Memahami dan menjelaskab hipertensi pada kehamilan
a. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil akan sangat membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu. hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika darah yang dipompakan oleh jantung mengalami peningkatan tekanan, hingga hal ini dapat membuat adanaya tekanan dan merusak dinding arteri di pembuluh darah. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastolik). Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40, kehamilan dengan bayi kembar, atau terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan pertama.
Sumber : Hipertensi Pada Kehamilan http://bidanku.com/hipertensi-pada- kehamilan#ixzz3CubyK2R8
b. Etiologi Ada dua hal penyebab hipertensi, yaitu Hipertensi essensial atau hiipertensi primer di mana penyebabnya bukan disebabkan oleh adanya gangguan pada jantung atau ginjal, melainkan disebabkan oleh faktor lain misal dikarenakan pola hidup yang tidak sehat; mengalami stress, mengkonsumsi garam yang berlebih, merokok, kebiasaan minuman beralkohol dan kafein, pola makan yang tidak sehat yang mengakibatkan timbunan lemak dan kelebihan berat badan dan adanya faktor keturunan Sedangkan hipertensi yang disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau jantung disebut dengan hipertensi sekunder.
Sumber : Hipertensi Pada Kehamilan http://bidanku.com/hipertensi-pada- kehamilan#ixzz3CucA6eA6
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan vitamin B6 yang meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D merupakan faktor terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002). Berbagai faktor defesiensi gizi juga diperkirakan berperan sebagai penyebab eklampsia. Banyak saran yang diberikan untuk menghindarkan hipertensi misalnya dengan menghindari konsumsi daging berlebihan, protein, purine, lemak, hidangan siap saji (snack), dan produk-produk makanan instan lain. Hasil penelitian Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor gizi memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan kekurangan kalsium, protein, kelebihan garam natrium, atau kekurangan asam lemak tak jenuh Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dalam makanannya. John, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan bahwa diet buah dan sayur banyak mengandung aktivitas non-oksidan yang dapat menurunkan tekanan darah. Zhang, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan kejadian pre-eklampsia pada pasien dengan asupan vitamin C harian kurang dari 85 mg dapat meningkat menjadi 2 kali lipat.
c. Klasifikasi Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan darah 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008). Menurut Prawirohardjo 2008, gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah: a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma. d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria. e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
d. Patofisiologi Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui secara pasti. Teori timbulnya preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa hal, yaitu sebab meningkatnya frekuensi pada primigravida, bertambahnya frekuensi denganertambahnya usia kehamilan, terjadinya perbaikan dengan kematian janin intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia. Itulah sebabnya kenapa penyakit ini disebut the disease of theories.2,5,8,9
Gambar 2. Perbandingan invasi trofoblas pada kehamilan normal dan preeklamsia3
Saat ini hipotesis utama yang dapat diterima dalam menjelaskan terjadinya preeklamsia adalah iskemia pada plasenta, preeklamsia sebagai manifestasi reaksi keracunan, maladaptasi imunologi, gangguan genetik. Inadekuatnya invasi trofoblas terhadap miometrium menyebabkan gangguan pada proses vasodilatasi fisiologis dari arteri spiralis maternal. Sindrom preeclampsia maternal juga berhubungan dengan faktor tambahan invasi trofoblas yang inadekuat juga disertai dengan gangguan pertumbuhan janin tanpa penyakit maternal. Diketahui secara jelas bahwa gangguan aliran darah intervillus menyebabkan perfusi yang inadekuat dan iskemia pada trimester kedua kehamilan. Hal ini yang mungkin menyebabkan diproduksinya oksigen reaktif. Akibat antioksidan endogen normal tidak dapat mengkompensasi keadaan tersebut, akan muncul kondisi stres oksidatif. Hal Inilah yang mungkin mendasari gejala klinis pada sindrom preeklampsia. Stres oksidatif atau zat vasoaktif yang dikeluarkan dari plasenta, menyebabkan terjadinya aktivasi dari sel endotel vaskular. Pembuluh darah endotel dikenal memasok semua sistem organ. Terjadi gangguan pada profil lipid, seperti kadar trigliserida dan asam lemak bebas yang meningkat sekitar dua kali lipat. Adanya peningkatan peroksidasi lipid baik secara sistemik maupun dalam plasenta menunjukkan bahwa stres oksidatif mendasari kerusakan pada sel endotel. Sel endotel preeklampsia menghasilkan lebih sedikit prostasiklin, vasodilator yang kuat pada sel endotel normal dan menghambat agrregasi platelet. Endotel yang cedera akan merangsang agregasi platelet, dan melepas tromboksan A2 (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat dan menstimulasi agregasi platelet. Penurunan produksi prostasiklin oleh sel endotel yang disfungsional dan meningkat pelepasan TXA2 oleh trombosit yang diaktifkan dan trofoblas bertanggung jawab terhadap terbaliknya rasio normal prostasiklin dan TXA2 pada preeklampsia. Dominasi TXA2 dapat berkontribusi pada vasokonstriksi dan merupakan gambaran utama dari hipertensi. Berkurangnya jumlah prostasiklin memungkinkan sensitivitas vaskular yang lebih besar terhadap angiotensin II, sehingga menyebabkan vasospasme dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.5,8 Warisan genetik pada kehamilan dengan hipertensi dapat didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak lengkap (tergantung pada genotipe janin). Preeklamsia selama kehamilan dari ibu merupakan faktor risiko terjadinya preeclampsia selama kehamilan anak perempuan dari ibu tersebut.5
e. Manifestasi klinis Preeklampsia berat bila satu atau lebih tanda / gejala di bawah ini ditemukan2,3 : 1. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg. 2. Proteinuria 2 gram / 24 jam atau > +2 pada pemeriksaan dipstik. 3. Oliguria atau produksi urin dibawah 500 ml / 24 jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin plasma. 4. Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan / visus. 5. Nyeri epigastrium. 6. Edema paru atau sianosis. 7. Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat (IUFGR). 8. HELLP syndrome (H= Hemolysis; EL = Elevated Liver enzymes; LP = Low Platelet counts).
Impending eklampsia atau disebut juga imminen eklampsia yaitu keadaan preeklampsia berat disertai gejala-gejala : nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah muntah, nyeri epigastrium, kenaikan prograsif tekanan darah (sistolik > 200 mmHg). Eklampsia ialah preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik klonik disusul dengan koma.
f. Diagnosis dan diagnosis banding
Hipertensi gestasional Diagnosis Diagnosa HG ditegakkan apabila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolic 90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dimana sebelum kehamilan tekanan darah subyek tersebut normal dan tekanan darah kembali normal pada 12 minggu setelah melahirkan.
Alogaritma dalam membedakan penyakit hipertensi dalam kehamilan (Wagner, 2004). Diagnosis Hipertensi Gestasional: 1. Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu 2. Tidak ada proteinuria 3. Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum 4. Diagnosis hanya dibuat pada postpartum 5. Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak nyaman atau trombositopenia epigastrika
Pada waktu pertama kali diagnosis: 1. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila hasil normal dilakukan pemeriksaan ulang, bila terjadi perubahan pada ibu. 2. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan desakan darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada perubahan pada ibu.
Preeklamsi dan eklamsi
g. Tatalaksana
h. Komplikasi
i. Prognosis
j. Help syndrome Sindroma HELLP Posted on July 5, 2013 by rspwinterna
Sindroma HELLP merupakan salah satu keadaan preeklampsia yang memburuk yang dapat didiagnosis dengan parameter laboratorium, sementara proses kerusakan endotel juga terjadi diseluruh sistem tubuh, karenanya diperlukan suatu parameter yang lebih dini dimana preeklampsia belum sampai menjadi perburukan, dan dapat ditatalaksana lebih awal yang akan menurunkan terutama morbiditas dan mortalitas ibu, dan mendapatkan janin se-viable mungkin.
HELLP syndrome dari singkatan hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia.
Ini adalah komplikasi utama dari pre-eklamsi dan eklamsia yang terdiri dari:
a) hemolisis (penghancuran sel darah merah)
b) peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
c) penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan pembekuan darah), gejala2 antara lain mual, muntah, nyeri kepala, rasa lemah dan sakit perut serta kaki bengkak.
Tanda dan Gejala
Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah, 65 persen dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah, dan 31 persen dengan sakit kepala. Karena diagnosis awal pada sindrom ini sangat penting, setiap pasien dengan gejala lemah atau gejala yang mirip penyakit viral pada trimester ketiga harus dievaluasi dengan pemeriksaan darah rutin dan tes fungsi hati.
Dengan penemuan ini, sindrom HELLP dapat diklasifikan termasuk sindrom HELLP total (memiliki semua kelainan) atau parsial (kurang dari tiga kelainan). Dapat juga diklasifikasikan berdasarkan jumlah trombosit menjadi kelas I (<50.000), kelas II (50- 100.000), dan kelas III (100-150.000), makin rendah kelasnya makin tinggi morbiditasnya. Pemeriksaan fisik mungkin normal pada pasien dengan Sindrom HELLP.
Karena gejala klinis yang kurang jelas, diagnosis Sindrom HELLP biasanya terlambat sampai kira-kira 8 hari. Banyak wanita dengan Sindrom HELLP mengalami salah diagnosis dengan kelainan lain seperti kolesistitis, esofagitis, gastritis, hepatitis, atau trombositopenia idiopatik.
Tes penegakan diagnosis
Tiga kelainan utama yang ditemukan pada Sindrom HELLP adalah hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendahnya nilai trombosit. Penurunan hematokrit mungkin tanda terakhir pada tiga kelainan utama.
Nilai trombosit merupakan tanda yang yang paling baik selanjutnya. Oleh karena itu, Sindrom HELLP harus dipikirkan pada semua pasien yang menunjukkan penurunan nilai trombosit selama periode antenatal. Adanya nilai D-dimer yang positif pada pasien preeklamsia dapat diprediksi akan menderita Sindrom HELLP. D-dimer merupakan indikator yang lebih sensitif pada keadaan koagulopati dan mungkin positif sebelum nilai-nilai pemeriksaan koagulasi abnormal.
Sindroma HELLP cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda. jika terjadi sindroma HELLP, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar. setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklamsi. 25% kasus eklamsi terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2-4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6-8 minggu. jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklamsi.
Sindroma HELLP merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Insidens sindroma hellp pada kehamilan berkisar antara 0,2-0,6 %,4- 12% pada preeklampsia berat, dan menyebabkan mortalitas maternal yang cukup tinggi (24 %), serta mortalitas perinatal antara 7,7%-60%.
Pada penderita preeklampsia, Sindroma HELLP merupakan suatu gambaran adanya Hemolisis (H), Peningkatan enzim hati (Elevated Liver Enzym-EL), dan trombositopeni (Low Platelets-LP). Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
Diagnosis Sindroma HELLP secara obyektif lebih berdasarkan hasil laboratorium, sedangkan manifestasi klinis bersifat subyektif, kecuali jika keadaan sindroma HELLP semakin berat. Berdasarkan hasil laboratorium dapat ditemukan anemia hemolisis, disfungsi hepar, dan trombositopeni.
Sampai saat ini diagnosis Sindroma hellp lebih berdasarkan parameter laboratorium, dan parameter yang digunakan selama ini lebih mengarah pada keadaan sindroma hellp lanjut, dimana morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin cukup tinggi.
Sindrom HELLP ditandai:
1. Hemolisis
Tanda hemolisis dapat dilihat dari ptekie, ekimosis, hematuria dan secara laboratorik adanya Burr cells pada apusan darah tepi.
2. Elevated liver enzymes
Dengan meningkatnya SGOT, SGPT (> 70 iu) dan LDH (> 600 iu) maka merupakan tanda degenerasi hati akibat vasospasme luas. LDH > 1400 iu, merupakan tanda spesifik akan kelainan klinik.
3. Low platelets
Jumlah trombosit < 100.000/mm3 merupakan tanda koagulasi intravaskuler.
Pada pemeriksaan darah tepi terdapat bukti-bukti hemolisis dengan adanya kerusakan sel eritrosit, antara lain burr cells, helmet cells. Hemolisis ini mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin dan lactate dehydrogenase (LDH). Disfungsi hepar di-refleksikan dari peningkatan enzim hepar yaitu Aspartate transaminase (AST/GOT), Alanin Transaminase (ALT/GPT), dan juga peningkatan LDH.Semakin lanjut proses kerusakan yang terjadi, terdapat gangguan koagulasi dan hemostasis darah dengan ketidak normalan protrombin time, partial tromboplastin time, fibrinogen, bila keadaan semakin parah dimana trombosit sampai dibawah 50.000 /ml biasanya akan didapatkan hasil-hasil degradasi fibrin dan aktivasi antitrombin III yang mengarah terjadinya Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC). Insidens DIC pada sindroma hellp 4- 38%.
Klasifikasi Sindroma HELLP berdasarkan klasifikasi Missisippi,terdiri dari :
1. kelas I bila trombosit dibawah sampai dengan 50.000/ml, 2. kelas II trombosit antara >50.000-100.000/ml, 3. kelas III trombosit antara >100.000-150.000/ml. LDH > 600 iu/l, AST dan ALT > 40 iu/l.
2. Perdarahan antepartum a. Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis : 1. Plasenta pervia totalis Menutupi seluruh osteum uteri pada pembukaan 4 cm.
2. Plasenta previa partialis Menutupi sebagian osteum uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis Apabila tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum.
Diagnosis plasenta previa 1. Anamnese plasenta previa a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu. b. Sifat perdarahan - Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba - Tanpa sebab yang jelas - Dapat berulang c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2. Pada inspeksi dijumpai : a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal. b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu a. Keadaan normal-syok b. Kesadaran baik-koma c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai : - Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal - Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat - Daerah ujung menjadi dingin - Tampak anemis 4. Pemeriksaan khusus kebidanan a. Pemeriksaan palpasi abdomen b. Pemeriksaan denyut jantung janin c. Pemeriksaan dalam d. Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan plasenta previa Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah : 1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. 2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut. 3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup. Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan : 1. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan. 2. Sedapat mungkin diantar oleh petugas. 3. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya. 4. Persiapan donor darah untuk transfusi darah. Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan pertolongan yang paling banyak dilakukan bentuk operasi lainnya seperti :
a. Cunam Willet Gausz b. Versi Braxton Hicks c. Pemasangan kantong karet. (Manuaba, 1998)
b. Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas : 1. Solusio plasenta ringan a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian. b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan. c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan. d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam. 2. Solusio plasenta sedang a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian. b. Dapat menimbulkan gejala klinik : - Perdarahan dengan rasa sakit. - Perut terasa tegang. - Gerak janin kurang. - Palpasi bagian janin sulit diraba. - Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang. - Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol. - Dapat terjadi gangguan pembekuan darah. 3. Solusio plasenta berat a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian. b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri. c. Penyulit pada ibu. - Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat. - Dapat terjadi gangguan pembekuan darah. - Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis. - Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim. - Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol. - Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan : 1. Anamnese a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri. b. Terjadi spontan atau karena trauma. c. Perut terasa nyeri. d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin. 2. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan fisik umum. b. Pemeriksaan fisik khusus - Palpasi abdomen - Auskultasi - Pemeriksaan dalam 3. Pemeriksaan penunjang
Penanganan solusio plasenta 1. Solusi plasenta ringan - Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak. - Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif. - Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan seksio sesarea. - Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan rawat inap. 2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderitanya. Tatalaksananya adalah : - Pemasangan infus dan transfusi darah - Memecahkan ketuban - Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas mencukupi. 3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau kematian ibu maupun perinatal. Universitas Sumatera Utara Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat : - Pemasangan infus - Tanpa melakukan pemeriksaan dalam. - Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan. - Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat. - Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama.