Professional Documents
Culture Documents
By : Lufi Diti P
Kakaakk Cemprenggg.. suara besarku memecahkan keheningan di pagi hari itu. Dia
adalah orang pertama yang selalu mewarnai hariku dengan cara yang berbeda. Berbeda ? Ya
berbeda. Dia melakukan hal-hal yang selalu tak bisa kuduga. Dia adalah kakak dari sahabat
terbaikku dan dia adalah cinta pertamaku. Cinta pertamaku yang sungguh berbeda. Perlakuan
berbeda yang kudapat darinya selalu bisa membuatku merasa spesial. Tingkahnya yang
terkadang tidak biasa selalu membautku tersenyum saat bersamanya. Sifatnya yang
pemberani selalu membuatku merasa aman jika besamanya.
Pernah dengar kalimat jangan terlalu benci sama cowok, nanti malah jadi suka loh.
Ya, cintaku berawal dari semua kalimat yang tak kupercaya. Lucu memang kalau mengingat
bagaimana kami bisa bersama seperti ini. Awal aku menganal dia saat aku tau bahwa dia
adalah kakak dari sahabatku yaitu Nova. Pertemuan pertamaku dengannya tak ada hal yang
berbeda yang kurasakan. Kami bertemu lalu berkenalan dan pergi. Hubungan kami saat itu
tak terlalu dekat, hingga satu hari saat aku sedang berada di rumah Nova untuk
menyelesaikan tugas kelompok.
Dit.. panggilanya pelan. Aku tak meresponya saat itu, karna sedang fokus dengan
tugas kelompok yang kami kerjakan. Ditiaaa.. nadanya mulai meninggi.
Hah, iya. Kenapa kak ? jawabku kaget.
Mau tanya boleh kah ? Kok kamu gedut sih ? Tembem lagi tanyanya polos.
..... aku hanya diam mendengar pertanyaan itu dan melanjutkan tugasku.
Sebenarnya, aku itu bukan gendut cuman karna postur tubuhku yang tinggi besar jadi
terlihat gemuk. Itu adalah percakapan pertama kami setelah aku berkenalan dengan kak Awar
dan beberapa kali aku kerumah Nova. Setelah hari itu kak Awar mulai sering berinteraksi
denganku dengan meggodaku dengan panggilan nduutt gendutt... Tak hanya saat aku
kerumahnya tapi juga disekolah yang kebetulan kami pun satu sekolah sehingga sering
ketemu. Sebenarnya aku tak ingin merespon kelakuannya, karna aku tak enak untuk
membalasnya karna dia kakak kelasku di sekolah. Tapi tak lama setelah dia memanggilku
dengan sebutan itu, satu sekolah mulai ikut memanggil ku dengan sebutan yang sama sekali
takku suka. Satu sore saat aku dan Nova sedang lewat di lapangan basket tak sengaja aku
mendengar suara yang membautku terkejut.
YAAAAAAAA!!! Oper ke aku. Suara teriakan yang nyaring dan cempreng keluar
dari mulut kak Awar karna dia sedang flu saat sedang main bola basket di lapangan.
Huaaahahah... Au kak suaramu kenapa ? Kok cempreng gitu ? tawaku sangat lepas
sekali ta berhenti. Dia hanya terdiam dan menatapku.
Dit.. udah ah, pulang yuk.. ajak Nova mengalihkan ku.
Iya bentar aku pamit dulu sama kakak mu. Balasku. Aku menarik nafas panjang dan
berteriak DADAA KAKAK CEMPRENG.! Sambil memberikan ekpresi muka yang sangat
bahagia.
Keesokan harinya, ide gilaku muncul untuk membalas ejekan yang kak Awar sering
ucapkan dengan menanggil ku gendut. Saat aku perpaspasan dengannya tak sadar aku
menengurnya di hadapan teman-temannya.
Pagi kak cempreng.. Suaranya makin bagus ya .. sapaku riang.
Pagi ndutt.. makin bulet aja kamu.. balas dengan suara cemprengnya yang
membuatku ingin tertawa.
Mulai saat itu, kami layaknya dua buah negara yang sedang berperang mengangkat
senjata dan melemparkan meriam jika bertemu. Aku mulai kesal jika bertemu dengan kak
Awar. Aku mengurangi porsi berkunjung ke rumah Nova hanya untuk menghindari Kak
Awar. Sebenarnya tak ada alasan yang jelas kenapa kami bisa begini. Aku bersahabat baik
dengan adiknya, namun jika bertemu dengan kakakny aku lanyaknya musuh bebuyutan.
Aku sering meluapkan amarahku kepada Nova ketika kakanya benar-benar kelewatan
saat mengejekku. Namun entah kenapa Nova malah menggodaku dengan mengatakan
jangan gitu, nanti naksir baru tau rasa loh. Aku selalu akan membantah omongannya ketika
itu. Dan semakin aku membantahnya semain genjar pula dia untuk menjodohkanku dengan
kakaknya. Memang, kalau dilihat dan dipikir-pikir kak Awar adalah tipe cowok yang ideal,
dia ganteng, tinggi, dan pinter lagi.
Kondisi ini berahan selam 2 tahun. Semenjak aku kela 1 SMA hingga kelas 2.
Sebenarnya selama 2 tahun ini ada rasa yang mulai tumbuh dalam hati yang aku pun tak
menyadarinya. Rasa kangen jika tak mengejeknya sehari. Dan rasa senang jika aku bertemu
denganya walaupun haruh berdu mulut dengannya. Sebenarnya aku slalu mencoba untuk
menutupinya dari Nova. Mengunci mulut dan hati ku agar tak ada yang tau isi hatiku yang
sebenarnya.
Aku sudah menanyakan hal itu pada Nova berulang kali. Kenapa Kak Awar suka
menggodaku dan mengejekku seperti itu. Lalu, saat itu entah kenapa dia menjawab
pertanyaaan yang sering kutanyaakna itu. Dia menjelaskan padaku bahwa sebenarnya Kak
Awar adalah tipe cowok yang susah untuk akrab dengan cewek. Dia lebih menghindari
cewek-cewek apalagi yang lebih muda darinya yang sering mengajaknya kenalan dan keluar
bareng. Dia lebih sering diam kalau di rumah. Nova pun awalnya heran, entah kenapa saat
aku di kenalkan padanya sifatnya mulai berubah. Nova menduga bahwa kakaknya itu sedang
jatuh cinta pada ku. Dan memang terbukti benar, satu malam Nova iseng menanyakan kepada
Kakaknya kenapa dia suka mengejekku. Kakanya menjelaskan panjang lebar dari A sampe Z
tentangku yang membuat kak Awar tertarik.
Halah, pasti boong kan ?? tanyaku memotong pembicaraan.
Dia menyakinkan ku dengan sangan yakin sebenarnya kak Awar udah cerita sama
aku dari dulu, cuman aku gk mau bantuin dia
Jadi, maksud kamu cerita sama aku sekarang apa ??
Gak ada, cuma mau cerita aja. Soalnya kayaknya kamu kualat deh sama kata-kataku.
Godanya lagi.
Maksudnya ?
Gak usah bohong deh sama aku, kamu juga suka kan sama kakakku ??
Ndak kok.
Oh.. Ya sudah..
Semenjak medengar penjelasan Nova sore itu, aku mulai sedikit canggung untuk
mengejeknya dan dia pun bersikap sama. Sejujurnya aku tahu bahwa kak Awar secara tidak
langsung menembakku lewat Nova. Karna dengan pesetujuannya lah Nova berani cerita itu
semua kepada ku. Awalnya aku sedikit tidak percaya dengan kata-kata Nova. Namun sekin
lama yang ditunjukan ka Awar setelah itu pun berubah. Sehingga, aku mulai nyaman dengan
sifat barunya yang lebih ramah dan baik. Semakin lama, aku tak menyadari bahwa aku
semaikin dekat dengannya. Hingga satu malam saat aku berkunjung kerumah Nova.
Ngapain ? Kok tumben duduk sediria ? tanya kak Awar sambil menyender di depan
pintu balkon rumahnya.
Eh, kak. Gak ngapa-ngapain. Lagi pengen ngadem aja
Boleh nemenin gk ?
Boleh.. seketika rasanya hatiku berdetak kencang hingga tak bisa ku kontrol saat dia
duduk tepat disebelahku. Kami hening sejenak. Dan tiba-tiba terdengar kalimat itu..
Aku sayang kamu..
Hah, apa kak ? tanyaku ulang untuk mempertegas bahwa aku sedang tidak
bermimpi.
Aku sayang kamu.. Mau gk jadi pacar ku ?
Aku hanya bisa terdian paku dan tersenyum lebar saat itu. Rasanya hatiku benar-benar
melayang bersama bintang-bintang saat itu.
Jadi ..? tanyanya
Iya kak..
Naaaahhh.. Gitu kan enak liatnya. Dari pada berantem kayak kemaren aku mah lebih
suka gini tiba-tiba terdengar sura nova dari pintu balkon yang mengagetkan kami berdua.
Ih, ganggu suasana banget deh, turun gih sana.. Usir kak Awar
Itu adalah saat yang sangat membahagia dalam hidupku. Sebuah cinta yang tak ku
sangka dan duga. Sebuah cinta yang berasal dari rasa benci beruah menjadi rasa sanyang.
Cinta pertama yang telah kupertahankan hingga saat ini dan berharap ini akan mejadi cinta
terakhirku.