You are on page 1of 105

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya

Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia


1
ANALISA PEMILIHAN BENTUK BOX CULVERT DAN
ABI LI TY TO PAY CALON PENGGUNA JARINGAN
UTILITAS TERPADU DI KOTA SURABAYA

Tri Joko Wahyu Adi
1
, I Putu Artama Wiguna
2
dan Anita Intan Nura Diana
3


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,
3
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,
email: anita.071288@gmail.com

ABSTRAK

Seiring bertambahnya kebutuhan kota Surabaya terhadap pemasangan jaringan utilitas seperti pipa PDAM dan
gas, kabel listrik maupun kabel data (Fiber Optic) pemerintah kota menetapkan kebijakan lokal untuk
menempatkan jaringan utilitas di dalam box culvert. Adanya kebijakan ini memang dapat menyelesaikan
sebagian masalah, namun juga menimbulkan masalah baru, seperti terhambatnya fungsi utama box culvert
sebagai saluran drainase. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembangunan tempat jaringan utilitas yang dapat
mengintegrasikan beberapa elemen utilitas dalam satu ruang kontrol secara bersamaan. Bagi pihak pemerintah,
fasilitas ini dapat menjadi sumber pendapatan. Sedangkan untuk para pengguna (user), fasilitas ini akan
memberikan banyak kemudahan dalam proses operasional dan maintanance.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisa pemilihan alternatif desain box culvert sebagai tempat jaringan
utilitas terpadu, serta 2) menganalisa ability to pay calon pengguna tempat jaringan utilitas. Ada 3 tipe desain
box culvert yang diusulkan. Untuk pemilihan desain box culvert digunakan metode Multi Critera Decision
Making (MCDM) yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Sedangkan untuk mengetahui ability to pay calon
pengguna, metode yang digunakan adalah penyebaran kuisioner. Teknik sampling yang digunakan adalah
Purposive sampling, dengan responden penelitian adalah para pakar, akademisi, dan praktisi utilitas, baik dari
pemkot Surabaya maupun calon pengguna.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk kondisi jalan, baik yang tersedia ruang kosong maupun yang tidak
tersedia, alternatif 1 merupakan desain box culvert yang terbaik dengan nilai prioritas secara berurutan adalah
0,487 dan 0,429. Untuk jalan kondisi baru, alternatif 3 merupakan desain box culvert yang terbaik dengan nilai
prioritas 0,352. Total Jumlah Ability To Pay dari calon pengguna diketahui sebesar Rp
5.194.196,00/meter/tahun.

Kata Kunci : Box Culvert, Ability To Pay, AHP

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
2
QUALI TY CONTROL PADA PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN PROYEK PERUMAHAN

Anton Soekiman
1
dan Winner Yousman
2


1
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil,Universitas Katolik Parahyangan, Email: soekiman@unpar.ac.id
2
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,

ABSTRAK
Mutu sebagai faktor penting yang menjadi salah satu ukuran kepuasan pengguna jasa konstruksi merupakan
suatu hal yang harus disikapi dengan sikap proaktif, karena dengan sikap proaktif terhadap pencapaian mutu
itulah kepuasan dan loyalitas pengguna jasa dicapai dan dipertahankan.
Pembangunan kawasan perumahan sebagai kawasan tempat tinggal tidak luput dari Quality Control pada tahap
konstruksinya, dengan kondisi dibangun pararel menggunakan lebih dari satu penyedia jasa, dibutuhkan suatu
pelaksanaan Quality Control yang baik demi tercapainya hasil yang sesuai dengan yang telah direncanakan.
Dalam hal ini penyedia jasa melakukan pekerjaan yang relatif sama dalam jumlah yang banyak, karena itu
penelitian ini difokuskan pada bagaimana proses Quality Control dilaksanakan terhadap penyedia jasa yang
memiliki kemampuan berbeda dengan pekerjaan yang relatif serupa dalam jumlah yang banyak.
Studi kasus dilakukan pada pembangunan proyek perumahan Kota Baru Parahyangan yang menjadi salah satu
contoh proyek perumahan yang memiliki manajemen kualitas yang baik di kota Bandung. Proyek ini
membangun rumah dalam jumlah yang sangat banyak sesuai area lokasi yang dikembangkannya. Dalam
penelitian ini digunakan data pembangunan 35 rumah dengan berbagai tipe untuk melihat bagaimana Quality
Control dilakukan oleh pihak developer selaku pengguna jasa dan para kontraktor selaku penyedia jasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunci dari pelaksanaan Quality Control yang baik harus dilakukan sejak
awal hingga akhir pekerjaan secara terusmenerus (continue) dengan didukung pengalaman yang memadai.
Langkah tersebut akan menyediakan data yang diperlukan untuk langkah preventif dan proaktif pencapaian
kualitas hasil akhir. Selain itu juga diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pengguna jasa dan penyedia jasa
sehingga kualitas yang diharapkan dapat tercapai. Dalam hal ini, Quality Control harus lebih banyak
dilaksanakan oleh penyedia jasa, sedangkan pengguna jasa memberi support atas perhatian kontraktor terhadap
mutu pekerjaan. Informasi ini diharapkan akan bermanfaat bagi pelaku jasa konstruksi dalam rangka menjaga
kinerja dan membangun loyalitas profesi jasa konstruksi.

Kata kunci: pelaksanaan proyek, perumahan, Quality Control, preventif dan proaktif








Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
3
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR ATAP
MENGGUNAKAN KAYU KEMPAS DAN BAJA RINGAN

Anton Soekiman
1
dan Airin Milasari
2


1
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil,Universitas Katolik Parahyangan, Email: soekiman@unpar.ac.id
2
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,

ABSTRAK
Konstruksi atap merupakan konstruksi penutup bagian atas sebuah bangunan yang memiliki berbagai macam
pilihan tipe dan bentuk rangka atap. Selain menggunakan material kayu konvensional, kini telah bermunculan
material baru yang digunakan sebagai alternatif untuk konstruksi rangka atap. Alternatif material tersebut
diantaranya adalah penggunaan material kayu kempas dan baja ringan.
Penelitian ini mengkaji perbandingan dari penggunaan material kayu kempas dan material baja ringan dilihat
dari segi biaya, berupa besarnya selisih harga pemakaian kayu kempas serta baja ringan sebagai material
struktur rangka atap. Perhitungan biaya dilakukan untuk fabrikasi rangka kuda-kuda dengan variasi bentang 7
meter, 8 meter, 9 meter, 10 meter, dan 11 meter, serta tiga variasi kemiringan atap yang berbeda yaitu 25
0
, 30
0
,
dan 35
0
.
Dari simulasi biaya yang dilakukan pada berbagai bentang tersebut, biaya konstruksi rangka atap dengan bahan
baja ringan lebih mahal dibandingkan dengan bahan kayu kempas. Biaya konstruksi rangka atap cenderung
meningkat seiring dengan bertambah panjangnya bentang serta bertambahnya sudut kemiringan atap dan secara
umum kenaikan biaya konstruksi rangka atap dari tiap bentang hampir membentuk garis lurus. Namun
demikian, terdapat pengecualian yang menggambarkan kenaikan biaya yang semakin mengecil, yaitu: pada
kemiringan atap 25
0
untuk penggunaan material kayu kempas dan pada kemiringan atap 30
0
untuk penggunaan
material baja ringan.
Sementara itu, selisih biaya konstruksi rangka atap kedua bahan tersebut juga cenderung meningkat seiring
bertambahnya bentang dan sudut atap, selisih biaya terbesar terjadi pada bentang 8 meter dengan kemiringan
atap 30
0
yaitu 74,18%, sedangkan selisih terkecil yaitu sebesar 56,35% terjadi pada kemiringan atap 25
0
dengan
bentang 10 meter. Namun demikian walaupun bahan baja ringan lebih mahal harganya, tapi memiliki kelebihan,
yaitu: lebih tahan rayap dan jamur, lebih tahan api, dan memiliki waktu pemasangan yang lebih cepat.

Kata kunci: rangka atap, konstruksi kuda-kuda, kayu kempas, baja ringan


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
4
PEMODELAN HUBUNGAN ANTARA FAKTOR
KETIDAKPASTIAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA
BIAYA PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN BELI EF
NETWORK

Fahirah F
1
, Tri Joko Wahyu Adi
2
dan Nadjadji Anwar
2


1
Mahasiswa S3, Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo,
Surabaya E-mail:fahirah_fz@yahoo.com
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

ABSTRAK

Pengendalian biaya proyek selama pelaksanaan konstruksi perlu diperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian
yang mempengaruhi kinerja biaya proyek. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan selama masa
konstruksi maka akan mempengaruhi biaya total dan bisa meningkatkan pembengkakan (overrun) biaya proyek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara faktor ketidakpastian yang mempengaruhi
kinerja biaya proyek konstruksi sehingga dapat memberikan peringatan dini terhadap pembengkakan biaya
proyek konstruksi.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, kuesioner, wawancara (interview) terhadap ahli konstruksi,
dan pengolahan data menggunakan Belief Network (BN). Validasi model dilakukan pada studi kasus proyek
konstruksi gedung X dan gedung Y di kota Surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang secara langsung mempengaruhi kinerja biaya proyek
konstruksi adalah faktor produktivitas tenaga kerja, produktivitas peralatan konstruksi, pekerjaan ulang-rework
dan ketepatan pengadaan material konstruksi. Validasi model membuktikan bahwa model BN yang diusulkan
dapat diterapkan untuk memprediksi dan menghitung probabilitas pembengkakan biaya proyek konstruksi
dengan akurasi yang baik.

Kata kunci: kinerja biaya, proyek konstruksi, probabilitas, Belief Network

.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
5
KEPUASAN WAKIL PEMILIK PROYEK TERHADAP
KUALITAS LAYANAN KONTRAKTOR

Herlita Prawenti
1
dan Muhamad Abduh
2


1
Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, ITB, herly_cuantek@yahoo.com
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, abduh@si.itb.ac.id

ABSTRAK
Industri konstruksi berkontribusi terhadap perekonomian dan pembangunan nasional. Seiring dengan
peningkatan kebutuhaan dari pemilik proyek konstruksi dan percepatan pembangunan yang tengah
dilaksanakan, persaingan yang semakin ketat antara kontraktor menjadi fenomena yang nyata pada industri
konstruksi di Indonesia. Dengan demikian, kontraktor semakin ditantang untuk dapat bersaing dan
mempertahankan keberadaanya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh kontraktor adalah dengan
diferensiasi kualitas layanannya, karena memperbaiki kinerja pada aspek layanan relatif lebih mudah
dibandingkan dengan memperbaiki kualitas produk. Selain itu, karena kualitas layanan berhubungan dengan soft
factor, yang dianggap dianggap dapat memberikan hasil yang konsisten dan berkelanjutan untuk organisasi,
dibandingkan dengan hard factor. Faktor-faktor kualitas layanan yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan secara komprehensif berdasarkan pada faktor-faktor kualitas layanan SERVQUAL, serta hasil
penelitian di Singapura, Srilangka, dan penelitian sebelumnya di Indonesia. Survey dilakukan untuk
mendapatkan masukan dan opini terkait dengan faktor-faktor kualitas layanan mana saja yang memberikan
kepuasan terhadap wakil pemilik, yang diasumsikan dapat mewakili tingkat kepuasan pemilik proyek. Faktor-
faktor kualitas layanan yang didapat dari survey dapat digunakan oleh kontraktor Indonesia dalam
mengembangkan strategi bersaing serta memberikan kepuasan kepada pemilik proyek konstruksi.

Kata kunci: kepuasan, kontraktor, kualitas layanan, wakil pemilik

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
6
PENILAIAN KESIAPAN RANTAI PASOK BAJA RINGAN DI
INDONESIA

Azaria Andreas
1
, Muhamad Abduh
2


1
Mahasiswa Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung
Email: aza_vinza@yahoo.com
2
Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung
Email: abduh@si.itb.ac.id

ABSTRAK
Jumlah kerugian baik materi maupun korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa bumi tidaklah sedikit. Kondisi
bangunan yang tidak didesain tahan gempa menjadi penyebab utama dari besarnya dampak yang ditimbulkan
oleh gempa bumi. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk meminimalisir dampak yang
ditimbulkan oleh gempa bumi. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengganti material komponen struktur
bangunan. Penggunaan baja ringan sebagai material pengganti kayu untuk komponen rangka atap bangunan
terus meningkat dari tahun ke tahun. Baja ringan memiliki sejumlah kelebihan ketimbang kayu, dan cocok
digunakan sebagai material yang tahan gempa. Namun yang terjadi saat ini adalah produk baja ringan yang
digunakan konsumen banyak yang tidak sesuai standar baik dari segi kualitas, maupun dimensinya. Lebih lanjut
banyak kasus produk baja ringan yang sudah terpasang pada rangka atap roboh. Salah satu penyebab dari hal
tersebut adalah kurangnya kontrol oleh pemerintah, dalam hal ini dari pihak Kementrian Perindustrian, dan
Kementrian Pekerjaan Umum terkait standar dan kebijakan penggunaan produk baja ringan. Penelitian ini
mencoba menganalisa permasalahan dalam jaringan distribusi baja ringan dan melihat kesiapan para pihak yang
terlibat dengan menggunakan konsep rantai pasok. Konsep rantai pasok dalam industri konstruksi dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisa jaringan distribusi produk baja ringan mulai dari pengolahan
bahan mentah, hingga menjamin value yang diterima konsumen tidak berkurang selama pendistribusian.
Parameter yang diidentifikasi antara lain, structure channel, serta isu-isu penting di sepanjang jaringan distribusi
baja ringan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif, responden dipilih
menggunakan teknik non probability sampling, pengumpulan data menggunakan menggunakan teknik
wawancara semi terstruktur, dan analisa data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Survei telah dilakukan
terhadap 17 entitas yang terletak di 5 kota. Hasil survei menunjukkan, terdapat 5 buah entitas pihak (produsen,
fabrikator, distributor, aplikator, dan kontraktor) dalam jaringan distribusi baja ringan. Hasil analisa
menunjukkan pihak dengan tingkat kesiapan paling tinggi adalah produsen, dan pihak yang memiliki tingkat
kesiapan paling rendah adalah aplikator.

Kata kunci: rantai pasok, baja ringan, industri baja, material konstruksi, gempa



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
7

PENGARUH PERILAKU TENAGA KERJA DAN
LINGKUNGAN KERJA YANG DIMODERASI FAKTOR
PENGALAMAN KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN
TERHADAP KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI
SURABAYA

Iqbal Al Faris
1
, Feri Harianto2

1
Alumni Jurusan Teknik Sipil, ITAS , email: iqbalfaris96@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITATS, email: gokbio@yahoo.com

ABSTRAK
Di proyek konstruksi setiap kegiatannya mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja. Perilaku tenaga kerja,
lingkungan kerja, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja mempunyai potensi mempengaruhi
kecelakaan kerja. Metode penelitian ini adalah metode survei, analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dengan variabel moderator dengan metode interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA).
Responden yang dijadikan pengukuran adalah para tukang, kuli, dan mandor. Penyebaran kuisioner di 3 lokasi
proyek. Proyek tersebut antara lain Proyek Renovasi Asrama Mahasiswa Blog G-H Kampus ITS Sukolilo,
Proyek Pembangunan Perumahan Ramadha Kebraon, dan Proyek Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai
Dukuh Kupang Indah. Berdasarkan hasil analisis perilaku tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
kecelakaan kerja (R = 0,519). Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan terhadap kecelakaan
kerja, dimana sebelum dimoderasi R = 0,616 dan setelah dimoderasi R = 0,642. Selain itu pengalaman kerja
mempengaruhi secara signifikan terhadap kecelakaan kerja, dimana sebelum dimoderasi R = 0,6 dan setelah
dimoderasi R = 0,586. Dan variabel usia berfungsi sebagai variabel bebas dan tidak berfungsi sebagai variabel
moderator.

Kata kunci: Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan, Kecelakaan Kerja, Perilaku Tenaga Kerja, Lingkungan
Kerja.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
8
MODEL MANAJEMEN RISIKO PENGEMBANGAN
PROPERTI PADA KAWASAN PARIWISATA

I Wayan Muka
1
, M. Agung Wibowo
2
1
Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Email: muka_dwiyanjaya@yahoo.com
2
Dosen Program S3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Pengembangan properti merupakan salah satu bisnis yang paling dinamis dan berisiko. Industri properti
memiliki reputasi buruk dalam mengelola risiko. Usaha di bidang properti, seperti halnya dengan usaha di
semua bidang ekonomi lainnya, perlu mengelola setiap risiko yang dihadapinya agar hubungan yang seimbang
antara rentabiltas (rate of return) dan likuiditas usahanya tidak terganggu oleh peristiwa-peristiwa, baik
ekonomi maupun non ekonomi. Pengetahuan manajemen risiko pengembangan properti di Indonesia, dilihat
dari referensi yang tersedia baru terbatas pada teori pengelolaan secara umum baik untuk industri maupun
proyek. Penelitian ini merupakan penyederhanaan model 12 (dua belas) tahap pengembangan industri properti
menurut pendapat Wurtzebach dan Miles (1995) menjadi 5 (lima) tahap yaitu; tahap inisiasi (initiation), tahap
studi kelayakan (feasibility study), tahap komitmen (commitment), tahap konstruksi (construction), dan tahap
operasi (operation) dengan memasukkan proses manajemen risiko pada masing-masing tahap.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model manajemen risiko pengembangan
properti pada kawasan pariwisata. Untuk mencapai tujuan utama dari penelitian ini ditetapkan tujuan sekunder
sebagai berikut: (i) mengeksplorasi teori dan model manajemen risiko yang relevan dengan pengembangan
properti; (ii) mengidentifikasi tingkat potensi risiko (hazard), tingkat kerentanan (vulnerability), kapasitas
(capacity), (iii) menganalisis faktor risiko berdasarkan tingkat potensi risiko (hazard), kerentanan
(vulnaribility), kapasitas (capacity), (iv) merekomendasikan model manajemen risiko pengembangan properti.
Penelitian ini didesain dalam 6 (enam) tahapan yang terdisi dari; (i) tahap identifikasi masalah, (ii) tahap
pengembangan ruang lingkup, (iii) tahap pengumpulan data, (iv) tahap pengolahan data, (v) tahap
pengembangan model. Secara konseptual, metodelogi yang diusulkan dalam penelitian ini merujuk pada
langkah-langkah kunci manajemen risiko yang meliputi identifikasi, analisis risiko kualitatif/kuantitatif, respon
risiko dan mitigasi risiko. Studi ini menjustifikasi bahwa berdasarkan studi literatur perlu dikembangkan model
manajemen risiko khusus untuk pengembangan properti yang lebih sistematis, dan mudah diterapkan.
Kata Kunci: Model, Manajemen Risiko, Pengembangan Properti







Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
9
KAJIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROYEK
KONSTRUKSI DENGAN EARNED VALUE (STUDI KASUS
PROYEK X, Y, Z)

Ari Kusuma
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKI_Paulus) Makassar, Kampus
Daya Jl. Perintis Kemerdekaan,Daya, Makassar, Telp 0411-588091, email : arykusuma6@gmail.com
ABSTRAK
Pada umumnya proyek konstruksi mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan
pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana proyek
tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber daya. Diharapkan dalam pelaksanaan tidak
terjadi keterlambatan karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan meningkatnya biaya proyek.
Faktor keterlambatan yang diteliti adalah faktor tenaga kerja (labors), faktor bahan (material), faktor
peralatan (equipment),
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis terjadinya keterlambatan proyek dan intensitas terjadinya, pada
proyek x, y, z.
Analisisis menggunakan konsep earned value yang mengkaji terhadap faktor tenaga kerja yang terdiri dari
tujuh subfaktor , faktor bahan yang terdiri dari tujuh subfaktor, dan faktor peralatan terdiri dari lima
subfaktor terhadap proyek X, proyek Y dan proyek Z
Hasil pembahasan menunjukkan, Untuk nilai hasil proyek X mengalami keterlambatan (Schedule Overrun)
mulai pada minggu ke lima, terjadi penyimpangan biaya (Cost Overrun) pada minggu ke 15 hingga akhir
proyek, sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-15. Proyek Y mengalami
keterlambatan (Schedule Overrun) mulai pada minggu ke lima ini, terjadi penyimpangan biaya (Cost Overrun)
pada minggu ke 21 terlihat, sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-30. Proyek
Z mengalami keterlambatan (Schedule Overrun) mulai pada minggu ke sembilan, terjadi penyimpangan biaya
(Cost Overrun) pada minggu ke 21 sedangkan progres waktu tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-25.

Kata Kunci: Penyebab keterlambatan, proyek konstruksi, earned value


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
10
PERAN RANTAI PASOK MATERIAL KONSTRUKSI
TERHADAP UPAYA PENURUNAN EMISI KARBON
DIOKSIDA PADA INSDUTRI KONSTRUKSI

Hermawan
1
, Puti Farida Marzuki
2
, Muhamad Abduh
2
, R. Driejana
3


1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,
Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, email: hermawan.tjan@yahoo.com
2
Staf Pengajar Teknik Sipil, Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL),
Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung
3
Staf Pengajar Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Fakultas Teknk Sipil dan Lingkungan (FTSL)
Kelompok Keahlian Pengelolaan Limbah dan Udara
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung
ABSTRAK
Supply chain atau rantai pasok merupakan suatu konsep yang relatif baru di dunia konstruksi, yang awal
perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Tuntutan terhadap efisiensi memaksa perusahaan untuk
membentuk struktur organisasi yang lebih sederhana, mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada bisnis
intinya, dan menyerahkan aktifitas pendukungnya pada pihak lain. Tuntutan terhadap efisiensi bukan hanya
pada biaya, mutu dan waktu tetapi telah bergeser pada kebutuhan global yaitu penuruan emisi karbon dioksida.
Kebutuhan global merupakan dampak dari meningkatnya efek gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh berbagai
macam kegiatan industri termasuk di dalamnya industri konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya di beberapa negara menunjukkan bahwa industri konstruksi berkontribusi sekitar 18%-24%
terhadap peningkatan emisi karbon dioksida. Kontribusi tersebut merupakan akumulasi rantai pasok yang
dimulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu berada pada industri manufaktur material konstruksi. Sedangkan hilir
berada pada kegiatan proyek konstruksi. Hal ini memberikan indikasi bahwa rantai pasok pada industri
konstruksi memerlukan pengendalian sehingga dapat memberikan upaya penurunan emisi karbon dioksida.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengeksplorasi deskriptif terhadap peran rantai pasok material konstruksi
pada industri konstruksi.

Kata kunci: rantai pasok, material konstruksi, emisi karbon dioksida


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
11

ANALISIS RISIKO MANAJEMEN KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN WADUK BAJULMATI
BANYUWANGI - JAWA TIMUR

Anik Ratnaningsih
1
, Dwi Gesang Ageng Pangapuri
2


1
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jember, Jl. Kalimantan No. 37, Jember,
2
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas, Jember, Jl. Kalimantan No. 37, Jember
Email:ratnaningsihanik@gmail.com

ABSTRAK
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi merencanakan pembangunan waduk Bajulmati yang memiliki luas daerah
genangan sekitar 100,21 ha dengan kapasitas tampungan total sebesar 10 juta m3. Waduk ini dibangun
untuk mengatasi masalah irigasi yang terdapat pada wilayah Bajulmati. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi pembangunan proyek waduk tersebut serta
seberapa besar dampak yang ditimbulkan saat konstruksi dilaksanakan. Metode yang dilakukan melalui survey
untuk mengetahui berbagai kemungkinan risiko konstruksi serta seberapa besar konsekuensi/ dampak
risiko pada saat konstruksi tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif, dengan
tahapan sebagai berikut : identifikasi risiko, penilaian risiko dan penanganan risiko. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa risiko yang teridentifikasi dalam proses pembangunan Waduk Bajulmati sebanyak 17
(tujuh belas) risiko, yaitu 3 (tiga) risiko dengan kategori tidak dapat diterima, 9 (sembilan) risiko dengan
kategori tidak diharapkan, dan 2 (dua) risiko dengan kategori dapat diterima. Risiko-risiko yang harus
mendapatkan perhatian penting yang masuk dalam kategori tidak dapat diterima adalah : risiko perubahan
desain, risiko kesalahan estimasi biaya, dan risiko perubahan harga material. Sedangkan risiko tidak diharapkan
antara lain risiko kurangnya peralatan, risiko kerusakan material, risiko kecelakaan tenaga kerja, dan risiko
perubahan fungsi. Risiko yang tidak dapat diterima dan tidak diharapkan disebut sebagai risiko dominan
yang ditangani dengan respon risiko.

Kata Kunci : Risiko, manajemen konstruksi, waduk
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
12
ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN DURASI
PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI
SURABAYA

Nuur Aziza Setiyowati
1
dan I Putu Artama Wiguna
2


1
Nuur Aziza Setiyowati, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: icha_ichaparadise@yahoo.com
2
I Putu Artama Wiguna, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:artama_wiguna@gmail.com

ABSTRAK
Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila perencanaan dan pengendalian proyek tidak
dilakukan dengan tepat. Berbagai hal dapat terjadi dalam setiap proyek yang dapat menyebabkan bertambahnya
waktu pengerjaan, sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh faktor-faktor penyebab keterlambatan terhadap durasi penyelesaian proyek. Penelitian ini diawali
dengan melakukan studi literatur pada beberapa penelitian terdahulu untuk mendapatkan faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek konstruksi jalan. Kemudian dilakukan penyusunan kuesioner yang akan disebarkan
kepada manajer proyek yang mengerjakan proyek konstruksi jalan Dinas PU dan Pematusan Surabaya.
Selanjutnya, dari data yang terkumpul akan dilakukan beberapa analisis menggunakan teknik statistik, yaitu
analisis faktor.Penelitian ini dibagi dalam dua tahap dalam pengolahan datanya. Analisis faktor digunakan
untuk data summarization dan data reduction. Setelah didapat faktor hasil dari analisis faktor. Penelitian ini
diharapkan mampu menjelaskan tentang bagaimana pengaruh faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek
konstruksi jalan di Surabaya terhadap durasi penyelesaian proyek di Surabaya.

Kata kunci: Analisis Faktor, Durasi, Keterlambatan Jalan

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
13

PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN
MENGENAI SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI

Felix Hidayat
1


1
Felix Hidayat, Kandidat Doktor Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung / Staff Pengajar Universitas Katolik
Parahyangan, email: felixhidayat@gmail.com / hidayat@unpar.ac.id.

ABSTRAK
Sengketa membawa dampak negatif terhadap proyek konstruksi, misalnya meningkatnya biaya proyek,
terlambatnya waktu penyelesaian pekerjaan, penurunan produktivitas, relasi yang memburuk antara pihak yang
terlibat dalam sengketa, dan menurunnya popularitas. Maka dari itu, upaya untuk mencegah terjadinya sengketa
dan mengurangi dampak dari sengketa yang ditimbulkan, merupakan tantangan bagi pelaku industri konstruksi.
Pada umumnya, upaya-upaya yang dilakukan, masih bergantung pada pengetahuan dan pengalaman personal
dalam menangani proyek. Upaya-upaya tersebut tidak didukung oleh kerangka kerja dengan metode yang teruji.
Hal ini terjadi karena pengetahuan mengenai sengketa pada proyek konstruksi memiliki sifat tasit, yaitu tidak
terkodifikasi (tertulis) dan sangat bergantung pada pengalaman. Upaya penstrukturan pengetahuan sengketa
mulai dilakukan beberapa tahun terakhir melalui penelitian-penelitian mengenai sengketa pada proyek
konstruksi. Maka menarik untuk diteliti lebih lanjut, bagaimankah gambaran/peta penelitian saat ini mengenai
sengketa pada proyek konstruksi dan bagaimana usulan pengembangan penelitian tersebut di Indonesia? Tujuan
dari penulisan paper ini adalah untuk mendapatkan gambaran/peta mengenai penelitian mengenai sengketa pada
proyek konstruksi dan memberikan usulan rencana untuk pengembangan peneltian mengenai sengketa pada
proyek konstruksi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur terhadap
penelitian-penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi yang dilaksanakan sampai dengan tahun 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian mengenai sengketa pada proyek konstruksi secara umum dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu penghindaran sengketa, proses sengketa (klaim-konflik-sengketa), dan
penyelesaian sengketa. Penelitian dengan obyek studi Indonesia masih sangat minim dilakukan dan belum
tersistem dengan baik. Penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia mayoritas berfokus pada klaim konstruksi.
Makalah ini masih merupakan hasil awal dan memerlukan upaya lebih lanjut berupa kajian mendalam mengenai
pengembangan pengetahuan sengketa melalui penyusunan anatomi sengketa konstruksi, sehingga diharapkan
dapat menjadi dasar rekomendasi kebijakan untuk mengeliminir jumlah terjadinya sengketa konstruksi di
Indonesia.

Kata kunci: pemetaan, pengembangan, penelitian, sengketa, konstruksi

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
14
ANALISA PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA
PEKERJAAN ERECTI ON PI ER HEAD PRECAST
MENGGUNAKAN SHORING DENGAN TANPA SHORING
(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG
NON TOL ANTASARI-BLOK M, PAKET PASAR CIPETE)

Wahyu Candra Prasetya
1


1
Wahyu Candra Prasetya, Site Engineer Manager PT PP (Persero) Tbk, Divisi Operasi I, Cabang I. Proyek
Pembangunan Fly Over Jamin Ginting Medan. Email : wahyu_s51@yahoo.com /
wahyu.civil@gmail.com

ABSTRAK
Beberapa metode erection pier head precast yang biasa diterapkan antara lain menggunakan menggunakan
temporary platform; heavy duty shoring; launcher gantry. Temporary platform dilengkapi dengan hydraulic jack
arah vertical dan horizontal untuk adjustment geometri. Pier head precast diangkat menggunakan mobile crane
diletakkan di atas temporary platform. Heavy duty shoring dilengkapi dengan hydraulic jack arah vertical untuk
adjustment geometri. Pier head precast diangkat menggunakan mobile crane diletakkan di atas shoring.
Launcher Gantry ada beberapa metode yaitu Standart scaffolding, Free cantilever, Overslung truss, Underslung
truss.
Penelitian ini adalah membandingkan waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan erection pier head precast
menggunakan shoring dengan tanpa shoring. Tahapan penelitian ini mulai dari studi literatur, metode
pelaksanaan,waktu pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan.
Dari uraian di atas, didapatkan hasil bahwa erection pier head precast tanpa shoring pelaksanaannya lebih cepat
44 hari dan biayanya lebih hemat Rp 262,000,000.00.

Kata kunci : erection pier head precast; shoring; tanpa shoting; biaya; waktu.




















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
15

OPTIMASI SITE LAYOUT DENGAN METODE MULTI-
OBJECTIVE PADA PROYEK GEDUNG PUSAT RISET ITS

Cahyono Bintang Nurcahyo
1
, Trijoko Wahyu Adi
2
, dan Dinar Ariyanto
3

1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5939925, email: cbintangn@yahoo.com
ABSTRAK
Penataan lokasi proyek merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek berjalan
lancar. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara
sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Pada
penelitian ini Proyek Gedung Pusat Riset ITS yang digunakan sebagai obyek studi kasus memiliki luas lahan
proyek sebesar 8374.7109 m
2
, luas fasilitas pendukung sebesar 845.698 m
2
dan luas Gedung Pusat Riset yang
akan dibangun seluas 1946.784 m
2
. Penelitian maupun studi tentang optimasi site layout dalam perhitungan
jarak (traveling distance) cenderung menggunakan metode Euclidean. Perhitungan traveling distance dengan
metode Manhattan lebih mewakili jarak aktual dibanding dengan metode Euclidean, dimana metode Manhattan
mempertimbangkan halangan-halangan dalam penentuan jarak Dalam penelitian ini optimasi site layout
meninjau minimasi traveling distance dan minimasi safety index dengan perhitungan matematis dimana
perhitungan traveling distance menggunakan metode Manhattan. Optimasi penataan site layout menggunakan
asumsi unequal site layout. Dari 6 skenario yang telah dilakukan didapat nilai traveling distance terendah adalah
21432.75 atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 2 dan nilai
safety index terendah adalah 1836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal yang terdapat
pada skenario 6.

Kata kunci: Manhattan, optimasi, safety index, traveling distance, unequal site layout
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
16
ANALISA OPTIMASI OPERASIONAL BENDUNGAN DI
SUNGAI BRANTAS HULU

Danu Rayendra Gandhi
1
dan Nadjadji Anwar
2


1
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email:
rayendragandhi@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: nadjadji@its.ac.id

ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri yang terus bertambah dari tahun ke tahun sehingga
akan meningkatkan jumlah konsumsi air yang berdampak langsung pada meningkatnya kebutuhan air untuk
pertanian (bahan pangan) dan kebutuhan air untuk pembangkit listrik (industri dan rumah tangga). Maka
pemanfaatan fungsi bendungan sebagai penyedia air untuk irigasi serta pembangkit listrik tenaga air perlu
ditingkatkan. Tetapi perlu diingat juga akan keterbatasan dan relatif tetapnya jumlah air yang digunakan untuk
berbagai kebutuhan sehingga perlu dilakukan pemanfaatan air bendungan dengan sebaik-baiknya.
Sungai Brantas Hulu terdapat 4 buah bendungan yang letaknya berurutan secara serial. Bendungan tersebut
adalah Bendungan Sengguruh, Bendungan Karangkates/Sutami, Bendungan Wlingi, dan Bendungan Lodoyo.
Dimana fungsi dari bendungan tersebut adalah sebagai pengendali banjir, irigasi, pembangkit listrik, dan air
baku. Bendungan Karangkates/Sutami sebagai salah satu diantara keempat bendungan tersebut diatas adalah
jenis bendungan tahunan, sehingga fungsi utamanya sebagai pengatur kebutuhan debit-debit yang ada di
hilirnya.
Pemodelan optimasi menggunakan program bantu Quantitative Methods Teknik For Windows 2 (QM For
Windows 2) dengan pokok bahasannya Mixed Integer Programming. Data yang digunakan untuk pemodelan
adalah data debit sepuluh harian (dekade) pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Nopember 2012.
Dilakukan 2 (dua) kali optimasi; pertama yaitu Optimasi Berdasarkan Pola Operasi Waduk Dan Alokasi Air,
kedua yaitu Optimasi Berdasarkan Kebutuhan Air. Optimasi yang dilakukan adalah untuk memaksimalkan
keuntungan hasil usaha tani (irigasi) di Daerah Irigasi Lodagung dan keuntungan hasil produksi energi di
Bendungan Sengguruh, Bendungan Karangkates/Sutami, Bendungan Wlingi, dan Bendungan Lodoyo
(pembangkit listrik).
Dari pemodelan Optimasi Berdasarkan Pola Operasi Waduk Dan Alokasi Air didapatkan keuntungan dari hasil
usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.656.914.375.500, untuk pemodelan Optimasi Berdasarkan
Kebutuhan Air didapatkan keuntungan dari hasil usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.658.563.967.500.
Untuk membuktikan hasil penelitian tersebut digunakan data pembanding yang ada di lapangan dengan
keuntungan dari hasil usaha tani dan pembangkit listrik sebesar Rp.635.138.113.440. Jadi hasil dari penelitian
lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi eksistingnya.

Kata kunci: Bendungan, Hasil Usaha Tani, Optimasi, Produksi Energi















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
17
STRATEGI PENGELOLAAN PDAM DELTA TIRTA DALAM
PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM

Devi Andriany
1
,Joni Hermana
2
dan I.D.A.A. Warmadhewanti
3


1
Mahasiswa Bidang Keahlian Magister Manajemen Aset Infrastruktur, FTSP - ITS, e-mail:
devi.andriany@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, e-mail: hermana@its.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, e-mail: warma@its.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Delta Tirta adalah rendahnya cakupan pelayanan
air minum (27,66% pada Tahun 2012) dengan 104.863 pelanggan. Merujuk pada MDGs (Millenium
Development Goals), target cakupan pelayanan adalah 65% pada Tahun 2015. Pada penelitian ini, rendahnya
cakupan pelayanan dianalisis dan strategi pengelolaan ditentukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air
minum.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui
observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis teknis jaringan perpipaan menggunakan WaterCAD Versi8,
sedangkan formulasi strategi menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats)
dan QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix).
Strategi yang diperlukan yaitu Strategi Turn Around. Strategi meliputi peningkatan performa aset Sistem
Tawangsari dan utilisasi aset pada IPA (Instalasi Pengolahan Air) eksisting. Dalam rangka mencapai cakupan
pelayanan sebesar 54,14% pada Tahun 2024 diperlukan pembangunan IPA Tawangsari 2 (800 L/dt) dan IPA
Krian 3 (1.600 L/dt) yang dibangun bertahap. Selain itu diperlukan peningkatan kompetensi pegawai dan
manajemen serta terobosan investasi dengan melibatkan pihak ketiga atau dengan pinjaman perbankan.

Kata kunci : Analisis SWOT, Cakupan Pelayanan Air Minum, Pengelolaan, Strategi

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
18

PEMODELAN TRANSSHI PMENT UNTUK OPTIMASI BIAYA
TRANSPORTASI INDUSTRI HOT MI X

Efata Satya Nugraha
1
, Tri Joko Wahyu Adi
2
, dan Retno Indryani
3


1
Efata Satya Nugraha, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: nugraha.e.s@gmail.com
2
Tri Joko Wahyu Adi, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: tri_joko@ce.its.ac.id
3
Retno Indryani, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:retno_i@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Diantara tipe perkerasan jalan, perkerasan beraspal dengan metode hotmix lebih banyak digunakan saat ini,
karena memiliki kestabilan yang tinggi, durabilitas yang baik, serta mampu menahan beban lalu lintas yang
berat. Pencampuran material dengan metode hot mix dilakukan di unit asphalt mixing plant atau yang biasa
disebut AMP. Pada proses produksi dan distribusi hot mix, jarak antara sumber material dan jarak antara lokasi
permintaan hot mix dengan AMP berpengaruh pada biaya transportasi dan kualitas campuran yang dikirim ke
lokasi pekerjaan. Tujuan penelitan ini adalah membuat model optimasi biaya transportasi produksi dan biaya
transportasi distribusi hot mix untuk memenuhi permintaan hot mix pekerjaan jalan. Dari hasil studi literatur dan
karena hubungan antara sumber material, AMP, dan lokasi proyek memiliki permasalahan khusus, yaitu pada
AMP yang dapat berfungsi sebagai sumber dan permintaan, maka metode optimasi biaya transportasi yang
digunakan adalah metode Transshipment. Penelitian ini menghasilkan skema jaringan distribusi hot mix dengan
batasan jarak distribusi hot mix dan model optimasi biaya transportasi untuk industri hot mix.

Kata kunci: optimasi, transshipment, hot mix.
























Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
19
UJI COBA AWAL MEMBANDINGKAN PERKIRAAN KUAT
TEKAN BETON MENGGUNAKAN HAMMER TEST, UPV
TEST, DAN HASIL UJI KEKUATAN TEKAN

Happy Silvana Anggraeni
1
, Sonny Wedhanto
2
, dan Eddy Eko Susilo
3

1
Alumni Jurusan Teknik Sipil, , Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E-
mail: happy_silvana@rocketmail.com
2
Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E-mail:
s_wedhanto@yahoo.co.id
3
Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang. E-mail:
edeksu_2@yahoo.com

ABSTRAK
Kekuatan beton dapat diukur secara destruktif dan non destruktif. Cara destruktif dilakukan dengan menekan
benda uji sampai pecah, data kuat tekan yang diperoleh bersifat aktual; sebaliknya, cara non destruktif dilakukan
secara tidak langsung, kekuatan tekan diperoleh dari hasil konversi, sehingga hanya bersifat perkiraan. Metode
yang lazim dipakai adalah hammer test dan UPV test. Hammer test sudah lazim dilakukan di Indonesia,
kekuatan beton diperkirakan dari konversi hasil pantulan masa hammer menggunakan grafik yang terdapat pada
alat. UPV test masih jarang dilakukan di Indonesia, kekuatan beton diperkirakan dari hubungan kecepatan
gelombang UPV melalui media beton .
Penelitian ini merupakan uji coba awal untuk mengetahui perbandingan kekuatan beton dari hasil uji tekan,
hammer test, dan UPV test. Sampel menggunakan 10 buah silinder beton mutu fc 16 MPa (K200), umur 28
hari. Disain menggunakan penelitian deskriptif; uji tekan menggunakan UTM; data perkiraan beton dari
hammer test menggunakan grafik konversi yang ada pada alat; perkiraan kekuatan beton dari UPV test
menggunakan formula hubungan kecepatan gelombang UPV pada media beton dengan kekuatan tekan beton
hasil penelitan-penelitian terdahulu.
Hasil: (1) perkiraan kekuatan beton menggunakan hammer test besarnya 109,7 % dari kekuatan tekan beton
aktual; (2) perkiraan kekuatan tekan beton dari UPV test besarnya bisa mencapai 104% dari kekuatan tekan
beton aktual; (3) hammer test merupakan cara non destruktif yang paling praktis dan murah.

Kata kunci: UPV Test, Hammer Test, Kekuatan Tekan.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
20
ANALISA POTENSI PEMANFAATAN RUMAH INSTAN
SEDERHANA SEHAT (RISHA) SEBAGAI ALTERNATIF
RUMAH MURAH BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH (LOKASI PENELITIAN : PERUMNAS LABUAPI,
KABUPATEN LOMBOK BARAT)

Hardiani Pramitasari
1
, Tri Joko Wahyu Adi
2
dan Retno Indryani
3

1) Mahasiswa S2 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,
60111, Indonesia, e-mail: hardianipramitasari@yahoo.co.id
2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111,
Indonesia, e-mail: tri_joko@ce.its.ac.id
3) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, 60111,
Indonesia, e-mail: retno_i@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Masyarakat dengan penghasilan rendah belakangan ini makin sulit untuk memiliki rumah sehat yang layak huni.
Sebagai kontribusi dalam Gerakan Nasional Percepatan Sejuta Rumah (GNPSR) Kementerian PU memiliki aset
penelitian berupa Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang prototipenya telah dibangun di Perumnas
Labuapi, Lombok Barat. RISHA adalah sebuah konsep rumah sederhana menggunakan panel beton pracetak
yang seluruh komponennya dapat di bongkar-pasang (knock down system), dengan sistem sanitasi sehat dan
tahan gempa sesuai dengan SNI. Agar kontribusi Kementerian PU nantinya dapat mencapai sasaran yang
diinginkan, perlu diteliti mengenai potensi RISHA dalam memenuhi kebutuhan akan rumah yang murah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Penelitian dilakukan dengan analisis perbandingan harga unit RISHA
dengan rumah sederhana lainnya, serta penerimaan masyarakat terhadap RISHA sebagai alternatif rumah murah
di wilayah pengembangan Perumnas Labuapi, Lombok Barat. Analisis perbandingan harga dilakukan
menggunakan analisis harga satuan (unit cost analysis) dari RISHA dibandingkan dengan rumah-rumah
sederhana lainnya yang dikembangkan oleh developer di lokasi penelitian. Untuk mengetahui penerimaan
masyarakat digunakan metode Ability to Pay dan Willingness to Pay dengan menggunakan kuesioner yang
disebarkan pada sekitar lokasi penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat selisih biaya
pembangunan RISHA dengan rumah sederhana konvensional sebesar Rp 10.970.235,27 (sepuluh juta sembilan
ratus tujuh puluh dua ratus tiga puluh lima koma dua puluh tujuh rupiah) per unit. Selisih terdapat pada
Pekerjaan Tanah dan Pasir, Pekerjaan Struktur, Pekerjaan Dinding, Pintu, dan Jendela. Untuk penerimaan
masyarakat berdasarkan analisa Ability To Pay : Sebanyak 73% mampu membeli unit RISHA diatas harga jual
yang telah ditentukan, untuk Willingness To Pay : Sebanyak 85% mau membeli unit RISHA diatas harga jual
yang telah ditentukan, serta sebanyak 84% dari responden yang mampu membeli menyatakan berminat membeli
RISHA. Apabila nantinya kerjasama antara Balitbang PU dengan Perumnas dilaksanakan, RISHA dapat
diterima masyarakat dan memiliki peminat yang cukup besar.
Kata kunci : RISHA, unit cost analysis, ATP WTP

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
21
PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI
TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING (SCA) DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK DI JAWA
TIMUR

Rendy Kurnia Dewanta
1
dan I Putu Artama Wiguna
2


1
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
e-mail: r3civil@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember:

ABSTRAK
Perusahaan jasa konstruksi nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang menyebabkan perusahaan
asing ikut bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar konstruksi di Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan
jasa konstruksi nasional perlu menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Penelitian ini diawali
dengan melakukan kajian literatur untuk mendapatkan variabel dan indikator terkait keunggulan bersaing,
inovasi, teknologi informasi, kinerja proyek. Kemudian dilakukan penyusunan kuesioner sebagai alat untuk
pengumpulan data. Survei dilakukan pada responden dengan jabatan manajer proyek, manajer lapangan, dan
manajer teknik yang mengerjakan proyek di Jawa Timur. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan analisis
dengan menggunakan structural equation modelling (SEM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa keunggulan
bersaing (SCA) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja proyek, sedangkan inovasi
dan teknologi informasi tidak memiliki pengaruh terhadap keunggulan bersaing pada kontraktor yang telah atau
sedang mengerjakan proyek di Jawa Timur.

Kata kunci: keunggulan bersaing, kinerja proyek, inovasi, teknologi informasi, SEM


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
22
ANALISIS PENENTUAN BOBOT KRITERIA
PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DENGAN METODE
FUZZY AHP DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Siti Kumaedah
1
, Putu Artama W.
2
dan A. Agung Gde Kartika
3


1)Program Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail : sitikumaedah@gmail.com
2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail :
artama@ce.its.ac.id
3)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail :
kartika@ce.its.ac.id
ABSTRAK
Keterbatasan dana dalam pemeliharaan jalan mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan penanganan
pemeliharaan jalan oleh penyelenggara jalan khususnya BPJN VII sebagai unit pelaksana teknis dibidang
penanganan jalan nasional di Propinsi Kalimantan Tengah. Agar dana yang tersedia dapat memberikan manfaat
yang optimal untuk tujuan penyelenggaraan penanganan pemeliharaan jalan, maka perlu dipertimbangkan suatu
prioritas dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan. Sejumlah kriteria diperlukan dalam menentukan urutan
prioritas pemeliharaan jalan. Beberapa kriteria dipertimbangkan dalam penentuan skala urutan prioritas ruas-
ruas jalan diidentifikasi melalui kajian pustaka dari penelitian terdahulu.
Kriteria yang dianggap relevan dan berpengaruh dalam menentukan urutan prioritas penanganan jalan nasional
di Propinsi Kalimantan Tengah antara lain Kondisi Jalan, Jenis Perkerasan Jalan, Lalu Lintas Harian Rata-rata
(LHR), International Roughness Index (IRI), Tingkat Pelayanan, Hirarki Fungsi Jalan dan Jumlah Penduduk
Terlayani. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Fuzzy Analytichal Hierarchy Process (FAHP).
Metode FAHP digunakan untuk pembobotan kriteria yang berpengaruh terhadap pemeliharaan jalan nasional di
Propinsi Kalimantan Tengah.
Pada hasil penelitian, hasil pembobotan kriteria yang berpengaruh terhadap pemeliharaan jalan di Propinsi
Kalimantan Tengah pada situasi responden moderat adalah Kondisi Jalan (28,12%), Jenis Perkerasan Jalan
(11,46%), Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) (15,84%), International Roughness Index (IRI) (26,44%),
Tingkat Pelayanan (7,10%), Hirarki Fungsi Jalan (5,34%), Jumlah Penduduk Terlayani (5,71%

Kata kunci: Pembobotan Kriteria, Pemeliharaan Jalan Nasional, Fuzzy AHP




Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
23
STRATEGI PENGELOLAAN ASET PDAM KABUPATEN
LAMONGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN
PELAYANAN

Vina Citrasari
1
, Joni Hermana
2
, dan I.D.A.A. Warmadewanthi
3


1
Vina Citrasari, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: vina_citrasari@yahoo.com
2
Joni Hermana, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email: hermana@its.ac.id
3
I.D.A.A. Warmadewanthi, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:warma@its.ac.id

ABSTRAK
Berdasarkan audit kinerja PDAM Kabupaten Lamongan yang dilakukan oleh BPKP pada tahun 2012, terjadi
penurunan dalam tingkat kesehatan dan kinerja PDAM yang semula Kurang Sehat menjadi sakit dan
Cukup menjadi Kurang. Penurunan tersebut terjadi pada cakupan pelayanan yaitu 6,74% pada tahun 2011
menjadi 5,82% pada tahun 2012 terhadap total penduduk Kabupaten Lamongan. Masih besarnya kapasitas idle
dan tingkat kebocoran yang cukup tinggi yaitu 33,13%, serta masih adanya beban hutang juga berpengaruh pada
menurunnya kinerja PDAM dan menjadi kendala besar dalam pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur air
minum. Kondisi infrastruktur eksisting PDAM Lamongan sampai saat ini masih belum memadai untuk
mendukung pelayanan air bersih yang maksimal kepada pelanggan. Kondisi water meter induk yang terpasang
mengalami kerusakan sedangkan pipa distribusi air bersih juga banyak yang mengalami kebocoran. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya biaya operasional dan Sumber Daya Manusia yang melakukan pemeliharaan.
Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Lamongan maka dilakukan analisis
terhadap faktor internal dan eksternal perusahaan berdasarkan aspek teknis operasional, aspek keuangan, aspek
pelayanan, dan aspek SDM. Data-data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data sekunder maupun
primer yang diperoleh dengan kuesioner, wawancara serta analisa kondisi eksisting jaringan perpipaan dengan
Epanet 2.0. Sedangkan untuk formulasi strategi digunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, and threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Strategi yang diperlukan PDAM Kabupaten Lamongan dalam meningkatkan kinerjanya yaitu Strategi Turn
Around dengan melakukan penetrasi pasar yang berarti menambah jumlah pelanggan dan pengembangan
jaringan dengan melakukan investasi dengan kerjasama pihak ketiga baik itu pemerintah maupun swasta serta
dengan meningkatkan kompetensi SDM.

Kata kunci: PDAM Kabupaten Lamongan, Strategi, SWOT

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
24
KAJIAN RISIKO PENERAPAN KONTRAK BERBASIS
KINERJA PADA PROYEK PEKERJAAN JALAN NASIONAL

Betty Susanti
1
, Reini D. Wirahadikusumah
2
, Biemo W. Soemardi
3
, Mei Sutrisno
4


1
Betty Susanti, Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil-ITB, email: b_susanti@yahoo.com
2
Reini D. Wirahadikusumah, Dosen Program Studi Teknik Sipil-ITB, email: wirahadi@si.itb.ac.id
3
Biemo W. Soemardi, Dosen Program Studi Teknik Sipil-ITB, email: b.soemardi@gmail.com
4
Mei Sutrisno, Dosen Program Studi Teknik Sipil-Politeknik Bandung, email: meisutrino@polban.ac.id

ABSTRAK
Jalan nasional merupakan bagian dari sistem jaringan jalan primer yang berperan dalam menunjang
pertumbuhan perekonomian nasional. Namun masih banyak jalan nasional yang berada dalam kondisi rusak.
Tingginya kerusakan jalan mendorong pemerintah untuk melakukan berbagai upaya peningkatan kondisi jalan,
salah satunya adalah diterapkannya Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) untuk proyek proyek pekerjaan jalan.
Penerapan KBK berpotensi menghasilkan jalan dengan kinerja layanan jalan yang lebih baik serta biaya proyek
yang lebih rendah. Sebagai salah satu pendekatan kontrak yang baru diterapkan di Indonesia, penerapan kontrak
ini masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya adalah alokasi risiko yang belum optimal antara pihak
penyedia jasa dengan pihak pengelola jalan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap berbagai risiko pada penerapan KBK untuk proyek
pekerjaan jalan nasional. Studi literatur terhadap berbagai referensi dilakukan untuk mengidentifikasi risiko
yang terjadi pada penerapan KBK khususnya dan pada proyek pekerjaan jalan umumnya. Survey menggunakan
kuisioner dan wawancara semi terstruktur dilakukan kepada pihak pengelola jalan dan penyedia jasa yang
terlibat pada proyek percontohan KBK. Hasil survey berupa daftar risiko yang berpotensi terjadi serta penilaian
probabilitas dan dampak kejadian masing masing risiko. Analisis data menghasilkan daftar berbagai risiko
dominan pada proyek percontohan KBK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek KBK mengalokasikan
banyak risiko yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan biaya proyek kepada pihak penyedia jasa.
Secara umum, pihak penyedia jasa pada proyek KBK menanggung risiko yang terkait dengan inflasi, fluktuasi
nilai tukar rupiah (terutama terhadap mata uang USD), meningkatnya volume lalu lintas dan overloading, serta
tidak tersedianya teknik yang memadai untuk memprediksi kinerja perkerasan jalan. Sedangkan pihak pengelola
jalan pada proyek KBK hanya menanggung risiko yang terkait dengan lemahnya pemahaman terhadap kontrak,
meningkatnya volume lalu lintas dan overloading, serta tidak tersedianya teknik yang memadai untuk
memprediksi kinerja perkerasan jalan.

Kata kunci: risiko, Kontrak Berbasis Kinerja, proyek, jalan nasional


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
25
PREDIKSI WAKTU TEMPUH DAN TARIF YANG
DIINGINKAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR UNTUK
MENGGUNAKAN TREM SURABAYA PADA KORIDOR
TERMINAL JOYOBOYO JL RAJAWALI SURABAYA

Adhi Muhtadi
1
dan Hera Widyastuti
2


1)
Mahasiswa Program Studi S2 MRT ITS Surabaya, email:adhimuhtadi1974@gmail.com
2)
Dosen MRT ITS Surabaya, email:hera.widyastuti@yahoo.co.uk

ABSTRAK
Jumlah sepeda motor di Surabaya telah menembus angka 10.095.753 juta unit pada Tahun 2011. Hal ini
menjadikan jaringan jalan di Surabaya penuh sesak setiap harinya dan rawan kemacetan. Pemerintah Kota
(Pemkot) Surabaya berupaya agar Kota Surabaya memiliki alternatif angkutan umum yang dapat diandalkan
sehingga pengguna sepeda motor beralih untuk menggunakan Trem Surabaya (Surotram). Sebelum
dioperasikannya trem di Surabaya, maka diperlukan studi tentang prediksi waktu dan tarif yang diinginkan
pengguna sepeda motor untuk beralih ke Surotram pada koridor Terminal Joyoboyo Jl. Rajawali. Metode
penelitian menggunakan kuesioner penawaran waktu dan tarif yang diajukan kepada responden dengan teknik
stated preference.. Waktu yang ditawarkan kepada responden adalah 25 dan 30 menit dengan biaya yang
bervariasi yaitu Rp. 5000,-, Rp. 6.000,-, Rp. 7.000,- dan Rp. 8.000,-. Jumlah responden yang direncanakan
sebanyak 200. Teknik analisis selanjutnya untuk mengetahui probabilitas pengguna sepeda motor dan mobil
akan beralih ke trem adalah menggunakan teknik regresi logistik. Sedangkan untuk uji kelayakan model
(goodness of fit) penentuan parameter model logistik akan menggunakan prinsip estimasi maximum likelihood
(ML) dan uji Hosmer and Lemeshow. Pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.
Output penelitian ini adalah model regresi logistik dan besaran probabilitas responden untuk beralih
menggunakan Surotram.
Hasil model regresi logistik untuk pengguna sepeda motor adalah:

Probabilitas terbesar pengguna sepeda motor beralih ke Surotram adalah skenario pertanyaan dengan waktu
tempuh sebesar 25 menit dan tarif Rp. 5000,- yakni sebesar 66,64%. Sedangkan probabilitas pengguna sepeda
motor beralih ke Surotram terendah apabila Surotram dioperasikan dengan waktu tempuh 30 menit dan tarif Rp.
8.000,- yakni hanya sebesar6,76%.

Kata kunci: waktu tempuh, tarif perjalanan, pengguna sepeda motor, Surotram

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
26
PENGARUH ASBUTON BUTIR PADA CAMPURAN PANAS
BETON ASPAL LAPIS AUS ASBUTON (AC WC-ASB)
TERHADAP KETAHANAN STRI PPI NG DAN RUTTI NG

Arief Setiawan
1
, Rahmatang Rahman
2
, Mashuri
3
danMuzzamil
4


1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:rief_mt@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:-
3
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:-
4
Mahasiswa S1 JurusanTeknik Sipil Universitas Tadulako , email:-

ABSTRAK
Perkerasan lapis aus (AC-WC) merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan roda kendaraan, sehingga
membuatnya rentan terhadap kerusakan. Jenis kerusakan yang sering ditemukan pada lapisan permukaan adalah
pengelupasan (stripping) dan alur (rutting). Pemanfaatan material Asbuton sebagai material dalam negeri perlu
ditingkatkan untuk memberi solusi terhadap kerusakan jalan yang terjadi mengingat deposit yang tersedia cukup
besar dan tentunya akan mengurangi biaya ekspor aspal yang semakin meningkat. Penelitian ini penting
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asbuton butir pada campuran lapis aus
campuran panas terhadap ketahanan stripping dan rutting.
Penelitian dilakukan dengan memberikan variasi kadar asbuton asbuton butir 6%, 7%, 8% dan 9% pada
campuran panas. Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan pengujian Marshall. Pengujian
Indirect Tensile Strength (IDT-Strength) dilakukan dengan menggunakan alatuji Marshall yang telah
dimodifikasi untuk mengetahui ketahanan rutting campuran pada kondisi KAO. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui ketahan stripping adalah nilai Index Retained Strength (ISR) dari pengujian immersion
compression test dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) pada kondisi KAO.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan asbuton butir dapat meningkatkan ketahanan stripping dan
rutting lapis permukaan. Dalam rentang penambahan asbuton butir antara 6% sampai dengan 9% menunjukan
bahwa semakin bertambah asbuton butir semakin baik ketahanan stripping dan rutting-nya. Ketahanan
stripping dapat dicapai lebih dari 85% (syarat minimum 75%) dan berdasarkan kriteria Christensen (2004)
maka ketahanan alur masuk dalam katageri sangat baik. Nilai ketahanan stripping dan rutting tertinggi terjadi
pada penambahan asbuton 9%.

Kata kunci: Asbuton butir, Lapis Aus, Stripping, Rutting

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
27
KAJIAN KELAYAKAN DIMENSI ALUR PELAYARAN
SUNGAI MUSI TERHADAP KAPAL-KAPAL TONGKANG

Edi Kadarsa
1
, Harun Alrasyid S. Lubis
2
, Ade Sjafruddin
3
, Russ Bona Frazila
4


1
Mahasiswa Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, email: aedikadarsah@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, email: halubis@yahoo.com
3
Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, email: ades@trans.si.itb.ac.id
4
Staf Pengajar Program Studi Magister dan Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, email: frazila@yahoo.com

ABSTRAK

Pada saat ini pertumbuhan pada sektor pertambangan dan pertanian di Sumatera Selatan sangat pesat.
Pembukaan tambang-tambang batubara baru, perluasan perkebunan karet dan kelapa sawit selama 10 tahun
terakhir ini menyebabkan kemacetan dan kerusakan pada Jalan Lintas Sumatera. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar dari hasil tambang dan perkebunan tersebut diangkut dengan menggunakan angkutan jalan raya.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengalihkan angkutan tambang dan perkebunan ke angkutan sungai,
yaitu tongkang. Angkutan sungai di Sumatera Selatan sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama Sungai
Musi karena memiliki lebar dan kedalaman yang besar serta mengalir dari daerah pedalaman ke laut lepas
melalui kota-kota utama di Propini Sumatera Selatan. Namun demikian, Sungai Musi adalah sungai alam yang
memiliki lebar dan kedalaman yang bervariasi sepanjang ruasnya. Selain itu, pengaruh pasang surut air laut dan
musim menyebabkan kedalaman sungai pada titik yang sama berfluktuasi. Kedalaman dan lebar sungai yang
tidak memadai untuk pelayaran menimbulkan resiko kecelakaan dan kandas. Agar kapal tongkang dapat
berlayar dengan aman dan efisien, maka perlu dilakukan kajian dimensi Alur Pelayaran Sungai Musi yang
memenuhi persyaratan untuk dilayari oleh kapal-kapal tersebut. Metoda yang digunakan untuk menentukan
dimensi alur pelayaran adalah Standar dari Departemen Perhubungan dengan pertimbangan telah dilakukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan alam yang ada di Indonesia. Hasil perhitungan yang
didapat dengan menggunakan Standar Departemen Perhubungan tersebut dibandingkan dengan hasil dari
Waterway Guideline 2011. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti kedalaman alur yang layak bagi pelayaran
kapal tongkang, sedangkan lebar alur pelayaran tidak dihitung pada penelitian ini karena lebar minimum Alur
Pelayaran Sungai Musi dari hilir sampai tengah adalah 250 meter atau sangat aman untuk dilalui oleh tipe kapal
tongkang dengan lebar 20 meter dalam dua arah

Kata Kunci : Lebar, kedalaman, tongkang, alur, sungai


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
28

EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN PADA KORIDOR
EKONOMI MP3EI DI PULAU SULAWESI

Fadly Ibrahim
1
, Edwin Dwi Putra
2
Indha Mutmainnah
3
, Maswirahmah
4


1,2,3,4
Karyawan PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah Makassar Jl AP. Pettarani No. 74 Makassar Email:
fadly_surur@yahoo.co.id

ABSTRAK
Untuk mendukung konektifitas nasional pada koridor ekonomi MP3EI diperlukan infrastruktur jalan yang
berkualitas baik dari aspek konstruksi maupun manajemen, sehingga layak untuk difungsikan. Tujuan paper ini
adalah mendeskripsikan hasil evaluasi laik fungsi jalan pada ruas- ruas penghubung Koridor Ekonomi Sulawesi.
Metode evaluasi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif berdasarkan pedoman evaluasi laik
fungsi jalan Direktorat Jenderal Bina Marga. Uji evaluasi difokuskan pada aspek kelaikan teknis yang meliputi
(1) geometrik, (2) struktur perkerasan, (3) bangunan pelengkap, (4) pemanfaatan ruang bagian-bagian jalan,(5)
penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, (6) perlengkapan yang terkait langsung dengan pengguna
jalan, dan perlengkapan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan. Hasil evaluasi mengindikasikan
bahwa dari 314 ruas penghubung Koridor Ekonomi Sulawesi yang dievaluasi secara keseluruhan berkategori
Laik Bersyarat (LS).

Kata Kunci: Evaluasi, Laik Fungsi Jalan, Koridor MP3EI

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
29

RESPON KINERJA PERKERASAN KAKU JALAN
NASIONAL TERHADAP IMPLEMENTASI MP3EI KORIDOR
EKONOMI SULAWESI

Fadly Ibrahim
1
, Wahniar Hamid
2
, Nur Khaerat Nur
3
, Ardy Arsyad
4


1,2,
Karyawan PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah Makassar Jl AP. Pettarani No. 74 Makassar Email:
fadly_surur@yahoo.co.id
3
Mahasiswa Program S3 Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar Emai l:
enkha93@gmail.com
4
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar Email: ardyarsyad@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sebagai implikasi dari implementasi MP3EI adalah meningkatnya pertumbuhan kendaraan dan angkutan
barang. Pertumbuhan tersebut, dinilai akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja perkerasan kaku ruas
pendukung konektifitas nasional pada koridor ekonomi IV Sulawesi. Untuk itu paper ini bertujuan untuk
mengevaluasi kinerja perkerasan pada jalur Trans Sulawesi berdasarkan skenario pertumbuhan MP3EI. Evaluasi
struktur perkerasan dilakukan dengan metode AASHTO 1993 dengan mensimulasi kinerja perkerasan dengan 3
variasi analisis yakni (1) kondisi dasar sebelum MP3EI, (2) kondisi MP3EI tanpa proyeksi kelebihan beban dan
(3) kondisi MP3EI dengan proyeksi kelebihan beban. Hasil analisis mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
umur layan perkerasan yang signifikan setelah skenario MP3EI diimplementasikan.

Kata Kunci: MP3EI, perkerasan kaku, kinerja perkerasan



















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
30
KAJIAN PENERAPAN BUS TANPA BAYAR DI CENTRAL
BUSI NESS DI STRI CT KOTA PALEMBANG

Imam Basuki
1


1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, email : imbas2004@gmail.com

ABSTRAK
Kawasan pusat kegiatan (Central Business District) berperan sebagai sentra perekonomian mengakibatkan
beban transportasi yang sangat tinggi pada kawasan tersebut. Akibat pembebanan transportasi yang tinggi
tersebut menimbulkan kemacetan dan tersendatnya lalu lintas yang justru dapat berdampak negatif pada
pertumbuhan perekonomian, untuk itu perlu dilakukan suatu manajemen lalu lintas untuk penanganan kawasan
Central Business District agar dapat tetap menunjang pertumbuhan ekonomi suatu kota. Penataan sistem
transportasi pada kawasan Central Business District di Kota Palembang dilakukan dengan mengajukan alternatif
pengoperasion bus tanpa bayar (free buses) dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi di wilayah
tersebut.
Untuk merealisasikan perencanaan pengoperasian bus tanpa bayar (free buses) adalah dengan mencari alternatif
parkir bagi pengunjung dalam wilayah koridor Central Business District. Perjalanan pengunjung menuju tempat
tujuan di dalam Central Business District difasilitasi menggunakan bus tanpa bayar, sehingga dilakukan
perencanaan untuk pembiayaan pengoperasian bus tanpa bayar yang tidak memberatkan Pemerintah Daerah.
Berbagai alternatif lokasi parkir, pembiayaan dan pembangunan lokasi parkir dilakukan dan dipilih
pembangunan lokasi gedung parkir di areal Pasar Cinde. Pembiayaan pengoperasian bus tanpa bayar dibiayai
dengan menggunakan tarif parkir yang diberlakukan di gedung parkir. Pembangunan gedung parkir, penyediaan
bus dan pengoperasiaannya dilakukan dengan melibatkan pihak swasta dengan memberikan konsensi khusus
pengoperasian selama kurun waktu tertentu dengan memberikan tingkat nilai rentabilitas bagi pihak swasta yang
wajar dan saling menguntungkan.
Dengan menggunakan metode analisa Gross Benefit Cost Ratio (Rasio B/C), Pay Back Period (PBP), Analisis
Break Even Point (BEP) dan Analisis Rate of Return on Investment (ROI) dapat dikatakan bahwa penerapan bus
gratis di Central Business District Kota Palembang ini layak untuk diterapkan. Sehingga diharapkan penerapan
bus gratis di Central Business District Kota Palembang dapat sebagai suatu solusi terobosan yang menjadi
percontohan untuk penanganan kawasan Central Business District di Indonesia.

Kata kunci: bus gratis, Central Business District, parkir, solusi kemacetan, kendaraan pribadi



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
31
PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN UNTUK GEDUNG
PUSAT PERDAGANGAN GROSIR (WHOLESALE) DI KOTA
SURABAYA

Miftachul Huda
1
dan Hera Widyastuti
2


1
Mahasiswa S2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
miftachulhuda11@ymail.com
2
Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:

ABSTRAK
Pusat perdagangan di Kota Surabaya merupakan salah satu pusat terjadinya perjalanan di kawasan Jawa Timur
bahkan Indonesia bagian timur khususnya pusat grosir. Hal ini disebabkan oleh adanya hampir seluruh
kebutuhan hidup dengan harga terjangkau di pusat perdagangan grosir di Kota Surabaya. Perjalanan di gedung
pusat perdagangan grosir yang ditinjau sebagai tarikan perjalanan seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas
pada kawasan di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model tarikan perjalanan (trip
attraction) untuk gedung pusat perdagangan grosir (wholesale) di Kota Surabaya. Survei dilakukan pada 3 (tiga)
gedung pusat perdagangan grosir di Kota Surabaya. Data yang dianalisis adalah data primer yang dikumpulkan
melalui survei jumlah kendaraan. Sedangkan data sekunder berupa luas total lahan, luas bangunan, luas lahan
parkir, luas stand/kios, jumlah karyawan stand/kios dan lama operasional diperoleh dari pengelola gedung. Hasil
analisis penggunaan moda pada gedung pusat perdagangan grosir menunjukkan bahwa 27,40% menggunakan
mobil, 53,73% menggunakan sepeda motor, 7,53% menggunakan angkutan umum dan 11,34% menggunakan
kendaraan tidak bermotor. Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh bahwa variabel bebas yang
berpengaruh terhadap tarikan perjalanan dengan mobil, tarikan perjalanan dengan sepeda motor, tarikan
perjalanan dengan angkutan umum dan tarikan perjalanan total adalah jumlah karyawan stand/kios (X6).
Sedangkan variabel bebas yang berpengaruh terhadap tarikan perjalanan dengan kendaraan tidak bermotor
adalah jumlah stand/kios (X5). Model tarikan perjalanan dengan mobil (Y1) = 29,435 + 0,210. X6 (R
2
=
0,9677), model tarikan perjalanan dengan sepeda motor (Y2) = 1012,767 + 0,1322. X6 (R
2
= 0,9839), model
tarikan perjalanan dengan angkutan umum (Y3) = 44,297 + 0,0471. X6 (R
2
= 0,9615), model tarikan perjalanan
dengan kendaraan tidak bermotor (Y4) = -120,784 + 0,2283. X5 (R
2
= 0,9082) dan model tarikan perjalanan
total (Y5) = 1264,794 + 0,4273. X6 (R
2
= 0,9986).

Kata kunci: Kota Surabaya, pemodelan, pusat perdagangan, regresi linier, tarikan perjalanan



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
32
ANALISIS PENERAPAN SISTEM THREE I N ONE
BERDASARKAN KINERJA RUAS JALAN SEBAGAI UPAYA
MENGATASI KEMACETAN DI JALAN RAYA DARMO
(SURABAYA)

Mochammad Choirul Rizal
1
, Hera Widyastuti
2

Dan A. Agung Gde Kartika
3


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:mochammadchoirulrizal@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:

ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Surabaya semakin tinggi dan tidak terkendali. Di sisi lain panjang jalan
tidak mengalami pertambahan. Hal ini memicu timbulnya kemacetan di kota Surabaya. Salah satu ruas jalan
yang mengalami kemacetan adalah ruas Jalan Raya Darmo, Surabaya. Sesuai rencana, jalur trem selain
menggunakan median jalan, juga akan menggunakan 1 lajur jalan di ruas Jalan Raya Darmo. Hal ini tentunya
akan mengurangi kapasitas ruas Jalan Raya Darmo. Akibatnya kemacetan di Jalan Raya Darmo akan bertambah.
Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen pembatasan lalu lintas kendaraan. Dalam penelitian ini akan dikaji
rencana penerapan pembatasan lalu lintas kendaraan dengan sistem three in one di ruas Jalan Raya Darmo,
Surabaya. Yaitu hanya mengijinkan mobil pribadi yang minimal berpenumpang 3 orang yang boleh melintas di
jalan tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan cara traffic counting,
survei kecepatan, dan penyebaran kuisioner pemilihan moda dan pemilihan rute. Kemudian data-data tersebut
dianalisis dengan uji statistik dan probabilitas pemilihan moda dan rute, dan perhitungan kinerja ruas jalan.
Dari hasil analisa, pada kondisi eksisting derajad kejenuhan (DS) ruas Jalan Raya Darmo tertinggi terjadi pada
jam puncak pagi sebesar 0,467 untuk arah Utara-Selatan dan 0,777 untuk arah Selatan-Utara. Sedangkan untuk
ruas-ruas jalan yang lain yang berada di sekitar Jalan Raya Darmo, masih memiliki DS < 0,75. Apabila
dilakukan pembangunan jalur trem, DS ruas Jalan Raya Darmo meningkat dari 0,467 dan 0,777 untuk jam
puncak pagi, menjadi 0,679 dan 1,13. Apabila diterapkan sistem three in one di Jalan Raya Darmo, maka
mayoritas ruas-ruas jalan di sekitar Jalan Raya Darmo yang termasuk dalam lokasi studi masih memiliki
DS<0,75, kecuali untuk ruas Jalan Dinoyo yang memiliki DS = 0,998 untuk jam puncak pagi dan DS = 0,925
untuk jam puncak sore.

Kata kunci: Sistem Three In One, Kinerja Ruas Jalan, Pemilihan Moda, Pembatasan Lalu Lintas











Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
33

STUDI PEMODELAN TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG
PENYEBERANGAN KAPAL FERRY DI PELABUHAN UJUNG
SURABAYA KAMAL SETELAH BEROPERASINYA
JEMBATAN SURAMADU

R. Endro Wibisono
1
, Wahju Herijanto
2
, dan Hera Widyastuti
3


1
Mahasiswa S2Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
endro_wibisono89@yahoo.com
2
Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
3
Dosen Manajemen dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:

ABSTRAK

Kapal ferry di pelabuhan ujung Surabaya-Kamal tetap mengalami kepadatan penumpang pasca pembangunan
Jembatan Suramadu. Selain itu terjadi antrian panjang saat interval kedatangan dan keberangkatan kapal ferry
karena pengurangan aktifitas dan pengalihan fungsi dermaga-dermaga yang ada. Jumlah pergerakan pada
pelabuhan di ujung Surabaya-Kamal ini cukup besar dan stabil dikarenakan penumpang kapal ferry memiliki
pola pergerakan yang tetap di sekitar Kabupaten Bangkalan terutama kecamatan Kamal menuju Kota Surabaya
maupun sebaliknya.
Penelitian ini akan mencari model sebaran (trip distribution) pergerakan penumpang kapal ferry di pelabuhan
ujung Surabaya-Kamal. Zona dibagi menjadi dua antara lain, zona skala kecil yakni sebaran pergerakan antara
Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya, serta zona skala besar yang mencakup wilayah Jawa Timur yang
telah dibagi berdasarkan karakteristiknya. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi pola pergerakan asal
tujuan eksisting penumpang sehingga didapatkan MAT saat ini. Dari data-data pergerakan tersebut dapat dibuat
model sebaran pergerakan dengan analisa sintesis (Model Gravity) tanpa batasan (Unconstrained).
Hasil penelitian model trip distribusi yang menggambarkan pola pergerakan yang terjadi untuk penumpang
kapal penyeberangan Ujung-Kamal adalah berdasarkan jumlah sample yakni zona Bangkalan-Surabaya Tij=
6,13 x 10
-08
.Pi.Ej.Exp(-0.22.Cij), dan zona Jawa Timur Tij= 2,4x10
-09
.Pi.Ej.Exp(-0.08.Cij). Sedangkan
berdasarkan alasan responden lebih dekat dan tidak punya kendaraan yakni zona Bangkalan-Surabaya
Tij=8,14x10
-08
.Pi.Ej.Exp(-0.24.Cij), dan zona Jawa Timur Tij= 1,3x10
-09
.Pi.Ej.Exp(-0.08.Cij)

Kata Kunci: Gravity Model, Matriks Asal Tujuan, Pelabuhan Ujung SurabayaKamal, Unconstrained

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
34
ANALISIS KINERJA ON STREET PARKING DI
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Suryatin Hidayah
1
Hera Widyastuti.
2

A. Agung Gde Kartika
3


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:princess_dayyah@ymail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email:

ABSTRAK
Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak Strategis di jalur lintas kabupaten dalam Propinsi kalimantan Selatan,
sehingga sektor transportasi berkembang cukup maju. Hal ini tentu saja berdampak pada tersedianya fasilitas
parkir untuk umum khususnya di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Parkir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam hal ini dibedakan menjadi 2 batasan wilayah yaitu parkir di tepi
jalan (on street parking) atau nama lainnya Parkir Jalan Umum (PJU) dan parkir di suatu area tertentu (off street
parking).
Dalam penelitian ini akan dibahas kinerja on street parking yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Adapun pengambilan data primer dilakukan pada titik titik parkir yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
yaitu sebanyak 7 lokasi titik on street parking. Lokasi parkir yaitu meliputi pasar lama, pasar birayang, pasar
burung, pasar kramat, pasar pantai hambawang, pujasera, dan depan polres. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan Road Side Patrol. Kemudian dengan data-data tersebut
digunakan untuk perhitungan kinerja parkir pada tiap-tiap titik on street parkingr.
Dari hasil analisis, akan diketahui kinerja parkir yaitu meliputi jumlah parkir, akumulasi parkir, durasi parkir,
kebutuhan satuan ruang parkir (SRP), serta perhitungan kapasitas dinamis parkir.
Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil perhitungan kebutuhan SRP ditiap titik lokasi parkir. Untuk lokasi pasar
lama, LV = 330 Kendaraan, MC = 779 Kendaraan. Untuk Pasar Birayang , LV = 20 Kendaraan, MC = 183
Kendaraan. Untuk Pasar Burung , LV = 0, MC = 92 Kendaraan. Untuk Pasar Kramat, LV = 13 Kendaraan, MC
= 189 Kendaraan. Untuk Pasar Pantai Hambawang , LV = 0, MC = 8848 m
2
. Untuk Pujasera , LV = 11
kendaraan, MC = 426 Kendaraan. Untuk depan polres, LV = 0, MC = 73 Kendaraan.

Kata kunci: On Street Parking, Kinerja Parkir



















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
35
MODEL PEMILIHAN MODA PERJALANAN KOMUTER
DOMISILI WILAYAH PINGGIRAN KOTA MAKASSAR
(STUDI KASUS PERUMAHAN PONDOK ASRI III SUDIANG)

Rais Rachman
1
, Nur Ali
2
, Slamet Trisutomo
3
dan Herman Parung
4
1
Mahasiswa Program Doktor, Jrsn. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Univ. Hasanuddin (Dosen Fak. Teknik Sipil
UKIP, Makassar), Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email:
rais.rachman@gmail.com
2
Dosen-Lektor Kepala, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS
Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email : nuralimti@gmail.com
3
Dosen-Professor, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS
Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email: trisutomo@gmail.com
4
Dosen-Professor, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS
Tamalanrea, Makassar, Telp 0411-587636, email: hermanparung@gmail.com
ABSTRAK
Fenomena dalam melakukan perjalanan menuju tempat kerja akhirakhir ini, telah menimbulkan masalah yang
cukup serius seperti waktu tempuh perjalanan yang bertambah lama, kurangnya tingkat keamanan dan
kenyamanan serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan yang cukup tinggi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dalam memilih moda transportasi perjalanan menuju ke tempat kerja
berdasarkan jumlah total komuter pada perumahan ini dalam memilih moda transportasi, dan untuk mengetahui
moda yang dominan dipilih oleh para komuter untuk melakukan kegiatan.
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan lima variabel bebas. Sebagai variabel bebas meliputi : jenis
kelamin, pendidikan terakhir, instansi tempat bekerja, penghasilan per bulan, dan jarak kantor dari tempat
tinggal. Sedangkan variabel terikat dalam penalitian ini adalah penggunaan moda.
Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pemilihan moda transportasi pada perumahan ini mayoritas
menggunakan moda pribadi seperti motor dan mobil yaitu 53,15%. Model regresi sesuai dengan status sosial
ekonomi penduduk terhadap pemilihan moda transportasi untuk perjalanan kerja adalah:
Y=0,312+0,669X1+0,653X2+0,086X3+0,284X4+0,313X5 (R
2
=0,638)

Kata Kunci: Perjalanan kerja, pemilihan moda, pinggiran kota Makassar.

















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
36
ANALISIS OPERASIONAL BIS KOTA TRAYEK PURABAYA-
JEMBATAN MERAH SURABAYA

Dwi Muryanto
1
, Hera Widyastuti
2
dan Anak Agung Gde Kartika
3


1
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Bidang Keahlian Manajenen dan Rekayasa Transportasi Jurusan
Teknik Sipil FTSP, ITS Surabaya, email:d.muryanto@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya
email:hera@ce.its.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya ,
email:kartika@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Pelayanan angkutan umum yang baik sangat dibutuhkan di Kota Surabaya mengingat perkembangannya yang
pesat dengan jumlah penduduk sangat padat serta aktivitas hidup yang tinggi. Pada dasarnya pengguna angkutan
umum menghendaki tingkat pelayanan yang memadai meliputi frekuensi, waktu tempuh, keamanan dan
kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Koridor Utara-Selatan Kota Surabaya merupakan jalur
tersibuk dengan salah satu rute yang ada saat ini dilayani angkutan umum dengan moda bis kota trayek
Purabaya-Jembatan Merah via Diponegoro. Seiring berjalannya waktu Pemerintah Kota Surabaya berencana
membenahi kualitas transportasi di koridor Utara-Selatan Surabaya dengan mengoperasikan angkutan umum
massal cepat trem karena layanan operasional bis kota kurang maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan operasional bis kota trayek Purabaya-Jembatan
Merah via Diponegoro berdasarkan indikator kinerja angkutan umum perkotaan. Penelitian ini menggunakan
metode diskriptif kuantitatif dengan parameter yang mengacu pada atribut-atribut yang digunakan dalam
pengumpulan data. Data primer diperoleh melalui survey on board, wawancara dengan penumpang dan operator
bis kota. Data sekunder diperoleh dari dinas ataupun instansi terkait. Analisis operasional bis kota sesuai dengan
standar Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat .
Hasil studi ini menunjukkan bahwa indikator headway, waktu tempuh, kecepatan operasional yang
mengindikasikan bahwa layanan bis kota masih baik, sedangkan indikator frekuensi dan load factor
menunjukkan bahwa layanan bis kota perlu ditingkatkan.

Kata kunci: bis kota, frekuensi, headway, waktu tempuh, load factor
















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
37
PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT
DALAM PEMANFAATAN MODA ANGKUTAN UMUM DI
KOTA MANADO

Tampanatu P. F. Sompie
1
dan Syanne Pangemanan
2


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288,
email: tpf_sompie @yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288,
email: upe_sp2000 @yahoo.com
ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari berbagai aktivitas dilakukan oleh tiap orang dalam mengisi waktu seperti bekerja,
sekolah, belanja maupun berekreasi. Segala aktivitas yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang terpisah, dan
dalam melaksanakan berbagai kegiatan ini orang harus melakukan perjalanan. Sarana transportasi diperlukan
dalam melakukan berbagai perjalanan untuk maksud tersebut. Untuk dapat membuat lingkungan yang baik dan
teratur, para pembuat kebijakan berusaha untuk mengatur dan mengelola perilaku perjalanan sehari-hari,
misalnya melalui perencanaan perkotaan. Berbagai konsep sudah dihasilkan, salah satunya bertujuan untuk
mengurangi penggunaan mobil pribadi dan memaksimalkan penggunaan angkutan umum.
Dalam penelitian ini dikaji berbagai atribut yang dipakai untuk mengukur kepuasan masyarakat dalam
pemanfaatan moda angkutan umum. Metode yang dipakai berupa survey kepuasan masyarakat terhadap 209
responden yang melakukan perjalanan untuk tujuan bekerja maupun sekolah lewat penyebaran kuisioner.
Pengolahan serta analisa data menggunakan Microsoft Excel serta deskriptif analisis. Moda angkutan yang
menjadi bahan kajian adalah angkutan umum yang beroperasi di Kota Manado. Untuk atribut pelayanan moda
transportasi yang dipergunakan berupa Waktu Tempuh, Kecepatan Perjalanan, Keselamatan Terhadap
Kecelakaan Lalu Lintas, Kenyamanan, dan Keamanan Terhadap Tindak Kriminal.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk atribut waktu tempuh dan kecepatan perjalanan menunjukkan
rata-rata masyarakat menyatakan kurang puas terhadap angkutan umum, yaitu sebesar 47% dan 45%. Sementara
itu, sebanyak 51% dari responden merasa puas terhadap keselamatan mereka terhadap kecelakaan lalulintas
apabila menggunakan moda ini. Akan tetapi 50% dari pelaku perjalanan mengklaim kurang puas atas faktor
kenyamanan dari angkutan umum. Sedangkan menyangkut aspek keamanan terhadap tindak kriminal di dalam
angkutan umum sebanyak 46% responden yang melakukan perjalanan untuk beraktivitas menyatakan kurang
puas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak perbaikan yang harus dilakukan terhadap layanan moda
angkutan umum di Kota Manado supaya masyarakat dapat lebih banyak berpindah moda untuk menggunakan
angkutan umum dalam beraktivitas.

Kata Kunci: Angkutan umum, atribut pelayanan
.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
38
TINGKAT PELAYANAN SERTA KETERSEDIAAN SARANA
ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MANADO

Syanne Pangemanan
1
dan Tampanatu Sompie
2


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288,
email: upe_sp2000 @yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado, Kampus Politeknik Manado, Telp 0431-815288,
email: tpf_sompie @yahoo.com

ABSTRAK
Transportasi dibutuhkan orang untuk melakukan aktivitas karena transportasi merupakan komponen utama
berfungsinya suatu kegiatan masyarakat. Transportasi mempunyai pengaruh terhadap aktivitas-aktivitas
produksi sosial, serta barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Kehidupan masyarakat yang
maju ditandai dengan mobilitas yang tinggi akibat tersedianya fasilitas transportasi yang cukup. Akan tetapi,
daerah yang kurang baik sistem transportasinya berdampak pada keadaan ekonomi masyarakatnya yang tidak
berkembang.
Kota Manado sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Utara posisinya sangat strategis sebagai titik pertumbuhan
ekonomi di bagian utara pulau Sulawesi. Pelabuhan Manado terletak di bagian utara Kota Manado, yang
melayani kapal penumpang dan kapal barang. Ada beberapa pulau-pulau kecil di sekitar Pelabuhan Manado
antara lain Manado Tua, Bunaken, Siladen, Mantehage yang semuanya berpenghuni. Pelayanan kebutuhan
perjalanan ini hanya dapat ditempuh melalui jalur laut dan menggunakan kapal motor. Ketergantungan
penggunaan angkutan melalui perahu motor ini relatif memberikan keterbatasan dalam mobilitas. Untuk
mendukung keberadaan Pelabuhan Manado dalam hal tingkat pelayanan serta ketersediaan sarana angkutan
penyeberangan tersebut, perlu dilakukan kajian kelayakan terkait tingkat pelayanan infrastruktur dan
ketersediaan sarana angkutan.
Tujuan dari kelayakan tingkat pelayanan dan ketersediaan sarana angkutan ini untuk mengetahui tingkat
kelayakan dari rencana pengembangan infrastruktur dan sarana Angkutan Penyeberangan dari sisi kelayakan
infrastruktur, pelayanan dan sarana angkutan yang tersedia. Metode yang digunakan dalam mengkaji tingkat
pelayanan serta ketersediaan sarana angkutan penyeberangan Pelabuhan Manado yaitu analisis data kualitatif
berdasarkan interpretasi kondisi aktual di lapangan. Pengamatan dilakukan langsung di Pelabuhan Manado.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tingkat pelayanan serta ketersediaan sarana bagi pengguna Pelabuhan
Manado untuk angkutan barang dan orang masih memenuhi kebutuhan pengguna angkutan tersebut, dan tingkat
pengguna naik pada hari-hari libur atau hari raya. Kondisi Infrastruktur masih baik, akan tetapi penataan yang
masih kurang memadai.

Kata kunci : Angkutan Penyeberangan, Infrastruktur Pelabuhan, Tingkat Pelayanan






Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
39
TEST MICROSTRUCTURE PERMEABLE PAVEMENT USED
DOMATO STONE AS LOCAL MATERIAL FROM BANGGAI
ISLAND WITH ADEDTIVE BNA BLAND PERTAMINA

Firdaus Chairuddin
1
; Wihardi Tjaronge
2
; Muhammad Ramli
3
; Johannes Patanduk
4

1Graduate Doctor Programe Civil Enginering Dept. Hasanuddin University Indonesia Tlp: 0411 871038,
Email: Firdauschairuddin@gmail.com
2Professor Civil Enginering Dept. Hasanuddin Univercity Indonesia Tlp: 0811-879100.
Email:Tjaronge@yahoo.co.jp
3Associated Professor Civil Enginering Dept. Haanuddin Univercity Indonesia Telp.0811-879100. Email:
ramli@unhas.ac.id
4Associated Professor Civil Enginering Dept. Hasanuddin Univercity Indonesia Telp.0811-879100. Email:
patandukjohannes@yahoo.ac.id

ABSTRACT
The lot deposit of Domato Stone as local material from sea location in Banggai island in half Sulawesi of. This
study is aimed to measure the coefficient of permebility using the constanthead permeability test at
transportation laboratory Hasanuddin University. The test included horizontal and vertical permeability. Indirect
Tensile Strength 0.0673 for asphalt quality 3% and Indirect Tensile Strength 0.2370 for asphalt quality 5%.
Cantabro test, loss weight 77.10 for asphalt quality 3% and loss weight 9.70 for asphalt quality 5%. Vertikal test
Permeability (binamarga 4.85 ml/s, Australia 5 ml/s, British 5.10 ml/s). Horizontal test Permeability (binamarga
4.89 ml/s, Australia 4.75 ml/s, British 4.81 ml/s). Based on the Scanning Electron Microscope (SEM) can be
seen the microstructure and content of chemical elements present in the porous asphalt which prove that all
elements of the liquid asbuton and concrete waste can blend and bind well.

Key words : Domato stone, Bna Bland Pertamina Cantabro Loss, Indirect Tensile Strength, X-RD and SEM.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
40
ANALISA TEKNIS PEMANFAATAN CORN METHYL
ESTHER SEBAGAI SUBTITUSI MARI NE DI ESEL OI L (MDO)
PADA MOTOR DIESEL

Heni Siswanti
1
, Aguk Zuhdi M.F
2
dan I Made Ariana
2


1
Jurusan Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan, PPSTK-ITS, henoy_14@yahoo.co.id
2
Jurusan Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan PPSTK-ITS

ABSTRAK
Kebutuhan bahan bakar untuk transportasi dan industri yang semakin meningkat, mendorong manusia untuk
mengupayakan sumber energi terbarukan, salah satunya adalah penggunaan bahan bakar nabati. Salah satu
bahan nabati tersebut adalah minyak jagung yang ditransesterifikasi untuk mendapatkan senyawa methyl esther
sebagai biodiesel. Biodiesel umumnya digunakan sebagai subtitusi bahan bakar fosil, dengan cara dicampurkan
dengan perbandingan tertentu. Pencampuran dilakukan agar biodiesel dapat digunakan pada motor diesel
konvensional tanpa perlu modifikasi atau perlakuan khusus.
Pada penelitian ini senyawa ester hasil transesterifikasi minyak jagung (corn methyl ester) dicampurkan ke
marine diesel oil (MDO) dengan perbandingan tertentu. MDO adalah bahan bakar diesel yang umum digunakan
pada motor penggerak kapal. Sebelum dicampurkan biodiesel terlebih dahulu dianalisa karakteristiknya. Dari
proses ini diketahui corn methyl esther memiliki karakteristik cetane number 75, flash point 178oC, nilai kalor
9277 Cal/gr dan pada temperatur 40
o
C memiliki viskositas 4,34 cst. Corn methyl esther memiliki karakteristik
cetane number yang relatif tinggi, viskositas yang cukup rendah, dan nilai kalori yang memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Karakteristik flash point corn methyl esther relatif tinggi, sehingga untuk dapat
digunakan pada motor diesel konvensional sebaiknya dicampurkan atau dijadikan subtitusi bahan bakar fosil,
sehingga tidak memerlukan modifikasi pada motor diesel.
Selanjutnya, biodiesel campuran MDO dengan kadar corn ethyl esther 5% (B5) dan 10% (B10) diuji cobakan
pada motor diesel untuk mengetahui karakteristik unjuk kerja. Uji coba dilakukan dengan variasi putaran motor
dan variasi pembebanan. Proses pencampuran corn methyl esther dan MDO dapat dilakukan pada temperatur
kamar, tanpa memerlukan pemanasan. Sehingga corn methyl esther dapat dicampur langsung dengan MDO
dengan prosentase 5% (B5) dan 10% (B10). Karakteristik unjuk kerja motor diesel yang meliputi daya motor,
torsi, sfoc dan efisiensi thermal pada penggunaan bahan bakar biodiesel B10 secara umum lebih baik daripada
karakteristik unjuk kerja pada penggunaan biodiesel B5.

Kata kunci: biodiesel, corn methyl ester, MDO, karakteristik, unjuk kerja














Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
41
PEMBEBANAN JARINGAN JALAN PERKOTAAN
YOGYAKARTA

J.Dwijoko Ansusanto
1
, Ahmad Munawar
2
,
Sigit Priyanto
3
, Bambang Hari Wibisono
4


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, email: dwiyoko@mail.uajy.ac.id
2
Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: munawarugm@yahoo.com
3
Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: spriyanto2007@yahoo.co.id
4
Gurubesar Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, email: bhw2001au@yahoo.com

ABSTRAK
Pergerakan kendaraan dari satu titik ke titik yang lain mencerminkan pegerakan orang. Jaringan jalan
merupakan penyediaan layanan yang dibatasi oleh kapasitas. Optimasi terhadap kebutuhan pergerakan dan
kapasitas layanan menjadi titik perhatian dari perencana transportasi. Matriks asal tujuan merupakan gambaran
dari pergerakan orang dan barang. Pembebanan jaringan jalan merupakan salah satu parameter yang dengan
mudah dipergunakan untuk mengukur kinerja jaringan jalan. Metode pendekatan yang dilakukan pada kajian ini
adalah berupa analisis perjalanan asal-tujuan dari orang yang melakukan perjalanan di perkotaan Yogyakarta.
Hasil yang diperoleh berupa peta beban ruas-ruas jaringan jalan di seluruh perkotaan aglomerasi Yogyakarta
disertai parameter penting berupa perbandingan volume dengan kapasitas.

Kata kunci: pembebanan, kapasitas, pergerakan, asal-tujuan




















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
42
ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API
SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO YOGYA

Wahju Herijanto dan Bayu Rosida Sumantri.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111,E-mail: herijanto@ce.its.ac.id
ABSTRAK

Dalam naskah ini, Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta
mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya Solo, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari
tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan
hanya dengan rute Yogya Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar
dua daerah tersebut. Dalam melayani rute antar kota Kereta Api Sriwedari mengangkut penumpang duduk dan
berdiri, sedangkan sebagai kereta antar kota yang jarak tempuhnya tergolong jauh, seharusnya seluruh
penumpang terangkut duduk. Untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan
Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang
diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan kenyamanan
tempat duduk dan berdiri.
Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai nilai dari kinerja kereta api Sriwedari
berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu
tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi
untuk menentukan diterima atau tidaknya keterlambatan pada kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor
dan kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic.
Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk
arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah
Yogyakarta sebesar 3 menit, dan untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta
Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu
tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan
waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka kenyamanan untuk ruang duduk 0,203 m2/space.
Kapasitas kereta api apabila seluruh penumpang duduk sebesar 340 penumpang. Load factor per kereta
tertinggi dengan kapasitas 340 penumpang untuk arah Solo dengan load factor sebesar 113%. Dengan nilai load
factor yang melebihi 100% maka dilakukan perhitungan kapasitas apabila ditambah 2 gerbong yaitu 476
penumpang, sehingga didapat nilai load factor per kereta tertinggi 70%.

Kata kunci: Kinerja, Load factor, Sriwedari Ekspress, Waktu tempuh, Waktu tunda.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
43
MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN
RAYA DARMO SURABAYA


Wahju Herijanto
1
dan Zuhri Muhis
1

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: herijanto@ce.its.ac.id; z.dponk90@gmail.com

ABSTRAK
Surabaya sedang menyongsong keberadaan angkutan massal berbasis rel. Salah satu jalurnya adalah trem listrik
yang melalui median jalan Raya Darmo yang berpotensi menayempitkan jalur lalulintas sehingga apabila tidak
didampingi kiat-kiat traffic management maupun transport demand management akan mengakibatkan
kemacetan. Dalam studi ini ingin diketahui dampak adanya jalur trem terhadap kinerja lalulintas di jalan
tersebut dengan skenario tanpa atau dengan traffic management dan transport demand management .
Kondisi lalu lintas sebelum dan setelah adanya trem dapat dilakukan dengan mengurangi arus lalu-lintas pada
kondisi puncak yang dikalikan dengan probabilitas perpindahan angkutan pribadi ke trem sebagai demand trem
sebesar 20 %, serta pengurangan lajur untuk trem kemudian dilakukan traffic management. Traffic Demand
Management (TDM) dilakukan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan beberapa syarat sehingga
akan terjadi pengurangan volume lalu lintas sebesar 35%.
Derajat Kejenuhan (DS) di Jalan Raya Darmo pada simpang, ruas dan jalinan sebelum dan sesudah adanya trem
nilainya rata-rata diatas 0,75 dan setelah dilakukan manajemen lalu lintas nilainya DS<0,75 sedangkan untuk
manajemen u-turn diperlukan rambu lampu lalu lintas menggunakan detector agar tidak terjadi konflik dengan
trem dengan indikator nilai waktu tunggu serta headway trem.

Kata kunci: Manajemen Lalu Lintas, Trem, Raya Darmo, Transport Demand Management



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
44

PENGARUH PENAMBAHAN WETFI X-BE TERHADAP
KETAHANAN PENGELUPASAN DAN ALUR PADA
CAMPURAN PANAS BETON ASPAL LAPIS AUS ASBUTON
(AC-WC ASB)

Arief Setiawan
1
, Ratnasari Ramlan
2
dan Moh Yani
3


1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:rief_mt@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, email:-
3
Mahasiswa S1 JurusanTeknik Sipil Universitas Tadulako , email:-

ABSTRAK
Kerusakan jalan yang sering terjadi umumnya adalah kerusakan akibat pengelupasan (stripping) dan alur
(rutting). Dengan memanfaatkan material dalam negeri yakni asbuton butir dengan deposit mencapai 350 juta
ton dan meanfaatkan bahan additive wetfix-be maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan wetfix-be terhadap ketahanan pengelupasan dan alur dari lapis permukaan perkerasan.
Penelitian dilakukan dengan menentukan campuran lapis aus perkerasan asbuton butir pada kondisi yang
terlemah untuk nilai stabilitas sisa tetapi masih memenuhi spesifikasi. Campuran perkerasan tersebut adalah
campuran dengan kandungan asbuton butir 6% kemudian diberikan variasi wetfix-be sebesar 0% (sebagai
kontrol), 0,2%, 0,4%, dan 0,6% dariberataspal. Pengujian ketahanan alur menggunakan alat Indirect Tensile
Strength (IDT-Strength)dengan memodifikasi alat marshall, sedangkan pengujian ketahanan pengelupasan
digunakan pengujian Immersion-Compression Test dengan alat Universal Testing Machine (UTM) untuk
menentukan Indeks Retained Strernght (IRS).
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin besar penambahan wetfix-be akan meningkatkan ketahanan terhadap
pengelupasan (rutting) tetapi tidak dengan ketahanan terhadap alur. Namun demikian ketahanan alur yang
menurun tersebut masih dalam rentang kondisi yang sangat baik berdasarkan kriteria Christensen (2004).
Penambahan wetfix-be optimum pada kadar 0,254% terhadap berat aspal.

Kata kunci: Asbuton, wetfix-be,lapis aus, alur, pengelupasan.









Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
45
FEKTIFITAS JARINGAN JALAN MAMMINASATA (STUDI
KASUS PENYEMPITAN PADA RUAS JALAN LINGKAR
MAMMINASATA)

Yusuf Harun
1
, Wihardi Tjaronge
2
, Sakti Adji Adisasmita
3
; Nur Ali
4


1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknis Universitas Hasanuddin Makassar. 0411-871038.
Email: yusufharun_27@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.
0811-879100. Email: tjaronge@yahoo.co.jp
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.
0811-879100. Email : adjisasmitha@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp.
0811-879100. Email : nurali@yahoo.com

ABSTRAK
Dari hasil analisa dan perhitungan pada kondisi jalan menyempit diperoleh analisa regresi untuk koefisien
determinasi, baik pada metode Greenshield (R2 = 0.5519), Greenberg (R2 = 0.5415), and Underwood (R2 =
0.5504), lebih besar dibandingkan pada kondisi jalan normal (Greenshield R2 = 0.405, Greenberg R2 = 0.4163,
and Underwood R2 = 0.4092) ataupun pada kondisi pertemuan jalan normal dan menyempit. (Greenshield R2 =
0.4498, Greenberg R2 = 0.4999, and Underwood R2 = 0.4182). Ini artinya pasangan data arus dan kecepatan
pada kondisi jalan menyempit lebih menggambarkan kondisi berbagai kerapatan dari yang kecil hingga yang
besar. Kerapatan ruang rata-rata pada arus bebas pada model Greenshield dan model Underwood memberikan
hasil yang hampir sama pada kondisi penggal jalan yang sama meskipun terjadi selisih pada nilai arus
maksimum dan kerapatan, hal ini disebabkan karakteristik lokasi lebih cocok menggunakan model Greenshield
dan Underwood dibandingkan dengan model Greenberg. Pada kondisi penggal jalan menyempit diperoleh hasil
Greenshield : (Uf = 56.96 Km/jam; Dj = 71.46 smp/km; Vmaks = 1017.51 smp/jam/arah), Underwood : (Uf =
60.58 Km/jam; Dm = 50 smp/km; Vmaks = 1114.23 smp/jam/arah), sementara pada model Greenberg (Um
=15.39 Km/jam; Dj = 276.28 Smp/Km;Vmaks = 1564.43 smp/jam/arah). Gelombang kejut yang diperoleh pada
model Greenshield, terjadi pada lima periode pada saat demand melebihi kapasitas yaitu pada jam: 08.05-08.15
-2.49 km/jam), 08.45- - 1.42 km/jam), 10.35- -1.32 km/jam), 15.20- -
2.65 km/jam), 16.20- -2.42 km/jam), sedangkan pada model Underwood terjadi gelombang kejut
pada tiga perode waktu yaitu pada jam: 08.05- -0.0189 km/jam), 15.25-
16.20- -masing terjadi selama 13
menit 28 detik, 5 menit 1 detik, 26 menit 26 detik, 10 menit 29 detik dan 10 menit 3 detik, sedangkan pada
model Underwood lama antrian masing-masing terjadi selama 5 menit 9 detik, 5 menit 6 detik, 5 menit 10
detik.

Kata Kunci : arus, kecepatan, kerapatan lalu lintas
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
46

ASSESSMENT TO A MAX-PLUS ALGEBRA POWER
OPERATION ON UN-WEIGHTED TANSPORTATION
NETWORK MODEL OF ITS BEHAVIOR, CONNOTATION
AND UTILIZATION

Hitapriya Suprayitno
1
, Indrasurya B. Mochtar
2
, Achmad Wicaksono
3

1
Doctorate Student, Civil Engineering Department, Institute of Technology Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya,
e-mail : suprayitno_hita@yahoo.com.
2
Professor,Civil Engineering Department, Institute of Technology Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
3
Lecturer, Civil Engineering Department, Brawijaya University, Malang.

ABSTRACT
Transportation network quality assessment is pre-requisite for managing a transportation system. Max-Plus
Algebra matrix power operation seems potential to be used to calculate the network quality indicator.
The objectives of this present research is to investigate the behavior, the connotation and the utilization potential
of Max-Plus Algebra matrix power operation on un-weighted transportation network model.
The results show that the cell values of a p powered matrix indicate the number of links of p steps connections
among all pairs of nodes. Hence, the powered matrix can be used to indicate the connectivity condition of the
network. A (N-1) power is needed to investigate the overall network connectivity.

Keywords : Max-Plus Algebra, un-weighted transportation network model, Max-Plus Algebra powered matrix
behavior, Max-Plus Algebra powered matrix connotation, Max-Plus Algebra powered matrix utilization
potential.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
47

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU INELASTIK PADA
SISTEM RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK
MENGGUNAKAN LINK WF DAN TUBULAR DENGAN
METODE PERFORMANCE BASED DESI GN
Abdul Somad
1
, Budi Suswanto
2
, Hidayat Sugihardjo
3


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp
031-5946094, email: somad17_s45@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5946094, email: budi_suswanto@ce.its.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email:
hidayat@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Gempa tektonik dahsyat yang mengguncang pulau Indonesia, yang berpusat pada Tasikmalaya, bukanlah gempa
yang pertama dan kemungkinan besar bukan yang terakhir, karena wilayah nusantara diapit oleh lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi tersebut memberikan informasi bagi perencana
dan pemilik bangunan bahwa gedung yang akan dibangun harus dapat mengantisipasi resiko akibat gempa yang
terjadi baik korban jiwa maupun resiko finansial. Untuk mengantisipasi resiko tersebut, maka struktur tersebut
harus mampu menahan gempa.
Pada perencanaan stutur baja tahan gempa, didapatkan sistem EBF yang memiliki kinerja yang lebih baik yang
ditunjukkan dari base shear, jumlah kerusakan elemen, displacement lateral dan drift ratio yang lebih kecil juga
ditunjukkan dengan daktilitas dan disipasi energi yang lebih besar. Sehingga cocok dalam mengatasi beban
seismik.
Perencanaan performance based seismic design, yang memanfaatkan teknik analisa non-linier berbasis
komputer untuk menganalisa perilaku inelastis struktur dari berbagai macam intensitas gempa, sehingga dapat
memperkirakan berapa besar life, occupancy dan economic loss yang akan terjadi.
Studi ini dimaksudkan untuk membandingkan perilaku dan performa sistem rangka EBF tubular link dan WF-
link dengan metode performance based desain lalu dilakukan studi perilaku struktur dengan megambil portal
paling bawah menggunakan bantuan software abaqus sehingga diperoleh sistem EBF dengan tubular link
memiliki kinerja yang lebih baik ditunjukkan dengan base shear, jumlah kerusakan elemen, displasemen lateral
dan drift ratio yang lebih kecil, juga ditunjukkan dengan daktilitas yang lebih besar daripada EBF dengan WF-
Link.

Kata kunci : perilaku inelastik, eccentrically braced frame, performance based design, time history, beban
nonlinier gempa

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
48

STUDI KETAHANAN BALOK BETON BERTULANG PASKA
LELEH DIPERKUAT LEMBARAN GFRP AKIBAT BEBAN
FATIK

Arbain Tata
1
, Rudy Djamaluddin
2
, Herman Parung
3
, dan

M. Wihardi Tjaronge
4
1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin/ Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas
Khaerun Ternate, email : arbatata@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : rudy0011@hotmail.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : herman_parung@hotmail.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, e-mail : tjaronge@yahoo.co.jp

ABSTRAK
Struktur yang telah mengalami penurunan kapasitas sebagai akibat dari usia struktur, korosi, kelebihan beban
akibat gempa, pembebanan fatik akan mengalami penurunan kekuatan yang siknifikan sehingga mesti diganti
atau diretrofit. Salah satu pertimbangan yang mendasari orang melakukan retrofit adalah faktor biaya, waktu dan
perijinan mendirikan bangunan yang rumit. Dari segi biaya, melakukan retrofit lebih murah dibanding
mendirikan bangunan baru. Sudah tentu metode retrofit cukup realistis dilakukan sehingga dapat meniadakan
kelemahan-kelemahan tersebut. Bahan GFRP-S merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam
perkuatan struktur beton bertulang karena: murah, ringan, tahan korosi dan kekuatan yang tinggi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban fatik terhadap kapasitas lentur balok beton bertulang dan
mengetahui efek perkuatan menggunakan GFRP terhadap ketahanan pada pembebanan fatik balok beton
bertulang berskala penuh (full-scale) dengan ukuran 300x500x6000 mm sebanyak 4 benda uji. Perilaku lentur
balok uji dalam menerima pembebanan fatik menunjukkan perilaku lelah balok uji dengan beban berulang yang
lebih kecil antara 1560 % dari beban ultimate pembebanan statik. Pada kondisi ini, diperoleh nilai lendutan
pada pembebanan fatik lebih besar dibandingkan pada pembebanan statik. Perkuatan GFRP menunjukkan
terjadinya peningkatan kapasitas balok uji. Persentase peningkatan kekuatan pembebanan statik dengan
perkuatan GFRP sebesar 4.4 %. Sementara persentase peningkatan kekuatan pada pembebanan fatik 75 kN
sebesar 4.7%, pembebanan 167.5 kN sebesar 4.2%, dan pembebanan 260 kN sebesar 2.9%.

Kata Kunci: beban fatik, GFRP-S, kapasitas lentur balok beton bertulang
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
49
PERILAKU ELEMEM BALOK KOLOM KASTELLA AKIBAT
BEBAN BOLAK BALIK

Junus Mara
1
, Herman Parung
2
, Jonie Tanijaya
3
dan Rudy Djamaluddin
4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp
081343711314, email : mara.junus@gmail.com
2
Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp 0411 587635,
email : hermanparung@yahoo.com.
3
Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 13, Telp
0411 588091, email : depeka@indosat.net.co.id
4
Dosen JurusanTeknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Telp 0411 587635,
email : rudy0011@hotmail.com
ABSTRAK
Berat struktur sangat mempengaruhi beban gempa pada suatu bangunan bertingkat. Material baja jauh lebih
ringan dibandingkan dengan material struktur lainnya serta sifat-sifat yang menguntungkan sehingga lebih
cenderung digunakan bangunan bertingkat. Untuk meningkatkan kemampuan penampang dari suatu baja solid
serta kebutuhan jalur instalasi dikembangkan profil baja kastella. Penelitian tentang perilaku balok dan kolom
kastella dengan pembebanan monotonik telah banyak dikembangkan oleh para peneliti. Namun untuk
mengetahui perilaku balok kastella dengan sudut dan panjang bukaan optimal yang akan digunakan pada
gedung bertingkat yang diperhitungkan terhadap beban gempa sangat diperlukan.Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan profil IWF 200 x 100 x 6 x 8 yang diproduksi menjadi balok kastella dengan tinggi
bukaan 0.6 D. Penelitian pendahuluan untuk mendapatkan sudut bukaan dan jarak bukaan optimal pada balok
dan kolom dengan beban monotonik merupakan rangkaian dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku dari balok kolom kastella dengan atau tanpa perkuatan yang diberi beban bolak balik
(siklik) sehingga diperoleh suatu rumusan perencanaan balok kolom kastella yang diperuntukkan memikul
beban gempa.

Kata kunci : baja, kastella,balok kolom, siklik

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
50
PENGARUH LINGKUNGAN LAUT TERHADAP
EFEKTIFITAS GFRP SHEET SEBAGAI BAHAN PENGUAT
ELEMEN LENTUR

Mufti Amir Sultan
1
, Rudy Djamaluddin
2
, Herman Parung
3
dan
M. Wihardi Tjaronge
4


1
Mahasiswa program Doktor Teknik sipil Universitas Hasanuddin dan dosen prodi teknik sipil, Universitas
Khairun, email: muftiasltn@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:rudy0011@hotmail.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:hermanparung@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Univesritas Hasanuddin, email:tjaronge@yahoo.co.jp

ABSTRAK
Struktur yang dibangun pada lingkungan agresif, seperti di laut atau di lingkungan laut perlu diperhatikan lebih
baik. Karena dengan adanya beban lingkungan yang diakibatkan oleh penetrasi ion kholrida yang dikandung
oleh air laut yang masuk ke dalam beton. Salah satu cara untuk mengurangi penurunan kekuatan struktur pada
lingkungan laut adalah dengan cara teknik perkuatan dengan menggunakan material yang tahan terhadap ion
klorida, Salah satu bahan perkuatan tersebut adalah material komposit dengan bahan dasar serat dan plastic
yang dikenal dengan nama Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP) yang direkatkan pada permukaan komponen
beton yang diperkuat dengan bantuan perekat epoxy. Pada penelitian ini digunakan 60 sampel balok lentur
dimana tiga sampel sebagai balok normal tanpa perkuatan, sisanya diperkuat dengan GFRP dan diletakkan pada
lima titik selama enam dan sembilan bulan. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa balok beton dengan
perkuatan GFRP-S (BNF) mengalami peningkatan kuat lentur bila dibandingkan dengan balok tanpa perkuatan
(BN). Peningkatan rata-rata yang terjadi sebesar 84.21%. Setelah sampel terekspos lingkungan laut selama 6
bulan akan mulai terlihat pengaruhnya dalam hal penurunan kapasitas momen dari balok yang diperkuat dengan
GFRP. Bahwa pada masing-masing lokasi yang berdasarkan lama waktu terekpos sampel dengan lingkungan,
dapat disimpulkan bahwa sampel yang terletak di dalam laut dan 0 m dari laut (tepi pantai) terjadi penurunan
kapasitas momen antara 33% s.d 35% sedangkan untuk lokasi dengan jarak >250 m dari laut penurunan
kapasitas momen antara 19% s.d 26%. Ini memperlihatkan bahwa untuk daerah yang lebih dekat ke laut
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam hal penurunan kapasitas lentur dari balok.

Kata kunci: lingkungan laut, GFRP, kuat lentur


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
51
PENINGKATAN KEKUATA KOLOM BERONGGA UNTUK
MEMIKUL BEBAN MAKSIMUM

Safrin Zuraidah
1
, Ikhsan
2
, K Budihastono
3

1
Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya safrini@yahoo.com
2
Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya, ikhsan@yahoo.com
3
Prodi Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya, budihastono@gmail.com
ABSTRAK
Menurut SNI 03 2847 2002 menyatakan bahwa saluran dan pipa, bersama kaitnya, yang ditanam pada
kolom tidak boleh menempati lebih dari 4% luas penampang yang diperlukan untuk kekuatan atau untuk
perlindungan terhadap kebakaran. Pada penelitian sebelumnya, dengan rongga 4,5% dari luas penampang tanpa
tulangan dengan benda uji silinder 15x30 cm yang menyebabkan penurunan kuat tekan dari beton tersebut 29% ,
melebihi ketentuan dari SNI maka pengaruh lubang perlu diperhitungkan terhadap kekuatannya. Tujuan dari
penelitian ini mengetahui besar kuat tekan kolom beton dengan adanya rongga di dalamnya dengan memasang
tulangan geser model Rectanguler dan Spiral. Metode penelitian ini menggunakan kolom berongga 4,5% luas
penampang dengan menambah sengkang dan tulangan memanjang guna meningkatkan kekuatan tekan kolom
struktur dengan model sengkang rektanguler / persegi dan spiral untuk memikul beban maksimum. Ukuran
benda uji kolom 200x200x600 mm, jumlah benda uji 12 buah kolom berongga , pengujian dilakukan pada
umur 28 hari.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pada perhitungan teoritis kuat tekan kolom beton berongga dengan
sengkang spiral lebih besar 3,03% di bandingkan sengkang rectanguler, sedangkan hasil pengujian
laboratorium menyatakan kuat tekan kolom dengan sengkang spiral lebih besar 2,92% dibandingkan
rectanguler.. Kesimpulan, sengkang model spiral lebih kuat memikul beban tekan pada kolom berongga bila
dibandingkan model rectanguler dan kebutuhan tulangan geser (sengkang) model spiral lebih ekonomis 8%
dibandingkan model rectanguler .

Kata kunci : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
52

PEMODELAN DENGAN PROGRAM BERBASIS ELEMEN
HINGGA DALAM ANALISA PERILAKU PELAT BETON
BERTULANG KETIKA TERKENA API

Wahyuniarsih Sutrisno
1
dan Endah Wahyuni
2


1
Institut Teknologi Sepuluh Nopember , email:niar1206@gmail.com
2
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:endah@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Namun dalam perencanaan struktur
gedung beton bertulang beban api belum dimasukkan sebagai salah satu beban yang diperhitungkan. Padahal
jika melihat kenyataan yang ada, beban api juga dapat menjadi beban yang membahayakan bagi pengguna
gedung tersebut. Dengan memasukkan unsur api dalam suatu desain gedung maka akan diketahui perilaku serta
berapa lama suatu gedung dapat bertahan bila menerima beban api tertentu.
Pada penelitian ini elemen yang ditinjau adalah pelat beton bertulang satu arah. Pelat tersebut akan dimodelkan
dalam program berbasis elemen hingga. Pemodelan akan dilakukan secara 3D dan 2D. Pelat akan dibebani
dengan beban api standar sesuai dengan ISO 834. Selain itu pelat juga akan dibebani dengan beban luar sebesar
10.59 KN/m. Analisa yang digunakan dalam pemodelan ini adalah Heat Transfer Analysis dan Coupled
Tempereature-Displacement Analysis. Kedua jenis aalisa ini dilakukan untuk mengetahui suhu dan
displacement yang terjadi. Setelah dilakukan pemodelan maka hasil pemodelan akan divalidasi dengan hasil
eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya. Validasi yang dilakukan meliputi penurunan kekuatan, defleksi
dan temperatur yang terjadi.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan bahwa suhu yang dihasilkan pada pemodelan Abaqus
menghasilkan perbedaan mencapai 15 % bila dibandingkan dengan hasil eksperimental sedangkan defleksi yang
didapatkan dari hasil pemodelan mengalam perbedaan hingga 3% bila dibandingkan dengan eksperimen.
Perbedaan yang terjadi antara hasil eksperimental maupun pemodelan terjadi karena aumsi yang digunakan
dalam pemodelan tidak bias 100 % sama dengan ekperimental. Hal tersebut disebabkan infornmasi yan terbatas
mengenai eksperimental yang dilakukan.
Kata kunci: Program Berbasis Elemen Hingga, Api, Pelat Beton Bertulang, Pemodelan 2D dan 3D

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
53

EVALUASI KERENTANAN BANGUNAN AKIBAT
PENGARUH GEMPA (STUDI KASUS GEDUNG-GEDUNG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN)

Yanuar Haryanto
1
, Nanang Gunawan Wariyatno
2
dan Prisca Evelyn Yulianita
3


1
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: yanuar_haryanto@yahoo.com
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: nanang_g@yahoo.com
3
Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman email: prisca_evelyn@yahoo.com

ABSTRAK
Purwokerto dan Purbalingga berada di wilayah gempa 3. Gedung Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman terletak di Purwokerto dan Purbalingga, meliputi Gedung A Jurusan Teknik, Gedung B
Jurusan Teknik, Gedung C Jurusan Teknik, Gedung D Jurusan Teknik, Gedung E Jurusan Teknik, Gedung
Jurusan MIPA, dan Gedung Jurusan Perikanan dan Kelautan. Untuk mengetahui kerentanan gedung Fakultas
Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman terhadap gempa dilakukan evaluasi menggunakan metode
Rapid Visual Screening dan evaluasi tingkat 1 berdasarkan FEMA 310. Rapid Visual Screening merupakan
suatu metode yang dapat digunakan sebagai evaluasi tahap awal untuk memeriksa kerentanan bangunan
terhadap gempa dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah. Kajian dilakukan dengan mengisi formulir
pengumpulan data dan menjumlahkan skor akhir. Kesimpulan didapat dengan membandingkan skor akhir
dengan cut off sebesar 2. Apabila skor akhir kurang atau sama dengan 2, maka gedung tersebut memerlukan
evaluasi tingkat 1. Tujuan dari evaluasi tingkat 1 adalah untuk mengidentifikasi defisiensi potensial gedung.
Evaluasi tingkat 1 terdiri dari 3 kumpulan daftar pemeriksaan yang meliputi evaluasi cepat dari struktural,
nonstruktural, dan elemen fondasi/geologi yang beresiko dari bangunan dan kondisi lapangan. Apabila terdapat
defisiensi potensial pada gedung saat evaluasi tingkat 1, evaluasi detail yang lebih lanjut direkomendasikan
untuk dilaksanakan. Gedung A Jurusan Teknik, Gedung B Jurusan Teknik, Gedung C Jurusan Teknik, Gedung
D Jurusan Teknik, Gedung Jurusan MIPA, dan Gedung Jurusan Perikanan dan Kelautan memiliki skor akhir
Rapid Visual Screening yang lebih dari 2 sehingga tidak memerlukan analisis tahap 1. Gedung E Jurusan Teknik
dievaluasi menggunakan Rapid Visual Screening dan evaluasi tahap 1 karena skor akhir dari gedung tersebut
kurang dari 2. Terdapat pernyataan Not Compliant (NC) pada pemeriksaan struktural dan nonstruktural Gedung
E. Sehingga evaluasi detail yang lebih lanjut direkomendasikan untuk dilaksanakan pada gedung tersebut.

Kata kunci: evaluasi, kerentanan banguan, rapid visual screening, gempa


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
54
PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG YANG
BERISI STYROFOAM

Yasser
1
, Rudy Djamaluddin
2
, M. Wihardi Tjaronge
3
, dan Herman Parung
4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: yasser_7727@yahoo.com
2
Lektor Kepala, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : rudy0011@hotmail.com
3
Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : tjaronge@yahoo.co.jp
4
Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : herman_parung@hotmail.com



ABSTRAK
Telah diketahui bahwa penampang beton pada sisi tertarik diabaikan dalam pemikulan tegangan. Oleh karena itu
sangat beralasan jika bagian balok beton pada daerah tarik diminimalkan kemampuan tegangan tekannya dengan
penambahan bahan butiran Styrofoam. Bahan beton yang diisi dengan butiran Styrofoam selanjutnya disebut
dengan Styrofoam Filled Concrete (SFC). Pemanfaatan bahan Styrofoam sebagai pengisi diharapkan dapat
mengurangi penggunaan aggregate alam dan juga untuk mengurangi berat dari struktur. Styrofoam sebagai
limbah dapat digunakan sebagai pengisi untuk mengurangi volume beton, terutama untuk daerah dimana
penampang beton tidak diabaikan dalam disain. Sebagai usaha untuk mempelajari kekuatan lentur balok beton
bertulang yang menggunakan bahan SFC, maka dilakukan serangkaian pengujian. Bahan uji berupa balok
dengan dimensi 15 cm x 20 cm x 270 cm dengan mutu beton normal 26 MPa. Bahan uji terdiri dari balok beton
bertulangan normal dan balok beton bertulangan sistem rangka dengan bahan SFC pada penampang tarik. SFC
yang digunakan terdiri dari tiga variasi yaitu SCF dengan kandungan volume Styrofoam 30%, 40% dan 50% .
Bahan uji balok selanjutnya diletakkan diatas tumpuan sederhana dan dibebani dengan dua beban terpusat pada
tengah bentang. Hasil pengetesan menunjukkan bahwa balok beton bertulang normal memiliki kapasistas
maximum sebesar 36.7 kN, sementara balok beton bertulang tanpa beton pada daerah tarik memiki kapasitas
maksimum sebesar 30.6 kN. Pada bahan uji yang menggunakan tulangan sistem rangka tanpa beton pada daerah
tarik memiliki kapasitas maksimum sebesar 35.8 kN dimana mendekati kapasistas maksimum balok beton
bertulang normal. Akan tetapi balok beton bertulang tanpa beton pada daerah tarik akan rawan terhadap proses
pengakaratan dan bahaya kebakaran. Oleh karenanya bahan beton SFC digunakan pada daerah tarik untuk
melindungi baja tulangan. Hasil pembebanan pada balok beton bertulang dengan bahan SFC pada daerah tarik
untuk kandungan styrofoma 30%, 40% dan 50% memiliki kapasistas maksimum masing-masing sebesar
33.8kN, 31 kN dan 29 kN. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan SFC pada daerah tarik
menunjukkan kapasitas yang mendekati balok beton bertulangan normal.

Kata kunci: Kekuatan lentur, Balok beton berlapis,, Tulangan luar, Beban monotonik

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
55
PERILAKU PENGGUNAAN MODEL STRUKTUR
PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT-AND-TI E MODEL)
PADA BALOK BETON MUTU NORMAL UNTUK TINGGI
BALOK 1500 MM.

Agus Sugianto
1
, Andi Marini Indriani
2

1
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: agus.fadhil@yahoo.co.id
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: marini_sabrina@yahoo.com.sg

ABSTRAK
Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya dalam yang berhubungan
dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode ini dibuat berdasarkan model kuda-kuda sederhana
dengan memberi penekanan pada penyaluran dan distribusi beban dalam struktur dan dapat diaplikasikan pada
struktur bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model sesuai untuk digunakan menganalisis
dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis gaya yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi
dengan berdasarkan pada teori keseimbangan desain plastis. Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah
dimana teori balok tidak tepat diterapkan. Daerah-daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D-
regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model, analisa D-region pada elemen struktur dapat lebih mudah
dilakukan dimana keadaan tegangan yang terjadi diidealisasikan sebagai strut dari beton, tie dari baja dan
daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada
struktur balok tinggi beton bertulang dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991).
Pengujian dilakukan terhadap balok tinggi (deep beam) mutu normal dengan test uji tekan sampai mengalami
keruntuhan. Model dibuat secara 3D setengah bentang simetris dengan bantuan program komputasi ANSYS ED
versi 9.0. Model ini diharapkan mampu menggambarkan defleksi, keretakan dan kehancuran yang terjadi
terhadap beban ultimit dengan variasi strut-and-tie model, yaitu: model 1: Strut-and Tie sederhana dua tulangan
diagonal, model 2: Strut-and-tie tulangan diagonal truss simetris, model 3: Strut-and Tie tulangan diagonal
Truss rangka batang. Analisis model dilakukan pada tinggi balok h= 1500 mm, sudut inklinasi () < 65
o
dan >
65
o
dengan variasi bentuk Strut-and-Tie Model untuk mengetahui kapasitas lentur ultimit, bebandeformasi,
daktilitas, perilaku tegangan, regangan, dan pola retak.
Hasil analisis model elemen hingga menggunakan bantuan program komputasi ANSYS Ed.9.0. besarnya geser
ultimit (Vu) pada model balok akan bertambah tergantung dari tipe Strut-and-Tie Model dan sudut inklinasi ()
yang dipergunakan, model yang terbaik untuk semua beban adalah model 3, dengan sudut inklinasi () > 68
o

terjadi peningkatan geser ultimit (Vu) sebesar 15,46% terhadap tipe 1. Pola tegangan yang terjadi berbentuk
bottle shape searah diagonal strut. Nilai daktilitas untuk satu sudut < 45 turun sebesar 27,11%, pada sudut > 45
turun sebesar 55,67 %.

Kata kunci: strut-and-tie model, sudut inklinasi, balok tinggi, pola retak, daktilitas.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
56

ALIKASI EVALUASI CEPAT STRUKTUR BETON
TERHADAP GEMPA PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI
PEKANBARU

Alex Kurniawandy
1
, Andy Hendri
2
dan Muhammad Akbar Muttaqin
3


1
Penulis pertama, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: alexkurniawandy@gmail.com
2
Penulis kedua, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: andyh_pku@yahoo.co.id
3
Penulis kedua, Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau, email: mhd.akbar.muttaqin.07@gmail.com

ABSTRAK
Kota Pekanbaru jika dilihat dari peta Gempa tergolong wilayah gempa rendah, tetapi sewaktu terjadi gempa di
Sumatera Barat ataupun di daerah Sumatera Utara, rambatan gempanya mencapai kota Pekanbaru. Getaran ini
mengakibatkan Gedung-gedung yang berada di kota Pekanbaru bergoyang. Getaran gempa yang mengenai
tanah lunak akan memicu terjadinya perbesaran rambatan getaran gempa, sehingga walaupun sumber gempa
berada jauh dari kota Pekanbaru, akan tetapi getaran gempa juga dapat dirasakan di kota Pekanbaru. Untuk itu
perlu dilakukan evaluasi cepat sebagai cara untuk mendeteksi dini kegagalan struktur yang ada pada bangunan
struktur di Pekanbaru.
Penelitian ini mengambil sampel pada salah satu gedung pemerintahan kota Pekanbaru. Data yang diambil
berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari kegiatan survei, seperti alur beban (load path),
kerusakan beton atau baja tulangan, kerusakan pada dinding pasangan bata, kerusakan pada mortar,
retakan pada dinding pengisi, retakan di kolom batas, sambungan antar dinding, transfer ke dinding geser
dan kolom beton. Sedangkan data sekunder berupa gambar rencana dan data hasil pengujian tanah. Gambar
rencana berisi informasi yang memuat ukuran dan dimensi struktur, seperti balok, kolom, pelat, tinggi
gedung, tulangan, dan lainnya. Data tanah seperti hasil sondir, N-SPT digunakan untuk mengetahui kondisi
tanah apakah berpotensi besar terhadap keruntuhan struktur. Data tersebut dianalisa dengan metode evaluasi
cepat berdasarkan FEMA 310 dan analisis strukturnya dengan menggunakan ETABS.
Secara umum, banyak pernyataan yang memenuhi kriteria. Namun, ditemukan pernyataan yang Not Applicable
dan Non Compliant, sehingga analisa dilanjutkan ke tahap kedua (tier 2). Selain itu, setelah dianalisa dengan
ETABS, akibat pengaruh bukaan di atap sehingga kekakuan struktur berkurang sedemikian mengakibatkan
kurangnya stabilitas gedung dalam menahan gempa. Hasil pengecekan menggunakan ETABS menunjukkan
bahwa: kolom yang tidak ada yang menglami kelebihan beban (Overstrength) dan nilai DCR (Demand Capacity
Ratio) < 2.

Kata kunci: FEMA 310, Evaluasi Cepat, Gempa


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
57

PENGEMBANGAN MODEL SAMBUNGAN BALOK KOLOM
PADA STRUKTUR PORTAL BETON TERKEKANG
BERTULANGAN BAMBU TAHAN GEMPA

B. Sri Umniati
1
, Nindyawati
2
, Sri Murni Dewi
3
dan Agoes S. MD
4


1
Penulis pertama, Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, sriumniati@gmail.com
2
Penulis kedua, Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, snindyawati@yahoo.co.id
3
Penulis ketiga, Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang, srimurnidewi@yahoo.com
4
Penulis keempat, Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang, agoes-s@indo.net.id

ABSTRAK
Keruntuhan struktur bangunan yang terkena beban gempa didominasi oleh keruntuhan pada sambungan balok
kolom. Sementara bagian balok maupun bagian kolom di luar daerah sambungan masih menunjukkan kinerja
yang baik. Karena itu, diperlukan penguatan daerah sambungan balok kolom agar kemampuan struktur menahan
gaya gempa dapat dioptimalkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model
pengangkeran pada daerah sambungan balok kolom struktur portal beton bertulangan bambu tahan gempa.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan penelitian menggunakan
rancangan faktorial tiga pangkat dua. Sejumlah limabelas benda uji sambungan balok kolom diuji secara
eksperimental. Variabel penelitian dipisahkan menjadi dua buah matrik. Pada matriks pertama variabelnya mutu
beton dan jumlah tulangan kolom. Dan pada matriks kedua variabel penelitian adalah mutu beton dan jumlah
angker bambu terpasang. Masing-masing variabel dibuat dalam tiga level, yaitu level rendah, tengah, dan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan pada kapasitas beban maksimum yang dicapai untuk
kenaikan mutu beton, jumlah tulangan kolom, dan jumlah angker yang digunakan. Tetapi pada variabel mutu
beton dan jumlah tulangan kolom, kenaikan ini sesudah dianalisis statistik tidak signifikan. Hanya peningkatan
jumlah angker yang mempunyai kenaikan signifikan pada kapasitas beban lateralnya yaitu sebesar 26,04 % pada
jumlah angker 4 buah (C2), dan 25 % pada jumlah angker 8 buah (C3).

Kata kunci: beton tulangan bambu, angker mekanik, gempa

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
58

KAJI PEREDAMAN VORTEX INDUCED VIBRATIONS PADA
GEDUNG TINGGI MENGGUNAKAN TUNED MASS
DAMPER

Matza Gusto Andika
1,2
, Rianto Adhy Sasongko
3
, Leonardo Gunawan
4


1
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan
Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, matza_136@yahoo.com
2
Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran (LAGG),BPPT, PUSPIPTEK, Serpong,Tangerang Selatan,
Indonesia, matza.gusto@bppt.go.id
3
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan
Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, sasongko@ae.itb.ac.id
4
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Gedung Labtek II Lantai 2, Institut Teknologi Bandung, Jalan
Ganesha 10 Bandung 41032, Indonesia, gun@ae.itb.ac.id


ABSTRAK
Getaran yang terjadi pada gedung dapat menggangu kenyamanan pengguna gedung dan juga dapat
menyebabkan kegagalan lelah pada struktur. Untuk gedung tinggi, selain akibat fenomena seismik, getaran
dapat muncul akibat interaksi antara struktur gedung dengan aliran udara (angin). Salah satu jenis fenomena
getaran akibat induksi gaya aerodinamika pada struktur disebut dengan istilah Vortex Induced Vibration (VIV).
Vortex adalah ulakan udara yang dapat muncul akibat interaksi aliran udara dengan suatu benda yang memiliki
geometri tertentu. Vortex ini membangkitkan gaya aerodinamika yang dapat menginduksi getaran pada struktur,
terutama jika frekuensi vortex dekat dengan salah satu frekuensi alami gedung. Makalah ini mengkaji fenomena
VIV pada model gedung tinggi secara eksperimental dan cara pengurangan getaran model gedung akibat VIV
dengan menerapkan sistem Tuned Mass Damper (TMD). Kajian dimulai dengan membuat model gedung yang
dirancang untuk memiliki frekuensi alami pertama 4.1 Hz yang akan mengalami VIV dalam terowongan angin
dengan penampang seksi uji 1.5 2 m
2
, dan kecepatan angin maksimum 20 m/s. Hasil perancangan yang
divalidasi secara eksperimental menghasilkan model gedung yang mengalami VIV pada kecepatan angin 8.4
m/s atau pada bilangan Strouhal 0.129. Selanjutnya sistem TMD dirancang, dibuat, dan diterapkan pada model
gedung, dimana frekuensi sistem TMD diatur sama dengan frekuensi alami pertama model gedung. Pengujian
terowongan angin untuk model gedung yang dilengkapi TMD dengan rasio massa (Rm) 2.53% menunjukkan
bahwa tingkat getaran akibat fenomena VIV dapat diredam hingga 50% tingkat getaran model tanpa TMD.
Hasil ini sesuai dengan kajian numerik yang dilakukan dalam tahap perancangan eksperimen.

Kata Kunci : Getaran Gedung, Vortex induced vibration, TMD, Terowongan angin





Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
59

STUDI PERILAKU DINDING GESER PELAT BAJA (STEEL
PLATE SHEAR WALL) TERHADAP KONFIGURASI
PENGAKU LATERAL

Ramdan Taufiq Nussa
1
, Budi Suswanto
2
dan Hidayat Sugihardjo

1
Mahasiswa Program Magister Bidang Keahlian Rekayasa Struktur Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email:
ramdan_pq@gmail.com
2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5946094, email: budisw2000@yahoo.com
3Dosen Jurusan Teknik Sipil, , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5946094, email: hidayat@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu sistem yang dapat mereduksi gaya gempa untuk struktur gedung baja
yaitu Dinding Geser Pelat Baja atau Steel Plate Shear Wall (SPSW). Dinding geser pelat baja adalah sebuah
sistem penahan beban lateral yang terdiri dari pelat baja vertical berdinding tipis, menghubungkan balok dan
kolom disekitarnya dan terpasang dalam satu atau lebih pelat sepanjang ketinggian struktur membentuk sebuah
dinding penopang.
Perilaku dari dinding geser pelat baja ini masih belum bisa diprediksi oleh karena itu sampai dengan saat ini
sistem SPSW masih dalam tahap penelitian laboratorium walaupun sudah ada beberapa gedung yang
menggunakan sistem ini contohnya gedung Hospital di California (Baldeli 1983).
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :(1).Menghitung respon inelastik (drift antar tingkat, gaya geser dasar,
simpangan atap) suatu bangunan dengan menggunakan steel plate shear wall. (2).Mengetahui perilaku elemen
Steel Plate Shear Wall (SPSW) apabila diberi pengaku lateral tambahan atau konfigurasi pengaku lateral
tambahan. (3).Mengetahui permodelan SPSW dengan perhitungan analitis. (4).Mengetahui permodelan sistem
SPSW pada sturktur gedung dengan Finite Element Software.
Dalam studi ini terdapat 9 permodelan dimana setiap model memiliki ketebelan pelat dan sistim bracing yang
berbeda-beda. Kesimpulan yang dapat diambil dari studi adalah Perilaku elemen steel plate shear wall (SPSW)
terhadap ketebalan pelat baja adalah bahwa model yang menggunakan tebal pelat yang paling tebal (Model
AT10, BT10 dan CT10) mengalami perpindahan yang paling kecil jika dibandingkan dengan model
menggunkan pelat tipis (Model AT3, BT3 dan CT10).
Perbandingan antara SPSW tanpa pengaku dan SPSW yang diberi pengaku menunjukan bahwa SPSW yang
perpengaku adalah yang paling optimal ini ditunjukan dengan perpindahan yang lebih kecil.


Kata kunci: Steel Plate Shear Wall (SPSW), Finite Element, Konfigurasi Pengaku Lateral

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
60
STATE OF THE ART PENGEKANGAN EKSTERNAL UNTUK
RETROFIT KOLOM BETON BERTULANG

Utari Khatulistiani
1
, Tavio
2
dan I G. P. Raka
3


1
Utari Khatulistiani, Kandidat Doktor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, E-mail: utari_wiyoso@yahoo.co.id
2Tavio, Profesor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, E-mail:
tavio_w@yahoo.com
3I G. P. Raka, Profesor, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, E-mail:
raka@its.ac.id

ABSTRAK
Bila struktur kolom beton bertulang yang telah dibangun mengalami kerusakan akibat gempa bumi, maka
dibutuhkan perlakuan retrofit dengan tujuan untuk peningkatan kekuatan dan juga daktilitasnya. Retrofit dapat
juga dilakukan terhadap kolom di gedung yang menahan beban lebih besar dari beban perencanaan awal. Hasil
penelitian para peneliti diperoleh bahwa kekuatan dan daktilitas kolom beton bertulang dapat dilakukan dengan
memberi pengekangan, baik dengan cara pengekangan di bagian sisi dalam kolom (internal) maupun di sisi luar
kolom (eksternal). Pelaksanaan retrofit menjadi praktis bila teknik pengekangan dengan cara pengekangan luar.
Berdasarkan studi literatur, state of the art pengekangan eksternal kolom beton bertulang diuraikan pada
makalah ini. Pengekangan eksternal dapat meningkatkan kekuatan dan daktilitas kolom dengan menggunakan
bahan yang cukup kaku sehingga mampu menahan gaya lateral kolom. Metode steel collar yang menggunakan
HSS, plat baja dan bajaprofil siku dapat direkomendasi untuk retrofit kolom beton bertulang persegi.

Kata kunci: beton bertulang, gempa, kolom, pengekangan eksternal, retrofit



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
61
DAKTILITAS BALOK BETON PRATEKAN PARSIAL
PRATARIK DENGAN LEKATAN BERPENAMPANG
PERSEGI SETELAH MENDAPAT BEBAN BERULANG
TERBATAS.

I Gusti Putu Raka
1


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5946094, HP 0811314414 email: raka@ce.its.ac.id atau igp_raka@yahoo.com

ABSTRAK
Penggunaan beton pratekan parsial makin banyak dijumpai dilapangan. Beberapa hasil penelitian sudah banyak
pula dipublikasikan. Percobaan pembebanan berulang terbatas pada beton pratekan parsial pratarik dengan
lekatan dengan ratio pratekan parsialnya(PPR) bervariasi, daktilitas beserta prilaku lainnya sesaat/menjelang
beban runtuh coba akan diungkap diungkap.
Dari hasil percobaan diproleh bahwa daktilitas kelengkungan(curvature ductility) balok yang diuji mempunyai
daktilitas kelengkungan menurun seiring dengan makin besarnya PPR. Hal serupa dengan variasi PPR, indek
tulangan total() ternyata juga berperan yang identik.
Dampak pada regangan tekan beton, regangan pada level tulangan lunak serta angka keamanan saat runtuh,
variasi PPR dan beban berulang terbatas tidak berpengaruh secara nyata (significance).

Kata kunci: struktur beton, duktilitas, pratekan parsial,beban berulang,ratio pratekan parsial(PPR), indek
tulangan total().


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
62
STUDI PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING
TUNNEL
Endah Wahyuni
1
, Heppy Krisjanto
1
, Djoko Irawan
1
dan Syayhuddin Sholeh
2


1
Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111,
email: endah@ce.its.ac.id
2
Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111,
Instansi, email: didinbibin@gmail.com

ABSTRAK
Submerged Floating Tunnel (SFT) atau Jembatan melayang dalam air adalah sebuah konsep baru di bidang
infrastruktur transportasi. Konsep dari SFT adalah meletakkan sebuah struktur berbentuk tubular pada
kedalaman tertentu dibawah permukaan air dengan menggunakan gaya apung Archimedes sebagai daya
dukungnya (Mazzolani et al 2009). Studi pemodelan dan analisa struktur SFT dengan beberapa model akan
dilakukan dengan metode FEM (Finite Element Method) menggunakan program bantu SAP 2000. Studi ini
diharapkan menghasilkan model yang memiliki kesesuaian sifat dengan model nyata yang telah diuji. Kondisi
perairan dimana struktur SFT ini akan dimodelkan dan dianalisa nanti adalah kondisi perairan Kepulauan Seribu
atau lebih tepatnya adalah perairan antara Pulau Panggang dan Pulau Karya di gugusan kepulauan Seribu DKI
Jakarta Indonesia karena model prototype SFT nantinya akan diletakkan di antara 2 pulau tersebut. Nantinya
data tersebut diskalakan sehingga dapat digunakan sebagai parameter desain model SFT dari benda uji. Hasil
studi ini menunjukkan bahwa pemodelan yang paling mendekati hasil uji adalah model dengan menggunakan
element cable dengan memberikan initial tension pada kabel tersebut. Dan dengan mendefinisikan wave sebagai
non-linear static load untuk beban model SFT. Dengan hasil gaya aksial untuk perletakan ujung free floating
berkisar antara 2,3kg 6,03kg sedangkan pada hasil uji BPPT berkisar antara 0,973kg 5,662kg. Sedangkan
gaya aksial dari hasil analisa numerik dengan perletakan sendi melingkarberkisar antara 0,2kg 3,76kg dan
gaya aksial hasil uji berkisar antara 0,744kg 3,499kg.

Kata kunci: Submerged Floating Tunnel, Pemodelan Struktur, Perbandingan Benda Uji








Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
63
PENGUJIAN KUALITAS BATAKO SESUAI DENGAN
PERSYARATAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PADA
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
SUMBER LANGGENG MOJOKERTO

Yusroniya Eka Putri

2.
Dosen Jurusan Teknik Sipil , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, email:
yusroniya.putri@gmail.com


Abstrak

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor riil yang potensial untuk menghasilkan devisa
negara, disamping juga terbukti mampu menyerap tenaga kerja, salah satunya adalah UMKM Produsen Batako
dan Paving. Produk yang diproduksi UMKM ini belum pernah dilakukan pengujian mutu seperti pengujian
ukuran tampak luar, pengujian daya serap dan pengujian kuat tekan. Selama ini dalam proses produksi
komposisi bahan baku hanya berdasarkan perkiraan saja bukan berdasarkan perbandingan yang semestinya, air
yang digunakan pada proses produksi juga masih belum sesuai dengan standart yang ada, dan untuk
meningkatkan kualitas produk diperlukan pelatihan dalam pembuatan batako yang benar serta adanya pengujian
produk. Hal ini secara tidak langsung dapat membantu UMKM dalam menghadapi persaingan yang terjadi di
pasar. Umumnya bahan baku dan proses pencetakan batako masih bersifat takaran kira-kira tanpa ada takaran
yang sama setiap mix design nya, hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi dan penggunaan
bahan baku yang bersifat coba-coba untuk mencari bahan baku yang lebih murah tanpa melakukan percobaan
uji tekan terlebih dahulu untuk mutu campurannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan tentang
bahan baku yang baik dan proses produksi yang dapat menghasilkan kualitas yang memenuhi uji kuat tekan
yang dipersyaratkan. Ada dua jenis batako dengan komposisi campuran yang berbeda,masing-masing diambil
10 sampel benda uji. Setelah itu dibuat sampel benda uji di UKM dan benda uji di laboratorium dengan variasi
campuran yang sama. Kemudian dilakukan analisa perbandingan hasil uji tekan tersebut. Hasil pengujian
menyatakan bahwa kualitas batako pada UKM Sumber Langgeng dapat dikatakan tidak layak pada penggunaan
campuran dengan 1 zak semen menghasilkan 200 batako karena hampir semua batako dari UKM yang dijadikan
sampel tidak memenuhi standar pada SNI yaitu kuat tekan rata-rata 1,72 MPa < 2 PA, sedangkan dengan
penggunaan campuran dengan 1 zak semen menghasilkan 150 batako masih memenuhi standar pada SNI yaitu
kuat tekan rata-rata 2,40 MPa > 2 PA. Setelah dilakukan pembuatan benda uji lagi pada UKM untuk memenuhi
minimum standar batako untuk jenis bata beton berlobang dengan mutu beton grade IV adalah dengan variasi
semen dan agregat minimum 1:21 dengan jumlah produksi 150 batako per zak semen. Nilai kuat tekan batako
dipengaruhi oleh jumlah semen dalam campuran batako, semakin besar jumlah semen dalam campuran batako
maka nilai kuat tekannya akan semakin besar. Untuk meningkatkan bata beton berlobang dengan mutu beton
grade III dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban minimum kuat tekan 3,5 MPa adalah dengan
variasi semen dan agregat minimum 1:18 dengan jumlah produksi 110 batako per zak semen. Sedangkan untuk
bata beton berlobang dengan mutu beton grade II dapat dipakai pada konstruksi yang memikul beban minimum
kuat tekan 3,5 MPa adalah dengan variasi semen dan agregat minimum 1:16 dengan jumlah produksi 95 batako
per zak semen.

Kata kunci: batako, kualitas, kuat tekan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
64
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH LAJU EROSI
TERHADAP INTENSITAS HUJAN DENGAN KEMIRINGAN
LERENG BERBEDA PADA JENIS TANAH PASIR
KELANAUAN

Abdul Rivai Suleman
1
, Muhammad Saleh Pallu
2
, Johannes Patanduk
3
dan Tri
Harianto
4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, email: rivai.suleman@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: salehpallu@hotmail.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: patandukjohn@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email: triharianto@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh laju erosi terhadap intensitas hujan dengan kemiringan
lereng dan kepadatan tanah yang terjadi pada tanah pasir kelanauan. Penelitian ini merupakan studi
eksperimental di laboratorium dengan menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation) sebagai
pembanding untuk menentukan jumlah laju erosi yang terjadi pada tanah pasir kelanauan. Hasil penelitian
dengan 3 variasi intensitas hujan yaitu 50 mm/jam, 100 mm/jam dan 200 mm/jam, menunjukkan bahwa
pengaruh laju erosi tanah terhadap intensitas hujan dan kemiringan lereng adalah berbanding lurus. Intensitas
hujan yang tinggi dan semakin besar nilai kemiringannya akan bertambah besar laju erosi tanah. Besarnya laju
erosi yang terjadi berdasarkan perlakuan di laboratorium dengan intensitas hujan berturut-turut I
50
, I
100
, dan I
200

pada kemiringan lereng 5 adalah 48,453 gram, 124,387 gram dan 406,653 gram. Pada kemiringan lereng 15,
intensitas berturut-turut I
50
, I
100
, dan I
200
dan besar jumlah laju erosi yang terjadi adalah 72,577 gram, 260,048
gram dan 1400,617 gram. Kemudian pada kemiringan lereng 25 akibat peningkatan intensitas berturut-turut
I
50
, I
100
, dan I
200
terjadi erosi sebesar 131,287 gram, 856,395 gram dan 1851,360 gram, dan berdasarkan hasil
analisis regresi untuk penentuan laju erosi akibat perubahan besar intensitas hujan adalah sebagai berikut : f(x) =
0,115x
1,5346
untuk kemiringan 5
o
; f(x) = 0,016x
2,352
untuk kemiringan 15 ; dan f(x) = 0,0902x
1,9089
untuk
kemiringan 25.

Kata kunci: erosi, tanah pasir kelanauan, intensitas hujan, kemiringan lereng dan analisis regresi.



















Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
65
KAJIAN ASPEK HIDROLOGI LAHAN GAMBUT SEBAGAI
CALON LOKASI/TAPAK PLTN

Akhmad Khusyairi
1


1
P2STPIBN BAPETEN,email : a.khusyairi@bapeten.go.id; a.khusyairi@gmail.com


ABSTRAK
Berkembangnya wacana pembangunan PLTN di pulau Sumatera dan Kalimantan beberapa tahun terakhir
memungkinkan dilakukan pemilihan tapak pada lahan gambut. Mengingat sebagian besar lahan di wilayah
Kalimantan dan Sumatera merupakan lahan gambut, maka dalam evaluasi tapak, salah satu item yang harus
dievaluasi oleh pemohon izin tapak PLTN adalah aspek hidrologi. Hasil evaluasi tapak untuk aspek hidrologi
akan digunakan sebagai masukan dalam desain beberapa SSK dan system proteksi tapak terkait dengan
ancaman hidrologi pada lahan gambut. Perubahan tata guna lahan gambut pasca pembangunan PLTN pada
kawasan lahan gambut dapat memberikan dampak terhadap keselamatan operasi PLTN. Evaluasi tapak
dilakukan untuk tujuan penilaian kelayakan tapak digunakan sebagai lokasi PLTN dan juga sebagai parameter
masukan dalam desain beberapa SSK yang terkait dengan keselamtan. Aspek hidrologi merupakan salah satu
aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain, baik itu untuk system pendingin maupun proteksi tapak.
Beberapa aspek hidrologi yang perlu dikaji dalam menentukan calon lokasi tapak PLTN pada kawasan gambut
diantaranya adalah bahaya hidrologi yang muncul pada kawasan gambut, data hidrologi lahan gambut yang
meliputi sumber luar tapak, data geofisika, geologi dan seismologi, data topografi dan batimetri, data aktivitas
antropogenik.

Kata kunci: lahan gambut, PLTN, nuklir, listrik, managemen hidrologi


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
66
PENGARUH STRUKTUR BANGUNAN KRIB TERHADAP
SEDIMENTASI DAN EROSI DI SEKITAR KRIB DI SUNGAI

Bambang Sujatmoko
1

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, email : b_sujatmoko@yahoo.com

ABSTRAK
Besarnya kecepatan yang akan melewati satu seri rangkaian bangunan krib dipengaruhi oleh formasi
pemasangan rangkaian krib. Setiap desain bentuk, type ataupun tata letak (lay-out) satu seri bangunan krib akan
memberikan dampak yang berbeda terhadap proses sedimentasi dan erosi yang terjadi di sekitarnya. Untuk
melihat pengaruh krib terhadap proses sedimentasi dan erosi, dilakukan dengan simulasi matematis aliran dua
dimensi model RMA2 dan simulasi perubahan angkutan sedimen SED2D. Kalibrasi model RMA2 dilakukan
dengan menentukan penyimpangan RMS (root-mean-square) antara ratio kecepatan saluran dengan kecepatan
rerata (U/Um) model fisik dan U/Um model matematis, dan kalibasi model SED2D dilakukan dengan
menentukan penyimpangan besar gerusan antara model fisik dan matematis. Data pengukuran kalibrasi model
menggunakan data penelitian Yeo Hong Koo (2006). Konfigurasi krib yang disimulasi terdiri dari 3 variasi
panjang (l/B), 3 variasi jarak pemasangan (L/l) dan 4 variasi permeabilitas krib (pk). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model RMA2 yang digunakan cukup memadai untuk mensimulasi aliran di sekitar krib,
dimana rasio antara RMS U/Um kedua model dengan rerata U/Um yang dihasilkan < 5%, sedang model SED2D
kurang memadai dalam mensimulasi perubahan dasar dimana ratio penyimpangan kedua model mendekati nilai
30%. Semakin banyak jumlah krib dipasang pada tepi sungai, maka daerah gerusan pada krib di bagian hulu
semakin berkurang. Perubahan daerah gerusan untuk krib di bagian hulu pada variasi jarak yang sama
cenderung semakin berkurang seiring dengan bertambahnya permeabilitas krib. Hasil simulasi pada panjang
krib dan jarak krib yang sama, menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu berkurangnya ratio gerusan
maksimum dengan gerusan maksimum awal (S
max
/S
max0
) di sekitar krib seiring dengan bertambahnya
permeabilitas krib. Ratio kedalaman gerusan yang paling kecil terjadi pada saat permeabilitas krib 60% yaitu
0,12-0,19 kali gerusan maksimum awal (S
max0
), sesuai dengan perubahan jarak kribnya.

Kata Kunci : konfigurasi krib, sedimentasi, gerusan maksimum, model matematis

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
67
EVALUASI KINERJA EMBUNG AIR BAKU DI PULAU
MADURA

Eny Setyoningrum
1
, Edijatno
2
dan Theresia Sri Sidharti
3



1)Program Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail:nn_geodesi@yahoo.com
2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya
3)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya

ABSTRAK
Pengelolaan embung air baku di pulau madura yang menjadi wewenang BBWS Brantas saat ini dinilai masih
kurang optimal. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya pedoman dalam melakukan penilaian kinerja
embung. Dari 32 embung yang telah dibangun BBWS Brantas sejak tahun 2006 hingga 2012 sampai saat ini
belum pernah dilakukan penilaian atau evaluasi kinerjanya. Kinerja embung dalam kenyataannya dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor.Untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh pada kinerja embung maka
dilakukan suatu analisa faktor dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan software AMOS.
Untuk melakukan pengujian model kinerja embung air baku dilakukan dengan data primer yang diperoleh dari
kuesioner sebanyak 150 responden yang terdiri dari pengelola embung dan masyarakat pemakai air.
Hasil pengujian model penelitian menggunakan Structural Equation Modelling menggunakan software AMOS
untuk mengukur variabel kinerja embung didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja embung adalah
kondisi fisik dengan bobot faktor 0,13 atau (30%), kondisi lingkungan dengan bobot faktor 0,01 atau (5%),
faktor pengelolaan dengan bobot faktor 0,20 atau (50%) dan faktor kelembagaan dengan bobot faktor 0,06 atau
(15%). Hasil evaluasi kinerja terhadap 10 embung kabupaten Sampang berdasarkan faktor kinerja menujukkan
nilai kinerjanya antara 52,87% - 64,87% dengan kategori kinerja cukup. Sedangkan berdasarkan indikator hasil
kinerja diketahui nilai kinerjanya berkisar antara 59,5% - 74,5% dengan kategori kinerja cukup dan bebarapa
kinerjanya baik.

Kata kunci: embung air baku, Evaluasi Kinerja, Structural Equation Modeling

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
68

ANALISA POTENSI CURAH HUJAN UNTUK PENERAPAN
SISTEM RAI NWATER HARVESTI NG DI KOTA PALEMBANG

Imroatul C. Juliana
1
, M. Syahril Badri K
2
, M. Cahyono
2
, dan Widjaja Martokusumo
3

1
Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
email : icjuliana76@gmail.com
2
Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
3
Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Pengembangan tata ruang yang terjadi di kota-kota besar sangat berdampak terhadap siklus air yang ada di suatu
wilayah. Kebutuhan akan ruang mengakibatkan terganggunya ketersediaan sumberdaya air baik langsung
maupun tidak langsung. Kemanfaatan air akan berkurang baik dari segi kualitas atau kuantitas. Limpasan air
permukaan menjadi semakin tinggi dan daya tampung air semakin menurun akibat resapan yang hilang.
Masalah yang berhubungan dengan sumberdaya air adalah air yang terlalu berlebih (too much) pada musim
hujan dan air yang terlalu kurang (too little) pada musim kemarau. Permasalahan tersebut dapat dihindari jika
sumberdaya air yang ada dimanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi sumberdaya air yang sering dilupakan
adalah hujan. Potensi curah hujan yang ada sering dibiarkan terbuang menjadi run off, padahal air hujan tersebut
dapat dipanen (rainwater harvesting) dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dengan konsep rainwater harvesting (RWH) air hujan yang ditampung dapat
digunakan untuk potable atau non potable water use, sehingga akan mengurangi pemakaian air tanah,
memberikan keuntungan secara finansial serta memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan
disekitarnya. (Roebuck 2006, Yan Zhang dkk. 2009, Vivian W.Y Tam dkk. 2009, Anthony M. Ryan dkk. 2009,
A. Rahman dkk. 2010, 2011, R. Farreny dkk. 2011, N. Nagaraj dkk. 2011, Sara Angrill dkk. 2011). Berdasarkan
manfaat yang diperoleh, maka konsep RWH merupakan salah satu konsep yang layak untuk diterapkan. Sistem
ini merupakan sistem sederhana yang menggunakan atap sebagai catchment area, pipa untuk mengalirkan air,
dan storage tank sebagai tempat menyimpan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa besar potensi curah
hujan yang ada di kota Palembang yang dapat dimanfaatkan untuk penerapan sistem RWH. Berdasarkan konsep
water balance, dapat dianalisa performa hidrologi sistem RWH dalam memenuhi kebutuhan air bagi
penghuninya. Analisa dilakukan dengan beberapa skenario berdasarkan ukuran storage tank sistem RWH,
jumlah penghuni rumah, jumlah kebutuhan air bersih (water demand) dan perbedaan penggunaan air hujan
(potable dan non potable). Dari hasil analisa awal, dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi curah hujan dapat
memenuhi kebutuhan potable dan non potable water use untuk jumlah penghuni 1 orang atau setara dengan 150
L/hari.

Kata kunci: air hujan, potensi curah hujan, rainwater harvesting, potable, nonpotable

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
69

OPTIMASI PEMANFAATAN WADUK BENING UNTUK
IRIGASI DENGAN GOAL PROGRAMMING

Kholivia Desi Ekasari
1


1
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Emai : Kholiviadesi@gmail.com

ABSTRAK
Waduk Widas atau yang lazim disebut Waduk Bening merupakan salah satu waduk yang ada di Jawa Timur
yang terletak di Kabupaten Madiun. Sumber air Waduk Bening berasal dari Kali Widas dan tujuh sungai kecil
lainnya yang dimanfaatkan untuk keperluan Irigasi pada Daerah Irigasi Waduk Bening seluas 8750 Ha. Selain
dari waduk daerah irigasi juga mendapatkan tambahan air dari sistem sungai di hilir waduk.Jenis tanaman terdiri
dari padi dan palawija, palawija disini khususnya kedelai dan sebagian besar adalah bawang merah dengan pola
tanam yang digunakan adalah padi-palawija, padi-palawija, padi-palawija.
Pada musim kemarau daerah irigasi khususnya di bagian hilir mengalami kekurangan air yang dapat
memyebabkan berkurangnya hasil produksi. Dengan ketersediaan air yang ada di waduk dan sistem sungainya
dilakukan optimasi agar dapat memaksimalkan keuntungan hasil usaha tani berdasarkan luas tanam yang
optimal. Untuk analisa ini digunakan engan program bantu Quantity Methods for Windows 2, dimana
kebutuhan air tiap alternatif pola tanam dan debit andalan dijadikan batasan atau kendala sebagai inputan dalam
pengoperasian program linier, sedangkan target /sasaran dari program pemerintah digunakan sebagai kendala
untuk inputan dalam pengoperasian goal programming. Hasil dari perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui
luas sawah yang dapat ditanami sesuai dengan jenis tanaman dan musim tanaman agar mendapatkan hasil
produksi yang maksimal.
Dari hasil operasi dengan linier programming dengan beberapa alternatif pola tanam rencana, didapatkan pola
tanam yang menghasilkan keuntungan terbesar yaitu pada awal tanam Nopember 1 dengan pola tanam padi-
palawija-palawija dengan keuntungan sebesar Rp. 759.546.192.947,00 dengan intensitas tanam 143,38 %.
Sedangkan dari hasil optimasi dengan goal programming berdasarkan target/ sasaran program pemerintah untuk
produksi padi pada Daerah Irigasi Waduk Bening seluas 6.826 Ha dapat terpenuhi dan target keuntungan
sebesar Rp. 800.000.000.000,00 dapat tercapai.

Kata kunci : Goal Progamming , Keuntungan maksimal, Optimasi, Waduk Bening
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
70
KEBUTUHAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI HULU
DAS BRANTAS UNTUK PEMBENTUKAN MODEL DESA
KONSERVASI DI KOTA BATU

Kustamar
1
, Togi H. Nainggolan
2
dan Agung Witjaksono
3

1
Teknik Sipil ITN Malang, kustamar@yahoo.co.id atau kustamar@pnsmail.go.id
2
Teknik Sipil ITN Malang,
3
Teknik Planologi ITN Malang.

ABSTRAK
Upaya konservasi Sumber Daya Air di hulu DAS Brantas dalam kawasan Kota Batu dilakukan dalam bentuk
kombinasi antara metode vegetativ, mekanis, dan konstruktif. Keterlibatan masyarakat semakin digeser ke
upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan parsial dalam bentuk proyek percontohan pada akhirnya diperbaiki
dengan upaya yang lebih mengedapankan kebersamaan, yaitu pembentukan desa konservasi. Berbagai bentuk
desa konservasi telah dikembangkan oleh berbagai instansi, sesuai dengan tujuan dan konsepnya. Oleh karena
hal tersebut dilakukan penelitian untuk menemukan formulasi bentuk desa konservasi di hulu DAS Brantas yang
tepat. Penyusunan RPJM Des di Kota Batu pada umumnya belum cukup memperhatikan konservasi SDA. Oleh
karena hal tersebut, untuk menyempurnakannya dilakukan analisa kekritisan lahan dan rencana konservasi.
Hasil analisa menunjukkan bahwa di Kota Batu perlu adanya konservasi vegetative, mekanis, dan konstruktif,
dan pengendalian pencemaran air sungai. Konservasi vegetative berupa penghijauan dan konversi jenis tanaman
budiadaya pertanian pada lahan konservasi dari sayur ke tanaman keras. Konservasi mekanis berupa pembuatan
teras pada lahan berlereng curam. Konservasi konstruktif berupa sumur resapan, dan bangunan pengendali
sedimen. Kualitas air sungai harus dilindungi dengan dari limbah pertanian dan rumah tangga.

Kata kunci: Konservasi SDA, Hulu DAS Brantas, Kota Batu



Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
71

KAJIAN TERHADAP SISTEM MANAJEMEN PADA
RESERVOIR PDAM TIRTAULI KECAMATAN SIANTAR
MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR
Novdin M Sianturi
1

1
Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, email : ssnovdin@yahoo.com

ABSTRAK
Kajian Terhadap Sistem Manajemen Pada Reservoir PDAM Tirtauli sangatlah diperlukan apalagi setelah lebih
dari 10 tahun beroperasi tahun. Dari hal ini maka evaluasi sistem manajemen yang ingin ditinjau mencakup
optimalisasi operasional reservoir yang sesuai dengan rencana yang diingankan oleh perusahaan agar
terpenuhinya kebutuhan air daerah layanan terhadap kontiniutas dan kuantitas, kemampuan terhadap reservoir
PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar untuk
mencukupi pelayanan yang prima hingga sampai beberapa tahun kedepan. Berdasar pengamatan dilokasi
PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar bahwa
reservoir pada jam puncak pemakaian mulai dari jam 06.00 8.00 dan 17.00- 19.00 oleh pelanggan masih
sesuai dengan standard dari jam puncak dan batas minimal air yang ada di reservoir dan sesuai kriteria serta
kebutuhan per orang / hari. Perhitungan kapasitas produksi reservoir PDAM Tirtauli di Kelurahan Tong
Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar masih memiliki idel kapasitas Air dalam
Reservoir sebesar 37,324 l/detik dimana masih mampu melayani penambahan sambungan baru sekitar 4.1296
SR untuk beberapa tahun ke depan namum dengan adanya Sistem Evaluasi ini maka akan diperoleh hasil yang
lebih baik kedepan khusus pada Reservoir di Kecamatan Siantar Simarimbun yang mana tingkatnya kebocoran
yang terjadi pada distribusi Air Minum sebesar 30,79% dapat ditekan dengan cara meteran Induk yang ada
direservoir setiap tahun di diperbaiki agar tingkat kebocoran pada saat distribusi air dapat diminimalkan.
Metode yang menggambarkan fenomena atau gejala yang terjadi dalam keadaan nyata dengan melakukan
pengamatan langsung serta pengolahan data yang mana metode tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada
sehingga dapat menjadi bahan penulisan laporan Penelitian yang mana hasil pengamatan Q daerah layanan
masih tercukupi sampai sore hari karena reservoir masih terisi (masih diatas tinggi minimum), Reservoir PDAM
Tirtauli di Kelurahan Tong Marimbun Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar masih mampu
melayani kebutuhan pelanggan, dari hasil perhitungan daerah pelayanan. Kontiunitas pada daerah layanan masih
terpenuhi.

Kata Kunci: Manajemen. Meteran Induk, Kajian dan Reservoir.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
72

KAJIAN SISTEM DRAINASE DI JALAN M.H.THAMRIN DAN
JALAN IMAN BONJOL KELURAHAN DWIKORA
PEMATANGSIANTAR

Novdin M Sianturi
1
, Kataresada Ketaren
2


1
Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, Email : ssnovdin@yahoo.com
2
Dosen Prodi Teknik Sipil FT USI Simalungun, Email :


ABSTRAK
Data curah hujan harian selama 10 tahun terakhir yang di peroleh dari stasiun BMG SPMK PPKS Unit Usaha
Marihat Siantar dihitung dengan harian maksimum rerata. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kita dapat
mengetahui distribusi curah hujan, dan di dalam perhitungan tersebut penulis menggunakan metode Mononobe
yang mana nilai tersebut diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana dengan metode Rasional. Drainase
yang dipergunakan berbentuk segi empat. Penduduk di Kota Pematangsiantar setiap tahun semakin meningkat
dan berkembang, dimana perkembangan tersebut berakibat pada perubahan tata guna lahan yang memberikan
pengaruh cukup dominan terhadap debit banjir. Komponen yang paling besar memberikan sumbangan dalam
pertumbuhan tersebut adalah debit banjir yang diakibatkan oleh curah hujan. Adanya perubahan debit banjir
yang terjadi sudah tentu berakibat pada dimensi drainase yang telah ada. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini untuk menghitung debit banjir rencana dan dimensi saluran yang dapat menampung curah hujan maksimum.
Hasil dari evaluasi sistem drainase di Jalan MH Thamrin dan Iman Bonjol Kelurahan Dwikora Pematangsiantar
didapat perhitungan dengan dimensi drainase Jalan M.H Thamrin : lebar dasar saluran sebesar 1,510 m, tinggi
saluran sebesar 0,775 m dengan Q = 2,3980 m
3
/dtk, dan untuk saluran drainase di Jalan Iman Bonjol : lebar
dasar saluran sebesar 1,770 m, tinggi saluran sebesar 0,885m dengan Q = 2,8100 m
3
/dtk.

Kata kunci : tata guna lahan, sistem drainase, debit banjir
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
73

PEMODELAN HIDROLOGI HUJAN-ALIRAN DENGAN
MENGGUNAKAN DATA SATELIT

Sigit Sutikno
1
, Manyuk Fauzi
2
, Hamiduddin
3


1
Sigit Sutikno, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, ssutiknoyk@yahoo.com
2
Manyuk Fauzi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, manyu_fauzi@yahoo.com
3
Hamiduddin, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, hamiduddin87@gmail.com

ABSTRAK
Analisis hidrologi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah metode empirik,
metode statistik, dan metode analisis dengan menggunakan model. Pemilihan metode tersebut sangat
dipengaruhi oleh kondisi data yang ada di lapangan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Permasalahan
umum yang seringkali dihadapi daerah-daerah di Indonesia adalah ketersediaan data yang sangat terbatas
sehingga metode-metode analisis tersebut seringkali tidak bisa dipakai. Analisis dengan menggunakan model
hidrologi merupakan suatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun demikian model hidrologi
yang ada saat ini kebanyakan dikembangkan di luar negeri yang belum tentu cocok dipakai di Indonesia.
Beberapa model juga membutuhkan data yang detil sehingga kemunngkinan akan mengalami kesulitan untuk
diaplikasikan di Indonesia.
Penelitian ini mengusulkan metode penggunaan data yang bersumber dari satelit untuk dipakai dalam
pemodelan hidrologi hujan-aliran. Data-data satelit tersebut tersedia di seluruh dunia yang bisa didapatkan
secara gratis dari lembaga-lembaga antariksa dan klimatologi dunia, seperti NASA (National Aeronautics and
Space Administration), JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), NOAA (National Oceanic and
Athmospheric Administration) dan JMA (Japan Meteorological Agency). Data-data tersebut diantaranya adalah
data hujan, peta topografi, tata guna lahan, jenis tanah, sungai, dan lain sebagainya. Data-data tersebut bisa
diunduh secara langsung dari internet dan diolah dengan menggunakan software IFAS (Integrated Flood
Analysis System).
Penelitian ini mengambil studi kasus di DAS Tapung Kiri yang merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai
Siak di Provinsi Riau. Data-data satelit yang dipakai untuk pemodelan adalah data pada periode waktu dari 1
Januari 2005 hingga 31 Desember 2006. Pemilihan periode waktu tersebut didasarkan pada pertimbangan
ketersediaan data lapangan yang digunakan sebagai pembanding. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa
pemodelan hidrologi hujan aliran menggunakan data-data satelit ini cukup handal dengan nilai korelasi (R)
sebesar 0.776, nilai selisih volume (VE) sebesar 0.574%, dan koefisien efisiensi (CE) sebesar 0.75.

Kata kunci: pemodelan hidrologi, data satelit, IFAS




Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
74

STUDI PENGOPERASIAN RAWA JABUNG

Siti Mariyam
1
, Nadjadji Anwar
2
, dan Umboro Lasminto
3


1
Mahasiswa S2 Magister Manajemen dan Rekayasa Sumber Air, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, email: anggora17@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: nadjadji@its.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK
Secara historical daerah-daerah di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo hilir merupakan
wilayah yang sulit terlepas dari masalah banjir. Hal ini terbukti bahwa hampir setiap tahun terjadi banjir di
kawasan Pantura, khususnya Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Banjir
terjadi jika Sungai Bengawan Solo tidak dapat menampung volume air yang datang sehingga menyebabkan
meluapnya air dan mengakibatkan kerusakan di daerah sekitarnya. Banjir juga dapat dilihat dari ketinggian
elevasi muka air (water surface) yang terjadi di Sungai Bengawan Solo dimaksud.
Dalam studi ini akan dijelaskan kondisi elevasi muka air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo hilir
saat terjadi hujan maksimum atau saat debit maksimum terjadi, yang kemudian kondisi tersebut disebut dengan
kondisi awal. Setelah kondisi awal didapat, maka dilanjutkan dengan pemodelan DAS Bengawan Solo Hilir
yang memanfaatkan rawa jabung sebagai tampungan sementara/reservoir saat debit maksimum terjadi, sehingga
didapat elevasi muka air di hilir yang kemudian kondisi tersebut disebut dengan kondisi akhir. Pemodelan kedua
kondisi tersebut menggunakan program bantu Hec-Ras 4.0.
Dari hasil perhitungan didapatkan muka air tertinggi kondisi awal sebelum beroperasinya rawa jabung berada
pada elevasi 9.11 meter dan muka air tertinggi kondisi akhir setelah beroperasinya rawa jabung berada pada
elevasi 8.53 meter. Kedua muka air tersebut berada di atas tanggul tertinggi sungai yaitu 6.15 meter, sehingga
terjadi luapan/banjir baik sebelum maupun setelah beroperasinya rawa jabung. Dengan beroperasinya rawa
jabung, penurunan elevasi muka air di hilir sebesar 0.58 meter. Maka dapat disimpulkan bahwa rawa jabung
tidak dapat dijadikan sebagai pengendali banjir, melainkan hanya dapat digunakan sebagai tampungan untuk
mengalirkan air pada daerah irigasi sekitarnya.

Kata kunci: Rawa Jabung, Hec-Ras, Studi pengoperasian.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
75

PERBANDINGAN METODE ESTIMASI MUATAN SEDIMEN
PADA RUAS SUNGAI

Taufik Ari Gunawan
1
, M. Syahril Badri Kusuma
2
, M. Cahyono
2
, Joko Nugroho
2


1
Mahasiswa Program Doktoral, FTSL ITB, Email : tagz.unsri@gmail.com
2
Dosen, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Salah satu masalah yang mengganggu stabilitas sungai adalah sedimentasi. Untuk tujuan perencanaan dan
pemeliharaan bangunan-bangunan air tersebut terlebih dahulu harus dapat diperkirakan jumlah muatan sedimen
sesuai kapasitas angkut sedimen sungai-sungai yang bersangkutan. Estimasi jumlah muatan sedimen dapat
dilakukan dengan cara mengukur langsung di sungai secara berkala atau dihitung menggunakan berbagai
metode estimasi. Sejumlah peneliti telah banyak mengembangkan berbagai prosedur dan metode untuk
memprediksi muatan sedimen, tetapi metode tersebut belum mampu memprediksi secara akurat muatan sedimen
yang sebenarnya karena metode tersebut umumnya bersifat lokal sehingga hanya cocok untuk tipologi sungai
tertentu. Berdasarkan konsep dasar penurunan formulasi estimasi muatan sedimen, teori-teori yang ada dapat
diklasifikasikan berdasarkan; konsep menggunakan nilai kritis tegangan geser dasar atau debit; konsep statistik
dan probabilitas; konsep energi aliran; dan konsep analisis numerik dan stokastik. Penelitian ini bertujuan
membandingkan beberapa metode estimasi muatan sedimen yang mewakili masing-masing konsep. Metode
muatan sedimen secara berurutan mewakili klasifikasi konsep tersebut adalah metode Meyer-Peter-Muller dan
Lane-Kalinske, Einstein-Brown dan Brook, Engelund and Hansen serta Van Rijn. Setelah menerapkan masing-
masing metode pada suatu set data kondisi sungai yang sama, hasil estimasi muatan sedimen yang dihasilkan
dari berbagai metode tersebut memberikan hasil berbeda satu dengan lainnya. Dalam makalah ini dicoba
menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil perhitungan masing-masing metode estimasi.

Kata kunci : Metode estimasi muatan sedimen, muatan dasar, muatan layang, muatan total





Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
76
HASIL AMAN PENURAPAN AIRTANAH BERDASARKAN
KETERSEDIAAN AIRTANAH STATIS CAT PALU DI
PROPINSI SULAWESI TENGAH

Zeffitni
1
dan Yassir Arafat
2

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Untad, Palu Propinsi Sulawesi Tengah, zefitni_04@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Untad, Palu Propinsi Sulawesi Tengah, iazzyr@yahoo.com

ABSTRAK
Permasalahan sumberdaya air saat ini sudah menjadi suatu permasalahan yang sangat urgen di Sulawesi Tengah,
khususnya Kota Palu. Fluktuasi muka airtanah bebas pada saat musim penghujan dan musim kemarau
merupakan parameter penentu karena distribusi airtanah yang bersifat temporal akan mempengaruhi
ketersediaan dan kedalaman muka freatik pada saat kemarau yang panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil aman penurapan airtanah berdasarkan ketersediaan airtanah
statis CAT Palu di Propinsi Sulawesi Tengah. Perhitungan ketersediaan airtanah dengan menggunakan metode
statis dengan asumsi bahwa airtanah dianggap diam dan dihitung berdasarkan parameter: luasan area, tebal
akuifer dan hasil jenis (specific yield) menurut komposisi materi penyusun akuifer dan luas masing - masing
zona potensi airtanah. Untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan airtanah bebas dengan jumlah
penurapan, maka perlu diketahui volume penurapan aman, yang dihitung berdasarkan parameter: luasan area,
fluktuasi muka airtanah bebas dan hasil jenis. Analisis fluktuasi muka freatik berdasarkan data hasil pengukuran
173 sumur gali di CAT bagian barat dan 157 di CAT bagian timur. Parameter luasan area diperoleh dengan cara
membagi CAT Palu atas bagian barat dan timur dengan luasan + 474.600 m
2
.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1). tebal akuifer di CAT Palu yaitu rata - rata + 83,24 meter, 2). nilai hasil
jenis merata di seluruh CAT, dengan nilai rata rata sejumlah 47,65%, 3). berdasarkan parameter luasan area,
tebal akuifer dan hasil jenis, ketersediaan airtanah statis di CAT Palu berjumlah + 19.552.823,80 m
3
, dan 4).
berdasarkan parameter luasan area, fluktuasi muka freatik dan hasil jenis maka hasil aman penurapan airtanah di
CAT Palu berjumlah 234.180,24 m
3
. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketersediaan
airtanah statis di CAT Palu masih masuk kategori aman untuk diturap, namun perlu dipertimbangkan kondisi
perkembangan kota Palu yang menuntut penyediaan air yang semakin meningkat.

Kata kunci: airtanah, penurapan, hasil aman, pendekatan statis

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
77

STUDI OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DALAM
PENGELOLAAN DAS TAMBONG BANYUWANGI
BERDASARKAN HSS US SCS

Zulis Erwanto
1
dan Baroroh Baried
2


1
Dosen Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi (e-mail : zulis.poliwangi@gmail.com)
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi (e-mail :aried_cipluk26@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Pada DAS Tambong kondisi tanahnya mengalami degradasi atau penurunan aktivitas lahan, sebagai akibat dari
erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi penggunaan lahan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Tambong di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Hidrograf Satuan Sintetik US SCS dengan bantuan program
HEC-HMS. Permodelan Hidrograf Satuan Sintetik dengan bantuan program HEC-HMS untuk mendekati nilai-
nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Secara keseluruhan DAS Tambong berbentuk paralel dengan
dua jalur aliran sungai yang sejajar bersatu dibagian hilir dengan luas total DAS Tambong sebesar 15.000 km
dengan pembagian 15 sub das. Berdasarkan kondisi di lapangan nilai rata-rata CN sebesar 91,33%, nilai rata-
rata % absorpsi sebesar 12,54 %, rata-rata % impervious sebesar 70,95 %, rata-rata kemiringan sebesar 2 % dan
rata-rata time lag sebesar 6 jam. Nilai optimasi lahan di DAS Tambong dapat ditunjukkan dari hubungan debit
puncak (Qp) dan nilai CN dengan persamaan regression y = 0,0119.X + 73,465 diperoleh nilai CN optimum
rata-rata sebesar 73,50 % dikategorikan besaran nilai CN kategori B. Tingkat laju erosi rata-rata tahunan di
DAS Tambong sebesar 0,66 mm/th dengan laju erosi tertinggi sebesar 14,43 mm/th di daerah pegunungan Licin
pada lahan semak belukar. Zona tingkat bahaya erosi yang berpotensi kritis terletak pada penggunaan lahan
perkebunan dan hutan. Perlu adanya tindakan konservasi lahan di daerah pegunungan licin dan perencanaan
bangunan konservasi pada daerah perkebunan.
Kata kunci : Pengelolaan DAS, Hidrograf Satuan Sintetik, HEC-HMS, US SCS










Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
78

KAJIAN EKSPERIMENTAL KEDALAMAN GERUSAN DI
KAKI STRUKTUR BAWAH AIR

Chairul Paotonan
1
, Hasdinar Umar
2
, and Sherly Klara
3

1
Chairul Paotonan, Teknik Kelautan, UNHAS, Makassar, email : paotonan_Ch@yahoo.com
2
Hasdinar Umar, Teknik Kelautan, UNHAS, Makassar, email : checheamril@yahoo.com
3
Sherly Klara, Teknik Sistem Perkapalan, UNHAS, Makassar, email : elikapal@yahoo.com
ABSTRACT
One of the solutions to cope both of erosion and abrasion of beach is beach nourishment. It requires large
amount sediment volume and also protective structure. The applicable structure is submerged structure made by
geotextile tube (Geotube). The problem is the scouring at the front of submerged structure not yet understood.
This research was conducted in Ocean Engineering Laboratory, Hasanuddin University using physical modeling
to find out the scoring depth at the front of submerged structure. The parameters were varied in experiment are
wave and structure parameters. Wave parameter represent by wave high. Whereas structure parameter represent
by distance of structure elevation from mean water level.
The parameters are influence to the scouring depth at the front of submerged structure are wave high (H) and
distance of structure crest from mean water level (R
c
). The greater the value of R
c
/h
s
and H/h
s
, the greater the
(h-h
s
)/h
s
.

Keywords: Geotube, scouring, and submerged structure
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
79
PERAN PEMERINTAH DAN STAKEHOLDER TERHADAP
KINERJA KENDALI BANJIR KOTA MAKASSAR

Muhammad Idrus Ompo
1
, Muh.Saleh Pallu
2
, Lawalenna Samang
3
dan Farouk
Maricar
4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar,Telp. 0815 2400
6451 Email: idrusompo@ymail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp.0814444983 E-mail :salehpallu@hotmail.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar,Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp.081524159466 E-mail :samang.l@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar,Jalan .Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp.0811441184 E-mail : fkmaricar@yahoo.com

ABSTRAK
Perkembangan kota yang semakin pesat secara tidak langsung dapat mempengaruhi perubahan tata guna lahan
yang berdampak terhadap ketidakteraturan pemamfaatan ruang yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah
terhadap penurunan kualitas layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur pengendali banjir.Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan keterkaitan peran
pemerintah dan stakeholder sebagai variabel laten terhadap kinerja kendali banjir di Kota Makassar.Oleh karena
itu dalam menganalisis penyebab banjir sebagai sumber terhadap pengkuran kinerja kendali banjir maka
variabel yang sangat menentukan adalah variabel yang berhubungan dengan kegiatan serta sikap dan prilaku
manusia.Dengan mengkaji dan menganalisis peran pemerintah dan stakeholder terhadap kinerja kendali banjir
melalui pemodelan SEM maka hubungan keterkaitan antara variabel-variabel dapat dipahami.Hasil penelitian
ini akan menggambarkan sejauhmana peran pemerintah dan stakeholder berpengaruh terhadap kinerja kendali
banjir.Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran tentang bagaimana peran
pemerintah dan stakeholder sebagai masukan dalam suatu proses pengambilan kebijakan khususnya penanganan
banjir diperkotaan secara non struktural.

Kata Kunci: Peran pemerintah, Kinerja , Kendali Banjir.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
80
ANALISA PONDASI PHYLON JEMBATAN MAHAKAM II
KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR, SISI
TENGGARONG DAN SAMARINDA SEBELUM MENGALAMI
KERUNTUHAN

Suwarno
1


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-
5946094,HP.0817324654, email: suwarno_its@yahoo.com

ABSTRAK
Jembatan Mahakam II atau Kutai Kartanegara Tenggarong (Jembatan Kukar) Kalimantan Timur adalah
jembatan gantung (suspension bridge) yang mempunyai panjang (bentang) total 710.00 meter, dengan bentang
utama 470.00 meter, dibangun pada tahun 1995 dan diresmikan pada tahun 2001. Namun pada bulan November
tahun 2011 jembatan tersebut mengalami keruntuhan. Banyak opini mengenai penyebab runtuhnya jembatan
Kukar tersebut, namun ada fakta yang mengejutkan yaitu bergesernya blok angkur sejauh 20 cm pada sisi
Tenggarong pada masa operasional. Pada saat terjadi keruntuhan, kerusakan juga terjadi pada kaki phylon, yaitu
terjadi pergeseran pada base plate antara portal baja dan beton.
Portal Phylon terdiri dari portal beton (tinggi 15.00 m) pada bagian bawah dan portal baja (tinggi 38.00 m) pada
bagian atas yang dihubungkan dengan base plate dan angkur. Pondasi phylon berupa tiang pancang baja
berdiameter luar 1016 mm dengan ketebalan pipa baja 16 mm, dan jumlah tiang pancang sebanyak 26 buah.
Kedalaman tiang pancang adalah minimal 45 meter. Mutu tiang baja adalah Grade 2, dengan tensile strength
60.000 Psi (414 N/mm
2
), serta yield strength 35.000 Psi (241 N/mm
2
). Mutu beton phylon adalah K350.
Telah dilakukan pemodelan ulang kontruksi jembatan gantung (bangunan atas atau upper structure) tersebut
untuk mengetahui gaya-gaya reaksi yang terjadi pada tiang pancang pondasi phylon (sisi Tenggarong dan sisi
Samarinda) dengan bantuan software SAP2000-14 (oleh Tim Kerja bangunan atas tersendiri). Reaksi dari
analisa bangunan atas ini dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa pondasi phylon.
Untuk sisi Tenggarong, daya dukung ijin tiang pancang tunggal berdasarkan kekuatan tanah adalah sebesar Q
all

= 271,67 ton (efficiency tiang pancang group = 0,667). Sedangkan untuk sisi Samarinda, Q
all
= 436,31 ton
(efficiency tiang pancang group = 0,667). Daya dukung tanah di sisi Tenggarong lebih kecil dibandingkan
dengan sisi Samarinda. Berdasarkan mutu bahan tiang pancang, P
ijin bahan
= 807,60 ton.
Hasil analisa reaksi maksimum pada tiang (P
max)
untuk kombinasi 1 (beban mati dan beban hidup) = 325,66 ton
untuk phylon sisi Tenggarong dan sisi Samarinda. Jadi, P
max
yang timbul akibat tetap (beban mati dan beban
hidup), yaitu sebesar 325,66 ton > Q
all
< P
ijin bahan,
dengan kata lain tiang pancang tidak mampu memikul reaksi
vertikal maksimum untuk phylon sisi Tenggarong; sedangkan untuk phylon sisi Samarinda masih kuat. Untuk
kombinasi pembebanan lainnya (beban sementara), pondasi phylon sisi Tenggarong dan sisi Samarinda masih
kuat memikul reaksi yang terjadi.
Beban lateral (H) pada pondasi phylon sisi Tenggarong adalah sebesar 118,67 ton (per tiang akibat gempa).
Kapasitas lateral tiang tunggal berdasarkan kekuatan tanahnya, H
a
= 42,33 ton. Gaya lateral yang terjadi, H >
H
a,
sehingga tiang tidak mampu menahan beban lateral saat gempa. Demikian pula untuk phylon sisi Samarinda,
beban lateral (H) yang terjadi akibat kombinasi beban gempa adalah sebesar 120,10 ton. Kapasitas lateral tiang
pancang tunggal, H
a
= 42,33 ton (berdasarkan kekuatan tanah). Dengan kata lain bahwa gaya lateral yang
terjadi, H > H
a,
sehingga tiang tidak mampu menahan beban lateral yang bekerja saat gempa.
Hasil analisa pondasi phylon secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi tiang pancang sisi Samarinda lebih
aman dibandingkan dengan sisi Tenggarong karena kondisi tanah di sisi Tenggarong lebih jelek.

Kata kunci : pondasi, phylon, Kutai Kartanegara, Samarinda.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
81
KENDALA KONTRAKTOR DALAM MENERAPKAN GREEN
CONSTRUCTION UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI
INDONESIA

Wulfram I. Ervianto
1


1
Kandidat Doktor Teknik Sipil-Institut Teknologi Bandung, email: ervianto@mail.uajy.ac.id

ABSTRAK
Studi mengenai green construction di Indonesia telah dimulai sejak beberapa tahun terakhir yang diawali
dengan berbagai kajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu. Dilain pihak,
sebagian kecil penyedia jasa sebagai pelaku konstruksi telah mulai menerapkan prinsip green construction
dalam melaksanakan pekerjaannya. Kementerian Pekerjaan Umum sebagai representasi dari pemerintah,
berperan untuk mempersiapkan regulasi sebagai penentu arah konstruksi berkelanjutan Indonesia. Ketiga pihak
tersebut diatas merupakan institusi yang berperan penting sebagai pendukung dalam mengembangkan konsep
green construction di Indonesia. Pada saat ini, kajian-kajian dalam pengembangan green construction masih
bersifat sporadis dan terpisah-pisah yang berdampak pada kecepatan penerapannya di Indonesia. Berpijak pada
situasi tersebut diatas perlu kiranya dilakukan kajian untuk mengurai keterlibatan antar pihak sehingga
terpetakan tugas dan fungsi masing-masing pihak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terkait kendala
dalam menerapkan green construction oleh penyedia jasa, lebih spesifik kontraktor di Indonesia. Penelitian ini
diawali dengan melakukan kajian yang mendalam berbasiskan data sekunder untuk mengetahui sebaran
informasi green construction yang masih bersifat terpisah-pisah. Selanjutnya, data dan informasi tersebut dikaji
secara mendalam berdasarkan pendekatan kualitatif. Hasil kajian ini adalah: (a) Kontraktor masih terkendala
oleh terbatasnya ketersediaan peralatan yang ramah lingkungan; (b) Belum tersedianya pekerja yang terlatih
dalam melaksanakan pekerjaan yang berprinsip pada green construction; (c) Belum adanya kepastian jenis
material ramah lingkungan yang dinyatakan oleh lembaga yang dilegitimasi; (d) Keterbatasan teknologi dalam
melaksanakan green construction; (e) Belum efektif terjadinya internal kolaborasi antara kontraktor besar
dengan kontraktor spesialis sehingga jumlahnya masih sangat terbatas; (f) Terbatasnya regulasi yang mengatur
tentang green construction.

Kata Kunci: kendala, penerapan, green construction, proyek konstruksi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
82

EFEKTIFITAS STRUKTUR TERENDAM SEBAGAI
BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

Sabaruddin Rahman
1
, Daeng Paroka
2
, Chairul Paotonan
3
dan Syahrir Husain
4


1
Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245,
email:sabarahman5@gmail.com
2
Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245,
email:d_paroka@yahoo.com
3
Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245,
email:paotonan_ch@yahoo.com
4
Program Studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin, Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245

ABSTRAK
Bangunan pantai terendam secara umum dapat berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap serangan gelombang
dan erosi pantai, menggantikan fungsi dari struktur konvensional seperti breakwater, revetment dan groin.
Namun demikian, sebagai bangunan terendam yang masih kurang dimanfaatkan sebagai pelindung pantai,
diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang unjuk kerja bangunan tersebut. Melalui penelitian ini, dibahas
tentang efektifitas bangunan terendam dalam mengurangi tinggi gelombang serta pengaruhnya terhadap
perubahan profil pantai di belakang bangunan. Pengaruh ukuran struktur dan parameter gelombang terhadap
fenomena tersebut menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan melalui uji model fisik di tangki percobaan yang dilengkapi dengan pembangkit
gelombang. Struktur terendam tunggal diletakkan di sekitar breaking zone. Ukuran model yang diuji dibuat
dalam tiga variasi tinggi bangunan. Tinhgi gelombang divariasikan dalam dua kondisi. Sementara kedalaman air
dan periode gelombang ditetapkan pada satu kondisi. Dasar tangki percobaan dibentuk menggunakan pasir
berdiameter 0,125 0,5 mm dengan ketebalan 5 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian bangunan dengan kerikil berpengaruh terhadap nilai koefisien
transmisi gelombang. Bangunan yang terisi sebagian akan memberikan nilai Kt yang lebih kecil dibandingkan
yang terisi penuh dengan kerikil. Sementara perubahan profil pantai di sekitar bangunan lebih dipengaruhi oleh
tinggi bangunan itu sendiri. Makin tinggi bangunannya menimbulkan erosi yang makin kecil di belakang
bangunan.

Kata kunci: bangunan terendam, koefisien transmisi, profil pantai
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
83

PENGARUH PENAMBAHAN TETES TEBU TERHADAP
KEKEUATAN TEKAN PAVING BLOCK

Aziza Audiaramadhani Malik
1
, Sonny Wedhanto
2
, dan Wahyo Hendarto Yoh
3


1)
Mahasiswa

Jurusan Sipil, Program Studi S1 Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang, Email: azizamalik91@gmail.com
2)
Dosen

Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email: s_wedhanto@yahoo.co.id
3)
Dosen Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang,
ABSTRAK
Hasil beberapa penelitian menyebutkan, bahwa penambahan tetes tebu pada semen PC dapat meningkatkan
kekuatan tekan beton, sehingga secara teoritis penambahan tetes tebu dapat juga digunakan untuk meningkatkan
kekuatan paving block. Penelitian ini merupakan kajian awal yang betujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan tetes tebu terhadap kekuatan tekan paving block. Rancangan menggunakan penelitian eksperimen
semu; perlakuan menggunakan penambahan tetes tebu sebesar 1%; 2%; 3%; dan 4% dari jumlah air yang
dipakai. Kelompok kontrol menggunakan paving block tanpa diberi tambahan tetes tebu. Masing-masing
perlakuan menggunakan 20 buah sampel, analisis menggunakan uji ANOVA satu jalur, dan diteruskan dengan
Uji Tukey. Hasil penelitian, penambahan 1% tetes tebu dari jumlah air yang dipakai, dapat meningkatkan
kekuatan sebesar 27% dari kekuatan tekan paving block yang dibuat tanpa tambahan tetes tebu.

Kata kunci: kekuatan paving, tetes tebu
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
84
PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA
BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI
SERAT KENAF

Dimas P. Dibiantara
1
, M Lutfi Manfaluthy
2
, Januarti J. Ekaputri
3
dan Triwulan
4


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Struktur Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, dimasdibiantara@gmail.com
2
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Struktur Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, Lmanfaluthy@gmail.com
3
Dosen Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, januarti@ce.its.ac.id
4
Dosen Teknik Sipil ITS Surabaya, ITS, triwulan@ce.its.ac.id
ABSTRAK
Bata beton ringan saat ini sangat banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi gedung, karena memiliki berat
volume antara 300 kg/m
3
sampai 1840 kg/m
3
sehingga mampu mereduksi beban konstruksi tersebut. Material
penyusun bata beton ringan berupa semen, pozzolan, agregat ringan dan juga bahan pengembang yang bisa
menghasilkan pori di dalam beton tersebut. Pada penelitian ini, bahan penyusun benda uji bata beton ringan
menggunakan campuran dari Lumpur Sidoarjo yang sudah dikalsinasi pada suhu 800
o
C selama 2 jam, Semen
Portland tipe I, Fly Ash, Serat Kenaf dan dua macam bahan pengembang yaitu, foam dan serbuk aluminium. Uji
coba yang dilakukan adalah dengan membuat benda uji pasta normal, pasta ringan dan pasta ringan berserat dan
hanya dilakukan analisis uji tekan saja. Berdasarkan analisis yang telah dikerjakan, didapatkan kesimpulan
bahwa kuat tekan pasta ringan berserat yang dihasilkan antara 1,41 MPa sampai 2,05 MPa dengan berat volume
sebesar 691 kg/m
3
sampai 859 kg/m
3
. Sehingga Lumpur Sidoarjo layak digunakan untuk material utama
penyusun bata beton ringan.

Kata kunci: Bata beton ringan berserat, lumpur sidoarjo, serat kenaf, foam, dan serbuk aluminium.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
85
PENGARUH ZONA JATUH FLYASH TERHADAP KUAT
TEKAN BETON MUTU NORMAL DAN MUTU TINGGI

Firdaus
1
, Rosidawani
2

1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Bina Darma Jl.A. Yani No.12 Plaju ,
Palembang, email: firdaus.dr@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, email : rosidawani@gmail.com
ABSTRAK
Abu terbang (fly ash) dari pembakaran batubara sebagai limbah termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Limbah flyash ini dapat diantisipasi tingkat bahayanya dengan salah satu cara yaitu
dengan proses solidifikas/stabilisasi. Oleh karena itu flyash dari abu batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku semen maupun bahan substitusi semen pada material berbasis semen seperti beton, batako dan paving
block. Abu batubara baik berupa bottom ash maupun flyash dari pembakaran di PLTU merupakan limbah yang
yang dapat dioptimalkan penggunaannya. Kriteria sifat properties flyash dan bottom ash dipengaruhi oleh
sumber batubara, kondisi pembakaran, lokasi flyash. Hal ini diasumsikan akan ikut mempengaruhi kondisi
material yang terbentuk dari bahan penyusun abu tersebut. Mengingat potensi keberadaan limbah tersebut yang
akan meningkat, seiring dengan rencana bertambahnya PLTU-PLTU yang akan dibangun di Sumatera
khususnya Sumatera Selatan, maka pemanfaatan limbah tersebut sebagai salah satu bahan admixture beton perlu
diperhatikan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian yang komprehensip mengenai sifat flyash berdasarkan
zona jatuhnya abu terbang pada alat penyaringan terhadap kuat tekan beton mutu normal dan mutu tinggi.
Penambahan kadar flyash sebagai bahan subsitusi semen pada campuran beton normal dapat memberikan
peningkatan kuat tekan optimum yang dihasilkan sebesar 15.4% pada kandungan flyash sebesar 15% dari zona
3. Sedangkan pada beton mutu tinggi dapat memberikan peningkatan kuat tekan optimum yang dihasilkan
sebesar 20.93% pada kandungan flyash sebesar 15% dari zona 4. Zona jatuh flyash sebagai parameter penelitian
ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan kuat tekan beton mutu tinggi yang lebih signifikan dibanding
mutu normal.

Kata kunci: flyash, zona, mutu normal,mutu tinggi, kuat tekan

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
86

KARAKTERISTIKA MEKANIKA LAMINASI BILAH BAMBU
PETUNG AKIBAT BEBAN PUNTIR

Karyadi
1
dan Prijono Bagus Susanto
2


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang,
Email:karyadilensmith@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Email:priyonobagus@yahoo.co.id

ABSTRAK
Keterbatasan pasokan kayu untuk bahan bangunan menuntut ditemukannya material baru yang dapat digunakan
untuk substitusi kayu. Bambu adalah material yang berpeluang untuk maksud tersebut. Berbagai penelitian
tentang sifat fisika dan mekanika bambu laminasi telah dilakukan tetapi belum satupun yang dilakukan untuk
beban puntir. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat mekanika laminasi bilah bambu akibat
beban puntir.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengujuan terhadap 77 benda uji laminasi bilah bambu petung yang
direkat dengan urea formaldehyde sebanyak 268g/m
2
dan dikempa dingin sebesar 2MPa selama 4jam. Kesemua
benda uji tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok benda uji yang mengandung ruas dan
kelompok benda uji tanpa ruas, berturut-turut sebanyak 37 dan 40 benda uji. Ukuran penampang benda uji
laminasi bilah bambu dibuat bervariasi mulai terkecil 10 x 17 x 160 mm dan terbesar 32 x 50 x 400 mm. Benda
uji laminasi disusun dari bilah-bilah bambu petung berukuran penampang 5mm x 20mm dengan kerapatan
0,63gr/cm
3
dan kadar air pada saat direkat sebesar 11,8%.
Hasil penelitian terhadap bilah bambu petung menunjukkan bahwa pada batas proporsional, bilah bambu dengan
ruas memiliki tegangan geser 7,95MPa dan sudut puntir 0,0015radian/mm, sedangkan bilah bambu tanpa ruas
memiliki tegangan geser 7,69MPa dan sudut puntir 0,0013 radian/mm. Pada titik maksimum, bilah bambu
dengan ruas memiliki tegangan geser 17,11MPa dan putaran sudut 0,0043radian/mm sedangkan bilah bambu
tanpa ruas memiliki tegangan geser 18,24MPa dan putaran sudut 0,0043 radian/mm. Modulus geser bilah bambu
dengan ruas dan tanpa ruas berturut-turut mencapai 1039MPa dan 1106Mpa.
Selanjutnya pada batas proportional, laminasi bilah bambu dengan ruas memiliki tegangan geser 6,85MPa dan
sudut puntir 0,00075 radian/mm sedangkan laminasi bilah bambu tanpa ruas memiliki tegangan geser 6,71MPa
dan sudut puntir 0,00077radian/mm. Pada titik maksimum, laminasi bilah bambu dengan ruas memiliki
tegangan geser 11,82MPa dan sudut puntir 0,0021 radian/mm, sedangkan laminasi bilah bambu tanpa ruas
memiliki tegangan geser 12,63MPa dan sudut puntir 0,0021 radian/mm. Modulus geser laminasi bilah bambu
dengan ruas dan tanpa ruas berturut-turut mencapai 681,60Mpa dan 697,02MPa. Dengan demikian laminasi
bilah bambu petung memiliki sifat mekanika akibat beban puntir yang setara dengan kayu kelas kuat D24
menurut peraturan konstruksi kayu EN 338:2009 yang berlaku di Eropa.

Kata kunci: Petung, Laminasi, Mekanika, Puntir.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
87
PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN
TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER
DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

Puput Risdanareni
1
, Triwulan
2
dan Januarti Jaya Ekaputri
3

1
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, email : pu2t_risdanareni@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : triwulan_marwan@yahoo.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : januarti_je@yahoo.com

ABSTRAK
Tulisan ini menyajikan evaluasi pengaruh variasi molaritas aktifator terhadap sifat mekanik beton polimer yang
menggunakan fly ash sebagai material pengganti semen dan tras sebagai bahan pengisi. Aktifator alkalin yang
di gunakan dalam penelitian ini ialah NaOH (Natrium Hidroksida) dan Na2SiO3 . Variasi molaritas NaOH yang
di gunakan dalam penelitian ini ialah 8 dan 10 Molar. Digunakan perbandingan massa reaktan Na2SiO3/ NaOH
0.5 , 1, 1.5, 2 dan 2.5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa molaritas larutan alkalin dan perbandingan massa
Na2SiO3/NaOH mempengaruhi sifat mekanik beton geopolimer.

Kata kunci : geopolimer, fly ash, tras, aktifator alkalin

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
88
KAJIAN POTENSI PENINGKATAN SIFAT MEKANIK
KOMPOSIT SEMEN BERBASIS SERAT SINTETIS

Rosidawani
1
, Iswandi Imran
2
, Saptahari Sugiri
3
, Ivindra Pane
4


1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl.Ganeca 10 , Bandung, email: rosidawani@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10
Bandung, email: iswandi@si.itb.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10
Bandung, email:saptahari@si.itb.ac.id
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.Ganeca 10
Bandung, email:ivpane@si.itb.ac.id

ABSTRAK
Kebutuhan akan infrastruktur modern dalam pembangunan yang disertai dengan kemampuan memenuhi
berbagai persyaratan kinerja menjadi alasan mengapa material beton perlu terus dikembangkan. Perkembangan
peningkatan kekuatan tekan beton diiringi upaya untuk mengatasi kelemahan dalam perilaku keruntuhannya
yang semakin getas. Penggunaan perkuatan serat (fiber) dikrit yang tersebar secara diskontinyu dalam beton
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kegetasan dan memberikan kontribusi daktail beton yang dikenal
dengan fiber reinforced concrete (FRC). Seiring waktu material FRC terus mengalami pengembangan yang
meliputi penggunaan berbagai jenis serat dengan berbagai karakteristiknya serta peningkatan fungsi serat pada
material komposit semen (beton/mortar) yang diperkuat. Penggunaan jenis serat sintetis pada komposit semen
(synthetic fiber reinforced concrete (SNFRC)) yang ditujukan sebagai alternatif penggunaan serat baja menjadi
perhatian dan terus dioptimasi dalam perkembangan penggunaannya. Makalah ini memberikan pemahaman
tentang perkembangan jenis dan karakteristik serat sintetis serta potensi peningkatan fungsi serat sintetis
terhadap sifat mekanik komposit semen (beton/mortar) sehingga aplikasinya dapat dikembangkan lebih luas.
Kajian dilengkapi dengan uji eksperimental sifat mekanik berupa kuat tekan dan kuat lentur dengan
menggunakan jenis serat mikro polypropylene (PP) dengan variabel volume serat 1.5-3.5%. Kajian
eksperimental sebagai penelitian awal ini menghasilkan material beton yang berperilaku lebih daktail dengan
pola peningkatan kekuatan lentur yang lebih tinggi bila penggunaan serat PP > 2%. Optimasi pada fase material
masih sangat dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan potensi fungsi serat sebagai perkuatan material
berbasis semen (beton/mortar), untuk berbagai aplikasi yang sesuai.
Kata kunci : semen












Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
89
CAMPURAN SERAT PADA PASTA DENGAN BAHAN DASAR
LUMPUR SIDOARJO

Triwulan
1
, Januarti J E
2
dan Fadyah AT
3

1
Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111, email:,
triwulan_marwan@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111, email: januarti_je@yahoo.com
3
Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya Indonesia 60111


ABSTRAK
Besarnya volume lumpur Sidoarjo yang keluar dari pusat semburan sangat besar, pada tahun 2006-2007
diperkirakan sebesar 100.000 m
3
/hari bahkan pernah mencapai 180.000m
3
/hari pada Desember 2006, dan
cenderung berkurang menjadi sekitar 75.000m
3
/hari pada Juli 2009. Dan pada September 2011, volume
semburan diperkirakan sebesar 50.000 m
3
/hari. Untuk itu penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan
lumpur Sidoarjo sangatlah diperlukan. Dalam penelitian ini selain menggunakan Lumpur Sidoarjo Bakar juga
menggunakan Cement Portland, dan Fiber (serat alam ) sebagai penguat, dengan beberapa variasi campuran
yang berbeda. Prosentase lumpur dibuat bervariasi dari 0 sampai 90 % dari total berat binder dengan interval
5%, sedang pemakaian serat bervariasi adalah 0,2%, 0,4%,0,6%,0,8% dan 1% dari total binder. Pengukuran
yang dilakukan adalah nilai kuat tekan, berat volume, porositas. Hasil menunjukkan Untuk pasta normal
didapatkan hasil kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari pada komposisi pasta PN 10 yaitu 10% Lumpur Bakar
dan 90% Semen dengan nilai 68,42 Mpa, sedangkan semen murni PN 0 yaitu 100% dengan nilai 73 Mpa.
Komposisi optimum pasta berserat dengan tambahan serat kenaf 0,2%, untuk 20% lumpur bakar mendapatkan
kuat tekan 32,9 MPa.

Kata kunci: Lumpur Sidoarjo, serat , pasta
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
90
PENGARUH KOMPOSISI MATERIAL UHPC TERHADAP
PERILAKU KUAT TEKAN MORTAR BETON

Krisnamurti
1
, Ketut Aswatama W.
2
, dan Wiwik Yunarni W.
3


1
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email:krisnamurti@ymail.com
2
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email: ketut.teknik@unej.ac.id
3
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, email: wiwikferi@yahoo.com

ABSTRAK
Kurangnya pemenuhan prasarana transportasi telah menimbulkan permasalahan dalam pengembangan
komoditas pertanian di Indonesia. Dalam artikel ini dibahas tentang penelitian pengembangan teknologi beton
mutu tinggi Ultra High Performance Concrete (UHPC) yang bermanfaat untuk kebutuhan teknologi pracetak
sesuai dengan kondisi alam di Indonesia. Teknologi bahan beton UHPC ini dapat berguna untuk bahan
infrastruktur jalan maupun jembatan, dengan kualitas kekuatan tinggi dan durabilitas yang baik. Permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah komposisi bahan penyusun beton UHPC yang
optimal untuk mendapatkan kinerja kekuatan dan durabilitas tinggi. 2) Bagaimana pengaruh variasi komposisi
material terhadap kinerja kekuatan tekan mortar beton UHPC. Penelitian yang dilakukan bertujuan: 1)
Mendapatkan komposisi campuran beton UHPC dengan kuat tekan yang tinggi. 2) Mengetahui pengaruh variasi
komposisi material terhadap kinerja kekuatan tekan mortar beton UHPC. Bahan-bahan yang dipergunakan
dalam penelitian ini antara lain adalah: Semen Portland Pozollan Cement (PPC); Pasir, Pasir silika, silika fume,
silica powder, Superplasticizer, Air, dan Cetakan mortar beton. Kegiatan penelitian meliputi pembuatan 18 buah
benda uji mortar, pengujian kuat tekan pada usia 7, 14, dan 28 hari, analisis data, pembahasan dan pengambilan
kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kuat tekan tertinggi dari benda uji mortar sebesar
969,39 kg/cm2 tercapai pada saat komposisi kadar water/binder ratio sebesar 0,22, selanjutnya dengan kadar
silika fume dan silika powder pada komposisi 10% dari berat semen dapat mencapai kekuatan tekan hingga
1050,27 kg/cm2, serta pengujian komposisi pasir dengan berat 1,2 kali berat semen dapat menghasilkan kuat
tekan sebesar 974,26 kg/cm2. Untuk pengembangan penelitian lebih lanjut perlu dilaksanakan pengujian
dengan menambahkan berbagai macam serat fiber seperti steel wool, bendrat, fiber glass ke dalam rencana
campuran UHPC tersebut sehingga kuat tekan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan lagi.

Kata kunci: mortar, beton UHPC, kuat tekan

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
91
PENELITIAN PENGARUH KOMPOSISI STEEL SLAG
DALAM KEKUATAN BETON MENGGUNAKAN UJI KUAT
TEKAN BENTUR

Jati Iswardoyo
1


Instansi: Balai Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian PU. Email : masdjaty@yahoo.co.id
ABSTRAK
Beton merupakan bahan bangunan yang paling sering digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Pada penelitian ini
digunakan Steel Slag, dengan pertimbangan bahwa melimpahnya bahan tersebut. Steel Slag merupakan salah
satu produk hasil sisa peleburan bijih besi/baja. Pemanfaatan Steel Slag dalam pekerjaan konstruksi merupakan
cara yang paling memungkinkan dalam mengurangi dampak banyaknya limbah Steel Slag.
Penelitian menggunakan alat Uji Kuat Tekan Bentur di Laboratorium Sabo, Puslitbang SDA, Balitbang PU,
Kementerian Pekerjaan Umum. Komposisi Steel Slag dijadikan parameter Uji Kuat Tekan Bentur. Steel Slag
dijadikan sebagai material pengganti dari agregat kasar (kerikil), dengan perbandingan 10%, 20%, 30%, 40%,
50%, 60% dan 70%.
Penelitian menghasilkan trend bahwa semakin tinggi komposisi slag maka kuat tekan bentur yang dihasilkan
lebih tinggi, dengan membentuk persamaan y = 0,005x
2
0,125x + 28,93 dengan r = 0,926283. Hal ini akan
bermanfaat dalam infrastruktur yang mengalami benturan disamping permasalahan melimpahnya limbah Steel
Slag.

Kata Kunci : Steel Slag, Kuat Tekan Bentur, Komposisi, Beton

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
92
KAJIAN SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PADA SISTEM MANAJEMEN
KEDARURATAN NUKLIR CANADA

Akhmad Khusyairi
1


1
P2STPIBN BAPETEN, email : a.khusyairi@bapeten.go.id; a.khusyairi@gmail.com

ABSTRAK
Canada merupakan salah satu Negara yang mengoperasikan PLTN untuk memenuhi kebutuhan energi
listriknya. Canada saat ini mengoperasikan 24 PLTN. Belajar dari pengalaman kejadian Three Mile Island dan
Chernobyl, Canada telah membangun system kedaruratan nuklir nasional, Federal Nuclear Emergency Plan
(FNEP),dengan melibatkan berbagai institusi nasional. Disamping itu Canada telah membangun system
pendukung pengambilan keputusan (DSS) pada managemen kedaruratan nuklir secara on line, untuk
mendukung upaya mitigasi dampak yang mungkin terjadi di luar tapak. Dalam membangun system ini, Canada
menggunakan Secure network, ARGOS, EMAP, dan GeoConferencing untuk mendukung proses pengambilan
keputusan dalam upaya mitigasi dampak yang mungkin terjadi. Beberapa negara ASEAN saat ini telah
merencanakan pemanfaatan teknologi nuklir yang lebih luas, FNEP merupakan salah satu model yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam membangun sistem kedaruratan nuklir regional. Kajian ini dilakukan dengan
menggunakanan metode studi literatur.

Kata kunci: Kedaruratan nuklir, mitigasi dampak, FNEP, instalasi nuklir, Canada

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
93
ASESMEN KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG BETON
BERTULANG PASCA KEBAKARAN

Wahyu Wuryanti
1


1
Puslitbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum, email: wuryantiwahyu@gmail.com

ABSTRAK
Dalam melakukan asesmen gedung struktur beton bertulang pasca kebakaran perlu dipahami bagaimana
karakteristik bahan selama mengalami kebakaran. Perubahan properti bahan, sebaran panas, kedalaman
penetrasi panas perlu dicermati dengan baik untuk menentukan tingkat keandalan sisa bangunan pasca
kebakaran. Hasil asesmen dapat digunakan untuk menentukan keputusan apakah suatu bangunan pasca kebakran
perlu diperbaiki sebagian atau demolisasi total. Tujuan utama dalam asesmen struktur pasca kebakaran adalah
mengetahui kedalaman penetrasi panas dan pengaruhnya terhadap material beton bertulang, serta mengetahui
kapasitas daya dukung sisa struktur bangunan secara menyeluruh. Dalam tulisan ini membahas berbagai hal
terkait dengan pelaksanaan asesmen struktur beton bertulang pasca kebakaran dan pengukuran keandalan
struktur eksisting untuk penggunaan ke depan. Dengan menggunakan metoda kuantitatif berdasarkan hasil
inspeksi lapangan dan pengujian komponen beton digunakan sebagai dasar analisis keandalan struktur. Dalam
penelitian ini menghasilkan data sebaran panas dan pusat kebakaran yang terjadi pada bangunan. Bagian-bagian
yang perlu perkuatan atau pembongkaran total dihasilkan dari hasil analisis kekuatan struktur bangunan.

Kata kunci: pasca kebakaran, keandalan struktur, beton bertulang


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
94
ANALISA KELONGSORAN DENGAN METODE
GEOLISTRIK TAHANAN JENIS PADA TANAH RESIDUAL
NGANTANG KABUPATEN MALANG

Dyah Pratiwi K.
1
, Ria Asih A. Soemitro
2
dan Dwa Desa Warnana
3


1
Mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil, FTSP-ITS, email: dy_pratiwi@ymail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS, email:ria@ce.its.ac.id
3
Jurusan Teknik Geofisika, FTSP-ITS, email: dwa_desa@geofisika.its.ac.id

ABSTRAK
Adanya retakan di struktur bawah permukaan lereng Desa Jombok Kecamatan Ngantang dapat menyebabkan
daerah tersebut rawan longsor. Pada umumnya metode yang digunakan untuk menyelidiki kelongsoran
khususnya untuk melihat perlapisan di bawah muka tanah dan menentukan ketebalan lapisan yang potensi
longsor antara lain pengeboran, pengambilan contoh tanah, uji SPT (Standart Penetration Test) dan uji sondir
(Dutch Cone Penetration Test). Beberapa tahun terakhir ada metode yang sering digunakan yaitu metode
geolistrik tahanan jenis. Penelitian ini akan mengidentifikasikan kestabilan lereng menggunakan metode
geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi Schlumberger serta menghitung faktor keamanan lereng berdasarkan
dari nilai tahanan jenis. Faktor keamanan dari nilai tahanan jenis akan dibandingkan dengan faktor keamanan
dari metode geoteknik dengan menggunakan analisa stabilitas lereng menerus tanpa rembesan. Hasil dari
metode geolistrik tahanan jenis di wilayah studi terdapat 2 patahan dengan faktor keamanan masing-masing 1,81
dan 1,86 sedangkan dengan metode geoteknik didapat faktor keamanan sebesar 1,87 dan 1,63.

Kata kunci: kelongsoran, metode geolistrik tahanan jenis, faktor keamanan.


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
95
STUDI UNDRAINDED SHEAR STRENGTH DENGAN ALAT
DIRECT SHEAR TEST DAN TRIAXIAL UU PADA TANAH
LANAU DI MOJOKERTO YANG MENGALAMI TEGANGAN
AIR PORI NEGATIF

Luthfi Amri Wicaksono
1
, Indarto
2


1
Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil bidang Keahlian Geoteknik, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, upiekjfc@gmail.com
2
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,
indarto1992@gmail.com
ABSTRAK
Dalam praktik geoteknik banyak bangunan yang dibangun diatas tanah tidak jenuh (contoh dam, jalan raya dan
timbunan). Percobaan Laboratorium dengan alat Uji Geser Langsung memberikan beberapa hasil yang lebih
besar untuk tanah lanau pada kondisi tidak jenuh. Maka perlu perbandingan sederhana dalam pengujian tanah
lanau tidak jenuh. Dalam penelitian ini akan dilakukan juga pengujian tanah lanau dengan Uji Triaksial
Uncosolidated Undrained. Tanah lanau yang digunakan diambil di desa Manting, Mojokerto. Variasi kadar air
akan diterapkan sebelum percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter mekanik dengan kadar air
yang berbeda. Dalam penlitian ini akan didapatkan perbandingan nilai pada hasil uji masing-masing. Penelitian
ini diharapkan dapat mengetahui pendekatan mana yang lebih tepat untuk mendapatkan parameter mekanik
tanah lanau.

Kata kunci: Tanah lanau, Tidak jenuh, Uji Geser Langsung, Uji Triaksial, Kekuatan geser.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
96
MEKANISME DAN TEKNIK PERBAIKAN KELONGSORAN
LERENG ALAMI

Rivai Sargawi
1
, Endra Susila
2
dan Aditya Hadyan Putra
3


1
Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua.
Rivai_S@fmi.com; Rivai_bm@yahoo.com
2
Assistant professor, Geotechnical Engineering Research Group and Head of Soil Mechanics Laboratory
Faculty of Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology,
esusila@si.itb.ac.id; esusial@gmail.com.
3
Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua.
Aditya_Putra@fmi.com

ABSTRAK
Keamanan jalan yang terletak pada daerah perbukitan seringkali mengalami masalah ketika jalan tersebut putus
di karenakan adanya longsor. Factor-faktor yang menyebabkan perubahan kesetimbangan dalam lereng antara
lain yaitu; Perubahan muka air tanah dalam lereng, perubahan geometri lereng, terjadinya pelapukan sehingga
menurunkan kuat geser tanah serta lain sebagainya. Secara filosofi penyebab terjadinya kelongsoran lereng ada
dua yaitu gaya yang menahan lereng berkurang dan gaya yang mendorong lereng bertambah. Pada paper ini
akan dibahas jenis-jenis kelongsoran lereng alami pada daerah perbukitan, mekanisme terjadinya kelongsoran
serta beberapa metode perbaikan lereng yang sering digunakan ketika sebuah jalan mengalami kelongsoran yang
telah diterapkan di lokasi PT. Freeport Indonesia. Perbaikan akibat longsoran yaitu dengan menambahkan gaya
yang menahan lereng baik berupa dinding penahan atau mengurangi beban yang bekerja pada lereng, berupa
benching, melandaikan lereng, mengurangi air yang masuk kedalam lereng baik dengan memperbaiki drainase
permukaan maupun drainase bawah tanah. Kasus kelongsoran lereng alami yang berdampak pada terganggunya
fungsi jalan sangat penting. Material pembentuk lereng yang berasal dari material lapukan sangat rentan
mengalami kelongsoran. tindakan pencegahan dampak kelongsoran yaitu dengan menghilangkan bahaya sperti
scaling atau dengan melakukan rekayasa engineering berupa pemasangan dinding penahan tanah, debris barrier
atau lain sebagainya. Sumber kelongsoran lereng jalan terdapat pada bagian atas lereng maupun bagian bawah
lereng. Tindakan perbaikan lereng untuk penanganan jangka pendek dapat berupa pembersihan material sambil
dilakukan pengamatan lebih lanjut. Penanganan jangka panjang yang memerlukan waktu yang lebih lama.

Kata Kunci: kelongsoran lereng, kesetimbangan, perbaikan lereng.

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
97
STUDI KASUS PERKUATAN LERENG DENGAN
MENGGUNAKAN SOIL NAIL

Rivai Sargawi
1
dan Endra Susila
2


1
Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua.
Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com
2
Assistant professor, Geotechnical Engineering Research Group and Head of Soil Mechanics Laboratory
Faculty of Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology.
esusila@si.itb.ac.id. esusial@gmail.com.

ABSTRAK
Sebuah kasus kelongsoran lereng alami terjadi pada area kerja PT. Freeport indoensia yang mengakibatkan jalan
akses ke tambang tertutup sementara. Setelah dilakukan pembersihan dan dilakukan pengamatan lapangan
ditemukan beberapa bagian material lunak yang masih berada pada sisi atas lereng. Ketebalan tanah lunak
sekitar 4m dengan luasan area 18mx20m. intensitas curah hujan yang tinggi pada area ini diyakini mampu
membuat lereng ini menjadi tidak stabil sehingga berpotensi untuk terjadi gangguan pada jalan yang berdampak
pada produktivitas pekerja. Beberapa alternative perbaikan lereng ditinjau untuk menentukan penanganan
stabilitas lereng dengan mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu; gangguan terhadap jalan dibawah lereng,
constructibility, serta biaya, setelah dilakukan diskusi dengan berbagai pihak maka perbaikan lereng dengan
menggunakan soil nail. Analisis stabilitas lereng dengan menggunakan metode elemen hingga yaitu PLAXIS
Versi 8.6 dilakukan untuk melakukan panjang dan spasi antar soil nail yang akan dipasang untuk meningkatkan
angka keamanan lereng. Untuk menentukan parameter kuat geser tanah lereng kondisi actual dilakukan analisis
balik dengan mengasumsikan lereng pada saat belum dilakukan perkuatan lereng memiliki angka kemanan
mendekati 1.0. Berdasarkan hasil analisis dengan PLAXIS didapat kesimpulan bahwa dengan pemasangan soil
nail dengan jarak spasi 1.0m dapat meningkatkan angka keamanan lereng menjadi >1.5 serta hasil ini juga
dibuktikan setelah pekerjaan selesai dilakukan tidak terjadinya pergerakan lereng ataupun kelongsoran yang
terjadi. Peningkatan stabilitas lereng dengan metode soil nailing dapat menjadi alternatif yang terbaik pada area
lereng dan akses yang relatif ekstrim serta sulit. Metode soil nailing dapat dilakukan dengan efektif pada jenis
tanah berlempung dengan konsistensi teguh hingga keras (Stiff to hard Clay) dan juga batuan lempung atau
lanau.

Kata Kunci: soil nail, stabilitas lereng, perkuatan, bidang longsor.





Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
98
STUDI EFEKTIFITAS KEMIRINGAN TIANG GALAM
DALAM MEREDUKSI PENURUNAN PADA DEPOSIT
TANAH LUNAK DENGAN METODE NUMERIK

Suheriyatna
1
, Lawalena Samang
2
, M. Wihardi Tjaronge
3
dan Tri Harianto
4

1
Mahasiswa Progran Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
08115815565
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
081524159466, email: samang_l@yahoo.com
3
Dosen Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10,
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081338607292,
email: triharianto@ymail.com
ABSTRAK
Pulau Kalimantan banyak memiliki lokasi dataran rendah dan terdapat banyak lokasi yang kondisi tanahnya
lempung lunak. Tanah di Kalimantan Timur sangat spesifik yaitu kondisi tanah lempung lunak yang terkadang
terkontaminasi batu bara, permasalahan kontruksi sipil yang berada diatas tanah lempung lunak sangat banyak
dan sering terjadi, sehingga dalam merencanakan bangunan ilmuan teknik sipil di Indonesia memerlukan
beberapa metode untuk membuat tanah menjadi lebih stabil, mengingat tanah lempung lunak memiliki ciri khas
tertentu yang sulit di prediksi kestabilan tanahnya. Kalimantan banyak tumbuhan Galam dan berumur panjang
pada saat di tenggelamkan pada tanah rawa, sehingga penulis berpikir bahwa material tersebut dapat sebagai
alternatif bahan perkuatan pada tanah lunak untuk dan perbaikan tanah lempung. Apabila nantinya material
Kayu bisa sebagai materian alternatif perbaikan tanah lunak maka kedepannya ketergantungan terhadap
material luar akan terselesaikan dan bisa memberikan masukan tersendiri untuk dapat diterapkan di Kalimantan
Timur pada Khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Pada studi ini digunakan metode numerik (metode elemen hingga) untuk memprediksi penurunan pada tanah
dengan menggunakan perangkat lunak komersial (plaxis). adapun penurunan konsolidasi dianalisa berdasarkan
teori konsolidasi terzagi 1D., didalam analisa finite element tanah lunak dan embakment dimodelkan sebagai
material solid elastic-plastic dengan kriteria keruntuhan mohr coulomb , sedangkan cerucuk galam dimodelkan
dengan elastic plastic springs .
Dari hasil analisa numerik menunjukkan bahwa cerucuk galam yang dipancang dengan kemiringan 15
0

menghasilkan penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perkuatan tanah yang lain (cerucuk
tegak dan Geotextile) serta sangat efektif mereduksi penurunan embakment dimana dalam penelitian ini
diprediksi sebesar 50%.
Kata Kunci : Lempung Lunak, Galam, Perkuatan tanah, Kemiringan, Mereduksi
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
99

ANALISA NUMERIK TIANG KOMBINASI PVD (HI BRI D
PI LE) SEBAGAI PERKUATAN EMBAKMENT JALAN PADA
TANAH LUNAK

Yudha Sandyutama
1
, Lawalena Samang
2
, A.M. Imran
3
dan Tri Harianto
4

1
Mahasiswa Progran Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
082152130000, email: ysu2606@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
081524159466, email: samang_l@yahoo.com
3
Dosen Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
08124225247, email: mudimran@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 081338607292,
email: triharianto@ymail.com
ABSTRAK
Indonesia termasuk memiliki daerah Lowland yang cukup banyak, dimana banyak ditemukan tanah yang sangat
lunak. Dari 172,4 juta hektar dataran yang ada di Indonesia dimana terdapat 39,4 juta hektar (24,2%)
merupakan daerah Lowland dan 123 juta hektar (75%) merupakan daerah pegunungan. Kayu Galam (Melalucea
Lencadendron Linn) sangat banyak dijumpai pada daerah Kalimantan, kayu ini tidak akan busuk apabila
terendam di air. melihat kondisi tersebut diperlukan suatu Inovasi Teknologi Terapan dalam menangani
persoalan pekerjaan konstruksi jalan , sehingga dipandang perlu pemanfaatan material local sebagai alternatif
bahan konstruksi jalan. Pemanfaatan kayu galam yang di kombinasi dengan material PVD (Pabricated Vertikal
Drained) dengan melakukan preloading (embankment) bisa mempercepat waktu terjadinya konsolidasi dan kayu
galam sendiri bisa sebagai material perkuatan tanah dasar
Pada studi ini digunakan metode numeric elemen hingga untuk memprediksi penurunan dan perkuatan pada
tanah dengan menggunakan perangkat lunak komersial (plaxis), adapun penurunan konsolidasi dianalisa
berdasarkan teori konsolidasi terzagi 1D., didalam analisa finite element tanah lunak dan embakment
dimodelkan sebagai material solid elastic-plastic dengan kriteria keruntuhan mohr coulomb , cerucuk galam
dimodelkan dengan elastic plastic springs , geotextile dimodelkan menggunakan geogrid dengan tensile strength
55 kN/m sedangkan vertical drain dimodelkan menggunakan nilai koefisien permeabilitas eguivalent.
Dari analisa numeric dihasilkan Berdasarkan hasil analisa numeric , untuk type konstruksi hybrid pile terjadi
reduksi penurunan sekitar 60% jika dibandingkan dengan type konstruksi PVD atau type konstruksi cerucuk
saja, disamping itu dengan type konstruksi hybrid pile menunjukan terjadi reduksi waktu konsolidasi yang
sangat signifikan (penurunan terjadi dalam beberapa bulan saja ).

Kata Kunci : Tanah Lunak, Kayu Galam, PVD, Konsolidasi, Perkuatan Tanah

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
100
PENGARUH METODE PEMBERIAN BEBAN
PRELOADI NGTERHADAP PERILAKU KUAT GESER
TANAH LEMPUNG LUNAK

Andi Marini
1
, Agus Sugianto
2

1
Dosen, Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan,Email: marini_sabrina@yahoo.com.sg
2
Dosen, Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: agus.fadhil@yahoo.co.id

ABSTRAK
Metode preloading untuk meningkatkan daya dukung tanah serta pengendalian penurunan atau pemampatan
merupakan metode perbaikan tanah yang paling sering dipilih. Namun metode preloading memiliki kelemahan
yaitu tanah timbunan yang dijadikan beban dapat mengalami keruntuhan jika tanah dasarnya tidak mampu
memikul beban yang ada, itu sebabnya metode preloading umumnya dilakukan dengan pemberian beban
bertahap. Metode atau teknik pemberian beban juga mempengaruhi kekuatan dari tanah dasar dalam memikul
beban, karena tanah jika diberi beban dan dibiarkan terkonsolidasi maka daya dukungnya akan meningkat dan
dapat diberi beban tambahan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang tepat dalam
memberikan beban preloading agar diperoleh kekuatan geser yang optimal.
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kondisi tanah undistubed untuk
mengetahui daya dukung ultimit, lalu dicoba untuk meningkatkan daya dukung ultimit tersebut sampai dengan
125% dengan pemberian beban bertahap dan dikonsolidasikan sampai derajat konsolidasi 50%. Penelitian ini
dibuat dengan 3 (tiga) variasi tahapan pembebanan. Variasi I sampel tanah diberi 5 kali tahapan pembebanan
dengan beban 2/8 qu, 4/8 qu, 6/8 qu, 8/8 qu dan 10/8 qu (qu adalah daya dukung tanah Undistrubed) setiap
tahap sampel dikonsolidasikan dengan derajat konsolidasi 50%, lalu sampel diuji dengan alat direct shear untuk
mendapatkan parameter kuat gesernya. Variasi II, sampel tanah diberi 4 kali tahapan pembebanan. Sampel tanah
diberi beban mulai 4/8 qu, 6/8 qu, 8/8 qu dan10/8 qu kemudian setiap tahap sampel dikonsolidasikan hingga
tercapai U
50
, lalu sampel diuji geser. Variasi III, sampel tanah diberi beban awal 2/8 qu kemudian
dikonsolidasikan dengan U
50
, kemudian beban ditambahkan sebesar 6/8 qu dan dikonsolidasi, lalu beban
ditambah lagi hingga total beban yang bekerja adalah 10/8 qu (3 kali tahapan pembebanan) dan sampel diuji
geser.
Hasil percobaan dan analisa menunjukkan bahwa daya dukung sampel tanah tak terganggu adalah sebesar 0,083
kg/cm
2
, Variasi I sebesar 0,366 kg/cm
2
(meningkat 340% dari kondisi undisturbed), Variasi II sebesar 0,430
kg/cm
2
(meningkat 416%) dan Variasi III sebesar 0,430 kg/cm
2
(meningkat 416%). Dan berat volume tanah
kering
d
mengalami peningkatan untuk sampel tanah tak terganggu adalah sebesar 1,0371 g/cm
3
, Variasi I
sebesar 1,0373 g/cm
3
(meningkat 0,02%), Variasi II sebesar 1,079 g/cm
3
(meningkat 4,04%) dan Variasi III
sebesar 1,085 g/cm
3
(meningkat 4,62%). Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa variasi III (jumlah tahapan
pembebanan yang lebih sedikit) ternyata memberikan daya dukung dan kepadatan yang lebih baik
dibandingkan variasi I dan variasi II sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pemberian beban preloading
mempengaruhi perilaku kuat geser tanah lempung lunak.

Kata kunci : tanah, preloading, kuat geser, beban konsolidasi, direct shear

Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
101
PERAN LANDCOVER PADA PERMUKAAN TANAH
LERENGAN GUNA MENGURANGI DAMPAK EROSI
PERMUKAAN (STUDI EKSPERIMEN LABORATORIUM
DENGAN MEMODELKAN LERENG DI SEKITAR JALAN
PAWIYATAN LUHUR BENDAN DHUWUR SEMARANG
SELATAN )

Daniel Hartanto
1


1
Daniel Hartanto,Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, daniel02012@gmail.com, daniel@unika.ac.id:
ABSTRAK
Erosi tanah merupakan peristiwa yang mudah kita jumpai pada lereng lereng disekitar kita. Erosi permukaan
(surface erosion) yang terus menerus menyebabkan penurunan produktifitas tanah atau degradasi lahan. Lereng
yang tanpa adanya vegetasi penutup maupun lereng dengan vegetasi penutup (landcover) pun juga tidak
menjamin aman dari erosi permukaan.
Erosi permukaan sering terjadi disebabkan oleh hujan. Hujan dengan intensitas yang tinggi mengenai pada
permukaan tanah lereng yang tidak adanya penghalang dalam hal ini landcover, maka terjadi erosi permukaan.
Permodelan tanah lerengan pada laboratorium dengan kemiringan 40% dan intensitas hujan buatan sebesar
4.124 mm/jam.
Landcover dengan prosentase 0.5 hingga 50 mengakibatkan 2.03 % sampai 3.07% tanah hilang karena tererosi.
Sedangkan prosentase landcover 50 hingga 99 mengakibatkan 0.97 % sampai 1.72% persen tanah hilang karena
tererosi.

Kata kunci: Landcover, surface erosion, penutup lereng dengan tanaman, kestabilan lereng





Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
102

PERAN INSTRUMENTASI GEOTEKNIK DALAM ANALISIS
HITUNG BALIK

Anton Junaidi
1
dan Rivai Sargawi
2


1
Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua.
Anton_Junaidi@fmi.com
2
Senior Geotechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua.
Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com

ABSTRAK
Analisis perhitungan balik pada kejadian kelongsoran suatu lereng saat ini merupakan metode yang sering
digunakan dalam rekayasa geoteknik untuk memperkirakan kuat geser sisa suatu bidang gelincir lapisan tanah.
Selain dapat digunakan untuk memverifikasi hasil tes laboratorium, ketidakpastian dalam analisis suatu
kelongsoran lereng dapat dikurangi dengan metode ini. Pada paper ini akan menjabarkan pemanfaatan hasil data
intrumentasi geoteknik yang sangat baik memberikan informasi mekanisme kelongsoran lereng di area Hidden
Valley, Tembagapura, PT Freeport Indonesia (PTFI), Papua. Kemudian, metode analisis perhitungan balik
dilakukan untuk mendapatkan parameter tanah aktual menggunakan metode elemen hingga (FEM) 2D dengan
dua model, yaitu; (1) Menggunakan interface elemen (R-interface) dalam memodelkan pre-existing failure
plane, dan (2) Melakukan pengurangan parameter kuat geser tanah (Phi-C reduction) pada lapisan tanah
sensitif, stiff clayey SILT. Hasil analisis balik menunjukkan bahwa pemodelan R-interface untuk material
eksisting bidang gelincir pada lapisan sensitif memberikan hasil yang lebih mendekati kondisi aktual data
lapangan yang ada di atas lereng, tengah dan bawah lereng. Kuat geser residual pada daerah bidang gelincir
pada tanah stiff clayey SILT yang didapat adalah 12
o
~ 16.5
o
untuk sudut geser sisa (
r
) dan 2.5~3.5 kPa untuk
kohesi tanah sisa (c
r
).

Kata kunci: Instrumentasi geoteknik, perhitungan balik, R-interface, Phi/C reduction, kuat geser residual.
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
103
PENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR AWAL TERHADAP
ANALISIS STABILITAS LERENG TAK JENUH

Agus Setyo Muntohar
1
dan Rio Indra Saputro
1


1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Yogyakarta.
Telp. +62-274-387656 (Ext. 229). Fax. +62-274-387646, email: muntohar@umy.ac.id
ABSTRAK
Asumsi kedalaman muka air tanah yang sangat dalam atau terlalu dangkal pada simulasi numerik dapat
memberikan hasil analisis yang tidak realistis. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh
kedalaman muka air tanah awal terhadap kestabilan lereng. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SEEP/W untuk mengkaji infiltrasi, dan SLOPE/W untuk mengkaji stabilitas lereng. Penelitian ini
mengakji kejadian longsor lereng di saluran induk Kalibawang di KM 15+9, Kulonporgo, D.I. Yogyakarta.
Kondisi tak jenuh dan jenuh pada lereng dimodelkan dari kurva karakteristik air-tanah. Analisis transient
terhadap infiltrasi air hujan dimodelkan sebagai unit flux selama 30 hari pada permukaan lereng dengan kondisi
batas seepage face review. Hasil penelitian menunjukkan posisi muka air tanah yang lebih dekat dengan
permukaan lereng menyebabkan penurunan suction dan faktor aman lereng yang lebih cepat akibat hujan.
Kedalaman muka air tanah berkisar 3-4 m atau suction sebesar 68 kPa merupakan batas nilai initial suction di
permukaan lereng yang disarankan untuk analisis transient-numerik di lokasi studi Kalibawang.

Kata-kata kunci : rembesan, model numerik, muka air tanah, lereng, tak jenuh air
Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
104

PENGARUH UKURAN, KEDALAMAN DAN SPASI
PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN TERHADAP DAYA
DUKUNG PONDASI DANGKAL (SWALLOW
FOUNDANTION) DI ATAS TANAH LEMPUNG LUNAK

Arief Alihudien
1
Rovi Budi Hamduwibawa
2
dan Suhartinah
3


1
Penulis Pertama, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email : ariefalihudien@ymail.com
2
Penulis Ketua, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email:yiying78 @gmail.com:
2
Penulis Ketiga, Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, email:irtiens62@yahoo.co.id:

ABSTRAK
Tanah lempung adalah tanah yang sering menimbulkan banyak masalah, diantaranya adalah daya dukung
tanah yang relatif kecil, seperti pada tanah lempung lunak. Banyak metode alternatif yang dipakai untuk
meningkatkan daya dukung tanah lempung lunak, diantaranya dengan menggunakan pemasangan
geotetile.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mencari pengaruh ukuran, kedalaman dan spasi perkuatan
geotektile terhadap daya dukung pondasi dangkal diatas tanah lempung lunak.Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan serangkaian pemodelan dalam skala kecil dilaboratorium. Hasil
penelitian adalah pertama peningkatan rasio b/B (lebar geotktile/Lebar Pondasi) akan meningkatkan Bearing
Capacity Ratio (BCR) pondasi dangkal di atas tanah lempung lunak. Kedua peningkatan rasio d/B (kedalam
geotektile/lebar pondasi) akan menurunkan Bearing Capacity Ratio (BCR) Pondasi Dangkal di atas Lempung
lunak. Ketiga peningkatan rasio z/B (spasi geotektile / lebar pondasi ) akan menurunkan Capacity Ratio (BCR)
Pondasi Dangkal di atas Lempung lunak. Adapun formula yang sesuai dengan hal tersebut adalah: BCR = 0.165
b/B -2.298 d/B 1.210 z/B +2.925

Kata kunci: perkuatan geotektile, (geotextile reinforment) tanah lunak,daya dukung pondasi


Seminar Nasional X 2014 Teknik Sipil Its Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia
105
MUDFLOWS AND LANDSLIDES

Budijanto Widjaja
1


1
Budijanto Widjaja, Parahyangan Catholic University, email: geotek.gw@gmail.com

ABSTRAK
The behavior of both mudflows and landslides are very different. For example, many geotechnical engineering
text books explain how to determine landslide types and their safety factor. However, in reality, geotechnical
engineers also face the problems caused by mudflows. On the contrary, the behavior of mudflows is still being
researched and engineers are not able to estimate the destruction they can cause. In this paper, the general
characteristics of mudflow are described using the rheology approach. Hence, a geotechnical engineer can
measure soil (or rheology) parameters (such as undrained shear strength and viscosity), using a new laboratory
test called Flow Box Test. The change of water content causes the change of viscosity. An increase to the
liquidity index is then followed by a reduction to the soil viscosity. In this research, the results confirm that
mudflows may occur when water content is equal to, or higher than, the liquid limit. The tests used three real
mudflow cases from Indonesia and Taiwan.

Keywords: mudflows, landslides, viscosity, liquidity index, liquid limit

You might also like