You are on page 1of 41

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK VIII : PREGNANCY DAN NEW BORN


MODUL I : MATERNAL FISIOLOGI


















PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2009/2010

Disusun oleh : Kelompok III

Listyono Wahid R. (0808015009)
Christian Risky R.P. (0808015011)
Putih Amaliana (0808015025)
Novita Nurlita (0808015040)
Ismazul Abdillah (0808015047)
Rahimatul Fadillah (0808015051)
Monika Ria P. (0808015053)
Dika Maharani Rahma Perdani (0808015058)
Putri Khumairotullaon (0808015063)

Tutor : dr. Andi Irawan, Sp.Fk

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami selaku kelompok III telah
menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil pada modul 1 blok 8 mengenai
Pregnancy dan New Born. Fokus pokok pembelajaran dalam modul ini adalah pembahasan
mengenai proses persalinan fisiologis dan hal yang berhubungan dengan persalianan. Dalam
proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Andi Irawan, Sp. FK selaku tutor kelompok III yang telah membimbing
kami selama menjalani diskusi kelompok kecil sehingga materi diskusi dapat
mencapai sasaran pembelajaran yang sesuai.
2. Dosen-dosen yang telah memberikan materi pendukung pada pembahasan ,
baik saat perkuliahan maupun praktikum sehingga semakin membantu
pemahaman kami terhadap materi pada modul ini.
3. Kepada seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian laporan ini, baik
sarana dan prasarana kampus yang kami pergunakan.
Kami sebagai penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat berguna baik bagi
penyusun maupun bagi para pembaca di kemudian hari. Kami memohon maaf apabila dalam
penulisan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dihati para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak.



Hormat Kami,


Kelompok III









DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata pengantar...........................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................ii
I. Pendahuluan
Latar belakang.....................1
Manfaat...............1
II. Isi
Step 1 ..2
Step 2...3
Step 3.......3
Step 4.......4
Step 5.......4
Step 6.......5
Step 7.......5

III. Penutup
Kesimpulan..37
Daftar pustaka...... iii








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri yang bermutu dan
menyeluruh didasarkan salah satunya atas tinggi rendahnya angka kematian ibu dan
kematian perinatal dari satu negara. Indonesia termasuk negara berkembang dengan
angka kematian ibu kira-kira 390 per 100.000 persalinan hidup. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF mengadakan pertemuan dan
mencetuskan gagasan primary health care dengan penekanan pada pelaksanaan antenatal
care, gizi, imunisasi, gerakan keluarga berencana, meningkatkan sistem rujukan dan
pertolongan persalinan dengan mempergunakan partograf WHO.
Salah satu aspek yang paling penting dan memuaskan dari keterlibatan dokter
umum dalam kebidanan adalah perawatan antenatal dari pasiennya. Dengan mengenal
latar belakang dan lingkungan pasien dengan lebih baik dan ditunjang dengan konsultasi
yang semestinya, dapat memberikan pelayanan yang baik sekali pada saat yang penting
ini. Perawatan antenatal ini dilaksanakan untuk mendeteksi secara dini apakah ada
kelainan pada masalah ibu dan janin agar ibu dan janin sehat sampai nanti melahirkan.

B. Manfaat
Setelah menjalani diskusi kelompok kecil 1 dan 2, diharapkan agar mahasiswa
dapat mengetahui apa saja tanda-tanda yang berkaitan dengan kehamilan serta secara
berkesinambungan dapat melakukan Antenatal Care (ANC) dengan baik dan benar.
Selain itu, diharapkan para mahasiswa juga dapat membaca dan mengaplikasikan
partograf dengan baik benar. Terakhir, diharapkan setelah melalui serangkaian
pembelajaran pada modul ini, mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana mekanisme
persalinan normal itu sendiri.








BAB II
ISI

Step I (Brainstorming)

1. His
Kontraksi yang muncul pada sebalum hingga proses persalinan yang berawal dari
bagian fundus dekat tuba falopi.
2. Bloody Show
Keluarnya darah dan lendir pada kala 1 . Lendir yang berasal dari kanalis serivikalis
akibat pendataran serviks dan darah disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di
sekitar servik.
3. Aterm
Usia bayi cukup lahir 36-42 minggu
4. Primigravida
Wanita yang hamil pertama kali , belum pernah melahirkan dan abortus.
5. ANC
Antenatal Care, pemeriksaan dan perawatan yang diberikan pada ibu hamil, yang
meliputi pelayanan 7 T (TFU, Timbang, Vaksin Tetanus, Tekanan Darah, Tes PMS
Tambah Zat Besi dan Temu wicara).
6. Inpartu
Seorang wanita yang dalam masa persalinan
7. Bishop Score
Score untuk memperkirakan induksi persalinan dengan menilainya lebarnya dilatasi
dan pendatarn serviks, letak kepala, posisi serviks terhadap sumbu vagina.
8. Partograf
Catatan atau rekam mengenai kemajuan janin untuk menilai suatu persalinan.
9. Persalinan
Serangkain kejadian yang berakhiran dengan pengeluaran bagi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, sesuai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu.



Step II (Rumusan masalah)

1. Apa saja tanda-tanda seorang wanita hamil dan hamil aterm ?
2. Apa saja yang termasuk dalam pemeriksaan ANC ?
3. Bagaimana mekanisme munculnya His dan berapa skala normalnya ?
4. Bagaimana proses terjadinya persalinan dari kala I-IV ?

Step III (Pembahasan masalah)

1. Perubahan pada ibu hamil :
a. Uterus : Hipertrofi otot dengan higroshopik derabut kolagen karena hormon
estrogen dan progesteron.
b. Serviks : Melunak karena estrigon.
c. Mamae : Hipertrofi duktus dengan asinus, produksi laktoglobulin, kasein,
laktabulin.
d. Digestive : Proses pencernaan lebih lama.
e. Respirasi : Sesak napas karena diafragma tertekan organ perut.
f. Vagina : Hipervaskularisasi
g. Sirkulasi : Meningkatnya Heart Rate

2. ANC meliputi 7T (TFU, Timbang, Vaksin Tetanus, Tekanan Darah, Tes PMS
Tambah Zat Besi dan Temu wicara). Pemerikasaan I : Bulan 1-3, Bulan II : 4-6, Bulan
III : 7-9 dalam 2x pemeriksaan.
3. Tekanan pada Fleksus Frankenhauser di seviks uteri menyebabkan terngsangnya
peace maker kontraksi uterus di Fundu sehingga terjadi His.
4. 3 Faktor :
a. Power
His, kekuatan mengedan ibu, keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu.
b. Passage
Keadaan jalan lahir
c. Passenger
Keadaan Janin



Step IV (Skema)

































Step V (Learning Objektif)

1. Mekanisme Kehamilan Fisiologis :
a. Kala I
b. Kala II
c. Kala III
d. Kala IV
2. Tanda Kehamilan Aterm
3. Pemeriksaan dan Perawatn ANC
4. Mekanisme His
Maternal
Fisiologis
Persalinan
Fisiologis
Pimpinan
Persalinan
KALA I KALA II
KALA
III
KALA
IV
5. Pimpinan Persalinan


Step VI (Belajar mandiri)

Pada step 6 ini masing-masing anggota diskusi melakukan proses belajar mandiri
sehubungan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih
dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil (DKK) 2.

Step VII (Diskusi)

Berlangsungnya Persalinan Normal
1. Kala 1 (kala pembukaan)
Pembukaan serviks 10cm, 14 jam.
His teratur
His timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik
Pengeluaran bloody show (lendir bersemu darah)
Lendir berasal dari kanalis servikaliskarena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar
kanalis servikalis pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Tahap pembukaan serviks :
o Fase laten : berlangsung 8 jam, sgt lmbt, pembukaan mencapai diameter 3cm.
His timbul tiap 10 menit dengan ampllitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
o Fase aktif
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi
2-4 kali dalam 10 menit dengan lama 60-90 detik.
a. Fase akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan dari 3cm menjadi 4cm.
b. Fase dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan dari 4cm menjadi
9cm, sangat cpt.
c. Fase deselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan dari 9cm menjadi 10cm
(lengkap).
Ketuban pecah pada saat hampir atau pembuaan lengkap.
Hal Primigravida Multigravida










2. Kala 2 (kala
pengeluaran janin)
His semakin cepat dan kuat, dengan amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali dalam
10 menit.
Janin sudah masuk PAP tek pd otot dsr panggul yg secara reflektoris
menimbulkan rasa mengejan.
Multigravida : mgg 38 / kdg baru permulaan partus.
Tekanan pada rektum menimbulkan keinginan buang air besar.
Perineum menonjol, lebar, anus membuka.
Vulva membuka tampak janin dalam vulva yg terbuka.
Otot dasar panggul relaksasi sejenak, kepala janin tidak masuk lagi.
His dan kekuatan mengedan mengeluarkan kepala janin bagian suboksiput di bawah
simpisis pubis dan wajah melewati perineum.His istirahat sejenak, kontraksi lg
mengeluarkan badan dan anggota tbh.
Setelah janin keluar, tinggi fundus uteri agak di atas umbilikus.

3. Kala 3 (kala pengeluaran plasenta)
Kontraksi lagi dgn amplitudo 60-80 mmHg tetapi frekuensinya berkurang
mengakibatkan uteri mengecil dan akhirnya plasenta lepas dr uterus.
Terjadi 6-15 menit stlh bayi lhr, spontan atau tekanan pd fundus uteri.
Setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah umbilikus.
Pendarahan.
Normalnya, pada saat plasenta lepas dari lekatannya di dinding uterus terjadi
pendarahan karena pembuluh-pembuluh kapiler disekitar perlekatan putus. Setelah
Pemb
serviks
Ostium uteri internus
terbuka serviks
mendatar n tipis
ostium uteri eksternus
terbuka
Semua tjd
bersamaan
Waktu
kala 1
13 jm 7 jm
Waktu
kala 2
1,5 jm 0,5 jm
Masuk
PAP
36 mgg 38 mgg
plasenta lepas dari dinding uterus, terjadi kontraksi otot polos miometrium yang
menjepit pembuluh-pembuluh kapiler yang sebelumnya putus. Akibatnya darah
yang keluar terhenti.

4. Kala 4 ( kala dari keluarnya plasenta sampai 2 jam selanjutnya)
Dalam hal ini diperhatikan 7 pokok penting diantaranya :
Kontraksi uterus harus baik
Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan dalam alat genitalia lainnya.
Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
Kandung kemih harus kosong.
Luka-luka pada perineum harus terawat dengan baik dan tidaak ada hematoma.
Bayi dalam keadaan baik
Ibu dalam keadaan baik.


PERUBAHAN ANATOMIK DAN FISIOLOGIK PADA WANITA HAMIL
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat
genitalia eksterna dan interna dan pada payudara (mammae). Dalam hal ini hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting seperti telah
dikemukakan pada bab terdahulu. Perubahan yang terdapat pada wanita hamil ialah antara
lain sebagai berikut :
Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan
progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh
hipertrofi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang ada pun menjadi
higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti
pertumbuhan janin. Bila ada kehamilan ektopik, uterus akan membesar pula karena pengaruh
hormon-hormon itu. Begitu pula endometrium menjadi desidua.
Besar uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat
uterus ini menjadi 1000 gram dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang
2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat (agak
gepeng). Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya, pada akhir kehamilan
kembali ke bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besar uterus dengan tuanya
kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah wanita
tersebut hamil fisiologik atau hamil ganda atau menderita panyakit seperti mola hidatidosa
dan sebagainya.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya dinding uterus terdiri atas 3 lapisan otot. Lapisan otot
longitudinal paling luar, lapisan otot sirkuler paling dalam dan lapisan otot yang berbentuk
oblik diantara kedua lapisan otot luar dan dalam. Ketika ada kehamilan ketiga lapisan ini
tampak lebih jelas.
Lapisan otot oblik berbentuk suatu anyaman seperti tikar, memegang peranan penting
dalam persalinan disamping kedua lapisan otot lainnya. Sinus-sinus pembuluh darah berada
diantara anyaman otot oblik ini. Postpartum uterus berkontraksi dan pada ketika ini sinus-
sinus pembuluh darah yang terbuka terjepit, sehingga pendarahan postpartum dapat dicegah.
Uterus pada wanita hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan uterus tumbuh
secara teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Pada kehamilan 8 minggu
uterus membesar sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa. Pada saat ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar, di atas simfisis. Pada
pemerikaan ini wanita tersebut harus mengosongkan Bandung kencingnya dulu.
Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri.
Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal
ini dikenal dalam obstetri sebagai tanda Hengar.
Pada kehamilan 16 minggu kavum uteri sama sekali diisi oleh ruang amnion yang berisi
janin dan ismus menjadi bagian korpus uteri. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-
kira sebesar kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa. Dari luar fundus uteri kira-kira
terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis.
Pada kehamilan 20 minggu, fundus uteri terletak kira-kira di pinggir bawah pusat,
sedangkan pada kehamilan 24 minggu fundus uteri berada tepat di pinggir atas pusat. Pada
kehamilan 28 minggu fundus uteri kira-kira 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara
pusat ke processus xifoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara
setengah jarak pusat dan processus xifoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri
terletak kira-kira 1 jari di bawah processus xifoideus. Dalam hal ini, kepala bayi masih berada
di pintu atas panggul. Pemeriksaan tinggi fundus uteri dikaitkan dengan umur kehamilan
perlu pula dikaitkan dengan besarnya dan beratnya janin.
Pada triwulan terakhir ismus lebih nyata menjadi korpus uteri dan berkembang menjadi
segmen bawah uterus. Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus,
segmen bawah uterus menjadi lebih lebar dan tipis. Tampak batas yang nyata antara bagian
atas yang lebih tabal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran
retraksi fisiologik. Dinding uterus di atas lingkaran ini jauh lebih tabal daripada dinding
segmen bawah uterus.
Pada persalinan segmen bawah uterus lebih melebar lagi dan lingkaran retraksi fisiologik
menjadi lebih tinggi. Postpartum pada pemeriksaan dalam hanya dapat dikenal bagian atas
uterus yang berkontraksi baik, sedangkan bagian bawah uterus teraba sebagai bagian kantong
yang lembek. Pada partus lama lingkaran retraksi itu dapat naik tinggi sampai setengah pusat
dan simfisis.
Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika
korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung
jaringan ikat dan hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung
kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka
konsistensi serviks menjadi lunak.
Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan
otot tidak mempunyai fungsi sebagai sfingter. Pada partus serviks membuka saja mengikuti
tarikan-tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin kebawah. Sesudah partus
dapat pula dinyatakan bahwa serviks itu berlipat-lipat dan tidak menutup seperti ditemukan
pada sfinfter.
Pada multipara dengan porsio yang bundar, porsio tersebut mengalami cedera berupa
lecet dan robekan, sehingga postartum tampak adanya porsio yang terbelah dua dan
menganga. Hal ini lebih jelas pada pemeriksaan postnatal, 6 minggu postpartum. Perubahan-
perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang
memeriksa hendaknya hati-hati dan tidak dibenarkan melaksanakan secara kasar sehingga
dapat menggangu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan yang
fisiologik.
Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vuva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide.
Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti
kerena oksigenisasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia tersebut meningkat. Apabila terdapat
kecelakaan pada kehamilan atau persalinan, maka pendarahan akan banyak sekali sampai
dapat mengakibatkan kematian.
Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-
kira 3 cm. Kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti yang telah dikemukakan,
korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini
diambil alih oleh plasenta. Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi
hormon relaxin, suatu immunoreactiv inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus
luteum adalah tempat sintesis dan relaxin pada awal kehamilan. Kadar relaxin di sirkulasi
maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai
pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin manjadi baik hingga a term.
Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu.
Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progresteron menambah sel-
sel asinus pada mamma. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus
pula dan menimbulkan perubahan dalm sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktalbumin dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi.
Disamping ini dibawah pengaruh progresteron dan somatomammotropin terbentuk lemak
disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila
mamma akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mamma
karena hiperpigmentasi. Glandula montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan
areola mamma. Pada kehamilan 12 minggu ke atas puting susu dapat keluar cairan berwarna
putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan warnanya agak kuning.
Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu belum berjalan oleh
karena prolaktin ini ditekan oleh PIH (prolactine inhibiting hormone). Postpartum dengan
dilahirkannya plsenta pengarus estrogen, progresteron dan somatomammotropin terhadap
hipotalamus hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus
yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat
lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut
hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan
32 minggu, diikuti dengna cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %. Akibat
hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang
mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.
Ertitropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transport zat
asam yang diperlukan dalam kehamilan. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit
secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi
hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai anemia
fisiologik karena pada umumnya keadaan kadar hemoglobin wanita hamil lebih besar
dibanding saat tidak hamil.
Jumlah leukosit meningkat hingga 10.000 ml, dan produksi \trombosit pun meningkat
pula. Gambaran protein dalam serum berubah; jumlah protein, albumin, dan gammglobulin
menurun dalam triwulan pertama kehamilan dan baru mengalami peningkatan secara
perlahan pada akhir kehamilan, sedangkan betaglobulin dan bagian-bagian fibrinogen terus
meningkat.laju endap darah biasanya juga mengalami peningkatan, bahkan sampai empat kali
lipat, maka dari itu LED tidak dijadikan patokan dalam kehamilan. Sesaat setelah persalinan
(postpartum), sirkulasi antara uterus dan plasenta berhenti, sehingga darah yang dilibatkan
dalam sirkulasi umum akan membebani jantung. Terjadi juga hemokonsentrasi, terutama
pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
Sistem respirasi
Seorang wanita hamil sering mengeluh mengalami sesak nafas. Umumnya terjadi pada
kehamilan 32 minggu ke atas. Hal ini terjadi disebabkan tertekannya usus-usus oleh uterus
yang membesar ke arah diafragma, sehingga difragma tidak dapat bergerak dengan bebas.
Kebutuhan oksigen pada wanita hamil biasanya meningkat sekitar 20 %, maka dari itu
biasanya seorang ibu hamil akan mengambil nafas lebih dalam daripada saat tidak hamil.
Biasanya bagian bawah toraks akan melebar ke sisi, dan postpartum kadang-kadang masih
menetap yang disebabkan perawatan yang tidak baik.

Traktus digestivus
Pada bulan-biulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) yang diakibatkan
kadar hormon estrogen yang meningkat. Tanus oto-otot digestivus menurun, sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam
lambung danb apa yang telah dicernakan lebih lama berada di dalam usus. Hal ini mungkin
baik untuk resorbsi, akan tetapi menimbulkan piula obstipasi, yang memang merupakan salah
satu keluhan utama pada wanita hamil. Juga sering ditemukan pada bulan-bulan pertama
kehamilan gejala muntah (emesis) yang sering disebut morning sickness karena sering
dialami pada pagi hari. Namun apabila emesis berlebihan disebut hiperemesis grravidarum
yang merupakan gejala patologik.
Salivasi adalah pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa. Namun, jika terlalu banyak
pun bisa mengindikasikan suatu keadaan patologis.
Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai
membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala
janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi
karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan
tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri karena mengalami lebih banyak
tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering
memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan
kanannya, atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus.
Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan
pielitis dekstra.
Di samping sering kencing tersebut di atas, terdapat pula poliuria.poliuria disebabkan
oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehiungga filtrasi di
glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorpsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih
banyak dapat dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam
kehamilan.
Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSh
ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-
kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma
gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areola mammae.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang
dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan, disebut striae livide. Setelah partus, striae livide ini berubah warnanya menjadi putih
dan disebut striae albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae livide bersama
dengan striae albikantes.
Metabolisme dalam kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, system endokrin juga
meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tiroidea). BMR meningkat
hingga 15-20 % yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan
untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20
minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan
tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup
hemat dalam hal pemakaian tenaganya.
Keseimbangan asam-alkali sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali; pada wanita
tidak hamil kadar sebesar 155 mEq per liter menurun sampai 145-147 mEq per liter.
Sehubungan dengan ini, serum Na turun dari 142 mEq per liter sampai 135-137 mEq per liter
dan disertai oleh turunnya plasma bikarbonat dari 25 ke 22 mEq per liter.
Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat kandungan,
mammae, dan untuk janin; protein harus disimpan pula untuk kelak dapat dikeluarkan pada
laktasi. Maka dari itu, perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein
selama hamil. Diperkirakan satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan dalam
fraksi albumin dan pula sedikit penurunan gamma globulin. Globulin 1, 2, dan dan
fibrinogen meningkat. Perubahan-perubahan dalm plasma protein ini dalam satu minggu
postpartum kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan.
Hidrat arang: seorang wanita hamil sering haus, nafsu makannya besar, sering kencing,
dan kadang-kadang memperlihatkan pula glukosuria, sehingga menyerupai Diabetes Mellitus.
Segala sesuatu ini dipengaruhi oleh somatomammotropin, peningkatan plasma-insulin, dan
hormon-hormon adrenal.
Hasil pemeriksaan glucose tolerance test dalam kehamilan sebaiknya ditinjau sungguh-
sungguh kebenarannya oileh karena ada perbedaan apakah glukosa diberikan oral atau
intravena. Bila diberikan oral, kadar glukosa ini dalam darah lebih lamban kembali ke
asalnya, yakni sesudah 3 jam, sedangkan pada seorang yang tidak hamil kadar glukosa itu
kembali dalam 2 jam. Perbedaan ini tidak ditemukan pada pemberian glukosa intravena. Bila
ditemukan glucose tolerance test oral abnormal, sebaikanya dilakukan pula glucose tolerance
test intravena untuk memperoleh perbandingan yang benar, oleh karena penyakit diabetes
melitus dalam kehamilan hrus mendapat perhatian penuh.
Mengenai lemak telah dikemukakan bahwa hormon somatomammotropin mempunyai
peranan dalam pembentukan lemak dan mammae; lemak terhimpun pula pada badan, paha,
dan lengan. Kadar kolesterol dapat meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 ml.
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan ini
terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah
mengandung 1,5-2,5 gram kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gram kalsium tertahan dalam badan
untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin,tanpa
mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh
karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat
menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
Fosfor, magnesium, dan tembaga, lebih banyak tertahan dalam masa hamil daripada
dalam masa tidak hamil. Kadar tembaga dalam plasma meningkat dari 109 sampai 222 mcg
per 100 ml, akan tetapi dalam eritrosit kadarnya tetap.
Wanita dalam kehamilan memerlukan tambahan besi sekitar 800 mg. Sayang sekali
kebanyakan wanita disini tidak mempunyai cukup persediaan besi pada awal hamil.
Sebaiknya diet wanita hamil ditambah dengan 30-50 mg besi sehari; ini dapat diberikan
sebagai sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus sesudah makan.
Dapat dipahami bahwa dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam tubuh
wanita hamil akan timbul suatu keaktifan enzim yang luar biasa. Plasenta sendiri mempunyai
enzim-enzim untuk oksidasi, reduksi, dan hidrolisa. Yang banyak ditemukan ialah mono-
amino-oksidase dan diamino-oksidase yang membuat tiramine dan histamine menjadi tidak
aktif lagi. Enzim-enzim yang banyak dipelajari dalam masa hamil ialah diamino-oksidase
(histaminase), pitosinase, glukoronidase, angiotonase, dan akalin fosfatase. Semua enzim
ditemukan di dalam serum ibu di dalam kadar lebih tinggi.
Segera setelah haid terlambat, kadar diamino-oksidase meningkat dari 3-6 satuan dalam
masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil enam minggu. Kadar ini mencapai
puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu, dan seterusnya menetap
sampai akhir kehamilan. Kemudian, kadar ini turun sampai 50 satuan dalam 2-3 hari
postpartum, untuk dalam 10-14 hari kemudian mencapai kadarnya kembali seperti pada masa
tidak hamil. Kadar diaminooksidase ini tidak meningkat pada wanita dengan kariokarsinoma
oleh karena tingginya kadar korionik gonadotropin.
Kadar alkalin-fosfatase meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan wanita yang
tidak hamil. Peningkatan ini dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kadar yang ditemukan pada
janin adalah setengahnya dari apa yang ditemukan pada ibunya. Pemeriksaan kadar alkalin-
fosfatase dapat dipakai untuk menilai fungsi plasenta.
Pitosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pitosinase ditemukan
banyak sekali dalam darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira di antara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg.
Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan
berat badan yang terlalu banyak sering ditemukan pada pre-eklampsia dengan akibat
peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Sebaiknya wanita tersebut diawasi dan
diberi pengertian, sehingga berat badan hanya naik 2 kg tiap bulan sesudah kehamilan 20
minggu. Dan adanya penurunan berat badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu
tanda yang baik.
Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh : 1) hasil konsepsi: fetus,
plasenta, dan likuor amnii: dan 2) dari ibu sendiri: uterus dan mammae yang membesar,
volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih bayak, dan akhirnya ada retensi air.




























PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah
untuk :
Gambar Partograf
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinana berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obsetetri, bidan, dokter umum,
residen dan mahasiswa kedokteran).
Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan : Partograf
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, yaitu :

1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : jam atau pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput
ketuban.

2. Kondisi janin
Bagian atas grafik partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban, dan penyusupan (kepala janin)
Denyut jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).
Setiap kotak di bagian atas partogaf menunjukkan waktu 30 menit. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan
garis dan bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis
tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160.
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan perikasa dalam dan nilai warna
air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ, gunakan lambing-lambang berikut :
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban sdh pecah & air ketuban jernih
M : selaput ketuban sdh pecah & air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sdh pecah & air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sdh pecah & air ketuban tidak mengalir lagi (kering)
Penyusupan (molase) tulang kepada janin
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar
derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala kepala semakin
menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul. Apabila ada dugaan disproporsi
kepala panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan
persalinan. Setiap kali melakukan periksa dalam, niai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur
air ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut ini :
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dg mudah di palpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tetapi masih dpt
dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan
menempati lajur kotak tersendiri. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi
uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus dicantumkan di
garis waktu yang sesuai dengan lajur pembukaan serviks kemudian hubungkan
tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Penurunan bagian terbawah janin
Setiap kali elakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika
ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala
(perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul. Tulisan turunnya kepala dan garis tidak putus dari 0-
5, tertera di sisi yang sama dg angka pembukaan serviks. Berikan tanda O yang
ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan
palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda O di garis
angka 4. Hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di
mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang
dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase
aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipertonik, dll).
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada. Jika pembukaan servuks telah melampaui dan berada di sebelah kanan
garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan.

4. Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Da bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-
kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan 1 jam dimulainya fase
aktif persalinan
Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1
jam penuh dan berkaitan dg 2 kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan
lajur untuk pencatatan pembukaan serviks. DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi
dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.



5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per 10
menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik, beri garis-garis di kotak yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik, isi penuh kotak yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kondisi ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dg nadi dan tekanan darah
ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh
dalam kotak yang sesuai.
Volume urin, protein, atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
aseton dan protein dalam urin.

Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan
persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama
pada kala 4 persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting,
terutama untuk membuat keputusan klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala 4
persalinan). Selain itu, catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah
dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsure-unsur berikut :
Data atau informasi umum
Kala I
Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV

ANTENATAL CARE
Saat wanita hamil, memang banyak sekali perubahan yang akan dialaminya. Untuk itu perlu
sekali asuhan yang tepat ntuk kehamilan.
Tujuannya adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
7. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan
8. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.




Kunjungan antenatal sebaiknya
0-28 minggu = 4 minggu 1 kali
28-36 minggu = 2 minggu 1 kali
Lebih dari 36 minggu = 1 minggu 1 kali
Minimal 4x selama kehamilan
1x pada trimester pertama
1x pada trimester kedua
2x pada trimester ketiga

Penatalaksaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagi
berikut:
Mengupayakan kehamilan yang sehat
Melakukan deteksi dini komplikasi
Melakukan penatalaksaan awal serta rujukan bila diperlukan
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan dini untuk

Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )

Kunjungan ante natal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu :
- 1 kali pada trimester pertama. (< 14 minggu)
Fungsinya adalah:
1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu (builing rapport)
2. Mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan oleh ibu dan yang dapat diobati
sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa.
3. Mencegah masalah yang umumnya terjadi pada ibu hamil seperti, anemia defisiensi zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4. Mendorong prilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat, dsb).

- 2. 1 kali pada trimester kedua (antara minggu 14 28)
Berfungsi untuk:
1. Sama seperti kunjungan pada trimester pertama
2. Perlu kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pemantauan tekanan darah, periksa
protein urine dan gejala yang lainnya

- 3. 2 kali pada trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36)
Fungsinya adalah:
1. Sama seperti kunjungan sebelumnya.
2. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
3. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit

Asuhan Standar minimal 7T, yaitu :
1. Timbang berat badan,
2. mengukur Tekanan darah,
3. ukur Tinggi fundus uteri,
4. pemberian imunisasi TT lengkap,
5. pemberian Tablet fe,
6. Tes terhadap penyakit menular seksual, dan
7. Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan.
Pemberian Tablet Fe
1. Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
2. Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
3. Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
4. Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C karena vit C membantu
penyerapan zat besi.
Imunisasi TT
1. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
2. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
3. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
4. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
5. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
Namun yang terpenting adalah keteraturan. Keteraturan adalah kesamaan keadaan, kegiatan
atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih, keadaan atau hal teratur (Hoetomo, 2005).
Karena dengan pemeriksaan ANC yang teratur, dapat mendeteksi secara dini komplikasi-
komplikasi yang bisa saja terjadi selama masa kehamilan.

HIS DAN TENAGA LAIN DALAM PERSALINAN

Uterus terdiri atas tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan longitudinal, lapisan dalam
sirkular, dan di antara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang beranyaman
tikar. Berbeda dengan otot polos lain, pemendekan otot rahim lebih besar, tenaga dapat
disebarkan ke segala arah dan karena susunannya tidak terorganisasi secara memanjang hal
ini memudahkan pemendekan, kapasitas untuk meningkatkan tekanan dan menyebabkannya
tidak bergantung pada letak atau presentasi janin.
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut
didapat dari pace maker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. Resultane efek
gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris, yaitu
daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadi his akibat :
Kerja hormon oksitosin
Regangan dinding uterus
Rangsangan terhadap fleksus saraf frankenhauser yang tertekan massa konsepsi

His yang sempurna bila terdapat :
a. kontraksi yang simetris,
b. kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri,
c. sesudah itu terjadi relaksasi

Ternyata diketahui bahwa otot-otot uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan
tetapi masih mempunyai tonus, sehingga tekanan di dalam ruang amnion masih terukur
antara 6-12 mmHg. Pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat, disebut amlitudo atau
intensitas his yang mempunyai dua bagian, yaitu:
bagian pertama peningkatan tekanan yang agak cepat
bagian kedua penurunan tekanan yang agak lamban

Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitudo dikalikan dengan
frekuensi his dalam 10 menit menggambarkan keaktifan uterus dan ini diukur dengan unit
Montevideo. Umpama amplitudo 50 mmHg, frekuensi his 3 x dalam 10 menit, maka aktivitas
uterus adalah 50 x 3 = 150 unit Montevideo. Nilai yang adekuat untuk terjadinya persalinan
ialah 150 250 unit Montevideo.
Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba masuk ke
dalam dinding uterus yang disebut pace maker tempat gelombang his berasal. Gelombang
bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke seluruh uterus.
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak
kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri
menjadi lebih pendek daripada sebelumnya yang disebut sebagai retraksi. Oleh karena serviks
kurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan), lebih-lebih
jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras, umpamanya kepala.
Aktivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Bila melakukan pemeriksaan
ginekologik waktu hamil kadang dapat diraba adanya kontraksi uterus (tanda Braxton Hicks).
Pada seluruh trimester kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5
mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan lebih
sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai persalinan mulai.
Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala I, frekuensi dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi
his menjadi 2 4 kontraksi tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat dari hanya 20 detik pada
permulaan partus sampai 60 90 detik pada akhir kala I atau pada permulaan kala II. His
yang sempurna dan efektif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi
simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 60 mmHg yang
berdurasi 60 90 detik, dengan jangka waktu antara kontraksi 2 sampai 4 menit, dan pada
relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi,
maka dapat mengurangi pertukaran O
2
. Terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat janin yang
secara klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung detak jantung janin ataupun
dengan pemeriksaan kardiotokografi.
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban pada
permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke rongga panggul dan
sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks hingga pembukaan menjadi
lengkap.
Sampai saat ini pengukuran kontraksi uterus dilakukan secara klinis dengan
meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi, interval, dan durasinya.
Pengukuran yang lebih akurat misalnya, Electromyography, secara tidak langsung dengan
pemantauan internal janin melalui elektrode kulit kepala ataupun secara eksternal dengan
kardotokografi; pengukuran voltase elektrik yang diakibatkan kontraksi uterus dengan teknik
Uterine Electromyography memakai elektrode permukaan yang mirip EKG yang mungkin
satu terobosan pengukuran his yang lebih sederhana dan akurat tetapi tanpa risiko.
Diharapkan dengna penggunaan alat ini, diagnosis inpartu dan kelainannya lebih akurat di
samping terjadi pengurangan biaya akibat terdiagnosisnya fase labor.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah besar
rahim, besar janin, berat badan ibu, dan lain-lain. Namun, dilaporkan tidak adanya perbedaan
hasil pengukuran tekanan intrauterus kala II antara wanita obese dan tidak obese. Yang
berguna untuk mengakses kemajuan persalinan adalah pembukaan dan penurunan.
Pernyataan bahwa pemendekan interval antara kontraksi dan peningkatan regularitas
kontraksi merupakan prediksi keberhasilan satu augmentasi oksitosin dan persalinan
pervaginam. Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang sudah optimum itu dengan
adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu melakukan kontraksi diafragma dan
otot-otot dinding abdomen yang akan lebih efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan
glotis tertutup. Dagu ibu di dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan menarik pahanya
dekat pada lutut. Dengan demikian, kepala/bokong janin didorong membuka diafragma pelvis
dan pulpa, setelah anak lahir kekuatan his tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Posisi ibu yang tegak (duduk, jongkok, atau berdiri) lebih mempermudah upaya
mengejan ibu yang mungkin diakibatkan bantuan gravitasi dan merupakan posisi yang lebih
fisiologis, meskipun penelitian-penelitian yang ada mengahasilkan kesimpulan dang definitif.
Posisi ibu yang tegak (bukan telentang/dorsolitotomi) serta pendampingan oleh suami yang
kontinyu dianjurkan.
Pada kala III atau kala uri yang berlangsung 2 6 menit, amplitudo his masih tinggi
60 sampai 80 mmHg, tetapi frekuensinya berkurang. Hal ini disebut aktivitas uterus menurun.
Sesudah 24 jam pascapersalinan intensitas dan frekuensi his menurun.
Di tingkat sel, mekanisme kontraksi ada dua, yaitu yang akut dan kronik. Yang akut
diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca
2+
) ke dalam sel yang dimulai dengan depolarisasi
membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca
2+
bebas dalam sel memicu suatu reaksi berantai
yang menyebabkan pembentukan hubungan (cross-bridges) antara filamen aktin dan miosin
sehingga sel berkontraksi. Sementara itu, mekanisme yang kronik diakibatkan pengaruh
hormon yang memediasi transkripsi gen yang menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel,
yaitu CAP (Contracton Associated-proteins).
Yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi diperkirakan adanya sinyal
biomolekular dari janin yang diterima otak ibu akan memulai kaskade penurunan
progesteron, estrogen, dan peningkatan prostaglandin dan oksitosin sehingga terjadilah tanda-
tanda persalinan. Satu teori yang menyatakan bahwa janin merupakan dirigen dari orkestrasi
kehamilannya sendiri, dan komunikasi biomolekular antara ibu dan janin ini merupakan
bagian dari awal ikatan (bonding and attachment) antara ibu dan janin yang akan terjalin
seumur hidup.
Kontraksi uterus umumnya tidak beberapa sakit, tetapi kadang-kadang dapat
mengganggu sekali. Juga pda waktu menyusui, ibu merasakan his yang kadang-kadang
mengganggu akibat refleks pengeluran oksitosin. Oksitosin membuat uterus berkontraksi di
samping membuat otot polos di sekitar alveola berkontraksi pula, sehingga air susu ibu dapat
keluar.
Perasaan sakit pada waktu his amat subjektif, tidak hanya bergantung pada intensitas
his, tetapi bergantung pula pada keadaan mental orangnya. Nyeri waktu melahirkan dianggap
sebagai satu-satunya nyeri yang fisiologis sehingga ada pendapat yang menyatakan tidak
perlu dikurangi intensitasnya. Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia
dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan melalui saraf sensorik
di pleksus hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit di pinggang sering terasa pada kala
pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi sehingga serabut sensorik turut
terangsang. Pada kala II perasaan sakit disebabkan oleh peregangan vagina, jaringan-jaringan
dalam panggul, dan perineum. Sakit ini dirasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar
ke paha sebelah dalam.
Perasaan sakit ini tampaknya sesuai dengan puncak kontraksi yang tercatat secara
manual dan puncak tekanan yang tercatat dengan alat.
Perasaan sakit ini dapat dikurangi dengan cara nonmedikamentosa, yaitu memberi
penjelasan apa yang terjadi/akan terjadi, pendampingan selama persalinan yang kontinyu,
bersalin di air (water birth), atau car medis lainnya anestesi spinal, epidural, kombinasi spinal
dan epidural, PCEA, pemakaian akupuntur, atau pudendal block.


PIMPINAN PERSALINAN NORMAL ( KALA I IV )
Pimpinan persalinan pada Kala 1

1. menilai sampai di mana status persalinan pada saat pemeriksaan awal - apakah sudah
memasuki persalinan atau belum, bila sudah, sampai di mana partus telah berlangsung
2. memperkirakan prognosis keberhasilan partus spontan pervaginam, atau kemungkinan
diperlukannya tindakan lain untuk membantu persalinan. Ibu dianjurkan berbaring miring ke
sisi di mana punggung janin berada, tujuannya untuk mempermudah turunnya kepala dan
putaran paksi dalam, serta untuk mencegah tertekannya aorta abdominalis oleh massa uterus
yang dapat mengganggu vaskularisasi ke uterus dan janin. Ibu tidak diperbolehkan mengedan
/ meneran. Penolong mengisi partograf kemajuan persalinan. Penolong mempersiapkan alat-
alat bantu persalinan.

Kandung kemih dan rektum dikosongkan. Pengosongan rektum dapat dibantu dengan klisma
cairan gliserin 20-40cc atau supositoria. Pemeriksaan luar, tentukan letak dan presentasi
janin. Observasi his dengan meraba uterus daerah fundus, kira-kira di atas umbilikus.
Observasi bunyi jantung janin dengan auskultasi Laennec atau Doppler (jika memungkinkan,
nilai kesejahteraan janin dengan elektrokardiotokografi, karena dapat diketahui perubahan
pola frekuensi denyut jantung janin pada saat his dan pada saat di luar his)
- Pengawasan persalinan : setelah dirawat dirumah sakit, periksa jantung, paru-paru,
apakah ada indikasi kontra untuk pemberian narcosis. Nadi, suhu, dan pernapasan
dicatat tiap 4 jam, jika persalinan lebih 24 jam atau timbul panas, pencatatan tiap 2
jam. Tekanan darah dicatat tiap 6 jam.
- Pemeriksaan abdomen : lebih ditekankan penentuan letak, posisi, dan berat janin,
serta denyut jantung, dalam kala 1 pengawasan dilakukan setiap 3 jam, semakin maju
persalinan semakin maju persalinan, sehingga pengawasan akan lebih sering
- Pengawasan denyut jantung janin :
1. Frekuensi denyut jantung janin, frekuensi normal antara 120 150 / menit dengan
rata-rata 140/menit. Pada waktu His denyut jantung turun menjadi 90 atau 100 /
menit tetapi akan kembali normal dalam waktu 15 20 detik. Bila frekuensi
kurang dari 80 / menit apalagi disertai keluarnya mekonium pada presentasi
kepala menandakan bahwa janin dalam keadaan distress
2. Teratur tidaknya, untuk mengethaui teratur tidaknya denyut jantung janin
didengarkan denyut 5 detik pertama, kemudian 5 detik ke 3 dan 5 detik ke 5.
dalam keadaan normal akan terdengar 12:12:12. Bila beda pengamatan lebih dari
dua, maka menandakan denyut jantung tidak teratur
- Pemeriksaan rektal, dimana dilakukan untuk mengetahui informasi tentang
pembukaan dan presentasi janin ( namun tidak akurat )
- Pemeriksaan dalam ( Vaginal toucher = pemeriksaan vaginal ), sebelum
dilakukannya pemeriksaan dalam harus mencuci tangan dengan teknik steril dan juga
menggunakan sarung tangan dengan menggunakan teknik steril :
1. Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
2. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
3. Untuk menentukan ramalan persalinan
Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam, adalah :
1. Keadaan perineum, pada primigravida perineum utuh dan elastis, sedang pada
multigravida sudah tidak utuh lagi, longgar dan juga robek, Untuk menentukannya
dilakukan dengan menggerakkan jari dalam vagina kebawah dan kesamping
vagina. Dengan cara ini dapat diketahui pula otot levator ani. Pada keadaan normal
akan teraba elastis.
2. Sistokel dan rektokel,sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang
disebabkan kelemahan dinding belakang kandung kemih. Ukuranya biasanya kecil.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan
kelemahan dinding depan rektum. Keadaan ini diakibatkan persalinan yang
berulang, terutama kalau ada robekan perineum, atau bersamaan dengan prolapsus
uteri.
3. Pengeluaran pervaginam:
- Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau monilia
vaginitis, cairan hijau kekuning-kuningan karena trikhomonas vaginitis
- Lendir bercapur darah, adanya bloddy shom karena pembukaan serviks
- Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah
- Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, vasa previa, soluiso plasenta
atau varises yang pecah
4. Serviks, perlu diperhatikan : pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan
kekakuan serviks
5. Ketuban, ; Tentukan ketuban utuh atau tidak, bagaimana keadaan ketuban, dan
bila ada cairan yang keluar tentukan apakah cairan yang keluar itu, benar-benar air
ketuban
6. Presentasi, titik petunjuk, dan posisi: presentasi merupakan bagian yang terbawah
janin, yang akan lebih mudah diketahui bila ketuban sudah pecah. Presentasi
kepala dapat diketahui bila teraba bagian yang bulat keras, tulang parietal, sutura
sagitalis, ubun-ubun besar, dan ubun-ubun kecil. Titik petunjuk, untuk
menentukan posisi dapat diperhatikan titik petunjuk ( perentasi belakang kepala
sebagai titik petunjuk adalah ubun-ubun kecil, sedang pada presentasi bokong ialah
sakrum.Posisi kepala, yang perlu ditentukan ahla dimana letal ubun-ubun kecil
terhadap panggul ibu. Pada posisi ubun-ubun kecil kiri depan, teraba sutura
sagitalis searah jam 2-8 dan ubun-ubun kecil dikiri depan.
7. Turunnya kepala, untuk menentukan sampai dimana turunnya kepala dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan luar dan dipastikan dengan pemeriksaan dalam.
Pada proses persalinan kadan- Madang terdapat kaput suksedaneum yang
mengganggu. Untuk menentukan sampai dimana turunnya kepala ditentukan
dengan bidang Hodge ( H I II III IV )
8. Pemeriksaan panggul, yang perlu diperhatikan hdala bentuk dan usuran
panggul, untuk ukurannya perlu diperhatikan hal berikut :
- Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah simfisis sampai
promontorium dengan begitu konjugata vera dapat ditentukan
- Apakah linea innominada teraba seluruhnya, sebagian atau beberapa bagian, kalau
teraba seluruhnya berarti panggul sempit seluruhnya, kalau hanya sebagaian dari linea
innominada teraba tetapi promontorium teraba maka panggul hdala panggul picak
- Apakah kecekungan sacrum cukup
- Dinding samping panggul lupus atau miring
- Spina iskhiadika runcing atau tumpul
- Arkus pubis sudutnya runcing atau tumpul
- Keadaan dasr panggul apakah kaku, tabal, atau elsatis
9. Tumor jalan lahir, apahak ada turom yang nantinya akan mengganggu persalinan
nantinya atau tidak

Pimpinan Persalinan pada Kala II
Cara memimpin mengejan :
1. Mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan sendirinya, tetapi ada beberapa
pasien yang perlu bimbingan karena pengejanan tidak efektif. Untuk itu perlu
dijelaskan, bahwa mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada His dan pembukaan
lengkap
2. Penderita ditidurkan terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki
atau memegang tepi tempat tidur cbela atas. Bila keadaan janin kurang baik,
penderita mengejan dalam posisi miring
3. Pada permulaan His, penderita disuruh menarik napas dalam, tutup mulut, mengejan
sekuat-kuatnya dan selama mungkin. Bila His makin kuat, setelah menarik napas
pengejanan dapat diulangi lagi. Bila His tidak ada, penderita beristirahat, menunggu
datangnya His berikutnya.
4. Bunyi jantung janin pada Kala II harus diperiksa setiap 10-15 menit diantara dua His.
Bila ada kelainan bunyi jantung janin pemeriksaan dilakukan lebig sering. Nadi perli
diawasi karena nadi yang cepat antara lain menunjukkan kelelahan, dan perlu
dipikirkan apakah pengejanan masih dapat dilanjutkan

Persiapan menolong lahirnya bayi :
1. Tindakan asepsis dan antisepsis perlu diperhatikan pada Kala II. Vulva dan sekitarnya
dibersihkan dengan sempurna, penolong mencuci tangan secara legeartis, memakai
sarung tangan steril, baju khusus untuk kamar bersalin, tutup kepala dengan masker.
Kaki, perut dan bokong ibu ditutup dengan kain steril, hanya bagian vulva yang
terlihat
2. Dengan adanya pengejanan yang berulang kali, kepala akan membuka vulva. Bila
kepala terlihat dengan diameter 6-8 cm, perineum ditahan dengan kain steril, supaya
lahrinya dagu dapat dihambat. Bersamaan dengan tindakan tersebut, tangan yang lain
menahan belakang kepala supata tidak terjadi defleksi yang cepat. Tindakan semacam
ini disebut tindakan manipilasi secara Ritgen
3. Dengan cara ini laserasi di vulva dapat dicegah, karena lahirnya kepala diarahkan,
hingga lingkaran yang melalui vulva adalah yang terkecil. Bila diperlukan, sebaiknya
dilakukan episiotomi, karena luka episiotomi umumnya lebih mudah diperbaiki dan
sembuh per primam
4. Setelah kepala lahir bersihkanlah mulut dan hidung bayi dengan kasa sterill.
Periksalah apakah tali pusat melilit leher. Biasanya lilitan tak begitu erat sehingga
mudah dilonggarkan, tetapi kalau terlalu erat, guntinglah tali puast dianyara dua klem
5. Tidak lama setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar, karena divulva bahu
berada dalam jurusan muka belakang. Kemudian akan diikuti lahirnya bahu secara
spontan,mula-mula bahu belakang kemudian bahi depan. Kalau bahu tak dapat lahir
spontan, perlu dibantu dengan cara kepala dipegang biparietak dengan dua tangan dan
kepala ditarik kebelakang sampai bahu depan dibawah simfisis. Dengan bahu depan
sebagai hipomokhlion kepala ditarik kedepan untuk melahirkan bahu belakang.
Tindakan ini dalam keadaan normal dapat dilaksanakan. Penarikan kepala kebawah
dan keatas tidak boleh dilakukan terlalu kuat, karena pleksus brakhialis dapat teregang
dan megakibatkan kelumpuhan lengan.
6. Begitu bahu lahir, badan bayi akan segera mengikuti. Jangan pernah menggait ketiak
dengan telunjuk, karena ini dapat merusak syaraf lengan. Segera setelah bayi lahir,
bersihkanlah jalan napas dengan mengisap lendir atau air ketuban yang masuk mulut,
hidung, kerongkongan, dan lambung

Mengikat tali pusat, caranya :
1. Tali pusat dijepit dengan klem Kelly didua tempat dan dipotong diantaranya,
kemudian diikat dengan tali yang agak tebal sejauh 5 cm dari pusar bayi

Pimpinan persalinan pada Kala III
Kemudian tali pusat dijepit di dua tempat berdekatan dan dipotong di tengah-tengahnya .
Luka potongan dirawat, diikat dan ditutup. Tali pusat yang menghubungkan umbilicus bayi
dengan plasenta, kadangkadang terdapat lilitan. Jika saat baru kepala dan leher yang
dilahirkan tampak ada lilitan, perlu dibebaskan dulu sebelum melanjutkan pengeluaran bayi.
Jika lilitan terlalu erat, talipusat dijepit dan dipotong langsung di dekat leher bayi. Beberapa
kepustakaan menganjurkan penundaan penjepitan/ pemotongan tali pusat selama beberapa
detik (delayed clamping), atau pengaturan posisi ketinggian bayi terhadap ibu, atau
pengurutan tali pusat ke arah bayi. Tujuannya adalah untuk menambah volume vaskularisasi
bayi sebelum dilakukan pemotongan, misalnya pada bayi prematur atau berat badan rendah -
namun hal-hal ini masih kontroversial.
"The active management on the third stage of labour" (WHO)
Active management here is defined as a package of intervention, including :
1. Administration of prophylatic oxytocic / uterotonic immediately with or shortly after the
birth of the baby.
2. Early cord clamping and cutting
3. Controlled cord traction to deliver the placenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak
disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Beberapa cara untuk
menilai plasenta sudah / belum lepas : Kustner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan,
daerah suprasimfisis ditekan dengan tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya respon dari
regangan tali pusat.
Strassman : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah fundus uteri diketuk2 dengan
tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya respon pada regangan tali pusat. Klein : ibu disuruh
meneran, akan tampak ujung tali pusat bergerak turun, dan ketika meneran dihentikan, jika
ujung tali pusat naik kembali berarti plasenta belum lepas. Jika lama melebihi 15 menit
plasenta belum keluar, atau jika terjadi perdarahan masif, dilakukan manuver untuk segera
mengeluarkan plasenta, dapat dengan cara :
1. tali pusat ditarik (tetapi banyak literatur tidak menganjurkan, karena dapat putus di dalam
menyebabkan perdarahan berat, dan dapat juga terjadi involusi uteri karena dinding korpus
uteri ikut tertarik ke luar akibat perlekatan plasenta yang erat)
2. cara Crede : uterus dipijat pada fundus dengan tali pusat ditegangkan
3. cara Brandt-Andrews : uterus ditekan di abdomen di daerah fundus, kemudian di daerah
suprasimfisis atau subumbilikal ke arah kraniodorsal (arah tekanan membentuk sudut ke
belakang / vertebra dan ke atas / kepala) sambil tali pusat ditegangkan.
4. cara manual : satu tangan menegangkan tali pusat, tangan lain masuk menyusur tali pusat
ke dalam kavum uteri, mencari insersi plasenta terhadap dinding uterus kemudian disisihkan
secara manual dan dikeluarkan keseluruhan. Setelah plasenta keluar diperiksa :
1. ukuran, berat, bentuk, konsistensi, warna, kelengkapan massa plasenta
2. ada/tidak lobus asesorius, infark, perdarahan, tumor, nodul
3. tali pusat : panjang, insersi, jumlah pembuluh darah, trombosis, lilitan / simpul, Whartons
jelly Jika dicurigai masih ada sisa dalam kavum uteri, dilakukan eksplorasi lagi dengan
manual untuk mengeluarkan sisanya. Sisa jaringan plasenta atau selaput korioamnion dalam
kavum uteri dapat menjadi sumber perdarahan yang terbuka serta dapat mengganggu
kontraksi uterus yang optimal. Jika curiga ada patologi tertentu pada plasenta : periksa
patologi anatomi (lab).

Pimpinan persalinan pada Kala IV
Setelah satu jam berlalu dilakukan lagi observasi, dimana diperhatikan tujuh pokok penting
yaitu :
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan dari vagina dan dari genital-genital lainnya
3. Placenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6. Bayi dalam keadaan baik
7. Ibu dalam keadaan baik




































BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan skenario, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan ibu dan
janin dalam persalinan adalah tujuan utama. Dimana untuk mencapai tujuan tersebut dengan
memulai tahapan paling awal yaitu antenatal care rutin ketika si ibu mulai diketahui sedang
dalam keadaan hamil. Menilai keadaan pakah ibu hamil atau tidak dapat dengan 3 penilaian
yaitu dugaan, kemungkinan dan pasti (positif). Keadaan umum ibu harus selalu dikontrol 1
kali pada triseester 1, 1 kali ketika trisemester II dan dua kali ktika trisemester III. Ketika
proses persalinan berlangsung, maka dokter sudah harus mengetahui tindakan apa yang harus
dilakukan seperti pengetahuan tentang kala I, II, III dan IV serta pemimpin persalinan. Hal ini
dapat di lakukan sempurna jika penilaian terhadap kondisi ibu selalu di kontrol secara akurat
tiap jamnya dengan partograf. Kehamilan akan mempengaruhi berbagai macam adaptasi
fisiologis seluruh organ tubuh dimana bertujuan untuk memberikan suatu keadaan yang aman
bagi janin agar janin mersa sejahtera. Dimana keadaan adaptasi tersebut akan kembali ke
keadaan semula sejalan dengan berakhirnya masa persalinan. Nutrisi,vaskularisasi, kontrol
obat selalu dibutuhkan untuk kesejahteraan ibu. Sehingga sebagai dokter kita dapat
menghindari trias klasik kematian ibu yaitu perdarahan, gestosis, dan infeksi. Serta trias
klasik janin yang meliputi trauma persalinan, asfiksia, dan infeksi. Dan beberapa hal penting
yang menentukan keberhasilan diantaranya adalah:
1. Faktor jalan lahir (passage)
2. Faktor his dan mengejan (power)
3. Faktor janin dan plasenta (passenger)
4. Faktor resiko yang sejak semula harus diperhitungkan
5. Faktor kejiwaan ibu dalam menghadapi persalinan
6. Faktor penolong sendiri
Sehingga tujuan well born baby and health mother tercapai.

B. SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi
kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang memberikan
materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2008, dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan
laporan ini.












































DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculap.

F.Gary Cunningham dkk. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Penelitian Bidan,
Jakarta:EGC.

Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologis, Jakarta : EGC.

Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC.

Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri Williams, Jakarta : EGC.

You might also like