You are on page 1of 57

Oleh :

Hendrix Yulis Setyawan, STP. Msi



Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang 2009
Rekayasa Proses Agroindustri
TEKNOLOGI SURFAKTAN
DEFINISI SURFAKTAN
Apabila ditambahkan ke suatu cairan
pada konsentrasi rendah, maka dapat
mengubah karakteristik tegangan
permukaan dan antarmuka cairan
tersebut.
SURFAKTAN
Senyawa organik yang dalam
molekulnya memiliki sedikitnya satu
gugus hidrofilik dan satu gugus
hidrofobik.
Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemu/kontak
Permukaan yaitu antarmuka dimana satu fasa kontak dengan
gas, biasanya udara.
Ekor : Hidrofobik (grup nonpolar) Kepala : Hidrofilik (grup polar)
- Bersifat hidrofobik dalam media
air
- Bersifat hidrofilik dalam media
hidrokarbon
- Bersifat hidrofilik dalam media
air
- Bersifat hidrofobik dalam media
hidrokarbon
Skema Molekul Surfaktan
Gugus Hidrofilik :

(1) Bermuatan negatif ==> surfaktan anionik.
(2) Bermuatan positif ==> surfaktan kationik.
(3) Bermuatan positif dan negatif ==> surfaktan amfoterik (ampholyte,
zwitterion)
(4) Tidak bermuatan ==> surfaktan nonionik.
Gugus Hidrofilik Struktur Kimia
Anionik :
- Sulfate - OSO
2
O
-
- Sulfonate - SO
2
O
-
- Phosphated ethoxylate - [(OC
2
H
4
)
x
]
2
P(O)O
-
- [(OC
2
H
4
)
x
] P(O)(O
-
)
2
- Karboksilat - COO
-
Kationik :
Ammonium, primer - NH
3
+
Ammonium, sekunder l
- NH
2
+
Ammonium, tersier l
- NH
+
Ammonium, kuartener l
- N
+
-

l
Beberapa Gugus Hidrofilik pada Surfaktan Komersial
Gugus Hidrofilik Struktur Kimia
Nonionik :
- Polyoxyethylene (ethoxylate) - (OCH
2
CH
2
)
x
OH
- Monogliserida - OCH
2
CHOHCH
2
OH
- Digliserida - OCH
2
CH(O-)CH
2
OH
- OCH
2
CHOHCH
2
O-
- Monoetanolamida - NHCH
2
CH
2
OH
- Dietanolamida - N(CH
2
CH
2
OH)
2
Amfoterik :
- Aminocarboxylate l
-
+
NH
2
(CH
2
)
x
COO
-
, -N
+
H(CH
2
)
x
COO
-
- Betaine l
-N
+
(CH
2
)
x
COO
-
l
- Sulfobetaine l
-N
+
(CH
2
)
x
CH
2
SO
3
-
l
- Amine oxide l
-N
+
-O
-
l
Gugus Hidrofobik

(1) Hidrokarbon
Dapat berupa rantai alkyl lurus, becabang, jenuh, tidak jenuh, sebagian
siklik ataupun aromatik.
(2) Perfluorohidrokarbon
Dapat berupa rantai lurus atau bercabang, perfluoronated sempurna
atau diikat pada hidrokarbon
(3) Siloxane
Seringkali diikatkan ke gugus hidrofilik melalui perantara rantai alkyl
pendek.
(4) Polyoxypropylene atau polyoxybutylene
Gugus Hidrofobik Struktur Kimia
Linear, saturated alkyl (n-dodecyl) CH
3
(CH
2
)
10
CH
2
-
Branched, saturated alkyl (2-ethylhexyl) CH
3
(CH
2
)
3
CHCH
2
-
l
CH
2
CH
3
Linear, unsaturated alkyl (oleyl) cis-CH
3
(CH
2
)
7
CH=CH(CH
2
)
7
CH
2
-
Alkylbenzene (linear dodecylbenzene) CH
3
(CH
2
)
11
C
6
H
4
-
Alkyldiphenyl ether C
6
H
5
OC
6
H
4
(R)-
Polyoxypropylene -[OCH(CH
3
)CH
2
]
x
-
Polyoxybutylene -[OCH(C
2
H
5
)CH
2
]
x
-
Polysiloxane (CH
3
)
3
Si[OSi(CH
3
)]
x
OSi(CH
3
)
3
l
Perfluoroalkyl CF
3
(CF
2
)
x
CF
2
-
Lignin Complex polymeric phenol
Beberapa Gugus Hidrofobik pada Surfaktan Komersial
Kelompok Surfaktan
Anionik Nonionik Kationik
Amfoterik
Linier alkilbenzen
sulfonat (LAS),
alkohol sulfat
(AS), alkohol eter
sulfat (AES), metil
ester sulfonat
(MES)
Dietanolamida
(DEA), sukrosa
ester, sorbitol,
sorbitan ester,
ethoxylated
alcohol,
Fatty amine,
amidoamine,
diamine,
amine oxide,
quaternary
amine, amine
ethoxylate
Aminocarboxylic
acid, alkil betain
Sumber : Hui (1996) dan Matheson (1996)
Tegangan Permukaan
- Terbentuk karena adanya gaya tarik menarik antara molekul-molekul
pada suatu cairan dengan udara.
- Surfaktan mengubah tegangan permukaan cairan dengan cara
memecah gaya yang menahan molekul cairan di bagian antarmuka.
- Dua macam cara pengukuran tegangan permukaan :
a. Tegangan permukaan kesetimbangan (equilibrium surface tension),
yaitu mengukur seberapa efektif surfaktan mampu menurunkan
tegangan permukaan air.
Nilai tegangan permukaan air = 72 dyne/cm.
b. Tegangan permukaan dinamis (dynamic surface tension), yaitu
mengukur seberapa cepat surfaktan mampu menurunkan tegangan
permukaan suatu larutan.
- Dalam waktu singkat, tegangan permukaan dinamis akan mencapai nilai
tegangan permukaan kesetimbangan.
Critical Micelle Concentration (CMC)
- Micelle adalah kumpulan unit yang terdiri dari sejumlah molekul bahan
aktif permukaan (surface active material).
- Micelle melarutkan kotoran dan minyak dengan cara mengangkat
kotoran tersebut dari permukaan dan mendispersikannya ke larutan.
- CMC adalah konsentrasi surfaktan dimana sejumlah micelle tebentuk
dan mampu memisahkan kotoran.
- CMC untuk mengukur efisiensi surfaktan. CMC yang rendah
menunjukkan bahwa makin sedikit surfaktan yang diperlukan untuk
menjenuhkan permukaan dan membentuk micelle.
- Untuk mendapatkan kinerja pembersihan yang optimal, umumnya
konsentrasi surfaktan yang digunakan adalah 1-5%.
Hydrophile-Lipophile Balance (HLB)
- HLB adalah ukuran empiris untuk mengetahui hubungan antara gugus
hidrofilik dan hidrofobik pada suatu surfaktan.
- Sistem HLB digunakan untuk mengidentifikasi emulsifikasi minyak dan
air oleh surfaktan.
- Dua tipe emulsi, yaitu :
a. Water-in-oil (w/o), artinya air terdispersi di dalam minyak.
Memerlukan surfaktan dengan nilai HLB rendah.
b. Oil-in-water (o/w), artinya minyak terdispersi di dalam air
Memerlukan surfaktan dengan nilai HLB tinggi.
- Makin tinggi nilai HLB, maka surfaktan makin bersifat larut air.
- Makin rendah nilai HLB, surfaktan makin bersifat larut minyak.
- Nilai HLB dapat dihitung untuk jenis surfaktan alcohol ethoxylate
sederhana.
- Nilai HLB untuk jenis surfaktan lainnya diperhitungkan secara
eksperimental.
Nilai HLB Karakteristik Kinerja
< 10 Larut minyak (oil soluble)
> 10 Larut air (water soluble)
4 - 8 Bahan anti pembusaan
(antifoaming agent)
7 - 11 Emulsifier w/o
12 - 16 Emulsifier o/w
11 - 14 Bahan pembasahan (wetting agent)
12 - 15 Detergent
16 - 20 Penstabil (stabilizer)
Nilai HLB dan Karakteristik Kinerja Surfaktan
Cloud Point
- Cloud point yaitu suhu dimana larutan surfaktan yang bersifat water
soluble menjadi keruh
- Digunakan untuk mempertimbangkan stabilitas penyimpanan surfaktan.
- Penyimpanan surfaktan pada suhu yang lebih tinggi dari cloud point,
berakibat terjadinya fase pemisahan dan ketidakstabilan surfaktan.
- Karakteristik wetting, cleaning dan foaming pada suatu surfaktan dapat
berbeda pada titik di atas dan di bawah nilai cloud point. Surfaktan
nonionik memperlihatkan efektifitas yang optimal bila digunakan pada
suhu mendekati atau dibawah nilai cloud pointnya, sementara tipe low-
foam surfactant harus digunakan pada suhu sedikit lebih tinggi dari
nilai cloud pointnya.
- Cloud point diukur menggunakan larutan surfaktan 1%.
- Nilai cloud point berkisar antara 0 - 100
o
C,
dan dibatasi oleh pembekuan
dan titik didih air.
Hydrotrope
- Hydrotrope yaitu sejenis bahan yang digunakan untuk meningkatkan
kelarutan surfaktan dalam air, khususnya pada lingkungan yang
mengandung builder atau alkali dalam jumlah besar.
- Keberadaan builder atau elektrolit lainnya akan menurunkan suhu cloud
point dan kelarutan surfaktan dalam suatu larutan, sehingga
hydrotrope digunakan untuk menyesuaikan cloud point suatu formula.
- Makin tinggi konsentrasi hydrotrope berdampak pada makin tingginya
cloud point.
- Hydrotrope tidak berkontribusi ataupun mengurangi kinerja surfaktan
ataupun builder.

Drave Wetting Test
- Drave wetting test umumnya digunakan untuk mengukur kecepatan
larutan surfaktan dapat membasahi pori-pori, khususnya substrat yang
bersifat hidrofobik.
Hidrofilik
Hidrofilik
Hidrofobik
Hidrofilik
COO
-

COO
-

COO
-

COO
-

COO
-

COO
-

COO
-

-
OOC
COO
-

COO
-

COO
-

COO
-

-
OOC
-
OOC
-
OOC
Struktur molekul surfaktan dalam suatu sistem emulsi
Apakah berdasarkan
tingkat kinerja
surfaktan?
(Efektivitas)
Definisikan
Maksud
Terbaik
Pemilihan Jenis Surfaktan
Apakah berdasarkan seberapa banyak
surfaktan tersebut dibutuhkan untuk
mencapai tingkat kinerja yang diinginkan ?
(Efisiensi)
Apakah berdasarkan
seberapa cepat
surfaktan mampu
mencapai tingkat kinerja
yang diinginkan?
(Kecepatan aksi)
Surfaktan jenis apa yang
terbaik ?
Aspek lainnya yang perlu dipertimbangkan :
- Stabilitas kimia dari surfaktan
Stabilitas kimia surfaktan dalam suatu sistem sangat penting, misalnya
pada formulasi kosmetika. Pada beberapa kasus, kadang diperlukan
surfaktan yang tidak stabil, misalnya pada formulasi coating
menggunakan surfaktan.
- Dampak surfaktan terhadap lingkungan
Perlu diperhatikan pengaruh bahan kimia terhadap lingkungan
(1) sifat biodegradability
Contoh : degradasi alcohol ethoxylate sekunder lebih lambat
dibandingkan alcohol ethoxylate primer.
(2) sifat toksisitas terhadap organisme.
- Iritasi terhadap kulit
iritasi kulit oleh surfaktan merupakan faktor utama yang perlu
diperhatikan pada produk-produk yang kontak dengan kulit.
Contoh : pada produk kosmetika, shampo, sabun, deterjen.
Karakteristik Kinerja Surfaktan
Wetting dan Waterproofing
- Wetting dan waterproofing tergantung pada perubahan yang dihasilkan
oleh surfaktan terhadap antarmuka.
- Semacam cairan disebarkan ke substrat (cairan atau padatan), cairan
tersebut memindahkan fase awal yang kontak dengan substrat,
menggantikannya dengan lapisan yang melingkupi cairan sehingga
terbentuk antarmuka baru dimana baik substrat dan fase awalnya kontak
dengan lapisan baru tersebut.
- Perbedaan wetting dan waterproofing :
a. Pada wetting, adsorpsi surfaktan ke pemukaan memungkinkan air
untuk disebarkan ke permukaan berlilin atau berminyak.
b. Pada waterproofing, antarmuka suautu permukaan diubah sehingga
lebih bersifat hidrofobik, sehingga pembasahaan oleh air menjadi lebih
sulit.
Foaming dan Defoaming
- Foaming dan defoaming tergantung pada perubahan yang dilakukan
surfaktan terhadap antarmuka gas/larutan.
- Foam dihasilkan ketika gas dimasukan ke dalam larutan dimana terbetuk
lapisan permukaan yang bersifat viskoelastis.
- Pada foaming, surfaktan ditambahkan untuk meningkatkan sifat
viskoelastis, sehingga terbentuk busa lebih banyak.
- Pada defoaming, surfaktan ditambahkan untuk mengurangi atau
menghilangkan sifat viskoelastis lapisan antarmuka gas/larutan. Hal ini
dilakukan baik dengan menetralkan atau mengganti lapisan awal dengan
lapisan baru yang lebih bersifat tidak viskoelastis.

Emulsifikasi dan Demulsifikasi
- Emulsi adalah dispersi suatu larutan (fasa diskontinyu) pada cairan yang
bersifat immiscible (fasa kontinyu).
- Emulsi distabilkan oleh lapisan surfaktan (emulsifying agent) pada
antarmuka antara dua cairan, sehingga menghasilkan pembatas elektrik
yang menghalangi bersatunya droplet-droplet fase cairan yang
terdispersi.
- Demulsifikasi suatu emulsi terjadi apabila pembatas elektrik dikurangi
atau dihilangkan, sehingga menyebabkan pecahnya emulsi.

Dispersi dan Flokulasi
- Dalam emulsi, dispersi partikel padatan dalam suatu larutan dimana
padatan tersebut bersifat tidak larut distabilkan menggunakan lapisan
surfaktan (dispersing agent) pada antarmuka antara dua fasa yang
menghasilkan pembatas elektrik sehingga mencegah bersatunya partikel-
partikel padatan yang terdispersi.
- Pengurangan atau penghilangan pembatas elektrik menyebabkan
terjadinya flokulasi.

Adhesion Promotion
- Adhesi antara 2 fasa immiscible tergentung pada kekuatan interaksi
antara dua molekul berbeda yang berhadapan saling berseberangan
antarmuka antara dua molekul tersebut.
- Makin kuat interaksi antara dua molekul tersebut, makin besar gaya
adhesi antara dua fasa tersebut.
Air
Proses Pembusaan
Air
Lemak/
Minyak
Surfaktan
Air
Air
Air
Udara
Udara
Udara
Udara
Air
Surfaktan
Solubilisasi pelarut yang bersifat tak larut (solvent-insoluble material)
- Diperlukan untuk melarutkan air dengan pelarut yang tidak dapat larut
dengan air.
- Solubilisasi pelarut yang bersifat tidak larut dalam air tergantung pada
kehadiran micelle surfaktan dalam fasa pelarut, dengan bagian hidrofobik
dari micelle surfaktan berada di bagian dalam.
- Contohnya : melarutkan air ke bahan bakar pesawat terbang untuk
mencegah terbentuknya formasi kristal es di saluran bahan bakar pada
suhu di bawah titik beku air.

Hydrotropy
- Karakteristik yang sama atau menyerupai molekul surfaktan yang mampu
meningkatkan kelarutan berbagai zat terlarut dalam suatu pelarut.

Peningkatan viskositas
- Viskositas fase larutan ditingkatkan dengan meningkatkan fraksi volume
bahan terlarut (solute) dalam larutan
- Merupakan fungsi dari micelle dalam sistem, bahkan lebih bergantung pada
struktur micelles surfaktan yang terbentuk.
Nilai Tambah Produk Turunan Kelapa Sawit
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
My.
Goreng
asam
lemak
asam
stearat
Margarin gliserin fatty
alcohol
Metil ester surfaktan
n
i
l
a
i

t
a
m
b
a
h

(
%
)

Produk
pembersih
62.9%
Pangan
2.3%
Plastik
0.5%
Kertas
1.4%
Tekstil & kulit
8.4%
Industri cat
1.9%
Perminyakan
5.1%
Agrochemicals
2.3%
Polimerisasi
emulsi
3.4%
Konstruksi
5.5%
Bahan peledak
0.1%
Lainnya
6.2%
Persentase Pasar Surfaktan
Sumber : www.chemsoc.org
ROADMAP SURFAKTAN
Bahan Baku
Seleksi bahan
baku potensial
Seleksi bahan
baku potensial
Seleksi bahan
baku potensial
Sumber Pati &
Gula
Sumber
Emulsifier
Minyak/Lemak
Nabati
Teknologi
Splitting
Teknologi
Isolasi/Ekstraksi
Teknologi
Splitting
Teknologi
Esterifikasi
Teknologi
Pemurnian
Teknologi
Sulfatasi
Teknologi
Amidasi
Teknologi
Transesterifikasi
Kondisi Proses
Konversi
Pengembangan
Proses
Kondisi Proses
Konversi
* Suhu Reaksi * Sistem Reaksi
* Rasio mol reaktan * Pemurnian
* Agitasi * Formulasi
Penggandaan
Skala Produksi
Studi
Kelayakan
Rancang
Bangun
Teknologi
Sulfonasi
Teknologi
Epoksidasi
Teknologi
Sukrolisis
Pembangunan
Konstruksi Pabrik
Surfaktan
Amfoterik
Surfaktan
Nonionik
Surfaktan
Anionik
Surfaktan
Kationik
Industri
Surfaktan
Industri
Cleansing &
Washing
Product
Industri
Kosmetika &
Personal Care
Products
Industri
Bahan
Peledak
Industri
Perminyakan
Industri
Pangan
Industri
Farmasi
Industri
Obat-obatan
Pertanian
Pertambangan
Konstruksi
dan
Pekerjaan
Sipil Lainnya
R & D
Teknologi
Produk
Market
Diagram Oleokimia Dasar dan Turunannya
Minyak
dan
Lemak
Gliserol
Gliserida parsial
Triasetin
Ester asam lemak
Alkyl epoxy ester
Asam lemak ehoxylate
Conjugated fatty acid
Asam lemak jenuh
Alkohol Guerbet
Alkyl klorida
Fatty alkohol ethoxylate
Fatty alkohol sulfat
Ester
-sulfo fatty acid ester
Fatty acid alkanolamide
Epoxidized trigliserida
Ethoxylated trigliserida
Hydrogenated oil
Turkey red oil
Hidrolisis
Asam lemak
(fatty acid)
Esterifikasi
Esterifikasi
Epoksidasi
Ethoxylasi
Konjugasi
Hardening
Metil ester
asam lemak
Transesterifikasi
Fatty
alkohol
Reaksi Guerbet
Klorinasi
Ethoxylasi
Sulfatasi
Esterifikasi Hidrogenasi
Sulfonasi
Amidasi
Epoksidasi
Ethoxylasi
Hidrogenasi
Sulfatasi
Fatty alkohol alkoxylate
Fatty alkohol eter sulfat
Fatty alkohol eter fosfat
Fatty alkohol
sulfosuccinate
Propoxlation
Sulfatasi
Fosfatisasi
Sulfitasi
Esterifikasi
Sukrosa ester
Sukrolisis
POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT
KELAPA SAWIT
Daun
Tangkai
Bunga
Bunga
Buah
Batang Akar
Bahan
Kerajinan
Tokoferol
Nutrien
Organik
Lipid
Isoenzim
Pulp
Nira
Gula
Merah
Anggur
Sawit
Vitamin B
komplek
Cuka
Kelapa
Estragol Daging
Buah
Biji/Inti Kelapa Sawit
(PK)
Cangkang
Sawit
Daging Buah
Tandan
Kosong
Limbah
Padat
Limbah
cair
Arang
Pulp
Pasta
Pati
Lignin
Silose
Silitol
Tambang/
Tali
Bahan Kerajinan
Kayu Kelapa
Sawit
Minyak Kelapa Sawit
Kasar (CPO)
Lumpur Kelapa Sawit
Gasbio
Aseton-
Butanol-
Etanol
Pelet
Bahan
Bangunan
Metan
Bungkil
Makanan
Ayam
Makan Ternak
Ruminansia
Media
Pertumbuhan
Enzim Ekstra
Sekunder
Pakan Domba
Pelet Karbon
Selulosa
Absorber
Polipot TKS
(Pot Tanaman)
Biogas
Alkohol
Metan
Media
Pengembangbiakan
Cacing
Media
Pertumbuhan
kapang
Pulp
Lignin
Abu Janjang
Surfaktan
Campuran Pupuk
Pangan Non
Pangan
Minyak
Sawit (CPO)
Selulosa
Media
Pertumbuhan
Kapang
Makanan
ternak
Bahan Vernis,
Minyak
Rengas
Bahan
Bakar
Karbon Aktif
Poliblen
Lignin
Surfaktan
Glukosa
Tepung
Tempurung
Arang
Karbon Aktif
Briket Arang
Testa
Bungkil Inti
Sawit
Tepung Inti
Sawit
Minyak Inti
Sawit (PKO)
Kue-kue Inti
Sawit
Mono
Gliserida
Digliserida
Ransum
Ternak
Silitol
Silose
Asam
Amino
Es krim Minyak
Goreng
Karoten Asam
Lemak
Trigliserida,
Digliserida,
Monogliserida
Protein Sel
Tunggal
Vitamin A Stearin Olein Lipase Soap stock
Margarine
Minyak
Salad
Metalic
soap
Fatty
alkohol
Polyethoxylated
Derivates
Asam
Organik
Sabun
Ester Dibasic
Acid
Fatty
amines
Fatty Acide
Amides
Fatty Alkohol
Margarine
Cocoa Butter
Substitute
Shortening
Vegetables
Ghee
APLIKASI SURFAKTAN
PADA INDUSTRI
INDUSTRIAL APPLICATION OF SURFACTANTS
Deinking agents
Defoaming agents
Dispersants for CaCO3
Additives for
polymerization
Textile
Construction
Pulp &
Paper
Plastics
Palm Oils
Energy
Environment
Fermentation
Toiletries
Cosmetics
Detergent
Agro
chemicals
Food
Others
Laundry
detergent
chemicals
Anti-dusting agetns for coals
Water treatment chemicals
Scale inhibitors
Scouring and bleaching agents
Dyeing auxiliaries
Softening agents
Antistatic agents
Shade improvers
Concrete additives
Gypsum board additives
Asphalt emulsifiers.
Chemical for palm oil
fractionation
Foaming agents
for toothpastes
Cosmetics
chemicals
Fermentation
additives
Water
Treatment
Metal
Oilfield
Firefighting
Foam
Emulsion
Polymerization
Explosive
Material
Adjuvants
Additives for agrochemicals
Anti-caking agents
Wood preservativesv
Anionic Surfactant
Cationic Surfaktant
Amphoteric Surfactant
Nonionik Surfactant
Surfactant :
Source : Modification of KAO Indonesia Chemicals Information
Agrochemical
Biasanya digunakan surfaktan nonionik dan memiliki cabang
hidrofobik.
Nilai HLB berkisar antara 9 - 14
Umumnya surfaktan digunakan di bawah atau mendekati nilai CMC-nya,
dengan tujuan untuk mencegah solubilisasi bahan aktif yang dapat
menurunkan aktivitas biologis.
Produk berbentuk bubuk (wettable powder) dan larutan suspensi
(suspension concentrate)
Surfaktan Minimum tegangan permukaan (dyne/cm)
Nonylphenol ethoxylate (9 EO) 29,1
Lauryl alcoohol ethoxylate (9 EO) 32,2
Tall oil fatty acid ethoxylate (10 EO) 33,5
Tridecyl alcohol ethoxylate (8-9 EO) 27,5
Sodium di (2-ethylhexyl) sulfosuccinate 25,5
Trisiloxane ethoxylate (8 EO), CH
3
-terminated 21,0
Tabel. Minimum nilai tegangan permukaan larutan beberapa jenis surfaktan
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Surfaktan Fungsi Utama
Dodecylbenzene sulfonate Wetting
Dioctylsulfosuccinate Wetting
Sodium alkylnaphthalene sulfonate Wetting
Naphthalenesulfonate-formaldehyde condensate Dispersing
Ethoxylated tristyrylphenol sulfate Dispersing
Sodium lignosulfonate Dispersing
Tabel. Surfaktan pada produk berbentuk bubuk (wettable powder)
Surfaktan Fungsi Utama
Sodium dodecylbenzene sulfonate Wetting
Dibutyl and di-isopropyl naphthalene sufonate Wetting
Dioctyl or dinonylphenolsulfosuccinate Wettaing
N-methyl oleyl taurate Wetting and Dispersing
Naphthalene sulfonate-formaldehyde condensate Dispersing
Lignosulfonate Dispersing
Dodecyldiphenylether disulfonate Dispersing
Ethoxylated (6-12 EO) nonylphenol phosphate ester Wetting and Dispersing
Ethoxylated (14-16 EO) tristyrlphenol phosphate sodium salt Wetting and Dispersing
Tabel. Surfaktan pada produk berbentuk larutan suspensi (suspension concentrate)
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).aaaa
Keuntungan produk berbentuk larutan suspensi (suspension
concentrate) dibandingkan bubuk (wettable powder) :
Lebih mudah digunakan karena sudah terdispersi dalam air
Lebih mudah didispersikan ke produk aplikasi
Dalam penggunaanya tidak dihasilkan debu
Volume kemasannya lebih rendah
Lebih mudah dilarutkan dan menghasilkan bentuk suspensi yang stabil
bila dilarutkan dengan air.
Emulsion Polymerization
Surfaktan merupakan bahan yang diperlukan pada proses polimerisasi
emulsi, yaitu sebagai :
- monomer emulsifier dan penstabil lateks.
- sebagai media transfer panas
- menjaga stabilitas dispersi partikel polimer yang mengembang.
Utamanya digunakan surfaktan anionik.
Surfaktan nonionik umumnya digunakan sebagai emulsifier sekunder.
Grup ionik pada molekul surfaktan menjaga stabilitas emulsi monomer/air
dan mengontrol distribusi ukuran partikel dengan cara menstabilkan
dispersi partikel.
Monomer Surfaktan yang Digunakan
Styrene, butadiene Dodecylbenzene sulfonate, dodecyldiphenyl ether disulfonate
Vinyl chloride Partially hydrogenated fatty acid soap, sodium lauryl sulfate
Styrene/butadiene Fatty acid soap, dodecylbenzene sulfonate, dodecyldiphenyl
ether disulfonate, polyoxyethylenated (9-14 EO) octylphenol
Methyl or butyl ester of
acrylic/methacrylic acid
Sodium lauryl sulfate octyl, nonylphenol ether (4-10 EO)
sulfate
Methacrylic acid/acrylic acid Sodium C12-C14 ether (4-8 EO) sulfate, dodecylbenzene
sulfonate
Styrene/butyl acrylate Nonyl/octyl phenol polyoxyethylene (9-15 EO) sulfate sodium
polyoxyethylene (4-10 EO) lauryl ether sulfate, sodium or
ammonium C12-C14 ether (2-10 EO) sulfate, polyoxyethylene
(30-50 EO) octyl/nonylphenol
Vinyl, vinyl acetate, vinyl
acetat/butyl acrylate
Sodium polyoxyethylene (30-50 EO) nonylphenol ether sulfate,
sodium polyoxyethylene (30-50 EO) lauryl ether sulfate,
polyoxyethylene (30-50 EO) octyl/nonylphenol
Tabel. Surfaktan yang digunakan untuk berbagai monomer
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Metal Cleaning
A. Immersion Cleaning

Metode : bagian logam yang akan dibersihkan direndam dalam larutan
deterjen dan diagitasi selama beberapa waktu. Pengotor berupa : minyak,
lilin (wax), dan gemuk (grease)

Kinerja surfaktan yang disyaratkan :
- Good equilibrium wetting
- Efektif menurunkan tegangan permukaan dan antarmuka minyak/air
- Mampu membentuk emulsi yang stabil
- Mencegah redeposisi pengotor
- Stabil dan kompatibel pada kondisi basa dan asam
- Mencegah korosi (corrosion inhibition)

Jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan anionik atau campuran
surfaktan anionik-nonionik.
Surfaktan Anionik :
- Ethoxylated (4-10 EO) nonylphenol phosphate ester
- Ethoxylated (4-9 EO) linear (C8-C10) alcohol phosphate ester
- Ethoxylated (9-12 EO) dinonylphenol phosphate ester

Surfaktan Nonionik :
- Nonylphenol ethoxylate (5-12 EO)
- Octylphenol ethoxylate (5-10 EO)
- Linear (C9-C11) alcohol ethoxylate (5-12 EO)
- Branched (C13-Oxo) alcohol ethoxylate (9-12 EO)
- Tertiary dodecyl (branched) thioethoxylate (6-10 EO)

Surfaktan Amfoterik :
- Sodium acylamido aminopropionate
- Sodium acylamido aminohydroxypropyl sulfonate
Tabel. Surfaktan yang digunakan pada proses immersion metal (alkali)
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
B. Spray Cleaning

Metode : larutan pembersih disirkulasikan menggunakan pompa dan
disemprotkan melalui inlet (nozzle) ke bagian yang akan dibersihkan.
Larutan (deterjen) pembersih yang digunakan harus bersifat sangat
rendah busa dan dapat dibersihkan dalam waktu sangat singkat.
Syarat surfaktan yang digunakan : sangat rendah busa hingga tanpa
busa.
Surfaktan yang sesuai : surfaktan nonionik dan amfoterik yang rendah
busa.
Contoh : nonylphenol ethoxylate (7-12 mol EO), linear alcohol ethoxylate
(7-12 mol EO)
Pulp and Paper
A. Deresination
- Merupakan proses pemisahan resin dari pulp kayu.
- Surfaktan digunakan untuk mencapai efek pembasahan oleh larutan
basa dan membentuk emulsi resin dengan air.
- Jenis surfaktan yang digunakan : ethoxylated nonionik, ethoxylated
phosphate ester (anionik).
- Anionik lainnya seperti sulfate dan sulfonate tidak digunakan karena
kelarutan dan kemampuan emulsinya rendah dalam media basa.

B. Paper Deinking
- Digunakan pada proses daur ulang kertas bekas.
- Kinerja surfaktan yang diperlukan : memberi efek pembasahan
(wetting) dan sifat dispersi yang sangat baik pada partikel tinta yang
akan dipisahkan dari serat kertas, serta stabil terhadap hidrolisis.
- Jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan nonionik
Surfaktan Anionik :
- Ethoxylated (6-10 EO) nonyl/octylphenol phosphate ester
- Ethoxylated (4-8 EO) linear (C8-C10) alcohol phosphate ester
- Ethoxylated (8-12 EO) dinonylphenol phosphate ester

Surfaktan Nonionik :
- Polyoxyethylene (9-15 EO) nonyl/octylphenol
- Polyoxyethylene (12-20 EO) dinonylphenol
- Polyoxyethylene (10-15 EO) dodecylphenol
- Polyoxyethylene (10-15 EO) tridecyl (Oxo) alcohol
Tabel. Surfaktan yang digunakan pada proses deresinasi pulp
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Surfaktan HLB Cloud point,
o
C (0,5-1,5%
NaOH)
Draves
wetting,sec,
40
o
C (1%
NaOH)
Octylphenol ethoxylate (9 EO) 13,0 54 - 56 9
Octylphenol ethoxylate (11 EO) 13,5 68 - 72 12
Octylphenol ethoxylate (9 EO) 13,0 60 - 63 8
Lauryl alcohol ethoxylate (7 EO) 12,0 48 - 50 18
Linear (C9-C11) alcohol ethoxylate (6
EO)
12,5 46 - 48 8
Branched (C11-C15) secondary alcohol
ethoxylate (9 EO)
13,5 56 - 58 9
Tabel. Surfaktan yang digunakan untuk washing-deinking
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Konstruksi
A. Glass Fiber Mat
- Glass fiber bersifat tidak larut sempurna dalam air, walaupun telah
dibantu dengan pengadukan.
- Sifat surfaktan yang diperlukan : dispersibility dan wettability.
- Karena glass fiber sedikit bermuatan negatif, maka surfaktan yang
sesuai adalah surfaktan berbasis amine.
B. Beton
- Surfaktan sebagai plastisizer, digunakan untuk meningkatkan daya
kerja semen dengan cara mengurangi air sehingga viskositas
berkurang.
- Surfaktan sebagai pengontrol jumlah udara di dalam beton,
meningkatkan resistansi freeze-thaw, menurunkan densitas dan
meningkatkan daya kerja.
- Surfaktan harus kompatibel dan stabil dalam lingkungan basa serta
toleran dan tetap efektif terhadap berbagai ion logam (Al, Fe, Ca, Si).
- Digunakan surfaktan anionik dengan densitas muatan yang tinggi
(sulfate dan sulfonat) dan memiliki rantai alkyl pendek.
Surfaktan Karakteristik
Lignosulfonate Dispersing
Sodium butyl or isopropyl naphthalene sulfonate Wetting
Sodium naphthalene sulfonic acid-formaldehyde
condensate
Dispersing
Sodium alkyl (branched C8-C10) sulfate Wetting dan dispersing
Sodium alkyl (C6-C10) ethoxy (2-4) sulfate Foaming and air entrainment
Rosin acid soap Foaming and air entrainment
Tabel. Surfaktan yang digunakan untuk beton
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Surfaktan Keterangan
R N
+
(CH
3
)
2
O
-
R = C
16
- C
18
R = C
15
CO NH CH
2
CH
2
-
hingga C
7
CO NH CH
2
CH
2
-
m = 9 - 15, n = 2
m = 8 - 10, n = 3
x = 12 - 15, y = 2 - 4
R
1
N
+
(CH
2
CH
2
OH)
2
O
-
R N [(CH
2
CH
2
O)
m
H]
n
R N [(C
3
H
7
O)
x
(C
2
H
4
O)
y
H]
2
R N
+
(CH
3
)
2
CH CH (OH) CH
2
SO
3
-
Tabel. Surfaktan yang digunakan untuk Dispersi Glass Fiber Pada
Pembuatan Uniform Glass Fiber Mats
C. Papan Gipsum
- Surfaktan digunakan sebagai bahan pembusa (foaming agent) dan
untuk mengurangi air (plasticizing)
- Surfaktan harus bersifat sangat good foaming dalam udara/larutan air
yang tinggi kandungan alkali dan ion logamnya.
- Surfaktan yang digunakan : sulfated anionik, dengan rantai alkil C
6
-C
11
.

D. Aspal
- Aspal bersifat padat pada suhu kamar dan nonpolar.
- Surfaktan berfungsi rangkap : (1) mengurangi tegangan antarmuka
aspal/air sehingga aspal dapat diemulsikan dalam air, kemudian (2) saat
emulsi aspal/air kontak dengan rangka jalan (road-building aggregate),
emulsi membasahi dan menyerap ke dalam rangka pada bagian hidrofobik.
- jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan kationik, dengan rantai alkil
C
12
-C
20
.
Surfaktan Kationik
RCONHCH
2
CH
2
NH
3
+
X
-
R N
+
H
2
CH
2
CH
2
NH
3
+
2X
-
R N
+
H
2
CH
2
CH
2
CH
2
NH
3
+
2X
-
R N
+
(CH
3
)
3
Cl
-
R CONHCH
2
CH
2
N(CH
3
)
3
+
X
-
R N(CH
2
CH
2
OH)
2
R N
+
(O
-
)(CH
3
)
2
R = C
4
- C
18
X- = Cl
-
, Br
-
, CH
3
SO
4
-
Tabel. Surfaktan yang digunakan pada emulsi aspal
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Surfaktan Waring blender
foam ht, cm in 4% brine
R O(C
2
H
4
O)
2-4
SO
4
-
Na
+
R (OC
2
H
4
)
4-6
O P(O) (OH)
2
Mono/di 90:10
R = C6-C11
14 - 16
12 - 16
Tabel. Surfaktan yang digunakan pada industri papan gipsum
Lapangan Minyak
Proses rekoveri minyak bumi dari formasi bawah tanah, umumnya
dilakukan peretakan atau pemecahan batuan yang mengandung minyak
bumi untuk menciptakan arus saluran.
Surfaktan diperlukan untuk memecah water-bearing zone yang terbentuk
akibat tingginya viskositas, dan mencegah formasi air agar tidak
merembes ke sumur bor saat sumur diproduksi.
Jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan kationik, dengan rantai
panjang C18-C22 dan linear.
Surfaktan digunakan pada konsentrasi yang rendah (<5%)
Makin panjang rantai hidrokarbon (C20-C22), makin tinggi viskositas dan
makin rendah sensitifitas viskositas terhadap suhu di lapangan minyak
(> 93
o
C atau 200
o
F)

Surfaktan Viskositas
100-1 s/shear rate at 5% (by wt)
C
16
H
33
N
+
(CH
3
)
3
. CH
2
(COO
-
)
2
87
C
18
H
37
N
+
(CH
3
)
3
. HOCH
2
C
6
H
4
COO
-
90
C
18
H
37
N
+
(CH
3
)
3
. CH
2
(COO
-
)
2
110
R N
+
(CH
3
)
3
. CH
2
(COO
-
)
2
140
RN
+
(CH
2
CH
2
OH)
2
CH
3
Cl
-
180
R = C22
Tabel. Surfaktan yang digunakan pada larutan fracturing
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Firefighting Foam
Busa berperan penting dalam memadamkan api karena bahan bakar,
dengan cara mengurangi densitas air relatif terhadap minyak atau bensin
dan mencegah terjadinya kontak bahan bakar dengan oksigen di udara.
3 karakteristik surfaktan yang diperlukan :
- mampu membasahi dan menyebarkan busa secara menyeluruh ke
bahan bakar (menciptakan penghalang)
- Memiliki kekuatan pembusaan dan stabilitas busa dalam air sadah dan
air garam
- emulsifikasi minyak/air yang lemah
Surfaktan yang digunakan umumnya merupakan campuran dari berbagai
jenis surfaktan, namun yang utama digunakan adalah C6-C10
fluorosurfaktan, baik berupa surfaktan amfoterik maupun anionik.
Fluorosurfaktan
C
6-10
F
13-21
CH
2
CH(OCO CH
3
) CH
2
N
+
(CH
3
)
2
CH
2
COO
-
C
8
H
17
CH
2
CH
2
S CH
2
CH
2
CONH C(CH
3
)
2
CH
2
SO
3
-
Na
+
C
6-10
F
13-21
CH
2
CH
2
N
+
(CH
3
)
3
CH
3
SO
4
-
C
6-10
F
13-21
SO
2
N(CH
2
CH
2
) C
3
H
6
N
+
(CH
3
)
3
. CH
3
SO
4
-
C
2
F
4
CONH C
3
H
6
N
+
(CH
3
)
2
CH
2
CH
2
CO
2
-
C
8
F
17
CH
2
CH
2
S CH
2
CH
2
COO
-
Li
+
Tabel. Fluorosurfaktan yang digunakan pada hydrocarbon
firefighting foam
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Tekstil
Surfaktan digunakan sebagai antistatic agent untuk serat tekstil
Jenis surfaktan utama yang digunakan : surfaktan anionik
Surfaktan Anionik :
- Ethoxylated (6-10 EO) dodecylphenol phosphate ester
- Ethoxylated (5-10 EO) linear (C10-C16) alcohol phosphate ester
- Ethoxylated (5-10 EO) tridecylalcohol phosphate ester
- Ethoxylated (0-4 EO) alkyl (C12-C14) sulfate
Surfaktan Nonionik :
- Ethoxylated (15-20 SEO) castor oil sorbitan monolaurate
- Ethoxylated (5-10 SEO) sorbitan monolaurate
Surfaktan kationik :
- Ethoxylated (6-12 mol SEO) tallow amine)
Tabel. Surfaktan yang digunakan sebagai antistatic agent
Sumber : Rosen and Dahanayake (2000).
Industrial Water Treatment
Polielektrolit sintetis yang bersifat larut air diperlukan pada proses
pengolahan dan purifikasi air limbah industri.
Polielektrolit yang digunakan adalah yang memiliki muatan positif,
mengingat partikel limbah padat di industri bermuatan negatif.
Polimer yang sering digunakan adalah kopolimer dari monomer amine.
Polimer dibuat dengan cara teknologi polimerisasi emulsi, dimana
monomer dipolimerisasi dalam sistem emulsi air/paraffinic oil.
Industri Logam
Metalworking fluid (MWF) digunakan untuk pelumasan dan pendinginan
selama berlangsung operasi pemotongan logam.
Surfaktan digunakan dalam MWF sebagai emulsifier, lubricant, dispersant,
wetting agent, bahkan sebagai corrosion inhibitor.
MWF dikelompokkan atas 4 macam , yaitu straight oil, soluble oil, semi-
synthetic, dan synthetic.
jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan anionik, berupa garam dari fosfat
ester dan asam lemak, dengan rantai alkil C12-C18
Surfaktan mampu membentuk kompleks yang sangat kuat dengan metal
hingga membentuk monomolecular film, dengan gugus hidrofobik
berorientasi menjauhi permukaan logam.
Untuk soluble oil dan semi-synthetic oil digunakan surfaktan nonionik atau
anionik.
Plastik
A. Antistatic Agent
- Syarat surfaktan yang digunakan :
* memiliki kemampuan migrasi ke permukaan plastik dengan orientasi
grup hidrofilik yang polar diarahkan ke udara untuk membentuk ionic
film di permukaan plastik,
* kompatibel dengan plastik
* stabil terhadap panas hingga suhu >260
o
C (500
o
F)
* resistant terhadap dekomposisi, volatilisasi, dan oksidasi.
- Jenis surfaktan yang digunakan : surfaktan anionik, jenis phosphate
ester.

B. Slip and Mold Release Agent
- Syarat surfaktan yang digunakan : kompatibel dan larut dalam resin
pada suhu tinggi.
- Fungsi untuk mengurangi surface tackiness dan mencegah permukaan
agar tidak saling melekat.
- Jenis surfaktan yang digunakan : alkanolamida dan surfaktan jenis
phosphate ester, rantai panjang C18-C22.
- Bila stabilitas warna dan suhu tidak diperlukan : digunakan amida
rantai alkil tidak jenuh (oleat, linoleat, euracyl).

C. Defogging Agent
- Seringkali plastik berembun akibat penetrasi lampu atau cahaya, jika
digunakan untuk mengemas produk pangan akan berpengaruh buruk
terhadap pangan dan penerimaan konsumen.
- Surfaktan yang umum digunakan : surfaktan jenis polyoxyethylenated
atau polyhydroxylated dengan rantai alkil C9-C12. Lebih disukai
apabila memilki struktur aromatik pada gugus hidrofobiknya.

You might also like