Karangan Prof. Dr. S. Eko Widoyoko, M. Pd. Di ajukan untuk memenuhi Tugas Evaluasi Pembelajaran
Oleh : Mas Muhammad Muhayat Syah
Dosen Pembimbing : Dr. Rofiatul Hosna, M. Pd.
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT KEISLAMAN HASYIM ASYARI TEBUIRENG JOMBANG 2012 Resensi dan Resume Buku A. Identitas buku Judul Buku : Evaluasi progam pembalajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik Penulis : Prof . Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. pd. Penerbit : Pustaka Pelajar Cetakan : Desember 2009 Tebal : xii+300
B. Substansi buku
PENDAHULUAN
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya apa pun yang terprogam, tak terkecuali bagi progam pembelajaran sebagai bagian dari progam pendidikan dalam arti mikro. Melaksanakan evaluasi progam pembelajaran merupakan tugas pokok seorang evaluator dalam manajemen sekolah, namun tidak berarti hanya evaluator saja yang harus memahami model-model evaluasi progam pembelajaran tetapi para pendidik dan calon pendidik serta praktisi lain yang berkaitan dalam bidang pendidikan juga perlu memahaminya. Untuk itulah, sebagai calon pendidik perlu memahami progam evaluasi pembelajaran, penyusun membuat laporan buku ini guna memenuhi Tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar di Yogyakarta sebagai cetakan II pada Oktober 2010 ini adalah buku tentang Evaluasi Progam Pembelajaran yang menawarkan berbagai alternatif model evaluasi progam bagi kepala sekolah, pendidik, calon pendidik maupun berbagai pihak yang berkepentingan dengan manajemen sekolah dalam mengevaluasi progam pembelajaran. Format buku ini disajikan dalam IX Bab yang di dahului dengan uraian konsep evaluasi progam pembelajaran, kemudian diikuti dengan penilaian hasil belajar, instrumen penilaian, baik tes maupun non tes, validitas dan realbilitas instrumen, model-model evaluasi progam, alternatif model EKOP, dari konsep hingga perangkatnya dan diakhiri dengan contoh implementasi model EKOP.
PEMBAHASAN
Bab I Konsep Evaluasi Progam Pembelajaran
A. Pengertian evaluasi progam Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu progam untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun progam berikutnya. Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah progam pendidikan, yaitu progam yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasarannya adalah progam pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah dan dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000:2). B. Kegunaan evaluasi progam pembelajaran 1. Mengomunikasikan progam kepada publik 2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan 3. Penyempurnaan progam yang ada 4. Meningkatkan Partisipasi C. Objek evaluasi progam pembelajaran Dari objek ini dikaji tiga hal yakni: (1) evaluasi masukan pembelajaran yang menekankan pada penilaian karakteristik siswa, keadaan, dan sarana prasaran pembelajaran serta hal lainnya yang menyangkut tentang pembelajaran, (2) evaluasi proses pembelajaran yang menitikberatkan pada cara mengajar, media dalam pembelajaran, strategi pembelajaran, dan sebagainya, dan (3) penilaian hasil pemebelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan tes maupun non tes. Lalu ada dua aspek yang mencakupnya yaitu, aspek marjinal tentang implementasi pembelajaran dan aspek subtansial tentang hasil belajar siswa. D. Evaluasi proses pembelajaran Terdapat sasaran yang berupa pelaksanaan dan pengolahan pembelajaran, lalu tahap pelaksanaan evaluasi (untuk menentukan tujuan dari proses pembelajaran dan strateginya, menentukan desain evaluasi yang mencakup rencana evaluasi, penyusunan instrumen penilaian untuk memperoleh data siswa dengan menggunakan kuisioner ataupun lembar pengamatan, pengumpulan data (untuk mengetahui hasil pembelajaran yang biasanya dilaksanakan setiap akhir pelaksanaan pembelajaran), analisis dan interprestasi ( hasil dari evaluasi proses pembelajaran), interprestasi penafsiran (hasil dari analisis proses pembelajaran), dan tindak lanjut (ini merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interprestasi agar meningkatkan mutu pembelajaran). E. Evaluator progam pembelajaran Ada dua macam evaluator progam pembelajaran, yaitu evaluator dari dalam dan evaluator dari luar, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Evaluator dari dalam mempunyai kelebihan memahami betul progam yang akan dievaluasi dan tepat pada sasaran, sedangkan kekurangannya jika pelaksanaannya terburu-buru akan mendapatkan hasil yang tidak sempurna. Sedangkan evaluator dari luar memiliki kelebihan, yaitu orang yang tidak terkait dari implementasi progam yang memiliki kelebihan dapat bertindak secara efektif selama evaluasi dan mengambil kesimpulan. Sedangkan kekurangannya, orang yang dari luar tersebut belum memahami tentang progam pembelajaran yang akan dievaluasi sehingga terjadi pemborosan waktu dan biaya.
Bab II Penilaian Hasil Belajar
A. Hasil pembelajaran Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu siswa dan guru, dari proses pembelajaran dibedakan menjadi dua, yakni output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran atau hasil pembelajaran siswa. Output sendiri dibedakan lagi menjadi dua, yakni hard skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu (1) Kecakapan akademik (academic skills) yang mencakup bidang ilmu yang dipelajari, seperti menghitung, menguraikan, menganalisis, mendeskripsi, dan hal lainnya yang menyangkut ilmu bidang pengetahuan, (2) Kecakapan vokasional (vocational skills)yang mencakup tentang bidang pekerjaan tertentu, seperti seni dan bidang tertentu lainnya. Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih kesuksesan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Kemudian Soft skills dibedakan menjadi dua, yaitu kecakapan personal (personal skills) yang digunakan untuk memudahkan beradaptasi pada siswa dan hal personal lainnya, dan kecakapan sosial (social skills) yang digunakan untuk kehidupan bermasyarakat, terutama dalam persaingan yang ada. F. Fungsi penilaian dalam pendidikan Ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik tes maupun non tes. Diantara fungsi penilaian tersebut ialah: 1. Dasar mengadakan seleksi, untuk keputusan orang yang akan diterima atau tidak dalam suatu proses, misalnya dalam penerimaan murid baru, dan kenaikan kelas siswa. 2. Dasar penempatan, untuk mengetahui seorang siswa ditempatkan dalam kelompok, misalnya seorang siswa yang mempunyai nilai yang sama akan dikelompokkan dengan kelompok yang sama dalam belajar. 3. Diagnostik, yaitu guru mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan serta kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran, hal ini akan mempermudah cara mengatasinya. 4. Umpan balik, merupakan hasil suatu pengukuran skor tes tertentu yang dapat digunakan sebagai umpan balik, agar guru berusaha untuk memberi semangat kepada siswa. 5. Menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar, yang dapat memberikan semangat kepada siswa yang mempunyai hasil tes yang kurang baik serta memberikan motivasi pada saat pembelajaran. 6. Perbaikan kurikulum dan progam pendidikan, perbaikan ini baik untuk mengetahui nilai siswa sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saat pembelajaran. 7. Pengembangan ilmu, ini tergantung dari hasil tes siswa dan pengembangan pendidikan ilmu sangat penting sekali agar hasil tes siswa lebih baik. G. Pentingnya penilaian hasil belajar Menurut Suharsimi (2008: 6-8), guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dalam sekolah penilaian merupakan hasil belajar yang mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut: 1. Bagi siswa, ada dua kemungkinan, yaitu memuaskan apabila memperoleh nilai yang baik, dan tidak memuaskan pada saat memperoleh nilai yang tidak memuaskan. 2. Bagi guru, berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, seorang guru dapat mengetahui siswa mana yang telah memahami materi pembelajarannya dan mengetahui strategi pembelajaran yang akan digunakan sudah mencapai sasaran. 3. Bagi sekolah, dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa, apakah standar sekolah sudah tercapai, informasi tersebut dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun progam pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang. H. Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan 1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung. 2. Menggunakan ukuran kuantatif. 3. Menggunakan unit atau satuan yang tetap. 4. Bersifat relative. 5. Dalam penilaian dapat terjadi kesalahan.
Bab III Instrumen Tes
A. Pengertian tes Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard skills. B. Bentuk-bentuk tes Dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran soal itu akan mendapatkan nilai yang sama. Dengan kata lain dapat dikatakan tes obejektif adalah tes yang penilaiannya bersifat objektif, sedangkan tes subjektif adalah tes yang penilaiannya dipengaruhi oleh penilai, hal yang dapat mempengaruhi hasil penilaian diantaranya: ketidakkonsistenan penilai (hallo effect), urutan pemeriksaan (order effect), dan bentuk tulisan dan bahasa (mechanic and language effect). C. Pengembangan tes Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar (Djemari Mardapi. 2008: 88-97). langkah-langkah tersebut adalah: 1. Menyusun spesifikasi tes 2. Menulis soal tes 3. Menelaah soal tes 4. Melakukan uji coba tes 5. Menganalisis butir soal tes 6. Memperbaiki tes 7. Merakit tes 8. Melaksanakan tes 9. Menafsirkan hasil tes D. Karakteristik tes yang baik Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat yaitu: 1. Validitas, apakah tes yang digunakan valid atau tepat pada hasil belajar. 2. Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh apapun. 3. Objektifitas, menunjukkan bahwa tidak ada unsur pribadi dan unsure subjektifitas yang mempengaruhi. 4. Praktikabilitas, bukti bahwa tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh, serta mudah dalam pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat menjadi referensi orang lain. 5. Ekonomis, bahwa dalam pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak membuang waktu.
Bab IV Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang umum digunakan dalam menilai hasil belajar antara lain, bagan partisipasi (participation charts), daftar cek (checking lists), skala lajuan (rating scale), dan skala sikap (attitude scales). A. Bagan partisipasi (participation charts) Partisipasi peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur karena banyak informasi tentang hasil belajar yang bersifat non kognitif. Participation charts dapat menjelaskan hasil belajar yang lebih bersifat afektif, yaitu keinginan untuk ikut serta. Instrumen ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. Participation charts belum cukup untuk menarik kesimpulan yang memadai. Untuk itu haruslah dipakai bersama- sama dengan instrumen lain. B. Daftar cek (checking lists) Checking lists sangat bermanfaat barometer hasil belajar, baik yang berupa produk maupun proses yang dapat diperinci kedalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Checking lists terdiri dari dua komponen, yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidaknya komponen tersebut selama observasi. Kelebihan checking lists adalah sangat fleksibel untuk mengecek kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil belajar serta semua mata pelajaran. C. Skala lajuan (rating scale) Skala lajuan adalah instrumen yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang hal yang diobservasi tersebut menunjukkan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu, dan petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Ada empat tipe rating scale , yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, rangking method rating scale, dan paired comparisons rating scale. D. Skala Sikap (attitude scales) Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain: 1. Skala Likert 2. Skala Thurstone 3. Skala Guttman 4. Semantic Differential E. Penilaian berbasis portofolio Portofolio diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik yang menunjukkan perkembangan prestasi belajar. Portofolio seorang peserta didik biasanya memuat: 1. Hasil ulangan atau tes. 2. Tugas-tugas terstruktur. 3. Catatan perilaku harian para siswa. 4. Laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang pembelajaran. Penilaian berbasis portofolio memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1. Barometer perubahan paradigma penilaian. 2. Bukti tanggung jawab kepada siswa, orang tua dan masyarakat. 3. Keterlibatan orang tua dalam penilaian. 4. Peserta didik mampu menilai dirinya sendiri. 5. Fleksibel. Sedangkan beberapa kekurangannya antara lain: 1. Perlu waktu relatif lama. 2. Reliabilitas rendah. 3. Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhir. 4. Belum ada kriteria penilaian baku. 5. Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai.
Bab V Validitas dan Reliabilitas
Validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur. Validitas instrumen secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal (validitas logis) dan validitas eksternal (validitas empiris). Validitas internal, merupakan instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan penalaran. Validitas intrernal dibedakan menjadi dua, yaitu validitas isi (dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi / isi pelajaran), dan validitas konstruk (butir-butir soal dapat mengukur sejauh mana instrumen mengukur konsep dari suatu teori). Sedangkan validitas eksternal merupakan instrumen yang valid berdasarkan bukti empiris. Hal ini juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu validitas kesejajaran dan validitas prediksi. Instrumen dikatakan reliabilitas jika memberi hasil yang tetap apabila melakukan tes lebih dari satu kali. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal yang berdasarkan sistem pemberian nilai, ada dua metode analisis reliabilitas internal, yaitu instrumen skor diskrit dan instrumen skor nondiskrit. Sedangkan reliabilitas eksternal, untuk menguji reliabilitas eksternal dapat digunakan metode bentuk paralel dan metode tes berulang. Analisis validitas dan reliabilitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu dengan progam SPSS for Windows.
Bab VI Model-model Evaluasi Progam
Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi progam pembelajaran, diantaranya: A. Evaluasi model Kirkpatrick Model ini mencakup empat level evaluasi, yaitu: (a) evaluasi reaksi, (b) evaluasi belajar, (c) evaluasi perilaku, dan (d) evaluasi hasil. Memiliki kelebihan antara lain: 1. Lebih komprehensif. 2. Objek tidak hanya hasil belajar. 3. Mudah diterapkan. Memiliki beberapa kekurangan, di antaranya: 1. Kurang memerhatikan input. 2. Mengukur impact sulit. B. Evaluasi model CIPP (Context, Input, Process and Product) Digolongkan menjadi empat dimensi: 1. Evaluasi konteks 2. Evaluasi masukan 3. Evaluasi proses 4. Evaluasi produk C. Evaluasi model Wheek dari Beebe Terdiri dari beberapa tahap yang berkaitan, yaitu analisis tugas pelatihan, perancangan tujuan, pengorganisasian isi, penentuan metode, pemilihan staf pelatihan, penyelesaian rencana pelatihan, pelatihan, dan penilaian pelatihan. D. Evaluasi model Provus (discrepancy model) Dapat dilakukan dengan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya. E. Evaluasi model Stake (countenance model) Menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgement. dan membedakan tiga tahap dalam proses pendidikan, yaitu antecedent (context), transaction (process), dan outcomes. F. Evaluasi model Brinkerhoff Mengemukakan tiga golongan evaluasi yaitu: 1. Fixed vs emergent evaluation design. 2. Formative vs sumative evaluation. 3. Experimental design vs naural / unobtrusive. Selain beberapa model di atas, Nana Sudjana dan Ibrahim mengelompokkan model- model evaluasi menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Measurement model 2. Congruence model 3. Educational system evaluation model 4. Illuminative model
BAB VII Model Evaluasi Kualitas Pembelajaran dan Output Pembelajaran (EKOP)
A. Hakikat Model EKOP Model ini merupakan perpaduan antara evaluasi model Kirkpatrick dan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini menggunakan pendekatan penilaian proses dan hasil. Penilaian proses pembelajaran dalam hal ini disebut dengan penilaian kualitas pembelajaran, sedangkan penilaian hasil pembelajaran dibatasi penilaian output pembelajaran, sehingga nama model ini disebut dengan model evaluasi kualitas dan output pembelajaran (EKOP). Evaluasi model EKOP disusun berdasarkan kerangka berpikir bahwa untuk mengevaluasi keberhasilan progam pembelajaran tidak cukup hanya dengan menilai output belajar siswa semata, namun perlu menilai proses implementasi progam dalam kelas, yang dalam penelitian ini disebut dengan kualitas pembelajaran. Hal ini diperlukan karena bagaimanapun juga dalam setiap pembelajaran, output progam selalu dipengaruhi oleh proses kegiatan itu sendiri. B. Karakteristik Model EKOP 1. Untuk mengevaluasi progam pembelajaran. 2. Tidak tergantung pada setting maupun konteks kurikulum formal yang belaku. 3. tidak dipengaruhi oleh pendekatan pengajaran tertentu yang dilaksanakan oleh guru. 4. Mengevaluasi progam pembelajaran secara lebih komprehensif. 5. Dapat digunakan sebagai evaluasi diagnostik. 6. dapat dimodifikasi untuk kepentingan evaluasi semua progam pembelajaran di tingkat SMP dan SMA. 7. Model ini bersifat terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut. C. Komponen-komponen model EKOP Model evaluasi ini memiliki dua komponen utama, yaitu kualitas pembelajaran dan output pembelajaran. Aspek kualitas pembelajaran meliputi aspek kinerja guru dalam kelas, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap, dan motivasi belajar. Penilaian output pembelajaran meliputi penilaian terhadap kecakapan akademik, kecakapan personal, dan penilaian terhadap kecakapan sosial. Komponen-komponen tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk bagan sebagai berikut: D. Kelebihan dan kelemahan model EKOP Kelebihan: 1. Lebih komprehensif. 2. Relatif sederhana. 3. Tidak begitu kompleks. 4. Tidak terikat pada materi tertentu. 5. Efektif. 6. Sejalan dengan KTSP. Kelemahan: 1. Hanya melibatkan penilai intern. 2. Instrumen pada aspek kecakapan personal masih terbatas. 3. Instrumen pada aspek kecakapan sosial juga masih terbatas.
Bab VIII Perangkat Evaluasi Model EKOP
Sesuai dengan komponen EKOP, instrumen model EKOP juga dibagi menjadi dua, yaitu Instrumen Kualitas Pembelajaran dan Komponen Output Pembelajaran. Instrumen kualitas pembelajaran dibagi menjadi lima, yaitu: (1) Kinerja guru dalam kelas, (2) Fasilitas pembelajaran, (3) Iklim kelas, (4) Sikap siswa, dan (5) Motivasi belajar siswa. Instrumen output pembelajaran dibedakan menjadi tiga, yaitu kecakapan akademik, kecakapan personal, dan kecakapan sosial. Penilaian kecakapan akademik menggunakan hasil ujian akhir semester yang diselenggarakan bersama atas koordinasi dinas pendidikan kabupaten / kota setempat. Penilaian kecakapan personal dan kecakapan sosial terbatas pada kecakapan memecahkan masalah dan kecakapan kerja sama. Untuk lebih jelas bagaimana tampilan dari instrumen- instrumen tersebut Anda bisa melihat pada buku ini.
Bab IX Contoh Implementasi Model EKOP
Pada bab ini, pembaca akan disuguhkan sebuah contoh kasus implementasi model EKOP untuk dapat menghitung rerata skor kualitas pembelajaran, menghitung rerata skor output pembelajaran, menghitung rerata skor kualitas dan output pembelajaran, dan dibagian akhir pembaca diharapkan mampu menyusun laporan evaluasi model EKOP. C. Kelebihan dan kekurangan buku Kelebihan buku ini adalah: 1. Dari segi substansi buku, buku ini mampu menjadi landasan bagi pendidik atau calon pendidik dalam melakukan progam pembelajaran disekolah. 2. Dari segi teoritis, ilmu yang dipakai bisa dimintai pertanggungjawaban kevaliditasannya, karena tercantum in-note dalam setiap kalimat yang dikutip. 3. Dari segi kelengkapannya, isi dari teori evaluasi dalam dunia pendidikan dengan menyertakan model-model evaluasi yang sangat lengkap dan tidak tercantum dalam buku- buku lain, seperti buku Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran karangan Suharsimi. Sedangkan kekurangan buku ini adalah: 1. Dalam buku ini, banyak munculnya istilah baru. Sehingga, bagi calon pendidik yang wawasan dalam pengetahuan bahasa minim, akan sulit dimengerti maksud dan tujuan teori ini. 2. Karena banyak istilah baru, seharusnya diperlukan adanya sebuah indeks agar pendidik atau calon pendididk lebih mudah letak istilah baru tersebut. D. Penilaian Dari sisi evaluator guru, seorang pendidik atau calon pendidik merupakan kunci dalam evaluator progam pembalajaran di dalamnya. Apabila seorang pendidik atau calon pendidik memahami betul progam yang akan di evaluasi, maka kekhawatiran untuk tidak dan kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Begitupun sebaliknya, apabila evaluator kurang sabar, kegiatan evaluator yang dilakukan dengan tergesa-gesa akan mengakibatkan kurang cermatnya progam pembelajarannya.
Dalam pendidikan, sesuatu program perlu direncanakan dengan matang, karena sangat berhubungan dan menyangkut banyak aspek, sehingga dalam program pembelajaran hanya cukup guru dan komponen dalam lembaga yang melakukannya. Di dalam proses transformasi siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah, yang akan diolah atau diubah menjadi bahan jadi melalui proses yang namanya pengajaran. Siswa yang baru masuk (input), memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Di samping itu, ada masukan lain yang juga barpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu memasukkan instrumental dan lingkungan. Yang merupakan instrumental adalah materi atau kurikulum atau guru metode pengajaran dan sarana pendidikan (alat bahan dan media belajar). Siswa yang sudah dimasukkan ke dalam alat pemroses, yaitu transformasi, dan sudah menjadi bahan jadi, dikenal dengan hasil, atau output. Dengan demikian, untuk menambah wawasan mengenai evaluasi progam pembelajaran buku ini layak dijadikan referensi terutama pada bagian model-model evaluasi menurut para ahli dan penyertaan model EKOP yang merupakan suatu pembaruan yang telah dilakukan penulis dalam kegiatan evaluasi.
E. Solusi pemecahan Contoh: seorang penjahit melakukan pengukuran terhadap badan seseorang, ia mengukur panjang lengan, panjang badan, lingkar dada, pinggang dan sebagainya. Penjahit melakukan pengukuran, apabila penjahit kemudian menyatakan bahwa seorang yang pesan pakaian itu gemuk, langsing, dan lain-lain maka, penjahit itu melakukan penilaian terhadap orang yang memesan pakaian tadi (Martini, 1994, hal:12). Hal itu akan menjadikan hasil yang cukup perbedaan makna dan pemahaman ketika orang dalam dan orang luar yang melakukannya. Dari uraian di atas secara garis besar dapat jelaskan tentang evaluasi terhadap hasil belajar siswa dan evaluasi proses pengajarannya. Bila kita dalam proses evaluasi hanya mementingkan evaluasi hasil belajar, nampaknya kurang komperhensif. Oleh karena itu, perlu membahas evaluasi program. Sehingga setiap rencana harus direncanakan apabila kegiatan itu dianggap penting.
F. Kesimpulan Salah satu usaha untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik adalah dengan ujian nasional (UN), akan tetapi pada tahun sekarang problematika terjadi dikalangan masyarakat apakah UN masih menjadi ukuran yang ideal atau atau ada alat yang lain. Karena pada kenyataannya pelaksanaan UN sering banya terjadi penyimpangan-penyimpangan, salah satunya distribusi soal dan kisi-kisi yang kurang merata keseluruh daerah -daerah. Guru sebagai pelaksanan ataupun monitoring sebenarnya lebih mengetahui kopentensi dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakannya dari pada orang lain. Dengan demikian seorang guru akan banyak sekali metode ataupun cara untuk menuju sebuah perbaikan, baik sistem maupun kinerja kependidikan. Evaluasi progam pembelajaran merupakan salah satu contoh cara yang layak digunakan oleh seorang guru sebagai referensi untuk melakukan perbaikan, baik sistem maupun kinerja kependidikan. Sehingga, apabila evaluasi progam pembelajaran ini mampu direalisasikan dalam dunia sekolahan, maka semua visi, misi dan tujuan suatu sekolah tersebut bisa tercapai dengan tepat dan mudah.