Mahkamah Agung Oleh : Dr. Artidjo Alkostar, SH, LLM Ketua Muda Pidana MARl I. Korupsi sebagai Extra Ordinary Crime Korupsi politik yang terjadi di Indonesia ditunjukkan dalam berbagai kasus korupsi yang terbukti dilakukan oleh pejabat atau penyelenggara negara. Telah banyak pemangku kekuasaan politik yang dipidana karena melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara. Korban kejahatan korupsi politik adalah rakyat. Dalam negara demokrasi, sejatinya rakyat menjadi pemangku kepentingan (stakeholder) kedaulatan negara. Banyaknya kesempatan dan sarana yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan di eksekutif dan kekuasaan eletoral di parlemen, menjadi peluang melakukan korupsi. Dengan berbagai modus operandi pelaku korupsi politik melakukan tindakan transaksional yang menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi. Dampak korupsi politik sangat berbahaya bagi integritas negara dan martabat bangsa. !redikat negara korup akan dan harus ditanggung " oleh seluruh komponen bangsa, termasuk sebagian besar rakyat yang tidak berdosa. Kendatipun korupsi di Indonesia seara yuridis telah dikualifikasikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes), namun fenomena korupsi yang sistemik dan meluas tetap merisaukan masyarakat seara nasional. !elaku korupsi politik menoreng harga diri bangsa di depan publik internasional. #ilangnya harta kekayaan negara dalam jumlah trilyunan rupiah, telah mengakibatkan banyak rakyat menderita, kehilangan hak$hak strategis seara sosial$ekonomi, mengalami degradasi martabat kemanusiaan dan menjadi buram masa depannya. Kendatipun banyak rakyat tidak tahu seara harfiah bunyi undan$ undang, tetapi seara naluriah rakyat memiliki hari nurani dan akal sehat (common sense) dalam merespon praktek perlakuan hukum terhadap koruptor dan makelar kasus. %ita rasa keadilan rakyat banyak akan terluka manakala ada pemegang kekuasaan politik menjual harga dirinya demi memperoleh kekayaan dan keuntungan. Dalam negara demokrasi, sejatinya pemangku jabatan politik dan pemegang kekuasaan eletoral menjadi transmisi aspirasi rakyat. Banyaknya korupsi politik menjadi ironi bagi demokrasi, apalagi proses pemilihan langsung oleh rakyat telah menelan biaya sosial$ekonomi yang sangat mahal. Demokrasi yang di dalamnya banyak korupsi politik, menunjukkan betapa demokrasi baru berproses seara proedural tidak substantif, baru menjadi ritual politik tidak aspiratif. &akelar kasus dalam korupsi merupakan pembajak proses hukum menuju keadilan dan menodai perjalanan peradaban bangsa. Buah demokrasi ekonomi harus dijaga agar jangan hanya sampai hanya dinikmati oleh tiap koruptor, makelar kasus dan jago suap. 'kan terjadi the death of justice (matinya keadilan(, jika terjadi beberapa gelintir ) orang menjadi kebal hukum akibat ulah makelar kasus. Bertemunya kepentingan makelar kasus dengan aktor pelaku korupsi politik menunjukkan bisa mengatur proses hukum, untuk berada di atas hukum. !enanggulangan korupsi politik tidak dapat dilakukan setengah hati, karena akan menimbulkan budaya sinisme dan apatisme dalam memberantas korupsi. *ebagai pemegang kedaulatan dalam negara demokrasi, rakyat Indonesia tidak boleh +mati rasa, dalam upaya menumpas korupsi. 'langkah malangnya rakyat Indonesia jika otoritas kekuasaan negara kalah dalam berperang mela-an penuri kekayaan negara. Dengan masuknya peran makelar kasus, maka proses hukum akan menjadi arena lomba berdusta. &akelar kasus berusaha membelokan arah kebenaran kepada kesesatan dan mempengaruhi penegak hukum menjadi bias nurani. 'parat yang terperangkap dalam skenario makelar kasus berarti mengidap kolesterol moral dan kehilangan daya tahan independensinya. %ahaya kedaulatan hukum harus selalu dinyalakan karena kolusi antara koruptor dan makelar kasus selalu berlangsung di tempat yang +gelap, dan bersembunyi dari sorotan media. Bendera perang terhadap korupsi harus selalu dikibarkan, karena menyangkut pertaruhan masa depan bangsa. Koruptur per se menuri hak$hak anak bangsa yang belum lahir, karena porsi persediaan dan potensi masa depannya telah dikurangi seara tidak sah. Tindakan para koruptor dan makelar kasus, menimbulkan iklim sosial predatory society atau masyarakat saling memangsa, karena tidak menghormati hukum dan kehilangan komitmen bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dalam kondisi yang demikian akan munul ketidaperayaan terhadap otoritas kekuasaan negara. .ntuk itu, proses penegakan hukum pidana yang terintegrasi (integrated / criminal justice system) harus menjadi solusi autoritatif dalam penyelesaian koruspi politik dan fenomena makelar kasus yang terjadi dalam masyarakat. Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention gainst Corruption (UNCC), hal ini menunjukan bah-a negara kita telah mengikatkan diri dalam komunitas internasional untuk memberantas korupsi. Konsekuensi logisnya, Indonesia memiliki instrument hukum untuk bersikap proaktif dalam upaya mengembalikan uang rakyat yang dikoruspi dan melakukan kerjasama internasional mengektradisi korupsot yang melarikan diri ke luar negeri. Tugas seluruh komponen bangsa saat ini adalah mere0italisasi fungsi protektif hukum terhadap korban kejahatan korupsi yaitu rakyat miskin yang tidak sanggup merasa mampu menuntut hak$hak konstitusionalnya untuk hidup layak bagi kemanusiaan. II. 1ntitas dan *ubstansi #ukum 'pakah #ukum merupakan Empty Container! atau merupakan 2!eti Kemas yang Kosong2. #ukum diberlakukan untuk masyarakat manusia, hukum bukan untuk hukum. .ntuk itu, hukum dituntut untuk berisi nilai$ nilai yang diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena hukum mengatur masalah hubungan sosial, budaya dan ekonomi, juga mengkualifikasikan relasi kekuasaan politik dan aspek kehidupan lainnya. #ukum mengkonstruksi hubungan indi0idu dengan pihak lain dan mengkategorikan perbuatan yang salah dan yang benar. 'pa artinya #ukum yang tanpa berisi moralitas 3 ("uid #eges $ine %ori&us)' *etiap hukum dalam dirinya mengandung sistem nilai, sehingga dipertanyakan keberadaan hukum, jika dalam suatu 4 masyarakat terjadi kekaauan sosial dan banyak ketidakadilan. 5 Ketaatan terhadap Asas *alah satu karakteristik pemikiran hukum pidana adalah ketaatan terhadap asas hukum (pidana(, sehingga peraturan pemikiran dalam praktek penerapan hukum tidak keluar dari arena nilai, asas dan norma. 6omologos hukum pidana yang ada dalam norma perangkat hukum sejatinya tidak lepas dari postulat moral yang melatarbelakangi. 6orma tersebut harus sesuai dengan asas$asas dalam rangka menegakkan nilai$nilai yang menjadi esensi dari keberadaan hukum yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan indi0idu dan komunitas sosial. Keaji!an Hakim Dalam memeriksa dan meng$adil$i suatu perkara, pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bah-a hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan -ajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Ketentuan pasal "7 ayat ("( .. 6o.4 Tahun )884 tersebut menunjukkan bah-a keadilan menjadi -ajib untuk tetap ditegaskan kendatipun tidak ada ketentuan hukum normatifnya. Keadilan merupakan kebutuhan pokok rokhaniah dalam tata hubungan masyarakat, keadilan merupakan bagian dari struktur rokhaniah suatu masyarakat. *uatu masyarakat memiliki gambaran tentang mana yang patut dan tidak patut, mana yang benar dan yang salah, kendatipun dalam masyarakat tersebut tidak ada undang$undang tertulisnya. 7 Dinamika dan *pirit #ukum #ukum yang menakup pengertian undang$undang memiliki hubungan sentrifugal (bergerak ke luar( dengan faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya. #ukum juga memiliki hubungan sentripetal (bergerak ke dalam( dengan nilai logis (kebenaran(, etis (keadilan(, dan estetis (keindahan(. #ukum dalam tekstur (susunan( tersebut tidak hanya bersifat yuridis formal dan tidak seperti peti kemas kosong (empty container(, tetapi hukum tersebut memiliki spirit nilai$nilai kehidupan komunitas manusia. 9Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan :ang &aha 1sa 9(he $pirit of #a)s*** &ontes;uieu 9Kaedilan adalah hal yang ada dalam metanorm 9+n the morality of la), ,rof' -uller has explored the ethical root of legal ordering as )ell as the links &et)een legal morality and traditional merican values' (*tuart ' *heingold: l<=4 : 5/(. :uridis >ormal Kosmos *osial 1konomi *osial !olitik 6ilai: ?ogis 1tis 1stetis = 'rena berpikir penerapan hukum "#LA# ASAS "$RMA 6ilai logis @ kebenaran 6ilai etis @ keadilan 6ilai @ keindahan, harmoni Ne &is in idem ,resumption of innocence $ Konstruksi hipotesis $ >ormulasi kategori A Karakteristik !utusan !engadilan (:urisrudensi( *etiap #akim memiliki latar belakang keluarga, pendidikan, usia, lingkungan pergaulan, uni0ersitas, dan panutan pendidik yang berbeda, sehingga bisa menimbulkan konsekuensi perbedaan sistem nilai (ideologi( diantara para #akim. ". :urisprudensi !engertian !roses penerapan hukum dipandang sebagai tindakan kognitif murni atau pengenalan murni dan penyelesaian kasus konkrit dipandang sebagai proses silogisme. 9!roses Kognitif: proses berpikir$$$proses logika penalaran. ). :urisprudensi 'sas !roses penerapan hukum didasarkan kepada asas$asas atau prinsip$prinsip dasar hukum yang memiliki persamaan hakiki, seperti prinsip persamaan dihadapan hukum (e;uality before the la-(, orang tidak bisa diadili untuk yang kedua kali dalam kasus yang sama (non bis in idem(, dan lain sejenisnya. /. :urisprudensi Bolitief !utusan pengadilan bukan sekedar pengenalan murni atau mengetahui bunyi undang$undang kemudian menerapkan dalam situasi konkrit, tetapi lebih dari itu yaitu merupakan tindakan kehendak (0olitief( berdasarkan pertimbangan nilai$nilai yang dapat menuntun #akim dalam memeahkan masalah yuridis. 9!roses Konatif: proses bersumber pada hati nurani, menyangkut proses kimia-i dalam tubuh. < !engadilan di Indonesia berbeda dengan pengadilan di 6egara lain yang sekuler, karena dengan adanya irah$irah +Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan :ang &aha 1sa,, berarti memiliki dimensi Ilahiyah. !engadilan di Indonesia tidak +Demi Catu,, pengadilan di Indonesia bukan pengadilan rakyat. !engadilan di Indonesia adalah pengadilan negara yang kemerdekaannya berkat Cahmat 'llah yang &aha Kuasa, mengakui dan mengikatkan diri kepada 'llah :ang &aha 'dil. Demi Keadilan atau atas nama keadilan dalam proses penegakkan hukum, dikandung makna bah-a undang$undang yang diterapkan merupakan hukum yang bersukma keadilan. #akim tidak bisa melihat atau menunjuk ji-a seseorang pelaku kejahatan. !enegakan keadilan melibatkan hal$hal yang meta yuridis. "8 !erangkat disiplin ilmu hukum yang bersifat 0erbal dan penampakannya berupa produk perangkat peraturan perundang$undangan. *ebagai suatu produk buatan manusia dan diproses melalui lembaga politik, perangkat undang$undang per se melekat adegium No .ule /hitout Exception (tidak ada undang$undang yang tidak ada keualinya(. Bide, %hairul 'nam dkk ()88A: //(. ?e0el ' ?e0el % ?e0el D *unnatullahDakal semestaDsupra rasionalDcommon sense 'yat Kauniah !erangkat 'yat Kauliah 6umerik Berbal 6umerik Berbal Disiplin Ilmu &atematika >isika Kimia Bahan #ukum *ejarah &atematika >isika Kimia Bahan #ukum *ejarah !roduk Teknologi ?embaga !eraturan Teknologi ?embaga !eraturan Bagan !engetahuan "" Dimensi Kebenaran dalam !utusan !engadilan ". Teori Koherensi atau Konsistensi $yang membuktikan adanya bukti yang satu yang saling berhubungan dengan bukti yang lain alat bukti pasal"A4 K.#'! #ubungan bersifat rasional a priori' ). Teori Korespondensi Eika ada fakta$fakta persidangan yang saling bersesuaian. &isalnya persesuaian antara keterangan saksi dengan norma atau ide. Eika keterangan saksi &r F menyatakan bah-a pembangunan Kantor D!CD yang dilaksanakan oleh &r : tidak melalui proses lelang tetapi hanya dengan penunjukan langsung !T 6ilep, sehingga tidak melaksanakan fungsinya sesuai dengan Keppres 6o. "A Tahun )888 pasalA ayat ("( dan ()( #ubungan fakta persidangan ini bersifat empiris a posteriori /. Teori .tilitas $ progmatik, kegunaan yang bergantung pada : a(. manfaat (utility) b(. yang dapat dikerjakan ()orka&ility) (. hasil yang memuaskan (satisfactory result) 6ote: 9Unus testis nullus testis 9*alah satu dimensi kebenaran adalah pembenaran (verification)' 9*emakin banyak jumlah bukti yang obyektiDmandiriDindependen, akan ") semakin tinggi derajat kebenaran tentang kejadian kasus yang sebenarnya. "/ Tujuan !utusan !engadilan ". #arus merupakan solusi autoritatif +ndependence 0udiciary $ !erserikatan Bangsa$Bangsa. ). #arus mengandung efisiensi 0ustice delayed is justice denied /. #arus sesuai dengan tujuan undang$undang 4. #arus mengandung aspek stabilitas, yaitu ketertiban sosial dan ketentraman masyarakat. 5. #arus ada fairness yaitu memberi kesempatan yang sama bagi pihak yang berperkara. 6ote: 9 'da / komponen #egal .easoning1 a( Cules, b( >ats, ( EurisprudeneDpeedeneD*tare Deiis. "4 I. !16I6E'.'6 K1&B'?I !asal )7/ ayat ("( K.#'! menyebutkan : Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, keuali putusan bebas atau lepas dari tuntutan hukum, terpidana atau ahli -arisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada &ahkamah 'gung. ". Teori hukum murni dan penafsiran gramatikal. a. !asal )7/ ayat ("( K.#'! tidak menyebut sama sekali tentang EaksaD!enuntut .mum. b. Demi kepastian hukum tidak boleh dibuka kesempatan bagi EaksaD!enuntut .mum untuk mengajukan !eninjauan Kembali (!K(. . #ukum yang bersifat dogmatik harus bersih dari unsur$unsur non yuridis (baik buruk, hal yang berkembang dalam masyarakat, kekuasaan, keadilan(. d. !enegakan hukum harus demi kepastian hukum bukan dari pertimbangan lain, seperti keadilan, politis, sosial ekonomi. d. *umber utama dalam memutus perkara adalah hukum dan tidak didasarkan pada kebijaksanaan. ). #ukum yang bermuatan nilai$nilai. a(. Dari formulasi rumusan pasal tersebut di atas peluang yang diberikan kepada terpidana atau ahli -arisnya, bersifat fakultatif, karena mempergunakan dapat dan tidak bersifat eksklusif. b(. Dengan formulasi rumusan yang tidak bersifat eksklusif, maka seara inklusif E!. sebagai stakeholder atau pemangku kepentingan dalam perkara a 2uo juga dapat mengajukan !K. (. !osisi sebagai pemangku kepentingan (stakeholder), E!. me-akili kepentingan negara, kepentingan publik, kepentingan kemanusiaan, kepentingan nilai keadilan. "5 d(. Dalam perspektif 0iktimologi, yang menjadi korban atau pihak yang dirugikan dalam perkara korupsi adalah rakyat danDatau negara, karena korupsi mempunyai hubungan kausal dengan kerugian keuangan negara. e(. *istem peradilan ad0ersarial kita memberi kesempatan yang sama (fairness) kepada terdak-a dan penuntut umum yang me-akili kepentingan negara. f(. Dalam hal suatu :ayasan merugikan negara (mis. pasal 5/ .. 6o."7 Th )88"(, pemeriksaan dapat dilakukan berdasarkan penetapan !engadilan atas permintaan Kejaksaan dalam hal me-akili kepentingan umum. II. !enjatuhan !idana di ba-ah minimum khusus ". Demi kepastian hukum a. Tidak dapat dibenarkan menjatuhkan pidana di ba-ah minimum khusus. b. #akim tidak ber-enang menyimpang dari ketentuan (antara lain pasal ) dan pasal / .. 6o./" Tahun "<<<( yang telah ditentukan dalam undang$undang. ). Demi keadilan. !utusan pengadilan pidana sejatinya merupakan punak kearifan dalam proses penyelesaian perkara baik bagi pelaku maupun bagi negara yang direpresentasikan oleh E!.. *esuai pasal"<= ayat ("( f K.#'!, dalam suatu putusan harus memuat baik hal$hal yang memberatkan maupun hal$hal yang meringankan. !utusan !engadilan yang berkualiatas, menuntut adanya perpaduan antara kno)ledge dengan )isdom yang hal itu ada dalam energi mental, energi emosional, dan energi spritual. Optimalisai penggunaan energi$energi yang dianugerahkan oleh 'llah :ang "7 &aha Besar dan &aha 'dil tersebut akan menyentuh akal, perasaan dan keyakinan, sehingga akan memunulkan putusan pengadilan yang berkualitas punak kearifan. 1nergi &entalGGGGGGGGGGGGG *aya Berpikir 1nergi 1mosionalGGGGGGGGGG *aya &erasakan 1nergi *pritiualGGGGGGGGGGGG *aya &eyakini .ntuk itu dalam suatu putusan pengadilan biasanya didasari oleh pernyataan terbukti seara sah dan meyakinkan. Kelurusan pikiran (nilai logis( dan beningnya hati (nilai etis( para #akim, akan menghasilkan kebenaran putusan pengadilan yang otentik. #ati yang bening dan jujur menunjukan kepekaan terhadap suara hati atau suara bathin. &engadili suatu perkara akan selalu mempergunakan peranti akan pikiran dan potensi spiritual seara bersamaan.
"= !osisi #akim ". Terdak-a D !enasehat #ukum !andangan subyektif dari posisi yang subyektif. ). Eaksa !enuntut .mum !andangan subyektif dari posisi yang obyektif (me-akili kepentingan negara D masyarakat(. /. #akim !andangan obyektif dari posisi yang obyektif. Dari posisi yang subyektif tersebut tidak terlalu berat beban Terdak-aD!enasehat #ukum karena sebagai pihak berhak untuk berada dalam posisi memenangkan perkara. *edangkan #akim dituntut untuk bersikap obyektif sehingga terapai keadilan. Dalam hubungan dengan pemenuhan keutuhan hakikat keberadaan hukum dan proses peradilan$$$ 'lan & Dersho-itH menyatakan bah-a dalam proses peradilan pidana, kebenaran bukanlah satu$ satunya tujuan (0ide peradilan O.E. *impson(. Tanpa pertimbangan yang komprehensif, proses peradilan dapat tergelinir ke dalam peradilan yang bias, dan menimbulkan The Death of justie (matinya keadilan( serta memunulkan The Death of %ommon *ense (matinya akal sehat(. TC.T# 0ersus E.*TI%1 0ide buku Cobert I Cotberg I Dennis T. "A 'da 4 dimensi bahasa !utusan !engadilan ". harus dapat mengungkapkan dengan bahasa tertentu sehingga dapat dipahami dimensiGGGGGGGGGGGKomprehensif ). harus merujuk kepada obyek sengketa dimensiGGGGGGGGGGGKebenaran (nilai logis( /. harus jujur dengan apa yang diungkapkan dimensiGGGGGGGGGGGtruthfulness (sesuai hati nuraninya( 4. harus ada relasi dengan aturan yang berlaku, baik norma moral atau estetik dimensiGGGGGGGGGGGrightness (nilai etis dan nilai estetis( !enentuan batasan minimum khusus berlatar belakang kekurang perayaan terhadap #akim, karena laHimnya yang ada adalah ketentuan batas maksimum. !enjatuhan pidana di ba-ah minimum khusus, didasarkan kepada rasa keadilan dengan mempergunakan hati nurani. !ermsalahan penegakan hukum seharusnya dibenahi melalui perbaikan sistem dan peningkatan profesionalisme personil, bukan dengan ara memangkas ke-enangan berdasarkan kekurangperayaan. "< K$"S%K&%"S# dari S#ST%M !emakaian sistem hukum %i0il ?a- memiliki konsekuensi produk putusan pengadilan (EudeJ >ati I EudeJ Euris( yang berbeda dengan negara yang memakai sistem ommon ?a-, karena ada perbedaan metode berpikir. Di''eren(es )eten the *i+il ,Roman- and *ommon La S.stem *i+il ,Roman- La ?a- and proedure are go0ernerd by seperate, omprehensi0e, systematiHed odes, -hih are for-ard looking, -ishing to antiipate all ne- problems. %odes are based on sholarly analysis and oneptualiHations. *upreme %ourts interpret nuane of la-. ?egal proeedings must establish the entire truth. Eudges are free to find and interpret fats. There is 0ery little lay partiipation. There is no presumption of guilt or innoene *ommon La ?a- and proedure are go0erned by la-s and preedents, -hih, if odified at all, simply organiHe past eJperienes. ?a-s reflet the eJperiene of pratitioners, on a ase by ase basis. *upreme %ourts de0elop la-. Truth finding is stritly limited by pleadings and rules of e0idene. Cules of e0idene limit the fat$ finding proess. Krand and petit juries play a strong role. There is a presumption of innoene. *oure: 'dler, &ueller, and ?aufer, "<<5. .sed -ith permission of the &Kra-D#il )8 l %ompanies *ee : Comparative Criminal 0ustice $ystems 1rika >airhild I #arry C. Dammer ()88" : 54(. Dari perbedaan sistem tersebut di atas terlihat bah-a dalam dalam sistem Civil #a) : &ahkamah 'gung menafsirkan nuansa hukum #akim bebas menafsirkan fakta$fakta 'palagi dalam perkembangan de-asa ini banyak negara mempergunakan sistem 3y&rid dalam penegakan hukumnya. 96egara$negara seperti Eepang, &esir, *otlandia, !hilipina, 'frika *elatan termasuk yang mempergunakan 3y&rid $ystem. Bahkan menurut 1rika >airhild I #arry C Dammer, sebenarnya tidak ada lagi negara yang mempergunakan sistem yang orisinil dalam sistem peradilan. 9(here )ould &e no glo&ali4ation )ithout international la)' !rofessor 'nthony Kiddens has depited globaliHation as a Lstrething proessM, in -hih onnetions are made bet-een different soial onteJts and region, -hih then beome aross the aert as a -hole. ( *ands : #a)less /orld, 5667187)' 9(he Community #egal $ystem: Nhereas the Treaties ser0e as plans for the onstrution of 1urope and the ement for it is the eonomi and soial ohesion bet-een &ember *atates -hih unites them in the -ill ti li0e and -ork together, the briks for the onstrution are onstitute by an inrising number of %ommunity ?egal 'ts adopted by the %ounil and the %ommission. (6iholas &oussis, ccess (o European Union,l9971:6) )" Butir$butir !okok : ".!engajuan !K (!eninjauan Kembali( oleh E!. (Eaksa !enuntut .mum( pada dasarnya tidak dapat dibenarkan, tetapi dalam keadaan yang sangat eksepsional misalnya untuk kepentingan umum yang sedemikian rupa sifatnya, misalnya kerugian negara yang ukup besar dengan dukungan bukti$bukti yang ukup kuat tidak menutup kemungkinan E!. mengajukan !K (!eninjauan Kembali( atas dasar alasan seperti yang diatur dalam pasal )7/ ayat ()( K.#'!. 9*angat eksepsional, merujuk pada dalil no rule )ithout exceptionGGtidak ada undang$undang yang tidak ada keualinya. 9Kepentingan umum, merujuk pada nilai keadilan bagi korban (victim), dalam kasus korupsi yang seara yuridis dikualifikasikan sebagai termasuk Extra Ordinary Crime$$$korbannya adalah rakyat, keuangan negara, keuangan rakyat. ). !ada dasarnya tidak dapat dibenarkan penjatuhan pidana di ba-ah anaman minimum khusus, akan tetapi seara kasuistis atas dasar pertimbangan nilai keadilan dan nilai kemanusiaan dapat dibenarkan. !utusan pengadilan merupakan hasil dari proses peradilan sesuai dengan prosedur yang berlaku bagi jenis perkara yang bersangkutan apakah perkara pidana, perdata, agama, militer, tata usaha negara, dengan segala turutannya seperti perHinahan, kekerasan dalam rumah tangga (KDCT(, penipuan, penggelapan, korupsi, dan lain sejenisnya. !utusan pengadilan merupakan bagian dari penegakan hukum. #ukum per*se, bukanlah peti kemas yang kosong (empty container), tetapi merupakan holoyuridis yang berisi nilai$nilai. )) Keberadaan aturan hukum yang ada dalam putusan pengadilan, dapat seara dinamis bergerak seara centripetal ke arah nilai$nilai yang terkandung dalam undang$undang tersebut dan juga bergerak seara centrifugal ke arah lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang melingkupinya. Kelahiran suatu perangkat hukum tidak pernah lepas dari postulat moral yang melatar$belakanginya dan selanjutnya. Di negara$negara 'nglo$*aJon, putusan pengadilan dapat digambarkan dalam 5 komponen, yaitu -acts, +ssue(s), 3olding(s), .easoning, and ,olicy' &engenai fat atau fakta hukum, merupakan deskripsi tentang posisi kasus (case position) atau peristi-a hukum yang terjadi yang menuntut adanya penyelesaian. *edangkan komponen legal issuers) merupakan pertanyaan tentang hukum apa yang harus dipergunakan pengadilan dalam menyelesaikan peristi-a hukum tersebut. Berkenaan dengan komponen holding(s) merupakan legal statement yang ada dalam putusan pengadilan (the court decision)' *edangkan reasoning merupakan komponen tentang pertimbangan$pertimbangan hukum yang mendasari putusan pengadilan tersebut. Komponen policy merupakan kebijakan sosial (the social policy) atau tujuan$tujuan (goals) yang terkandung dalam hakekat keberadaan aturan hukum tersebut. #al yang dipertimbangkan (legal reasoning) dalam putusan adalah "( >ats, )( Cules, dan /( Eurisprudene, baik yang menganut asas preedene, stare deisis di negara 'nglo *aJon maupun dinegara yang memakai sistem kontinental.
!utusan pengadilan di Indonesia sesuai syarat$syarat yang ditentukan oleh pasal "<= K.#'! ("(, harus memuat: a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : 2D1&I K1'DI?'6 B1CD'*'CK'6 K1T.#'6'6 :'6K &'#' 1*'2, )/ b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdak-a. . dak-aan, sebagaimana terdapat dalam surat dak-aanO d. pertimbangan yang disusun seara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdak-aO e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutanO f. pasal peraturan perundang$undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan peraturan perundang$undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan$keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdak-aO g. hari dan tanggal diadakannya musya-arah majelis hakim keuali perkara diperiksa oleh hakim tunggalO h. pernyataan kesalahan terdak-a, pernyataan telah terpenuhinya semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanan atau tindakan yang dijatuhkanO i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang buktiO j. keterangan bah-a seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsuO k. perintah supaya terdak-a ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskanO l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera. ()( Tidak terpenuhinya ketentuan dalam ayat ("( huruf a,b, , d, e, f, h, j, k, dan I pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum. (/( !utusan dilaksanakan dengan segera menurut ketentuan dalam undang$undang ini. Dalam proses peradilan perkara (pidana( yang berupaya maksimal )4 untuk menemukan dan me-ujudkan kebenaran materiel, menuntut adanya adanya kompetensi dari #akim yang berupa kno)ledge, legal technical capacity (skill) dan commitment agar dapat menelorkan putusan pengadilan yang menerminkan keadilan. !roses mengadili perkara (pidana( merupakan proses interaksi nalar hukum dan nurani dalam upaya menapai punak kearifan dalam menyelesaikan perkara tersebut. !utusan pengadilan (pidana( harus berdasarkan atas fakta$ fakta yang sah munul di persidangan dan dapat meyakinkan &ajelis #akim. Bukti$bukti yang sah mengandung arti asli (authentic), dapat diperaya (relia&le), benar seperti adanya (valid)' &eyakinkan berarti tidak ada keraguan lagi bagi &ajelis #akim bah-a ada hubungan kausal antara perbuatan terdak-a dengan akibat yang timbul. !utusan pengadilan (pidana( harus menjelaskan tentang tidak terbukti atau terbuktinya terdak-a melakukan perbuatan yang di dak-akan (dalam ranah lahir( dan bersalah (dalam ranah bathin(. Di samping ada teori yang membedakan antara perbuatan pidana dan pertanggung$ja-aban pidana, juga ada teori yang membedakan antara pelaku dengan perbuatan pidana. !erkara yang diajukan ke muka pengadilan menuntut dipenuhinya syarat &eyond reasona&le dou&t dan harus dibuktikan dalam proses pengadilan. Dalam proses pengadilan yang berada dalam kompetensi 0udex -acti semua hal$hal yang rele0an seara yuridis (pasal "A4 K.#'!@ keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdak-a( harus dipertimbangkan dan dijadikan dasar bagi putusan pengadilan yang dijatuhkannya. Eika ada fakta yang rele0an seara yuridis tidak dipertimbangkan dan terdak-a dibebas$kan, maka putusan 0udex -acti tersebut berpotensi untuk dibatalkan dalam tingkat kasasi oleh 0udex 0uris, karena 0udex -acti salah menerapkan hukum dengan alasan kurang mempertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) atau tidak )5 mempertimbangkan dengan benar adanya fakta yang diajukan seara sah di persidangan. #ubungan kausal dalam suatu peristi-a hukum harus dibuktikan dalam proses peradilan, kaamata teori tentang causation menunjukkan adanya ) maam yaitu "( recursive;hierarchial 'GBG% dan )( reciprocal ' B. Dalam kaamata teori filsafat logika, hubungan kausalitas digambarkan ada yang a priori, a post teriori dan akibat ke akibat. Terhadap putusan pengadilan yang menyatakan bah-a dak-aan yang didak-akan terhadap terdak-a tidak terbukti dan diputus oleh 0udex -acti dan jika Eaksa !enuntut .mum (E!.( mengajukan upaya hukum kasasi, maka !emohon Kasasi (E!.( harus dapat membuktikan bah-a putusan bebas tersebut bukan bebas murni, jika tidak dapat membuktikan maka upaya hukum kasasi oleh E!. tersebut oleh 0udex 0uris akan dinyatakan tidak dapat diterimaO dengan alasan pemohon kasasi (E!.( tidak dapat mengajukan alasan$alasan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni dari putusan bebas tersebut. Dan sebaliknya, kalau dapat mem$buktikan upaya hukum tersebut akan dinyatakan dikabulkan. *edangkan kalau putusan pada pengadilan tingkat pertama dinyatakan terbukti tetapi bukan merupakan perbuatan pidana, maka putusan 0udex juris terhadap upaya hukum kasasi akan berupa menolak atau mengabulkan permohonan kasasi. !utusan pengadilan, akan menjelaskan tentang terbukti atau tidak terbuktinya unsur$unsur dari pasal (pasal( yang didak-akan terhadap terdak-a dalam perkara pidana atau posita gugatan dalam perkara perdata. .nsur 2mela-an hukum2 dalam perkara pidana dapat dikaji dalam ) perspektif, yaitu : "( Dari segi praktek penerapan hukum, ada )7 :urisprudensi &ahkamah 'gung CI, yaitu dalam putusan &ahkamah 'gung 6o. =" KD!idD"<=/ dengan tegas disebutkan bah-a unsur mela-an hukum tidaklah dapat diartikan dalam pengertian sempit melainkan harus diartikan dalam pengertian luas, termasuk di dalamnya ketentuan yang tidak tertulis maupun kebiasaan yang seharusnya dipatuhi karena terdak-a telah jelas melanggar ketentuan prosedur pemberian overdraft, sehingga unsur mela-an hukum haruslah dinyatakan terbukti . )(. Dari segi filosofis, sifat mela-an hukum materiel dapat dilihat: a( seara ontologis, artinya dilihat dari hakekat 'D'$nya atau keberadaan perbuatan tersebut (bersifat korup( tidak dikehendaki oleh masyarakat, dan b(. seara aksiologis, artinya dilihat dari segi 6I?'I, perbuatan tersebut (korupsi( tidak ook dengan nilai kesusilalan dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam suatu putusan pengadilan apa ukup diper$timbangkan (mis. dalam perkara korupsi( tentang menyalahgunakan ke-ajibannya, antara lain di-ajibkan mengeek laporan ba-ahannya tetapi tidak di ek seara teliti. Dan apakah ukup dipertimbangkan tentang menyalahgunakan ke-enangan dalam kasus korupsi Ketua D!CD yang mengatur masalah publik (masalah tata usaha kayu( padahal seara yuridis dia tidak mempunya i ke-enangan untuk hal itu. *ehingga fakta yuridis terbukti Ketua D!CD tsb menyalahguna$kan ke-enangan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya. Dia menetapkan kepemilikan kayu illegal logging tanpa melalui proses lelang. !utusan pengadilan menurut pasal "< ayat (4(, (5( .. 6o. 4 Tahun )884, disyaratkan : dalam sidang permusya-aratan, setiap hakim -ajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan. )= Dalam hal sidang permusya-aratan tidak dapat diapai mufakat bulat, pendapat hakim yang berbeda -ajib dimuat dalam putusan. Begitu pula ketentuan dalam pasa" /8 ayat ()( (/( .. 6o 5 Tahun )884 yang memuat juga tentang <issenting Opinion yang menunjukkan adanya transparansi dan kejelasan pertanggungja-aban hakim terhadap tugas profesionalnya. Dalam hubungan ini, putusan pengadilan ada / maam, yaitu : ". Unanimous atau putusan diambil dengan suara bulat. ). Concurring Opinion, yaitu ada pendapat anggota majelis yang setuju dengan amar putusan, misalnya terdak-a dijatuhi pidana penjara selama / tahun, karena penipuan, tetapi dengan pertimbangan yang berbeda. /. Dissenting Opinion, yaitu pendapat anggota majelis yang berbeda dengan pendapat suara terbanyak, berbeda baik pertimbangan hukum maupun amar putusan, suara terbanyak menyatakan terdak-a dibebaskan dari dak-aan karena salah satu unsur tidak terpenuhi, tetapi yang menyatakan <issenting Opinion berpendapat lain bah-a seluruh unsur dak-aan terpenuhi dan terdak-a dijatuhi pidana / tahun. 4. *eara prosedural, pengajuan permohonan kasasi diatur dalam pasal )45 K.#'! dan pengajuan memori kasasi diatur dalam pasal )4A K.#'!. Tidak dipenuhinya syarat formal misalnya permohonan kasasi permohonan kasasi diajukan melebihi batas -aktu "5 hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi )A itu diberitahukan (kepada terdak-a(, maka permohonan kasasi tersebut dinyatakan tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijk verklaren atau biasa disebut 6O dan karena menyangkut prosedur formal di &ahkamah 'gung biasanya disingkat 6O >. #al ini sekedar untuk membedakan dengan kode 6O yang lain yaitu tidak diterimanya kasasi E!., atas dasar !emohon kasasiDE!. tidak dapat membuktikan bah-a putusan EudeJ >ati bukan bebas murni, karena pemohon kasasi tidak dapat mengajukan alasan$alasan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni dari putusan bebas tersebut tersebut. .ntuk yang tidak diterimanya kasasi yang menyangkut esensi pokok perkara sebagian #akim 'gung memberi tanda 6O 1. 5. 6O 1 yang berkaitan dengan !asal )44 K.#'! yang menyatakan : Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain &ahkamah 'gung, terdak-a atu penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada &ahkamah 'gung, keuali terhadap putusan bebas. Dalam praktek ternyata pengertian +bebas, dapat ditafsirkan bebas murni dan bebas tidak murni. Dalam pemeriksaan kasasi di &ahkamah 'gung, majelis kasasi akan mengabulkan kasasi E!. sebgai pemohon kasasi jika dapat membuktikan bah-a putusan 0udex -acti ternyata bukan bebas murni, sebaliknya akan memutuskan tidak dapat diterima atau 6O > jika E!. tidak dapat membuktikan bah-a putusan E> bukan bebas murni, karena tidak dapat mengajukan alasan$alasan yang dapat dijdikan dasar pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni dari putusan bebas tersebut. Dalam hubungan ini terlihat bah-a tradisi suatu ko0ensi sering lebih kuat dari logika. *eperti halnya juga sering dikatakan bah-a la) not have &een logic &ut experience' )< 7. Dalam pasal )5/ K.#'! ditentukan bah-a pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh &ahkamah 'gung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal )44 dan pasal )4A guna menentukan : a. 'pakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinyaO b. 'pakah benar ara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang$undangO . 'pakah benar pengadilan telah melampaui batas ke-enangannya. Dengan dasar pasal )5/ K.#'! tersebut di atas pintu masuk permohonan kasasi adalah dengan alasan hukum : a. EudeJ >ati (E>( salah menerapkan hukum, karena salah menafsirkan dan menerapkan unsur mela-an hukum, dlsb. b. EudeJ >ati dalam mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang$undang, karena (misalnya( dalam mengadili perkara a ;uo tidak dengan majelis, tetapi dengan hakim tunggal, dlsb. . EudeJ >ati dalam mengadili telah melampaui batas ke-enangannya, karena (misalnya( menjatuhkan pidana di atas batas maksimum yang telah ditentukan oleh undang$ undang, dlsb. =. Dalm hubungannya dengan pasal )7/ K.#'! yang mensyaratkan terpidana harus hadir dalam pemeriksaan !eninjuan Kembali (!K(, maka jika tidak memenuhi ketentuan tersebut tidak dapat diterima, /8 yaitu jika terpidana tidak hadir dalam pemeriksaan di pengadilan di mana permohonan !K tersebut diajukan.!asal )75 ayat ("( menyebutkan bah-a: Ketua !engadilan setelah menerima permintaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam pasal )7/ semula yang dimintakan peninjauan kembali itu untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali tersebut beralasan sebagaimana dimaksud dalam pasal )7/ ayat ()(. Dalam pasal )75 ayat ()( K.#'! disebutkan bah-a : pemohon dan jaksa ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya. *edangkan pasal )77 ayat ("( menyebutkan: dalam permintaan peninjauan kembali tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut dalam pasal )7/ ayat ()(, &ahkamah 'gung menyatakan bah-a permintaan peninjauan kembali tidak dapat diterima disertai dasar alasannya. !asal )7/ ayat ()( intinya menyatakan bah-a : permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar: a( apabila terdapat keadaan baru, b( ternyata ada pertentangan satu dengan yang lain, ( ada kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata. Butir$butir pokok: ". *eara umum putusan !engadilan Tinggi selaku EudeJ >ati (E>( akan dinyatakan batal oleh &ahkamah 'gung selaku EudeJ Eurist (EE(, jika tidak memenuhi ketentuan pasal "<= K.#'!. ). !utusan Tingkat Banding, akan dinyatakan batal oleh &ajels Kasasi, jika putusan Tingkat Banding tersebut berkualifikasi Onvoldoende =emotiveerd atau kurang mempertimbangkan hal$ hal yang rele0an seara yuridis. /. !utusan Tingkat Banding, akan dinyatakan batal dalam pemeriksaan Tingkat Kasasi, jika merubah jumlah pidana yang telah dijatuhkan oleh pengadilan tingkat !ertama dengan tanpa /" memberikan pertimbangan hal$hal yang memberatkan dan hal$hal yang meringankan dengan tepat dan benar, hal ini karena tidak memenuhi ketentuan pasal "<= ayat ("(f K.#'!. 4. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan oleh pemeriksaan Tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan tingkat !ertama yang tidak mempertimbangkan adanya ,rae 0udicial =eschil seperti yang ditentukan dalam pasal A" K.#!. &isalnya karena tipisnya batas antara penipuan pasal /=A K.#! dengan perbuatan Nanprestasi yang berada dalam domain hukum perdata. 5. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan tingkat pertama yang menerapkan pasal )A5 ayat ()(b terhadap pelaku perHinahan pria. 7. !utusan Tingkat banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan Tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan Tingkat !ertama yang memproses perkara perHinahan padahal tidak ada pengaduan dari suamiDisteri yang teremar, karena perHinahan merupakan delik aduan absolut. =. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan Tingkat Kasasi, jika salah satu anggota majelis ada hubungan keluarga atau mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang ditangani, karena hal itu melanggar pasal )< ayat (/( dan (7( .. 6o. 4 Tahun )884. /) Kepustakaan : Berring, Cobert %, I 1dinger, 1liHabeth ', -inding (he #a), Nest Kroup, *T. !aul, &innesota, "<<< !oespoprodjo, N, ?ogika *ientifika, !ustaka grafika, Bandung, "<<< Ceynold, Nilliam ?, 0udicial ,rocess, Nest !ublishing %o, *T. !aul, &innesota, "<A8 *hapo, #elene *, et al, /riting and nalysis in the #a), >oundation !ress, 6e- :ork, "<<< //