JULI 21, 2009 OLEH ARSAD RAHIM ALI TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT. Telah dilakukan penyelidikan kejadian kesakitan dan kematian akibat diare di wilayah Kerja Puskesmas Batupanga Kecamatan Luyo Kabupaten Polewali Mandar Mulai tanggal 15 Mei 2009 sampai dengan 15 Juni 2009. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui besarnya masalah, distribusi dan penyebab masalah sebagai bahan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan yang akan dilakukan oleh Puskesmas Batupanga dan jaringannya. Metode yang dilakukan adalah penyelidikan observasional deskritif terhadap pencatatan dan pelaporan diare di Puskesmas Batupanga dan jaringannya, wawancara dengan penderita pada lokasi kejadian dan pengambilan sampel air, tanah dan tinja untuk diperiksa di laboratorium (Makassar). Hasilnya telah terjadi kematian karena diare (dehidrasi) sebanyak 5 orang dari 373 penderita diare (Case Fatality Rate =1.3 %) selama satu bulan mulai dari 15 Mei Sampai dengan 15 Juni 2009, di wilayah Kerja Puskesmas Batupanga Kecamatan Luyo Kabupaten Polewali Mandar. Case Fatality Rate yang selanjutnya di singkat CFR dengan 1,3 % artinya jika dalam hitungan populasi penderita yaitu tiap 100 penderita diare cenderung ditemukan 1-2 penderita diare yang berlanjut pada dehidrasi dan kemudian mengakibatkan kematian atau juga setiap 50 penderita ada satu kematian diare karena dehidrasi.
Selama periode satu bulan ada sekitar 373 Penderita diare ditemukan, 192 diantaranya adalah laki-laki (51.5%) dan Perempuan yang menderita sebanyak 181 penderita (48.5%). Diare memang menyerang tidak mengenal jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama saja, tidak ditemukan perbedaan secara bermakna antara laki-laki dan perempuan, ketika seseorang mulai terpapar faktor penyebab diare maka dalam waktu beberapa jam orang tersebut langsung menderita diare. Berdasarkan kelompok umur ada 17 (4.6%) penderita masuk dalam kelompok umur Bayi (0-1 tahun), Anak Balita (1-5 tahun) sebanyak 112 (30%) penderita, Sisanya adalah kelompok umur 5 tahun keatas yaitu sebanyak 244 (65.4%) penderita. Distribusi penderita secara bermakna sesuai dengan banyaknya populasi dilokasi kejadian, namun demikian ada kecenderungan penderita yang berlanjut dengan kematian mulai terjadi pada mereka yang digolongkan pada kelompok rawan. Penderita yang meninggal yang dikategorikan dalam kelompok umur yang digolongkan sebagai kelompok rawan yaitu dari 5 penderita yang meninggal adalah 1 penderita bayi, 3 penderita anak balita dan 1 penderita adalah usia lanjut. Lokasi Desa dengan kesakitan dan kematian penderita diare yang terbanyak ditemukan di disekitar Desa Pussui yaitu sebanyak 112 penderita tampa kematian (CFR 0.0%), masyarakat didesa ini masih cukup mempunyai kemampuan melakukan tindakan penanggulangan kepada mereka yang menderita diare agar tidak mengakibatkan kematian. Kasus dengan kematian terpusat sekitar Desa Tenggelang ditemukan penderita sebanyak 64 penderita dengan 1 kematian (CFR 1.7%) . Dan juga di temukan di Desa Sambali-Wali ditemukan penderita sebanyak 104 penderita dengan 3 kematian (CFR=2.9%) serta Desa Mappilli Barat dengan 35 penderita dan 1 kematian (CFR=2.8%), yang pasti pada keluarga yang anggotanya meninggal karena diare sangat lamban dalam hal penanggulangan karena beberapa diantaranya dalam hal ketidaktahuan tindakan awal penanggulangan diare. Untuk Desa-desa disekitanya (Desa Botto, Sambali-Wali, Batupanga, Baru dan Mambu) ditemukan sekitar 58 penderita dengan tampa kematian (CFR = 0.0%). Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 10 sampel air, tanah, tinja penderita didapatkan -penyebab diare adalah Escherichia Coli dan Shigella, bakteri ini banyak terdapat dalam tinja manusia dan dapat mencemari lingkungan sekitar, penyebab lainnya adalah Coliform atau biasa dinyatakan dengan Most Porbable Number (MPN) Coliform, pertanda lingkungan telah tercemar diatas batas ambang jumlah bakteri Coliform yang di toleransi Bakteri ini berhubungan langsung dengan kebiasan membuang hajat disembaran tempat. Dari 373 penderita hanya 15 % yang menggunakan Jamban Keluarga, Sekitar 85 % penduduk atau keluarga membuang hajat di sembaran tempat misalnya saja di bawah pohon coklat tampa ada lubang penutup, dibiarkan tercecer kemana-mana, Seranga (lalat, semut dan lain-lain) menghinggapi kotoran dan kemudian terbang mencemari makanan, susu, minuman dan lain-lain, ada juga sebagian penduduk yang membuang hajat disungai yang sekaligus air sungainya juga dipakai sebagai sumber air untuk mencuci, mandi dan keperluan rumah tangga dan selanjutnya makanan dan minuman akan tercemar, akan lebih bahaya lagi bila mereka yang tidak biasa mencuci tangan sesudah bekerja atau buang air besar, disamping itu juga mereka yang kontak dengan sumber cemaran tersebut dapat dipastikan akan menderita diare. Diare adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri sebagaimana disebutkan diatas menyerang usus, mengakibatkan usus tidak dapat menyerap zat-zat gizi sebagai hasil dari pencernaan sehingga dengan bantuan cairan tubuh harus dikeluarkan melalui tinja atau Buang Air Besar dengan perubahan bentuk dan konsitensi tinja (tinja encer atau cair) dengan frekuensi lebih sering biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari (24 jam) dan biasanya jumlahnya sangat banyak (peningkatan volume), bisa mencapai lebih dari 500 gram/hari. (Depkes. RI 2008) 5 penderita yang meninggal, terjadi karena penderita telah mengalami dehidrasi, terjadi karena tubuh penderita mengambil air dan garam yang diperlukan dari makanan dan minuman. Pengeluaran air dan garam melalui Buang Air Besar (BAB), Buang air Kecil (BAK) dan melalui keringat dan pernafasan. Bila pencernaan dalam keadaan sehat, air dan garam dari usus akan masuk peredaran darah. Bila dalam keadaan diare, usus tidak bekerja dengan normal. Air dan garam sedikit yang masuk ke peredaran darah dan lebih banyak yang keluar melalui usus. Oleh karena itu dalam tinja akan lebih banyak terkandung air dan garam. Hilangnya air dan garam dalam jumlah besar dari tubuh menyebabkan timbulnya dehidrasi. Dehidrasi terjadi bila pengeluaran air dan garam lebih banyak dibanding masukkan. Semakin banyak tinja yang dikeluarkan berarti semakin banyak orang tersebut kehilangan cairan. Dehidrasi juga disebabkan oleh muntah yang banyak yang sering menyertai diare pada sebagian penderita yang ditemukan. Dehidrasi lebih cepat terjadi padi bayi dan anak kecil, pada iklim panas, kering dan pada keadaan panas. Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun dan dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan kelainan serius lainnya. Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat. Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah. Hal ini semua yang menyebabkan kematian. Jadi Kesimpulannya diare di Kecamatan Luyo disebabkan oleh Escherichia Coli, MPN Coliform, dan Shigella, yang banyak terdapat dalam tinja, tersebar dimana-mana tidak tersimpan pada tempat yang tidak menimbulkan cemaran. Namun kematian akibat diare di sebabkan telah terjadi Dehidrasi dan upaya penanggulangan secara dini selalu saja terlambat. Pusat kejadian Diare terdapat di Desa Sambali-Bali (CFR =1,7%) dan desa Tenggelang (CFR =2,9%). Induvidu yang diserang cenderung pada kelompok rawan yaitu bayi, Balita dan usia lanjut atau dewasa pekerja berat. Rekomendasi untuk tindakan penanggulangan dan pencegahan diare adalah Gerakan Jangan Membuang Hajat (Buang Air Besar=BAB) Disembaran Tempat, sebagai tahap awal dengan membuat lubang sedalam kurang lebih 1 -2 meter, ditutup dengan kayu dan mempunyai penutup lubang. Syukur Alhamdulillah Gerakan ini sudah mulai diterima masyarakat, karena pada saat tulisan ini dibuat ada laporan dari lokasi kejadian masyarakat sepakat memberi nama gerakan ini dengan WC 8000 yaitu Pembuatan WC yang biayanya seharga Konsumsi Rokok Sehari warganya Rp. 8000.- Kegiatan lainnya adalah Penyuluhan dan bimbingan Hidup Bersih dan Sehat, bukan Cuma sekali namun sesering mungkin sampai masyarakat mempunyai kemampuan, kesadaran dan kemauan dalam membuat jambang dan menggunakanya serta selalu hidup bersih dan sehat. Petugas kesehatan Puskesmas dan Jaringannya arus selalu mengontrol semua sumber-sumber cemaran atau tempat-tempat hidup dan berkembang bakteri oleh Escherichia Coli, MPN Coliform, dan Shigella agar selalu berada dalam batas ambang yang tidak menimbulkan penyakit.