You are on page 1of 26

1

LAPORAN KASUS
BATU BULI-BULI








Disusun untuk melaksanakan tugas kepanitraan klinik
di SMF Ilmu Bedah RSD dr. Soebandi Jember



Oleh :
Enggar Gumelar, S.Ked
102011101008







SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
RSD dr.SOEBANDI JEMBER
2014





2

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4
2.1 Definisi ................................................................................... 4
2.2 Anatomi ................................................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ........................................................................... 7
2.5 Komposisi Batu ....................................................................... 10
2.6 Pemeriksaan Klinis................................................................... 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 12
2.8 Pengobatan .............................................................................. 15
2.9 Pencegahan ............................................................................. 18
BAB III LAPORAN KASUS .................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26



















3

BAB I. PENDAHULUAN


Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan
ada di dalam ginjal.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi
pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur uretra, divertikel buli-buli, atau
buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang pada buli-buli dalam waktu lama,
adanya benda asing lain yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam buli-buli
seringkali menjadi ini terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli juga
dapat berasal dari batu ginjal yang turun ke buli-buli. Di Negara-negara
berkembang sering dijumpai batu endemic pada buli-buli yang banyak dijumpai
pada anak anak yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi
atau diare.
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain; disuria
hingga stranguria, perassan tidak enak waktu kencing, dan kencing tiba-tiba
terhenti kemudian menjadi lancer kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri
pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang, sampai kaki.
Seringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit,
sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai
bayangan opak pada cavum pelvis. USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada
buli-buli.
Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi ataupun jika terlalu besar
menggunakan pembedahan terbuka atau vesikolitotomi.







4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi

Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk
kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin.
Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih
banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu saluran
kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum) sedang pada anak-
anak sering pada sistem bagian bawah (buli-buli). Di negara berkembang batu
buli-buli terbanyak ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang
terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam calsium. Pada awalnya
merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang
menjadi ukuran yang lebih besar. Kadangkala juga merupakan batu yang
mulitipel.

2.2 Anatomi

Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah
merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa vesika
terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis,
ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus
uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Secara
anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3)
permukaan posterior.





5












Gambar 1. Sistem urinarius











Gambar 2. Anatomi Buli-buli

Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung
urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang maksimal, yang volumenya untuk orang
dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak
menurut formula dari koff adalah:
6


Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan pada
saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di
perkusi. Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf afferen
dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen sacral S
2-4
. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli dan
relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

2.3 Etiologi

Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu buli-
buli yaitu faktor instrinsik yang terdiri dari herediter (keturunan) penyakit ini
diduga diturunkan dari orang tuanya, umur, serta jenis kelamin, jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.
Sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari keadaan geografi, iklim, temperatur,
asupan air, diet, dan pekerjaan. Geografi, kebanyakan didaerah pegunungan,
padang pasir, dan daerah tropis. Iklim, individu yang menetap di daerah beriklim
panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami
dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi
kalsium dan oksalat) sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat.
Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet, obat
sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran
kemih, karena obat sitostatik bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh, diet
banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih. Dan pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitasnya.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli yang aktivitasnya sebagai
inti batu. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktura
Kapasitas buli- buli = ( umur
(tahun)
+ 2 )x 30
7

uretra, divertikel buli-buli dan buli-buli neurogenik. Pada suatu studi dilaporkan
pada pasien dengan cidera spinal dimana ia mempunyai kelainan neurogenik
blader dalam delapan tahun, 36%nya berkembang menjadi batu buli-buli. Benda
asing tersebut dibedakan menjadi iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic
terdiri dari bekas jahitan, balon folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang
disebabkan karena iritasi balon kateter, staples, uretral stens, peralatan
kontrasepsi, prostetik uretral stents. Noniatrogenik disebabkan adanya benda yang
terkandung pada buli-buli seusai pasien rekreasi atau alasan yang lain. Selain itu
batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-
buli yang banyak dijumpai pada anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang
sering menderita dehidrasi atau diare. Infeksi pada saluran kemih akan
mempercepat timbulnya batu. Inflamasi pada buli-buli dapat disebabkan karena
hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi shiztomiasis yang juga merupakan
predisposisi batu buli-buli.
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadi
pembentukan batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan calsium
dan struvit. Pada pasien yang mempunya predisposisi dilakukan evaluasi ada
tidaknya hal yang memicu statisnya urin, misalnya BPH. Pada perempuan yang
memakai celana ketat, dan cystocele.

2.4 Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi pada
beberapa kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli, kemudian
terjadi penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu buli
yang turun dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui
ureter dan dapat dikeluarkan spontan melalui uretra.

8


Gambar 3. Batu Buli-buli

Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti
pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri
atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini
bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi
oleh pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine,
9

laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam
saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran
kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis
pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih
yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini
misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam asam, sedangkan batu
magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak berlokasi
di vesika. Batu yang terdiri dari calsium oksalat biasanya berasal dari ginjal. Pada
batu yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan pada daerah yang endemik
dan terdiri dari asam ammonium material, calsium oksalat, atau campuran
keduanya. Hal itu disebabkan karena susu bayi yang berasal dari ibu yang banyak
mengandung zat tersebut. Makanan yang mengandung rendah pospor menunjang
tingginya ekskresi amonia. Anak-anak yang sering makan makanan yang kaya
oksalat seperti sayur akan meningkatkan kristal urin dan protein hewan (diet
rendah sitrat).
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra/
spinal injury, adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/Ca fosfat. Batu
buli-buli dapat bersifat single atau multiple dan sering berlokasi pada divertikel
dari ventrikel buli-buli dan biasanya berukuran besar atau kecil sehingga
menggangu kerja dari vesika. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras.
Batu pada vesika umumnya mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding
vesika yaitu batu yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra
vesika.





10

2.5 Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat, xanthin, sistein,
silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan atau komposisi batu
sangat penting untuk pencegahan timbulnya batu yang residif.
a. Batu Kalsium
Batu ini merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 70-
80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya adalah kalsium
oksalat, kalsium fosfat atau campuran keduanya. Faktor terjadinya batu oksalat
adalah sebagi berikut:
Hiperkalsiuri merupakan kenaikan kadar kalsium dalam urin yang
melebihi 250-300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan
peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor
paratiroid.
Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45
gram/ hari, keadaan ini banyak diderita oleh penderita yang mengalami
kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya teh,
kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran
yang berwarna hijau terutama bayam.
Hiperurikosuri merupakan kadar asam urat di dalam urin melebihi
850mg/ 24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak
sebagai inti batu terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Sumber
asam urat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung banyak
purin maupun berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia merupakan sitrat berikatan dengan kalsium di dalam
urin sehingga calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat,
karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium
sitrat mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin.
Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya
sitrat. Penyebab tersering dari hipomagnesia adalah inflamasi usus
11

yang diikuti gangguan absorbsi. Penyebab tersering hipomagnesuria
ialah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang
diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
b. Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi
yang sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea yang
menghasilkan suasana basa yang mempermudah mengendapnya magnesium
fosfat, ammonium, karbonat. Kuman tersebut diantaranya adalah Proteus spp,
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan stafilokokus.
c. Batu Asam urat merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu. 75- 80%
adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan campuran dengan asam
oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien dengan gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapat terapi antikanker, dan banyak
menggunakan obat urikosurik diantaranya tiazid, salisilat, kegemukan,
peminum alkohol, diet tinggi protein. Adapun faktor predisposisi terjadinya
batu asam urat adalah urin yang terlalu asam, dehidrasi atau konsumsi air
minum yang kurang dan tingginya asam urat dalam darah.
d. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, dan batu silikat sangat
jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme yaitu
kelainan absorbsi sistin di mukosa usus. Pemakaian antasida yang
mengandung silikat berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat
memungkinkan terbentuknya batu silikat.

2.6 Pemeriksaan klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada
anamnesis biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik,
disuria, gross hematuri terminal, perasaan ingin kencing, sering kencing di malam
hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian
menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Gejala lain yang
umumnya terjadi dalam menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis,
scrotum, perineum, punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa
12

bersifat tumpul atau tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak
laki-laki dan menggosok-gosok vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat
saat pasien sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat
batu memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan
priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada
inspeksi, ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun
tanda yang dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri,
pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.

2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick,
batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung
nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri
hebat, oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin
asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria(
leukosit), dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga
berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.

b. Pemeriksaan Imaging
Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat
memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria
(KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hanya dapat
menunjukkan batu yang radioopaque. Batu asam urat dan ammonium urat
merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh
selaput yang berupa calsium sehingga gambaran akhirnya radioopaque.
13

Pelapisan adalah hal yang sering, biasanya lapisan tersebut berupa sisa
metabolik, infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.











Gambar 4. BOF
Cystogram/ intravenous pyelografi
Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat
menunjukkan adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan
pemeriksaan IVP. Adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya filling defek.












Gambar 5. IVP
14

Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk
melihat batu yang radiopaque atau radiolucent.










Gambar 6. USG
CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri
perut, massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli
yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang
keruh.
MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang
semestinya tidak ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini
diassosiasikan sebagai batu.
Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat
endoskopi melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam
blader.




15










Gambar 7. Sistoskopi

2.8 Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan
disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih. Pengobatan simptomatik
mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi menghilang dengan
pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena
itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan
pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat
bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat
pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk
akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi
atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai
dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat
(polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian
digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan
16

sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan
batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha
ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik
diberikan setelah makan.

b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi
dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung.
Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis
melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau
elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL =
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa
perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh
dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping
dan keluar bersama kemih.

c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang
kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus
memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan
pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam batas ukuran
3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau
sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah adanya batu
ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat
nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat
sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi mekanik
(pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser.
17

2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain digunakan untuk
dewasa juga digunakan untuk anak- anak, tehnik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat hancur
lalu dievakuasi.sering tehnik ini digunalan bersama tehnik yang pertama
denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh
debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy: tehnik ini digunakan untuk memindah batu
dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan
diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka diindikasikan jika
beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih
mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah batu
yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah batu
yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini
adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
lebih lama menggunakan kateter.














Gambar 8. Suprapubic Cystostomy

18

2.9 Pencegahan
Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum
banyak sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada pasien
dengan batu asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga pH
dipertahankan dalam kisaran 6,5-7, mencegah terjadinya hiperkalsemia yang
akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan untuk mengecek pH urin
dengan kertas nitrasin setiap pagi.
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit





















19

BAB III. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Darungan, Tegal Arum, Sempu, Banyuwangi
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 01.75.56
Tgl MRS : 21-05-2014
Tgl pemeriksaan : 21-05-2014
Tgl operasi : 22-05-2014
Tgl KRS : 23-05-2014

3.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Nyeri ketika kencing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri saat kencing sejak Januari disertai rasa tidak
puas saat kencing, dan terkadang BAK tidak dapat ditahan sehingga
menetes. Pada 2009 pernah kencing keluar batu berwarna coklat
kehitaman. Kencing darah (+)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Appendisitis (+), Hematuri (+)
Riwayat Pengobatan :
Pengobatan Alternatif
Riwayat Penyakit Keluarga :
Nenek pernah sakit batu saluran kemih

20















Gambar 9. Foto BOF pre operasi

3.3 Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: cukup

Kesadaran : kompos mentis
b. Vital Sign
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5
0
C
c. Pemeriksaan Khusus
1) Kulit : cyanosis (-), ikterik (-), anemis (-), turgor baik
2) Kepala
Mata : anemis (-), ikterik (-)
Telinga : sekret (-), darah (-)
Hidung : sekret (-), darah (-), deformity (-)
21

Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB colli (-), KGB periauricular (-)
Status lokalis
Regio Flank : Nyeri (-), Massa (-)
Regio Suprapubik : Nyeri (+), Massa (-)
Regio Genitalia
Regio Penis : Nyeri (-), Massa (-)
Regio Scrotum : Nyeri (-), Massa (-)
Regio Perineum: Nyeri (-), Massa (-)
3) Thorax
o Cor: I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak teraba
P: redup di ICS IV PSL dextra ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal, tidak didapatkan ekstrasistole, gallop
ataupun murmur
o Pulmo:
Ventral Dorsal
I: Simetris, retraksi -/-
P: Fremitus raba +/+
P: Sonor +/+
A: Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
I: Simetris, retraksi -/-
P: Fremitus raba +/+
P: Sonor +/+
A:Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

4) Abdomen: I: Flat
A: BU(+) normal
P: Timpani
P: Soepel
5) Extrimitas
Akral hangat

Edema
+ +
+ +
- -
- -
22

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hemoglobin 14,3 L 13,4 -17,7 ; P 11,4 -15,1 gr/dl
LED 11/27 L 0 -15; L 0-25 mm/jam
Lekosit 11,0 L 4,3-10,3 ; P 4,3 11,3
Hitung Jenis 2/-/-/58/36/6
Hematokrit 41,8 L 36-42% ; P 40 47%
Trombosit 441 150-450
PPT Penderita 10,0
Kontrol 11,2
APTT Penderita 33,5
Kontrol 26,4
Faal Hati
SGOT

16

L 10-35 ; P 10-31 u/l
SGPT 19 L 9-43 ; P 9-36 u/l
Albumin 4,1 3,4 4,8
Faal Ginjal
Kreatinin Serum

0,9

L <1,4 ; P , 1,1 mg/dl
Urea 11 10-50
BUN 6 6-20
Kadar Gula Darah
Sewaktu

88

< 200 mg/dl

3.4 Diagnosis
Vesikolithiasis

3.5 Penatalaksanaan
Litotripsi (22-05-2014)


23





























Gambar 10. Laporan operasi



24

Follow up ( 23-05-2014)
S/ Keluhan utama : Nyeri saat kencing (-)
O/ Keadaan umum : cukup
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 19 x/menit
N : 75 x/menit Tax : 36,2
o
C
Kepala/Leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Status lokalis
Regio Flank : Nyeri (-), Massa (-)
Regio Suprapubik : Nyeri (+), Massa (-)
Regio Genitalia
Regio Penis : Nyeri (-), Massa (-), DC (+), Hematuri (-)
Regio Scrotum : Nyeri (-), Massa (-)
Regio Perineum: Nyeri (-), Massa (-)
Thoraks :
o Cor: I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak teraba
P: redup di ICS IV PSL dextra ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal, tidak didapatkan ekstrasistole, gallop
ataupun murmur
o Pulmo:
Ventral Dorsal
I: Simetris, retraksi -/-
P: Fremitus raba +/+
P: Sonor +/+
A: Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
I: Simetris, retraksi -/-
P: Fremitus raba +/+
P: Sonor +/+
A:Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : flat; BU (+) N; timpani; soepel
Extrimitas
Akral hangat

Edema
A/ Vesikolitiasis Post Litotripsi H-1
P/ Inj ceftriaxone 2 x 1gr
+ +
+ +
- -
- -
25

Inj antrain 3x1 amp
Pro KRS
Obat pulang :
p/o cefixime 2 x 1 tab
p/o asam mefenamat 3 x 1 tab


























26


DAFTAR PUSTAKA

1. Basler, J. 2007. Bladder Stones. Emedicine Journal. Sited by
http://www.emedicine.com.

2. De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC

3. Purnomo, B. B. 2007. Dasar-dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.

4. Reksoprojo, S. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

5. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., dan Setiati, S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

You might also like