Jenis Soal : Essay take home Dosen : Adi Magna Patriadi N., S.Pt., M.P. Nama : Dwi Wahyuningrum Mansur Putri NIM / Kelas : H0511024 / PETERNAKAN B Tahun Kuliah : 2011-2012
Soal dan jawaban: 1. Apa arti penting pemanfaatan mikrobiologi pada Bidang Teknologi Hasil Ternak ? Jawab: Mikrobiologi merupakan ilmu terapan yang memanfaatkan mikroorganisme (mikroba). Mikroorganisme tersebut dapat memberikan efek yang positif (bermanfaat) dan efek yang negatif (berbahaya). Dengan adanya keberadaan sains dan kemajuan teknologi mikroorganisme yang ada, kita dapat mengaplikasikannya dalam bidang peternakan. Karena pada zaman sekarang ini bahan makanan yang berasal dari hasil ternak sangatlah banyak seperti daging, susu, telur, dan kulit. Beberapa mikroorganisme ada yang bersifat negatif yaitu dapat menyebabkan penyakit dan ada pula yang terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi pinisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah. Jasad- jasad renik tertentu direkayasa secara genetik, yaitu dibuat sedemikian sehingga dapat dijadikan sebagai sumber protein sel tunggal bagi pakan, yang kemudian diubah oleh hewan-hewan ternak menjadi telur, susu, dan daging sehingga dapat menyerupai makanan yang tidak asing lagi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pengganti protein bagi konsumsi manusia. Dengan adanya mata kuliah mikrobiologi, kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada untuk membuat berbagai jenis makanan sehat yang prosesnya menggunakan mikroba atau langsung memanfaatkan mikroba yang ada. Untuk mengembangkan produk-produk dari peternakan kita dapat menerapkan ilmu mikrobiologi dengan cara melakukan proses fermentasi dan pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Sebagai contoh pembuatan yogurt dan keju. Dua jenis makanan ini merupakan makanan yang proses pembuatannya dibantu oleh mikroba. Takaran dan jenis mikroba yang digunakan akan mempengaruhi rasa yogurt dan keju yang dihasilkan dari proses fermentasi. Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi didalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dimana sebagai donor dan aseptor elektron digunakan sebagi senyawa organik. Senyawa organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi suatu bentuk lain misalnya aldehid, dan dapat dioksidasi menjadi asam (Kresno, 1996). Menurut (Hadiwiyoto, 1994) fermentasi pada susu erat hubungannya dengan aktifitas bakteri Ecercia Coli dan bakteri lainnya pada susu. Aktifitas bakteri tersebut akan mengakibatkan terjadinya keasaman dan gas pada nutrisi susu. Kondisi asam pada susu mengakibatkan protein susu mengalami denaturasi sehingga terjadi penggumpalan. Besarnya daya fermentasi susu dapat dinyatakan sebagai jumlah asam yang dihasilkan per satuan susu. Produk persusuan yang difermentasi dihasilkan dengan cara menginokulasi susu yang telah dipasteurisasi dengan suatu biakan mikroorganisme. Akan diketahui sebagai biakan pemula untuk menghasilkan fermentasi yang dikehendaki. Jadi menjamin produk yang dihasilkan baik dan seragam secara kualitas. Bakteri asam laktat dapat dipandang sebagai bakteri cacat metabolisme, yang mungkin sebagai akibat spesialisme untuk tumbuh dalam air susu dan lain-lain tempat huni yang kaya nutrien dan zat-zat tambahan telah kehilangan kemampuan untuk mensintesis sejumlah besar metabolit. (Schlegel, 1994) mengatakan bahwa disisi lain bakteri-bakteri asam laktat ini mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar mikroorganisme. Bakteri ini mampu mengolah laktosa. Laktosa tidak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, laktosa ini dibentuk oleh hewan mamalia dan disekresi bersama air susu atau dipasok ke dalam tubuh melalui air susu. Pada pengolahan laktosa ini harus ada penyesuaian pada kondisi daerah huni seperti terdapat dalam usus hewan mamalia. Apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu yang mentah dengan mutu yang baik akan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan utama yang terjadi fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Tipe perubahan ini sering disebut sebagai fermentasi normal susu (Nelson, 2000). Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat pemecahan komponen-komponen bahan tersebut. Jika cara pengawetan yang lain ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki (Winarno et al., 1980). Hasil dari fermentasi tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mikroba dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunan-turunannya menjadi alkohol, asam CO 2 . Mikroba proteolik dapat memecah protein dan komponen-komponen nitrogen lainnya sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan sedangkan mikroba lipolitik akan memecah atau menghidrolisis lemak, fosfolipida dan turunannya dengan menghasilkan bau tengik. Pada fermentasi terjadi reaksi kimia. Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dimana sebagai donor dan aseptor elektron digunakan senyawa organik. Senyawa organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi sutu bentuk lain misalnya aldehida, dan dapat dioksidasi menjadi asam. Sel-sel yang melakukan fermentasi mempunyai enzim-enzim yang akan mengubah hasil dari reaksi oksidasi, dalam hal ini adalah asam, menjadi suatu senyawa yang mempunyai muatan lebih positif sehingga dapat menangkap elektron atau bertindak sebagai aseptor elektron terakhir dan menghasilkan energi. Secara lebih jelas reaksi tersebut dapat diterangkan melalui skema sebagai berikut:
Di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah aseptor elektron terakhir yang dapat dipakai. Secara lebih singkat skema proses fermentasi adalah sebagai berikut:
Penerapan ilmu mikrobiologi yang lainnya yaitu pengawetan. Pengawetan pada suatu makanan merupakan suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikroorganisme pada makanan. Kehilangan mutu dan kerusakan pangan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substrat untuk memproduksi toksin didalam pangan. b. Katabolisme dan pelayuan (senescence) yaitu proses pemecahan dan pematangan yang dikatalisis enzim indigenus. c. Reaksi kimia antar komponen pangan dan/atau bahan-bahan lainnya dalam lingkungan penyimpanan. d. Kerusakan fisik oleh faktor lingkungan (kondisi proses maupun penyimpanan). e. Kontaminasi serangga, parasit dan tikus (Organisasi. org., 2006). Agar dapat berjalan, setiap reaksi kimiawi dan enzimatis membutuhkan kondisi lingkungan yang optimum (misalnya suhu, pH, konsentrasi garam, ketersediaan air, kofaktor dan faktor lainnya). Sebagai contoh, mikroorganisme memerlukan semua kondisi yang optimum untuk berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis, dan juga membutuhkan karbon, sumber nitrogen, beragam mineral, dan ada atau tidak ada oksigen (aerobik/anaerobik), beberapa vitamin dan sebagainya. Sehingga untuk mengontrol kerusakan kita harus membuat kondisi yang dapat menghambat terjadinya reaksi yang tidak dikehendaki. Secara umum, penyebab utama kerusakan produk susu, daging dan unggas adalah mikroorganisme sementara penyebab utama kerusakan buah dan sayur pada tahap awal adalah proses pelayuan (senescence) dan pengeringan (desiccation) yang kemudian diikuti oleh aktivitas mikroorganisme. Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu: a. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobia. b. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan. c. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial dapat dilakukan dengan cara: 1) Mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis). 2) Mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi. 3) Menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia. 4) Membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan dapat dilakukan dengan cara destruksi atau inaktivasi enzim pangan, misalnya dengan proses blansir dan atau dengan memperlambat reaksi kimia, misalnya mencegah reaksi oksidasi dengan penambahan anti oksidan. Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan). 2. Mengapa kombinasi protease dan hemiselulose dapat meningkatkan kinerja ayam broiler ? Jawab: Karena enzim protease dapat mengubah proteosa, pepton, dan polipeptida menjadi asam amino, sementara enzim hemiselulose dapat memecah ikatan serat atau selulosa pada kandungan pakan ternak ayam menjadi protein. Dengan adanya enzim protease, protein dari hasil enzim hemiselulose dirubah menjadi asam animo yang akan diserap oleh jaringan- jaringan tubuh pada ternak. Sehingga peranan enzim protease dan enzim hemiselulosa dalam bahan pakan saling bekerjasama untuk meningkatkan nutrisi yang diserap oleh ayam broiler. Ayam broiler merupakan ayam ras yang sengaja dibibitkan dan dikembangkan untuk menghasilkan daging yang cepat, dibandingkan dengan daging unggas lainnya. Pertumbuhan broiler yang cepat karena ransum yang disediakan tersedia zat-zat makanan yang diperlukan. Kinerja broiler dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan konversi ransum. Penggunaan bahan pakan yang mempunyai fungsi yang dapat memperbaiki kinerja broiler yaitu penggunaan enzim untuk meningkatkan penyerapan nutrisi pada sistem pencernaannya seperti enzim protease dan enzim hemiselulosa, dimana enzim hemiselulosa tidak dapat di hasilkan oleh system percernaan ayam broiler, sehingga harus ditambahkan dari luar tubuh ayam broiler dengan cara menambahkan pada bahan pakan ternak tersebut. Kedua enzim tersebut jika digunakan sebagai campuran dalam pakan diharapkan dapat memperbaiki kinerja broiler. Sebagian besar komponen penyusun pakan unggas berasal dari tanaman (biji-bijian) seperti jagung, kedelai, padi, gandum, bunga matahari, wheat pollard dan lain-lain. Bahan pakan tersebut merupakan sumber energi. Sebagian bahan pakan yang berasal dari tanaman mengandung serat. Sebagai contoh bahan pakan dari jagung yang memiliki kandungan nutrisi yaitu: 90% protein yang dapat diserap oleh pencernaan ayam dan 10% serat yang tidak dapat diserap oleh pencernaan ayam karena dalam sistem percernaan ayam tidak memiliki enzim hemiselulose untuk memecah serat menjadi protein sehingga serat yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ayam broiler dan akan terbuang melalui feses. Padahal serat yang dibuang masih bisa dimanfaatkan oleh ayam broiler yang dapat menambah nutrisi dalam tubuh serta dapat menghemat pemberian pakan pada ternak. Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia. Sehingga disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan makanan utama sesudah beras bagi penduduk Indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging terlihat juga terus meningkat. Serat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal dari tanaman dan merupakan senyawa yang tidak dapat didigesti oleh ternak monogastrik. Jika jumlah serat yang tidak dicerna meningkat maka akan menimbulkan tambahan biaya pada pakan. Tidak terdigestinya serat juga mengakibatkan efek negatif pada digesti mineral dan protein. Serat juga termasuk jenis asam fitat. Padahal ayam broiler termasuk hewan monogastrik yang tidak mampu memetabolis asam fitat sehingga fosfat anorganik ditambahkan dalam pakannya untuk memenuhi kebutuhan fosfor. Hal ini memberi konsekuensi adanya masalah polusi fosfor di area peternakan yang intensif. Asam fitat dapat bertindak sebagai zat antinutrisi pada hewan monogastrik dengan mengikat berbagai ion logam yang dibutuhkan hewan seperti Mg, Fe, Zn, dan Mn. Oleh karena itu, hidrolisis secara enzimatis dari asam fitat dalam mengurangi derivat fosforilasi myo-inositol dalam saluran pencernaan hewan monogastrik sangat diperlukan sehingga ditambahkan enzim protease dan enzim hemiselulose dalam produk bahan pakan ayam broiler. Dengan demikian, setelah serat dirubah menjadi protein oleh enzim hemiselulose, perlu adanya bantuan enzim protease untuk meningkatkan penyerapan protein yang dihasilkan enzim hemiselulose menjadi asam amino. Protein merupakan gabungan asam-asam amino melalui ikatan peptida, yaitu suatu ikatan antara gugus amino (NH 2 ) dari suatu asam amino dengan gugus karboksil dari asam amino yang lain, dengan membebaskan satu molekul air (H 2 O). Protein dibentuk dari 22 jenis macam asam amino, tetapi dari ke 22 jenis asam amino tersebut yang berfungsi sebagai penyusun utama protein hanya 20 macam. Dari 20 macam asam amino tersebut ternyata ada sebagian yang dapat disintesis dalam tubuh ternak, sedangkan sebagian lainnya tidak dapat disintesis dalam tubuh unggas sehingga harus didapatkan dari pakan. Asam amino yang harus ada atau harus didapatkan dari pakan disebut asam amino esensial (dietary essential amino acid). Asam amino yang termasuk dalam kelompok ini adalah metionin, arginin, treonin, triptofan, histidin, isoleusin, leusin, lisin, valin dan fenilalanin. Asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino non esensial, tetapi apabila esensial untuk metabolisme maka disebut pula sebagai asam amino esensial metabolik (metabolic essential amino acid). Contohnya adalah alanin, asam aspartat, asam glutamat, glutamin, hidroksiprolin, glisin, prolin dan serin. Di samping itu ada pengelompokan asam amino setengah esensial (semi essential amino acid) karena asam amino ini hanya dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang terbatas dari substrat tertentu. Asam amino yang termasuk dalam kelompok ini adalah tirosin, sistin dan hidroksilisin. Dengan peran kedua enzim tersebut yang saling membantu dapat meningkatkan menyerapan nutrisi pada pakan ternak ayam broiler. 3. Mengapa bakteri Butyrivibrio fibrisolvens yang ditambahkan pada pakan dapat menghasilkan susu dengan kandungan asam linoleat tinggi ? Jawab: Seekor ternak dapat hidup dengan adanya pakan terutama yang mengandung serat hijauan. Tetapi tidak semua serat hijauan pakan ternak dapat dikonsumsi oleh ternak. Dengan adanya bantuan bakteri butyrivibrio fibrisolvens, serat hijauan pakan ternak dapat dicerna oleh ternak. Menurut (Hungate, 1966) bakteri butyrivibrio fibrisolvens merupakan bakteri rumen pencerna serat yang berbentuk batang dan merupakan bakteri gram positif. Bakteri butyrivibrio fibrisolvens seringkali dianggap sebagai bakteri selulotik yang paling lemah. Selain itu, bakteri butyrivibrio fibrisolvens juga berfungsi sebagai pencerna selulosa dan lebih dikenal sebagai pencerna hemiselulosa (Stewart, 1988). Bakteri butyrivibrio fibrisolvens termasuk kelompok bakteri mesopil yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-40 0 C. Bakteri ini memiliki flagela sehingga bersifat motil. Populasi butyrivibrio fibrisolvens cenderung meningkat bila proporsi kosentrat pakan juga meningkat. Populasi butyrivibrio fibrisolvens pada sapi lebih tinggi dibandingkan pada bison dengan kondisi pakan yang sama. Perubhan populasi butyrivibrio fibrisolvens dan bakteri selulotik lainnya di dalam rumen juga diikuti dengan perubahan tingkat kecernaan serat kasar, hemiselulosa, dan selulosa. Pemberian pakan campuran yang berupa hijauan dan kosentrat akan menyediakan nutrisi yang lengkap bagi bakteri rumen. Peranan bakteri butyrivibrio fibrisolvens lebih dominan pada hidrolisis hemiselulosa, sehingga dapat memecah senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Karena pada bakteri butyrivibrio fibrisolvens menghasilkan enzim linoleat isomerase yang berfungsi untuk mengkatalisis CLA secara biosintesa yang dihasilkan dari linoleat oleh enzim isomerase yang pada usus ternak ruminansia. Di dalam rumen, CLA disintesa dari asam linoleat melalui reaksi isomerisasi oleh enzim linoleat isomerase yang dihasilkan oleh bakteri butyrivibrio fibrisolvens. Isomer-isomer tersebut sesungguhnya merupakan senyawa antara (intermediate) dari tahapan biohidrogenasi asam linoleat menjadi asam oleat dan stearat, tetapi dapat terabsorpsi masuk ke dalam aliran darah dan terdistribusi ke jaringan tubuh inang. Bakteri butyrivibrio fibrisolvens yang menghasilkan enzim linoleat isomerase dapat mempengaruhi susu yang dihasilkan memiliki kandungan asam linoleat yang tinggi. Asam linoleat (LA) adalah omega-6 asam lemak yang tak jenuh. Asam linoleat merupakan sebuah asam karboksilat dengan rantai karbon ikatan rangkap pertama yang terletak pada karbon keenam dari ujung omega. Asam linoleat (LA) adalah asam lemak tak jenuh ganda yang digunakan dalam biosintesis asam arakhidonat (AA) dengan beberapa prostaglandin. Hal ini ditemukan dalam lipid pada membran sel. Linoleat (omega-6) dan linoleat terkonjugasi (Conjugated Linoleic Acid (CLA)) sangat terbatas sebarannya di alam sebagai nabati dan hewani, padahal keduanya lemak essensial (Marwani, 2006). Sebagai nabati linoleat terdapat dalam biji bunga matahari, kedelai, kemiri, dan beberapa tumbuhan khas turki (Barus, 2007). Susu yang mengandung asam linoleat terkonjugasi yang dapat dipercaya menambah kekebalan tubuh dan mengurangi pertumbuhan tumor. Kandungan asam linoleat dalam susu organik lebih tinggi. Hal ini kemungkinan di karenakan pada sapi organik lebih banyak di beri makan rumput dan pakan alami daripada pakan berkosentrat. Dapat disimpulkan bakteri butyrivibrio fibrisolvensmerupakan mikroba yang dapat membantu produksi asam linoleat. Bakteri butyrivibrio fibrisolvens ditambahkan pada pakan ternak, sehingga bakteri tersebut mampu memproduksi asam linoleat tinggi.