You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAPARTUM


DI RUANG OBGYN KEMUNING Lt.III RSUP. Dr. HASAN
SADIKIN
BANDUNG


Oleh:
ERMAWATI
220112140044





PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

KONSEP DASAR
CARSINOMA SERVIKS

A. PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher
rahim. Kanker serviks sering ini disebut juga dengan kanker leher rahim atau
kanker mulut rahim dimulai pada lapisan serviks. Leher rahim (serviks) adalah
bagian bawah uterus(rahim). Rahim memiliki dua bagian. Bagian atas , disebut
tubuh rahim, adalah tempat bayi tumbuh. Leher rahim di bagian bawah,
menghubungkan tubuh rahim ke vagina, atau disebut juga jalan lahir. Kanker
serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada
serviks (leher rahim). Perubahan ini biasanya memakan waktu beberapa tahun
sebelum berkembang menjadi kanker. Oleh sebab itu sebenarnya terdapat
kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan pada sel
serviks melalui skrining (papsmear atau IVA) dan menanganinya sebelum
menjadi kanker serviks (Bosch et.al,2001).


B. FAKTOR RESIKO
1. Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2
kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki
angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan
faktor sosioekonomi
2. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV merupakan virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual.
Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling utama
untuk kanker serviks. Di antara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV
yang agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel
menjadi ganas di serviks.
3. Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan
peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang
melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.Kanker leher rahim juga
berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual
maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas
(jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim.
4. Merokok
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis
karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko
tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama
dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak). Bahan-bahan kimia yang
ditemukan dalam rokok setelah terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi
luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Beberapa senyawa tersebut dapat
dijumpai pada lender serviks wanita yang merokok. Peneliti meyakini bahwa
bahan-bahan kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan
berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks (Nurwijaya.et.al,
2002).
5. Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih)
meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode
kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi
mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher
rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab
infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral
menyebabkan wanita sensitive terhadap HPV yang dapat menyebabkan
adanya peradangan pada genitalia sehingga beresiko untuk terjadinya kanker
serviks (Hidayati, 2001).
6. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti
transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat)
pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi
ganas).
7. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia
35-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual (pervalensi 5-10%). Meski
infeksi HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi
menetap/persisten justru meningkat. Hal ini diduga karena seiring
pertambahn usia, terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan histology
(metaplasia) (Wijaya, 2010).

C. GEJALA KANKER SERVIKS
Gejala yang timbul bila terjadi kanker serviks akan semakin banyak,
terutama bila kanker serviks semakin tinggi stadiumnya. Jika anda mengalami
tanda-tanda berikut ini, waspadalah dan harap memeriksakan diri ke dokter.
Gejala awal kanker serviks pada stadium lanjut, antara lain :
1. Keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan pada umumnya
2. Nyeri pada perut bawah
3. Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim
4. Pendarahan sesudah menopause
5. Seringkali tanpa gejala, dideteksi/diketahui dengan skrining
Gejala kanker serviks yang lebih lanjut atau telah terjadi penyebaran,
antara lain:
1. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau
bercampur darah (keputihan karena kanker)
2. Tidak dapat buang air kecil (sumbatan saluran kencing)
3. Sakit ketika melakukan hubungan seks
4. Terasa sangat lelah
5. Hilang nafsu makan
6. Turun berat badan
7. Nyeri panggul (kanker yang mengisi panggul)
8. Sakit punggung (penyebaran ke tulang punggung)
9. Sakit di kaki (karena kaki bengkak, penyebaran ke tulang kaki)
10. Salah satu kaki bengkak ( kanker yang menyumbat pembuluh limfe)
11. Banyak perdarahan dari vagina (perdarahan dari kanker serviks)
12. Bocor air kencing dan feses dari vagina (ada lubang fistel kandung kemih
atau usus bawah)
13. Keretakan tulang (penyebaran ke tulang)
14. Batuk-batuk (penyebaran ke paru-paru.
Namun dari gejala saja, sulit untuk mendiagnosa mengidao kanker serviks
atau tidak. Gejala-gejala tersebut merupakan keluhan yang sifatnya biasa dan
tidak khusus sehingga sering terabaikan. Bahkan banyak penderita kanker
serviks yang tidak memperlihatkan gejala sama sekali. (Nurwijaya et,al,
2002).

D. PERTUMBUHAN KANKER SERVIKS



Kanker serviks dimulai pada lapisan sel-sel serviks. Sel-sel ini tidak tiba-
tiba berubah menjadi kanker. Sel-sel tidak tiba-tiba berubah menjadi kanker. Sel-
sel normal serviks karena pengaruh zat karsinogen (zat yangdapat menyebabkan
kanker) dapat berkembang secara bertahap menjadi sel pra-kanker dan kemudian
berubah menjadi sel kanker. Beberapa istilah untuk menggambarkan perubahan
pra-kanker, yaitu cervical intrapithelial neoplasia (CIN) atau squamous
intraepithelial lesion (SIL), dan displasia atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS).
Perubahan ini awalnya tidak menimbulkan gejala, namun dapat dideteksi dengan
tes Pap Smear.
Terdapat 2 jenis kelainan pra-kanker dan kanker serviks yaitu yang berasal
dari sel skuamosa dan yang berasal dari sel silindris yang melapisi endocervix
keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan histology ( pemeriksaan dengan
mikroskop). Sel skuamosa dan sel silindris bila menjadi kanker dikenal sebagai
adenokarsinoma. Kanker serviks yang banyak adalah jenis karsinoma sel
skuamosa. Sekitar 80% sampai 90% dari kanker serviks merupakan karsinoma sel
skuamosa. Kanker ini berasasl dari sel skuamosa yang menutupi permukaan
exocerviks. Adenokarsinoma serviks berkembang dari sel-sel kelenjar endoserviks
yang mempproduksi lendir. Yang sangat jarang adalah kanker serviks memiliki
fitur dari gabungan karsinoma adenoskuamosa.
Bagi kebanyak wanita, sel pra-kanker dengan derajat ringan (NIS I) akan
hilang tanpa pengobatan. Namun, pra kanker NIS II-III dapat menjadi kanker
yang ganas. Perubahan pra-kanker tersebut dipisahkan tergantung dari hasil
penelitian jenis sel-sel leher rahim yang dapat dilihat melalui mikroskop. Kanker
serviks mulai berkembang ketika sebuah sel dengan kemampuan untuk
mereplikasi sendiri (dari basal atau para-basal lapisan epitel) (Nurwijaya et,al,
2002).
E. STADIUM KANKER LEHER RAHIM
Stadium Kanker Leher Rahim dapat dibagi menjadi beberapa tahap
menurut Federation International of Gynecology and Obstetricts(FIGO) yaitu:
1. Stadium 0
Stadium ini disebut jugaCarsinoma in-situ yang berarti kanker yang
berada di tempatnya belum menyerang bagian lain. Perubahan yang tidak wajar
hanya ditemukan pada permukaan serviks. Ini termasuk kondisi pra-kanker yang
bisa diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100%. Namun bila dibiarkan,
maka pra- kanker ini dapat berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun.
Pap smear dapat menemukan karsinoma in-situ dan dapat disembuhkan dengan
mengambil daerah permukaan serviks yang sel-selnya mengalami perubahan tidak
wajar.
2. Stadium 1
Stadium 1 berarti bahwa kanker baru berada di leher rahim. Stadium ini
dibagi menjadi:
a. Stadium 1A 1: pertumbuhannya begitu kecil sehingga kanker hanya bisa
dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada stadium ini,
kanker telah tumbuh kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan
lebarnya kurang dari 7 mm
b. Stadium 1A 2: Kanker telah tumbuh antara 3-5 mm ke dalam jaringan-
jaringan serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari 7mm.
c. Stadium 1B : Area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam
jaringan serviks dan biasanya belum menyebar. Kanker ini bisa dilihat
tanpa menggunakan mikroskop, tetapi kadang tidak selalu demikian.
d. Stadium 1B 1: kanker tidak lebih besar dari 4 cm
e. Stadium 1B2: kanker lebih besar dari 4 cm(ukuran horizontal)
3. Stadium 2
Kanker mulai menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan-
jaringan di sekitarnya. Tetapi kanker belum tumbuh ke dalam otot-otot atau
ligament dinding panggul atau menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi
menjadi:
a. Stadium 2A: kanker telah menyebar ke vagina bagian atas. Dapat diobati
dengan gabungan radioterapi atau pembedahan atau keduanya.
b. Stadium 2A 1: kanker berukuran 4 cm atau kurang
c. Stadium 2A 2: kanker berukuran lebih dari 4 cm
d. Stadium 2B: ada penyebaran ke dalam jaringan sekitar serviks. Dapat
diobati dengan gabungan radioterapi dan kemoterapi.

4. Stadium 3
Pada stadium 3, kanker servisk telah menyebar jauh dari serviks menuju
ke dalam struktur di sekitar daerah panggul. Kanker mungkin telah tumbuh ke
dalam vagina bagian bawah dan otot-otot serta ligament yang melapisi dinding
panggul. Dan kemungkinan juga kanker telah tumbuh memblokir saluran
kencing. Stadium ini dibagi menjadi :
a. Stadium 3A: kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina
tetapi masih belum ke dinding panggul
b. Stadium 3B: kanker telah tumbuh menuju ke dinding panggul atau
memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal.
Stadium ini biasanya bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi.
5. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 adalah kanker yang paling parah. Kanker telah
menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi
menjadi:
a. Stadium 4A: kanker telah menyebar ke organ-organ seperti kandung
kemih dan dubur
b. Stadium 4B: kanker telah menyebar ke organ tubuh yang sangat jauh
misalnya paru-paru.
Pada stadium ini kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi atau kombinasi segalanya.
Kondisi prekanker diklasifikasikan dalam 3 cara :
1. CIN ( cervical intraephitel neoplasia) I
Klasifikasi ini melibatkan displasia ringan, di mana sel-sel uang abnorma
terbatas pada sepertiga bagian luar dari lapisan sel permukaan (epitel)
yang melapisi serviks. Klasifikasi ini mencakup perubahan sel yang
disebabkan oleh human papilloma viris. Hal ini sering terjadi pada wanita
muda dan muncul paling sering antara 25 dan 35 tahun.
2. CIN II
Klasifikasi ini melibatkan displasia moderat, di mana sel-sel yang
abnormal menyusun sekitar dua pertiga bagian luar dari ketebalan lapisan
permukaan (epitel).
3. CIN III
Klasifikasi ini melibatkan dispasia parah, di mana seluruh ketebalan epitel
terdiri dari sel-sel normal, tetapi sel-sel ini belum menyebar di bawah
permukaan. Kategori ini juga di sebut karsinoma in situ. Displasia parah
paling sering terjadi pada wanita antara usia 30 dan 40.


Tanpa perawatan, sel-sel displasia sangat mungkin menembus lapisan
lebih dalam leher rahim dan menyebar ke organ dan jaringan lainnya. Proses ini
sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemunculan pertama sel
abnormal, terjadi perubahan kondisi pra-kanker menjadi kanker (Nurwijaya.et.al,
2002).

F. UPAYA PENCEGAHAN KANKER LEHER RAHIM
Pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah keadaan pra
kanker maka tindakan pencegahan terpenting yang bisa dilakukan adalah
menghindari factor-faktor risiko yang telah diuraikan di atas. Faizah(2010)
menyatakan pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan tiga strategi
antara lain:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama. Hal
ini untuk menghindari factor resiko yang dapat dikontrol(Sukaca, 2009).
Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki resiko terkena
kanker serviks. Cara-cara pencegahan primer adalah:
a. Penyuluhan tentang kanker serviks
b. Menurunkan factor resiko
c. Nutrisi
Faizah(2010) menyatakan gizi yang bagus lebih mudah mencegah
serangan penyakit kanker servik, karena kekurangan gizi dapat
menyebabkan system kekebalan tubuh menjadi lemah dn tidak dapat
melawan virus.Makanan yang mengandung Vitamin A, Vitamin C,
Vitamin E, dan makanan yang mengandung bahan-bahan antioksidan
seperti advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan
tomat.
d. Vaksinasi
Nurwijaya(2010) mengatakan, vaksin HPV dapat merangsang
pembentukan antibody dan dapat mematikan virus penyebab penyakit
yang mengandung DNA-HPV. Vaksin pencegahan terbagi menjadi 2
yaitu : vaksin yang diberikan kepada orang sehat dan bertujuan untuk
membentuk antibody, dan vaksin pengobatan yang diberikan pada orang
yang sudah terinfeksi HPV. WHO merekomendasikan, vaksin sebaiknya
diberikan pertama kali dalam lima tahun setelah berhubungan seksual
atau usia 25 sampai 65 tahun, Frekuensi vaksinasi dilakukan 2-3 tahun
sekali dengan catatan dua kali berturut-turut hasil negative.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker
serviks dengan skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada
penderita dapat ditingkatkan. Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan
Pap smear, IVA, Pap net ( dengan komputerisasi).




3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara
memberikan pengobatan yang tepat baik berupa operasi, kemoterapi, dan
radioterapi.


Sumber :
Bosch, et.al, 2001. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In : Hartanto,
H, et.al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC
Hidayati W.b, 2010 Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan, Medika
No.3 Tahun XXVIII; 97
Nurwijaya, Hartati dan Suheimi. 2002. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakrta
PT Elex Media Komputindo
Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta
: Sinar Kejora

You might also like