You are on page 1of 4

Nama : Eko Kuswanto

Kelas : XII IPA 4




Kejadian Itulah Yang Mempersatukan Kami


Surya mulai menampakkan sinarnya, pertanda pagi yang cerah telah tiba. Seperti biasa,
sinarnya selalu menerpa wajahku melewati fentilasi-fentilasi jendela kamarku. Sial rasanya
malas sekali bangun dari tempat tidur ini, ini pasti akibat aku begadang semalaman. Sebenarnya
aku masih tetap tidak ingin bangun. Namun apalah daya, ketika mamaku datang dan masuk ke
kamarku lalu memarahiku dengan segala ucapan pedasnya yang tak mampu ku lawan. Jadi,
dengan terpaksa sekali aku bangun dan bergegas ke kamar mandi dengan perasaan kesal.
Melihatku seperti itu, mama langsung berkata Kamu lupa kah?? Kalau hari ini kan
adalah hari senin dan itu berati kamu harus sekolah dan mengikuti upacara bendera yang ada di
sekolahmu. Sontak aku langsung terkejut, awalnya kukira hari ini masih hari minggu jadi aku
hanya bersantai-santai tapi ternyata hari ini adalah hari senin. Dan seperti yang diketahui
selama ini,sekolah selalu menghukum seluruh muridnya yang datang terlambat pada upacara
bendera di sekolahnya. Karena menurut sekolahku ini terlambat di dalam upacara merupakan
suatu bentuk penghinaan yang sangat besar kepada para pahlawan yang telah membela dan
berjuang mati-matian demi bangsa ini. Tanpa panjang lebar, aku pun dengan terburu-buru
bergegas ke kamar mandi dan setelah itu dengan cepat ku persiapkan segala keperluan sekolah
hingga sarapan pagi pun ku lewatkan karena jam telah menunjukkan pukul 07.05 dan
sedangkan seperti yang kuketahui bahwa sekolah biasa mengadakan upacara pada pukul 07.15.
dari belakang, tiba-tiba mama mengejutkanku dan kemudian berkata Itulah kamu, sudah
berapa kali mama bilang kalau tidur jangan malam-malam apalagi samapi larut subuh.
Beginikan jadinya! Dasar anak ngeyel kalau udah di kasi tau Cuma masuk kuping kiri dan
keluar kuping kanan. #berlanjut hingga membuatku kembali kesal. Karena sudah muyak ku
dengarkan ocehan mamaku, langsung saja aku cepat-cepat untuk berpamitan dan kemudian
bergegas pergi.
Diperjalanan, keringatku mulai bercucuran dengan deras sangking gugupnya aku
terlambat. Ku liat jam di tangan telah menunjukkan pukul 07.12 dan jmasih 200 meter lagi yang
harus ku tempuh untuk sampai ke sekolah. Tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di
sekeliling jalanan, aku pun langsung berlali dengan kencang, walaupun aku tau pasti mereka
akan menganggap ada yang salah dengan diriku bahkan hingga mengira diriku adalah seorang
pencopet jalanan. Ah..gak uruslah yang penting aku sampai ke sekolah tepat waktu. Namun
ketika aku sampai di sekolah ternyata pintu gerbang telah tertutup dan telah dijaga oleh guru
piket yang biasa bertugas. Tak ada yang dapat kulakukan lagi kepada guru itu, karena aku sudah
mengetahui apa yang akan ku alami nantinya akibat tidak menggikuti upacara ini, dan semua
yang ku pikirkan tadi menjadi kenyataan bahwa aku dikenakan hukuman untuk membersihkan
wc yang ada di sekolah ini.
Seusai aku melaksanakan hukuman tersebut, aku pun kembali masuk ke dalam kelas.
Oh iya aku baru sadar ternyata aku lupa memperkenalkan diriku. Nah, kenalkan aku Lucas
Santiago Delezer. Maaf jika aku lupa karena mungkin sangkingnya terburu-buru aku pada pagi
ini. Aku ini adalah siswa kelas 11 yang bersekolah di salah satu SMA ternama di kotaku. Di
sekolah ini, aku memang terkenal suka terlambat pada hari senin tapi disini aku juga terkenal
akan dipuja puji oleh teman-temanku yang ada di sekolah ini, namun ada salah satu perempuan
di sekolah ini yang sangat sulit untuk ku dapatkan perhatiannya dari dulu hingga sekarang.
Namanya Claudia Santafanny. Buat dapatin perhatiannya aja udah susah apalagi dapetin
cintanya. Aku menyukainya karena dia adalah cewek dengan kriteria ku banget walaupun dia
agak mungil. Aku mulai suka dengannya ketika aku melihatnya sedang membaca buku di
perpustakaan sekolah. Dia terlihat sangat manis apalagi ketika dia sedang serius membaca, ia
terlihat sangat menawan dan terlihat dia adalah cewek yang cerdas. Dan tergambar dari segala
sikapnya terbukti bahwa dia bukanlah cewek yang mudah bergaul begitu saja dengan cowok-
cowok manapun termasuk diriku.
Tapi aku tidak perduli, pernah beberapa kali ku cari perhatiannya dengan pura-pura
baca buku di satu meja dengannya dan pura-pura menjatuhkan buku di sampingnya. tetapi ia
sama sekali tidak memperdulikannya dan malah langsung pergi begitu saja tanpa membantuku.
Jadi itulah cara pertama yang kulakukan, tapi tidak berhasil. Namun di kegagalanku yang
pertama ini semakin membuatku ingin mendapatkannya karena tipe cewek seperti ini gak
bakalan menghianati suaminya ( tipe-tipe setia). Dan aku suku cewek setia yang seperti ini. Ku
putuskan tak akan menyerah untuk mendapatkannya. Jadi, aku mencari akal lain untuk menarik
perhatiannya. Keesokkan harinya, kembali lagi kulancarkan aksi keduaku dengan berpura-pura
sudah kenal dengannya. Pura-pura yang dimulai dari pernah bertemu di took buku, pernah
bertemu di bus dan masih banyak lagi. Namun nyeseknya dia hanya berkata Ohh dan
langsung meninggalkanku begitu saja lagi untuk kedua kalinya. Nyeseknya itu bagaikan tangan
kita yang tertancap oleh tajamnya duri bunga mawar.
Kembali lagi, aku pun tidak menyerah begitu saja. Berkali-kali kulakukan semua cara
yang kumiliki namun hasilnya tetap sama. Ini awalnya membuatku berpikir bahwa ia memang
sedang tidak ingin di dekatin oleh seorang cowok. Tetapi perjuanganku tidak sampai di situ saja.
Hingga suatu hari ketika seusai aku kerja kelompok, aku melihatnya di sebuah pinggir jalan
sedang berjalan sendiri sambil membawa setumpuk buku yang di pegang eratnya. Terlihat ia
sangat sibuk membawa bukunya sampai semuanya itu membuat dirinya menjadi tidak
waspada. Hingga ketika ia sedang menyebrang jalan, terlihat dari jauh olehku sebuah sepeda
motor melaju dengan kecepatan tinggi yang akan melewati tempat penyebrangan yang di lalui
oleh Claudia. Melihat keadaan itu, aku sangat khawatir dan cepat-cepat dengan sekencang
mungkin berlari menuju Claudia. Namun apalah daya kejadian itu tak dapat terelakkan lagi,
segala usaha lariku dengan sekencang mungkin ini tak dapat mengalahkan kelajuan motor
tersebut hingga sepeda motor tersebut menyerempet Claudia, seketika tubuh mungilnya
rebah, lumuran darah mengalir deras dari kepalanya dan ia menjadi tak sadarkan diri. Lalu
penabrak tersebut hanya diam lalu lari ketakutan tanpa memberikan tanggung jawab sedikit
pun. Seketika aku sangat sedih dan menanggis, kuhampiri dirinya dengan berlari sekencang
mungkin. Kukerahkan seluruh suaraku untuk meminta pertolongan dengan luapan emosi yang
penuh kesedihan ini.
Tak lama kemudian, ambulance datang dan dengan sigap dan cepat mengangkat tubuh
Claudia yang lemah itu kedalam mobil dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Aku
pun ikut dengan mobil itu untuk menemaninya. Setibanya di rumah sakit, Claudia lansung di
masukkan ke ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
Dengan sesegera mungkin ku hubungi kelurganya untuk mengabarkan peristiwa yang di
alami Claudia tadi dan meminta keluarganya untuk cepat datang ke rumah sakit ini. Beberapa
saat keluarganya datang dan aku pun menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi dengan
jelas. Diakhri pembicaraanku, tiba-tiba dokter keluar dan menghampiri kami. Dokter tersebut
mengatakan Anda anda selamat dan saat ini butuh istirahat. Namun kebocoran kepala yang
dialaminya membuat ia harus tinggal di rumah sakit ini lebih lama agar mendapatkan
perawatan yang intensif. Dan dokter tersebut kembali berkata Jika saja, anak anda tidak
dibawa dengan cepat, mungkin saja nyawa anak anda sudah tidak tertolong lagi. Mendengar
itu, kami semua langsung mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nya, Claudia masih di berikan kesempatan untuk hidup dan seluruh keluarga Claudia
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepadaku karena sudah menolong anggota
keluarga mereka.
Hampir setiap hari aku menjenguknya seusai pulang sekolah. Hingga di hari ke-tiga ia
terlihat sangat pulih dan di sanalah kami mulai berbicara satu sama lain dan mulai berkenalan.
Ia kemudian mengucapkan terima kasih kepadaku dan memohon maaf atas segala tindakannya
yang di sekolah. Aku pun memaafkannya karena itu bukanlah beban bagiku. Hehehe,,, dan saat
itu aku mulai tersipu malu. Sejak kejadian di rumah sakit itu, kami semakin akrab bagaikan
seorang pasangan yang telah berpacaran cukup lama, tetapi pada Kenyataannya kami belum
lah berpacaran karena aku masih malu untuk mengungkapkannya. Hingga suatu saat aku
memberanikan diriku menyatakan cinta kepadanya. Pertama aku tidak terlalu percaya diri
bakalan diterima olehnya karena kami ini sudah bagaikan sahabat yang tidak mungkin dapat
berpacaran. Namun sungguh menakjubkan, ketika aku mendengarkan ucapan yang terlontar
dari bibirnya bahwa ia menerimaku sebagai pacarnya. Itu sangat membuatku sangat bahagia
karena cewek yang selama ini ku incar sekarang telah menjadi pacarku. Cinta kami ini pun
berlanjut hingga kami dewasa, lalu kami menikah dan memiliki dua orang anak yang sangat
imut dan menggemaskan. Dan disana aku berkata Sunguh bahagia sekali aku dapat
mempunyai keluarga seindah ini dan aku berjanji cintaku kepada keluargaku ini akan hidup
selama-lamanya.

You might also like