You are on page 1of 23

UROLITHIASIS

Blok Urinary

Fasilitator:
Ns. Ridhoyanti, S.Kep

KELOMPOK 7
Ketua Kelompok:
Alif Yanur Abidin (105070200111021)
Sekretaris:
Exsa Wahyuningtyas (105070201111005)
(105070201111011)

Anggota:
Devi Ayunda (105070200111040)
Afrida Diyan Fitriana (105070200111041)
Laili Maslahatun N (105070200111028)
Ni Made Putri P. (105070200111027)
Arinta Novia Hapsari (105070207111005)
Mahanikmah Ms (105070207111006)
Novhita Ariessandy R (0910720061)

Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang
2012


LAPORAN KELOMPOK 7
UROLITHIASIS


Trigger
Tn. K (59 th) di rawat dibangsal bedah dengan keluhan rasa tidak
nyaman pada perut bagian bawah. Pasien juga mengeluh kadang -
kadang tidak bisa menahan kencing dan BAK kadang keluar sebelum
sampai di kamar mandi, merasa tidak lampias saat BAK, sering merasa
ingin BAK tapi keluar sedikit - sedikit. Dari hasil pengkajian didapatkan
riwayat kesehatan klien adalah seorang sopir, jarang minum dan sering
menahan BAK, TD : 120/80 mmhg, nadi : 88x/menit, RR : 20 x/menit, S :
37 C, terdapat nyeri tekan dan teraba massa keras pada area suprapubik.
Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran (terlampir).
Saat ini perawat sedang menyiapkan klien untuk menjalani prosedur
ESWL.
SLO
1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Faktor resiko
5. Patofisiologi
6. Manifestasi klinis
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Penatalaksanaan Medis
9. Asuhan Keperawatan
Pembahasan
1. Definisi
Urolitiasis mengacu pada batu (kakuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk di dalam traktus ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertenu, seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urine dan status


cairan klien (batu cenderung terjadi pada klien dehidrasi)(Brunner &
Suddrath 2002)
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi
bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu
tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik
sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam velvis ginjal.
2. Klasifikasi
A. Berdasarkan sifat materi penyusunnya :
An Organik Stone (Ph basa), contoh : Ca oksalat, Ca fosfat,
magnesium fosfat, garam triple fosfat.
Organik Stone ( Ph Asam), contoh uric acid dan cystin.
B. Secara Radiologis :
Batu Radio Opaque atau nyata : umumnya adalah anorganik stone
Batu Radio lucent atau tidak nyata, bersifat organic dan asam.
Batu organik campuran kalsium
C. Berdasarkan warna batu :
Warna sangat gelap dan ukuran kecil,ex : calcium oksalat
Warna putih, besar,dan halus ex: calcium fosfat
Warna coklat, kecil dan halus ex :Ca urat/asam urat.
D. Berdasarkan akibatnya pada TU :
Batu simple : tanpa obstruksi / infeksi, batu tunggal / tdk terlalu besar.
Batu Complicated : Multiple /besar (staghorn, BBB), batu obstruktif/
infeksi progresif, gagal ginjal, urosepsis
Batu o/k kel anatomis :
a. Kongenital : UPJ stenosis, horse shoe kidney, refluk vesikouretral,
double sistim, divertikel, katup uretra
b. Didapat : bladder nect kontraktur, striktur uretra, fibrosis ureter,
tekanan tumor dari luar.


E. Berdasarkan komposisi kimia yang terkandung :
Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK
yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di
jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran
dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait
dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat
dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
a) Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/
hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
b) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat)
yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat.
Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh
asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan
tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil
sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu
asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan.
Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah
urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada
penderita BSK


Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air
kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting
untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi
kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine
berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat
jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki
riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas.
Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan
protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

3. Etiologi
Proses terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori (Prof. Dr. Arjatmo
Tjokronegoro, phd, dkk,1999) antara lain:
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi
organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam
urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.


d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya Batu Saluran Kencing.
Etiologi vesicolithiasis :
Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron
yang menginervasi bladder)
Benda asing, misalnya kateter
kontraktur leher kandung kemih
Divertikula, urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding
vesika urinaria
Schistosomiasis, terutama oleh schistosoma haematobium dapat
menjadi lesi mengarah keganasan
Berikut ini adalah etiologi menurut Arif Muttaqin:
a) Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolic yang paling umum.
Beberapa kasus hiperlkalsiuria berhubungan dengan gangguan
usus yang meningkatkan penyerapan kalsium.
b) Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konentrasi,
kelarutan dan PH urine.
c) Lamanya kristal yang terbentuk dalam urine, yang dipengaruhi oleh
mobilisasi rutin.
d) Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.
e) Infeksi saluran kemih.
f) Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat
penghasl batu.
g) Idiopatik.






4. Faktor Resiko
a. Faktor intrinsik, meliputi:
Herediter. Penyakit ini diduga diturunkandari orang tuanya. Dilaporkan
bahwa pada orang yang secara genetika berbakat terkena penyakit
batu saluran kemih, konsumsi vitamin C yang mana dalam vitamin C
tersebut banyak mengandung kalsium oksalat yang tinggi akan
memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu pula dengan
konsumsi vitamin D dosis tinggi, karena vitamin D menyebabkan
absorbsi kalsium dalam usus meningkat.
Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu).
Iklim dan temperatur. Individu yang menetap di daerah beriklim panas
dengan paparansinar UV tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi
serta peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi
kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih akan
meningkat.
Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet; diet obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan
terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik bersifat
meningkatkan asam urat dalam tubuh. Diet tinggi purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Istirahat (bedrest) yang terlalu lama, misalnya karena sakit juga dapat
menyebabkan terjadinya penyakit batu saluran kemih. (Ragil,2009)
Kebiasaan menahan buang air kemih


Dapat menimbulkan stasis air kemih sehingga menimbulkan infeksi
saluran kemih (ISK). ISK karena kuman pemecah urea sangat mudah
menimbulkan jenis batu struvit. Stasis juga mengakibatkan
pengendapan kristal. (Lina, 2008)
Faktor resiko (Brunner&Suddarth,2003):
Berdasarkan penyakit: Penyakit yang dapat menjadi resiko
pembentukan batu ginjal adalah hiperparartiroidisme, asidosis tubulus
ginjal, penyakit mieloproliferasi (leukemia, plisitemis vera dan myeloma
multipel), hal ini di sebabkan penyakit tersebut mencetuskan terjadinya
hiperkalsemia. Selain itu penyakit granuloma (sarcoidosis, TBC) yang
mjungkin menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan
granuloma.
5. Patofisiologi (terlampir)
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi berdasarkan regio :
a. Batu di piala ginjal
Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus - menerus di area
kostovertebral
Nyeri yang berasal dari daerah renal menyebar secara anterior dan
pada wanita mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.
Dapat dijumpai hematuria dan piuria
Kolik renal : bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
diseluruh area kostoverterbal, dan muncul mual muntah.
b. Batu yang terjebak pada ureter
Menyebabkan gelombang nyari yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetalia.
Sering meras ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar,
dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
c. Batu yang terjebak dikandung kemih


Menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria.
Batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih sehingga
akan terjadi retensi urin.
Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi akan
lebih serius disertei sepsis.
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi,
meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut
disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal
ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas
dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan
gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala
obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan
mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara
spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat
atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran
urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).
Manifestasi lainnya adalah :
Bisa tanpa keluhan sama sekali.
Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi pinggang atau perut, dapat
menjalar ke alat kelamin (buah pelir, penis, vulva), muncul
mendadak, hilang timbul, dan intensitasnya kuat.
Nyeri ginjal (renal colic), yang terasa di pinggang, tidak menjalar,
terjadi akibat regangan kapsul ginjal, sering berhubungan dengan
mual dan muntah.
Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa di bawah pusat.
Urgensi, yaitu rasa ingin kencing sehingga terasa sakit.
Disuria,yaitu rasa nyeri saat kencing atau sulit kencing.


Polakisuria, yaitu frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya.
Hematuria, yaitu terdapat darah atau sel darah merah (eritrosit) di air
seni.
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung
pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat
aliran urine, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Beberapa batu
dapat menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang
luar biasa dan ketidaknyamanan.
Gejala-gejala BSK antara lain:
a) BSK bagian atas seringkali menyebabkan nyeri karena turunnya
BSK ke ureter yang sempit. Kolik ginjal dan nyeri ginjal adalah dua
tipe nyeri yang berasal dari ginjal. BSK pada kaliks dapat
menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan gejala kolik ginjal,
sedangkan BSK non obstruktif hanya memberikan gejala nyeri
periodik. Batu pada pelvis renalis dengan diameter lebih dari 1 cm
umumnya menyebabkan obstruksi pada uretropelvic juction sehingga
menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut akan
dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada BSK ureter
bagian tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah,
sedangkan pada BSK distal, nyeri dijalarkan ke suprapubis vulva
(pada wanita) dan skrotum pada (pria).
b) Hematuria
c) Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna
seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter.
d) Infeksi
e) BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan stasis di proksimal dari sumbatan. Keadaan
yang cukup berat terjadi apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi
fistula renokutan.
f) Demam


g) Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus
darurat karena dapat menyebabkan urosepsis.
h) Mual dan muntah
i) Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual
dan muntah, dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder.
j) (Nursalam, 2009)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur urin : mungkin menujukan ISK (stapilococcus aureus,
proteus, klebsiela, pseudomonas)
b. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam
urat, fosfat, protein, elektrolit. (Doengoes.E.M,2000)
c. BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
d. Kadar klorida dan biokarbonat serum : peningkatan kadar klorida
dan penurunan bikarbonat menunjukan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
e. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan
infeksi/septicemia.
f. SDM : biasanya normal.
g. Hb/Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presitipasi pemadatan) atau anemia (perdarahan,
disfungs/gagal ginjal)
h. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
i. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi. (Doengoes.E.M,2000)
j. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai
fungsi ginjal.


k. Foto KUB menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter,
menunjukan adanya batu.
l. Endoskopi ginjal menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu
yang kecil.
m. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
Dimana dapat menunjukkan ukuran, bentuk, posisis batu dan
dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi
biasanya menunjukkkan jenis batu Ca oksalat dan Ca fosfat,
sedangkan dengan densitas rendah menunjukkan jenis batu
struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan batu di dalam ginjal maupun batu di luar ginjal.
n. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan
pyelogram retrogrand.
o. USG
Menunjukkan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.
USG diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi kontras
radiologi. Keterbatasan USG adalah kesulitan untuk menunjukkan
batu ureter dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
p. CT scan
Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi
batu.
q. Laboratorium
1. Urin rutin : hematuria, piria, terkadang kristaluria
2. pH urin : pH < 5 menyokong batu asam urat
pH > 7 (lebih tinggi) menyokong adanya organisme
pemecah urea seperti Proteus sp., Klebsiella sp., dan
Pseudomonas sp., dan batu struvit



3. Darah puasa :
Kalsium : hiperparatiroid primer, idiopatik
Penurunan fosfat : hiperparatiroid primer, idiopatik
Asam urat : batu asam urat dan alkali fosfatase
Penurunan bikarbonat : renal tubular asidosis b.d.
pembentukan batu Ca
4. Koleksi urin 24 jam
Ca oksalat saturasi : idiopatik, hiperparatiroid primer,
hiperoksaluria konginetal, dan hiperoksaluria enterik
Ca fosfat saturasi : hiperparatiroid primer, renal
tubular asidosis, infeksi
Mg amonium fosfat : infeksi
Saturasi asam urat : batu asam urat
Saturasi sistin : batu sistin
(Bahdarsyam, 2003)

8. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu
diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri
(analgesik), memperlancar aliran urine, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar serta terapi medik untuk mengeluarkan batu ginjal
atau melarutkan batu.
a. Batu Kalsium Oksalat
Suplementasi sitrat
Kolestiramin atau terapi lain untuk malabsorpsi lemak


Tiazid (bila disertai dengan adanya hiperkalsiuria)
Allupurinol (bila disertai dengan adanya hiperurikosuria)
b. Batu Kalsium Fosfat
Tiazid (bila disertai adanya hiperkalsuria)
c. Batu Struvit (Mg-Sb Fosfat)
Mandelamin dan Vitamin C
Antibiotik ,kotrimoksazol
d. Batu Urat
Allupurinol
e. Batu Sistin
Alkalinisasi urin
Penisilamin
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) adalah prosedur
dimana batu ginjal dan ureter dihancurkan menjadi fragmen fragmen
kecil dengan menggunakan gelombang kejut. Fragmen kecil ini kemudian
dapat keluar secara spontan. Terapi non-invasif ini membuat pasien
terbebas dari batu tanpa pembedahan ataupun endoskopi.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir semua jenis dan
ukuran batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL, masih harus ditinjau
efektivitas dan efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak
di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang
terhalang oleh tulang panggul). Hal laim yang perlu diperhatikan adalah
jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras
(misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan.


Terdapat 3 teknik yang digunakan untuk membangkitkan
gelombang kejut, yaitu elektrohidrolik, pizoelektrik dan energi
elektromagnetik.
Energi elektrohidrolik. Teknik ini paling sering digunakan untuk
membangkitkan gelombang kejut. Pengisian arus listrik voltase tinggi
terjadi melintasi sebuah elektroda spark-gap yang terletak dalam kontainer
berisi air. Pengisian ini menghasilkan gelembung uap, yang membesar
dan kemudian pecah, membangkitkan gelombang energi bertekanan
tinggi.
Energi pizoelektrik. Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik
atau kristal pizo dirangsang dengan denyut listrik energi tinggi. Ini
menyebabkan vibrasi atau perpindahan cepat dari kristal sehingga
menghasilkan gelombang kejut.
Energi elektromagnetik. Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet
pada silinder berisi air. Lapangan magnetik menyebabkan membran
metalik di dekatnya bergetar sehingga menyebabkan pergerakan cepat
dari membran yang menghasilkan gelombang kejut.
INDIKASI ESWL
Ukuran batu antara 1-3 cm atau 5-10 mm dengan gejala yang
mengganggu.
Lokasi batu di ginjal atau ureter
Tidak adanya obstruksi ginjal distal dari batu
Kondisi kesehatan pasien memenuhi syarat (lihat kontraindikasi
ESWL)
Kontraindikasi ESWL
a. Kontraindikasi Absolut
Kontra indikasi absolut adalah : infeksi saluran kemih akut,
gangguan perdarahan yang tidak terkoreksi, kehamilan, sepsis serta
obstruksi batu distal.
b. Kontraindikasi Relatif
Kontra indikasi relatif untuk terapi ESWL adalah :


Status mental, meliputi kemampuan untuk bekerja sama dan
mengerti prosedur.
Berat badan > 300 lb (150 kg) tidak memungkinkan gelombang kejut
mencapai batu, karena jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi
lithotriptor. Pada pasien seperti ini sebaiknya dilakukan simulasi
lithotriptor terlebih dahulu
Pasien dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan
atau malformasi ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin
mengalami kesulitan dalam pengaturan posisi yang sesuai untuk
ESWL. Selain itu, abnormalitas drainase intrarenal dapat
menghambat pengeluaran fragmen yang dihasilkan oleh ESWL
Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat
diatasi dengan anestesi.
Pasien dengan pacemaker aman diterapi dengan ESWL, tetapi
dengan perhatian dan pertimbangan khusus.
Pasien dengan riwayat hipertensi, karena telah ditemukan
peningkatan insidens hematom perirenal pasca terapi.
Pasien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami
eksaserbasi pasca terapi walaupun jarang terjadi.
Persiapan sebelum ESWL:
- harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium baik darah
maupun urin untuk melihat fungsi ginjal, jenis batu, dan kesiapan fisik
pasien
- Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau USG untuk
menentukan lokasi batu dan kemungkinan jenisnya.
- meminum antibiotik untuk mencegah infeksi dan puasa minimal 4
jam sebelumnya.
- hidrasi yang baik untuk memperlancar keluarnya batu yaitu minimal 2
liter air sehari.
c. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan


kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu.
Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam
ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil
batu ureter.
e. Bedah terbuka :
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka
itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil
batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak
jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah


(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan
akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang
menahun. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra.
f. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter
terkadang memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam
penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai
tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu
ureter yang melekat (impacted).
g. Pendidikan kesehatan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya
adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun
batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan adalah:
- Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, 2-3 liter/hari
- Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
- Aktivitas harian yang cukup
h. Retriksi diet
Batu Ginjal yang mengandung kalsium fosfat dan/atau oksalat :
1. Makanan kaya vitamin D (Vitamin D meningkatkan reabsorbsi
kalsium)
2. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi
3. Daftar makanan berikut harus dihindari
Produk susu Semua keju(kecuali keju yang lembut dan keju
batangan), susu dan produk susu (lebih dari


cangkir per hari), krim asam (yogurt)
Daging,
ikan,
unggas
Otak, jantung, ginjal, sarden, telur, ikan, binatang
buruan (ayam hutan, kelinci, rusa, butung belibis)
Sayuran Sayuran hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak
cina, buncis kering, kedelai, seledri
Buah Kelembak, semua jenis beri, kismis, anggur
Roti, sereal,
pasta
Roti murni, sereal, keripik, roti gandum, oatmeal,
beras merah, sekam, jagung giling
Minuman Teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua
minuman yg dibuat dari susu/produk susu
Lain-lain Kacang, mentega, coklat, sup yang dicampur susu
atau produk susu, semua krim, makanan pencuci
mulut yang dicampur dengan susu atau produk susu
(kue basah, kue kering, pie)
Batu urat :
Makanan tinggi purine (kerang, ikan kering, asparagus, jamur,
jeroan) harus dihindari dan protein lain harus dibatasi.
Batu oksalat :
Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau banyak,
kacang, seledri, gula bit, buah beri hitam, kelembak, coklat, teh, kopi,dan
kacang tanah
Pengurangan BB bagi paien yang obesitas karena ia merupakan
faktor resiko tinggi terjadinya pembentukan batu. ( Brunner&Suddarth,
2003 )
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi
kekambuhan adalah:
a) Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium
urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
b) Rendah oksalat
c) Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya


hiperkalsiuria
d) Rendah purin
e) Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria
absorbtif type II
9. INKONTINENSIA
No. Diagnose Batasan Karakteristik Faktor yang
Berhubungan
1 Inkontinensia
Urinarius
Fungsional
- - Mampu mengosongkan
kandung kemih dengan
komplet
- - Jumlah waktu yang di
perlukan untuk mencapai
toilet melebihi lama waktu
antara merasakan
dorongan untuk berkemih
dan tidak dapat mengontrol
berkemih
- - Mengeluarkan urine
sebelum mencapai toilet
- - Mungkin inkontinen hanya
pada dini hari
- Merasakan perlunya untuk
berkemih
-Faktor lingkungan
yang berubah
-Gangguan kognisi
- Gangguan
penglihatan
- Keterbatasan
neuromuscular
- Faktor psikologis
-Kelemahan struktur
panggul pendukung
2 Inkontinensia
Urinarius
Aliran
Berlebih
-Distensi kandung kemih
-Volume residu pasca
berkemih tinggi
- Nokturia
-Terlihat Rembesan
involunter sedikit volume
urine
- Melaporkan rembesan
involunter sedikit volume
-Obstruksi aliran
keluar kandung
kemih
-Disinergia sfingter
eksternal detrusor
- impaksi fekal
- Prolaps pelvic berat
-Efek obat
antikolinergik


urine
3 Inkontinensia
Urinarius
Refleks
Ketidakmampuan untuk
menghambat berkemih
secara volunter
Ketidakmampuan untuk
memulai berkemih
secara volunter
Pengosongan yang tidak
lengkap pada lesi di atas
pusat mikturisi pontine
Pengosongan yang tidak
lengkap pada lesi di atas
pusat mikturisi sacral
Tidak ada sensasi
penuhnya kandung
kemih
Tidak ada sensasi
dorongan untuk
berkemih
Tidak ada sensasi
berkemih
Pola berkemih yang
dapat diprediksi
Sensasi dorongan tanpa
hambatan volunter
kontraksi kandung kemih
Sensasi yang dikaitkan
dengan kandung kemih
penuh (mis., berkeringat,
gelisah,
ketidaknyamanan
abdomen)
Kerusakan
jaringan (mis.,
karena sistitis
radiasi, gangguan
inflamasi kandung
kemih, bedah
pelvis radikal)
Gangguan
neurologis di atas
lokasi pusat
mikturisi pontine
Gangguan
neurologis di atas
lokasi pusat
mikturisi sacral


4 Inkontinensia
Urinarius
Stress
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada tidak adanya
kontraksi detrusor
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada tidak adanya
distensi berlebihan pada
kandung kemih
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada aktivitas fisik
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada saat batuk
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada saat tertawa
Terlihat rembesan
involunter sedikit urine
pada saat bersin
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
pada tidak adanya
kontraksi detrusor
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
pada tidak adanya
distensi berlebihan pada
kandung kemih
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
Perubahn
degenerative
pada oto-otot
pelvic
Tekanan
intraabdomen
tinggi
Defisiensi sfingter
uretra intrinsic
Kelemahan otot
pelvik


pada aktivitas fisik
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
pada saat batuk
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
pada saat tertawa
Melaporkan rembesan
involunter sedikit urine
pada saat bersin
5 Inkontinensia
Urinarius
Dorongan
Terlihat tidak mampu
mencapai toilet pada
waktunya untuk
menghindari keluarnya
urine
Melaporkan dorongan
berkemih
Melaporkan keluarnya
urine involunter dengan
kontraksi kandung kemih
Melaporkan keluarnya
urine involunter dengan
spasme kandung kemih
Melaporkan
ketidakmampuan
mencapai toilet pada
waktunya untuk
menghindari keluarnya
urine
Asupan alcohol
Uretritis atrofik
Vaginitis atrofik
Infeksi kandung
kemih
Asupan kafein
Penurunan
kapasitas
kandung kemih
Hiperaktivitas
detrusor dengan
gangguan
kontraktilitas
kandung kemih
Impaksi fekal
Penggunaan
diuretic

You might also like