You are on page 1of 12

1.

Memahami dan menjelaskab hipertensi pada kehamilan


a. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil akan sangat
membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu. hipertensi atau tekanan
darah tinggi terjadi ketika darah yang dipompakan oleh jantung mengalami
peningkatan tekanan, hingga hal ini dapat membuat adanaya tekanan dan merusak
dinding arteri di pembuluh darah. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90
mmHg tekanan diastolik). Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu
hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40, kehamilan dengan bayi kembar, atau terjadi
pada ibu hamil dengan kehamilan pertama.

Sumber : Hipertensi Pada Kehamilan http://bidanku.com/hipertensi-pada-
kehamilan#ixzz3CubyK2R8

b. Etiologi
Ada dua hal penyebab hipertensi, yaitu Hipertensi essensial atau hiipertensi primer di
mana penyebabnya bukan disebabkan oleh adanya gangguan pada jantung atau ginjal,
melainkan disebabkan oleh faktor lain misal dikarenakan pola hidup yang tidak sehat;
mengalami stress, mengkonsumsi garam yang berlebih, merokok, kebiasaan minuman
beralkohol dan kafein, pola makan yang tidak sehat yang mengakibatkan timbunan
lemak dan kelebihan berat badan dan adanya faktor keturunan
Sedangkan hipertensi yang disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau jantung
disebut dengan hipertensi sekunder.

Sumber : Hipertensi Pada Kehamilan http://bidanku.com/hipertensi-pada-
kehamilan#ixzz3CucA6eA6

Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih, kekurangan
konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula dengan
terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan vitamin B6 yang
meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D merupakan faktor
terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya
jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002).
Berbagai faktor defesiensi gizi juga diperkirakan berperan sebagai penyebab
eklampsia. Banyak saran yang diberikan untuk menghindarkan hipertensi misalnya
dengan menghindari konsumsi daging berlebihan, protein, purine, lemak, hidangan
siap saji (snack), dan produk-produk makanan instan lain. Hasil penelitian
Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor gizi memiliki hubungan dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan kekurangan kalsium, protein, kelebihan
garam natrium, atau kekurangan asam lemak tak jenuh Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA) dalam makanannya. John, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan
bahwa diet buah dan sayur banyak mengandung aktivitas non-oksidan yang dapat
menurunkan tekanan darah. Zhang, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan
kejadian pre-eklampsia pada pasien dengan asupan vitamin C harian kurang dari 85
mg dapat meningkat menjadi 2 kali lipat.

c. Klasifikasi
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan
darah 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008). Menurut Prawirohardjo 2008, gangguan
hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah:
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai
tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.

d. Patofisiologi
Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui secara pasti.
Teori timbulnya preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa hal, yaitu sebab
meningkatnya frekuensi pada primigravida, bertambahnya frekuensi
denganertambahnya usia kehamilan, terjadinya perbaikan dengan kematian janin
intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia. Itulah sebabnya kenapa
penyakit ini disebut the disease of theories.2,5,8,9

Gambar 2. Perbandingan invasi trofoblas pada kehamilan normal dan preeklamsia3

Saat ini hipotesis utama yang dapat diterima dalam menjelaskan terjadinya preeklamsia
adalah iskemia pada plasenta, preeklamsia sebagai manifestasi reaksi keracunan,
maladaptasi imunologi, gangguan genetik. Inadekuatnya invasi trofoblas terhadap
miometrium menyebabkan gangguan pada proses vasodilatasi fisiologis dari arteri
spiralis maternal. Sindrom preeclampsia maternal juga berhubungan dengan faktor
tambahan invasi trofoblas yang inadekuat juga disertai dengan gangguan pertumbuhan
janin tanpa penyakit maternal.
Diketahui secara jelas bahwa gangguan aliran darah intervillus menyebabkan perfusi
yang inadekuat dan iskemia pada trimester kedua kehamilan. Hal ini yang mungkin
menyebabkan diproduksinya oksigen reaktif. Akibat antioksidan endogen normal tidak
dapat mengkompensasi keadaan tersebut, akan muncul kondisi stres oksidatif. Hal Inilah
yang mungkin mendasari gejala klinis pada sindrom preeklampsia. Stres oksidatif atau
zat vasoaktif yang dikeluarkan dari plasenta, menyebabkan terjadinya aktivasi dari sel
endotel vaskular. Pembuluh darah endotel dikenal memasok semua sistem organ.
Terjadi gangguan pada profil lipid, seperti kadar trigliserida dan asam lemak bebas yang
meningkat sekitar dua kali lipat. Adanya peningkatan peroksidasi lipid baik secara
sistemik maupun dalam plasenta menunjukkan bahwa stres oksidatif mendasari
kerusakan pada sel endotel. Sel endotel preeklampsia menghasilkan lebih sedikit
prostasiklin, vasodilator yang kuat pada sel endotel normal dan menghambat agrregasi
platelet. Endotel yang cedera akan merangsang agregasi platelet, dan melepas
tromboksan A2 (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat dan menstimulasi agregasi platelet.
Penurunan produksi prostasiklin oleh sel endotel yang disfungsional dan meningkat
pelepasan TXA2 oleh trombosit yang diaktifkan dan trofoblas bertanggung jawab
terhadap terbaliknya rasio normal prostasiklin dan TXA2 pada preeklampsia. Dominasi
TXA2 dapat berkontribusi pada vasokonstriksi dan merupakan gambaran utama dari
hipertensi. Berkurangnya jumlah prostasiklin memungkinkan sensitivitas vaskular yang
lebih besar terhadap angiotensin II, sehingga menyebabkan vasospasme dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.5,8 Warisan genetik pada kehamilan
dengan hipertensi dapat didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan
penetrasi yang tidak lengkap (tergantung pada genotipe janin). Preeklamsia selama
kehamilan dari ibu merupakan faktor risiko terjadinya preeclampsia selama kehamilan
anak perempuan dari ibu tersebut.5

e. Manifestasi klinis
Preeklampsia berat bila satu atau lebih tanda / gejala di bawah ini
ditemukan2,3 :
1. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih atau
sama dengan 110 mmHg.
2. Proteinuria 2 gram / 24 jam atau > +2 pada pemeriksaan dipstik.
3. Oliguria atau produksi urin dibawah 500 ml / 24 jam yang disertai kenaikan kadar
kreatinin plasma.
4. Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan / visus.
5. Nyeri epigastrium.
6. Edema paru atau sianosis.
7. Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat (IUFGR).
8. HELLP syndrome (H= Hemolysis; EL = Elevated Liver enzymes; LP = Low Platelet
counts).

Impending eklampsia atau disebut juga imminen eklampsia yaitu keadaan preeklampsia
berat disertai gejala-gejala : nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah muntah, nyeri
epigastrium, kenaikan prograsif tekanan darah (sistolik > 200 mmHg). Eklampsia ialah
preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik klonik disusul dengan koma.

f. Diagnosis dan diagnosis banding

Hipertensi gestasional
Diagnosis
Diagnosa HG ditegakkan apabila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah
diastolic 90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dimana sebelum kehamilan
tekanan darah subyek tersebut normal dan tekanan darah kembali normal pada 12
minggu setelah melahirkan.

Alogaritma dalam membedakan penyakit hipertensi dalam kehamilan (Wagner, 2004).
Diagnosis Hipertensi Gestasional:
1. Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk
pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu
2. Tidak ada proteinuria
3. Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum
4. Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
5. Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak
nyaman atau trombositopenia epigastrika

Pada waktu pertama kali diagnosis:
1. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila hasil
normal dilakukan pemeriksaan ulang, bila terjadi perubahan pada ibu.
2. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan desakan
darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada perubahan pada ibu.

Preeklamsi dan eklamsi

g. Tatalaksana

h. Komplikasi


i. Prognosis

j. Help syndrome
Sindroma HELLP
Posted on July 5, 2013 by rspwinterna

Sindroma HELLP merupakan salah satu keadaan preeklampsia yang memburuk yang
dapat didiagnosis dengan parameter laboratorium, sementara proses kerusakan
endotel juga terjadi diseluruh sistem tubuh, karenanya diperlukan suatu parameter yang
lebih dini dimana preeklampsia belum sampai menjadi perburukan, dan dapat
ditatalaksana lebih awal yang akan menurunkan terutama morbiditas dan mortalitas
ibu, dan mendapatkan janin se-viable mungkin.

HELLP syndrome dari singkatan hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets yang
artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia.

Ini adalah komplikasi utama dari pre-eklamsi dan eklamsia yang terdiri dari:

a) hemolisis (penghancuran sel darah merah)

b) peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)

c) penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan
pembekuan darah), gejala2 antara lain mual, muntah, nyeri kepala, rasa lemah dan sakit
perut serta kaki bengkak.

Tanda dan Gejala

Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah, 65 persen dengan nyeri epigastrium, 30
persen dengan mual dan muntah, dan 31 persen dengan sakit kepala. Karena diagnosis
awal pada sindrom ini sangat penting, setiap pasien dengan gejala lemah atau gejala
yang mirip penyakit viral pada trimester ketiga harus dievaluasi dengan pemeriksaan
darah rutin dan tes fungsi hati.

Dengan penemuan ini, sindrom HELLP dapat diklasifikan termasuk sindrom HELLP total
(memiliki semua kelainan) atau parsial (kurang dari tiga kelainan). Dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan jumlah trombosit menjadi kelas I (<50.000), kelas II (50-
100.000), dan kelas III (100-150.000), makin rendah kelasnya makin tinggi
morbiditasnya.
Pemeriksaan fisik mungkin normal pada pasien dengan Sindrom HELLP.

Karena gejala klinis yang kurang jelas, diagnosis Sindrom HELLP biasanya terlambat
sampai kira-kira 8 hari. Banyak wanita dengan Sindrom HELLP mengalami salah
diagnosis dengan kelainan lain seperti kolesistitis, esofagitis, gastritis, hepatitis, atau
trombositopenia idiopatik.

Tes penegakan diagnosis

Tiga kelainan utama yang ditemukan pada Sindrom HELLP adalah hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan rendahnya nilai trombosit. Penurunan hematokrit mungkin
tanda terakhir pada tiga kelainan utama.

Nilai trombosit merupakan tanda yang yang paling baik selanjutnya. Oleh karena itu,
Sindrom HELLP harus dipikirkan pada semua pasien yang menunjukkan penurunan nilai
trombosit selama periode antenatal. Adanya nilai D-dimer yang positif pada pasien
preeklamsia dapat diprediksi akan menderita Sindrom HELLP. D-dimer merupakan
indikator yang lebih sensitif pada keadaan koagulopati dan mungkin positif sebelum
nilai-nilai pemeriksaan koagulasi abnormal.

Sindroma HELLP cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda.
jika terjadi sindroma HELLP, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar.
setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya
eklamsi. 25% kasus eklamsi terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2-4 hari
pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6-8 minggu.
jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak
berhubungan dengan pre-eklamsi.

Sindroma HELLP merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi
endotel sistemik. Insidens sindroma hellp pada kehamilan berkisar antara 0,2-0,6 %,4-
12% pada preeklampsia berat, dan menyebabkan mortalitas maternal yang cukup tinggi
(24 %), serta mortalitas perinatal antara 7,7%-60%.

Pada penderita preeklampsia, Sindroma HELLP merupakan suatu gambaran adanya
Hemolisis (H), Peningkatan enzim hati (Elevated Liver Enzym-EL), dan trombositopeni
(Low Platelets-LP). Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester
dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.

Diagnosis Sindroma HELLP secara obyektif lebih berdasarkan hasil laboratorium,
sedangkan manifestasi klinis bersifat subyektif, kecuali jika keadaan sindroma HELLP
semakin berat. Berdasarkan hasil laboratorium dapat ditemukan anemia hemolisis,
disfungsi hepar, dan trombositopeni.

Sampai saat ini diagnosis Sindroma hellp lebih berdasarkan parameter laboratorium,
dan parameter yang digunakan selama ini lebih mengarah pada keadaan sindroma hellp
lanjut, dimana morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin cukup tinggi.

Sindrom HELLP ditandai:

1. Hemolisis

Tanda hemolisis dapat dilihat dari ptekie, ekimosis, hematuria dan secara laboratorik
adanya Burr cells pada apusan darah tepi.

2. Elevated liver enzymes

Dengan meningkatnya SGOT, SGPT (> 70 iu) dan LDH (> 600 iu) maka merupakan tanda
degenerasi hati akibat vasospasme luas. LDH > 1400 iu, merupakan tanda spesifik akan
kelainan klinik.

3. Low platelets

Jumlah trombosit < 100.000/mm3 merupakan tanda koagulasi intravaskuler.

Pada pemeriksaan darah tepi terdapat bukti-bukti hemolisis dengan adanya kerusakan
sel eritrosit, antara lain burr cells, helmet cells. Hemolisis ini mengakibatkan
peningkatan kadar bilirubin dan lactate dehydrogenase (LDH). Disfungsi hepar
di-refleksikan dari peningkatan enzim hepar yaitu Aspartate transaminase (AST/GOT),
Alanin Transaminase (ALT/GPT), dan juga peningkatan LDH.Semakin lanjut proses
kerusakan yang terjadi, terdapat gangguan koagulasi dan hemostasis darah dengan
ketidak normalan protrombin time, partial tromboplastin time, fibrinogen, bila keadaan
semakin parah dimana trombosit sampai dibawah 50.000 /ml biasanya akan didapatkan
hasil-hasil degradasi fibrin dan aktivasi antitrombin III yang mengarah terjadinya
Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC). Insidens DIC pada sindroma hellp 4-
38%.

Klasifikasi Sindroma HELLP berdasarkan klasifikasi Missisippi,terdiri dari :

1. kelas I bila trombosit dibawah sampai dengan 50.000/ml,
2. kelas II trombosit antara >50.000-100.000/ml,
3. kelas III trombosit antara >100.000-150.000/ml. LDH > 600 iu/l, AST dan ALT > 40
iu/l.



2. Perdarahan antepartum
a. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis :
1. Plasenta pervia totalis
Menutupi seluruh osteum uteri pada pembukaan 4 cm.

2. Plasenta previa partialis
Menutupi sebagian osteum uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis
Apabila tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum.

Diagnosis plasenta previa
1. Anamnese plasenta previa
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.

2. Pada inspeksi dijumpai :
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

3. Pemeriksaan fisik ibu
a. Keadaan normal-syok
b. Kesadaran baik-koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus kebidanan
a. Pemeriksaan palpasi abdomen
b. Pemeriksaan denyut jantung janin
c. Pemeriksaan dalam
d. Pemeriksaan penunjang

Penatalaksanaan plasenta previa
Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak
atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan :
1. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
2. Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
3. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
4. Persiapan donor darah untuk transfusi darah.
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan pertolongan yang paling banyak
dilakukan bentuk operasi lainnya seperti :

a. Cunam Willet Gausz
b. Versi Braxton Hicks
c. Pemasangan kantong karet. (Manuaba, 1998)

b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi
normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas :
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
- Perdarahan dengan rasa sakit.
- Perut terasa tegang.
- Gerak janin kurang.
- Palpasi bagian janin sulit diraba.
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu.
- Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan
meningkat.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
- Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok,
tidak sesuai dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis.
- Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut
terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
- Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri

Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1. Anamnese
a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri.
b. Terjadi spontan atau karena trauma.
c. Perut terasa nyeri.
d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan fisik khusus
- Palpasi abdomen
- Auskultasi
- Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan penunjang

Penanganan solusio plasenta
1. Solusi plasenta ringan
- Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
- Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif.
- Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang
masih baik dilakukan seksio sesarea.
- Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur
dilakukan rawat inap.
2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderitanya. Tatalaksananya adalah :
- Pemasangan infus dan transfusi darah
- Memecahkan ketuban
- Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan
solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
mencukupi.
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan
pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau
kematian ibu maupun perinatal.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama
adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan
pertolongan darurat :
- Pemasangan infus
- Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
- Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.
- Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat.
- Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama.

3. Pemeriksaan kesejahteraan janin

You might also like