You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, selalu ada keterkaitan satu sama lain. Melalui keterkaitan yang
mendalam antar individu dalam kehidupannya, mendasari terbentuknya kebutuhan ingin dicintai
oleh orang terdekat sepanjang kehidupannya, terutama orang tua. Hal tersebut adalah salah satu
hal yang sangat penting dalam menunjang perkembangan perilaku anak menuju kedewasaan dan
tidak menyimpang dari norma-norma masyarakat yang sudah lebih dahulu ada.
Pola asuh adalah cara orang tua dalam memperlakukan/mendidik anak-anak mereka. Pola
asuh yang selama ini diterapkan oleh masing-masing orang tua, terkadang berbeda-beda satu
sama lain. Hal tersebut didasari oleh adanya keunikan individu masing-masing orang tua. Pola
asuh dapat dimaknai dari banyak sudut pandang, bahkan sampai saat ini beberapa teori ada yang
membagi tipe pola asuh menjadi , bahkan ada pula yang membagi tipe-tipe pola asuh menjadi !
macam tipe pola asuh orang tua. Menurut "aumrind #$%&'(, terdapat ! macam pola asuh orang
tua) #$( Pola asuh Demokratis, yaitu pola asuh yang lebih memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu untuk mengendalikan anak-anak mereka. *rang
tua dengan pola asuh ini selalu bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio.
+elain itu orang tua juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak. memberikan kebebasan kepada anak untuk
memilih dan melakukan suatu tindakan dan menggunakan pendekatan yang bersi,at hangat- # . (
Pola asuh *toriter, yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. *rang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. /pabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. *rang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan
dalam komunikasi biasanya bersi,at satu arah. *rang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik
dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. #( Pola asuh Permisi,, yaitu memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka. 0amun orang tua tipe ini biasanya bersi,at hangat, sehingga seringkali
disukai oleh anak. #!( Pola asuh Penelantar, yaitu pada umumnya memberikan waktu dan biaya
yang sangat minim pada anak-anaknya. 1aktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak
mereka. 2ermasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara ,isik dan psikis pada ibu yang
depresi. 3bu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian ,isik maupun
psikis pada anak-anaknya. +elain itu, hampir semua teori dalam psikologi yang membahas
perbedaan individu, dapat menjadi titik tolak mengapa setiap orang tua memiliki pola asuh yang
berbeda-beda pada anak-anaknya.
B. Tujuan Penyusunan
2ujuan utama dari penyusunan +kala pola asuh ini adalah untuk membuat skala yang dapat
mengukur pola asuh orang tua terhadap anak. 4ntuk mencapai tujuan utama, yakni menghasilkan
skala yang akurat dan konsisten maka subtujuan dari penyusunan skala ini adalah untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas dari +kala pola asuh yang disusun. +alah satu cara untuk
menghasilkan skala yang memang akurat, reliabilitas, dan baik adalah menyusunnya dengan cara
atau teknik yang telah diuji-coba #telah teruji(. *leh karena itu, tujuan utama penyusunan skala
ini juga meliputi tujuan penyusun untuk menguasai teknik diskriminasi skala sebagai salah satu
teknik yang digunakan untuk menyusun serta menyeleksi aitem-aitem skala sedemikian rupa
sehingga skala yang dihasilkan adalah skala yang akurat dan reliabel.
C. Manfaat Penyusunan
Man,aat dari kegiatan penyusunan +kala pola asuh ini adalah sebagai berikut.
$. Menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi penyusun dalam menyusun skala kepribadian
yang akurat dan konsisten dengan menggunakan teknik diskriminasi skala.
.. Menghasilkan skala kepribadian yang dapat membantu individu, khususnya mahasiswa 4M
untuk mengetahui pola asuh orang tuanya.
. Membantu mengungkap tingkat pola asuh orang tua +M/5 6rateran yang menjadi subyek
uji coba awal seandainya skala tersebut memang telah valid dan reliabel.
"/" 33
5/73/0 P4+2/5/
2eori pola asuh "aumrid
Humanistik
A. Skala Psikologis
Menurut /8war #.99%( sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik yang khusus
yang membedakannya dari berbagai bentuk alat ukur lain. +kala lebih banyak digunakan untuk
penyebutan alat ukur aspek a,ekti,. Dalam skala stimulus berupa pernyataan yang tidak secara
langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku
dari atribut yang bersangkutan. /tribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-
indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka
skala psikologi selalu berisi banyak aitem. 7awaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan
sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, oleh karena itu kesimpulan akhir
tentang subyek terkait atribut psikologi yang diukur, baru dapat dicapai bila semua aitem telah
direspon. :espon subyek tidak diklasi,ikasikan sebagai jawaban benar dan salah.
Menurut ;ronbach #dalam /8war, .99%( skala merupakan alat ukur terhadap per,ormansi
tipikal, yaitu per,ormansi yang manjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimunculkan
secara sadar atau tidak sadar. +kala-skala per,ormansi tipikal digunakan untuk mengungkap
aspek-aspek a,ekti, seperti minat, sikap, dan berbagai variabel kepribadian. /dapun perbedaan
skala dengan angket dalah sebagai berikut.
Tael !. Pere"aan Skala "an Angket
Skala Angket
Data yang diungkap adalah konsep atau
konstrak #sikologis yang $engga$arkan
aspek kepribadian individu
Pertanyaan berupa pertanyan langsung terarah
kepada in,ormasi mengenai data yang hendak
diungkap
:esponden sekalipun memahami isi
pernyataan, biasanya tidak menyadari arah
jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa
yang sesungguhnya ingin diungkap
:esponden tahu persis apa yang ditanyakan
dan in,ormasi apa yang dikehendaki oleh
pertanyaan yang bersangkutan
:espon diberi skor melewati proses penskalaan 7awaban dalam angket tidak dapat diberi
/scalling skor, melainkan diberi angka coding
+atu skala psikologi hanya diperuntukkan
guna mengungkap suatu atribut
tunggal/unidimensional
+atu angket dapat mengungkap in,ormasi
mengenai banyak hal
B. Teknik Diskri$inasi Skala
2eknik diskriminasi skala adalah salah satu dari beberapa metode penyusunan skala #/8war,
.9$9( yang dapat digunakan untuk menyusun suatu skala psikologis. 2eknik ini dikembangkan
oleh <dwards dan 5ilpatrick di tahun $%!=. Dalam prosedur pengembangan skalanya, teknik
diskriminasi skala menggunakan kombinasi kedua pendekatan, pendekatan stimulus dan
pendekatan respon. Menurut <dward dan 5ilpatrick, menggunakan kedua kombinasi dan cara
analisis aitem akan memungkinkan kita untuk memilih suatu kumpulan pernyataan terbaik yang
tidak perlu banyak jumlahnya namun masih memenuhi persyaratan unidimensional #/8war,
.9$9) $>=(. 5arena menggunakan kedua pendekatan dan dua cara analisis aitem, maka aitem-
aitem yang nantinya terpilih dianggap cukup baik karena telah melewati dua tahap analisis aitem.
C. %ali"itas "an &eliailitas Tes
Dalam pembahasan ini, validitas berarti sejauh mana suatu skala psikologis tepat dan cermat
dalam mengukur aspek psikologis yang ingin diukur. +uatu skala dapat dikatakan memiliki
validitas yang baik bila memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan
penyusunan skala. /da berbagai cara untuk mengetahui validitas dari tes yang kita susun, namun
pada teknik diskriminasi skala, aitem-aitem telah melalui serangkaian analisis dan seleksi aitem
oleh karena itu aitem-aitem skala yang baik berdasar analisis yang dilakukan dianggap telah
valid dan hanya perlu dihitung reliabilitasnya.
:eliabilitas disebut juga keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi.
:eliabitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya #/8war, $%%') !(.
Dalam teknik diskriminasi skala, karena banyaknya tahapan analisis aitem yang telah dilalui,
maka aitem-aitem yang memenuhi syarat s?wampai analisis terakhir telah diasumsikan sebagai
aitem yang valid. *leh karena itu, aitem-aitem tersebut tidak lagi dihitung validitasnya dan
langsung dihitung reliabilitasnya secara keseluruhan.
BAB III
P&'SES PEN(USUNAN S)ALA
A. I"entifikasi Tujuan "an )a*asan Ukur
3denti,ikasi tujuan merupakan penegasan tujuan pengukuran yang akan dicapai oleh tes yang
diikuti oleh pembatasan kawasan ukur, yakni pende,inisian lingkup materi ukur yang hendak
diungkap. /gar jelas, tujuan ukur harus dibuat spesi,ik dan konkret. 5ejelasan batasan tujuan
ukur ini akan menentukan kelayakan penguraian isi materi dalam BLUE-PRINT dan pada
akhirnya, mempertinggi validitas tes #/8war, .99%)>>(. Dalam penyusunan skala, dilakukan juga
identi,ikasi tujuan ukur dan kawasan ukur.
Pada skala psikologis ini, tujuan pengukuran yang ingin dicapai adalah mengukur tingkat
kemasakan pribadi individu yang berusia antara .9 sampai > tahun #dewasa( dan diperkirakan
masih menjalani kuliah. 5awasan ukur hanya untuk individu berusia .9 @ > tahun karena
menurut teori-teori perkembangan, rentang usia tersebut digolongkan sebagai dewasa dan pada
rentang tersebut juga lebih mungkin seseorang masih menjalani perkuliahan. 5awasan ukur
masih menjalani kuliah dicantumkan di sini karena beberapa aitem dalam skala ini menanyakan
hal-hal yang relevan dijawab bila responden masih berkuliah. *leh karena itu, pembatasan tujuan
ukur dari skala ini adalah A+kala pola asuh bagi +M/5 6rateran MalangB.
B. '#erasionalisasi +Penentuan In"ikator Atriut Psikologis,
De,inisi operasional pola asuh menurut baumrid adalah
Penentuan indikator atribut psikologis yang digunakan
C. Uji Coa Tes
/. Pelaksanaan 4ji ;oba
Hari/2anggal ) +enin, .$ Maret .9$$
1aktu ) Pukul $9.99 13"
2empat ) 5elas C3 3P+ +M/5 6rateran Malang
". +ampel 4ji ;oba 2es
+ampel dari uji coba ini adalah siswa kelas C3 3P+ $ dan C3 3P+ . +M/5 6rateran sebanyak
>= siswa. /lasan penulis memilih kelompok subyek tersebut sebagai sampel, karena pada
umumnya # mayoritas ( para siswa +M/, masih tinggal bersama orang tua dan masih terikat
dengan pola asuh orang tuanya masing-masing.
BAB %I
PENUTUP
A. )esi$#ulan
Dari keseluruhan penyusunan tes, maka dapat disimpulkan bahwa )
$. /item yang valid sejumlah aitem, yaitu )
.. /item yang tidak valid sejumlah aitem) $ aitem rumpun Pendidikan #aitem nomor (, $
aitem rumpun 5linis #aitem nomor $'(, dan $ aitem rumpun Pendidikan #aitem nomor !(.
. Hasil pengujian reliabilitas tes tinggi, dihitung dengan konsistensi internal berdasar aitem-
aitem yang valid saja #Pengujian :eliabilitas "agian 33(.
!. 5eseluruhan aitem yang dibuang > butir, masing-masing rumpun dibuang $ aitem agar bobot
tiap rumpun seimbang.
>. Hasil perakitan tes #perbaikan( belum dapat dikatakan sebagai tes layak pakai.
B. Saran
Hasil perbaikan 2es Pemilihan :umpun Mayor-Minor pada Program +$ Psikologi 4M
disarankan untuk diuji coba kembali dan dihitung lagi validitas serta reliabilitasnya, karena
perakitan tes ulang mungkin mengubah skor validitas tiap aitem dan reliabilitas tes keseluruhan.

You might also like