You are on page 1of 16

laporan pendahuluan Ulkus Kornea

Laporan Pendahuluan
Ulkus Kornea
A. Konsep Dasar
1. Anatomi dan Fisiologi
Kornea merupakan membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata.
Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara
kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal
sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan
endotel. iantara epitel dan stroma terdapat lapisan atau membran !o"man dan diantara
stroma dan endotel terdapat membran descemet.
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea de"asa rata#rata mempunyai tebal $,%&
mm di tengah, sekitar $,'% di tepi, dan diameternya sekitar ((,% mm dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda#beda) lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungti*a bulbaris), lapisan !o"man, stroma, membran
escement, dan lapisan endotel. !atas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan re+raksi sebesar , &3 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
Kornea terdiri dari % lapisan dari luar kedalam)
(. -apisan epitel
a. .ebalnya %$ /m , terdiri atas % lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih0 satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan
macula okluden0 ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
c. 1el basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. !ila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
d. 2pitel berasal dari ectoderm permukaan.
3. 4embran !o"man
a. .erletak diba"ah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
b. -apis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. 5aringan 1troma
.erdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian peri+er serat
kolagen ini bercabang0 terbentuknya kembali serat kolagen memakan "aktu lama yang
kadang#kadang sampai (% bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
+ibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. iduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
&. 4embran escement
a. 4erupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
b. !ersi+at sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal &$ /m.
%. 2ndotel
a. !erasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 3$#&$ mm. 2ndotel
melekat pada membran descement melalui hemidosom dan 6onula okluden.
b. Kornea dipersara+i oleh banyak sara+ sensorik terutama berasal dari sara+ siliar longus,
sara+ nasosiliar, sara+ ke 7, sara+ siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran !o"man melepaskan selubung 1ch"annya. !ulbus
Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. aya regenerasi sara+ sesudah dipotong
di daerah limbus terjadi dalam "aktu 3 bulan.
2. Definisi
8lkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian jaringan
kornea. (9ri+ mansjoer, KK,).
8lkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya in+iltrat
supurati+ disertai de+ek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. 8lkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. 8lkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang
tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti
desmetokel, per+orasi, endo+talmitis.
3. Etiologi
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan
tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. 8lkus kornea merupakan
hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. 8lkus biasanya
terbentuk akibat in+eksi oleh bakteri (misalnya sta+ilokokus, pseudomonas, atau
pneumokokus), jamur *irus (misalnya herpes) atau proto6oa akantamuba, selain itu ulkus
kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen *askuler.
Kekurangan *itamin 9 atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup
secara sempurna dan melembabkan kornea). :aktor resiko terbentuknya antara lain
adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.
Penyebab ulkus kornea antara lain sebagai berikut )
(. ;n+eksi bakteri
!akteri yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah 1treptokokus al+a hemolitik,
1ta+ilokokus aureus, 4ora<ella likue+asiens, Pseudomonas aeroginosa, =ocardia
asteroids, 9lcaligenes sp, 1treptokokus anaerobic, 1treptokokus beta hemolitik,
2nterobakter ha+niae, Proteus sp, 1ta+ilokokus epidermidis, in+eksi campuran 2rogenes
dan 1ta+ilokokus aureus.
3. ;n+eksi jamur
isebabkan oleh >andida, :usarium, 9spergilus, >ephalosporium, dan spesies mikosis
+ungoides.
3. ;n+eksi *irus
&. 8lkus kornea oleh *irus herpes simple< cukup sering dijumpai. !entuk khas dendrit
dapat diikuti oleh *esikel#*esikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. 8lkus dapat juga terjadi pada bentuk disi+orm bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. ;n+eksi *irus lainnya *aricella#6oster, *ariola, *acinia (jarang).
%. e+isiensi *itamin 9
8lkus kornea akibat de+isiensi *itamin 9 terjadi karena kekurangan *itamin 9 dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun peman+aatan oleh tubuh.
'. -agophtalmus akibat parese =. 7;; dan =.;;;
?. .rauma yang merusak epitel kornea (,3
@. ;diopatik
4isalnya) 8lkus 4ooren adalah suatu ulkus menahun super+isial yang dimulai dari tepi
kornea, dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresi+ tanpa kecenderungan
per+orasi
:aktor penyebabnya antara lain)
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insu+isiensi air mata, sumbatan
saluran lakrimal), dan sebagainya
b. :aktor eksternal, yaitu ) luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan
lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
c. Kelainan#kelainan kornea yang disebabkan oleh ) oedema kornea kronik, e<posure#
keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) 0 keratitis karena de+isiensi *itamin 9,
keratitis neuroparalitik, keratitis super+isialis *irus.
d. Kelainan#kelainan sistemik0 malnutrisi, alkoholisme, sindrom 1te*ens#5honson, sindrom
de+isiensi imun. bat#obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya )
kortikosteroid, ;8, anestetik lokal dan golongan imunosupresi+(.
&. Manifestasi Klinis
.anda dan gejala 8lkus Kornea yang mungkin timbul)
a. !intik bulat ber"arna putih atau abu#abu pada kornea
. 4ata berair (epi+ora)
!. 4ata yang gatal
d. =yeri mata
e. Pembengkakan kelopak mata
f. Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada bagian putih mata, yang menyebabkan
mata terlihat merah (mata merah)
g. Penglihatan kabur
h. 1ensiti+ terhadap cahaya
Aejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat ber*ariasi, tergantung dari
penyebab dari ulkus itu sendiri. Aejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrirn oleh
karena paparan terhadap ner*us, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri,
kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan +otopobia. Basa sakit mi diperhebat
oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai
sembuh. Karena kornea ber+ungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas
cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di
pusat. :otopobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit.
ilatasi pembuluh darah 4s adalah +enomena re+leks yang disebabkan iritasi pada ujung
sara+ kornea. :otopobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada
keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda
diagnostik berharga. 4eskipun berairmata dan +otopobia umunnya menyertai penyakit
kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
.anda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan de+ek pada epitel yang
nampak pada pe"arnaan +luoresen. !iasanya juga terdapat tanda#tanda u*eitis anterior
seperti miosis, aCueus +lare (protein pada humor aCueus) dan kemerahan pada mata.
Be+leks a<on berperan terhadap pembentukan u*eitis, stimulasi reseptor nyeri pada
kornea menyebabkan pelepasan mediator in+lamasi seperti prostaglandin, histamine dan
asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda#tanda in+lamasi
pada kelopak mata dan konjungti*a, injeksi siliaris biasanya juga ada. 2ksudat purulen
dapat terlihat pada sakus konjungti*a dan pada permukaan ulkus, dan in+iltrasi stroma
dapat menunjukkan opasitas kornea ber"arna krem. 8lkus biasanya berbentuk bulat atau
o*al, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda#
tanda iritis dan hipopion.
". Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu
dan tidak ada pembuluh darah. !iasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari
kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Dleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.
Patologi ulkus kornea tanpa per+orasi dibagi dalam & :ase )
a. :ase ;n+iltrasi Progresi+
Karakteristik dari tingkat ini aialah in+iltrasi sel sel P4= dan atau lim+osit ke dalam
epitel dari sirkulasi peri+er. 1elanjutnya dapat terjadi nekrosis dari jaringan yang terlibat
bergantung *irulensi agen dan pertahanan tubuh host.
b. :ase 8lserasi 9kti+
8lserasi akti+ merupakan hasil dari nekrois dan pengelupasan epitel, membran !o"man,
dan stroma yang terlibat. 1elama +ase ulserasi akti+ terjadi hiperemia yang mengakibatkan
akumulasi eksudat purulen di kornea. 5ika organisme penyebab *irulensinya tinggi atau
pertahanan tubuh host lemah akan terjadi penetrasi yang lebih dalam selama +ase ulserasi
akti+.
c. :ase Begresi
Begresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural (antibodi humoral dan pertahanan
seluler) dan terapi yang memperbesar respon host normal. Aaris batas yang merupakan
kumpulan leukosit mulai timbul di sekitar ulkus, lekosit ini menetralisir bahkan
mem+agosit organisme debris seluler. Proses ini disertai *askularisasi super+isial yang
yang meningkatkan respon imun humoral dan seluler. 8lkus mulai menyembuh dan epitel
mulai tumbuh dari tepi ulkus.
d. :ase 1ikatrisasi
Pada +ase ini penyembuhan berlanjut dengn epitelisasi progresi+ yang membentuk sebuah
penutup permanen. i ba"ah epitel baru terbentuk jaringan +ibrosa yang sebagain berasal
dari +ibroblas kornea dan sebagian lagi berasal dari sel endotel pembuluh darah baru.
1troma menebal dan mendorong permukaan epitel ke anterior. erajat sikatrik ber*ariasi,
jika ulkus sangat super+isial dan hanya melibatkan epitel maka akan menyembuh
sempurna tanpa bekas. 5ika ulkus melibatkan memran !o"man dan sedikit lamela stroma
super+icial maka akan terbentuk sikatrik yang disebut EnebulaF. 9pabila ulkus melibatkan
hingga lebih dari sepertiga stroma akan membentuk EmakulaFdan EleukomaF.
#. Klasifikasi
!erdasarkan lokasi , dikenal ada 3 bentuk ulkus kornea , yaitu )
a. 8lkus Kornea 1entral
(. 8lkus Kornea !akterialis
8lkus 1treptokokus ) Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). 8lkus be"arna kuning keabu#abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus
yang menggaung. 8lkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan per+orasi kornea,
karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
8lkus 1ta+ilokokus ) Pada a"alnya berupa ulkus yang be"arna putih kekuningan disertai
in+iltrat berbatas tegas tepat diba"ah de+ek epitel. 9pabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan in+iltrasi sel leukosit. Galaupun
terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
8lkus Pseudomonas ) -esi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan per+orasi kornea dalam "aktu &@ jam. gambaran berupa ulkus yang
ber"arna abu#abu dengan kotoran yang dikeluarkan ber"arna kehijauan. Kadang#kadang
bentuk ulkus ini seperti cincin. alam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.
8lkus Pneumokokus ) .erlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. .epi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut 8lkus 1erpen. 8lkus terlihat dengan in+iltrasi sel yang penuh
dan ber"arna kekuning#kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat
ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. 8lkus ini selalu di
temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang
terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
3. 8lkus Kornea :ungi
4ata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan in+eksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat
bercak putih dengan "arna keabu#abuan yang agak kering. .epi lesi berbatas tegas
irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. .erlihat suatu
daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit#satelit
disekitarnya...ukak kadang#kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
in+eksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. apat terjadi
neo*askularisasi akibat rangsangan radang. .erdapat injeksi siliar disertai hipopion.
3. 8lkus Kornea 7irus
8lkus Kornea Herpes Ioster ) !iasanya dia"ali rasa sakit pada kulit dengan perasaan
lesu. Aejala ini timbul satu (#3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
*esikel kulit dan edem palpebra, konjungti*a hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
in+iltrat subepitel dan stroma. ;n+iltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda
dengan dendrit herpes simple<. endrit herpes 6oster ber"arna abu#abu kotor dengan
+luoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan in+eksi sekunder.
8lkus Kornea Herpes simple< ) ;n+eksi primer yang diberikan oleh *irus herpes simple<
dapat terjadi tanpa gejala klinik. !iasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar
yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul
dengan bentuk dendrit atau bintang in+iltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. .erdapat pembesaran kelenjar preaurikel. !entuk dendrit herpes
simple< kecil, ulcerati+, jelas di"arnai dengan +luoresin dengan benjolan diujungnya.
&. 8lkus Kornea 9canthamoeba
9"al dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
+oto+obia. .anda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan in+iltrat
perineural.
b. 8lkus Kornea Peri+er
8lkus 4arginal
8lkus marginal adalah peradangan kornea bagian peri+er dapat berbentuk bulat atau dapat
juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang
sehat dengan limbus. 8lkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering
dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. apat juga terjadi ebrsama#sama
dengan radang konjungti*a yang disebabkan oleh 4ora<ella, basil Koch Geeks dan
Proteus 7ulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap
makanan. 1ecara subyekti+0 penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun
disertai rasa sakit, lakrimasi dan +oto+obia. 1ecara obyekti+ ) terdapat ble+arospasme,
injeksi konjungti*a, in+iltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan ) Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga & hari, tetapi
dapat rekurens. 9ntibiotika diberikan untuk in+eksi sta+ilokok atau kuman lainnya.
isensitisasi dengan toksoid sta+ilokkus dapat memberikan penyembuhan yang e+ekti+
8lkus 4ooren
4erupakan ulkus yang berjalan progresi+ dari peri+er kornea kearah sentral. ulkus mooren
terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.
!anyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensiti*itas tuberculosis,
*irus, alergi dan autoimun. !iasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. 1ering
menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat
pada bagian yang sentral. Pengobatan degan steroid, radioterapi. :lep konjungti*a, rejeksi
konjungti*a, keratektomi dan keratoplasti.
Bing 8lcer
.erlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. i kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang#kadang
timbul per+orasi.8lkus marginal yang banyak kadang#kadang dapat menjadi satu
menyerupai ring ulcer. .etapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan
konjungti*itis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
$. Pemeriksaan Penun%ang
a. Kartu mataJ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )
b. Pengukuran tonogra+i ) mengkaji .;D, normal (% # 3$ mmHg
c. Pemeriksaan o+talmoskopi
d. Pemeriksaan arah lengkap, -2
e. Pemeriksaan 2KA
+. .es toleransi glukosa
&. Penatalaksanaan
8lkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti
*irus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien
dira"at bila mengancam per+orasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak
terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
(. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
5ika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
5angan memegang atau menggosok#gosok mata yang meradang
4encegah penyebaran in+eksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
!erikan analgetik jika nyeri
3. Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan konstitusi
Dleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari
normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergi6i, udara
yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung *itamin 9,
*itamin ! kompleks dan *itamin >. Pada ulkus#ulkus yang disebabkan kuman yang
*irulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan *aksin ti+oid $,( cc
atau ($ cc susu steril yang disuntikkan intra*ena dan hasilnya cukup baik. engan
penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 3K,%L>. 9kibat
kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi
lekas sembuh.
b. Pengobatan lokal
!enda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. -esi kornea sekecil
apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik#baiknya. Konjungtu*itis, dakriosistitis
harus diobati dengan baik. ;n+eksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat
lain harus segera dihilangkan.
;n+eksi pada mata harus diberikan )
(. 1ul+as atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sul+as atropine karena
bekerja lama (#3 minggu.
2+ek kerja sul+as atropine )
1edati+, menghilangkan rasa sakit.
ekongesti+, menurunkan tanda#tanda radang.
4enyebabkan paralysis 4. siliaris dan 4. konstriktor pupil.
engan lumpuhnya 4. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata
dalan keadaan istirahat. engan lumpuhnya 4. konstriktor pupil, terjadi midriasis
sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan
sinekia posterior yang baru
3. 1kopolamin sebagai midriatika.
3. 9nalgetik.
8ntuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi
jangan sering#sering.
Paracetamol and ibupro+en dapat menghilangkan rasa sakit dan mengurangi edem.& 9tau
dapat pula diberikan tetes mata pantokain atau tetrakain
&. 9ntibiotik
9nti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungti*a. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga
dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
a. 9ntibiotik topikal
.erapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensiti*itas) hendaknya diberikan
antibiotik spektrum luas. ianjurkan tetes mata gentamycin ((& mgJml) atau tobramycin
((&mgJml) bersama dengan cepha6oline (%$mgJml), setiap setengah hingga satu jam
untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam . 1etelah respon
yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat diganti dengan >ipro+lo<acin ($.3M),
D+lo<acin ($.3M), atau Aati+lo<acin ($.3M).
b. 9ntibiotik sistemik
!iasanya tidak diperlukan. 9kan tetapi, cephalosporine dan aminoglycoside atau oral
cipro+lo<acin (?%$ mg dua kali sehari) dapat diberikan pada kasus berat dengan per+orasi
atau jika sklera ikut terkena.
%. 9nti jamur
.erapi medika mentosa di ;ndonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi )
5enis jamur yang belum diidenti+ikasi penyebabnya ) topikal amphotericin ! (, 3, %
mgJml, .hiomerosal ($ mgJml, =atamycin N ($ mgJml, golongan ;mida6ole
5amur ber+ilamen ) topikal amphotericin !, thiomerosal, =atamicin, ;mida6ol
Bagi (yeast) ) amphotericin !, =atamicin, ;mida6ol
9ctinomyces yang bukan jamur sejati ) golongan sul+a, berbagai jenis anti biotik
'. 9nti 7iral
8ntuk herpes 6oster pengobatan bersi+at simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk in+eksi sekunder
analgetik bila terdapat indikasi.
8ntuk herpes simple< diberikan pengobatan ;8, 9B9#9, P99, inter+eron inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi in+eksi supurati+ karena dapat menghalangi
pengaliran sekret in+eksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang
bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
c. 8ntuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan )
(. Kauterisasi
engan 6at kimia ) ;odine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat 3$.
engan panas (heat cauterisasion) ) memakai elektrokauter atau termophore. engan
instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir
ulkus sampai ber"arna keputih#putihan.
3. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat#obat tidak menunjukkan perbaikan
dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan +lap
konjungti*a, dengan melepaskan konjungti*a dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh +lap konjungti*a ini dapat dilepaskan
kembali.
!ila seseorang dengan ulkus kornea mengalami per+orasi spontan berikan sul+as atropine,
antibiotik dan balut yang kuat. 1egera berbaring dan jangan melakukan gerakan#gerakan.
!ila per+orasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan )
;ridektomi dari iris yang prolaps
;ris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan +lap konjungti*a
!eri sul+as atripin, antibiotic dan balut yang kuat
!ila terjadi per+orasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti
ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi
leukoma adherens. 9ntibiotik diberikan juga secara sistemik.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. ;ndikasi
keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang
menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu )
Kemunduran *isus yang cukup menggangu akti*itas penderita
Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia
3. .indakan bedah meliputi
a. Keratektomi super+icial tanpa membuat perlukaan pada membrane !o"man
b. .issue adhesi*e atau gra+t amnion multilayer
c. :lap konjungti*a
d. Patch gra+t dengan +lap konjungti*a
e. Keratoplasti tembus
+. :ascia lata gra+t
'. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa)
a. Kebutaan parsial atau komplit dalam "aktu sangat singkat
b. Kornea per+orasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
c. Prolaps iris
d. 1ikatrik kornea
e. Katarak
+. Alaukoma sekunder
(. Konsep Asuhan Kepera)atan
1. Pengka%ian
a. 9kti+itas istirahat
Aejala ) perubahan akti+itas sehubungan dengan gangguan penglihatan
Aangguan istirahat karena nyeri dan ketidaknyamanan.
b. ;ntregitas ego
Kecemasan tentang status kesehatan dan tindakan pengobatan.
c. =eurosensor
Aejala) gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap tentang penglihatan peri+er dan lakrimasi.
.anda) kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata.
d. Keamanan
.erjadi trauma karena penurunan penglihatan.
e. =yeri
Aejala0) ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai tekanan
pada sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala.
+. Penyuluhan J Pembelajaran
Aejala ) Bi"ayat keluarga glukoma, 4, gangguan sustem *askuler, ri"ayat stress,
alergi, ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi, steroid.
g. Bencana pemulangan
4emerlukan bantuan tranportasi, penyediaan makanan, pera"atan diri, pemeliharaan
rumah. (oenges, 3$$$)
h. Pemeriksaan :isik
(. ;ns+eksi
9mati )
Kelopak mata .9pakah ada bengkak, benjolan,ekimosis,ekstropion,
entropion,pseudoptosis dan kelainan kelopak mata lainnya.
Konjungti*a. 9pakah "arnanya lebih pucat dari "arna normalnya merah muda pucat
mengkilat. 9pakah ada kerehanan J pus mungkin karena alergi J konjungti*itis
1clera. 9pakahapakah ikterik atau unikterik, adanya bekas trauma
;ris. 9pakah ada ke abnormalan seperti iridis, atropi (pada 4, glaucoma,
ishkemi,lansia) dll
Kornea. 9pakah ada arkus senilis (cincin abu abu dipinggir luar kornea),edemaJ
keruh Jmenebalnya kornea atau adanya ulkus kornea.
Pupil. 9pakah besarnya normal (3#% mmJ isokor), atau amat kecil (pin point), miosis (O 3
mm), midriasis (N%mm)
-ensa. 9pakah "arnanya jernih (normal), atau keruh (katarak)
3. Palpasi
1etelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan. igunakan
untuk menentukan adanya tumor. =yeri tekan dan keadaan tekanan intraokular (.;D).
4ulai dengan palpasi ringan pada kelopak mata terhadap adanya pembengkakan dan
kelemahan. 8ntuk memeriksa .;D dengan palpasi, setelah klien duduk dengan enak,
klien diminta melihat ke ba"ah tanpa menutup matanya. 1ecara hati hati pemeriksa
menekankan kedua jari telunjuk dari kedua tangan secara bergantian pada kelopak atas.
>ara ini diulangi pada mata yang sehat dan hasilnya dibandingkan. Kemudian palpasi
sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial. 1ambil menekan,
obser*asi pungtum terhadap adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau
airmata berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.
2. Diagnose Kepera)atan
(. Perubahan persepsi sensori) *isual b.d kerusakan penglihatan
3. =yeri b.d trauma, peningkatan .;D, in+lamasi inter*ensi bedah atau pemberian tetes mata
dilator
3. Bisiko cedera b.d kerusakan penglihatan
&. Ketakutan atau ansietas b.d kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
pera"atan pasca operati+, pemberian obat
%. Potensial terhadap kurang pera"atan diri b.d dengan kerusakan penglihatan
'. Kurang pengetahuan b.d kurangnya in+ormasi mengenai pera"atan diri dan proses
penyakit.
3. *nter+ensi
(. Perubahan persepsi sensori) *isual b.d kerusakan penglihatan
.ujuan) Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
Kriteria hasil )
Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan
4enggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat
;nter*ensi)
a. Perkenalkan pasien dengan lingkungannya
b. !eritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami
gangguan
c. Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas
d. -ibatkan orang terdekat dalam pera"atan dan akti*itas
e. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
3. =yeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan .;D, in+lamasi inter*ensi bedah
atau pemberian tetes mata dilator.
;nter*ensi )
a. !erikan obat untuk mengontrol nyeri dan .;D sesuai resep
b. !erikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul
c. Kurangi tingkat pencahayaan
d. orong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
3. Bisiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan
;nter*ensi )
a. !antu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil
b. Drientasikan pasien pada ruangan
c. !ahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan
d. 5angan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
e. Aunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata
&. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai pera"atan pasca operati+, pemberian obat.
;nter*ensi )
a. Kaji derajat dan durasi gangguan *isual
b. Drientasikan pasien pada lingkungan yang baru
c. 5elaskan rutinitas perioperati+
d. orong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari#hari bila mampu
e. orong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam pera"atan pasien.
%. Potensial terhadap kurang pera"atan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan
;nter*ensi )
a. !eri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi
yang harus segera dilaporkan pada dokter
b. !erikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik
yang benar dalam memberikan obat
c. 2*aluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
d. 9jari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan
'. Kurang pengetahuan b.d kurangnya in+ormasi mengenai pera"atan diri dan proses
penyakit .ujuan) Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
Kriteria hasil)
Pasien memahami instruksi pengobatan
Pasien mem*erbalisasikan gejala#gejala untuk dilaporkan
;nter*ensi)
a. !eritahu pasien tentang penyakitnya
b. 9jarkan pera"atan diri selama sakit
c. 9jarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan
keluarga
d. iskusikan gejala#gejala terjadinya kenaikan .;D dan gangguan penglihatan
,. *mplementasi
1etelah rencana tindakan kepera"atan disusun secara sistemik. 1elanjutnya rencana
tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
". E+aluasi
2*aluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
Daftar Pustaka
oenges, 4arilynn 2. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. 9lih bahasa ; 4ade Kariasa. 2d. 3. 5akarta, 3$$$
"i Buly.3$(3. 9suhan Kepera"atn 8lkus Kornea.
http)JJruliiyyhealthyli+e.blogspot.comJ3$(3J$(Jasuhan#kepera"atan#ulkus#
kornea.html .diakses pada tanggal 3( mei 3$(& pukul 3$.$$ G;!.
1ha+ariyah.3$((. 8lkus Kornea.
http)JJsha+amedica."ordpress.comJ3$((J(3J(?Julkus#korneaJ . diakses pada tanggal 3(
mei 3$(& pukul 3$.$$ G;!.
=anika.3$((. -aporan Pendahuluan Pada Pasien engan Aangguan Kornea (8lkus J 8lserasi
kornea).http)JJnaa#nanika.blogspot.comJ3$((J$KJlaporan#pendahuluan#asuhan#
kepera"atan.html. diakses pada tanggal 3( mei 3$(& pukul 3$.$$ G;!.

You might also like