Surya mulai menampakkan sinarnya, pertanda pagi yang cerah telah tiba. Seperti biasa, sinarnya selalu menerpa wajahku melewati fentilasi-fentilasi jendela kamarku. Sial rasanya malas sekali bangun dari tempat tidur ini, ini pasti akibat aku begadang semalaman. Sebenarnya aku masih tetap tidak ingin bangun. Namun apalah daya, ketika mamaku datang dan masuk ke kamarku lalu memarahiku dengan segala ucapan pedasnya yang tak mampu ku lawan. Jadi, dengan terpaksa sekali aku bangun dan bergegas ke kamar mandi dengan perasaan kesal. Melihatku seperti itu, mama langsung berkata Kamu lupa kah?? Kalau hari ini kan adalah hari senin dan itu berati kamu harus sekolah dan mengikuti upacara bendera yang ada di sekolahmu. Sontak aku langsung terkejut, awalnya kukira hari ini masih hari minggu jadi aku hanya bersantai-santai tapi ternyata hari ini adalah hari senin. Dan seperti yang diketahui selama ini,sekolah selalu menghukum seluruh muridnya yang datang terlambat pada upacara bendera di sekolahnya. Karena menurut sekolahku ini terlambat di dalam upacara merupakan suatu bentuk penghinaan yang sangat besar kepada para pahlawan yang telah membela dan berjuang mati-matian demi bangsa ini. Tanpa panjang lebar, aku pun dengan terburu-buru bergegas ke kamar mandi dan setelah itu dengan cepat ku persiapkan segala keperluan sekolah hingga sarapan pagi pun ku lewatkan karena jam telah menunjukkan pukul 07.05 dan sedangkan seperti yang kuketahui bahwa sekolah biasa mengadakan upacara pada pukul 07.15. dari belakang, tiba-tiba mama mengejutkanku dan kemudian berkata Itulah kamu, sudah berapa kali mama bilang kalau tidur jangan malam-malam apalagi samapi larut subuh. Beginikan jadinya! Dasar anak ngeyel kalau udah di kasi tau Cuma masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. #berlanjut hingga membuatku kembali kesal. Karena sudah muyak ku dengarkan ocehan mamaku, langsung saja aku cepat-cepat untuk berpamitan dan kemudian bergegas pergi. Diperjalanan, keringatku mulai bercucuran dengan deras sangking gugupnya aku terlambat. Ku liat jam di tangan telah menunjukkan pukul 07.12 dan jmasih 200 meter lagi yang harus ku tempuh untuk sampai ke sekolah. Tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di sekeliling jalanan, aku pun langsung berlali dengan kencang, walaupun aku tau pasti mereka akan menganggap ada yang salah dengan diriku bahkan hingga mengira diriku adalah seorang pencopet jalanan. Ah..gak uruslah yang penting aku sampai ke sekolah tepat waktu. Namun ketika aku sampai di sekolah ternyata pintu gerbang telah tertutup dan telah dijaga oleh guru piket yang biasa bertugas. Tak ada yang dapat kulakukan lagi kepada guru itu, karena aku sudah mengetahui apa yang akan ku alami nantinya akibat tidak menggikuti upacara ini, dan semua yang ku pikirkan tadi menjadi kenyataan bahwa aku dikenakan hukuman untuk membersihkan wc yang ada di sekolah ini. Seusai aku melaksanakan hukuman tersebut, aku pun kembali masuk ke dalam kelas. Oh iya aku baru sadar ternyata aku lupa memperkenalkan diriku. Nah, kenalkan aku Lucas Santiago Delezer. Maaf jika aku lupa karena mungkin sangkingnya terburu-buru aku pada pagi ini. Aku ini adalah siswa kelas 11 yang bersekolah di salah satu SMA ternama di kotaku. Di sekolah ini, aku memang terkenal suka terlambat pada hari senin tapi disini aku juga terkenal akan dipuja puji oleh teman-temanku yang ada di sekolah ini, namun ada salah satu perempuan di sekolah ini yang sangat sulit untuk ku dapatkan perhatiannya dari dulu hingga sekarang. Namanya Claudia Santafanny. Buat dapatin perhatiannya aja udah susah apalagi dapetin cintanya. Aku menyukainya karena dia adalah cewek dengan kriteria ku banget walaupun dia agak mungil. Aku mulai suka dengannya ketika aku melihatnya sedang membaca buku di perpustakaan sekolah. Dia terlihat sangat manis apalagi ketika dia sedang serius membaca, ia terlihat sangat menawan dan terlihat dia adalah cewek yang cerdas. Dan tergambar dari segala sikapnya terbukti bahwa dia bukanlah cewek yang mudah bergaul begitu saja dengan cowok- cowok manapun termasuk diriku. Tapi aku tidak perduli, pernah beberapa kali ku cari perhatiannya dengan pura-pura baca buku di satu meja dengannya dan pura-pura menjatuhkan buku di sampingnya. tetapi ia sama sekali tidak memperdulikannya dan malah langsung pergi begitu saja tanpa membantuku. Jadi itulah cara pertama yang kulakukan, tapi tidak berhasil. Namun di kegagalanku yang pertama ini semakin membuatku ingin mendapatkannya karena tipe cewek seperti ini gak bakalan menghianati suaminya ( tipe-tipe setia). Dan aku suku cewek setia yang seperti ini. Ku putuskan tak akan menyerah untuk mendapatkannya. Jadi, aku mencari akal lain untuk menarik perhatiannya. Keesokkan harinya, kembali lagi kulancarkan aksi keduaku dengan berpura-pura sudah kenal dengannya. Pura-pura yang dimulai dari pernah bertemu di took buku, pernah bertemu di bus dan masih banyak lagi. Namun nyeseknya dia hanya berkata Ohh dan langsung meninggalkanku begitu saja lagi untuk kedua kalinya. Nyeseknya itu bagaikan tangan kita yang tertancap oleh tajamnya duri bunga mawar. Kembali lagi, aku pun tidak menyerah begitu saja. Berkali-kali kulakukan semua cara yang kumiliki namun hasilnya tetap sama. Ini awalnya membuatku berpikir bahwa ia memang sedang tidak ingin di dekatin oleh seorang cowok. Tetapi perjuanganku tidak sampai di situ saja. Hingga suatu hari ketika seusai aku kerja kelompok, aku melihatnya di sebuah pinggir jalan sedang berjalan sendiri sambil membawa setumpuk buku yang di pegang eratnya. Terlihat ia sangat sibuk membawa bukunya sampai semuanya itu membuat dirinya menjadi tidak waspada. Hingga ketika ia sedang menyebrang jalan, terlihat dari jauh olehku sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi yang akan melewati tempat penyebrangan yang di lalui oleh Claudia. Melihat keadaan itu, aku sangat khawatir dan cepat-cepat dengan sekencang mungkin berlari menuju Claudia. Namun apalah daya kejadian itu tak dapat terelakkan lagi, segala usaha lariku dengan sekencang mungkin ini tak dapat mengalahkan kelajuan motor tersebut hingga sepeda motor tersebut menyerempet Claudia, seketika tubuh mungilnya rebah, lumuran darah mengalir deras dari kepalanya dan ia menjadi tak sadarkan diri. Lalu penabrak tersebut hanya diam lalu lari ketakutan tanpa memberikan tanggung jawab sedikit pun. Seketika aku sangat sedih dan menanggis, kuhampiri dirinya dengan berlari sekencang mungkin. Kukerahkan seluruh suaraku untuk meminta pertolongan dengan luapan emosi yang penuh kesedihan ini. Tak lama kemudian, ambulance datang dan dengan sigap dan cepat mengangkat tubuh Claudia yang lemah itu kedalam mobil dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Aku pun ikut dengan mobil itu untuk menemaninya. Setibanya di rumah sakit, Claudia lansung di masukkan ke ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan secepatnya. Dengan sesegera mungkin ku hubungi kelurganya untuk mengabarkan peristiwa yang di alami Claudia tadi dan meminta keluarganya untuk cepat datang ke rumah sakit ini. Beberapa saat keluarganya datang dan aku pun menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi dengan jelas. Diakhri pembicaraanku, tiba-tiba dokter keluar dan menghampiri kami. Dokter tersebut mengatakan Anda anda selamat dan saat ini butuh istirahat. Namun kebocoran kepala yang dialaminya membuat ia harus tinggal di rumah sakit ini lebih lama agar mendapatkan perawatan yang intensif. Dan dokter tersebut kembali berkata Jika saja, anak anda tidak dibawa dengan cepat, mungkin saja nyawa anak anda sudah tidak tertolong lagi. Mendengar itu, kami semua langsung mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya, Claudia masih di berikan kesempatan untuk hidup dan seluruh keluarga Claudia mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepadaku karena sudah menolong anggota keluarga mereka. Hampir setiap hari aku menjenguknya seusai pulang sekolah. Hingga di hari ke-tiga ia terlihat sangat pulih dan di sanalah kami mulai berbicara satu sama lain dan mulai berkenalan. Ia kemudian mengucapkan terima kasih kepadaku dan memohon maaf atas segala tindakannya yang di sekolah. Aku pun memaafkannya karena itu bukanlah beban bagiku. Hehehe,,, dan saat itu aku mulai tersipu malu. Sejak kejadian di rumah sakit itu, kami semakin akrab bagaikan seorang pasangan yang telah berpacaran cukup lama, tetapi pada Kenyataannya kami belum lah berpacaran karena aku masih malu untuk mengungkapkannya. Hingga suatu saat aku memberanikan diriku menyatakan cinta kepadanya. Pertama aku tidak terlalu percaya diri bakalan diterima olehnya karena kami ini sudah bagaikan sahabat yang tidak mungkin dapat berpacaran. Namun sungguh menakjubkan, ketika aku mendengarkan ucapan yang terlontar dari bibirnya bahwa ia menerimaku sebagai pacarnya. Itu sangat membuatku sangat bahagia karena cewek yang selama ini ku incar sekarang telah menjadi pacarku. Cinta kami ini pun berlanjut hingga kami dewasa, lalu kami menikah dan memiliki dua orang anak yang sangat imut dan menggemaskan. Dan disana aku berkata Sunguh bahagia sekali aku dapat mempunyai keluarga seindah ini dan aku berjanji cintaku kepada keluargaku ini akan hidup selama-lamanya.