Professional Documents
Culture Documents
Aliran darah
lambat
Suplai O2
perfusi jar
Gg. perfusi
jaringan
Nyeri otot tulang
dan sendi iskositas
Gg. rasa
nyaman nyeri
Stimulasi RES (Reticulo
endotelium sistem)
Hepatomegali
Mendesak
rongga abdomen
Intake nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Nafsu makan
(Arief, Mansjoer, 2000)
L. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penampakan cairan di rongga paru
(effusi pleura)
3. Gangguan perfusi jaringan tubuh berhubungan dengan suplai oksigen dalam
jaringan menurun.
4. Hipertemia berhubungan dengan viremia
5. Nyeri abdomen: berhubungan dengan proses patologis (viremia)
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia ( Carpenito, 2000).
M. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan
dapat terpenuhi
Kriteria hasi :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vita stabil, membaran mukosa lembab, turgor kulit
baik
Rencana tindakan :
a. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang
dialami pasien.
b. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, tachikardi) serta tanda-tanda
vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya.
c. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolumik (riwayat muntah, diare,
kehausan, turgor jelek)
Rasional : untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan, jika haluaran
urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok.
d. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan
e. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan
f. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh
g. Memberikan cairan intravascular sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagai pasien yang mengalami
defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena
cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penampakan cairan di rongga paru
(effuse pleura)
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan pada nafas menjadi efektif atau normal
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas dan bersih
b. Berpartisipasi dalam aktivitas atau perilaku peningkatan fungsi paru
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan
kerja nafas
b. Auskultasi bunyi dan catat adanya bunyi nafas mengi, rochi.
Rasional : rochi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan
pernafasan
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan, pengubahan posisi meningkatkan pengisian udara
segmen paru.
d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia.
e. Berikan oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
3. Gangguan perfusi jaringan tubuh berhubungan dengan suplai oksigen dalam
jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan
adekuat
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya
status mental biasa atau normal, irama jantung atau frekuensi
dan nadi perifer dalam batas normal, tidak ada sianosis dan kulit
hangat
Rencana tindakan :
a. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa
Rasional : kulit pucat atau sianosis, kuku, membran bibir, atau lidah dingin
menunjukkan vasokontruksi perifer (syok) atau gangguan aliran
darah perifer.
b. Observasi perubahan status mental
Rasional : gelisah, bingung, disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran
darah serta hipoksia.
c. Auskultasi frekuensi dan irama jantung, catat adanya bunyi jantung ekstra
Rasional : tachikardi sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya
peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama
berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit.
Adanya bunyi jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan
kerja jantung
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jenis urine
Rasional : syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan
penurunan perfusi ginjal. Dimanifestasikan oleh penurunan
haluaran urine dengan berat jenis normal atau meningkat.
e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas
darah (potensial pembentukan thrombus) atau mendukung volume
sirkulasi atau perfusi jaringan.
4. Hipertemia berhubungan dengan viremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu tubuh dalam
batas normal (36-37
0
C)
Kriteria hasil :
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan suhu tubuh
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37
0
C)
Rencana tindakan :
a. Ukur tanda-tanda vital terutama suhu
b. Anjurkan keluarga dalam pengaturan suhu
c. Tingkatkan intake cairan
d. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5. Nyeri abdomen: berhubungan dengan proses patologis (viremia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0-10),
tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.
Rasional : untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
Rasional : dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang terang
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri
Rasional : dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-
teman atau orang terdekat
Rasional : tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman
membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri.
f. Memberikan obat analgetik (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria hasil : pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
dibutuhkan atau diberikan
Rencana tindakan :
a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami pasien
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya
b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga
motivasi pasien untuk makan meningkat
d. Mencatat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien
e. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : nutrisi parenteral sangat bermanfaat atau dibutuhkan pasien
terutama jika intake peroral sangat kurang
f. Mengukur berat badan pasien setiap hari
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien
g. Memberikan obat-obat antasida (antiemetik) sesuai program dokter
Rasional : obat antasida (antiemetik) membantu pasien mengurangi rasa
mual dan muntah, dengan pemberian tersebut diharapkan intake
nutrisi pasien meningkat.
(Carpenito, 2000)