You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap manusia baik pria maupun wanita dalam kehidupannya terjadi perubahan atau
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikis maupun sosial
kemasyarakatan. Perubahan itu dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa remaja,
masa dewasa, dan masa tua. Namun kehidupan wanita terbagi lagi dalam beberapa masa,
yakni masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium, dan
masa senium. Masing-masing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman
dan perawatan keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut. Dalam memasuki masa
tua seorang wanita memasuki masa klimakterium yaitu merupakan masa peralihan antara
masa reproduksi dan masa senium (masa sesudah pascamenopause, terjadi keseimbangan
hormonal baru) dan bagian dari masa klimakterium terjadi masa menopause. Seiring dengan
bertambah tuanya seseorang akan terjadi berbagai perubahan pada hampir semua organ
tubuh. Perubahanperubahan tersebut umumnya diikuti dengan menurunnya fungsi berbagai
organ tubuh yang akan berdampak pada turunnya kualitas kesehatan dan mungkin juga
kualitas hidup seseorang.
Sistem organ reproduksi (perkembangbiakan) merupakan salah satu organ yang juga
mengalami penurunan fungsi sejalan dengan bertambah tuanya seseorang yang tidak jarang
menimbulkan masalah bagi orang usia lanjut itu sendiri baik secara fisik maupun psikologik.
Namun demikian masalah pada sistem reproduksi ini relatif jarang muncul ke permukaan
atau ditemukenali karena jarang dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena masih
dianggap tabu dan memalukan, atau dianggap merupakan sesuatu yang normal terjadi pada
orang usia lanjut sehingga tidak perlu diobati. Pemahaman yang benar tentang perubahan-
perubahan sistem reproduksi pada orang berusia lanjut dan permasalahan yang ditimbulkan
perlu dimiliki baik oleh pasien, keluarga, maupun para petugas kesehatan sehingga dapat
dicari jalan keluar yang terbaik bila masalah pada sistem reproduksi tersebut muncul.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Menopause
2.1.3 Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti bulan dan penghentian sementara
yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease. Secara medis istilah menopause
mengandung arti berhentinya masa menstruasi, bukan istirahat.
Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh
hormon reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau pada usia lima puluhan. Seorang
wanita dikatakan telah menopause bila tidak mendapat haid lagi sejak satu tahun terakhir.
Proses penuaan pada wanita ditandai dengan siklus haid bulanan yang mulai terganggu dan
akhirnya menghilang sama sekali.
2.1.2 Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1. Perubahan sistem reproduksi.
a. Uterus (kandungan) : mengecil.
b. Tuba Falopi : lipatan tuba menjadi memendek, menipis dan mengerut.
c. Ovarium (indung telur) : ovarium menciut, terjadi penurunan fungsi ovarium untuk
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone, berhenti menghasilkan sel telur. Akibatnya
timbul keluhan akibat berkurangnya kadar hormon.
d. Cervix (leher rahim) : mengerut.
e. Vagina : terjadi penipisan dinding vagina, selain itu secret/lendir vagina mulai mengering,
menyulitkan hubungan suami-istri.
f. Vulva (bibir rahim) : jaringan vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak, kulit
menipis, pebuluh darah berkurang. Akibat sering timbul rasa gatal. Vulva yang mengering
bersamaan dengan penyempitan lubang masuk vagina menyebabkan kesulitan untuk
melakukan hubungan suami istri, timbul rasa nyeri pada waktu hubungan, menyebabkan
wanita berusaha untuk menolak melayani suaminya.
g. Rambut kemaluan pada wanita mulai menipis, sebagian rontok dan mulai memutih/uban.
h. Payudara : jarigan lemak berkurang, putting susu mengecil. Akibatnya payudara mulai
lembek, mengendor dan keriput.
2. Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual. Seksualitas dan
kemampuan menikmati kenyamanan seksual tidak berkurang sekali pada perempuan usia
lanjut karena hormon androgen dan testosteron masih diproduksi dari kelenjar adrenal.
Keinginan melakukan aktivitas seksual meningkat pada perempuan setelah menopause, yang
mungkin dikarenakan sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan kehamilan. Namun demikian,
perempuan umumnya memiliki masalah dalam hal kemampuan pasangannya, karena
umumnya pasangan (laki-laki) lebih tua dari istrinya sehingga ada yang sudah meninggal atau
tidak memiliki kemampuan lagi.
Usia lanjut perempuan memerlukan waktu beberapa menit untuk lubrikasi vagina sebagai
respons rangsangan seksual. Jika atrofi pada vagina sudah lebih lanjut maka tidak
memungkinkan lagi terjadi lubrikasi yang cukup, untuk itu perlu digunakan jelly untuk
membantu lubrikasi pada dinding vagina agar mencegah sakit ketika sedang senggama.
Selama senggama, perempuan usia lanjut tidak dapat menekan penis dengan kuat. Orgasme
pada perempuan usia lanjut umumnya kurang intensif karena melibatkan kontraksi uterus dan
vagina lebih sedikit, dan juga dapat diikuti dengan nyeri otot spasme. Setelah orgasme,
perempuan usia lanjut lebih cepat kembali kepada kondisi sebelum ada nafsu seksual
dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda.

2.1.3 Mekanisme Terjadinya Menopause
Perubahan pada sistem reproduksi perempuan terjadi pertama kali pada indung telur yang
selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh indung telur tersebut. Berkurangnya hormon estrogen tersebut pada
gilirannya akan bertanggung jawab pada perubahan degeneratif di vagina dan rahim, dan juga
genitalia luar
Akibat rendahnya kadar estrogen adalah berhentinya siklus menstruasi yang merupakan
pertanda menopause. Menopause diperkirakan merupakan akibat perubahan pada sel-sel
folikel di indung telur yang membuat mereka tidak berespons terhadap hormon FSH dan LH .
2.1.5 Dampak Menopause Bagi Kesehatan
1. Jangka pendek :
a. Rasa panas di dada yang menjalar ke wajah dan sering timbul pada malam hari (Hot flush),
keringat malam yang banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan
darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi, gangguan usus
(meteorismus)
b. Gangguan psikologis : depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri,
gangguan gairah sexsual, perubahan prilaku.
c. Gangguan mata : mata terasa kering dan gatal akibat berkurang produksi air mata.
d. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin : mudah infeksi, nyeri sanggama, perdarahan
pasca sanggama akibat atropi pada alat kelamin.
2. Jangka panjang :
a. Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon
estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
b. Penyakit jantung koroner yaitu berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar
kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan
kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.
c. Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi
susunan syaraf pusat/otak, sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan
pada peristiwa jangka pendek.
2.1.5 Pencegahan Dampak Menopause Bagi Kesehatan
1. Pemeriksaan ginekologi secara rutin
2. Pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam
jantung.
3. Pemeriksaan Bone Mass Densitometri
4. Pemeriksaan Laboratorium (Gula Darah, Kolesterol)
5. Pemeriksaan pap smear secara rutin.
6. Perabaan payudara (sadari)
7. Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fito estrogen (Kedelai, tahu, tempe,
kecap,pepaya)
8. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium (susu, youghurt, keju, teri, dll).
9. Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol.

2.2 Andropause
2.2.1 Pengertian
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala,
tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari
bahasa Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara
harfiah, andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Berbeda dengan wanita
yang mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus
haid yang akan berhenti dengan cara yang relatif mendadak, pada pria penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya sedemikian perlahan.

2.2.2 Penyabab Andropause
Andropause terjadi karena menurunnya fungsi dari sistem reproduksi pria, yang selanjutnya
menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai dengan di bawah angka normal dan
penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormone, dan IGFs (Insulin like
growth factors). Penurunan hormon pada andropause terjadi secara perlahan sehingga sering
kali tidak menimbulkan gejala. Keluhan baru timbul jika ada penyebab lain yang
mempercepat penurunan hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya, diantaranya:
1. Bahan kimia yang bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian,
pabrik dan rumah tangga
2. Kebisingan, perasaan kurang nyaman, dan hubungan tidak harmonis
3. Penyakit-penyakit tertentu seperti diabetes mellitus (kencing manis), varikokel (pelebaran
pembuluh darah testis), prostatitis kronis (infeksi pada prostat), kolesterol yang tinggi,
obesitas, atropi testis, dsb.
4. Psikogenik, sering dianggap sebagai faktor timbulnya berbagai keluhan andropause setelah
terjadi penurunan hormon testosteron.
2.2.3 Gejala Andropause
1. Gangguan vasomotor: tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut.
2. Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati: mudah lelah, menurunnya motivasi,
berkurangnya ketajaman mental/institusi, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri dan
menghargai diri sendiri.
3. Gangguan virilitas: menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan
dan massa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak pada daerah abdominal dan
osteoporosis.
4. Gangguan seksual: menurunnya minat terhadap seksual/libido, perubahan tingkah laku dan
aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi/disfungsi
ereksi/impotensi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.

2.2.4 Mekanisme terjadinya andropause
Mekanisme terjadinya andropause adalah karena menurunnya fungsi dari sistem reproduksi
pria, yang selanjutnya menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai dengan dibawah
angka normal.
Hormon yang turun pada pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan
penurunan multi hormonal yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth
Hormon, dan IGFs (Insulin like growth factors). Oleh karena itulah banyak pakar yang
menyebut andropause dengan sebutan lain seperti Adrenopause (deficiency DHEA/DHEAS),
Somatopause ( deficiency GH/Insulin like Growth Factor), PTDAM (Partial Testosteron
Deficiency in Aging Male), PADAM (Partial Androgen deficiency in Aging Male),
Viropause, Climacterium pada pria, dsb.
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan Andropause
Pencegahan andropause terutama ditujukan agar penderita dapat mengurangi keluhan
maupun penderitaan saat memasuki usia tua, terutama di cegah dengan cara menjaga
kesehatan dan kebugaran secara jasmani, pola hidup sehat, tidak merokok dan minum
minuman beralkohol dan pengelolaan stres yang baik (sehat secara psikologis).
Andropause biasanya diobati dengan pemberian hormon testosteron yang dilakukan dengan
hati-hati dan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan rectal (anus) dan PSA (Prostat Spesific
Antigent), karena dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi seperti BPH (Benigna
Prostat Hiperplasi) dan Kanker Prostat. Pemeriksaan tersebut disarankan tiap tiga bulan
selama pengobatan testosteron.

You might also like