You are on page 1of 33

MISCARRIAGE OF JUSTICE

Dan Tugas Yuridis


Mahkamah Agung
Oleh : Dr. Artidjo Alkostar,
SH, LLM
Ketua Muda Pidana MARl
I. Korupsi sebagai Extra Ordinary Crime
Korupsi politik yang terjadi di Indonesia ditunjukkan dalam
berbagai kasus korupsi yang terbukti dilakukan oleh pejabat atau
penyelenggara negara. Telah banyak pemangku kekuasaan politik yang
dipidana karena melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara.
Korban kejahatan korupsi politik adalah rakyat. Dalam negara
demokrasi, sejatinya rakyat menjadi pemangku kepentingan
(stakeholder) kedaulatan negara. Banyaknya kesempatan dan sarana
yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan di eksekutif dan kekuasaan
eletoral di parlemen, menjadi peluang melakukan korupsi. Dengan
berbagai modus operandi pelaku korupsi politik melakukan tindakan
transaksional yang menguntungkan diri sendiri, orang lain atau
korporasi.
Dampak korupsi politik sangat berbahaya bagi integritas negara
dan martabat bangsa. !redikat negara korup akan dan harus ditanggung
"
oleh seluruh komponen bangsa, termasuk sebagian besar rakyat yang
tidak berdosa. Kendatipun korupsi di Indonesia seara yuridis telah
dikualifikasikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes),
namun fenomena korupsi yang sistemik dan meluas tetap merisaukan
masyarakat seara nasional. !elaku korupsi politik menoreng harga diri
bangsa di depan publik internasional. #ilangnya harta kekayaan negara
dalam jumlah trilyunan rupiah, telah mengakibatkan banyak rakyat
menderita, kehilangan hak$hak strategis seara sosial$ekonomi,
mengalami degradasi martabat kemanusiaan dan menjadi buram masa
depannya.
Kendatipun banyak rakyat tidak tahu seara harfiah bunyi undan$
undang, tetapi seara naluriah rakyat memiliki hari nurani dan akal sehat
(common sense) dalam merespon praktek perlakuan hukum terhadap
koruptor dan makelar kasus. %ita rasa keadilan rakyat banyak akan
terluka manakala ada pemegang kekuasaan politik menjual harga dirinya
demi memperoleh kekayaan dan keuntungan. Dalam negara demokrasi,
sejatinya pemangku jabatan politik dan pemegang kekuasaan eletoral
menjadi transmisi aspirasi rakyat. Banyaknya korupsi politik menjadi ironi
bagi demokrasi, apalagi proses pemilihan langsung oleh rakyat telah
menelan biaya sosial$ekonomi yang sangat mahal. Demokrasi yang di
dalamnya banyak korupsi politik, menunjukkan betapa demokrasi baru
berproses seara proedural tidak substantif, baru menjadi ritual politik
tidak aspiratif.
&akelar kasus dalam korupsi merupakan pembajak proses hukum
menuju keadilan dan menodai perjalanan peradaban bangsa. Buah
demokrasi ekonomi harus dijaga agar jangan hanya sampai hanya
dinikmati oleh tiap koruptor, makelar kasus dan jago suap. 'kan terjadi
the death of justice (matinya keadilan(, jika terjadi beberapa gelintir
)
orang menjadi kebal hukum akibat ulah makelar kasus. Bertemunya
kepentingan makelar kasus dengan aktor pelaku korupsi politik
menunjukkan bisa mengatur proses hukum, untuk berada di atas hukum.
!enanggulangan korupsi politik tidak dapat dilakukan setengah hati,
karena akan menimbulkan budaya sinisme dan apatisme dalam
memberantas korupsi. *ebagai pemegang kedaulatan dalam negara
demokrasi, rakyat Indonesia tidak boleh +mati rasa, dalam upaya
menumpas korupsi. 'langkah malangnya rakyat Indonesia jika otoritas
kekuasaan negara kalah dalam berperang mela-an penuri kekayaan
negara.
Dengan masuknya peran makelar kasus, maka proses hukum
akan menjadi arena lomba berdusta. &akelar kasus berusaha
membelokan arah kebenaran kepada kesesatan dan mempengaruhi
penegak hukum menjadi bias nurani. 'parat yang terperangkap dalam
skenario makelar kasus berarti mengidap kolesterol moral dan
kehilangan daya tahan independensinya. %ahaya kedaulatan hukum
harus selalu dinyalakan karena kolusi antara koruptor dan makelar kasus
selalu berlangsung di tempat yang +gelap, dan bersembunyi dari sorotan
media. Bendera perang terhadap korupsi harus selalu dikibarkan, karena
menyangkut pertaruhan masa depan bangsa. Koruptur per se menuri
hak$hak anak bangsa yang belum lahir, karena porsi persediaan dan
potensi masa depannya telah dikurangi seara tidak sah.
Tindakan para koruptor dan makelar kasus, menimbulkan iklim
sosial predatory society atau masyarakat saling memangsa, karena
tidak menghormati hukum dan kehilangan komitmen bersama untuk
membangun masa depan yang lebih baik. Dalam kondisi yang demikian
akan munul ketidaperayaan terhadap otoritas kekuasaan negara.
.ntuk itu, proses penegakan hukum pidana yang terintegrasi (integrated
/
criminal justice system) harus menjadi solusi autoritatif dalam
penyelesaian koruspi politik dan fenomena makelar kasus yang terjadi
dalam masyarakat.
Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention gainst
Corruption (UNCC), hal ini menunjukan bah-a negara kita telah
mengikatkan diri dalam komunitas internasional untuk memberantas
korupsi. Konsekuensi logisnya, Indonesia memiliki instrument hukum
untuk bersikap proaktif dalam upaya mengembalikan uang rakyat yang
dikoruspi dan melakukan kerjasama internasional mengektradisi
korupsot yang melarikan diri ke luar negeri. Tugas seluruh komponen
bangsa saat ini adalah mere0italisasi fungsi protektif hukum terhadap
korban kejahatan korupsi yaitu rakyat miskin yang tidak sanggup merasa
mampu menuntut hak$hak konstitusionalnya untuk hidup layak bagi
kemanusiaan.
II. 1ntitas dan *ubstansi #ukum
'pakah #ukum merupakan Empty Container! atau merupakan 2!eti
Kemas yang Kosong2. #ukum diberlakukan untuk masyarakat manusia,
hukum bukan untuk hukum. .ntuk itu, hukum dituntut untuk berisi nilai$
nilai yang diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Karena hukum mengatur masalah hubungan sosial, budaya dan
ekonomi, juga mengkualifikasikan relasi kekuasaan politik dan aspek
kehidupan lainnya. #ukum mengkonstruksi hubungan indi0idu dengan
pihak lain dan mengkategorikan perbuatan yang salah dan yang benar.
'pa artinya #ukum yang tanpa berisi moralitas 3 ("uid #eges $ine
%ori&us)' *etiap hukum dalam dirinya mengandung sistem nilai,
sehingga dipertanyakan keberadaan hukum, jika dalam suatu
4
masyarakat terjadi kekaauan sosial dan banyak ketidakadilan.
5
Ketaatan terhadap Asas
*alah satu karakteristik pemikiran hukum pidana adalah ketaatan
terhadap asas hukum (pidana(, sehingga peraturan pemikiran dalam
praktek penerapan hukum tidak keluar dari arena nilai, asas dan norma.
6omologos hukum pidana yang ada dalam norma perangkat hukum
sejatinya tidak lepas dari postulat moral yang melatarbelakangi. 6orma
tersebut harus sesuai dengan asas$asas dalam rangka menegakkan
nilai$nilai yang menjadi esensi dari keberadaan hukum yang menjadi
bagian tak terpisahkan dari kehidupan indi0idu dan komunitas sosial.
Keaji!an Hakim
Dalam memeriksa dan meng$adil$i suatu perkara, pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bah-a hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan -ajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Ketentuan pasal "7 ayat ("( .. 6o.4 Tahun )884 tersebut menunjukkan
bah-a keadilan menjadi -ajib untuk tetap ditegaskan kendatipun tidak
ada ketentuan hukum normatifnya.
Keadilan merupakan kebutuhan pokok rokhaniah dalam tata hubungan
masyarakat, keadilan merupakan bagian dari struktur rokhaniah suatu
masyarakat. *uatu masyarakat memiliki gambaran tentang mana yang
patut dan tidak patut, mana yang benar dan yang salah, kendatipun
dalam masyarakat tersebut tidak ada undang$undang tertulisnya.
7
Dinamika dan *pirit #ukum
#ukum yang menakup pengertian undang$undang memiliki
hubungan sentrifugal (bergerak ke luar( dengan faktor sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. #ukum juga memiliki hubungan sentripetal (bergerak
ke dalam( dengan nilai logis (kebenaran(, etis (keadilan(, dan estetis
(keindahan(. #ukum dalam tekstur (susunan( tersebut tidak hanya
bersifat yuridis formal dan tidak seperti peti kemas kosong (empty
container(, tetapi hukum tersebut memiliki spirit nilai$nilai kehidupan
komunitas manusia.
9Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan :ang &aha 1sa
9(he $pirit of #a)s*** &ontes;uieu
9Kaedilan adalah hal yang ada dalam metanorm
9+n the morality of la), ,rof' -uller has explored the ethical root of legal
ordering as )ell as the links &et)een legal morality and traditional
merican values' (*tuart ' *heingold: l<=4 : 5/(.
:uridis >ormal
Kosmos
*osial
1konomi *osial
!olitik
6ilai:
?ogis 1tis
1stetis
=
'rena berpikir penerapan hukum
"#LA#
ASAS
"$RMA
6ilai logis @ kebenaran
6ilai etis @ keadilan
6ilai @ keindahan, harmoni
Ne &is in idem
,resumption of innocence
$ Konstruksi hipotesis
$ >ormulasi kategori
A
Karakteristik !utusan !engadilan (:urisrudensi(
*etiap #akim memiliki latar belakang keluarga, pendidikan, usia,
lingkungan pergaulan, uni0ersitas, dan panutan pendidik yang berbeda,
sehingga bisa menimbulkan konsekuensi perbedaan sistem nilai
(ideologi( diantara para #akim.
". :urisprudensi !engertian
!roses penerapan hukum dipandang sebagai tindakan kognitif
murni atau pengenalan murni dan penyelesaian kasus konkrit
dipandang sebagai proses silogisme.
9!roses Kognitif: proses berpikir$$$proses logika penalaran.
). :urisprudensi 'sas
!roses penerapan hukum didasarkan kepada asas$asas atau
prinsip$prinsip dasar hukum yang memiliki persamaan hakiki,
seperti prinsip persamaan dihadapan hukum (e;uality before the
la-(, orang tidak bisa diadili untuk yang kedua kali dalam kasus
yang sama (non bis in idem(, dan lain sejenisnya.
/. :urisprudensi Bolitief
!utusan pengadilan bukan sekedar pengenalan murni atau
mengetahui bunyi undang$undang kemudian menerapkan dalam
situasi konkrit, tetapi lebih dari itu yaitu merupakan tindakan
kehendak (0olitief( berdasarkan pertimbangan nilai$nilai yang
dapat menuntun #akim dalam memeahkan masalah yuridis.
9!roses Konatif: proses bersumber pada hati nurani, menyangkut
proses kimia-i dalam tubuh.
<
!engadilan di Indonesia berbeda dengan pengadilan di 6egara lain
yang sekuler, karena dengan adanya irah$irah +Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan :ang &aha 1sa,, berarti memiliki dimensi
Ilahiyah. !engadilan di Indonesia tidak +Demi Catu,, pengadilan di
Indonesia bukan pengadilan rakyat. !engadilan di Indonesia adalah
pengadilan negara yang kemerdekaannya berkat Cahmat 'llah yang
&aha Kuasa, mengakui dan mengikatkan diri kepada 'llah :ang
&aha 'dil.
Demi Keadilan atau atas nama keadilan dalam proses penegakkan
hukum, dikandung makna bah-a undang$undang yang diterapkan
merupakan hukum yang bersukma keadilan.
#akim tidak bisa melihat atau menunjuk ji-a seseorang pelaku
kejahatan.
!enegakan keadilan melibatkan hal$hal yang meta yuridis.
"8
!erangkat disiplin ilmu hukum yang bersifat 0erbal dan penampakannya
berupa produk perangkat peraturan perundang$undangan. *ebagai
suatu produk buatan manusia dan diproses melalui lembaga politik,
perangkat undang$undang per se melekat adegium No .ule /hitout
Exception (tidak ada undang$undang yang tidak ada keualinya(.
Bide, %hairul 'nam dkk ()88A: //(.
?e0el '
?e0el %
?e0el D
*unnatullahDakal semestaDsupra rasionalDcommon sense
'yat Kauniah
!erangkat
'yat Kauliah
6umerik Berbal 6umerik Berbal
Disiplin Ilmu
&atematika
>isika
Kimia
Bahan
#ukum
*ejarah
&atematika
>isika
Kimia
Bahan
#ukum
*ejarah
!roduk Teknologi
?embaga
!eraturan
Teknologi
?embaga
!eraturan
Bagan !engetahuan
""
Dimensi Kebenaran dalam !utusan !engadilan
". Teori Koherensi atau Konsistensi
$yang membuktikan adanya bukti yang satu yang saling berhubungan
dengan bukti yang lain alat bukti pasal"A4 K.#'!
#ubungan bersifat rasional a priori'
). Teori Korespondensi
Eika ada fakta$fakta persidangan yang saling bersesuaian. &isalnya
persesuaian antara keterangan saksi dengan norma atau ide. Eika
keterangan saksi &r F menyatakan bah-a pembangunan Kantor
D!CD yang dilaksanakan oleh &r : tidak melalui proses lelang tetapi
hanya dengan penunjukan langsung !T 6ilep, sehingga tidak
melaksanakan fungsinya sesuai dengan Keppres 6o. "A Tahun )888
pasalA ayat ("( dan ()( #ubungan fakta persidangan ini bersifat
empiris a posteriori
/. Teori .tilitas
$ progmatik, kegunaan yang bergantung pada :
a(. manfaat (utility)
b(. yang dapat dikerjakan ()orka&ility)
(. hasil yang memuaskan (satisfactory result)
6ote:
9Unus testis nullus testis
9*alah satu dimensi kebenaran adalah pembenaran (verification)'
9*emakin banyak jumlah bukti yang obyektiDmandiriDindependen, akan
")
semakin tinggi derajat kebenaran tentang kejadian kasus yang
sebenarnya.
"/
Tujuan !utusan !engadilan
". #arus merupakan solusi autoritatif
+ndependence 0udiciary $ !erserikatan Bangsa$Bangsa.
). #arus mengandung efisiensi
0ustice delayed is justice denied
/. #arus sesuai dengan tujuan undang$undang
4. #arus mengandung aspek stabilitas, yaitu ketertiban sosial dan
ketentraman masyarakat.
5. #arus ada fairness yaitu memberi kesempatan yang sama bagi pihak
yang berperkara.
6ote:
9 'da / komponen #egal .easoning1 a( Cules, b( >ats, (
EurisprudeneDpeedeneD*tare Deiis.
"4
I. !16I6E'.'6 K1&B'?I
!asal )7/ ayat ("( K.#'! menyebutkan : Terhadap putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, keuali
putusan bebas atau lepas dari tuntutan hukum, terpidana atau ahli
-arisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada
&ahkamah 'gung.
". Teori hukum murni dan penafsiran gramatikal.
a. !asal )7/ ayat ("( K.#'! tidak menyebut sama sekali tentang
EaksaD!enuntut .mum.
b. Demi kepastian hukum tidak boleh dibuka kesempatan bagi
EaksaD!enuntut .mum untuk mengajukan !eninjauan Kembali
(!K(.
. #ukum yang bersifat dogmatik harus bersih dari unsur$unsur
non yuridis (baik buruk, hal yang berkembang dalam
masyarakat, kekuasaan, keadilan(.
d. !enegakan hukum harus demi kepastian hukum bukan dari
pertimbangan lain, seperti keadilan, politis, sosial ekonomi.
d. *umber utama dalam memutus perkara adalah hukum dan
tidak didasarkan pada kebijaksanaan.
). #ukum yang bermuatan nilai$nilai.
a(. Dari formulasi rumusan pasal tersebut di atas peluang yang
diberikan kepada terpidana atau ahli -arisnya, bersifat
fakultatif, karena mempergunakan dapat dan tidak bersifat
eksklusif.
b(. Dengan formulasi rumusan yang tidak bersifat eksklusif, maka
seara inklusif E!. sebagai stakeholder atau pemangku
kepentingan dalam perkara a 2uo juga dapat mengajukan !K.
(. !osisi sebagai pemangku kepentingan (stakeholder), E!.
me-akili kepentingan negara, kepentingan publik,
kepentingan kemanusiaan, kepentingan nilai keadilan.
"5
d(. Dalam perspektif 0iktimologi, yang menjadi korban atau pihak
yang dirugikan dalam perkara korupsi adalah rakyat danDatau
negara, karena korupsi mempunyai hubungan kausal dengan
kerugian keuangan negara.
e(. *istem peradilan ad0ersarial kita memberi kesempatan yang
sama (fairness) kepada terdak-a dan penuntut umum yang
me-akili kepentingan negara.
f(. Dalam hal suatu :ayasan merugikan negara (mis. pasal 5/ ..
6o."7 Th )88"(, pemeriksaan dapat dilakukan berdasarkan
penetapan !engadilan atas permintaan Kejaksaan dalam hal
me-akili kepentingan umum.
II. !enjatuhan !idana di ba-ah minimum khusus
". Demi kepastian hukum
a. Tidak dapat dibenarkan menjatuhkan pidana di ba-ah minimum
khusus.
b. #akim tidak ber-enang menyimpang dari ketentuan (antara lain
pasal ) dan pasal / .. 6o./" Tahun "<<<( yang telah
ditentukan dalam undang$undang.
). Demi keadilan.
!utusan pengadilan pidana sejatinya merupakan punak kearifan
dalam proses penyelesaian perkara baik bagi pelaku maupun bagi
negara yang direpresentasikan oleh E!.. *esuai pasal"<= ayat
("( f K.#'!, dalam suatu putusan harus memuat baik hal$hal
yang memberatkan maupun hal$hal yang meringankan.
!utusan !engadilan yang berkualiatas, menuntut adanya
perpaduan antara kno)ledge dengan )isdom yang hal itu ada dalam
energi mental, energi emosional, dan energi spritual. Optimalisai
penggunaan energi$energi yang dianugerahkan oleh 'llah :ang
"7
&aha Besar dan &aha 'dil tersebut akan menyentuh akal, perasaan
dan keyakinan, sehingga akan memunulkan putusan pengadilan
yang berkualitas punak kearifan.
1nergi &entalGGGGGGGGGGGGG *aya Berpikir
1nergi 1mosionalGGGGGGGGGG *aya &erasakan
1nergi *pritiualGGGGGGGGGGGG *aya &eyakini
.ntuk itu dalam suatu putusan pengadilan biasanya didasari
oleh pernyataan terbukti seara sah dan meyakinkan.
Kelurusan pikiran (nilai logis( dan beningnya hati (nilai etis( para
#akim, akan menghasilkan kebenaran putusan pengadilan yang
otentik. #ati yang bening dan jujur menunjukan kepekaan terhadap
suara hati atau suara bathin. &engadili suatu perkara akan selalu
mempergunakan peranti akan pikiran dan potensi spiritual seara
bersamaan.

"=
!osisi #akim
". Terdak-a D !enasehat #ukum
!andangan subyektif dari posisi yang subyektif.
). Eaksa !enuntut .mum
!andangan subyektif dari posisi yang obyektif (me-akili
kepentingan negara D masyarakat(.
/. #akim
!andangan obyektif dari posisi yang obyektif.
Dari posisi yang subyektif tersebut tidak terlalu berat beban
Terdak-aD!enasehat #ukum karena sebagai pihak berhak untuk
berada dalam posisi memenangkan perkara. *edangkan #akim
dituntut untuk bersikap obyektif sehingga terapai keadilan.
Dalam hubungan dengan pemenuhan keutuhan hakikat keberadaan
hukum dan proses peradilan$$$ 'lan & Dersho-itH menyatakan
bah-a dalam proses peradilan pidana, kebenaran bukanlah satu$
satunya tujuan (0ide peradilan O.E. *impson(.
Tanpa pertimbangan yang komprehensif, proses peradilan dapat
tergelinir ke dalam peradilan yang bias, dan menimbulkan The Death
of justie (matinya keadilan( serta memunulkan The Death of
%ommon *ense (matinya akal sehat(.
TC.T# 0ersus E.*TI%1 0ide buku Cobert I Cotberg I Dennis T.
"A
'da 4 dimensi bahasa !utusan !engadilan
". harus dapat mengungkapkan dengan bahasa tertentu
sehingga dapat dipahami
dimensiGGGGGGGGGGGKomprehensif
). harus merujuk kepada obyek sengketa
dimensiGGGGGGGGGGGKebenaran (nilai logis(
/. harus jujur dengan apa yang diungkapkan
dimensiGGGGGGGGGGGtruthfulness (sesuai hati nuraninya(
4. harus ada relasi dengan aturan yang berlaku, baik
norma moral atau estetik
dimensiGGGGGGGGGGGrightness (nilai etis dan nilai estetis(
!enentuan batasan minimum khusus berlatar belakang kekurang
perayaan terhadap #akim, karena laHimnya yang ada adalah ketentuan
batas maksimum.
!enjatuhan pidana di ba-ah minimum khusus, didasarkan kepada rasa
keadilan dengan mempergunakan hati nurani.
!ermsalahan penegakan hukum seharusnya dibenahi melalui perbaikan
sistem dan peningkatan profesionalisme personil, bukan dengan ara
memangkas ke-enangan berdasarkan kekurangperayaan.
"<
K$"S%K&%"S# dari S#ST%M
!emakaian sistem hukum %i0il ?a- memiliki konsekuensi produk
putusan pengadilan (EudeJ >ati I EudeJ Euris( yang berbeda dengan
negara yang memakai sistem ommon ?a-, karena ada perbedaan
metode berpikir.
Di''eren(es )eten the *i+il ,Roman- and *ommon La S.stem
*i+il ,Roman- La
?a- and proedure are go0ernerd
by seperate, omprehensi0e,
systematiHed odes, -hih are
for-ard looking, -ishing to
antiipate all ne- problems.
%odes are based on sholarly
analysis and oneptualiHations.
*upreme %ourts interpret nuane
of la-.
?egal proeedings must establish
the entire truth.
Eudges are free to find and
interpret fats.
There is 0ery little lay partiipation.
There is no presumption of guilt or
innoene
*ommon La
?a- and proedure are go0erned
by la-s and preedents, -hih, if
odified at all, simply organiHe past
eJperienes.
?a-s reflet the eJperiene of
pratitioners, on a ase by ase
basis.
*upreme %ourts de0elop la-.
Truth finding is stritly limited by
pleadings and rules of e0idene.
Cules of e0idene limit the fat$
finding proess.
Krand and petit juries play a strong
role.
There is a presumption of
innoene.
*oure: 'dler, &ueller, and ?aufer, "<<5. .sed -ith permission of the &Kra-D#il
)8
l %ompanies
*ee : Comparative Criminal 0ustice $ystems 1rika >airhild I #arry C. Dammer ()88" :
54(.
Dari perbedaan sistem tersebut di atas terlihat bah-a dalam dalam
sistem Civil #a) :
&ahkamah 'gung menafsirkan nuansa hukum
#akim bebas menafsirkan fakta$fakta
'palagi dalam perkembangan de-asa ini banyak negara
mempergunakan sistem 3y&rid dalam penegakan hukumnya.
96egara$negara seperti Eepang, &esir, *otlandia, !hilipina, 'frika
*elatan termasuk yang mempergunakan 3y&rid $ystem. Bahkan
menurut 1rika >airhild I #arry C Dammer, sebenarnya tidak ada lagi
negara yang mempergunakan sistem yang orisinil dalam sistem
peradilan.
9(here )ould &e no glo&ali4ation )ithout international la)' !rofessor
'nthony Kiddens has depited globaliHation as a Lstrething proessM, in
-hih onnetions are made bet-een different soial onteJts and
region, -hih then beome aross the aert as a -hole. ( *ands :
#a)less /orld, 5667187)'
9(he Community #egal $ystem:
Nhereas the Treaties ser0e as plans for the onstrution of 1urope and
the ement for it is the eonomi and soial ohesion bet-een &ember
*atates -hih unites them in the -ill ti li0e and -ork together, the briks
for the onstrution are onstitute by an inrising number of %ommunity
?egal 'ts adopted by the %ounil and the %ommission.
(6iholas &oussis, ccess (o European Union,l9971:6)
)"
Butir$butir !okok :
".!engajuan !K (!eninjauan Kembali( oleh E!. (Eaksa !enuntut
.mum( pada dasarnya tidak dapat dibenarkan, tetapi dalam keadaan
yang sangat eksepsional misalnya untuk kepentingan umum yang
sedemikian rupa sifatnya, misalnya kerugian negara yang ukup besar
dengan dukungan bukti$bukti yang ukup kuat tidak menutup
kemungkinan E!. mengajukan !K (!eninjauan Kembali( atas dasar
alasan seperti yang diatur dalam pasal )7/ ayat ()( K.#'!.
9*angat eksepsional, merujuk pada dalil no rule )ithout exceptionGGtidak
ada undang$undang yang tidak ada keualinya.
9Kepentingan umum, merujuk pada nilai keadilan bagi korban (victim),
dalam kasus korupsi yang seara yuridis dikualifikasikan sebagai
termasuk Extra Ordinary Crime$$$korbannya adalah rakyat, keuangan
negara, keuangan rakyat.
). !ada dasarnya tidak dapat dibenarkan penjatuhan pidana di ba-ah
anaman minimum khusus, akan tetapi seara kasuistis atas dasar
pertimbangan nilai keadilan dan nilai kemanusiaan dapat dibenarkan.
!utusan pengadilan merupakan hasil dari proses peradilan sesuai
dengan prosedur yang berlaku bagi jenis perkara yang bersangkutan
apakah perkara pidana, perdata, agama, militer, tata usaha negara,
dengan segala turutannya seperti perHinahan, kekerasan dalam
rumah tangga (KDCT(, penipuan, penggelapan, korupsi, dan lain
sejenisnya.
!utusan pengadilan merupakan bagian dari penegakan hukum.
#ukum per*se, bukanlah peti kemas yang kosong (empty container),
tetapi merupakan holoyuridis yang berisi nilai$nilai.
))
Keberadaan aturan hukum yang ada dalam putusan pengadilan,
dapat seara dinamis bergerak seara centripetal ke arah nilai$nilai
yang terkandung dalam undang$undang tersebut dan juga bergerak
seara centrifugal ke arah lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
budaya yang melingkupinya.
Kelahiran suatu perangkat hukum tidak pernah lepas dari postulat
moral yang melatar$belakanginya dan selanjutnya.
Di negara$negara 'nglo$*aJon, putusan pengadilan dapat digambarkan
dalam 5 komponen, yaitu -acts, +ssue(s), 3olding(s), .easoning, and
,olicy'
&engenai fat atau fakta hukum, merupakan deskripsi tentang posisi
kasus (case position) atau peristi-a hukum yang terjadi yang menuntut
adanya penyelesaian. *edangkan komponen legal issuers) merupakan
pertanyaan tentang hukum apa yang harus dipergunakan pengadilan
dalam menyelesaikan peristi-a hukum tersebut.
Berkenaan dengan komponen holding(s) merupakan legal statement
yang ada dalam putusan pengadilan (the court decision)' *edangkan
reasoning merupakan komponen tentang pertimbangan$pertimbangan
hukum yang mendasari putusan pengadilan tersebut. Komponen policy
merupakan kebijakan sosial (the social policy) atau tujuan$tujuan (goals)
yang terkandung dalam hakekat keberadaan aturan hukum tersebut.
#al yang dipertimbangkan (legal reasoning) dalam putusan adalah "(
>ats, )( Cules, dan /( Eurisprudene, baik yang menganut asas
preedene, stare deisis di negara 'nglo *aJon maupun dinegara yang
memakai sistem kontinental.

!utusan pengadilan di Indonesia sesuai syarat$syarat yang
ditentukan oleh pasal "<= K.#'! ("(, harus memuat:
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : 2D1&I
K1'DI?'6 B1CD'*'CK'6 K1T.#'6'6 :'6K &'#' 1*'2,
)/
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdak-a.
. dak-aan, sebagaimana terdapat dalam surat dak-aanO
d. pertimbangan yang disusun seara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di
sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdak-aO
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutanO
f. pasal peraturan perundang$undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan peraturan perundang$undangan yang
menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan$keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan terdak-aO
g. hari dan tanggal diadakannya musya-arah majelis hakim keuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggalO
h. pernyataan kesalahan terdak-a, pernyataan telah
terpenuhinya semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai
dengan kualifikasinya dan pemidanan atau tindakan yang dijatuhkanO
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang
buktiO
j. keterangan bah-a seluruh surat ternyata palsu
atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu,
jika terdapat surat otentik dianggap palsuO
k. perintah supaya terdak-a ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskanO
l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama panitera.
()( Tidak terpenuhinya ketentuan dalam ayat ("( huruf a,b, , d, e, f, h, j,
k, dan I pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum.
(/( !utusan dilaksanakan dengan segera menurut ketentuan dalam
undang$undang ini.
Dalam proses peradilan perkara (pidana( yang berupaya maksimal
)4
untuk menemukan dan me-ujudkan kebenaran materiel, menuntut
adanya adanya kompetensi dari #akim yang berupa kno)ledge, legal
technical capacity (skill) dan commitment agar dapat menelorkan
putusan pengadilan yang menerminkan keadilan. !roses mengadili
perkara (pidana( merupakan proses interaksi nalar hukum dan nurani
dalam upaya menapai punak kearifan dalam menyelesaikan perkara
tersebut. !utusan pengadilan (pidana( harus berdasarkan atas fakta$
fakta yang sah munul di persidangan dan dapat meyakinkan &ajelis
#akim. Bukti$bukti yang sah mengandung arti asli (authentic), dapat
diperaya (relia&le), benar seperti adanya (valid)' &eyakinkan berarti
tidak ada keraguan lagi bagi &ajelis #akim bah-a ada hubungan kausal
antara perbuatan terdak-a dengan akibat yang timbul. !utusan
pengadilan (pidana( harus menjelaskan tentang tidak terbukti atau
terbuktinya terdak-a melakukan perbuatan yang di dak-akan (dalam
ranah lahir( dan bersalah (dalam ranah bathin(. Di samping ada teori
yang membedakan antara perbuatan pidana dan pertanggung$ja-aban
pidana, juga ada teori yang membedakan antara pelaku dengan
perbuatan pidana.
!erkara yang diajukan ke muka pengadilan menuntut
dipenuhinya syarat &eyond reasona&le dou&t dan harus
dibuktikan dalam proses pengadilan. Dalam proses
pengadilan yang berada dalam kompetensi 0udex -acti
semua hal$hal yang rele0an seara yuridis (pasal "A4
K.#'!@ keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan
terdak-a( harus dipertimbangkan
dan dijadikan dasar bagi putusan pengadilan yang dijatuhkannya. Eika
ada fakta yang rele0an seara yuridis tidak dipertimbangkan dan
terdak-a dibebas$kan, maka putusan 0udex -acti tersebut berpotensi
untuk dibatalkan dalam tingkat kasasi oleh 0udex 0uris, karena 0udex
-acti salah menerapkan hukum dengan alasan kurang
mempertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) atau tidak
)5
mempertimbangkan dengan benar adanya fakta yang diajukan seara
sah di persidangan.
#ubungan kausal dalam suatu peristi-a hukum harus
dibuktikan dalam proses peradilan, kaamata teori tentang causation
menunjukkan adanya ) maam yaitu "( recursive;hierarchial 'GBG% dan
)( reciprocal ' B. Dalam kaamata teori filsafat logika, hubungan
kausalitas digambarkan ada yang a priori, a post teriori dan akibat ke
akibat.
Terhadap putusan pengadilan yang menyatakan bah-a dak-aan
yang didak-akan terhadap terdak-a tidak terbukti dan diputus oleh
0udex -acti dan jika Eaksa !enuntut .mum (E!.( mengajukan upaya
hukum kasasi, maka !emohon Kasasi (E!.( harus dapat membuktikan
bah-a putusan bebas tersebut bukan bebas murni, jika tidak dapat
membuktikan maka upaya hukum kasasi oleh E!. tersebut oleh 0udex
0uris akan dinyatakan tidak dapat diterimaO dengan alasan pemohon
kasasi (E!.( tidak dapat mengajukan alasan$alasan yang dapat
dijadikan dasar pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni
dari putusan bebas tersebut. Dan sebaliknya, kalau dapat mem$buktikan
upaya hukum tersebut akan dinyatakan
dikabulkan. *edangkan kalau putusan pada pengadilan
tingkat pertama dinyatakan terbukti tetapi bukan
merupakan perbuatan pidana, maka putusan 0udex juris
terhadap upaya hukum kasasi akan berupa menolak atau
mengabulkan permohonan kasasi.
!utusan pengadilan, akan menjelaskan tentang terbukti atau tidak
terbuktinya unsur$unsur dari pasal (pasal( yang didak-akan terhadap
terdak-a dalam perkara pidana atau posita gugatan dalam perkara
perdata. .nsur 2mela-an hukum2 dalam perkara pidana dapat dikaji
dalam ) perspektif, yaitu : "( Dari segi praktek penerapan hukum, ada
)7
:urisprudensi &ahkamah 'gung CI, yaitu dalam putusan &ahkamah
'gung 6o. =" KD!idD"<=/ dengan tegas disebutkan bah-a unsur
mela-an hukum tidaklah dapat diartikan dalam pengertian sempit
melainkan harus diartikan dalam pengertian luas, termasuk di dalamnya
ketentuan yang tidak tertulis maupun kebiasaan yang seharusnya
dipatuhi karena terdak-a telah jelas melanggar ketentuan prosedur
pemberian overdraft, sehingga unsur
mela-an hukum haruslah dinyatakan terbukti .
)(. Dari segi filosofis, sifat mela-an hukum materiel dapat dilihat: a(
seara ontologis, artinya dilihat dari hakekat 'D'$nya atau keberadaan
perbuatan tersebut (bersifat korup( tidak dikehendaki oleh masyarakat,
dan b(. seara aksiologis, artinya dilihat dari segi 6I?'I, perbuatan
tersebut (korupsi( tidak ook dengan nilai kesusilalan dan kepatutan
yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam suatu putusan pengadilan apa ukup diper$timbangkan (mis.
dalam perkara korupsi( tentang
menyalahgunakan ke-ajibannya, antara lain di-ajibkan
mengeek laporan ba-ahannya tetapi tidak di ek seara teliti. Dan
apakah ukup dipertimbangkan tentang menyalahgunakan ke-enangan
dalam kasus korupsi Ketua D!CD yang mengatur masalah publik
(masalah tata usaha kayu( padahal seara yuridis dia tidak mempunya i
ke-enangan untuk hal itu. *ehingga fakta yuridis terbukti Ketua D!CD
tsb menyalahguna$kan ke-enangan yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukannya. Dia menetapkan kepemilikan kayu illegal logging
tanpa melalui proses lelang.
!utusan pengadilan menurut pasal "< ayat (4(, (5( .. 6o. 4 Tahun
)884, disyaratkan : dalam sidang
permusya-aratan, setiap hakim -ajib menyampaikan
pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang
diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.
)=
Dalam hal sidang permusya-aratan tidak dapat diapai mufakat bulat,
pendapat hakim yang berbeda -ajib dimuat dalam
putusan. Begitu pula ketentuan dalam pasa" /8 ayat ()( (/( .. 6o 5
Tahun )884 yang memuat juga tentang
<issenting Opinion yang menunjukkan adanya transparansi dan
kejelasan pertanggungja-aban hakim terhadap tugas profesionalnya.
Dalam hubungan ini, putusan pengadilan ada / maam, yaitu :
". Unanimous atau putusan diambil dengan suara
bulat.
). Concurring Opinion, yaitu ada pendapat anggota
majelis yang setuju dengan amar putusan, misalnya
terdak-a dijatuhi pidana penjara selama / tahun,
karena penipuan, tetapi dengan pertimbangan yang
berbeda.
/. Dissenting Opinion, yaitu pendapat anggota
majelis yang berbeda dengan pendapat suara
terbanyak, berbeda baik pertimbangan hukum
maupun amar putusan, suara terbanyak
menyatakan terdak-a dibebaskan dari dak-aan
karena salah satu unsur tidak terpenuhi, tetapi yang
menyatakan <issenting Opinion berpendapat lain
bah-a seluruh unsur dak-aan terpenuhi dan
terdak-a dijatuhi pidana / tahun.
4. *eara prosedural, pengajuan permohonan kasasi diatur dalam
pasal )45 K.#'! dan pengajuan memori kasasi diatur dalam
pasal )4A K.#'!. Tidak dipenuhinya syarat formal misalnya
permohonan kasasi permohonan kasasi diajukan melebihi batas
-aktu "5 hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi
)A
itu diberitahukan (kepada terdak-a(, maka permohonan kasasi
tersebut dinyatakan tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijk
verklaren atau biasa disebut 6O dan karena menyangkut
prosedur formal di &ahkamah 'gung biasanya disingkat 6O >.
#al ini sekedar untuk membedakan dengan kode 6O yang lain
yaitu tidak diterimanya kasasi E!., atas dasar !emohon
kasasiDE!. tidak dapat membuktikan bah-a putusan EudeJ >ati
bukan bebas murni, karena pemohon kasasi tidak dapat
mengajukan alasan$alasan yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni dari
putusan bebas tersebut tersebut. .ntuk yang tidak diterimanya
kasasi yang menyangkut esensi pokok perkara sebagian #akim
'gung memberi tanda 6O 1.
5. 6O 1 yang berkaitan dengan !asal )44 K.#'! yang menyatakan
: Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan lain selain &ahkamah 'gung, terdak-a
atu penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan
kasasi kepada &ahkamah 'gung, keuali terhadap putusan bebas.
Dalam praktek ternyata pengertian +bebas, dapat ditafsirkan bebas
murni dan bebas tidak murni. Dalam pemeriksaan kasasi di
&ahkamah 'gung, majelis kasasi akan mengabulkan kasasi E!.
sebgai pemohon kasasi jika dapat membuktikan bah-a putusan
0udex -acti ternyata bukan bebas murni, sebaliknya akan
memutuskan tidak dapat diterima atau 6O > jika E!. tidak dapat
membuktikan bah-a putusan E> bukan bebas murni, karena tidak
dapat mengajukan alasan$alasan yang dapat dijdikan dasar
pertimbangan mengenai di mana letak sifat tidak murni dari
putusan bebas tersebut. Dalam hubungan ini terlihat bah-a tradisi
suatu ko0ensi sering lebih kuat dari logika. *eperti halnya juga
sering dikatakan bah-a la) not have &een logic &ut experience'
)<
7. Dalam pasal )5/ K.#'! ditentukan bah-a pemeriksaan dalam
tingkat kasasi dilakukan oleh &ahkamah 'gung atas permintaan
para pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal )44 dan pasal )4A
guna menentukan :
a. 'pakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinyaO
b. 'pakah benar ara mengadili tidak dilaksanakan menurut
ketentuan undang$undangO
. 'pakah benar pengadilan telah melampaui batas
ke-enangannya.
Dengan dasar pasal )5/ K.#'! tersebut di atas pintu masuk
permohonan kasasi adalah dengan alasan hukum :
a. EudeJ >ati (E>( salah menerapkan hukum, karena salah
menafsirkan dan menerapkan unsur mela-an hukum, dlsb.
b. EudeJ >ati dalam mengadili tidak dilaksanakan menurut
ketentuan undang$undang, karena (misalnya( dalam
mengadili perkara a ;uo tidak dengan majelis, tetapi dengan
hakim tunggal, dlsb.
. EudeJ >ati dalam mengadili telah melampaui batas
ke-enangannya, karena (misalnya( menjatuhkan pidana di
atas batas maksimum yang telah ditentukan oleh undang$
undang, dlsb.
=. Dalm hubungannya dengan pasal )7/ K.#'! yang mensyaratkan
terpidana harus hadir dalam pemeriksaan !eninjuan Kembali (!K(,
maka jika tidak memenuhi ketentuan tersebut tidak dapat diterima,
/8
yaitu jika terpidana tidak hadir dalam pemeriksaan di pengadilan di
mana permohonan !K tersebut diajukan.!asal )75 ayat ("(
menyebutkan bah-a: Ketua !engadilan setelah menerima
permintaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam
pasal )7/ semula yang dimintakan peninjauan kembali itu untuk
memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali tersebut
beralasan sebagaimana dimaksud dalam pasal )7/ ayat ()(.
Dalam pasal )75 ayat ()( K.#'! disebutkan bah-a : pemohon
dan jaksa ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.
*edangkan pasal )77 ayat ("( menyebutkan: dalam permintaan
peninjauan kembali tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tersebut dalam pasal )7/ ayat ()(, &ahkamah 'gung menyatakan
bah-a permintaan peninjauan kembali tidak dapat diterima disertai
dasar alasannya. !asal )7/ ayat ()( intinya menyatakan bah-a :
permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar: a( apabila
terdapat keadaan baru, b( ternyata ada pertentangan satu dengan
yang lain, ( ada kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata.
Butir$butir pokok:
". *eara umum putusan !engadilan Tinggi selaku EudeJ >ati (E>(
akan dinyatakan batal oleh &ahkamah 'gung selaku EudeJ Eurist
(EE(, jika tidak memenuhi ketentuan pasal "<= K.#'!.
). !utusan Tingkat Banding, akan dinyatakan batal oleh &ajels
Kasasi, jika putusan Tingkat Banding tersebut berkualifikasi
Onvoldoende =emotiveerd atau kurang mempertimbangkan hal$
hal yang rele0an seara yuridis.
/. !utusan Tingkat Banding, akan dinyatakan batal dalam
pemeriksaan Tingkat Kasasi, jika merubah jumlah pidana yang
telah dijatuhkan oleh pengadilan tingkat !ertama dengan tanpa
/"
memberikan pertimbangan hal$hal yang memberatkan dan hal$hal
yang meringankan dengan tepat dan benar, hal ini karena tidak
memenuhi ketentuan pasal "<= ayat ("(f K.#'!.
4. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan oleh pemeriksaan
Tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan tingkat !ertama yang
tidak mempertimbangkan adanya ,rae 0udicial =eschil seperti
yang ditentukan dalam pasal A" K.#!. &isalnya karena tipisnya
batas antara penipuan pasal /=A K.#! dengan perbuatan
Nanprestasi yang berada dalam domain hukum perdata.
5. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan
tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan tingkat pertama yang
menerapkan pasal )A5 ayat ()(b terhadap pelaku perHinahan pria.
7. !utusan Tingkat banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan
Tingkat Kasasi, jika menguatkan putusan Tingkat !ertama yang
memproses perkara perHinahan padahal tidak ada pengaduan dari
suamiDisteri yang teremar, karena perHinahan merupakan delik
aduan absolut.
=. !utusan Tingkat Banding, akan dibatalkan dalam pemeriksaan
Tingkat Kasasi, jika salah satu anggota majelis ada hubungan
keluarga atau mempunyai kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan perkara yang ditangani, karena hal itu melanggar
pasal )< ayat (/( dan (7( .. 6o. 4 Tahun )884.
/)
Kepustakaan :
Berring, Cobert %, I 1dinger, 1liHabeth ', -inding (he
#a), Nest Kroup, *T. !aul, &innesota, "<<<
!oespoprodjo, N, ?ogika *ientifika, !ustaka grafika,
Bandung, "<<<
Ceynold, Nilliam ?, 0udicial ,rocess, Nest !ublishing %o, *T. !aul,
&innesota, "<A8
*hapo, #elene *, et al, /riting and nalysis in the #a),
>oundation !ress, 6e- :ork, "<<<
//

You might also like