1.1. Anatomi dan Fisiologi Jantung 1.1.1. Anatomi Jantung Jantung (cor) adalah suatu organ muskuler yang berbentuk conus sebesar kepalan tangan (tinju), bertumpu pada diaphragma thoracia dan berada di antara kedua pulmo bagian caudalis. Dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pericardium dan menempati mediastinum medium. Letak cor sedemikian rupa sehingga puncaknya (apex cordis) menghadap ke arah caudo-ventral kiri; dua pertiga bagian cor berada di sebelah kiri linea mediana. Pada orang dewasa ukuran cor adalah panjang 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Pada pria berat cor adalah 280-340 gram dan pada wanita 230-280 gram. Dalam keadaan patologis, ukuran cor bias melampaui ukuran normal. Proyeksi cor pada dinding ventral thorax adalah sebagai berikut: 1. Tepi kiri cor di sebelah cranial berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinister, yaitu 1 cm di sebelah lateral tepi sternum. 2. Tepi kiri di sebelah caudal berada pada ruang intercostalis V, yaitu kira-kira 9 cm di sebelah kiri linea mediana atau 2 cm di sebelah medial linea medioclavicularis sinistra. 3. Tepi kanan di sebelah cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, kira-kira 1 cm dari tepi lateral sternum. 4. Tepi kanan di sebelah caudal berada pada pars cartilaginis costa VI dextra, kira-kira 1cm di lateral tepi sternum. Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri dan memiliki empat bilik yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel menuju jaringan adalah arteri. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri
2
berfungsi menerima darah darah teroksigenasi dari paru paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. Ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung mempunyai dua jenis ruangan (masing-masing pada kiri dan kanan). Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum. Septum adalah suatu partisi otot kontinyu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena bagian kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah oksigen tinggi.
Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium. Selain itu juga terdapat beberapa pembuluh darah seperti: Vena Cava Superior Inferior Pembuluh darah yang mengantarkan darah kotor atau kaya CO2 ke dalam atrium dextra Aorta Pembuluh darah arteri besar yang mengantarkan darah bersih atau kaya dengan oksigen ke seluruh jaringan tubuh Artery Pulmonary Pembuluh darah sedang yang mengantarkan darah kotor dari ventrikel kanan ke paru-paru Vena Pulmonary Pembuluh darah sedang yang mengantarkan darah bersih dari paru-paru ke dalam atrium sinistra Artery Coronaria Pembuluh darah yang memberikan masukan nutrisi pada jantung Selain itu juga terdapat beberapa struktur seperti berikut: Auricle, merupakan bagian yang terdiri dari beberapa jaringan lemak, terbagi menjadi dextra dan sinistra Chorda Tendinea, merupakan serabut halus yang berfungsi menopang katup-katup cuspidalis pada jantung
3
M. Papillary, merupakan otot yang terdapat di bagian bawah chorda tendinea Trabekula, merupakan otot-otot dinding jantung
Gambar 1. Anatomi jantung manusia
Gambar 2. Jantung dilihat dari arah basis
4
1.1.2. Fisiologi Jantung Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena-vena besar yang dikenal sebagai vena kava superior dan inferior. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan kembali dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi CO2. Darah yang mengalami deoksigenasi parsial tersebut mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, yang memompanya ke luar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah ke dalam sirkulasi paru. Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 ekstranya dan menyerap O2segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang mendorong darah ke semua sistem tubuh kecuali paru; jadi, sisi kiri jantung memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar untuk memperdarahi berbagai jaringan tubuh. Berbeda dengan sirkulasi pulmonalis yang seluruh darahnya mengalir melalui paru, sirkulasi sistemik dapat dilihat sebagai rangkaian jalur-jalur paralel.Sebagian darah yang dipompakan keluar oleh ventrikel kiri menuju ke otot-otot, sebagian ke ginjal, ke otak, dan seterusnya. Jadi keluaran ventrikel kiri tersebar, sehingga tiap-tiap bagian tubuh menerima pasokan darah segar; darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Dengan demikian, tetes darah yang kita ikuti hanya menuju ke satu jaringan sistemik. Jaringan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi zat-zat gizi untuk menghasilkan energi; dalam prosesnya, sel-sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk buangan yang ditambahkan ke darah. Tetes darah, sekarang secara parsial kekurangan O2 dan mengandung CO2 yang meningkat, kembali ke sisi kanan jantung. Kedua sisi jantung secara simultan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume darah beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi kanan jantung segera memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi kiri jantung. Sirkulasi paru adalah sistem yang
5
memiliki tekanan dan resistensi yang rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem dengan tekanan dan resistensi yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistemik dengan resistensi tinggi. Dengan demikian, otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan, sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat. Adanya empat katup jantung satu-arah memastikan darah mengalir satu- arah.Dua katup jantung, katup atrioventrikel (AV) kanan dan kiri, masing-masing terletak di antara atrium dan ventrikel kanan dan kiri.Katup AV kanan disebut katup tricuspid karena terdiri dari tiga daun katup.Demikian juga, katup kiri, yang terdiri dari dua daun katup, sering disebut sebagai katup bicuspid atau katup mitralis.Tepi-tepi daun katup AV diikat oleh tali fibrosa yang tipis namun kuat, yaitu korda tendinae, yang mencegah katup berbalik, yaitu, didorong oleh tekanan ventrikel yang tinggi untuk membuka ke arah yang berlawanan ke dalam atrium. Tali-tali ini berjalan dari tepi daun katup dan melekat ke otot papillaris berbentuk mirip puting susu, yang menonjol dari permukaan dalam ventrikel. Ketika ventrikel berkontraksi, otot papilaris juga berkontraksi, menarik ke bawah korda tendinae, tarikan ini menimbulkan ketegangan di daun katup AV yang tertutup, sehingga daun katup dapat tertahan dalam posisinya dan tetap menutup rapat walaupun terdapat gradien tekanan yang besar ke arah belakang. Dua katup jantung lainnya, katup aorta dan katup pulmonalis terletak di sambungan tempat arteri-arteri besar keluar dari ventrikel.Keduanya dikenal sebagai katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup, yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh.Katup-katup ini terbuka ketika tiap- tiap tekanan ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di arota dan arteri pulmonalis, selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya.Katup terutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis.
6
Gambar 3. Skema peredaran darah 2.1. Embriologi dan Perubahan Sirkulasi Jantung 2.1.1. Perkembangan dan pembentukan jantung Pengetahuan tentang mekanisme seluler dan molekuler perkembangan embryogenesis jantung diperlukan dalam memahami penyakit jantung bawaan dan mengembangkan strategi untuk pencegahan. Proses organogenesis/ embryogenesis kardiovaskular merupakan rangkaian pembentukan organ jantung yang sangat kompleks. Proses kompleks tersebut dapat disederhanakan menjadi 4 tahap, yaitu : 1. Tubing (pembentukan tabung) : Pada awal pembentukan, jantung hanya merupakan sebuah tabung lurus yang berasal dari fusi sepasang primodia simetris. Pada beberapa terdapat dilatasi yaitu atrium primitif, komponen ventrikel yang terdiri dari segmen inlet dan outlet serta trunkus arteriosus yang kelak menjadi aorta dan arteri pulmonalis. Perkembangan jantung ini terjadi pada embryo berusia 6 minggu kehamilan yang panjangnya sekitar 10 mm. 2. Looping : Proses perkembangan selanjutnya dikenal sebagai suatu pembentukan loop antara atrium dengan komponen inlet ventrikel dan
7
antara komponen inlet dan outlet ventrikel. Sinus venosus yang tertanam kuat pada septum transversum menjadi bagian dari ujung tabung yang terfiksasi. Perkembangan bertahap menyebabkan atrium primitive bergeser ke arah sinus venosus, sehingga terbentuk lengkungan ke kanan antara atrium dan segmen inlet ventrikel. Pada komponen inlet dan outlet juga terbentuk lengkung dengan sudur sebesar 180, sehingga trunkus berada di depan dan kanan kanalis atrioventrikulari. Biasanya proses looping ini terjadi ke arah kanan, sehingga disebut sebagai dextro ventricular looping. 3. Septasi : Setelah proses looping selesai. Septasi jantung kini terjadi pada sekitar 27 sampai hari ke 37 perkembangan embrio dengan panjang sekitar 5 mm menjadi 16-17 mm. Kini jantung terlihat dari luar sudah seperti jantung yang matur, walaupun bagian dalam tetap masih seperti tabung namun sudah mulai terbentuk ruangan- ruangan primitif. Pada tahap ini terjadi septasi atrium, ventrikel. Kanalis atrioventrikularis dipisahkan oleh bantalan endokardium (endocardial cushion) superior dan inferior, yang bersatu di tengah, menjadi sehingga terbagi menjadi orificium kanan dan kiri. Atrium primitif disekat septum primum yang tumbuh dari atap atrium mendekati bantalan endokardium. Celah antara septum primum dan bantalan endokardium disebut ostium primum. Selanjutnya fusi septum primum dan bantalan endokardium menutup ostium primum. Untuk mempertahankanhubungan interatrial, tepi atas septum terlepas ke bawah membentuk foramen sekundum. Selanjutnya lipatan yang terbentuk di kanan dinding atrium primitive menutup foramen sekundum dan melapisi bag. bawah septum primum. Celah antara kedua sekat ini disebut foramen ovale. Septasi dari septum ventrikel: Pada embrio ukuran 5mm, ventrikel primitive kiri dan kanan berhubungan melalui foramen interventrikular. Setelah looping kelak akan terbentuk kantung-kantung dari komponen inlet dan outlet ventrikel. Kantong yang terbentuk dari komponen inlet akan menjadi daerah trabekular ventrikel kiri, sedangkan kantung dari komponen outlet menjadi daerah trabekular ventrikel kanan. Akibat pembentukan kantung ini terjadilah septum trabekular yang kelak akan
8
menjadi bagian bawah dari cincin lubang antara komponen inlet dan outlet ventrikel.Foramen ini akan tertutup melalui sekat muscular interventrikular septum dari bawah ke atas. Kedua ventrikel primitive ini mulai berdilatasi pada akhir minggu ke-4. Permukaan miokardium mulai menjadi kasar, dan dikelilingi oleh endokardium sehingga terbentuk trabekula. Trabekula ini berguna pada proses perkembangan jantung janin dimana karena belum terbentuknya sistem koroner jantung. Sehingga darah dari placenta yang mengandung oksigen serta nutrisi, masuk kedalam rongga trabekula dan kontak dengan endokardium dan myocardium, dan melakukan difusi. Selain itu struktur dari trabekula juga berguna mengurangi kontraksi dari ventrikel sehingga tidak diperlukan dinding ventrikel yang sangat tebal. 4. Migrasi : Bersama dengan septasi kanalis atrioventrikularis dengan terbentuknya bantalan endokardium yang telah diuraikan, terjadi juga pergeseran (migrasi) segmen inlet vantrikel, sehingga orifisium atrioventrikular kanan kan berhubungan dengan daerah trabeklar ventrikel kanan. Pada saat yang sama terbentuk septum inlet antara orifisium atrioventrikular kanan dan kiri, sehingga ventrikel kiri hanya mempunyai inlet. Darah yang masuk ke ventrikel kiri harus melalui lubang yang dibentuk oleh septum inlet, septum trabekular, dan lengkung jantung bagian dalam (inner heart curvature), masuk ke dalam ventrikel kanan dan baru dapat keluar ke aortic outflow tract. Dalam perkembangan selanjutnya aortic outflow akan bergeser ke arah ventrikel kiri dengan absorbs dan perlekatan dari inner heart cuvatrue. Sekarang kedua ventrikel ini masing-masing sudah memiliki inlet, outlet dan trabekular. Pergeseran aorta ke arah ventrikel kiri ini akan menyebabkan septum outlet (infundibular) berada pada satu garis denan septum inlet dan septum trabekular. Komunikasi antara kedua ventrikel ini masih tetap ada, dan lubang baru yang terbentuk selanjutnya akan tertutup oleh septum membranosa. Jadi septum ventrikel terdiri dari 4 bagian, yaitu septum trabekular, septum inlet, septum infundibular dan septum membranasea.
9
Gangguan dari proses pembentukan sekat interventrikular ini akan mengakibatkan terjadinya defek septum ventrikel.
2.1.2. Sirkulasi Janin dan Perubahan Setelah Lahir Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme. Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikalis mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan, yang memasok darah ke hati, duktus venosus yang berdiameter lebih besar dan akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen yang sama seperti arteri, meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava. Darah ini akan langsung mengalir melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru, tetapi sebagian besar dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh duktus arteriosus karena paru belum berkembang. Darah tersebut akan bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah balik akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai arteri umbilikalis. Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikalis, duktus venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir, akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan tekanan oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada minggu kedua.
10
Keseluruhan sistem kardiovaskular berasal dari lapisan mudigah mesoderm. Pada hari ke-22 dua tabung membentuk sebuah jantung tunggal yang td tabung endocardium dengan pelapis myocardium di sekelilingnya. Pada minggu ke-4 sd ke-7 jantung berupa bangunan beruang empat. Sekat jantung sebagian berkembang dari jaringan bantalan endokardium dalam kanalis atrioventrikularis (bantalan atrioventrikularis) dan dalam regio konotrunkal (pembengkakan konotrunkal). Karena lokasi utama dari jaringan bantalan, banyak malformasi jantung berhubungan dengan morfogenesis bantalan yang abnormal. Pembentukan Sekat di atrium : 1. Septum primum, suatu krista berbentuk bulan sabit yang turun dari atap atrium, membagi atrium menjadi dua, meninggalkan lubang ostium primum yg kemudian mengalami obliterasi menjadi ostium sekundum . 2. Septum sekundum muncul dari bawah tetapi foramen ovale tetap ada. 3. Pada saat lahir kedua sekat saling mendekat. 4. Bisa sama sekali tidak terbentuk sekat dapat juga tersisa foramen ovale. Pembentukan sekat di ventrikel : 1. Septum IV terbentuk dari pars muscularis yg tebal, dari bawah, dan pars membranosa yang tipis, dari atas. 2. Kadang-kadang penyatuan gagal sehingga terjadi defek interventrikular. 3. Cacat ini dapat bersama cacat lain.
11
Gambar 4. Penampang frontal jantung mudigah 30 hari memperlihatkan foramen interventrikularis primer dan muara atrium ke ventrikel kiri primitif.
Gambar 5. A.Perkembangan jantung normal. B.Cacat Septum interventrikularis
12
Gambar 6. Sirkulasi pada janin
13
1.3. Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir.
1.3.1. Etiologi dan Faktor Resiko Penyebab PJB belum diketahui dengan pasti. Sebagian besar kasus dipengaruhi banyak faktor, terutama kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa kasus PJB terkait dengan abnormalitas kromosom, terutama trisomi 21, 13, dan 18 serta sindrom Turner. Faktor resiko PJB dapat berupa ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko lain secara statistik tidak berhubungan. Faktor endogen/genetik dimana terdapat kecenderungan timbulnya beberapa penyakit jantung bawaan dalam satu keluarga. Serta faktor eksogen dimana faktor-faktor tersebut diantaranya adalah infeksi rubella, paparan sinar rontgen/radiasi, trauma fisis dan psikis, serta minum jamu atau pil KB. Para ahli cenderung berpendapat bahwa penyebab endogen maupun eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan bahwa lebih dari 90% kasus penyebabnya adalah multifaktorial, yakni gabungan antara kerentanan individual (yang sifatnya endogen akan tetapi belum dapat dijelaskan) dengan faktor eksogen.1 Kedua faktor tersebut secara bersama dapat menyebabkan kelainan structural jantung apabila terjadi pada minggu-minggu pertama kehidupan mudigah. Pembentukan jantung janin yang lengkap terjadi pada akhir semester pertama potensial dapat menimbulkan gangguan pembentukan jantung.
1.3.2 Klasifikasi 1. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik Adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa
14
adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Kelompok asianotik terbagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok dengan pirau dari kiri ke kanan dan kelompok tanpa pirau. Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut: Defek Septum Ventrikel (DSV), Defek Septum Atrium (DSA), Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV), Duktus Arteriosus Persisten (DAP). Kelompok tanpa pirau meliputi : Stenosis Pulmonalis, Stenosis Aorta, Koarktasio Aorta 2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Sesuai dengan namanya, manifestasi klinis yang selalu terdapat pada penyakit jantung sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya lebih dari 5 gr/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Dibandingkan dengan pasien PJB non sianotik, jumlah pasien PJB sianotik lebih sedikit. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non sianotik. Kelompok penyakit jantung bawaan sianotik adalah sebagai berikut: Tetralogi Fallot, Transposisi Arteri Besar, Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh, Ventrikel Kanan dengan Jalur Kedua Ganda, Atresia Trikuspid
1.4. Ventricular Septal Defect 1.4.1. Defenisi Defek septum ventrikel jantung atau ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan kongenital yang terjadi akibat terbukanya septum interventricularis yang memungkinkan terjadinya hubungan darah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.Septum interventricularis adalah pemisah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan, yang terdiri atas pars membranacea dan pars muskularis. VSD disebabkan oleh malformasi embriogenik dari septum interventricularis.Kejadian ini dapat berdiri sendiri atau bersamaan dengan kelainan kongenital jantung lainnya.Defek
15
biasanya terjadi pada septum interventricularis pars membranacea. Aliran darah yang melalui defek itu lebih sering bertipe left to right shunt dan bergantung pada besarnya defek, dan resistensi pembuluh darah pulmoner. Kelainan fungsi jantung yang dialami penderita biasanya tergantung dari besarnya defek septum dan keadaan pembuluh darah pulmoner.
Gambar 7. Gambaran Ventrikular septal defect
1.4.2. Epidemiologi VSD adalah penyebab tersering pada malformasi jantung, terhitung kira- kira seperlima dari seluruh kelainan jantung kongenital. Defek pada septum interventricularis ini, pertama kali dideskripsikan oleh Roger (1879), yang menamakan defek septum interventricularis asimptomatik sebagai maladie de Roger. Penyakit ini biasanya terdiagnosis pada usia kanak-kanak. Pada orang dewasa, penyakit ini jarang terdiagnosis karena pada umumnya defek septum interventricularis yang besar segera dikoreksi dengan pembedahan, dan defek septum interventricularis yang kecil biasanya tertutup secara spontan. VSD menduduki peringkat pertama yang tersering dari seluruh cacat pada jantung. Kejadian pada VSD terhitung kira-kira 25-40% dari seluruh kelahiran dengan cacat jantung bawaan.Kejadian VSD di Amerika Serikat dan di dunia
16
sebanding, kira-kira satu sampai dua kasus per seribu bayi yang lahir.Riset menunjukkan bahwa prevalensi VSD di Amerika Serikat meningkat selama tiga puluh tahun terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada prevalensi VSD yang dilaporkan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 1968-1980. The Baltimore - Washington Infant Study (BWIS) melaporkan sebuah peningkatan ganda pada VSD dari tahun 1981-1989. Riset BWIS melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya deteksi penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang terbanyak ditemukan (60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe muskuler (3%). VSD sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital lainnya, seperti Sindrom Down.
1.4.3. Etiologi dan Faktor risiko VSD terjadi karena kegagalan penyatuan atau kurang berkembangnya komponen atau bagian dari septum interventricularis jantung (terutama pars membranacea). Perkembangan ini terjadi pada hari ke-24 sampai ke-28 masa kehamilan. Kegagalan gen NKX2.5 dapat menyebabkan penyakit ini. Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang paling mungkin pada VSD.The National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities, Centers for Disease Control and Prevention memiliki data yang menunjukkan bahwa para ibu yang menggunakan marijuana sebelum masa konsepsi berhubungan erat dengan peningkatan risiko memiliki bayi dengan VSD. Sebuah peningkatan ganda pada penyakit VSD yang dihubungkan dengan penggunaan kokain pada ibu hamil, telah ditemukan pada sebuah penelitian di Boston City Hospital pada tahun 1991.BWIS lebih jauh melaporkan bahwa terdapat hubungan antara VSD tipe membranacea dengan penggunaan kokain pada pria. Aliran darah ke jantung yang abnormal yang disebabkan oleh efek vasokonstriksi dari kokain adalah alasan yang paling dapat diterima pada kasus- kasus VSD.
17
Mengonsumsi alkohol juga berhubungan dengan peningkatan kejadian VSD.BWIS mengungkapkan bahwa konsumsi alkohol pada wanita berhubungan dengan VSD tipe muskuler.Tidak ditemukan korelasi dengan VSD tipe perimembranus. Sebuah riset dari Finlandia lebih lanjut menemukan bahwa konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan kasus VSD sebanyak 50%.
1.4.4. Patofisiologi VSD menyebabkan terjadinya left-to-right shunt pada ventrikel. Terjadinya left-to-right shunt pada ventrikel menyebabkan tiga konsekuensi hemodinamik, yaitu: 1. Meningkatnya volume ventrikel kiri 2. Meningkatnya aliran darah pulmoner 3. Sistem cardiac output yang terkompensasi Gangguan fungsional yang disebabkan oleh VSD lebih bergantung pada ukuran shunt daripada lokasi dari VSD itu sendiri, yaitu besar kecilnya defek dan keadaan pembuluh darah pulmoner. Sebuah VSD yang kecil dengan resistensi aliran yang tinggi menyebabkan sebuah left-to-right shunt yang sempit. Hubungan interventricular yang besar menyebabkan sebuah left-to-right shunt yang besar, hanya jika tidak ada stenosis pulmonal atau resistensi pembuluh darah pulmoner yang tinggi, karena faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi aliran shunt. Selama kontraksi ventrikel, atau disebut juga fase sistol, sebagian darah dari ventrikel kiri bocor ke ventrikel kanan, melewati jantung dan masuk kembali ke ventrikel kiri melalui vena pulmonalis dan atrium kiri. Ada dua konsekuensi yang ditimbulkan dari proses tersebut. Pertama, refluks aliran darah menyebabkan volume yang meningkat pada ventrikel kri. Kedua, karena ventrikel kiri secara normal memiliki tekanan darah sistolik yang lebih tinggi (sekitar 120 mmHg) daripada ventrikel kanan (sekitar 20 mmHg), kebocoran darah ke dalam ventrikel kanan menyebabkan peningkatan tekanan dan volume ventrikel kanan, yang lebih lanjut mengakibatkan hipertensi pulmonal dengan gejala-gejala yang terkait. Gejala-gejala ini akan lebih terlihat pada pasien-pasien dengan defek yang besar, yang mungkin dapat memberikan manifestasi klinis berupa sesak napas, malas
18
makan, dan pertumbuhan terhambat pada bayi. Pasien-pasien dengan defek yang kecil mungkin saja dapat memberikan gejala yang asimptomatis.
1.4.5. Gejala klinis VSD adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik, dikenal juga dengan left-to-right shunt, jadi tidak ada tanda-tanda sianosis. Gejala klinis dan gangguan fungsi jantung pada VSD bergantung pada besarnya defek, keadaan vaskularisasi pulmoner, derajat shunt, dan lokasi defek. Gejala-gejala VSD, antara lain: 1. VSD dengan defek yang kecil biasanya tidak bergejala. 2. Terjadi respiratory distress dan takipnea ringan. 3. Pada VSD yang moderat, kulit dan menjadi pucat dan diaforetik, dan dapat disertai dengan pneumonia atau infeksi saluran pernapasan bagian atas. VSD yang disertai dengan komplikasi berupa hipertensi pulmonal dan shunt terbalik (Sindrom Eisenmenger), memiliki gejala klinis berupa sesak napas, nyeri dada, sinkop, hemoptisis, sianosis, clubbing finger, dan polisitemia. Gambaran klinis defek septum ventrikel menurut besarnya defek, derajat pirau dari kiri ke kanan serta status resistensi vaskularisasi paru : Defek Septum Ventrikel Kecil Hemodinamik Pada defek kecil ini terjadi pirau kiri ke kanan yang tidak bermakna, sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik. Dengan perkataan lain status kardiovaskular masih dalam batas normal. Manifestasi klinis : Pasien asimtomatik. Pada hari-hari pertama pasca lahir tahanan vaskular paru masih tinggi, sehingga belum ada perbedaan tekanan yang bermakna antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Pada saat tersebut biasanya bising belum terdengar. Setelah bayi berumur 2-6 minggu, dengan penurunan tahanan vaskular paru terjadilah pirau kiri ke kanan, sehingga terdengar bising yang klasik, yaitu bising pansistolik dengan pungtum maksimum di sela iga 3 dan 4 tepi kiri sternum. Bising ini menjalar ke sepanjang tepi kiri sternum. Derajat bising dapat mencapai 4/6, disertai getaran bising/thrill yang dapat diraba pada garis sternalis kiri bawah. Bising berupa nada yang tinggi sehingga dapat didengar dengan
19
stetoskop diafragma. Pada defek yang sangat kecil dan letaknya di pars muskularis, bising dapat terdengar hanya pada fase awal sistolik (early systolic murmur) karena lubang defek tertutup saat kontraksi dari ventrikel. Pertumbuhan pasien biasanya normal. kelainan ini dikenal pula dengan nama maladie de Roger. Kira-kira 70% pasien dengan defek kecil menutup spontan dalam 10 tahun, sebagian besar dalam 2 tahun pertama.bila setelah 2 tahun defek tidak menutup, maka kemungkinan menutup secara spontan adalah kecil. Foto rontgen dada dan elektrokardiogram: Karena perubahan hemodinamik yang minimal, foto dada dan EKG biasanya normal. Ekokardiografi: Struktur jantung tampak normal pada ekokardiografi 2 dimensi. Kadang dapat dilihat defek yang kecil, tetapi pada umumnya defek kecil sulit dipastikan dengan ekokardiografi. Ruang jantung dan arteri besar normal. dengan Doppler dan Doppler berwarna dapat diperlihatkan arus abnormal dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Defek Septum Ventrikel Sedang Dengan Tahanan Vaskular Paru Normal Pada defek ini ukuran defek berdiameter kurang dari setengah diameter orificium aorta dan adanya perbedaan tekanan sistolik antara kedua ventrikel. Pada defek sedang ini terjadi pirau kiri ke kanan yang cukup besar. Pirau yang cukup besar ini akan diteruskan ke a.pulmonalis, akibatnya terjadi peningkatan aliran darah ke paru, demikian pula darah yang kembali ke atrium kiri akan bertambah; akibatnya atrium kiri melebar dan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan dilatasi. Dengan pertumbuhan pasien, maka dapat terjadi beberapa kemungkinan, yakni: defek mengecil, sehingga pirau kiri ke kanan berkurang. Pasien biasanya tampak membaik. defek menutup terjadi stenosis infundibular sehingga pirau kiri ke kanan berkurang defek tetap besar dengan pirau dari kiri ke kanan berlanjut, menyebabkan tekanan yang selalu tinggi pada sirkulasi paru.
20
Manifestasi klinis: Pada saat lahir dan beberapa hari sesudahnya bayi masih tampak normal. pirau kiri ke kanan mulai terjadi sekitar umur 2-6 minggu, sehingga gejala umumnya terlihat setelah umur tersebut. Bayi menjadi takipne dengan toleransi latihan menurun, yang dapat dilihat dengan berkurangnya kemampuan untuk minum terus-menerus selama waktu tertentu. Setelah beberapa menit minum, bayi menjadi capek, takipne, dispne dengan retraksi sela iga, suprasternal, dan epigastrium dengan atau tanpa napas cuping hidung. Segera terlihat pula pertumbuhan bayi terlambat. Dan pasien seringkali menderita infeksi paru yang memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh. Pada pemeriksaan fisis tampak bayi dengan berat badan yang berkurang untuk umurnya dengan takipne dan/tanpa dispne. Hiperaktivitas ventrikel kiri dapat diraba. Getaran bising mungkin teraba seperti pada defek kecil. Bunyi jantung II tidak teraba. Pada auskultasi bunyi jantung I dan II normal. Terdengar bising pansistolik, kasar di sela iga bawah tepi kiri sternum, yang menjalar ke sepanjang sternum bahkan mungkin sampai ke punggung. Getaran bising/thrill dapat teraba dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri, yang menjalar ke seluruh prekordium. Bising pada defek septum ventrikel sedang merupakan salah satu bising yang paling keras di bidang kardiologi. Dapat terdengar pula diastolic flow murmur di apeks akibat banyaknya darah dari atrium kiri yang melintasi katup mitral saat diastolic. Dapat terjadi gagal jantung dengan irama derap, ronki basah di basal paru, dengan atau tanpa tanda bendungan vena sistemik. Edema palpebra dapat terlihat, tetapi edema tungkai biasanya tidak ada pada bayi kecil dengan gagal jantung. Foto rontgen dada: Tampak kardiomegali akibat hipertrofi ventrikel kiri. Dilatasi atrium kiri sulit dilihat pada foto AP. Corakan vaskular paru jelas bertambah. Jantung kanan relative normal. Elektrokardiografi: EKG hampir selalu memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri, tetapi pembesaran atrium kiri lebih jarang ditemukan.
21
Ekokardiografi: Ekokardiografi 2D dapat mudah mendeteksi defek septum ventrikel sedang. Disamping besarnya, lokasi defek juga dapat ditentukan dengan akurat. Doppler memperlihatkan pirau kiri ke kanan melalui defek. Defek Septum Ventrikel Besar Dengan Hipertensi Pulmonal Ringan Sampai Sedang Hemodinamik Ukuran defek septum ventrikel kira-kira sebesar orificium aorta. Pasien dengan defek besar mengalami pirau kiri ke kanan yang hebat, sedangkan tekanan di ventrikel kanan dan a.pulmonalis mendekati tekanan sistemik. Di samping beban volume, ventrikel kanan juga mengalami beban tekanan. Ini sering merupakan stadium awal dari hipertensi pulmonal yang ireversibel. Manifestasi klinis: Gejala pasien golongan ini sama dengan golongan terdahulu, hanya lebih berat. Toleransi latihan buruk, infeksi saluran pernapasan berulang lebih sering, pertumbuhan lebih terganggu, dan gagal jantung sering dijumpai. Pada palpasi teraba hiperaktivitas ventrikel kiri (karena adanya peningkatan volume overload pada ventrikel kiri) dengan atau tanpa hiperaktivitas ventrikel kanan, pulmonary tapping, dan pada 50% kasus teraba getaran bising. Pada bayi mungkin akan sulit membedakan antara hiperaktivitas dari ventrikel kanan atau kiri. Auskultasi serupa dengan defek sedang, hanya bunyi jantung II mengeras akibat tingginya tekanan a.pulmonalis dan adanya splitting. Bising pada defek ventrikel besar ini sering tidak memenuhi seluruh fase systole (pansistolik murmur), seperti pada defek septum ventrikel sedang, tetapi melemah pada akhir fase sistole. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan ventrikel kanan akibat peningkatan resistensi vaskular paru sehingga terjadi tekanan sistolik yang sama besarnya pada kedua ventrikel pada akhir systole. Elektrokardiogram: Sering ditemukan hipertrofi biventrikular. Mungkin juga terlihat pembesaran atrium kiri, sedangkan pembesaran atrium kanan lebih jarang didapatkan.
22
Foto rontgen dada: Kardiomegali tampak lebih jelas. Pada foto AP dan lateral dapat dilihat pelebaran ventrikel kiri, ventrikel kanan, atrium kiri, dan mungkin juga atrium kanan. Segmen pulmonal jelas menonjol dengan corakan vaskular paru sangat meningkat.
Gambar 8. Foto rontgrn dada dengan kardiomegali
Defek Septum Ventrikel Besar Dengan Resistensi Vaskular Paru Tinggi(Obstruksi Vaskular Paru) Hemodinamik Sebagian pasien defek septum ventrikel besar dengan hipertensi pulmonal ringan-sedang akan menjadi resistensi vaskular paru yang tinggi sehingga menjadi hipertensi pulmonal yang ireversibel. Jarang sekali pasien mengalami obstruksi vaskular paru tanpa melalui fase hiperkinetik/ringan-sedang. Pirau kiri ke kanan yang semula besar, dengan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, akan berkurang. Bila tekanan ventrikel sama dengan tekanan sistemik, maka tidak terjadi pirau sama sekali, bahkan dapat terjadi pirau terbalik (sindrom Eisenmenger). Manifestasi klinis: Biasanya pasien mengalami fase hipertensi pulmonal ringan-sedang/hiperkinetik dengan toleransi latihan menurun, gangguan
23
tumbuh kembang, infeksi saluran napas berulang serta mungkin gagal jantung. Dengan meningkatnya tahanan vaskular paru, tekanan a.pulmonalis meningkat sehingga pirau kiri ke kanan berkurang. Keluhan pasien berkurangnya infeksi saluran napas berkurang, demikian takipne dan dispne. Toleransi latihan menjadi lebih baik. Dengan berlanjutnya kerusakan vaskular paru, akhirnya terjadi pirau terbalik, dari kanan ke kiri, sehingga pasien sianotik. Dalam tahapan ini kembali pasien memperlihatkan toleransi latihan yang menurun, batuk berulang, dan infeksi saluran pernapasan berulang dan gangguan pertumbuhan yang makin berat. Pada pemeriksaan klinis biasanya ditemukan pasien dengan gizi kurang, sianotik, jari-jari tabuh, deformitas dada yang jelas akibat pembesaran ventrikel kanan yang berat, dengan aktivitas ventrikel kiri yang tidak begitu hebat. Aktivitas ventrikel kanan sangat meningkat yang teraba di tepi kiri bawah sternum atau di sekitar xifoid. Pulmonary tapping teraba di tepi kiri sternum atas. Bunyi jantung I dapat mengeras atau normal, sedangkan bunyi jantung II sangat mengeras atau normal, sedangkan bunyi jantung II sangat mengaras dengan split sempit, bahkan dapat terdengar tunggal. Bising yang terdengar adalah bising sistolik ejeksi di tepi kiri sternum bawah atau tengah, dengan intensitas yang tidak begitu kuat (tanpa getaran bising). Biasanya bising mid diastolic sudah tidak terdengar lagi, kecuali pada obstruksi vaskular paru yang sangat berat dapat terdengar bising diastolik dini akibat insufisiensi pulmonal (bising Graham-Steele). Foto rontgen dada: Kardiomegali biasanya berkurang bila di bandingkan dengan defek besar tanpa obstruksi vaskular paru, terutama akibat mengecilnya ventrikel kiri. Sebaliknya, pembesaran jantung kanan lebih hebat, yang nyata pada foto lateral. A.pulmonalis utama dan cabangnya mengalami dilatasi, tetapi pembuluh darah perifer berkurang (pruning).
24
Gambar 9. Kardiomegali biasanya berkurang bila di bandingkan dengan defek besar tanpa obstruksi vaskular paru
Elektrokardiogram: Rekaman elektrokardiogram menggambarkan perubahan akibatnya berkurangnya pirau kiri ke kanan dan bertambahnya tekanan di jantung kanan. Tampak hipertrofi ventrikel kanan yang dominan, sedangkan hipertrofi ventrikel kiri berkurang di bandingkan pada saat fase hipertensi pulmonal hiperkinetik. Pembesaran atrium kanan sering terlihat. Sumbu QRS cenderung untuk deviasi ke kanan.
1.4.6 Diagnosis A. Gejala Klinis VSD adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik, dikenal juga dengan left-to- right shunt, jadi tidak ada tanda-tanda sianosis. Gejala klinis dan gangguan fungsi jantung pada VSD bergantung pada besarnya defek, keadaan vaskularisasi pulmoner, derajat shunt, dan lokasi defek. Gejala- gejala VSD, antara lain: VSD dengan defek yang kecil biasanya tidak bergejala. Terjadi respiratory distress dan takipnea ringan. Pada VSD yang moderat, kulit dan menjadi pucat dan diaforetik, dan dapat disertai dengan pneumonia atau infeksi saluran pernapasan bagian atas.
25
VSD yang disertai dengan komplikasi berupa hipertensi pulmonal dan shunt terbalik (Sindrom Eisenmenger), memiliki gejala klinis berupa sesak napas, nyeri dada, sinkop, hemoptisis, sianosis, clubbing finger, dan polisitemia.
B. Aspek Fisik dan Laboratorium Aspek fisik Tanda: murmur pansistolik/holosistolik (tergantung dari besar kecilnya defek) di sela iga III-IV parasternal kiri yang menyebar sepanjang parasternal dan apeks, aktivitas ventrikel kiri meningkat, dan dapat teraba thrill(turbulensi aliran darah yang teraba). Bunyi jantung normal, tetapi komponen pulmonal bunyi jantung kedua mengeras bila terjadi hipertensi pulmonal. Seorang bayi dengan VSD akan terhambat pertumbuhannya dan akan terlihat tachypnea (bernapas cepat). Pada aliran pirau yang besar, dapat terdengar bising mid-diastolik di daerah katup mitral akibat aliran yang berlebihan.Tanda-tanda gagal jantung kongestif dapat ditemukan pada bayi atau anak dengan aliran pirau yang besar. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan Sindrom Eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari-jari berbentuk tabuh, bahkan mungkin disertai tanda-tanda gagal jantung kanan. Laboratorium Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis VSD. Pemeriksaan laboratorium rutin (preoperatif), meliputi tes darah rutin, urin rutin, elektrolit serum, ureum, kreatinin, dan faktor-faktor koagulasi. Kadang-kadang, analisis gas darah preoperatif diperlukan jika terdapat desaturasi sistemik.
C. Pemeriksaan Radiologi Foto thorax Film polos dapat mengevaluasi ukuran jantung dan pembesaran ruang jantung. Pada proyeksi foto PA dada standar, rasio diameter jantung dengan diameter
26
interna maksimal dari dada harus tidak lebih besar dari 50% pada film dengan inspirasi penuh. Film saat ekspirasi dapat memberikan kesan yang salah tentang adanya kardiomegali dan kongesti pulmonal. Film pada posisi supine juga memberikan gambaran yang serupa. Macam-macam ekspertise yang dapat ditemukan pada VSD, antara lain: Karakteristik foto yang ditemukan pada VSD adalah kardiomegali terutama bagian kiri jantung, disertai tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner. Peningkatan aliran balik vena pulmonalis mengakibatkan terjadinya peningkatan volume pada atrium kiri dan ventrikel kiri, yang akhirnya berujung ke dilatasi kedua ruang jantung tersebut. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan batas jantung kiri berubah bentuk. Pembesaran atrium kiri lebih baik jika dilihat dari aspek lateral atau obliqus anterior sinistra, yang mana foto tersebut akan menunjukkan gambaran bulging sepanjang batas jantung posterior bagian atas, yang mengakibatkan pergeseran esophagus dan bronchus principalis sinistra. Jika defek yang terjadi besar, maka pembesaran biventricular akan terjadi.
Gambar 10. Foto thorax PA menunjukkan pembesaran jantung yang lebih dominan pada bagian kiri dan peningkatan vaskularisasi pulmoner
27
Gambar 11. Foto lateral menunjukkan pembesaran atrium kiri
Pada VSD, moderate left-to-right shunt, foto thorax PA menunjukkan kardiomegali,arteri pulmonalis menonjol, aorta menjadi kecil, dan terdapat tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner. Hal ini dapat terjadi karena darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir kembali ke ventrikel kanan. Atrium kiri yang menampung darah dari vena pulmonalis yang jumlahnya banyak, akan melebar dari biasa dan dapat mengalami dilatasi. Akibatnya, otot-otot ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi. Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadi dari kanan ke kiri bila terjadi kelainan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu pembuluh darah paru lumennya menjadi sempit terutama di bagian perifer. Hal ini berakibat tekanan di arteri pulmonalis menjadi tinggi. Tekanan di ventrikel kanan juga meninggi. Bila tekanan di ventrikel kanan menadi lebih tinggi daripada tekanan di ventrikel kiri, maka terjadilah pembalikan arah kebocoran menjadi right-to-left shunt. Perubahan arah kebocoran ini menyebabkan penderita menjadi sianosis, sesuai dengan gejala-gejala Eisenmenger. Foto oblique anterior dextra menunjukkan pergeseran esophagus ke posterior, yang menandakan adanya dilatasi atrium kiri disertai tanda-tanda pembesaran biventricular.
28
Gambar 12. Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, arteri pulmonalis menonjol, dan terdapat tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner
Gambar 13.Foto oblique anterior dextra menunjukkan pergeseran esophagus ke posterior, yang menandakan adanya dilatasi atrium kiri disertai tanda-tanda pembesaran biventricular
29
Pada VSD, large left-to-right shunt, foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, dengan apeks jantung melebar sampai ke dinding thorax kiri. Peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru, dan arteri pulmonalis menonjol. Ada kemungkinan terdapat air trapping pada lapangan paru. Foto oblique anterior dextra dan barium meal menunjukkan kompresi esophagus oleh atrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium kiri.
Gambar 14.Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, dengan apeks jantung melebar sampai ke dinding thorax kiri.Peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru, dan arteri pulmonalis menonjol. Pasien ini telah melakukan sternotomi
30
Gambar 15.Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali disertai tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru.Air trapping tampak pada lobus medial pulmo dextra
Gambar 16. Foto oblique anterior dextra dan barium meal menunjukkan kompresi esophagus oleh atrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium kiri
31
Gambar 17. Foto PA: tampak pelebaran pembuluh darah paru-paru, terutama hilus kanan. Cor membesar CTR 58%, aorta kecil, pinggang jantung rata dengan penonjolan arteri pulmonalis dan aurikel atrium kiri CT-Scan Berbagai penggunaan CT yang relevan antara lain untuk mengevaluasi lebih lanjut dan mendiagnosis aneurisma torasika diseksi, efusi perikardium, dan tumor miokardium. Akhir akhir ini penggunaan CT noninvasif adalah dengan menghitung deposit kalsium total pada arteri koroner sehingga mampu memberikan nilai prediksi pada penyakit arteri koroner. CT-Scan juga dapat menunjukkan gambaran kardiomegali, pembesaran atrium dan ventrikel, dan peningkatan vaskuler paru.
32
Gambar 18. Gambaran VSD pada CT-Scan
Ultrasonografi Pemeriksaan ekokardiografi dan doppler dapat menunjukkan berbagai kelainan anatomis dan gangguan yang menyertainya serta membantu dalam memeriksa katup yang inkompeten dan stenotik serta fungsi ventrikel; ekokardiografi juga dapat mendiagnosis aneurisma arkus aorta; aneurisma diseksi; kardiomiopati, dan efusi perikardium. Echocardiography juga dapat digunakan untuk menunjukkan tipe dan jumlah defek pada septum interventricularis. VSD tipe perimembranus dapat dilihat dari kerusakan septum pada daerah setelah valve triskuspidal dan di bawah batas annulus aorta. Keakuratan alat ini sangat tinggi, jarang menimbulkan positif palsu dan negatif palsu.
33
Gambar 19. Pemeriksaan Echocardiographic dari ventricular septal defects (VSDs).
Gambar 20. A. Echocardiographic image from subcostal view demonstrating VSD just under the aortic valve. B. Same image with color Doppler demonstrating flow into the right ventricle across the VSD (orange color) and flow out the left ventricular outflow tract (blue color).
34
Magnetic resonance imaging (MRI) MRI mampu menghentikan siklus jantung untuk mengurangi artefak artefak yang bergerak. Alat ini dapat memeriksa jantung pada tiap bidang dan sangat bermanfaat pada berbagai situasi klinis termasuk efusi perikardium, hipertrofi kardiomiopati, dan penyakit jantung kongenital dan valvular. Gambar jantung yang dihasilkan pada alat ini yaitu: dindingnya tampak abu- abu, atrium dan ventrikel tampak hitam. Jaringan lemak tampak putih. Pada potongan melintang orang dapat mengetahui tebalnya dinding jantung pada waktu diastolik. juga atrium dan ventrikel dapat diukur lebarnya. Kelainan jantung seperti stenosis aorta, defek septum, stenosis trikuspid dan mitral serta aneurisma aorta dapat dengan mudah diketahui. Dengan alat MRI berkekuatan 3 T saat ini, dapat diperiksa pembuluh darah jantung, sehingga pemeriksaan kateterisasi jantung nantinya akan di tinggalkan bila untuk screening ada atau tidaknya stenosis pembuluh darah koroner. Magnetic resonance angiography (MRA) memiliki kemampuan untuk menyediakan metode pencitraan noninvasif pada berbagai kelainan vaskular seperti aneurisma, diseksi, stenosis, oklusim, dan kelainan kongenital. Keakuratan diagnosis dengan MRI hampir 90% untuk kelainan dari hubungan arterioventricular. untuk kelainan pembuluh darah besar seperti koarktasi, VSD dan ASD dan kelainan dari penghubung vena. Hasil positif palsu dan negatif palsu yang berhubungan dengan VSD jarang terjadi dengan MRI.
Angiografi Hemodinamik dari VSD kemungkinan bisa di tunjukkan dengan cara kateter jantung. Kateterisasi biasanya dilakukan hanya di bawah kondisi berikut: (1) ketidakpastian tetap tentang ukuran shunt, setelah evaluasi klinis yang komprehensif, (2) data laboratorium tidak cocok dengan temuan klinis, atau (3) curiga penyakit pembuluh darah pulmonary. Oksimetri menunjukkan peningkatan kadar oksigen dalam ventrikel kanan, karena dengan beberapa defek, darah dikeluarkan hampir secara langsung ke arteri pulmonalis (fenomena yang dikenal sebagai streaming). Secara garis kecil, VSD restriktif berhubungan dengan tekanan jantung kanan yang normal dan resistensi pembuluh darah paru. Secara
35
garis Besar, VSD nonrestrictive berhubungan dengan paru yang sama atau dekat- sama dan tekanan sistolik sistemik. Aliran darah paru mungkin 2-4 kali lebih besar daripada aliran darah sistemik. Pada pasien dengan VSD nonrestrictive yang memiliki hipertensi pulmonal hiperdinamik, resistensi pembuluh darah paru meningkat. Jika ada sindrom Eisenmenger, sistolik arteri paru dan tekanan diastolik meningkat, tingkat dari L-R shunt adalah minimal, dan desaturasi darah diventrikel kiri ditemui. Ukuran, lokasi, dan jumlah defek ventrikel ditunjukkan oleh ventriculography kiri. Media kontras melewati seluruh defek atau defek menjadi opak pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Tingkat kepercayaan untuk angiografi tinggi pada VSD, dan hasil positif palsu dan negatif palsu jarang terjadi.
1.4.7. Diagnosis Banding Sekitar 70% dari penyakit jantung bawaan bersifat asianotik, yang paling sering antara lain: defek septum ventrikel (VSD), paten duktus arteriosus (PDA), defek septum atrial (ASD), dan stenosis pulmonal. Perbandingan keempat penyakit jantung bawaan tersebut, sebagai berikut: Tabel 1. Diagnosis banding pada VSD Uraian VSD PDA ASD Stenosis Pulmonal Gejala klinis
Asianotik, murmur pansistolik yang terdengar pada linea sternalis kiri bawah
Asianotik, murmur kontinyu yang terjadi karena variasi ritme dari perbedaan tekanan darah selama siklus jantung. Murmur Asianotik, murmur sistolik yang terdengar pada ICS II kiri dan murmur mid-diastolik yang Asianotik, murmur sistolik pada linea sternalis kiri atas
36
terdengar pada daerah sternum kiri atas. Pulsus celer (+)
terdengar pada daerah sternum kanan bawah Bentuk jantung pada gambaran radiologi
Kardiomegali, dengan penonjolan arteri pulmonalis dan dilatasi atrium kiri dan ventrikel kiri
Kardiomegali, dengan pelebaran arteri pulmonalis, arcus aorta tampak normal, aorta descendens mengecil, dan dilatasi atrium dan ventrikel kiri Kardiomegali, dengan penonjolan arteri pulmonalis, dilatasi ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri normal
Kardiomegali, dengan dilatasi pada atrium dan ventrikel kanan, arteri pulmonalis menonjol, dan aorta mengecil Corakan vaskuler
Bertambah Bertambah Sangat melebar Berkurang dan tampak kecil- kecil
1.4.8. Penatalaksanaan Pertama-tama setelah diagnosis VSD ditegakkan, secara kualitatif besar aliran pirau dapat ditentukan dengan petunjuk Klinis, Elektrokardiografi, dan Radiologi (KER). Penanganan VSD dapat meliputi penanganan konservatif maupun pembedahan.VSD dengan defek yang kecil dapat tertutup dengan sendirinya, seiring dengan semakin berkembangnya jantung, dan dalam beberapa kasus ditangani secara konvensional. Penanganan pertama VSD pada bayi yang disertai gagal jantung (biasanya KER: MB sampai B) adalah dengan memberikan terapi konservatif, berupa
37
kardiak glikosida (contoh: digoxin 10-20 g/kgBB/hari), loop diuretik (contoh: furosemide 1-3 mg/kgBB/hari), dan ACE Inhibitors (contoh: captopril 0,5-2 mg/kgBB/hari). Bila gagal jantung tidak dapat teratasi dengan medikamentosa dan pertumbuhan terlihat terhambat maka sebaiknya dilakukan tindakan paliatif bedah pulmonary artery binding untuk mengurangi aliran yang berlebih ke paru atau langsung penutupan VSD bila berat badan anak mengizinkan. Hal ini tentunya bergantung pada pengalaman dan kemampuan pusat bedah jantung setempat. Bila gagal jantung dapat teratasi dan anak tumbuh baik, maka kateterisasi jantung dan bedah penutupan VSD dilakukan setelah anak berumur 2- 4 tahun (kemungkinan nilai KER menetap atau menurun). Untuk nilai KER MK sampai K hanya perlu observasi sebulan sekali bila usia kurang dari satu tahun dan tiap enam bulan bila usia lebih dari satu tahun. Mungkin KER bertambah, terutama pada usia kurang dari satu tahun setelah tahanan paru menurun, sehingga perlu ditatalaksana seperti KER MB sampai B. Bila KER menetap maka kateterisasi jantung dapat ditunda sampai usia 3-4 tahun dan bila KER menurun dapat ditunda sampai 7-8 tahun. Dalam perjalanannya, penutupan spontan dapat terjadi pada beberapa tipe VSD (tipe muskuler dan perimembranus). Dalam observasi kasus VSD, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya prolapse katup aorta, hipertrofi infundibulum atau hipertensi pulmonal. Pada keadaan ini, kemungkinan nilai KER dapat menurun. Bila kelainan-kelainan tersebut terjadi, maka tindakan kateterisasi dan bedah penutupan VSD perlu dipercepat. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal yang disertai dengan penyakit vaskuler paru (irreversible), maka bedah penutupan VSD tidak dianjurkan lagi. Bila ada prolaps katup aorta dan regurgitasi katup aorta yang berat maka mungkin juga perlu dilakukan penggantian katup. Pencegahan terhadap endocarditis infektif pada setiap tindakan bedah minor (misalnya cabut gigi) perlu dilakukan pada setiap kasus VSD.
38
1.4.9. Prognosis Prognosis penyakit ini bergantung pada besarnya defek yang terjadi. Dari seluruh kasus VSD yang tercatat pada bayi-bayi usia satu bulan, 80% menutup secara spontan. Penutupan spontan defek septum ventrikel bergantung pada besarnya defek, anatomi, dan umur pasien. Penutupan spontan paling sering terjadi pada usia satu tahun dan dengan kerusakan yang kecil. Mortalitas yang terjadi akibat riwayat penyakit VSD menunjukkan bahwa 27% pasien meninggal pada usia 20 tahun, 53% pada usia 40 tahun, dan 69% pada usia 60 tahun. Pada penyakit-penyakit VSD tanpa komplikasi, tingkat mortalitas saat dilakukan tindakan operasi mendekati 0%. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada VSD yang multiple, hipertensi pulmonal, dan diikuti dengan anomali-anomali yang lain. Ketika tindakan operasi dilakukan sebelum usia dua tahun, usia harapan hidup akan baik, dan pasien mempunyai ukuran dan fungsi ventrikel yang normal, sehingga dapat menjalani kehidupan yang normal. Angka harapan hidup pada pasien yang telah diintervensi dengan terapi bedah dan konservatif (setelah 25 tahun) adalah 87%, motalitas meningkat dengan semakin beratnya VSD.
39
DAFTAR PUSTAKA 1. Luhulima, JW. Anatomi systema kardiovaskuler. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. h. 13-5. 2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996. h. 256-62. 3. Price, Sylvia A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC; 2005. h. 517-22 4. Usman A. Kelainan Kardiovaskular. Dalam: Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta:Badan Penerbit IDAI;2008.p.31-9. 5. Clark EB, Mierop LHS. Development of The Cardiovasvular System. In: Moss and Adams: Heart Disease in Infants, Children, and adolescents. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.p.2-23. 6. Wiknjosastro, Gulardi H. 2005. Fisiologi Janin. Dalam: Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka-SP, Jakarta: 157 164. 7. Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 1928. 8. Graham TP, Brender H, Spach M. Ventricular Septal Defect. In: Moss and Adams: Heart Disease in Infants, Children, and adolescents. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.p.189-209. 9. Madiyono B. Rahayuningsih SE, Sukardi R. Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak. UKK Kardiologi IDAI. Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia;2005.p.1-8. 10. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook Of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders; 2007.p.1851-7; 1888-90. 11. Roebiono, Poppy S. 2003. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Diunduh dari: http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2454.pdf. [Diakses Desember-25-2013]. 12. Rudolph A. Congenital Disease of The Heart. 3rd ed.UK: Wiley- Blackwell; 2009.p.148-51. 13. Milliken JC, Galovich J. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2013 dec 25]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/162692-print 14. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al, editors. Harrisons principles of internal medicine 17thed. New York: McGraw Hill, Health Professions Division; 2008.
40
15. Rilantono LI. Defek septum ventrikel. Dalam: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK, Roebiono PS, editor. Buku ajar kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1996. h. 232-5. 16. Wikipedia. Ventricular septal defect [online]. 2013[cited 2013 Dec 285. Available from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defect 17. Koenig P, Hijazi ZM, Zimmerman F. Essential Pediatric Cardiology. United States: McGraw-Hill;2004.p.123-6. 18. Hoffman JE. The Natural and Unnatural History of Congenital Heart Disease. UK: Wiley-Blackwell; 2009.p.183-6. 19. Lisa C, Wahab SA. Dalam: Kardiologi Anak Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak Sianotik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.p.37- 67. 20. McMahon C, Singleton E. Plain radiographic diagnosis of congenital heart disease [online]. 2009 [cited 2010 Dec 28]. Available from: URL: http://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htm 21. John SD, Swischuk LE. Pediatric chest. In: Brant WE, Helms CA, editors. Fundamentals of diagnostic radiology 2nd ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2007. p. 1261-3,8. 22. Purwohudoyo SS. Sistem kardiovaskuler. Dalam: Ekayuda I, editor. Radiologi diagnostik edisi kedua. Jakarta: Divisi Radiodiagnostik, Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. h. 184-91. 23. Ammash Naser. Ventricular septal defect in adults. America; American College of PhysiciansAmerican Society of Internal Medicine.2001.p.818 24. Mcdaniel, Nancy. Ventricular and atrial septal defects. Chicago:American academy of pediatrics.2001.p.266 25. Patel, Pradip R. Lecture notes Radiologi edisi kedua. Jakarta: Erlangga. 2006. hal:65-8