan Q daerah layanan masih tercukupi sampai sore hari karena reservoir masih terisi (masih diatas tinggi minimum), Reservoir PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar masih mampu melayani kebutuhan pelanggan, dari hasil perhitungan daerah pelayanan. Kontiunitas pada daerah layanan masih terpenuhi.
Kata Kunci: Manajemen. Meteran Induk, Kajian dan Reservoir.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 72
KAJIAN SISTEM DRAINASE DI JALAN M.H.THAMRIN DAN JALAN IMAN BONJOL KELURAHAN DWIKORA PEMATANGSIANTAR
Novdin M Sianturi 1 , Kataresada Ketaren 2
1 Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, Email : ssnovdin@yahoo.com 2 Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, Email :
ABSTRAK Data curah hujan harian selama 10 tahun terakhir yang di peroleh dari stasiun BMG SPMK PPKS Unit Usaha Marihat Siantar dihitung dengan harian maksimum rerata. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kita dapat mengetahui distribusi curah hujan, dan di dalam perhitungan tersebut penulis menggunakan metode Mononobe yang mana nilai tersebut diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana dengan metode Rasional. Drainase yang dipergunakan berbentuk segi empat. Penduduk di Kota Pematangsiantar setiap tahun semakin meningkat dan berkembang, dimana perkembangan tersebut berakibat pada perubahan tata guna lahan yang memberikan pengaruh cukup dominan terhadap debit banjir. Komponen yang paling besar memberikan sumbangan dalam pertumbuhan tersebut adalah debit banjir yang diakibatkan oleh curah hujan. Adanya perubahan debit banjir yang terjadi sudah tentu berakibat pada dimensi drainase yang telah ada. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk menghitung debit banjir rencana dan dimensi saluran yang dapat menampung curah hujan maksimum. Hasil dari evaluasi sistem drainase di Jalan MH Thamrin dan Iman Bonjol Kelurahan Dwikora Pematangsiantar didapat perhitungan dengan dimensi drainase Jalan M.H Thamrin : lebar dasar saluran sebesar 1,510 m, tinggi saluran sebesar 0,775 m dengan Q = 2,3980 m 3 /dtk, dan untuk saluran drainase di Jalan Iman Bonjol : lebar dasar saluran sebesar 1,770 m, tinggi saluran sebesar 0,885m dengan Q = 2,8100 m 3 /dtk.
Kata kunci : tata guna lahan, sistem drainase, debit banjir Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 73
PEMODELAN HIDROLOGI HUJAN-ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT
Sigit Sutikno 1 , Manyuk Fauzi 2 , Hamiduddin 3
1 Sigit Sutikno, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, ssutiknoyk@yahoo.com 2 Manyuk Fauzi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, manyu_fauzi@yahoo.com 3 Hamiduddin, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, hamiduddin87@gmail.com
ABSTRAK Analisis hidrologi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah metode empirik, metode statistik, dan metode analisis dengan menggunakan model. Pemilihan metode tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi data yang ada di lapangan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Permasalahan umum yang seringkali dihadapi daerah-daerah di Indonesia adalah ketersediaan data yang sangat terbatas sehingga metode-metode analisis tersebut seringkali tidak bisa dipakai. Analisis dengan menggunakan model hidrologi merupakan suatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun demikian model hidrologi yang ada saat ini kebanyakan dikembangkan di luar negeri yang belum tentu cocok dipakai di Indonesia. Beberapa model juga membutuhkan data yang detil sehingga kemunngkinan akan mengalami kesulitan untuk diaplikasikan di Indonesia. Penelitian ini mengusulkan metode penggunaan data yang bersumber dari satelit untuk dipakai dalam pemodelan hidrologi hujan-aliran. Data-data satelit tersebut tersedia di seluruh dunia yang bisa didapatkan secara gratis dari lembaga-lembaga antariksa dan klimatologi dunia, seperti NASA (National Aeronautics and Space Administration), JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), NOAA (National Oceanic and Athmospheric Administration) dan JMA (Japan Meteorological Agency). Data-data tersebut diantaranya adalah data hujan, peta topografi, tata guna lahan, jenis tanah, sungai, dan lain sebagainya. Data-data tersebut bisa diunduh secara langsung dari internet dan diolah dengan menggunakan software IFAS (Integrated Flood Analysis System). Penelitian ini mengambil studi kasus di DAS Tapung Kiri yang merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai Siak di Provinsi Riau. Data-data satelit yang dipakai untuk pemodelan adalah data pada periode waktu dari 1 Januari 2005 hingga 31 Desember 2006. Pemilihan periode waktu tersebut didasarkan pada pertimbangan ketersediaan data lapangan yang digunakan sebagai pembanding. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pemodelan hidrologi hujan aliran menggunakan data-data satelit ini cukup handal dengan nilai korelasi (R) sebesar 0.776, nilai selisih volume (VE) sebesar 0.574%, dan koefisien efisiensi (CE) sebesar 0.75.
Kata kunci: pemodelan hidrologi, data satelit, IFAS
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 74
1 Mahasiswa S2 Magister Manajemen dan Rekayasa Sumber Air, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: anggora17@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: nadjadji@its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ABSTRAK Secara historical daerah-daerah di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo hilir merupakan wilayah yang sulit terlepas dari masalah banjir. Hal ini terbukti bahwa hampir setiap tahun terjadi banjir di kawasan Pantura, khususnya Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Banjir terjadi jika Sungai Bengawan Solo tidak dapat menampung volume air yang datang sehingga menyebabkan meluapnya air dan mengakibatkan kerusakan di daerah sekitarnya. Banjir juga dapat dilihat dari ketinggian elevasi muka air (water surface) yang terjadi di Sungai Bengawan Solo dimaksud. Dalam studi ini akan dijelaskan kondisi elevasi muka air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo hilir saat terjadi hujan maksimum atau saat debit maksimum terjadi, yang kemudian kondisi tersebut disebut dengan kondisi awal. Setelah kondisi awal didapat, maka dilanjutkan dengan pemodelan DAS Bengawan Solo Hilir yang memanfaatkan rawa jabung sebagai tampungan sementara/reservoir saat debit maksimum terjadi, sehingga didapat elevasi muka air di hilir yang kemudian kondisi tersebut disebut dengan kondisi akhir. Pemodelan kedua kondisi tersebut menggunakan program bantu Hec-Ras 4.0. Dari hasil perhitungan didapatkan muka air tertinggi kondisi awal sebelum beroperasinya rawa jabung berada pada elevasi 9.11 meter dan muka air tertinggi kondisi akhir setelah beroperasinya rawa jabung berada pada elevasi 8.53 meter. Kedua muka air tersebut berada di atas tanggul tertinggi sungai yaitu 6.15 meter, sehingga terjadi luapan/banjir baik sebelum maupun setelah beroperasinya rawa jabung. Dengan beroperasinya rawa jabung, penurunan elevasi muka air di hilir sebesar 0.58 meter. Maka dapat disimpulkan bahwa rawa jabung tidak dapat dijadikan sebagai pengendali banjir, melainkan hanya dapat digunakan sebagai tampungan untuk mengalirkan air pada daerah irigasi sekitarnya.
Kata kunci: Rawa Jabung, Hec-Ras, Studi pengoperasian.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 75
PERBANDINGAN METODE ESTIMASI MUATAN SEDIMEN PADA RUAS SUNGAI
Taufik Ari Gunawan 1 , M. Syahril Badri Kusuma 2 , M. Cahyono 2 , Joko Nugroho 2
1 Mahasiswa Program Doktoral, FTSL ITB, Email : tagz.unsri@gmail.com 2 Dosen, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK Salah satu masalah yang mengganggu stabilitas sungai adalah sedimentasi. Untuk tujuan perencanaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan air tersebut terlebih dahulu harus dapat diperkirakan jumlah muatan sedimen sesuai kapasitas angkut sedimen sungai-sungai yang bersangkutan. Estimasi jumlah muatan sedimen dapat dilakukan dengan cara mengukur langsung di sungai secara berkala atau dihitung menggunakan berbagai metode estimasi. Sejumlah peneliti telah banyak mengembangkan berbagai prosedur dan metode untuk memprediksi muatan sedimen, tetapi metode tersebut belum mampu memprediksi secara akurat muatan sedimen yang sebenarnya karena metode tersebut umumnya bersifat lokal sehingga hanya cocok untuk tipologi sungai tertentu. Berdasarkan konsep dasar penurunan formulasi estimasi muatan sedimen, teori-teori yang ada dapat diklasifikasikan berdasarkan; konsep menggunakan nilai kritis tegangan geser dasar atau debit; konsep statistik dan probabilitas; konsep energi aliran; dan konsep analisis numerik dan stokastik. Penelitian ini bertujuan membandingkan beberapa metode estimasi muatan sedimen yang mewakili masing-masing konsep. Metode muatan sedimen secara berurutan mewakili klasifikasi konsep tersebut adalah metode Meyer-Peter-Muller dan Lane-Kalinske, Einstein-Brown dan Brook, Engelund and Hansen serta Van Rijn. Setelah menerapkan masing- masing metode pada suatu set data kondisi sungai yang sama, hasil estimasi muatan sedimen yang dihasilkan dari berbagai metode tersebut memberikan hasil berbeda satu dengan lainnya. Dalam makalah ini dicoba menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil perhitungan masing-masing metode estimasi.
Kata kunci : Metode estimasi muatan sedimen, muatan dasar, muatan layang, muatan total
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 76 HASIL AMAN PENURAPAN AIRTANAH BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIRTANAH STATIS CAT PALU DI PROPINSI SULAWESI TENGAH
Zeffitni 1 dan Yassir Arafat 2
1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Untad, Palu Propinsi Sulawesi Tengah, zefitni_04@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Untad, Palu Propinsi Sulawesi Tengah, iazzyr@yahoo.com
ABSTRAK Permasalahan sumberdaya air saat ini sudah menjadi suatu permasalahan yang sangat urgen di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu. Fluktuasi muka airtanah bebas pada saat musim penghujan dan musim kemarau merupakan parameter penentu karena distribusi airtanah yang bersifat temporal akan mempengaruhi ketersediaan dan kedalaman muka freatik pada saat kemarau yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil aman penurapan airtanah berdasarkan ketersediaan airtanah statis CAT Palu di Propinsi Sulawesi Tengah. Perhitungan ketersediaan airtanah dengan menggunakan metode statis dengan asumsi bahwa airtanah dianggap diam dan dihitung berdasarkan parameter: luasan area, tebal akuifer dan hasil jenis (specific yield) menurut komposisi materi penyusun akuifer dan luas masing - masing zona potensi airtanah. Untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan airtanah bebas dengan jumlah penurapan, maka perlu diketahui volume penurapan aman, yang dihitung berdasarkan parameter: luasan area, fluktuasi muka airtanah bebas dan hasil jenis. Analisis fluktuasi muka freatik berdasarkan data hasil pengukuran 173 sumur gali di CAT bagian barat dan 157 di CAT bagian timur. Parameter luasan area diperoleh dengan cara membagi CAT Palu atas bagian barat dan timur dengan luasan + 474.600 m 2 . Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1). tebal akuifer di CAT Palu yaitu rata - rata + 83,24 meter, 2). nilai hasil jenis merata di seluruh CAT, dengan nilai rata rata sejumlah 47,65%, 3). berdasarkan parameter luasan area, tebal akuifer dan hasil jenis, ketersediaan airtanah statis di CAT Palu berjumlah + 19.552.823,80 m 3 , dan 4). berdasarkan parameter luasan area, fluktuasi muka freatik dan hasil jenis maka hasil aman penurapan airtanah di CAT Palu berjumlah 234.180,24 m 3 . Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketersediaan airtanah statis di CAT Palu masih masuk kategori aman untuk diturap, namun perlu dipertimbangkan kondisi perkembangan kota Palu yang menuntut penyediaan air yang semakin meningkat.
Kata kunci: airtanah, penurapan, hasil aman, pendekatan statis
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 77
STUDI OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAS TAMBONG BANYUWANGI BERDASARKAN HSS US SCS
Zulis Erwanto 1 dan Baroroh Baried 2
1 Dosen Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi (e-mail : zulis.poliwangi@gmail.com) 2 Dosen Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi (e-mail :aried_cipluk26@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Pada DAS Tambong kondisi tanahnya mengalami degradasi atau penurunan aktivitas lahan, sebagai akibat dari erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi penggunaan lahan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tambong di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Hidrograf Satuan Sintetik US SCS dengan bantuan program HEC-HMS. Permodelan Hidrograf Satuan Sintetik dengan bantuan program HEC-HMS untuk mendekati nilai- nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Secara keseluruhan DAS Tambong berbentuk paralel dengan dua jalur aliran sungai yang sejajar bersatu dibagian hilir dengan luas total DAS Tambong sebesar 15.000 km dengan pembagian 15 sub das. Berdasarkan kondisi di lapangan nilai rata-rata CN sebesar 91,33%, nilai rata- rata % absorpsi sebesar 12,54 %, rata-rata % impervious sebesar 70,95 %, rata-rata kemiringan sebesar 2 % dan rata-rata time lag sebesar 6 jam. Nilai optimasi lahan di DAS Tambong dapat ditunjukkan dari hubungan debit puncak (Qp) dan nilai CN dengan persamaan regression y = 0,0119.X + 73,465 diperoleh nilai CN optimum rata-rata sebesar 73,50 % dikategorikan besaran nilai CN kategori B. Tingkat laju erosi rata-rata tahunan di DAS Tambong sebesar 0,66 mm/th dengan laju erosi tertinggi sebesar 14,43 mm/th di daerah pegunungan Licin pada lahan semak belukar. Zona tingkat bahaya erosi yang berpotensi kritis terletak pada penggunaan lahan perkebunan dan hutan. Perlu adanya tindakan konservasi lahan di daerah pegunungan licin dan perencanaan bangunan konservasi pada daerah perkebunan. Kata kunci : Pengelolaan DAS, Hidrograf Satuan Sintetik, HEC-HMS, US SCS
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 78
KAJIAN EKSPERIMENTAL KEDALAMAN GERUSAN DI KAKI STRUKTUR BAWAH AIR
Chairul Paotonan 1 , Hasdinar Umar 2 , and Sherly Klara 3
1 Chairul Paotonan, Teknik Kelautan, UNHAS, Makassar, email : paotonan_Ch@yahoo.com 2 Hasdinar Umar, Teknik Kelautan, UNHAS, Makassar, email : checheamril@yahoo.com 3 Sherly Klara, Teknik Sistem Perkapalan, UNHAS, Makassar, email : elikapal@yahoo.com ABSTRACT One of the solutions to cope both of erosion and abrasion of beach is beach nourishment. It requires large amount sediment volume and also protective structure. The applicable structure is submerged structure made by geotextile tube (Geotube). The problem is the scouring at the front of submerged structure not yet understood. This research was conducted in Ocean Engineering Laboratory, Hasanuddin University using physical modeling to find out the scoring depth at the front of submerged structure. The parameters were varied in experiment are wave and structure parameters. Wave parameter represent by wave high. Whereas structure parameter represent by distance of structure elevation from mean water level. The parameters are influence to the scouring depth at the front of submerged structure are wave high (H) and distance of structure crest from mean water level (R c ). The greater the value of R c /h s and H/h s , the greater the (h-h s )/h s .
Keywords: Geotube, scouring, and submerged structure Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 79 PERAN PEMERINTAH DAN STAKEHOLDER TERHADAP KINERJA KENDALI BANJIR KOTA MAKASSAR
Muhammad Idrus Ompo 1 , Muh.Saleh Pallu 2 , Lawalenna Samang 3 dan Farouk Maricar 4
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar,Telp. 0815 2400 6451 Email: idrusompo@ymail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.0814444983 E-mail :salehpallu@hotmail.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar,Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.081524159466 E-mail :samang.l@yahoo.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar,Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811441184 E-mail : fkmaricar@yahoo.com
ABSTRAK Perkembangan kota yang semakin pesat secara tidak langsung dapat mempengaruhi perubahan tata guna lahan yang berdampak terhadap ketidakteraturan pemamfaatan ruang yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah terhadap penurunan kualitas layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur pengendali banjir.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan keterkaitan peran pemerintah dan stakeholder sebagai variabel laten terhadap kinerja kendali banjir di Kota Makassar.Oleh karena itu dalam menganalisis penyebab banjir sebagai sumber terhadap pengkuran kinerja kendali banjir maka variabel yang sangat menentukan adalah variabel yang berhubungan dengan kegiatan serta sikap dan prilaku manusia.Dengan mengkaji dan menganalisis peran pemerintah dan stakeholder terhadap kinerja kendali banjir melalui pemodelan SEM maka hubungan keterkaitan antara variabel-variabel dapat dipahami.Hasil penelitian ini akan menggambarkan sejauhmana peran pemerintah dan stakeholder berpengaruh terhadap kinerja kendali banjir.Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran tentang bagaimana peran pemerintah dan stakeholder sebagai masukan dalam suatu proses pengambilan kebijakan khususnya penanganan banjir diperkotaan secara non struktural.
Kata Kunci: Peran pemerintah, Kinerja , Kendali Banjir. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 80 ANALISA PONDASI PHYLON JEMBATAN MAHAKAM II KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR, SISI TENGGARONG DAN SAMARINDA SEBELUM MENGALAMI KERUNTUHAN
Suwarno 1
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031- 5946094,HP.0817324654, email: suwarno_its@yahoo.com
ABSTRAK Jembatan Mahakam II atau Kutai Kartanegara Tenggarong (Jembatan Kukar) Kalimantan Timur adalah jembatan gantung (suspension bridge) yang mempunyai panjang (bentang) total 710.00 meter, dengan bentang utama 470.00 meter, dibangun pada tahun 1995 dan diresmikan pada tahun 2001. Namun pada bulan November tahun 2011 jembatan tersebut mengalami keruntuhan. Banyak opini mengenai penyebab runtuhnya jembatan Kukar tersebut, namun ada fakta yang mengejutkan yaitu bergesernya blok angkur sejauh 20 cm pada sisi Tenggarong pada masa operasional. Pada saat terjadi keruntuhan, kerusakan juga terjadi pada kaki phylon, yaitu terjadi pergeseran pada base plate antara portal baja dan beton. Portal Phylon terdiri dari portal beton (tinggi 15.00 m) pada bagian bawah dan portal baja (tinggi 38.00 m) pada bagian atas yang dihubungkan dengan base plate dan angkur. Pondasi phylon berupa tiang pancang baja berdiameter luar 1016 mm dengan ketebalan pipa baja 16 mm, dan jumlah tiang pancang sebanyak 26 buah. Kedalaman tiang pancang adalah minimal 45 meter. Mutu tiang baja adalah Grade 2, dengan tensile strength 60.000 Psi (414 N/mm 2 ), serta yield strength 35.000 Psi (241 N/mm 2 ). Mutu beton phylon adalah K350. Telah dilakukan pemodelan ulang kontruksi jembatan gantung (bangunan atas atau upper structure) tersebut untuk mengetahui gaya-gaya reaksi yang terjadi pada tiang pancang pondasi phylon (sisi Tenggarong dan sisi Samarinda) dengan bantuan software SAP2000-14 (oleh Tim Kerja bangunan atas tersendiri). Reaksi dari analisa bangunan atas ini dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa pondasi phylon. Untuk sisi Tenggarong, daya dukung ijin tiang pancang tunggal berdasarkan kekuatan tanah adalah sebesar Q all
= 271,67 ton (efficiency tiang pancang group = 0,667). Sedangkan untuk sisi Samarinda, Q all = 436,31 ton (efficiency tiang pancang group = 0,667). Daya dukung tanah di sisi Tenggarong lebih kecil dibandingkan dengan sisi Samarinda. Berdasarkan mutu bahan tiang pancang, P ijin bahan = 807,60 ton. Hasil analisa reaksi maksimum pada tiang (P max) untuk kombinasi 1 (beban mati dan beban hidup) = 325,66 ton untuk phylon sisi Tenggarong dan sisi Samarinda. Jadi, P max yang timbul akibat tetap (beban mati dan beban hidup), yaitu sebesar 325,66 ton > Q all < P ijin bahan, dengan kata lain tiang pancang tidak mampu memikul reaksi vertikal maksimum untuk phylon sisi Tenggarong; sedangkan untuk phylon sisi Samarinda masih kuat. Untuk kombinasi pembebanan lainnya (beban sementara), pondasi phylon sisi Tenggarong dan sisi Samarinda masih kuat memikul reaksi yang terjadi. Beban lateral (H) pada pondasi phylon sisi Tenggarong adalah sebesar 118,67 ton (per tiang akibat gempa). Kapasitas lateral tiang tunggal berdasarkan kekuatan tanahnya, H a = 42,33 ton. Gaya lateral yang terjadi, H > H a, sehingga tiang tidak mampu menahan beban lateral saat gempa. Demikian pula untuk phylon sisi Samarinda, beban lateral (H) yang terjadi akibat kombinasi beban gempa adalah sebesar 120,10 ton. Kapasitas lateral tiang pancang tunggal, H a = 42,33 ton (berdasarkan kekuatan tanah). Dengan kata lain bahwa gaya lateral yang terjadi, H > H a, sehingga tiang tidak mampu menahan beban lateral yang bekerja saat gempa. Hasil analisa pondasi phylon secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi tiang pancang sisi Samarinda lebih aman dibandingkan dengan sisi Tenggarong karena kondisi tanah di sisi Tenggarong lebih jelek.
Kata kunci : pondasi, phylon, Kutai Kartanegara, Samarinda.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 81 KENDALA KONTRAKTOR DALAM MENERAPKAN GREEN CONSTRUCTION UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA
Wulfram I. Ervianto 1
1 Kandidat Doktor Teknik Sipil-Institut Teknologi Bandung, email: ervianto@mail.uajy.ac.id
ABSTRAK Studi mengenai green construction di Indonesia telah dimulai sejak beberapa tahun terakhir yang diawali dengan berbagai kajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu. Dilain pihak, sebagian kecil penyedia jasa sebagai pelaku konstruksi telah mulai menerapkan prinsip green construction dalam melaksanakan pekerjaannya. Kementerian Pekerjaan Umum sebagai representasi dari pemerintah, berperan untuk mempersiapkan regulasi sebagai penentu arah konstruksi berkelanjutan Indonesia. Ketiga pihak tersebut diatas merupakan institusi yang berperan penting sebagai pendukung dalam mengembangkan konsep green construction di Indonesia. Pada saat ini, kajian-kajian dalam pengembangan green construction masih bersifat sporadis dan terpisah-pisah yang berdampak pada kecepatan penerapannya di Indonesia. Berpijak pada situasi tersebut diatas perlu kiranya dilakukan kajian untuk mengurai keterlibatan antar pihak sehingga terpetakan tugas dan fungsi masing-masing pihak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terkait kendala dalam menerapkan green construction oleh penyedia jasa, lebih spesifik kontraktor di Indonesia. Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian yang mendalam berbasiskan data sekunder untuk mengetahui sebaran informasi green construction yang masih bersifat terpisah-pisah. Selanjutnya, data dan informasi tersebut dikaji secara mendalam berdasarkan pendekatan kualitatif. Hasil kajian ini adalah: (a) Kontraktor masih terkendala oleh terbatasnya ketersediaan peralatan yang ramah lingkungan; (b) Belum tersedianya pekerja yang terlatih dalam melaksanakan pekerjaan yang berprinsip pada green construction; (c) Belum adanya kepastian jenis material ramah lingkungan yang dinyatakan oleh lembaga yang dilegitimasi; (d) Keterbatasan teknologi dalam melaksanakan green construction; (e) Belum efektif terjadinya internal kolaborasi antara kontraktor besar dengan kontraktor spesialis sehingga jumlahnya masih sangat terbatas; (f) Terbatasnya regulasi yang mengatur tentang green construction.
Kata Kunci: kendala, penerapan, green construction, proyek konstruksi Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 82
EFEKTIFITAS STRUKTUR TERENDAM SEBAGAI BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
1 Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245, email:sabarahman5@gmail.com 2 Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245, email:d_paroka@yahoo.com 3 Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245, email:paotonan_ch@yahoo.com 4 Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245
ABSTRAK Bangunan pantai terendam secara umum dapat berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap serangan gelombang dan erosi pantai, menggantikan fungsi dari struktur konvensional seperti breakwater, revetment dan groin. Namun demikian, sebagai bangunan terendam yang masih kurang dimanfaatkan sebagai pelindung pantai, diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang unjuk kerja bangunan tersebut. Melalui penelitian ini, dibahas tentang efektifitas bangunan terendam dalam mengurangi tinggi gelombang serta pengaruhnya terhadap perubahan profil pantai di belakang bangunan. Pengaruh ukuran struktur dan parameter gelombang terhadap fenomena tersebut menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan melalui uji model fisik di tangki percobaan yang dilengkapi dengan pembangkit gelombang. Struktur terendam tunggal diletakkan di sekitar breaking zone. Ukuran model yang diuji dibuat dalam tiga variasi tinggi bangunan. Tinhgi gelombang divariasikan dalam dua kondisi. Sementara kedalaman air dan periode gelombang ditetapkan pada satu kondisi. Dasar tangki percobaan dibentuk menggunakan pasir berdiameter 0,125 0,5 mm dengan ketebalan 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian bangunan dengan kerikil berpengaruh terhadap nilai koefisien transmisi gelombang. Bangunan yang terisi sebagian akan memberikan nilai Kt yang lebih kecil dibandingkan yang terisi penuh dengan kerikil. Sementara perubahan profil pantai di sekitar bangunan lebih dipengaruhi oleh tinggi bangunan itu sendiri. Makin tinggi bangunannya menimbulkan erosi yang makin kecil di belakang bangunan.
Kata kunci: bangunan terendam, koefisien transmisi, profil pantai Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 83
PENGARUH PENAMBAHAN TETES TEBU TERHADAP KEKEUATAN TEKAN PAVING BLOCK
Aziza Audiaramadhani Malik 1 , Sonny Wedhanto 2 , dan Wahyo Hendarto Yoh 3
1) Mahasiswa
Jurusan Sipil, Program Studi S1 Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Email: azizamalik91@gmail.com 2) Dosen
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email: s_wedhanto@yahoo.co.id 3) Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, ABSTRAK Hasil beberapa penelitian menyebutkan, bahwa penambahan tetes tebu pada semen PC dapat meningkatkan kekuatan tekan beton, sehingga secara teoritis penambahan tetes tebu dapat juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan paving block. Penelitian ini merupakan kajian awal yang betujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tetes tebu terhadap kekuatan tekan paving block. Rancangan menggunakan penelitian eksperimen semu; perlakuan menggunakan penambahan tetes tebu sebesar 1%; 2%; 3%; dan 4% dari jumlah air yang dipakai. Kelompok kontrol menggunakan paving block tanpa diberi tambahan tetes tebu. Masing-masing perlakuan menggunakan 20 buah sampel, analisis menggunakan uji ANOVA satu jalur, dan diteruskan dengan Uji Tukey. Hasil penelitian, penambahan 1% tetes tebu dari jumlah air yang dipakai, dapat meningkatkan kekuatan sebesar 27% dari kekuatan tekan paving block yang dibuat tanpa tambahan tetes tebu.
Kata kunci: kekuatan paving, tetes tebu Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 84 PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF
Dimas P. Dibiantara 1 , M Lutfi Manfaluthy 2 , Januarti J. Ekaputri 3 dan Triwulan 4
1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Struktur Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, dimasdibiantara@gmail.com 2 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Struktur Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, Lmanfaluthy@gmail.com 3 Dosen Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, januarti@ce.its.ac.id 4 Dosen Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, triwulan@ce.its.ac.id ABSTRAK Bata beton ringan saat ini sangat banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi gedung, karena memiliki berat volume antara 300 kg/m 3 sampai 1840 kg/m 3 sehingga mampu mereduksi beban konstruksi tersebut. Material penyusun bata beton ringan berupa semen, pozzolan, agregat ringan dan juga bahan pengembang yang bisa menghasilkan pori di dalam beton tersebut. Pada penelitian ini, bahan penyusun benda uji bata beton ringan menggunakan campuran dari Lumpur Sidoarjo yang sudah dikalsinasi pada suhu 800 o C selama 2 jam, Semen Portland tipe I, Fly Ash, Serat Kenaf dan dua macam bahan pengembang yaitu, foam dan serbuk aluminium. Uji coba yang dilakukan adalah dengan membuat benda uji pasta normal, pasta ringan dan pasta ringan berserat dan hanya dilakukan analisis uji tekan saja. Berdasarkan analisis yang telah dikerjakan, didapatkan kesimpulan bahwa kuat tekan pasta ringan berserat yang dihasilkan antara 1,41 MPa sampai 2,05 MPa dengan berat volume sebesar 691 kg/m 3 sampai 859 kg/m 3 . Sehingga Lumpur Sidoarjo layak digunakan untuk material utama penyusun bata beton ringan.
Kata kunci: Bata beton ringan berserat, lumpur sidoarjo, serat kenaf, foam, dan serbuk aluminium.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 85 PENGARUH ZONA JATUH FLYASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU NORMAL DAN MUTU TINGGI
Firdaus 1 , Rosidawani 2
1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Bina Darma Jl.A. Yani No.12 Plaju , Palembang, email: firdaus.dr@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, email : rosidawani@gmail.com ABSTRAK Abu terbang (fly ash) dari pembakaran batubara sebagai limbah termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah flyash ini dapat diantisipasi tingkat bahayanya dengan salah satu cara yaitu dengan proses solidifikas/stabilisasi. Oleh karena itu flyash dari abu batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen maupun bahan substitusi semen pada material berbasis semen seperti beton, batako dan paving block. Abu batubara baik berupa bottom ash maupun flyash dari pembakaran di PLTU merupakan limbah yang yang dapat dioptimalkan penggunaannya. Kriteria sifat properties flyash dan bottom ash dipengaruhi oleh sumber batubara, kondisi pembakaran, lokasi flyash. Hal ini diasumsikan akan ikut mempengaruhi kondisi material yang terbentuk dari bahan penyusun abu tersebut. Mengingat potensi keberadaan limbah tersebut yang akan meningkat, seiring dengan rencana bertambahnya PLTU-PLTU yang akan dibangun di Sumatera khususnya Sumatera Selatan, maka pemanfaatan limbah tersebut sebagai salah satu bahan admixture beton perlu diperhatikan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian yang komprehensip mengenai sifat flyash berdasarkan zona jatuhnya abu terbang pada alat penyaringan terhadap kuat tekan beton mutu normal dan mutu tinggi. Penambahan kadar flyash sebagai bahan subsitusi semen pada campuran beton normal dapat memberikan peningkatan kuat tekan optimum yang dihasilkan sebesar 15.4% pada kandungan flyash sebesar 15% dari zona 3. Sedangkan pada beton mutu tinggi dapat memberikan peningkatan kuat tekan optimum yang dihasilkan sebesar 20.93% pada kandungan flyash sebesar 15% dari zona 4. Zona jatuh flyash sebagai parameter penelitian ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan kuat tekan beton mutu tinggi yang lebih signifikan dibanding mutu normal.
Kata kunci: flyash, zona, mutu normal,mutu tinggi, kuat tekan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 86
KARAKTERISTIKA MEKANIKA LAMINASI BILAH BAMBU PETUNG AKIBAT BEBAN PUNTIR
Karyadi 1 dan Prijono Bagus Susanto 2
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email:karyadilensmith@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email:priyonobagus@yahoo.co.id
ABSTRAK Keterbatasan pasokan kayu untuk bahan bangunan menuntut ditemukannya material baru yang dapat digunakan untuk substitusi kayu. Bambu adalah material yang berpeluang untuk maksud tersebut. Berbagai penelitian tentang sifat fisika dan mekanika bambu laminasi telah dilakukan tetapi belum satupun yang dilakukan untuk beban puntir. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat mekanika laminasi bilah bambu akibat beban puntir. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengujuan terhadap 77 benda uji laminasi bilah bambu petung yang direkat dengan urea formaldehyde sebanyak 268g/m 2 dan dikempa dingin sebesar 2MPa selama 4jam. Kesemua benda uji tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok benda uji yang mengandung ruas dan kelompok benda uji tanpa ruas, berturut-turut sebanyak 37 dan 40 benda uji. Ukuran penampang benda uji laminasi bilah bambu dibuat bervariasi mulai terkecil 10 x 17 x 160 mm dan terbesar 32 x 50 x 400 mm. Benda uji laminasi disusun dari bilah-bilah bambu petung berukuran penampang 5mm x 20mm dengan kerapatan 0,63gr/cm 3 dan kadar air pada saat direkat sebesar 11,8%. Hasil penelitian terhadap bilah bambu petung menunjukkan bahwa pada batas proporsional, bilah bambu dengan ruas memiliki tegangan geser 7,95MPa dan sudut puntir 0,0015radian/mm, sedangkan bilah bambu tanpa ruas memiliki tegangan geser 7,69MPa dan sudut puntir 0,0013 radian/mm. Pada titik maksimum, bilah bambu dengan ruas memiliki tegangan geser 17,11MPa dan putaran sudut 0,0043radian/mm sedangkan bilah bambu tanpa ruas memiliki tegangan geser 18,24MPa dan putaran sudut 0,0043 radian/mm. Modulus geser bilah bambu dengan ruas dan tanpa ruas berturut-turut mencapai 1039MPa dan 1106Mpa. Selanjutnya pada batas proportional, laminasi bilah bambu dengan ruas memiliki tegangan geser 6,85MPa dan sudut puntir 0,00075 radian/mm sedangkan laminasi bilah bambu tanpa ruas memiliki tegangan geser 6,71MPa dan sudut puntir 0,00077radian/mm. Pada titik maksimum, laminasi bilah bambu dengan ruas memiliki tegangan geser 11,82MPa dan sudut puntir 0,0021 radian/mm, sedangkan laminasi bilah bambu tanpa ruas memiliki tegangan geser 12,63MPa dan sudut puntir 0,0021 radian/mm. Modulus geser laminasi bilah bambu dengan ruas dan tanpa ruas berturut-turut mencapai 681,60Mpa dan 697,02MPa. Dengan demikian laminasi bilah bambu petung memiliki sifat mekanika akibat beban puntir yang setara dengan kayu kelas kuat D24 menurut peraturan konstruksi kayu EN 338:2009 yang berlaku di Eropa.
Kata kunci: Petung, Laminasi, Mekanika, Puntir.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 87 PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, email : pu2t_risdanareni@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : triwulan_marwan@yahoo.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : januarti_je@yahoo.com
ABSTRAK Tulisan ini menyajikan evaluasi pengaruh variasi molaritas aktifator terhadap sifat mekanik beton polimer yang menggunakan fly ash sebagai material pengganti semen dan tras sebagai bahan pengisi. Aktifator alkalin yang di gunakan dalam penelitian ini ialah NaOH (Natrium Hidroksida) dan Na2SiO3 . Variasi molaritas NaOH yang di gunakan dalam penelitian ini ialah 8 dan 10 Molar. Digunakan perbandingan massa reaktan Na2SiO3/ NaOH 0.5 , 1, 1.5, 2 dan 2.5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa molaritas larutan alkalin dan perbandingan massa Na2SiO3/NaOH mempengaruhi sifat mekanik beton geopolimer.
Kata kunci : geopolimer, fly ash, tras, aktifator alkalin
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 88 KAJIAN POTENSI PENINGKATAN SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SEMEN BERBASIS SERAT SINTETIS
1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10 , Bandung, email: rosidawani@gmail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10 Bandung, email: iswandi@si.itb.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10 Bandung, email:saptahari@si.itb.ac.id 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10 Bandung, email:ivpane@si.itb.ac.id
ABSTRAK Kebutuhan akan infrastruktur modern dalam pembangunan yang disertai dengan kemampuan memenuhi berbagai persyaratan kinerja menjadi alasan mengapa material beton perlu terus dikembangkan. Perkembangan peningkatan kekuatan tekan beton diiringi upaya untuk mengatasi kelemahan dalam perilaku keruntuhannya yang semakin getas. Penggunaan perkuatan serat (fiber) dikrit yang tersebar secara diskontinyu dalam beton merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kegetasan dan memberikan kontribusi daktail beton yang dikenal dengan fiber reinforced concrete (FRC). Seiring waktu material FRC terus mengalami pengembangan yang meliputi penggunaan berbagai jenis serat dengan berbagai karakteristiknya serta peningkatan fungsi serat pada material komposit semen (beton/mortar) yang diperkuat. Penggunaan jenis serat sintetis pada komposit semen (synthetic fiber reinforced concrete (SNFRC)) yang ditujukan sebagai alternatif penggunaan serat baja menjadi perhatian dan terus dioptimasi dalam perkembangan penggunaannya. Makalah ini memberikan pemahaman tentang perkembangan jenis dan karakteristik serat sintetis serta potensi peningkatan fungsi serat sintetis terhadap sifat mekanik komposit semen (beton/mortar) sehingga aplikasinya dapat dikembangkan lebih luas. Kajian dilengkapi dengan uji eksperimental sifat mekanik berupa kuat tekan dan kuat lentur dengan menggunakan jenis serat mikro polypropylene (PP) dengan variabel volume serat 1.5-3.5%. Kajian eksperimental sebagai penelitian awal ini menghasilkan material beton yang berperilaku lebih daktail dengan pola peningkatan kekuatan lentur yang lebih tinggi bila penggunaan serat PP > 2%. Optimasi pada fase material masih sangat dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan potensi fungsi serat sebagai perkuatan material berbasis semen (beton/mortar), untuk berbagai aplikasi yang sesuai. Kata kunci : semen
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 89 CAMPURAN SERAT PADA PASTA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO
Triwulan 1 , Januarti J E 2 dan Fadyah AT 3
1 Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111, email:, triwulan_marwan@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111, email: januarti_je@yahoo.com 3 Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111
ABSTRAK Besarnya volume lumpur Sidoarjo yang keluar dari pusat semburan sangat besar, pada tahun 2006-2007 diperkirakan sebesar 100.000 m 3 /hari bahkan pernah mencapai 180.000m 3 /hari pada Desember 2006, dan cenderung berkurang menjadi sekitar 75.000m 3 /hari pada Juli 2009. Dan pada September 2011, volume semburan diperkirakan sebesar 50.000 m 3 /hari. Untuk itu penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan lumpur Sidoarjo sangatlah diperlukan. Dalam penelitian ini selain menggunakan Lumpur Sidoarjo Bakar juga menggunakan Cement Portland, dan Fiber (serat alam ) sebagai penguat, dengan beberapa variasi campuran yang berbeda. Prosentase lumpur dibuat bervariasi dari 0 sampai 90 % dari total berat binder dengan interval 5%, sedang pemakaian serat bervariasi adalah 0,2%, 0,4%,0,6%,0,8% dan 1% dari total binder. Pengukuran yang dilakukan adalah nilai kuat tekan, berat volume, porositas. Hasil menunjukkan Untuk pasta normal didapatkan hasil kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari pada komposisi pasta PN 10 yaitu 10% Lumpur Bakar dan 90% Semen dengan nilai 68,42 Mpa, sedangkan semen murni PN 0 yaitu 100% dengan nilai 73 Mpa. Komposisi optimum pasta berserat dengan tambahan serat kenaf 0,2%, untuk 20% lumpur bakar mendapatkan kuat tekan 32,9 MPa.
Kata kunci: Lumpur Sidoarjo, serat , pasta Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 90 PENGARUH KOMPOSISI MATERIAL UHPC TERHADAP PERILAKU KUAT TEKAN MORTAR BETON
Krisnamurti 1 , Ketut Aswatama W. 2 , dan Wiwik Yunarni W. 3
1 Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email:krisnamurti@ymail.com 2 Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email: ketut.teknik@unej.ac.id 3 Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email: wiwikferi@yahoo.com
ABSTRAK Kurangnya pemenuhan prasarana transportasi telah menimbulkan permasalahan dalam pengembangan komoditas pertanian di Indonesia. Dalam artikel ini dibahas tentang penelitian pengembangan teknologi beton mutu tinggi Ultra High Performance Concrete (UHPC) yang bermanfaat untuk kebutuhan teknologi pracetak sesuai dengan kondisi alam di Indonesia. Teknologi bahan beton UHPC ini dapat berguna untuk bahan infrastruktur jalan maupun jembatan, dengan kualitas kekuatan tinggi dan durabilitas yang baik. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah komposisi bahan penyusun beton UHPC yang optimal untuk mendapatkan kinerja kekuatan dan durabilitas tinggi. 2) Bagaimana pengaruh variasi komposisi material terhadap kinerja kekuatan tekan mortar beton UHPC. Penelitian yang dilakukan bertujuan: 1) Mendapatkan komposisi campuran beton UHPC dengan kuat tekan yang tinggi. 2) Mengetahui pengaruh variasi komposisi material terhadap kinerja kekuatan tekan mortar beton UHPC. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain adalah: Semen Portland Pozollan Cement (PPC); Pasir, Pasir silika, silika fume, silica powder, Superplasticizer, Air, dan Cetakan mortar beton. Kegiatan penelitian meliputi pembuatan 18 buah benda uji mortar, pengujian kuat tekan pada usia 7, 14, dan 28 hari, analisis data, pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kuat tekan tertinggi dari benda uji mortar sebesar 969,39 kg/cm2 tercapai pada saat komposisi kadar water/binder ratio sebesar 0,22, selanjutnya dengan kadar silika fume dan silika powder pada komposisi 10% dari berat semen dapat mencapai kekuatan tekan hingga 1050,27 kg/cm2, serta pengujian komposisi pasir dengan berat 1,2 kali berat semen dapat menghasilkan kuat tekan sebesar 974,26 kg/cm2. Untuk pengembangan penelitian lebih lanjut perlu dilaksanakan pengujian dengan menambahkan berbagai macam serat fiber seperti steel wool, bendrat, fiber glass ke dalam rencana campuran UHPC tersebut sehingga kuat tekan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan lagi.
Kata kunci: mortar, beton UHPC, kuat tekan
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 91 PENELITIAN PENGARUH KOMPOSISI STEEL SLAG DALAM KEKUATAN BETON MENGGUNAKAN UJI KUAT TEKAN BENTUR
Jati Iswardoyo 1
Instansi: Balai Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian PU. Email : masdjaty@yahoo.co.id ABSTRAK Beton merupakan bahan bangunan yang paling sering digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Pada penelitian ini digunakan Steel Slag, dengan pertimbangan bahwa melimpahnya bahan tersebut. Steel Slag merupakan salah satu produk hasil sisa peleburan bijih besi/baja. Pemanfaatan Steel Slag dalam pekerjaan konstruksi merupakan cara yang paling memungkinkan dalam mengurangi dampak banyaknya limbah Steel Slag. Penelitian menggunakan alat Uji Kuat Tekan Bentur di Laboratorium Sabo, Puslitbang SDA, Balitbang PU, Kementerian Pekerjaan Umum. Komposisi Steel Slag dijadikan parameter Uji Kuat Tekan Bentur. Steel Slag dijadikan sebagai material pengganti dari agregat kasar (kerikil), dengan perbandingan 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70%. Penelitian menghasilkan trend bahwa semakin tinggi komposisi slag maka kuat tekan bentur yang dihasilkan lebih tinggi, dengan membentuk persamaan y = 0,005x 2 0,125x + 28,93 dengan r = 0,926283. Hal ini akan bermanfaat dalam infrastruktur yang mengalami benturan disamping permasalahan melimpahnya limbah Steel Slag.
Kata Kunci : Steel Slag, Kuat Tekan Bentur, Komposisi, Beton
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 92 KAJIAN SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SISTEM MANAJEMEN KEDARURATAN NUKLIR CANADA
ABSTRAK Canada merupakan salah satu Negara yang mengoperasikan PLTN untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya. Canada saat ini mengoperasikan 24 PLTN. Belajar dari pengalaman kejadian Three Mile Island dan Chernobyl, Canada telah membangun system kedaruratan nuklir nasional, Federal Nuclear Emergency Plan (FNEP),dengan melibatkan berbagai institusi nasional. Disamping itu Canada telah membangun system pendukung pengambilan keputusan (DSS) pada managemen kedaruratan nuklir secara on line, untuk mendukung upaya mitigasi dampak yang mungkin terjadi di luar tapak. Dalam membangun system ini, Canada menggunakan Secure network, ARGOS, EMAP, dan GeoConferencing untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam upaya mitigasi dampak yang mungkin terjadi. Beberapa negara ASEAN saat ini telah merencanakan pemanfaatan teknologi nuklir yang lebih luas, FNEP merupakan salah satu model yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membangun sistem kedaruratan nuklir regional. Kajian ini dilakukan dengan menggunakanan metode studi literatur.
Kata kunci: Kedaruratan nuklir, mitigasi dampak, FNEP, instalasi nuklir, Canada
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 93 ASESMEN KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG PASCA KEBAKARAN
Wahyu Wuryanti 1
1 Puslitbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum, email: wuryantiwahyu@gmail.com
ABSTRAK Dalam melakukan asesmen gedung struktur beton bertulang pasca kebakaran perlu dipahami bagaimana karakteristik bahan selama mengalami kebakaran. Perubahan properti bahan, sebaran panas, kedalaman penetrasi panas perlu dicermati dengan baik untuk menentukan tingkat keandalan sisa bangunan pasca kebakaran. Hasil asesmen dapat digunakan untuk menentukan keputusan apakah suatu bangunan pasca kebakran perlu diperbaiki sebagian atau demolisasi total. Tujuan utama dalam asesmen struktur pasca kebakaran adalah mengetahui kedalaman penetrasi panas dan pengaruhnya terhadap material beton bertulang, serta mengetahui kapasitas daya dukung sisa struktur bangunan secara menyeluruh. Dalam tulisan ini membahas berbagai hal terkait dengan pelaksanaan asesmen struktur beton bertulang pasca kebakaran dan pengukuran keandalan struktur eksisting untuk penggunaan ke depan. Dengan menggunakan metoda kuantitatif berdasarkan hasil inspeksi lapangan dan pengujian komponen beton digunakan sebagai dasar analisis keandalan struktur. Dalam penelitian ini menghasilkan data sebaran panas dan pusat kebakaran yang terjadi pada bangunan. Bagian-bagian yang perlu perkuatan atau pembongkaran total dihasilkan dari hasil analisis kekuatan struktur bangunan.
Kata kunci: pasca kebakaran, keandalan struktur, beton bertulang
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 94 ANALISA KELONGSORAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS PADA TANAH RESIDUAL NGANTANG KABUPATEN MALANG
Dyah Pratiwi K. 1 , Ria Asih A. Soemitro 2 dan Dwa Desa Warnana 3
1 Mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil, FTSP-ITS, email: dy_pratiwi@ymail.com 2 Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS, email:ria@ce.its.ac.id 3 Jurusan Teknik Geofisika, FTSP-ITS, email: dwa_desa@geofisika.its.ac.id
ABSTRAK Adanya retakan di struktur bawah permukaan lereng Desa Jombok Kecamatan Ngantang dapat menyebabkan daerah tersebut rawan longsor. Pada umumnya metode yang digunakan untuk menyelidiki kelongsoran khususnya untuk melihat perlapisan di bawah muka tanah dan menentukan ketebalan lapisan yang potensi longsor antara lain pengeboran, pengambilan contoh tanah, uji SPT (Standart Penetration Test) dan uji sondir (Dutch Cone Penetration Test). Beberapa tahun terakhir ada metode yang sering digunakan yaitu metode geolistrik tahanan jenis. Penelitian ini akan mengidentifikasikan kestabilan lereng menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi Schlumberger serta menghitung faktor keamanan lereng berdasarkan dari nilai tahanan jenis. Faktor keamanan dari nilai tahanan jenis akan dibandingkan dengan faktor keamanan dari metode geoteknik dengan menggunakan analisa stabilitas lereng menerus tanpa rembesan. Hasil dari metode geolistrik tahanan jenis di wilayah studi terdapat 2 patahan dengan faktor keamanan masing-masing 1,81 dan 1,86 sedangkan dengan metode geoteknik didapat faktor keamanan sebesar 1,87 dan 1,63.
Kata kunci: kelongsoran, metode geolistrik tahanan jenis, faktor keamanan.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 95 STUDI UNDRAINDED SHEAR STRENGTH DENGAN ALAT DIRECT SHEAR TEST DAN TRIAXIAL UU PADA TANAH LANAU DI MOJOKERTO YANG MENGALAMI TEGANGAN AIR PORI NEGATIF
Luthfi Amri Wicaksono 1 , Indarto 2
1 Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil bidang Keahlian Geoteknik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, upiekjfc@gmail.com 2 Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, indarto1992@gmail.com ABSTRAK Dalam praktik geoteknik banyak bangunan yang dibangun diatas tanah tidak jenuh (contoh dam, jalan raya dan timbunan). Percobaan Laboratorium dengan alat Uji Geser Langsung memberikan beberapa hasil yang lebih besar untuk tanah lanau pada kondisi tidak jenuh. Maka perlu perbandingan sederhana dalam pengujian tanah lanau tidak jenuh. Dalam penelitian ini akan dilakukan juga pengujian tanah lanau dengan Uji Triaksial Uncosolidated Undrained. Tanah lanau yang digunakan diambil di desa Manting, Mojokerto. Variasi kadar air akan diterapkan sebelum percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter mekanik dengan kadar air yang berbeda. Dalam penlitian ini akan didapatkan perbandingan nilai pada hasil uji masing-masing. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pendekatan mana yang lebih tepat untuk mendapatkan parameter mekanik tanah lanau.
Kata kunci: Tanah lanau, Tidak jenuh, Uji Geser Langsung, Uji Triaksial, Kekuatan geser.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 96 MEKANISME DAN TEKNIK PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG ALAMI
Rivai Sargawi 1 , Endra Susila 2 dan Aditya Hadyan Putra 3
1 Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua. Rivai_S@fmi.com; Rivai_bm@yahoo.com 2 Assistant professor, Geotechnical Engineering Research Group and Head of Soil Mechanics Laboratory Faculty of Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology, esusila@si.itb.ac.id; esusial@gmail.com. 3 Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua. Aditya_Putra@fmi.com
ABSTRAK Keamanan jalan yang terletak pada daerah perbukitan seringkali mengalami masalah ketika jalan tersebut putus di karenakan adanya longsor. Factor-faktor yang menyebabkan perubahan kesetimbangan dalam lereng antara lain yaitu; Perubahan muka air tanah dalam lereng, perubahan geometri lereng, terjadinya pelapukan sehingga menurunkan kuat geser tanah serta lain sebagainya. Secara filosofi penyebab terjadinya kelongsoran lereng ada dua yaitu gaya yang menahan lereng berkurang dan gaya yang mendorong lereng bertambah. Pada paper ini akan dibahas jenis-jenis kelongsoran lereng alami pada daerah perbukitan, mekanisme terjadinya kelongsoran serta beberapa metode perbaikan lereng yang sering digunakan ketika sebuah jalan mengalami kelongsoran yang telah diterapkan di lokasi PT. Freeport Indonesia. Perbaikan akibat longsoran yaitu dengan menambahkan gaya yang menahan lereng baik berupa dinding penahan atau mengurangi beban yang bekerja pada lereng, berupa benching, melandaikan lereng, mengurangi air yang masuk kedalam lereng baik dengan memperbaiki drainase permukaan maupun drainase bawah tanah. Kasus kelongsoran lereng alami yang berdampak pada terganggunya fungsi jalan sangat penting. Material pembentuk lereng yang berasal dari material lapukan sangat rentan mengalami kelongsoran. tindakan pencegahan dampak kelongsoran yaitu dengan menghilangkan bahaya sperti scaling atau dengan melakukan rekayasa engineering berupa pemasangan dinding penahan tanah, debris barrier atau lain sebagainya. Sumber kelongsoran lereng jalan terdapat pada bagian atas lereng maupun bagian bawah lereng. Tindakan perbaikan lereng untuk penanganan jangka pendek dapat berupa pembersihan material sambil dilakukan pengamatan lebih lanjut. Penanganan jangka panjang yang memerlukan waktu yang lebih lama.
Kata Kunci: kelongsoran lereng, kesetimbangan, perbaikan lereng.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 97 STUDI KASUS PERKUATAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN SOIL NAIL
Rivai Sargawi 1 dan Endra Susila 2
1 Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua. Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com 2 Assistant professor, Geotechnical Engineering Research Group and Head of Soil Mechanics Laboratory Faculty of Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology. esusila@si.itb.ac.id. esusial@gmail.com.
ABSTRAK Sebuah kasus kelongsoran lereng alami terjadi pada area kerja PT. Freeport indoensia yang mengakibatkan jalan akses ke tambang tertutup sementara. Setelah dilakukan pembersihan dan dilakukan pengamatan lapangan ditemukan beberapa bagian material lunak yang masih berada pada sisi atas lereng. Ketebalan tanah lunak sekitar 4m dengan luasan area 18mx20m. intensitas curah hujan yang tinggi pada area ini diyakini mampu membuat lereng ini menjadi tidak stabil sehingga berpotensi untuk terjadi gangguan pada jalan yang berdampak pada produktivitas pekerja. Beberapa alternative perbaikan lereng ditinjau untuk menentukan penanganan stabilitas lereng dengan mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu; gangguan terhadap jalan dibawah lereng, constructibility, serta biaya, setelah dilakukan diskusi dengan berbagai pihak maka perbaikan lereng dengan menggunakan soil nail. Analisis stabilitas lereng dengan menggunakan metode elemen hingga yaitu PLAXIS Versi 8.6 dilakukan untuk melakukan panjang dan spasi antar soil nail yang akan dipasang untuk meningkatkan angka keamanan lereng. Untuk menentukan parameter kuat geser tanah lereng kondisi actual dilakukan analisis balik dengan mengasumsikan lereng pada saat belum dilakukan perkuatan lereng memiliki angka kemanan mendekati 1.0. Berdasarkan hasil analisis dengan PLAXIS didapat kesimpulan bahwa dengan pemasangan soil nail dengan jarak spasi 1.0m dapat meningkatkan angka keamanan lereng menjadi >1.5 serta hasil ini juga dibuktikan setelah pekerjaan selesai dilakukan tidak terjadinya pergerakan lereng ataupun kelongsoran yang terjadi. Peningkatan stabilitas lereng dengan metode soil nailing dapat menjadi alternatif yang terbaik pada area lereng dan akses yang relatif ekstrim serta sulit. Metode soil nailing dapat dilakukan dengan efektif pada jenis tanah berlempung dengan konsistensi teguh hingga keras (Stiff to hard Clay) dan juga batuan lempung atau lanau.
Kata Kunci: soil nail, stabilitas lereng, perkuatan, bidang longsor.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 98 STUDI EFEKTIFITAS KEMIRINGAN TIANG GALAM DALAM MEREDUKSI PENURUNAN PADA DEPOSIT TANAH LUNAK DENGAN METODE NUMERIK
Suheriyatna 1 , Lawalena Samang 2 , M. Wihardi Tjaronge 3 dan Tri Harianto 4
1 Mahasiswa Progran Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 08115815565 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081524159466, email: samang_l@yahoo.com 3 Dosen Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081338607292, email: triharianto@ymail.com ABSTRAK Pulau Kalimantan banyak memiliki lokasi dataran rendah dan terdapat banyak lokasi yang kondisi tanahnya lempung lunak. Tanah di Kalimantan Timur sangat spesifik yaitu kondisi tanah lempung lunak yang terkadang terkontaminasi batu bara, permasalahan kontruksi sipil yang berada diatas tanah lempung lunak sangat banyak dan sering terjadi, sehingga dalam merencanakan bangunan ilmuan teknik sipil di Indonesia memerlukan beberapa metode untuk membuat tanah menjadi lebih stabil, mengingat tanah lempung lunak memiliki ciri khas tertentu yang sulit di prediksi kestabilan tanahnya. Kalimantan banyak tumbuhan Galam dan berumur panjang pada saat di tenggelamkan pada tanah rawa, sehingga penulis berpikir bahwa material tersebut dapat sebagai alternatif bahan perkuatan pada tanah lunak untuk dan perbaikan tanah lempung. Apabila nantinya material Kayu bisa sebagai materian alternatif perbaikan tanah lunak maka kedepannya ketergantungan terhadap material luar akan terselesaikan dan bisa memberikan masukan tersendiri untuk dapat diterapkan di Kalimantan Timur pada Khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Pada studi ini digunakan metode numerik (metode elemen hingga) untuk memprediksi penurunan pada tanah dengan menggunakan perangkat lunak komersial (plaxis). adapun penurunan konsolidasi dianalisa berdasarkan teori konsolidasi terzagi 1D., didalam analisa finite element tanah lunak dan embakment dimodelkan sebagai material solid elastic-plastic dengan kriteria keruntuhan mohr coulomb , sedangkan cerucuk galam dimodelkan dengan elastic plastic springs . Dari hasil analisa numerik menunjukkan bahwa cerucuk galam yang dipancang dengan kemiringan 15 0
menghasilkan penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perkuatan tanah yang lain (cerucuk tegak dan Geotextile) serta sangat efektif mereduksi penurunan embakment dimana dalam penelitian ini diprediksi sebesar 50%. Kata Kunci : Lempung Lunak, Galam, Perkuatan tanah, Kemiringan, Mereduksi Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 99
ANALISA NUMERIK TIANG KOMBINASI PVD (HI BRI D PI LE) SEBAGAI PERKUATAN EMBAKMENT JALAN PADA TANAH LUNAK
Yudha Sandyutama 1 , Lawalena Samang 2 , A.M. Imran 3 dan Tri Harianto 4
1 Mahasiswa Progran Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 082152130000, email: ysu2606@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081524159466, email: samang_l@yahoo.com 3 Dosen Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 08124225247, email: mudimran@yahoo.com 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081338607292, email: triharianto@ymail.com ABSTRAK Indonesia termasuk memiliki daerah Lowland yang cukup banyak, dimana banyak ditemukan tanah yang sangat lunak. Dari 172,4 juta hektar dataran yang ada di Indonesia dimana terdapat 39,4 juta hektar (24,2%) merupakan daerah Lowland dan 123 juta hektar (75%) merupakan daerah pegunungan. Kayu Galam (Melalucea Lencadendron Linn) sangat banyak dijumpai pada daerah Kalimantan, kayu ini tidak akan busuk apabila terendam di air. melihat kondisi tersebut diperlukan suatu Inovasi Teknologi Terapan dalam menangani persoalan pekerjaan konstruksi jalan , sehingga dipandang perlu pemanfaatan material local sebagai alternatif bahan konstruksi jalan. Pemanfaatan kayu galam yang di kombinasi dengan material PVD (Pabricated Vertikal Drained) dengan melakukan preloading (embankment) bisa mempercepat waktu terjadinya konsolidasi dan kayu galam sendiri bisa sebagai material perkuatan tanah dasar Pada studi ini digunakan metode numeric elemen hingga untuk memprediksi penurunan dan perkuatan pada tanah dengan menggunakan perangkat lunak komersial (plaxis), adapun penurunan konsolidasi dianalisa berdasarkan teori konsolidasi terzagi 1D., didalam analisa finite element tanah lunak dan embakment dimodelkan sebagai material solid elastic-plastic dengan kriteria keruntuhan mohr coulomb , cerucuk galam dimodelkan dengan elastic plastic springs , geotextile dimodelkan menggunakan geogrid dengan tensile strength 55 kN/m sedangkan vertical drain dimodelkan menggunakan nilai koefisien permeabilitas eguivalent. Dari analisa numeric dihasilkan Berdasarkan hasil analisa numeric , untuk type konstruksi hybrid pile terjadi reduksi penurunan sekitar 60% jika dibandingkan dengan type konstruksi PVD atau type konstruksi cerucuk saja, disamping itu dengan type konstruksi hybrid pile menunjukan terjadi reduksi waktu konsolidasi yang sangat signifikan (penurunan terjadi dalam beberapa bulan saja ).
Kata Kunci : Tanah Lunak, Kayu Galam, PVD, Konsolidasi, Perkuatan Tanah
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 100 PENGARUH METODE PEMBERIAN BEBAN PRELOADI NGTERHADAP PERILAKU KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK
Andi Marini 1 , Agus Sugianto 2
1 Dosen, Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan,Email: marini_sabrina@yahoo.com.sg 2 Dosen, Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: agus.fadhil@yahoo.co.id
ABSTRAK Metode preloading untuk meningkatkan daya dukung tanah serta pengendalian penurunan atau pemampatan merupakan metode perbaikan tanah yang paling sering dipilih. Namun metode preloading memiliki kelemahan yaitu tanah timbunan yang dijadikan beban dapat mengalami keruntuhan jika tanah dasarnya tidak mampu memikul beban yang ada, itu sebabnya metode preloading umumnya dilakukan dengan pemberian beban bertahap. Metode atau teknik pemberian beban juga mempengaruhi kekuatan dari tanah dasar dalam memikul beban, karena tanah jika diberi beban dan dibiarkan terkonsolidasi maka daya dukungnya akan meningkat dan dapat diberi beban tambahan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang tepat dalam memberikan beban preloading agar diperoleh kekuatan geser yang optimal. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kondisi tanah undistubed untuk mengetahui daya dukung ultimit, lalu dicoba untuk meningkatkan daya dukung ultimit tersebut sampai dengan 125% dengan pemberian beban bertahap dan dikonsolidasikan sampai derajat konsolidasi 50%. Penelitian ini dibuat dengan 3 (tiga) variasi tahapan pembebanan. Variasi I sampel tanah diberi 5 kali tahapan pembebanan dengan beban 2/8 qu, 4/8 qu, 6/8 qu, 8/8 qu dan 10/8 qu (qu adalah daya dukung tanah Undistrubed) setiap tahap sampel dikonsolidasikan dengan derajat konsolidasi 50%, lalu sampel diuji dengan alat direct shear untuk mendapatkan parameter kuat gesernya. Variasi II, sampel tanah diberi 4 kali tahapan pembebanan. Sampel tanah diberi beban mulai 4/8 qu, 6/8 qu, 8/8 qu dan10/8 qu kemudian setiap tahap sampel dikonsolidasikan hingga tercapai U 50 , lalu sampel diuji geser. Variasi III, sampel tanah diberi beban awal 2/8 qu kemudian dikonsolidasikan dengan U 50 , kemudian beban ditambahkan sebesar 6/8 qu dan dikonsolidasi, lalu beban ditambah lagi hingga total beban yang bekerja adalah 10/8 qu (3 kali tahapan pembebanan) dan sampel diuji geser. Hasil percobaan dan analisa menunjukkan bahwa daya dukung sampel tanah tak terganggu adalah sebesar 0,083 kg/cm 2 , Variasi I sebesar 0,366 kg/cm 2 (meningkat 340% dari kondisi undisturbed), Variasi II sebesar 0,430 kg/cm 2 (meningkat 416%) dan Variasi III sebesar 0,430 kg/cm 2 (meningkat 416%). Dan berat volume tanah kering d mengalami peningkatan untuk sampel tanah tak terganggu adalah sebesar 1,0371 g/cm 3 , Variasi I sebesar 1,0373 g/cm 3 (meningkat 0,02%), Variasi II sebesar 1,079 g/cm 3 (meningkat 4,04%) dan Variasi III sebesar 1,085 g/cm 3 (meningkat 4,62%). Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa variasi III (jumlah tahapan pembebanan yang lebih sedikit) ternyata memberikan daya dukung dan kepadatan yang lebih baik dibandingkan variasi I dan variasi II sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pemberian beban preloading mempengaruhi perilaku kuat geser tanah lempung lunak.
Kata kunci : tanah, preloading, kuat geser, beban konsolidasi, direct shear
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 101 PERAN LANDCOVER PADA PERMUKAAN TANAH LERENGAN GUNA MENGURANGI DAMPAK EROSI PERMUKAAN (STUDI EKSPERIMEN LABORATORIUM DENGAN MEMODELKAN LERENG DI SEKITAR JALAN PAWIYATAN LUHUR BENDAN DHUWUR SEMARANG SELATAN )
Daniel Hartanto 1
1 Daniel Hartanto,Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, daniel02012@gmail.com, daniel@unika.ac.id: ABSTRAK Erosi tanah merupakan peristiwa yang mudah kita jumpai pada lereng lereng disekitar kita. Erosi permukaan (surface erosion) yang terus menerus menyebabkan penurunan produktifitas tanah atau degradasi lahan. Lereng yang tanpa adanya vegetasi penutup maupun lereng dengan vegetasi penutup (landcover) pun juga tidak menjamin aman dari erosi permukaan. Erosi permukaan sering terjadi disebabkan oleh hujan. Hujan dengan intensitas yang tinggi mengenai pada permukaan tanah lereng yang tidak adanya penghalang dalam hal ini landcover, maka terjadi erosi permukaan. Permodelan tanah lerengan pada laboratorium dengan kemiringan 40% dan intensitas hujan buatan sebesar 4.124 mm/jam. Landcover dengan prosentase 0.5 hingga 50 mengakibatkan 2.03 % sampai 3.07% tanah hilang karena tererosi. Sedangkan prosentase landcover 50 hingga 99 mengakibatkan 0.97 % sampai 1.72% persen tanah hilang karena tererosi.
Kata kunci: Landcover, surface erosion, penutup lereng dengan tanaman, kestabilan lereng
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 102
PERAN INSTRUMENTASI GEOTEKNIK DALAM ANALISIS HITUNG BALIK
Anton Junaidi 1 dan Rivai Sargawi 2
1 Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua. Anton_Junaidi@fmi.com 2 Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua. Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com
ABSTRAK Analisis perhitungan balik pada kejadian kelongsoran suatu lereng saat ini merupakan metode yang sering digunakan dalam rekayasa geoteknik untuk memperkirakan kuat geser sisa suatu bidang gelincir lapisan tanah. Selain dapat digunakan untuk memverifikasi hasil tes laboratorium, ketidakpastian dalam analisis suatu kelongsoran lereng dapat dikurangi dengan metode ini. Pada paper ini akan menjabarkan pemanfaatan hasil data intrumentasi geoteknik yang sangat baik memberikan informasi mekanisme kelongsoran lereng di area Hidden Valley, Tembagapura, PT Freeport Indonesia (PTFI), Papua. Kemudian, metode analisis perhitungan balik dilakukan untuk mendapatkan parameter tanah aktual menggunakan metode elemen hingga (FEM) 2D dengan dua model, yaitu; (1) Menggunakan interface elemen (R-interface) dalam memodelkan pre-existing failure plane, dan (2) Melakukan pengurangan parameter kuat geser tanah (Phi-C reduction) pada lapisan tanah sensitif, stiff clayey SILT. Hasil analisis balik menunjukkan bahwa pemodelan R-interface untuk material eksisting bidang gelincir pada lapisan sensitif memberikan hasil yang lebih mendekati kondisi aktual data lapangan yang ada di atas lereng, tengah dan bawah lereng. Kuat geser residual pada daerah bidang gelincir pada tanah stiff clayey SILT yang didapat adalah 12 o ~ 16.5 o untuk sudut geser sisa ( r ) dan 2.5~3.5 kPa untuk kohesi tanah sisa (c r ).
Kata kunci: Instrumentasi geoteknik, perhitungan balik, R-interface, Phi/C reduction, kuat geser residual. Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 103 PENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR AWAL TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG TAK JENUH
Agus Setyo Muntohar 1 dan Rio Indra Saputro 1
1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Yogyakarta. Telp. +62-274-387656 (Ext. 229). Fax. +62-274-387646, email: muntohar@umy.ac.id ABSTRAK Asumsi kedalaman muka air tanah yang sangat dalam atau terlalu dangkal pada simulasi numerik dapat memberikan hasil analisis yang tidak realistis. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kedalaman muka air tanah awal terhadap kestabilan lereng. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SEEP/W untuk mengkaji infiltrasi, dan SLOPE/W untuk mengkaji stabilitas lereng. Penelitian ini mengakji kejadian longsor lereng di saluran induk Kalibawang di KM 15+9, Kulonporgo, D.I. Yogyakarta. Kondisi tak jenuh dan jenuh pada lereng dimodelkan dari kurva karakteristik air-tanah. Analisis transient terhadap infiltrasi air hujan dimodelkan sebagai unit flux selama 30 hari pada permukaan lereng dengan kondisi batas seepage face review. Hasil penelitian menunjukkan posisi muka air tanah yang lebih dekat dengan permukaan lereng menyebabkan penurunan suction dan faktor aman lereng yang lebih cepat akibat hujan. Kedalaman muka air tanah berkisar 3-4 m atau suction sebesar 68 kPa merupakan batas nilai initial suction di permukaan lereng yang disarankan untuk analisis transient-numerik di lokasi studi Kalibawang.
Kata-kata kunci : rembesan, model numerik, muka air tanah, lereng, tak jenuh air Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 104
PENGARUH UKURAN, KEDALAMAN DAN SPASI PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL (SWALLOW FOUNDANTION) DI ATAS TANAH LEMPUNG LUNAK
Arief Alihudien 1 Rovi Budi Hamduwibawa 2 dan Suhartinah 3
1 Penulis Pertama, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email : ariefalihudien@ymail.com 2 Penulis Ketua, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email:yiying78 @gmail.com: 2 Penulis Ketiga, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email:irtiens62@yahoo.co.id:
ABSTRAK Tanah lempung adalah tanah yang sering menimbulkan banyak masalah, diantaranya adalah daya dukung tanah yang relatif kecil, seperti pada tanah lempung lunak. Banyak metode alternatif yang dipakai untuk meningkatkan daya dukung tanah lempung lunak, diantaranya dengan menggunakan pemasangan geotetile.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mencari pengaruh ukuran, kedalaman dan spasi perkuatan geotektile terhadap daya dukung pondasi dangkal diatas tanah lempung lunak.Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan melakukan serangkaian pemodelan dalam skala kecil dilaboratorium. Hasil penelitian adalah pertama peningkatan rasio b/B (lebar geotktile/Lebar Pondasi) akan meningkatkan Bearing Capacity Ratio (BCR) pondasi dangkal di atas tanah lempung lunak. Kedua peningkatan rasio d/B (kedalam geotektile/lebar pondasi) akan menurunkan Bearing Capacity Ratio (BCR) Pondasi Dangkal di atas Lempung lunak. Ketiga peningkatan rasio z/B (spasi geotektile / lebar pondasi ) akan menurunkan Capacity Ratio (BCR) Pondasi Dangkal di atas Lempung lunak. Adapun formula yang sesuai dengan hal tersebut adalah: BCR = 0.165 b/B -2.298 d/B 1.210 z/B +2.925
Kata kunci: perkuatan geotektile, (geotextile reinforment) tanah lunak,daya dukung pondasi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia 105 MUDFLOWS AND LANDSLIDES
ABSTRAK The behavior of both mudflows and landslides are very different. For example, many geotechnical engineering text books explain how to determine landslide types and their safety factor. However, in reality, geotechnical engineers also face the problems caused by mudflows. On the contrary, the behavior of mudflows is still being researched and engineers are not able to estimate the destruction they can cause. In this paper, the general characteristics of mudflow are described using the rheology approach. Hence, a geotechnical engineer can measure soil (or rheology) parameters (such as undrained shear strength and viscosity), using a new laboratory test called Flow Box Test. The change of water content causes the change of viscosity. An increase to the liquidity index is then followed by a reduction to the soil viscosity. In this research, the results confirm that mudflows may occur when water content is equal to, or higher than, the liquid limit. The tests used three real mudflow cases from Indonesia and Taiwan.