You are on page 1of 14

EVALUASI PROGAM PEMBELAJARAN

Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik


Karangan Prof. Dr. S. Eko Widoyoko, M. Pd.
Di ajukan untuk memenuhi Tugas Evaluasi Pembelajaran



Oleh :
Mas Muhammad Muhayat Syah

Dosen Pembimbing :
Dr. Rofiatul Hosna, M. Pd.

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT KEISLAMAN HASYIM ASYARI
TEBUIRENG JOMBANG
2012
Resensi dan Resume Buku
A. Identitas buku
Judul Buku : Evaluasi progam pembalajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik
Penulis : Prof . Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. pd.
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Desember 2009
Tebal : xii+300

B. Substansi buku

PENDAHULUAN

Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya apa pun yang
terprogam, tak terkecuali bagi progam pembelajaran sebagai bagian dari progam pendidikan
dalam arti mikro. Melaksanakan evaluasi progam pembelajaran merupakan tugas pokok
seorang evaluator dalam manajemen sekolah, namun tidak berarti hanya evaluator saja yang
harus memahami model-model evaluasi progam pembelajaran tetapi para pendidik dan calon
pendidik serta praktisi lain yang berkaitan dalam bidang pendidikan juga perlu
memahaminya. Untuk itulah, sebagai calon pendidik perlu memahami progam evaluasi
pembelajaran, penyusun membuat laporan buku ini guna memenuhi Tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran.
Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar di Yogyakarta sebagai cetakan II pada
Oktober 2010 ini adalah buku tentang Evaluasi Progam Pembelajaran yang menawarkan
berbagai alternatif model evaluasi progam bagi kepala sekolah, pendidik, calon pendidik
maupun berbagai pihak yang berkepentingan dengan manajemen sekolah dalam
mengevaluasi progam pembelajaran. Format buku ini disajikan dalam IX Bab yang di dahului
dengan uraian konsep evaluasi progam pembelajaran, kemudian diikuti dengan penilaian
hasil belajar, instrumen penilaian, baik tes maupun non tes, validitas dan realbilitas
instrumen, model-model evaluasi progam, alternatif model EKOP, dari konsep hingga
perangkatnya dan diakhiri dengan contoh implementasi model EKOP.

PEMBAHASAN

Bab I
Konsep Evaluasi Progam Pembelajaran

A. Pengertian evaluasi progam
Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu progam
untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun progam berikutnya. Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi
ada yang bersifat makro dan ada yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro
sasarannya adalah progam pendidikan, yaitu progam yang direncanakan untuk memperbaiki
bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasarannya adalah
progam pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk
sekolah dan dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000:2).
B. Kegunaan evaluasi progam pembelajaran
1. Mengomunikasikan progam kepada publik
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
3. Penyempurnaan progam yang ada
4. Meningkatkan Partisipasi
C. Objek evaluasi progam pembelajaran
Dari objek ini dikaji tiga hal yakni: (1) evaluasi masukan pembelajaran yang
menekankan pada penilaian karakteristik siswa, keadaan, dan sarana prasaran pembelajaran
serta hal lainnya yang menyangkut tentang pembelajaran, (2) evaluasi proses
pembelajaran yang menitikberatkan pada cara mengajar, media dalam pembelajaran, strategi
pembelajaran, dan sebagainya, dan (3) penilaian hasil pemebelajaran untuk mengukur hasil
belajar siswa dengan menggunakan tes maupun non tes. Lalu ada dua aspek yang
mencakupnya yaitu, aspek marjinal tentang implementasi pembelajaran dan aspek subtansial
tentang hasil belajar siswa.
D. Evaluasi proses pembelajaran
Terdapat sasaran yang berupa pelaksanaan dan pengolahan pembelajaran, lalu tahap
pelaksanaan evaluasi (untuk menentukan tujuan dari proses pembelajaran dan strateginya,
menentukan desain evaluasi yang mencakup rencana evaluasi, penyusunan instrumen
penilaian untuk memperoleh data siswa dengan menggunakan kuisioner ataupun lembar
pengamatan, pengumpulan data (untuk mengetahui hasil pembelajaran yang biasanya
dilaksanakan setiap akhir pelaksanaan pembelajaran), analisis dan interprestasi ( hasil dari
evaluasi proses pembelajaran), interprestasi penafsiran (hasil dari analisis proses
pembelajaran), dan tindak lanjut (ini merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan
interprestasi agar meningkatkan mutu pembelajaran).
E. Evaluator progam pembelajaran
Ada dua macam evaluator progam pembelajaran, yaitu evaluator dari dalam dan
evaluator dari luar, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Evaluator dari
dalam mempunyai kelebihan memahami betul progam yang akan dievaluasi dan tepat pada
sasaran, sedangkan kekurangannya jika pelaksanaannya terburu-buru akan mendapatkan hasil
yang tidak sempurna. Sedangkan evaluator dari luar memiliki kelebihan, yaitu orang yang
tidak terkait dari implementasi progam yang memiliki kelebihan dapat bertindak secara
efektif selama evaluasi dan mengambil kesimpulan. Sedangkan kekurangannya, orang yang
dari luar tersebut belum memahami tentang progam pembelajaran yang akan dievaluasi
sehingga terjadi pemborosan waktu dan biaya.

Bab II
Penilaian Hasil Belajar

A. Hasil pembelajaran
Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu siswa dan guru, dari proses pembelajaran
dibedakan menjadi dua, yakni output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang
dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran atau hasil pembelajaran siswa. Output sendiri
dibedakan lagi menjadi dua, yakni hard skills dan soft skills. Hard skills merupakan
kecakapan yang relatif lebih mudah untuk pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua
yaitu (1) Kecakapan akademik (academic skills) yang mencakup bidang ilmu yang dipelajari,
seperti menghitung, menguraikan, menganalisis, mendeskripsi, dan hal lainnya yang
menyangkut ilmu bidang pengetahuan, (2) Kecakapan vokasional (vocational skills)yang
mencakup tentang bidang pekerjaan tertentu, seperti seni dan bidang tertentu lainnya. Soft
skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih kesuksesan hidup dan kehidupan
dalam masyarakat. Kemudian Soft skills dibedakan menjadi dua, yaitu kecakapan personal
(personal skills) yang digunakan untuk memudahkan beradaptasi pada siswa dan hal personal
lainnya, dan kecakapan sosial (social skills) yang digunakan untuk kehidupan bermasyarakat,
terutama dalam persaingan yang ada.
F. Fungsi penilaian dalam pendidikan
Ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik tes maupun non tes. Diantara
fungsi penilaian tersebut ialah:
1. Dasar mengadakan seleksi, untuk keputusan orang yang akan diterima atau tidak dalam
suatu proses, misalnya dalam penerimaan murid baru, dan kenaikan kelas siswa.
2. Dasar penempatan, untuk mengetahui seorang siswa ditempatkan dalam kelompok,
misalnya seorang siswa yang mempunyai nilai yang sama akan dikelompokkan dengan
kelompok yang sama dalam belajar.
3. Diagnostik, yaitu guru mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan serta kesulitan yang
dihadapi dalam pembelajaran, hal ini akan mempermudah cara mengatasinya.
4. Umpan balik, merupakan hasil suatu pengukuran skor tes tertentu yang dapat digunakan
sebagai umpan balik, agar guru berusaha untuk memberi semangat kepada siswa.
5. Menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar, yang dapat memberikan semangat kepada
siswa yang mempunyai hasil tes yang kurang baik serta memberikan motivasi pada saat
pembelajaran.
6. Perbaikan kurikulum dan progam pendidikan, perbaikan ini baik untuk mengetahui nilai
siswa sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saat pembelajaran.
7. Pengembangan ilmu, ini tergantung dari hasil tes siswa dan pengembangan pendidikan ilmu
sangat penting sekali agar hasil tes siswa lebih baik.
G. Pentingnya penilaian hasil belajar
Menurut Suharsimi (2008: 6-8), guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan
penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
sekolah penilaian merupakan hasil belajar yang mempunyai makna yang penting, baik bagi
siswa, guru maupun sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut:
1. Bagi siswa, ada dua kemungkinan, yaitu memuaskan apabila memperoleh nilai yang baik,
dan tidak memuaskan pada saat memperoleh nilai yang tidak memuaskan.
2. Bagi guru, berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, seorang guru dapat mengetahui siswa
mana yang telah memahami materi pembelajarannya dan mengetahui strategi pembelajaran
yang akan digunakan sudah mencapai sasaran.
3. Bagi sekolah, dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa, apakah standar sekolah sudah
tercapai, informasi tersebut dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun progam
pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang.
H. Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung.
2. Menggunakan ukuran kuantatif.
3. Menggunakan unit atau satuan yang tetap.
4. Bersifat relative.
5. Dalam penilaian dapat terjadi kesalahan.

Bab III
Instrumen Tes

A. Pengertian tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Tes digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang bersifat hard skills.
B. Bentuk-bentuk tes
Dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif
memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran soal itu akan mendapatkan
nilai yang sama. Dengan kata lain dapat dikatakan tes obejektif adalah tes yang penilaiannya
bersifat objektif, sedangkan tes subjektif adalah tes yang penilaiannya dipengaruhi oleh
penilai, hal yang dapat mempengaruhi hasil penilaian diantaranya: ketidakkonsistenan penilai
(hallo effect), urutan pemeriksaan (order effect), dan bentuk tulisan dan bahasa (mechanic
and language effect).
C. Pengembangan tes
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar
(Djemari Mardapi. 2008: 88-97). langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menyusun spesifikasi tes
2. Menulis soal tes
3. Menelaah soal tes
4. Melakukan uji coba tes
5. Menganalisis butir soal tes
6. Memperbaiki tes
7. Merakit tes
8. Melaksanakan tes
9. Menafsirkan hasil tes
D. Karakteristik tes yang baik
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik
apabila memenuhi lima syarat yaitu:
1. Validitas, apakah tes yang digunakan valid atau tepat pada hasil belajar.
2. Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh apapun.
3. Objektifitas, menunjukkan bahwa tidak ada unsur pribadi dan unsure subjektifitas yang
mempengaruhi.
4. Praktikabilitas, bukti bahwa tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh,
serta mudah dalam pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk
sehingga dapat menjadi referensi orang lain.
5. Ekonomis, bahwa dalam pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak
membuang waktu.

Bab IV
Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang umum digunakan dalam menilai hasil belajar antara lain,
bagan partisipasi (participation charts), daftar cek (checking lists), skala lajuan (rating
scale), dan skala sikap (attitude scales).
A. Bagan partisipasi (participation charts)
Partisipasi peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur karena banyak
informasi tentang hasil belajar yang bersifat non kognitif. Participation charts dapat
menjelaskan hasil belajar yang lebih bersifat afektif, yaitu keinginan untuk ikut serta.
Instrumen ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. Participation charts
belum cukup untuk menarik kesimpulan yang memadai. Untuk itu haruslah dipakai bersama-
sama dengan instrumen lain.
B. Daftar cek (checking lists)
Checking lists sangat bermanfaat barometer hasil belajar, baik yang berupa produk
maupun proses yang dapat diperinci kedalam komponen-komponen yang lebih kecil,
terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Checking lists terdiri dari dua komponen,
yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidaknya komponen
tersebut selama observasi. Kelebihan checking lists adalah sangat fleksibel untuk mengecek
kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil belajar serta semua mata pelajaran.
C. Skala lajuan (rating scale)
Skala lajuan adalah instrumen yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk
memperoleh informasi tentang hal yang diobservasi tersebut menunjukkan posisi tertentu
dalam hubungannya dengan yang lain. Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu pernyataan
tentang kualitas keberadaan sesuatu, dan petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Ada
empat tipe rating scale , yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale,
rangking method rating scale, dan paired comparisons rating scale.
D. Skala Sikap (attitude scales)
Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain:
1. Skala Likert
2. Skala Thurstone
3. Skala Guttman
4. Semantic Differential
E. Penilaian berbasis portofolio
Portofolio diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik yang menunjukkan
perkembangan prestasi belajar. Portofolio seorang peserta didik biasanya memuat:
1. Hasil ulangan atau tes.
2. Tugas-tugas terstruktur.
3. Catatan perilaku harian para siswa.
4. Laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang pembelajaran.
Penilaian berbasis portofolio memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1. Barometer perubahan paradigma penilaian.
2. Bukti tanggung jawab kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
3. Keterlibatan orang tua dalam penilaian.
4. Peserta didik mampu menilai dirinya sendiri.
5. Fleksibel.
Sedangkan beberapa kekurangannya antara lain:
1. Perlu waktu relatif lama.
2. Reliabilitas rendah.
3. Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhir.
4. Belum ada kriteria penilaian baku.
5. Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai.

Bab V
Validitas dan Reliabilitas

Validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur. Validitas instrumen secara garis besar
dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal (validitas logis) dan validitas eksternal
(validitas empiris). Validitas internal, merupakan instrumen yang memenuhi syarat valid
berdasarkan penalaran. Validitas intrernal dibedakan menjadi dua, yaitu validitas isi (dapat
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi / isi pelajaran), dan validitas
konstruk (butir-butir soal dapat mengukur sejauh mana instrumen mengukur konsep dari
suatu teori). Sedangkan validitas eksternal merupakan instrumen yang valid berdasarkan
bukti empiris. Hal ini juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu validitas kesejajaran dan
validitas prediksi.
Instrumen dikatakan reliabilitas jika memberi hasil yang tetap apabila melakukan tes
lebih dari satu kali. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal yang berdasarkan
sistem pemberian nilai, ada dua metode analisis reliabilitas internal, yaitu instrumen skor
diskrit dan instrumen skor nondiskrit. Sedangkan reliabilitas eksternal, untuk menguji
reliabilitas eksternal dapat digunakan metode bentuk paralel dan metode tes berulang.
Analisis validitas dan reliabilitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu
dengan progam SPSS for Windows.

Bab VI
Model-model Evaluasi Progam

Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai
dalam mengevaluasi progam pembelajaran, diantaranya:
A. Evaluasi model Kirkpatrick
Model ini mencakup empat level evaluasi, yaitu: (a) evaluasi reaksi, (b) evaluasi
belajar, (c) evaluasi perilaku, dan (d) evaluasi hasil. Memiliki kelebihan antara lain:
1. Lebih komprehensif.
2. Objek tidak hanya hasil belajar.
3. Mudah diterapkan.
Memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:
1. Kurang memerhatikan input.
2. Mengukur impact sulit.
B. Evaluasi model CIPP (Context, Input, Process and Product)
Digolongkan menjadi empat dimensi:
1. Evaluasi konteks
2. Evaluasi masukan
3. Evaluasi proses
4. Evaluasi produk
C. Evaluasi model Wheek dari Beebe
Terdiri dari beberapa tahap yang berkaitan, yaitu analisis tugas pelatihan, perancangan
tujuan, pengorganisasian isi, penentuan metode, pemilihan staf pelatihan, penyelesaian
rencana pelatihan, pelatihan, dan penilaian pelatihan.
D. Evaluasi model Provus (discrepancy model)
Dapat dilakukan dengan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi
(standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada
tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya.
E. Evaluasi model Stake (countenance model)
Menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi,
yaitu description dan judgement. dan membedakan tiga tahap dalam proses pendidikan, yaitu
antecedent (context), transaction (process), dan outcomes.
F. Evaluasi model Brinkerhoff
Mengemukakan tiga golongan evaluasi yaitu:
1. Fixed vs emergent evaluation design.
2. Formative vs sumative evaluation.
3. Experimental design vs naural / unobtrusive.
Selain beberapa model di atas, Nana Sudjana dan Ibrahim mengelompokkan model-
model evaluasi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Measurement model
2. Congruence model
3. Educational system evaluation model
4. Illuminative model

BAB VII
Model Evaluasi Kualitas Pembelajaran dan Output Pembelajaran (EKOP)

A. Hakikat Model EKOP
Model ini merupakan perpaduan antara evaluasi model Kirkpatrick dan model CIPP
(Context, Input, Process, Product). Model ini menggunakan pendekatan penilaian proses dan
hasil. Penilaian proses pembelajaran dalam hal ini disebut dengan penilaian kualitas
pembelajaran, sedangkan penilaian hasil pembelajaran dibatasi penilaian
output pembelajaran, sehingga nama model ini disebut dengan model evaluasi kualitas dan
output pembelajaran (EKOP). Evaluasi model EKOP disusun berdasarkan kerangka berpikir
bahwa untuk mengevaluasi keberhasilan progam pembelajaran tidak cukup hanya dengan
menilai output belajar siswa semata, namun perlu menilai proses implementasi progam dalam
kelas, yang dalam penelitian ini disebut dengan kualitas pembelajaran. Hal ini diperlukan
karena bagaimanapun juga dalam setiap pembelajaran, output progam selalu dipengaruhi oleh
proses kegiatan itu sendiri.
B. Karakteristik Model EKOP
1. Untuk mengevaluasi progam pembelajaran.
2. Tidak tergantung pada setting maupun konteks kurikulum formal yang belaku.
3. tidak dipengaruhi oleh pendekatan pengajaran tertentu yang dilaksanakan oleh guru.
4. Mengevaluasi progam pembelajaran secara lebih komprehensif.
5. Dapat digunakan sebagai evaluasi diagnostik.
6. dapat dimodifikasi untuk kepentingan evaluasi semua progam pembelajaran di tingkat SMP
dan SMA.
7. Model ini bersifat terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut.
C. Komponen-komponen model EKOP
Model evaluasi ini memiliki dua komponen utama, yaitu kualitas pembelajaran dan
output pembelajaran. Aspek kualitas pembelajaran meliputi aspek kinerja guru dalam kelas,
fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap, dan motivasi belajar. Penilaian output pembelajaran
meliputi penilaian terhadap kecakapan akademik, kecakapan personal, dan penilaian terhadap
kecakapan sosial. Komponen-komponen tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk bagan
sebagai berikut:
D. Kelebihan dan kelemahan model EKOP
Kelebihan:
1. Lebih komprehensif.
2. Relatif sederhana.
3. Tidak begitu kompleks.
4. Tidak terikat pada materi tertentu.
5. Efektif.
6. Sejalan dengan KTSP.
Kelemahan:
1. Hanya melibatkan penilai intern.
2. Instrumen pada aspek kecakapan personal masih terbatas.
3. Instrumen pada aspek kecakapan sosial juga masih terbatas.

Bab VIII
Perangkat Evaluasi Model EKOP

Sesuai dengan komponen EKOP, instrumen model EKOP juga dibagi menjadi dua,
yaitu Instrumen Kualitas Pembelajaran dan Komponen Output Pembelajaran. Instrumen
kualitas pembelajaran dibagi menjadi lima, yaitu: (1) Kinerja guru dalam kelas, (2) Fasilitas
pembelajaran, (3) Iklim kelas, (4) Sikap siswa, dan (5) Motivasi belajar siswa. Instrumen
output pembelajaran dibedakan menjadi tiga, yaitu kecakapan akademik, kecakapan personal,
dan kecakapan sosial. Penilaian kecakapan akademik menggunakan hasil ujian akhir semester
yang diselenggarakan bersama atas koordinasi dinas pendidikan kabupaten / kota setempat.
Penilaian kecakapan personal dan kecakapan sosial terbatas pada kecakapan memecahkan
masalah dan kecakapan kerja sama. Untuk lebih jelas bagaimana tampilan dari instrumen-
instrumen tersebut Anda bisa melihat pada buku ini.

Bab IX
Contoh Implementasi Model EKOP

Pada bab ini, pembaca akan disuguhkan sebuah contoh kasus implementasi model
EKOP untuk dapat menghitung rerata skor kualitas pembelajaran, menghitung rerata skor
output pembelajaran, menghitung rerata skor kualitas dan output pembelajaran, dan dibagian
akhir pembaca diharapkan mampu menyusun laporan evaluasi model EKOP.
C. Kelebihan dan kekurangan buku
Kelebihan buku ini adalah:
1. Dari segi substansi buku, buku ini mampu menjadi landasan bagi pendidik atau calon
pendidik dalam melakukan progam pembelajaran disekolah.
2. Dari segi teoritis, ilmu yang dipakai bisa dimintai pertanggungjawaban kevaliditasannya,
karena tercantum in-note dalam setiap kalimat yang dikutip.
3. Dari segi kelengkapannya, isi dari teori evaluasi dalam dunia pendidikan dengan
menyertakan model-model evaluasi yang sangat lengkap dan tidak tercantum dalam buku-
buku lain, seperti buku Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran karangan Suharsimi.
Sedangkan kekurangan buku ini adalah:
1. Dalam buku ini, banyak munculnya istilah baru. Sehingga, bagi calon pendidik yang
wawasan dalam pengetahuan bahasa minim, akan sulit dimengerti maksud dan tujuan teori
ini.
2. Karena banyak istilah baru, seharusnya diperlukan adanya sebuah indeks agar pendidik atau
calon pendididk lebih mudah letak istilah baru tersebut.
D. Penilaian
Dari sisi evaluator guru, seorang pendidik atau calon pendidik merupakan kunci
dalam evaluator progam pembalajaran di dalamnya. Apabila seorang pendidik atau calon
pendidik memahami betul progam yang akan di evaluasi, maka kekhawatiran untuk tidak dan
kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Begitupun sebaliknya, apabila evaluator kurang
sabar, kegiatan evaluator yang dilakukan dengan tergesa-gesa akan mengakibatkan kurang
cermatnya progam pembelajarannya.

Dalam pendidikan, sesuatu program perlu direncanakan dengan matang, karena
sangat berhubungan dan menyangkut banyak aspek, sehingga dalam program pembelajaran
hanya cukup guru dan komponen dalam lembaga yang melakukannya. Di dalam proses
transformasi siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan
mentah, yang akan diolah atau diubah menjadi bahan jadi melalui proses yang namanya
pengajaran. Siswa yang baru masuk (input), memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Di samping itu, ada masukan lain yang juga barpengaruh dalam keberhasilan belajar
siswa, yaitu memasukkan instrumental dan lingkungan. Yang merupakan instrumental adalah
materi atau kurikulum atau guru metode pengajaran dan sarana pendidikan (alat bahan dan
media belajar). Siswa yang sudah dimasukkan ke dalam alat pemroses, yaitu transformasi,
dan sudah menjadi bahan jadi, dikenal dengan hasil, atau output.
Dengan demikian, untuk menambah wawasan mengenai evaluasi progam
pembelajaran buku ini layak dijadikan referensi terutama pada bagian model-model evaluasi
menurut para ahli dan penyertaan model EKOP yang merupakan suatu pembaruan yang telah
dilakukan penulis dalam kegiatan evaluasi.

E. Solusi pemecahan
Contoh: seorang penjahit melakukan pengukuran terhadap badan seseorang, ia
mengukur panjang lengan, panjang badan, lingkar dada, pinggang dan sebagainya. Penjahit
melakukan pengukuran, apabila penjahit kemudian menyatakan bahwa seorang yang pesan
pakaian itu gemuk, langsing, dan lain-lain maka, penjahit itu melakukan penilaian terhadap
orang yang memesan pakaian tadi (Martini, 1994, hal:12). Hal itu akan menjadikan hasil
yang cukup perbedaan makna dan pemahaman ketika orang dalam dan orang luar yang
melakukannya.
Dari uraian di atas secara garis besar dapat jelaskan tentang evaluasi terhadap hasil belajar
siswa dan evaluasi proses pengajarannya. Bila kita dalam proses evaluasi hanya
mementingkan evaluasi hasil belajar, nampaknya kurang komperhensif. Oleh karena itu,
perlu membahas evaluasi program. Sehingga setiap rencana harus direncanakan apabila
kegiatan itu dianggap penting.

F. Kesimpulan
Salah satu usaha untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik adalah dengan
ujian nasional (UN), akan tetapi pada tahun sekarang problematika terjadi dikalangan
masyarakat apakah UN masih menjadi ukuran yang ideal atau atau ada alat yang lain. Karena
pada kenyataannya pelaksanaan UN sering banya terjadi penyimpangan-penyimpangan, salah
satunya distribusi soal dan kisi-kisi yang kurang merata keseluruh daerah -daerah. Guru
sebagai pelaksanan ataupun monitoring sebenarnya lebih mengetahui kopentensi dan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakannya dari pada orang lain. Dengan demikian seorang
guru akan banyak sekali metode ataupun cara untuk menuju sebuah perbaikan, baik sistem
maupun kinerja kependidikan.
Evaluasi progam pembelajaran merupakan salah satu contoh cara yang layak
digunakan oleh seorang guru sebagai referensi untuk melakukan perbaikan, baik sistem
maupun kinerja kependidikan. Sehingga, apabila evaluasi progam pembelajaran ini mampu
direalisasikan dalam dunia sekolahan, maka semua visi, misi dan tujuan suatu sekolah
tersebut bisa tercapai dengan tepat dan mudah.

You might also like