You are on page 1of 67

Modul Diklat Fungsional Statistisi

Tingkat Ahli







Angka Indeks

Angka Indeks | i

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................................i
Tujuan Pembelajaran......................................................................................................ii
Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... iii
Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................................. iii
Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................. iii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1 Konsep dan Definisi .................................................................................... 2
1.2 Kegunaan Angka Indeks .............................................................................. 2
1.3 Jenis-jenis Angka Indeks .............................................................................. 3
BAB II Penghitungan Angka Indeks ..................................................................... 6
2.1 Angka Indeks Harga .................................................................................... 6
2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang ............................................................... 6
2.1.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 10
2.2 Angka Indeks Produksi .............................................................................. 16
2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang .............................................................. 16
2.2.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 16
2.3 Angka Indeks Nilai .................................................................................... 19
2.4 Kriteria Indeks Yang Baik ......................................................................... 20
2.5 Cara Menentukan Periode Dasar ................................................................. 21
BAB 3 Penggunaan Angka Indeks ..................................................................... 24
3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) ................................................................... 24
3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) ............................................................. 27
3.3 Upah Nyata .............................................................................................. 28
3.4 Nilai Tukar Petani ..................................................................................... 29
3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) ..................................................... 30
3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .......................................................... 30
3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK) ........................................................... 32
3.8 Indeks Harga Saham .................................................................................. 35
Pengertian Umum ....................................................................................... 35
Metodologi Penghitungan Indeks .................................................................. 37
Soal dan Pembahasan ......................................................................................... 42
Latihan .............................................................................................................. 53
Daftar pustaka ................................................................................................... 55

ii | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Angka Indeks | iii
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

T Tu uj ju ua an n P Pe em mb be el la aj ja ar ra an n
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta dapat memahami konsep
Angka Indeks secara umum dan mampu mengaplikasikannya dalam
kasus-kasus riil.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini secara khusus, peserta dapat:
1. Memahami makna Angka Indeks
2. Mengetahui jenis-jenis dan cara menghitung Angka Indeks
3. Mengaplikasikan Angka Indeks dalam kasus-kasus riil


iv | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Angka Indeks | 1

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

B BA AB B I I P Pe en nd da ah hu ul lu ua an n
Pada Tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang juga
dialami negara-negara lain di dunia. Nilai tukar mata uang Indonesia
saat itu mengalami penurunan lebih dari 300%. Sebagai gambaran,
pada saat krisis moneter nilai tukar dollar US terhadap rupiah naik
mulai dari sekitar Rp 2.600,00 per US$ menjadi sekitar Rp. 10.000,00.
Harga emas per gram naik dari sekitar Rp. 28.000,00 menjadi Rp.
100.000,00. Akibatnya hampir seluruh harga barang terutama barang-
barang impor mengalami kenaikan.
Krisis moneter selain berpengaruh terhadap naiknya harga barang-
barang impor juga melumpuhkan sebagian besar sektor ekonomi di
Indonesia. Hampir seluruh jenis barang yang merupakan konsumsi
masyarakat mengalami kenaikan harga, seiring dengan naiknya harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sarana transportasi.
Meningkatnya harga barang-barang konsumsi tanpa disertai dengan
meningkatnya pendapatan, akan berakibat pada menurunnya daya beli
masyarakat.
Sebagai contoh diilustrasikan sebagai berikut: Seorang karyawan
suatu perusahaan tentunya akan lebih senang mendapatkan gaji yang
sedikit dengan daya beli yang besar, dibandingkan dengan gaji yang
lebih besar, tetapi daya belinya kecil. Misalnya gaji seorang karyawan
pada tahun 1995 (sebelum krisis moneter) ialah Rp 300.000,00 per
bulan dan pada tahun 2000 (setelah krisis moneter) Rp 750.000,00 per
bulan. Walaupun secara nominal gaji tahun 2000 lebih besar
dibandingkan dengan gaji tahun 1995, tetapi taraf hidup pegawai
tersebut di tahun 2000 belum tentu lebih baik dibandingkan dengan
kondisi tahun 1995. Hal ini disebabkan karena perubahan daya beli
karyawan tersebut belum tentu sama atau lebih baik dibandingkan
kenaikan harga secara umum. Untuk mengetahui tingkat kenaikan
harga secara umum maupun nilai uang yang beredar, diperlukan suatu
angka yang dapat menggambarkan kondisi tersebut. Besar kecilnya
daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya
hidup. Salah satu alat untuk menghitung daya beli tersebut adalah
indeks biaya hidup yang mengukur perubahan dalam jumlah, jenis
barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Hal ini merupakan salah
satu contoh kegunaan dari angka indeks. Untuk selanjutnya akan
dibahas dasar-dasar penghitungan angka indeks dengan
mempergunakan beberapa metode tertentu.

2 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

1.1 Konsep dan Definisi
Angka Indeks adalah suatu bilangan tanpa satuan yang dapat
menunjukkan perbedaan atau perbandingan dari suatu produksi, harga
atau nilai dari suatu barang dalam dua batasan (waktu, tempat, atau
jenis barang) yang berbeda.
Dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam batasan, yaitu
batasan dasar dan batasan tertentu. Batasan dasar adalah batasan
dimana kegiatan dipergunakan untuk dasar perbandingan. Sedangkan
batasan tertentu adalah batasan dimana suatu kegiatan akan
diperbandingkan terhadap kegiatan pada batasan dasar.
Contoh penggunaan batasan pada angka indeks adalah hal-hal
berikut:
1. Tempat dan waktu sama, jenis barang berbeda
Misalnya pada tanggal 11 Agustus 2010 di desa Jogorogo beras 1 kg
dapat ditukar dengan 3 kg singkong. Dalam nilai Indeks dapat
dinyatakan bahwa: indeks beras terhadap singkong sebesar = 3/1 x
100 = 300.
2. Waktu dan jenis barang sama, tempat berbeda
Misalnya pada tanggal 26 september 2010 harga telur di Ngawi Rp
950,00 per butir, sedangkan di Jayapura Rp 2000,00 per butir, maka
dikatakan Indeks harga telur di Jayapura dibandingkan dengan Jakarta
= 2000/950 x 100 = 210,50 ; artinya harga telur di Jayapura lebih
mahal 110,5% dibandingkan dengan Ngawi.
3. Tempat dan barang sama, waktu berbeda
Misalnya harga beras jenis Cianjur Slip di Madiun pada bulan
Mei 2010 = Rp 7000,00 per liter sedangkan bulan Juni 2010 = Rp
8000,00 per liter, maka dapat dikatakan Indeks Harga beras Juni 2010
dibandingkan bulan Mei 2010 = 8000/7000 x 100 = 104,29 ; artinya :
terjadi kenaikan harga beras jenis Cianjur Slip antara Mei Juni
2010 sebesar 4.29%.

1.2 Kegunaan Angka Indeks
Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan angka indeks
adalah :
1. Mengukur besar kecilnya daya beli nilai mata uang (tinggi
rendahnya tingkat inflasi)
Angka Indeks | 3

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

2. Mengukur tinggi rendahnya upah nyata
3. Menghitung indeks biaya hidup
4. Mengukur perbedaan antar variabel (produksi, harga dan nilai)
5. Mengukur perbandingan antar variabel (produksi, harga dan nilai)

1.3 Jenis-jenis Angka Indeks
1. Menurut Jenisnya
Secara umum angka indeks dikelompokkan berdasarkan jenisnya,
yaitu :
1. Angka Indeks Harga, yaitu apabila yang menjadi objek
penelitian adalah harga.
2. Angka Indeks Produksi, yaitu apabila yang menjadi objek
penelitian adalah produksi.
3. Angka Indeks Nilai, yaitu apabila yang menjadi objek penelitian
adalah nilai.
Untuk selanjutnya yang akan dibahas lebih banyak dalam modul ini
adalah angka indeks harga, karena indeks inilah yang paling banyak
digunakan dibandingkan dengan indeks produksi maupun nilai,
terutama ditinjau dari sudut ekonomi.

2. Menurut cara penghitungannya, angka indeks dibagi menjadi:
a. Angka Indeks Tidak Tertimbang
Angka indeks relatif
Angka indeks agregatif sederhana
Angka indeks rata-rata hitung relatif

b. Angka Indeks Tertimbang
Angka indeks agregatif
4 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

antara lain : angka indeks Laspeyres, angka indeks Paasche,
angka indeks Fisher, angka indeks Marshall-Edgeworth, dan angka
indeks Walsh.
Angka indeks rata-rata hitung Relatif
Indeks Agregatif merupakan indeks yang terdiri dari beberapa
barang (kelompok barang), misalnya indeks impor Indonesia,
indeks ekspor Indonesia, indeks bahan makanan, indeks biaya
hidup dan sebagainya. Indeks agregatif memungkinkan untuk
melihat persoalan secara makro, yaitu secara keseluruhan,
bukan melihat satu per satu (per-individu).
Indeks tertimbang ialah indeks yang pembuatannya telah
dipertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik
turunnya angka indeks tersebut. Penimbang yang akan
dipergunakan dalam pembuatan indeks biasanya bersifat
kepentingan relatif atau untuk hal-hal yang ada hubungannya atau
ada pengaruhnya terhadap naik turunnya indeks tersebut.

S So oa al l L La at ti ih ha an n
1. Sebutkan minimal 3 kegunaan Angka Indeks!
2. Berapa besar nilai indeks harga beras pada bulan Desember 2011 terhadap
harga beras pada bulan Juni 2011 juka harga beras Rp. 6.500,-/kg pada
bulan Juni 2011 dan Rp. 6.800,-/kg pada bulan dan jelaskan maksud angka
indeks tersebut!
3. Jika pada tanggal 16 Februari 2012 di Solo harga telur Rp. 16.000,-/kg
sedangkan di Kudus harga telur Rp. 12.000,-/kg, berapakah besar indek
harga telur di Solo dibandingkan dengan harga telur di Kudus dan apa arti
angka indeks tersebut?
4. Misalnya pada bulan januari 2012 di Jakarta harga Bimoli minyak goreng
klasik 2ltr Rp. 24.000,- dapat ditukar dengan 8ltr beras ketan hitam curah.
Dalam hal ini, bagaimana nilai indeks beras ketan hitam curah terhadap
Bimoli minyak goreng klasik?
5. Jika diketahui nilai Indeks Harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada
bulan Februari 2012 terhadap bulan Desember 2011 sebesar 106.2, berapa
harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember jika pada
bulan Februari 2012 Rp. 24.500,- ?
6. Jika pada bulan Januari 2012 harga Avena minyak goreng 1 liter-pouch
adalah Rp. 12.000,- dan diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar
2,34% pada bulan April 2012, berapa harga Avena minyak goreng 1 liter-
pouch di bulan April 2012 berdasarkan prediksi tersebut?
7. Misalnya di Kalteng pada bulan Januari 2011 harga ayam potong Rp.
50.000,-/ekor sedangkan di Papua Rp. 38.000,-/ekor , berapakah indeks
harga ayam potong di Kalteng jika dibandingkan di Papua? Apa artinya?

Angka Indeks | 5

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


6 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

B BA AB B I II I P Pe en ng gh hi it tu un ng ga an n A An ng gk ka a I In nd de ek ks s
2.1 Angka Indeks Harga
Teknik penghitungan Angka Indeks Harga terdiri dari :
2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang
1. Relatif Harga

Jenis angka indeks yang paling sederhana adalah relatif harga, yang
membandingkan satu harga komoditi pada waktu tertentu terhadap
waktu sebelumnya ( waktu dasar/0). Jika harga komoditi pada waktu
tertentu (waktu sedang berjalan/n) dilambangkan dengan
n
P dan harga
pada waktu dasar dilambangkan dengan
o
P , maka indeks relatif harga
(I
n
,
0
) dirumuskan sebagai berikut :

100
P
P
I
0
n
0 , n

Contoh 2.1.1
Diketahui harga 1 kg gula pada tahun 2010 adalah Rp. 12.000,00 dan
pada tahun 2009 adalah Rp. 10.000,00. Dengan menggunakan tahun
2009 sebagai tahun dasar dan tahun 2010 sebagai tahun berjalan, maka
n
P =
2010
P = Rp. 12.000,00 dan
o
P =
2009
P = Rp. 10.000,00.
Sehingga relatif harga barang tersebut adalah :

00 , 120 100
000 . 10
000 . 12
100
2010 , 2009
o
n
P
P
I

relatif harga tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 harga 1 kg
gula adalah 120,00 jika harga pada tahun 2009 adalah 100. Artinya
telah terjadi kenaikan harga gula sebesar (120,00-100) =20,00% pada
tahun 2010 dibandingkan harga gula tahun 2009.

Contoh 2.1.2
Jika diketahui relatif harga beras pada tahun 2012 sebesar
0769 , 123
2012 , 2011
I dengan harga beras pada tahun 2011 sebagai
tahun dasar adalah , 500 . 6 .
0
Rp P Berapakah harga beras pada
tahun 2012 (
n
P )?
0769 , 123 100
6500
100
0
2012 , 2011
n n
P
P
P
I
Angka Indeks | 7

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

8000 9985 , 7999
n
P
2. Angka Indeks Agregatif Sederhana
Pada indeks ini yang dihitung adalah perbandingan harga ataupun
produksi dari sekelompok jenis barang.
Barang-barang yang terdapat dalam satu kelompok haruslah
mempunyai sifat-sifat yang sama.
Misalnya:
Kelompok kebutuhan pokok seperti beras, ikan asin, minyak
goreng dan gula pasir.
Kelompok hasil pertanian seperti beras, jagung, singkong dan
kacang.
Rumusnya adalah:
100
0
P
P
I
n

Keterangan :
P : harga ( price )
o
P

: jumlah harga pada waktu dasar
n
P

: jumlah harga pada waktu tertentu
Contoh 2.2
Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga agregatif dari
berbagai kebutuhan rumah tangga.
Tabel 1.2 Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007
Jenis Barang Satuan
Harga Per Satuan ( Rp )
2006 2007
1. Daging Sapi Kg 49.904 50.037
2. Telur Itik Butir 1.052 1.257
3. Minyak Goreng Kg 5.484 8.369
4. Susu Bubuk Pack(400 gr) 18.675 20.496
5. Rokok Kretek 10 Batang 4.897 5.270
6. Kemeja tangan panjang Helai 53.575 57.325
J u m l a h 133.587 142.754
Sumber : Statistik Indonesia 2008, BPS
Dari data di atas :
8 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

o
P

Jumlah harga barang tahun 2006 = 133.587
n
P

= Jumlah harga barang tahun 2007 = 142.754
86 , 106 100
133.587
142.754
100
0
P
P
I
n

Indeks ini merupakan indeks tahun 2007 dengan tahun dasar tahun
2006, biasanya ditulis:
2006, 2007
86 , 106 atau
2007
86 , 106 2006 = 100
Perlu diketahui, bahwa besarnya angka indeks pada tahun dasar selalu
dibuat sama dengan 100, sehingga dari perhitungan di atas dapat
dihitung besarnya kenaikan harga dari kelompok di atas, yaitu
sebesar (106,86 100)% = 6,86%. Jadi kelompok barang tersebut
mengalami kenaikan harga sebesar 6,86% di tahun 2006
dibandingkan dengan tahun 2007.
Sering kali angka indeks agregatif yang tidak ditimbang kurang
mewakili keadaan, artinya kurang mencerminkan keadaan sebenarnya.
Hal ini khususnya terjadi apabila terdapat suatu harga yang ekstrim di
dalam kelompok barang tersebut. Sebagai gambaran, perhatikan
contoh di bawah ini :

Tabel 1.3 Harga Beberapa Jenis Lauk Pauk dan Susu di Jakarta
Tahun 2002/2003
Jenis Lauk
Harga tahun
Dasar ( o)
2002
Harga tahun
Tertentu ( n )
2003
1. Telur Ayam

7.654 7.022
2. Telur Itik

887 896
3. Ikan Tongkol

15.817 10.906
4. Susu Bubuk

16.000 16.306
5. Susu Kental
5.286 5.317
J u m l a h
45.644 40.447
Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS

Dari data di atas diperoleh
0
= 45.644 dan
n
= 40.447, sehingga I
= (40.447/ 45.644) X 100 = 88,61 berarti terjadi kemerosotan harga
sebesar 11,39%.
Angka Indeks | 9

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Analisis data :
Dilihat dari data aslinya, telur itik, susu bubuk dan susu kental
mengalami kenaikan harga, sedangkan yang harganya turun hanyalah
telur ayam dan ikan tongkol. Tetapi setelah dihitung indeksnya secara
agregatif, ternyata hasilnya lebih kecil dari 100, artinya harga barang-
barang tersebut turun. Hal ini berlawanan dengan kenyataannya,
sehingga apabila seseorang mempergunakan angka ini sebagai bahan
pertimbangan, maka hasilnya tentu saja akan menyesatkan ( karena
ada penurunan harga yang terlalu besar yakni ikan tongkol ). Inilah
salah satu kelemahan angka indeks agregatif sederhana tidak
tertimbang.
3. Angka Indeks Rata-Rata Hitung Relatif
Angka indeks ini merupakan hasil perhitungan indeks yang terdiri
dari satu macam barang saja. Misalnya indeks harga beras, indeks
harga karet, indeks produksi beras dan sebagainya.
Rumusnya adalah :
100
0
N
P
P
I
n

N = banyaknya jenis barang
Contoh 2.3:
Diberikan tabel berkut ini:
Tabel 1.4 : Perhitungan Indeks Rata-Rata Hitung Relatif Data
Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007

Jenis
Barang
Harga Tahun
Dasar (
o
)
2006
Harga Tahun
Tertentu (
n
)
2007
P
n
/P
o

Daging Sapi 49.904 50.037 1,25
Telur Itik 1.052 1.257 1,01
Minyak Goreng 5.484 8.369 1,11
Susu Bubuk 18.675 20.496 1,02
Rokok Kretek 4.897 5.270 1,06
Kemeja tangan panjang 53.575 57.325 1,02
Jumlah 133.587 142.754 6,47
Sumber: Statistik Indonesia 2008, BPS
Jadi 100
6
47 . 6
I = 107,8
10 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Ternyata setelah dihitung dengan indeks ini, kelompok barang-barang
tersebut mengalami kenaikan harga sebesar: (107,8 100)% = 7,8%.
Kedua cara perhitungan angka indeks ini di dalam praktek hampir
tidak pernah dipakai. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
penimbang. Dengan tidak adanya penimbang, berarti di dalam
perhitungan indeks ini, kita menyamaratakan tingkat kebutuhan akan
barang-barang tersebut.
Misalnya di dalam indeks harga 9 macam bahan pokok, barangnya
meliputi beras, ikan asin, gula, garam, minyak tanah, minyak goreng,
sabun cuci, tekstil kasar dan batik. Apabila indeks harga 9 macam
bahan di atas dihitung secara tidak tertimbang, maka berarti kita
menyamaratakan tingkat kebutuhan akan beras, sabun cuci dan
lain - lain. Padahal di dalam kenyataan tidak demikian. Seseorang
akan lebih membutuhkan beras dari pada sabun cuci. Misalnya
kenaikan harga beras sebesar 10% per liter akan sangat berpengaruh
terhadap kenaikan harga garam dalam persentase yang sama. Untuk
menyatakan tingkat kebutuhan/kepentingan tiap-tiap barang,
dipakailah ukuran tertentu, yaitu yang disebut penimbang.
Dalam hal ini barang yang penting, akan mempunyai penimbang
yang besar, yang kurang penting, penimbangnya akan lebih kecil dan
seterusnya.
Misalnya : penimbang beras = 64,92 dan penimbang garam = 0,96,
artinya tingkat kepentingan beras di banding garam di dalam
masyarakat = 64,92 : 0,96.

2.1.2 Angka Indeks Tertimbang
1. Angka Indeks Agregatif
Rumus Umum:
100
0
W P
W P
I
n

W= Penimbang
a. Angka Indeks menurut Perumusan Laspeyres
Laspeyres mengambil kuantitas pada waktu dasar (
o
Q ) sebagai
penimbang sehingga rumusnya menjadi :
100
0 0
0
Q P
Q P
I
n
L

Angka Indeks | 11

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Q = Banyaknya/kuantitas ( quantum )
o
Q = Kuantitas pada tahun dasar
Contoh 2.4:
Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga Laspeyres lima
macam hasil pertanian tahun 2002-2003. Indeks 2002 = 100, karena
dipakai sebagai tahun dasar.

Tabel 1.5: Perhitungan Indeks Harga Laspayres 5 Macam
Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003
Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS, Jakarta
Dari data di atas angka indeks tahun 2003 (tahun dasar 2002) adalah:
51 , 104 100
000 . 261 . 158 . 107
580 . 569 . 994 . 111
2003
I
Harga 5 macam hasil bumi di tahun 2003 ternyata mengalami
kenaikan sebesar 4,51% dari harga tahun 2002.

b. Angka Indeks menurut Rumusan Paasche
Paasche memilih kuantitas tahun tertentu (given period) sebagai
timbangan, sehingga rumusnya menjadi :
100
0 n
n n
P
Q P
Q P
I
Contoh 2.5 :
Jenis hasil
Pertanian
Harga
2002
(
o
)
(Rp/Ton)
Harga
2003
(
n
)
(Rp/Ton)
Kuantitas
2002
( Q
o
)
(Ton)
P
n
Q
o
P
o
Q
o

Beras 2.897.940 3.062.290 11.303 34.613.063.870 32.755.415.820
Jagung 1.970.000 2.206.250 51 112.518.750 100.470.000
Ubi kayu 419.790 379.790 1.062 403.336.980 445.816.980
Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 22 156.399.980 138.820.000
Kedelai 2.474.580 2.575.000 29.790 76.709.250.000 73.717.738.200
Jumlah 111.994.569.580 107.158.261.000
12 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Tabel 1.6. Perhitungan Indeks Harga Paasche 5 Macam
Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002 2003

Sumber : Statistik Indonesia, 2003 BPS, Jakarta
Angka Indeks Tahun 2002 = 100
48 , 104 100
070 . 677 . 351 . 70
410 . 626 . 503 . 73
2003
I
Ternyata dengan rumus ini kenaikan harga 5 macam hasil bumi =
4,48%

c. Angka Indeks Fisher
P L
n 0
n n
0 0
0 n
F
I I 100
Q P
Q P
Q P
Q P
I
Contoh 2.6.1:
Dari contoh yang telah diperlihatkan pada Indeks Laspeyres dan
Indeks Paasche di atas maka didapatkan indeks Fisher :

49 , 104 104,48 x 51 , 104
F
I
Contoh 2.6.2:
Dengan menggunakan data di bawah ini :


Jenis hasil
Pertanian
Harga
2002
(
o
)
(Rp/Ton)
Harga
2003
(
n
)
(Rp/Ton)
Kuantitas
2003
( Q
n
)
(Ton)
P
n
Q
n
P
o
Q
n

Beras 2.897.940 3.062.290 7.140 21.864.750.600 20.691.291.600
Jagung 1.970.000 2.206.250 59 130.168.750 116.230.000
Ubi kayu 419.790 379.790 949 360.420.710 398.380.710
Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 15 106.636.350 94.650.000
Kedelai 2.474.580 2.575.000 19.822 51.041.650.000 49.051.124.760
Jumlah 73.503.626.410 70.351.677.070
Angka Indeks | 13

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Jenis Barang
Harga
2011
(Rp.)
(
0
P )
Kuantitas
2011
(
0
Q )
Harga
2012
(Rp.)
(
n
P )
Kuantitas
2012
(
n
Q )
Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12
Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4
Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3
Susu kental manis (sachet) 1000 7 1500 3
Nilai dari Indeks Fisher adalah:
4079 , 157 8181 , 156 158
F
I

d. Angka Indeks Drobisch
2
100 100
n o
n n
o o
o n
D
Q P
Q P
Q P
Q P
I

Contoh 2.6.3:
Dengan menggunakan data di bawah ini, hitunglah nilai indeks
Drobish:
Jenis Barang
Harga
2011
(Rp.)
(
0
P )
Kuantitas
2011
(
0
Q )
Harga
2012
(Rp.)
(
n
P )
Kuantitas
2012
(
n
Q )
0
Q P
n

0 0
Q P
n n
Q P
n
Q P
0

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 11000 7000 13200 8400
Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 7500 4000 3000 3200
Kopi bubuk
(bungkus)
1000 2 1300 3 2600 2000 3900 3000
Susu kental manis
(sachet)
1000 7 1500 3 10500 7000 4500 3000
JUMLAH - - - - 31600 20000 24600 17600

8863 , 148
2
7727 , 139 158
2
100
17600
24600
100
20000
31600
D
I
14 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth
100
Qn Q P
Qn Q P
I
o o
o n
ME

Contoh 2.6.4:
Dari data di bawah ini, hitunglah nilai Indeks Marshall-Edgeworth
Jenis Barang
Harga
2011
(Rp.)
(
0
P )
Kuantitas
2011
(
0
Q )
Harga
2012
(Rp.)
(
n
P )
Kuantitas
2012
(
n
Q )
n n
Q Q P
0

n
Q Q P
0 0

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 24200 15400
Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 13500 7200
Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 6500 5000
Susu kental manis
(sachet)
1000 7 1500 3 15000 10000
JUMLAH - - - - 59200 37600
4468 , 157 100
37600
59200
ME
I
f. Angka Indeks Walsh
100
0
0
n o
n n
W
Q Q P
Q Q P
I

Contoh 2.6.5:
Dengan data di bawah ini, hitunglah Indeks Walsh
Jenis Barang
Harga
2011
(Rp.)
(
0
P )
Kuantitas
2011
(
0
Q )
Harga
2012
(Rp.)
(
n
P )
Kuantitas
2012
(
n
Q )
n n
Q Q P
0

n
Q Q P
0 0

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 12049,896 7668,1158
Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 4500 2400
Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 3184,3366 2449,4897
Susu kental manis
(sachet)
1000 7 1500 3 6873,8635 4582,5757
JUMLAH - - - - 26608,0961 17100,1812
Angka Indeks | 15

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

6012 , 155 100
1812 , 17100
0961 , 26608
W
I

2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang
100
0
W
W
P
P
I
n

Contoh 2.7
Berikut ini diberikan teladan perhitungan indeks harga 9 macam
bahan pokok dengan mempergunakan rumus di atas.
Tabel 1.7 Perhitungan Indeks Harga 9 Macam Bahan
Pokok di Jakarta
Bahan Satuan W P
o
P
n
0
P
P
n
W
P
P
n
0

1. Beras L 64,92 574 617 1,13 73,23
2. Ikan Asin Kg 4,09 7.600 7.850 1,03 4,223
3.Minyak Goreng Btl 4,13 169 184 1,09 4,50
4. Gula Pasir Kg 2,47 977 1.052 1,08 2,66
5. Garam Bata 0,96 125 150 1,20 1,15
6. Minyak Tanah L 4,57 350 375 1,07 4,90
7. Sabun Cuci Btg 2,62 250 275 1,10 2,88
8. Textil m 12,63 1.650 1.854 1,12 14,19
9. Batik helai 3,61 10.500 11.000 1,05 3,78
J u m l a h 100,0

111,51
Sumber: Harga Perdagangan Besar di Jakarta, 1992, BPS Jakarta
100
0 . 100
51 . 111
I =111.51
Timbangan-timbangan pada perhitungan angka indeks menyatakan
tingkat kepentingan barang tersebut. Timbangan dalam contoh di atas
diperoleh dari survey biaya hidup. Dalam hal ini jumlah harga x
konsumsi (pxq) masing-masing jenis barang diprosentasikan sehingga
untuk beras terdapat 64,92 dst. Dengan demikian ternyata bahwa di
dalam perhitungan angka indeks tertimbang faktor yang tersulit
kadang-kadang adalah faktor penimbang, karena untuk menentukan
penimbang ini diperlukan biaya yang besar, tenaga yang banyak yang
tentu saja harus qualified. Di samping itu makan waktu yang lama
pula. Inilah salah satu problem perhitungan indeks.

16 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

2.2 Angka Indeks Produksi
Rumus-rumus indeks harga yang telah dibahas sebelumnya dapat
dirubah untuk menghitung kuantitas, yaitu dengan cara mengganti
harga P pada setiap rumus indeks harga dengan kuantitas Q sehingga
diperoleh indeks kuantitas. Dengan demikian sesuai dengan rumus-
rumus indeks harga, maka indeks-indeks kuantitas dirumuskan
sebagai berikut :
2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang
1. Angka Indeks Relatif Kuantitas Sederhana
100
o
n
Q
Q
I

2. Angka Indeks Agregatif Kuantitas Sederhana
100
o
n
Q
Q
I
3. Angka Indeks Rata-Rata Relatif Kuantitas Sederhana
100
0
N
Q
Q
I
n


2.2.2 Angka Indeks Tertimbang
Seandainya yang ingin dihitung adalah indeks produksi, maka yang
dijadikan penimbang bukan lagi produksi melainkan harga. Dengan
demikian dapat dituliskan rumusnya sebagai berikut :
1. Angka Indeks Agregatif
Rumus Umum: 100
0
W Q
W Q
I
n

a. Angka Indeks Kuantitas Laspeyres
100
0 0
0
P Q
P Q
I
n
L K

Angka Indeks | 17

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

b. Angka Indeks Kuantitas Paasche
100
0 n
n n
P K
P Q
P Q
I
c. Angka Indeks Kuantitas menurut Rumusan Fisher
P L
n
n n n
F K
I I
P Q
P Q
P Q
P Q
I 100
0 0 0
0

d. Angka Indeks Drobisch
2
100 100
n o
n n
o o
o n
D
P Q
P Q
P Q
P Q
I
e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth
100
n o o
n o n
ME
P P Q
P P Q
I
f. Angka Indeks Walsh
100
0
0
n o
n n
W
P P Q
P P Q
I
Contoh penggunaan Indeks Produksi menggunakan rumus Indeks
Laspeyres, Paasche dan fisher :
Mencari indeks produksi Laspeyres
Tabel 2.1. Perhitungan Indeks Produksi Laspeyres 5 Macam
Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003

Jenis hasil
Pertanian
Kuantitas
2002
(
0
Q )
( ton)
Kuant
itas
2003
(
n
Q )
( ton)
Harga
2002
(
0
P

)
(Rp/Ton)
0
P Q
n

0 0
P Q
Beras 11.303 7.140 2.897.940 20.691.291.600 32.755.415.820
Jagung 51 59 1.970.000 116.230.000 100.470.000
Ubi kayu 1.062 949 419.790 398.380.710 445.816.980
Kacang
Tanah
22 15 6.310.000 94.650.000 138.820.000
Kedelai 29.790 19.822 2.474.580 49.051.124.760 73.717.738.200
18 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

J u m l a h

70.351.677.070 107.158.261.000
Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta
Angka indeks produksi Laspeyres tahun 2003 (2002=100) adalah:
65 , 65 100
000 . 261 . 158 . 107
070 . 677 . 351 . 70
KL
I

Mencari indeks produksi Paasche
Tabel 2.2. Perhitungan Indeks Produksi Paasche 5 Macam Hasil
Pertanian Tahun 2002-2003
Jenis hasil
Pertanian
Kuantitas
2002
(
0
Q )
( ton)
Kuantitas
2003
(
n
Q )
(ton)
Harga
2003
(
n
P

)
(Rp/Ton)
n n
P Q
n
P Q
0

Beras 11.303 7.140 3.062.290 21.864.750.600 34.613.063.870
Jagung 51 59 2.206.250 130.168.750 112.518.750
Ubi kayu 1.062 949 379.790 360.420.710 403.336.980
Kacang Tanah 22 15 7.109.090 106.636.350 156.399.980
Kedelai 29.790 19.822 2.575.000 51.041.650.000 76.709.250.000
J u m l a h
73.503.626.410 111.994.569.580
Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta
100
580 . 569 . 994 . 111
.410 73.503.626
KP
I = 65,63
Mencari indeks produksi Fisher
Dengan menggunakan hasil penghitungan Indeks Produksi Laspeyres
dan Paasche, maka didapatkan indeks produksi Fisher sebagai berikut
:
64 , 65 65,63 65 , 65
F K
I
Hasil perhitungan indeks menurut Laspeyres biasanya lebih besar
dibandingkan dengan hasil perhitungan Paasche.
Hal ini terutama terjadi, jika penimbangnya adalah konsumsi
masyarakat. Bahkan sering kali dikatakan, bahwa indeks menurut
Laspeyres cenderung over-estimate, sedangkan indeks menurut
Paasche cenderung under-estimate. Untuk mengatasi hal-hal tersebut
di atas, Irving Fisher mengambil jalan tengah, yaitu dengan
mengambil rata-rata ukur antara Laspeyres dan Paasche. Indeks
menurut Fisher ini secara teoritis merupakan indeks yang paling baik,
sehingga sering disebut sebagai Fisher I deal I ndex Numbers.
Angka Indeks | 19

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Walaupun demikian dalam praktek, indeks menurut Laspeyres lah
yang sering dipergunakan, mengingat untuk menghitungnya hanya
cukup dengan mencari P
n
saja, sedangkan P
o
dan Q
o
angkanya
konstan. Tidak demikian halnya dengan indeksindeks yang lain.

2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang
100
0
W
W
Q
Q
I
n

2.3 Angka Indeks Nilai
100
0 0
Q P
Q P
I
n n



Contoh 2.3.1:
Omzet suatu toko bulan Mei 2010 = Rp.500.000,00 dan omzet bulan
Juni 2010 = Rp. 550.000,00
110 100
000 . 500
000 . 550
I (Mei 2010=100)

Perlu diketahui bahwa sebetulnya Rp.500.000,00 ini sudah merupakan
perkalian harga x barang yang terjual pada bulan Mei (P
o
x Q
o
), tapi
kita tidak dapat memastikan seberapa besarnya Q
o
maupun berapa
besarnya P
o
. Begitu juga Rp.550.000,00 merupakan perkalian antara
P
n
dengan Q
n
.
Contoh 2.3.2:
Seorang pedagang asongan keliling mendapatkan penghasilan harian
pada bulan Februari 2012 sebesar Rp. 60.000,- dan pada bulan Maret
2012 meningkat menjadi Rp. 110.000,-.
Berapa besar indeks nilai pengahsilan pedagang asongan tersebut:
333 , 183 100
60000
110000
I
20 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Contoh 2.3.3:
Jika diketahuiindeks nilai pengeluaran mahasiswa bulan Januari 2012
terhadap pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar 109,73. Berapa
besar pengeluaran mahasiswa tersebut pada bulan Januari 2012 jika
diketahui pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar Rp. 1.560.000,-
73 , 109 100
1560000
2012 nJanuari Pengeluara
I
1711788 2012 nJanuari Pengeluara
Jadi, pengeluaran mahasiswa pada bulan Januari 2012 adalah sebesar
Rp. 1.711.788,-



2.4 Kriteria Indeks Yang Baik
Irving Fisher mengemukakan bahwa indeks harga yang baik
memenuhi dua kriteria, yaitu Time Reversal Test dan Factor Reversal
Test.
1. Kriteria Time Reversal Test
Jika I
n,o
merupakan indeks harga pada tahun berjalan n dan tahun
dasar 0 dan I
o,n
adalah indeks harga pada tahun berjalan 0 dan tahun
dasar n, maka kriteria Time Reversal Test adalah :
I
n,o
x I
o,n
= 1
2. Kriteria Faktor Reversal Test
Jika
o n
IP
,
adalah indeks harga yang menunjukkan perubahan harga
dari waktu berjalan n dan waktu dasar 0, sedangkan
o n
IQ
,
adalah
indeks kuantitas yang menunjukkan perubahan kuantitas dari waktu
berjalan n dan waktu dasar o, maka faktor Reversal Test menyatakan
bahwa
o n o n
IQ IP
, ,
akan menunjukkan perubahan nilai dari waktu
dasar 0 ke waktu berjalan n yang dirumuskan sebagai berikut :
o o
n n
o n o n
Q P
Q P
IQ IP
, ,

Indeks Laspeyres dan Indeks Paasche tidak memenuhi dua kriteria
tersebut. Sedangkan Indeks Fisher memenuhi dua kriteria tersebut.

Angka Indeks | 21

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

2.5 Cara Menentukan Periode Dasar
Dalam menentukan periode/waktu dasar perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Hendaklah pemilihan tahun dasar (base period) berada dalam
keadaan yang stabil. Di dalam indeks harga khususnya pilihan
periode yang keadaan ekonominya relatif stabil, artinya tingkat
inflasi (rate of inflation) nya rendah.
2. Base period hendaklah jangan terlalu jauh jaraknya dengan given
period. Karena kalau terlalu jauh akan kurang representatif.
Misalnya menghitung indeks 2010 dengan 1980 = 100, maka
ternyata barang-barang tahun 1980 jauh berbeda dengan tahun
2010. Usahakan paling lama 10 tahun atau lebih baik kurang dari 5
tahun.
3. Bisa juga dipilih periode yang bersejarah atau peristiwa penting
sebagai periode dasar penghitungan indeks, misalnya pada saat
pergantian pimpinan.
4. Pilih waktu ketika tersedia data untuk keperluan timbangan.
Contoh 2.5.1:
Sebutkan beberapa contoh keadaan stabil yang dapat menjadikan
tahun tersebut menjadi tahun dasar!
Jawab: tingkat Inflasi rendah, tidak terjadi pergolakan politik yang
ekstrim, tidak terjadi peperangan, tidak ada bencana alam yang
berdampak besar.
Contoh 2.5.2:
Jika dalam tahun tersebut terjadi suatu peristiwa besar, seperti demo
besar-besaran yang akhirnya memaksa penggantian pimpinan negara,
yang berdampak positif terhadap perekonomian, apakah tahun tersebut
dapat dijadikan sebagai tahun dasar? Jelaskan!
Jawab: Tidak bisa, karena tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar,
harus memiliki keadaan yang stabil, baik dari sisi ekonomi maupun
politik
22 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

S So oa al l L La at ti ih ha an n
Untuk nomor 1 dan 2
1. Pada tahun 1988 harga beras jenis A di Kabupaten Bantul Rp. 800,-/kg.
Sedangkan tahun 1989 s/d 1993 harga beras dengan jenis yang sama di Bantul
berturut-turut : Rp. 880,- ; Rp. 1.000,- ; Rp. 1.080,- ; Rp. 1.200,- ; Rp. 1.240,-
per kg.
Tentukan perkembangan harga beras jenis A di Kabupaten Bantul?

2. Dari data di atas, tentukan indeks harga rata-rata relatif tahun 1993 dengan
tahun dasar 1988!

3. Diketahui tabel harga dan konsumsi dari tiga klomoditi tahun 1992 dan 1998
adalah sebagai berikut :

Komoditi
Harga Rata-rata
(ribu Rp.)
Konsumsi per Kapita
(ton)
Tahun 1992 1998 1992 1998
Kedelai 30 38 30 35
Roti 25 35 38 37
Telur 60 90 15 10

Dengan menggunakan tabel di atas, hitunglah:
a. Indeks harga Laspeyres 1998, dengan menggunakan tahun dasar 1992!
b. Indeks Paasche tahun 1992, dengan menggunkan tahun dasar 1998!

4. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas data berikut dengan
menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.

Komoditas
Harga per Unit
1990 (Rp.)
Harga per Unit
1991 (Rp.)
Harga per Unit
1992 (Rp.)
A 4.200 4.600 4.800
B 8.000 8.800 9.600
C 2.000 1.800 2.000
D 5.000 5.000 5.600

5. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas dasar data berikut dengan
tahun 1990 sebagai tahun dasar (1990 = 100).

Jenis
Barang
Ukuran
Konsumsi
per
Tahun
Harga
1990 1991 1992
Beras 1 kg 400 1.000 1.200 1.300
Minyak
Goreng
1 liter 30 2.400 2.400 2.800
Gula 1 kg 100 800 950 975

6. Tentukan indeks kuantitatif agregatif tertimbang dari data berikut ini dengan
menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.
Angka Indeks | 23

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Jenis
Barang
Ukuran
Harga
(Rp.)
Kuantitatif
1990 1991 1992
Beras Kg 1.000 400 480 520
Minyak
Goreng
Liter 2.400 24 28 30
Gula Kg 800 50 60 75

7. Tentukan indeks harga relatif rata-rata dari data berikut ini (1990 = 100).

Komoditi
Indeks
1990 1991 1992
A 100 106 112
B 100 110 114
C 100 124 118

8. Tentukan indeks kuantitatif relatif rata-rata dari data berikut ini (1999 = 100).

Produk Kuantitas yang diproduksi
1990 1991 1992
A 3.000 2.900 3.200
B 12.000 14.000 16.000

9. Data berikut mengenai harga dan kuantitas mentega dan roti pada periode
1990-1992.

Jenis Barang
Harga Kuantitas
1990 1991 1992 1990 1991 1992
Roti 6.000 6.670 7.550 10 9 12
Mentega 8.000 8.500 9.000 5 6 8

Tentukan indeks Laspeyres, Indeks Paasche, dan Indeks Fisher !

10. Diketahui daftar untuk tahun 2000 dan 2005 serta kuantitas yang dikonsumsi
pada tahun 2000 sebagai berikut :

Jenis Produk Harga Tahun 2000
Jumlah terjual
tahun 2000
Harga tahun 2005
Pakaian (satuan) 35.000 500 65.000
Sepatu (sepasang) 45.000 1.200 90.000

Dengan mengasumsikan bahwa jumlah yang terjual tetap konstan, berapakah
indeks harga tertimbang untuk tahun 2005 dengan menggunakan tahun 2000
sebagai tahun dasar dan interpretasikanlah hasil perhitungan tersebut!

24 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

B BA AB B 3 3 P Pe en ng gg gu un na aa an n A An ng gk ka a I In nd de ek ks s
Angka-angka mengenai harga, baik yang dikumpulkan oleh
departemen pemerintah, lembaga penyelidik pemerintah maupun
swasta atau perusahaan pemerintah maupun swasta mempunyai arti
yang semakin penting dengan makin berkembangnya teknik angka-
angka indeks. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer
kondisi ekonomi umum. Kenaikan indeks harga yang disebut Laju
Inflasi sangat penting artinya sebagai pedoman pemerintah dalam
menentukan kebijakan umum. Bagi kalangan pengusaha maupun
lembaga non pemerintah hal ini penting artinya untuk membuat
kebijakan penetapan harga, perencanaan keuangan maupun investasi.
3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK)
Pengertian Umum
Mulai bulan Juni 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
mencakup sekitar 284-441 komoditi dihitung berdasarkan pola
konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 66 kota tahun 2007.
IHK Gabungan 66 kota merupakan hasil penghitungan dari gabungan
indeks masing-masing kota yang ditimbang dengan banyaknya
rumahtangga di kota bersangkutan. IHK gabungan tersebut mencakup
kelompok komoditas berikut:
- Bahan makanan
- Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau
- Perumahan
- Sandang
- Kesehatan
- Pendidikan, rekreasi & olahraga
- Transpor dan komunikasi

Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Biaya Hidup (IBH)
merupakan dasar untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan
kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.

Metode Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Salah satu tujuan penghitungan IHK adalah menghitung tingkat
perubahannya, yaitu laju inflasi. Dalam makalahnya Sir Samuel
Britton menyebutkan There is no one true and correct measure of
inflation. Sangat sulit untuk mendapatkan angka inflasi yang benar-
benar mewakili untuk menyatakan bahwa telah terjadi
kenaikan/penurunan harga sebesar x secara umum untuk keseluruhan
Angka Indeks | 25

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

komoditi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pola
konsumsi terhadap sejumlah barang di Indonesia berbeda-beda, sesuai
dengan kebiasaan dan budaya di masing-masing wilayah.
Untuk mendapatkan angka yang makin baik, BPS selalu memperbaiki
teknik penghitungan angka inflasi tersebut. Sejak Bulan Januari 2004,
digunakan penghitungan IHK yang baru menggantikan IHK 1998.
Dibandingkan dengan IHK yang lama (1996 = 100), dalam
penghitungan IHK yang baru (2002 = 100) terjadi perubahan
komoditas, penimbang, cakupan kota dan metode penghitungan.
Angka indeks yang baru di Indonesia (Januari 2004), dibuat
berdasarkan Survey Pengeluaran Rumahtangga (Household
Expenditure Surveys = HES) Tahun 2002 yang mencakup 70.000
sampel rumahtangga di 45 kota-kota besar Indonesia. Komoditas dan
penimbangnya diperbaharui untuk mencakup jenis-jenis komoditas
dan jasa terbaru yang beredar di pasar, seperti jenis-jenis makanan
yang baru, barang tahan lama, dan Jasa pelayanan dan keuangan.
Beberapa sampel outlets/supermarket juga dimasukkan untuk
menjaring penjualan dari pasar tradisional sampai pasar modern.
Terdapat beberapa alasan/faktor, terutama adanya krisis ekonomi
1998, untuk merubah tahun dasar penghitungan Indeks Harga
Konsumen Tahun 1996 menjadi 2002 :
1. Perubahan pola konsumsi penduduk direfleksikan dengan merubah
struktur penimbang komoditas dan jasa
2. Pengembangan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi, sebagai hasil
dari sistem otonomi daerah
3. Meningkatnya jumlah seiring dengan kualitas komoditi yang dijual
di pasar-pasar khususnya barang-barang tahan lama,
telekomunikasi dan jasa keuangan.
4. Adanya kecenderungan perubahan di pusat-pusat perdagangan
penduduk perkotaan dari pasar tradisional ke pasar modern seperti :
minimarket, supermaket dan hipermarket.
5. Untuk mengurangi bias indeks dengan mengembangkan
penghitungan agregat harga dasar dari komoditas tertentu yang
mengalami perubahan harga dan harga pasar yang tidak
terintegrasi.


Teknik penghitungan Indeks :
1. Agregat dasar
26 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

IHK dibuat berdasarkan kombinasi dari perbandingan harga pada
tingkat yang terendah dalam 2 periode yang disebut agregat dasar.
Ada 3 cara untuk menghitung harga agregat dasar untuk mengestimasi
seluruh komoditas dan jasa dalam IHK :
a. Rata-rata Aritmatik dari rasio harga (APR-Carli)
APR
o:t
=
n
i
i
ti
P
P
n
1
0
1

b. Rasio dari Rata-rata Arimatik harga (RAP-Dutot)
RAP
o:t
=
n
i
i o
n
i
i t
P
n
P
n
1
1
1
1

c. Rata-rata Geometrik dari rasio harga (GM-Jevon)
GM
o:t
=
n
i
oi
n
i
ti
n
i oi
ti
n
n
n
P
P
P
P
1
1
1
1
1
1

Dimana : P adalah harga, t = waktu , o = waktu dasar, n = jumlah
variasi/kualitas.
Dalam IHK 1996 = 100, Badan Pusat Statistik menggunakan APR
untuk memperoleh agregat harga dasar seluruh komoditas. APR
mengasumsikan bahwa tiap-tiap item/kualitas dalam komoditas
tertentu mempunyai penimbang yang sama (expenditure share), tidak
dipengaruhi perubahan harga. Hal ini berarti bahwa elastisitas
permintaan komoditas sama dengan nol yang bertentangan dengan
konsep perilaku konsumen.


2. Formula Indeks.
Laspeyres modified-Carli :
n
i
CARLI oi
R w Carli IL
1

Laspeyres modified-Dutot :
Angka Indeks | 27

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

n
i
DUTOT oi
R w Dutot IL
1

Laspeyres modified-Jevon :
n
i
JEVON oi
R w Jevon IL
1

n
i
oi
ti
n
i
oi
oi
ti
n
i
i o i o
i o i o
n
i
i o i o
n
i
i o i t
AL
P
P
w
P
P
Q P
Q P
Q P
Q P
I
1 1
1 1
1

n
i
i o i o
i o i o
Q P
Q P
Woi
1
dan
n
i
oi
w
1
= 1

3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP)
Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) disusun berdasarkan data harga
eceran hasil survei bulanan statistik harga konsumen di pasar.
Sembilan bahan pokok tersebut terdiri dari : beras, ikan asin, minyak
kelapa, gula pasir, garam, minyak tanah, sabun cuci, tekstil dan batik.

Dalam penghitungannya :
a. Persentase (%) perubahan IBP bulanan diperoleh dari :
100
1
1
n
n n
I
I I

dimana :
n
I

= Indeks bulan n
1 n
I = Indeks bulan n-1

b. Persentase (%) perubahan IBP dalam satu tahun dihitung dengan
menggunakan metode point to point yang sebelumnya
menggunakan metode kumulatif bulanan.

c. IBP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang
dikembangkan (Modified Laspeyres), yaitu :
28 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

100
1
1
o o
o n
n
n
n
Q P
Q P
P
P
I

dimana :

n
I = Indeks bulan n (bulan penelitian)

n
P = Harga pada bulan ke n (bulan penelitian)

1 n
P = Harga pada bulan ke n-1 (bulan
sebelumnya)

o n
Q P
1
= Nilai konsumsi bulan ke n-1

o o
Q P = Nilai konsumsi Tahun Dasar


3.3 Upah Nyata
Seperti telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa seseorang buruh
atau pegawai lebih senang menerima gaji yang lebih kecil tetapi
dengan daya beli besar, dari pada gaji yang lebih besar tetapi
dengan daya beli kecil. Hal ini disebabkan nilai uang dipengaruhi oleh
perubahan harga barang dan biaya hidup. Dengan perkataan lain
para buruh atau pegawai lebih senang mendapatkan upah nyata dari
pada upah uang. Adapun yang dimaksud dengan Upah uang adalah
nilai nominal dari uang yang kita terima. Sedangkan upah nyata
adalah daya beli dari upah uang tersebut. Besar kecilnya upah nyata
ini tergantung pada Indeks Biaya Hidup/ Indeks Harga Konsumen.
Sebagai ilustrasi dapat diikuti pada teladan berikut ini :
Pada tahun x seseorang mempunyai gaji Rp.2.500.000,00 per bulan,
sedangkan Indeks Biaya Hidup (IBH) pada tahun x adalah 100. Gaji
pada tahun x+t adalah Rp 2.500.000,00 dengan IBH = 200 pada tahun
x+t. Berarti harga-harga dari kebutuhan hidup pada tahun x + t dua
kali lipat dibandingkan pada tahun x. Sehingga gaji Rp.25.000,00 pada
tahun x+t seolah-olah sama dengan Rp. 1.250.000,00 Angka Rp.
1.250.000,00 ini didapat dengan jalan :
000 . 500 . 2
200
100
UN =Rp 1.250.000,00
Dengan menggunakan rumus dapat dituliskan bahwa
Gaji
IBH
IBH
UN
t x
x

Dengan:
Angka Indeks | 29

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

UN : Upah nyata
IBH
x
: Indeks Biaya Hidup saat semula (tahun x)
IBH
x+t
: Indeks Biaya Hidup sekarang (tahun x+t)
Gaji : Gaji sekarang (pada tahun x+t)
Contoh :
Pada tahun 2008 seseorang karyawan suatu perusahaan mempunyai
gaji per bulan Rp.4.000.000,00 dengan indeks harga konsumen pada
tahun 2008 sebesar 210,27. Sedangkan indeks harga konsumen pada
tahun 2010 adalah 279,59, berapa gaji karyawan per bulan agar daya
belinya sama dengan daya beli tahun 2008 ?
Jawab :
Misalkan gaji per bulan pada tahun 2008 = x,00 maka:
00 , 000 . 000 . 4 00 , .
59 , 279
27 , 210
x Rp
50 , 685 . 318 . 5 00 , 000 . 000 . 4
27 , 210
59 , 279
x
Jadi gaji orang tersebut haruslah sebesar Rp.5.318.685,50 per bulan
pada tahun 2010 agar daya belinya sama dengan daya beli pada tahun
2008.


3.4 Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani
(dalam persentase). NTP merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan
daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan
jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi
NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli
petani.

Harga yang diterima petani
Adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum
ditambahkan biaya transportasi/ pengangkutan dan biaya pengepakan
kepada harga penjualannya,. Harga ini biasa dianggap sebagai farm
gate (harga disawah / ladang setelah pemetikan). Harga rata-rata
30 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan akan
mencerminkan total uang yang diterima petani. Data harga tersebut
dikumpulkan dari hasil wawancara langsung kepada petani produsen.

Harga yang dibayar petani
Adalah rata-rata harga eceran barang dan jasa yang dibeli petani, baik
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk
keperluan produksi pertanian. data harga barang untuk keperluan
produksi pertanian dikumpulkan dari hasil wawancara langsung
kepada petani, sedangkan harga barang dan jasa untuk keperluan
konsumsi rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung kepada
pedagang atau penjual jasa di pasar terpilih.

3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Harga Perdagangan Besar merupakan harga barang-barang yang
merupakan dasar analisa perubahan harga bagi para produsen dan
pedagang besar.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dikelompokkan atas 5
sektor yaitu: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, barang
impor dan ekspor. Masing-masing sektor terdiri dari sub sektor.
Jumlah komoditas dari setiap sub sektor dinyatakan dengan jumlah
keseluruhan 327 komoditas. IHPB bahan bangunan/konstruksi
didasarkan atas perubahan harga 26 kelompok barang tertentu.
Indeks ini mengukur arah umum gerakan harga pada pasar-pasar
primer mengenai barang-barang dari jenis bahan mentah hingga jenis
barang jadi yang dijual-belikan. Harga pada indeks ini adalah harga
produsen. IHPB digunakan untuk pengukuran perubahan harga selama
dua periode dan bukan perubahan yang disebabkan oleh kualitas,
kuantitas atau penjualan. Dengan indeks ini, pengusaha dapat
membentuk harga pasar dan analisa pasar serta menggambarkan trend
perdagangan.
Cara penghitungan IHPB sama dengan cara penghitungan angka
indeks IPB yaitu dengan metode Laspeyres yang dikembangkan.

3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pendapatan seseorang, daya beli barang, dan pelayanan tidaklah cukup
sebagai pilihan untuk mencapai standar kehidupan manusia yang
layak. Unsur-unsur lain seperti kesehatan, pendidikan dan kebebasan
juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Dari sinilah UNDP
mengeluarkan Human Development Report (Laporan Pembangunan
Angka Indeks | 31

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Manusia) yang pertama kali pada tahun 1990 dan mendefinisikan
Pembangunan Manusia sebagai suatu proses untuk membuat manusia
mampu memiliki lebih banyak pilihan.
Sejak saat itulah dirancang suatu ukuran kemajuan sosial ekonomi dari
segala aspek kehidupan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia.
Walaupun demikian, konsep pembangunan manusia jauh lebih luas
dari sekedar Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu negara dalam tiga
dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup,
pengetahuan dan suatu standar hidup yang layak. Lamanya hidup
diukur dengan angka harapan hidup pada saat lahir; tingkat
pendidikan/pengetahuan diukur dengan kombinasi antara angka melek
huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot 2/3) dan rata-rata lama
sekolah (dengan bobot 1/3); dan tingkat kehidupan layak diukur
dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi daya
beli.
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan rata-
rata dari ketiga komponen tersebut di atas, yaitu :

3
j) X(3, Indeks j) X(2, Indeks j) X(1, (Indeks
IPM
dimana :
j X ,. 1 = Lamanya hidup dari daerah j
j X ,. 2 = Tingkat Pendidikan dari daerah j
j X ,. 3 = Tingkat Kehidupan yang layak dari daerah j
min) ( max) (
min) - X(i - j) X(i,
j) X(i,
i X i X
Indeks
dimana:
j ,. i X : Indikator ke i di daerah j, i =1,2,3
min i X : Nilai minimum dari X(i,,j)
max i X : Nilai maksimum dari X(i,,j)
Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.1 Nilai Maksimum-Minimum Komponen IPM
32 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Komponen IPM
Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum
Keterangan
Angka Harapan
Hidup
85 25 Standar UNDP
Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP
Rata-rata lama
sekolah (tahun)
15 0
UNDP menggunakan
combined gross
enrolment ratio
Daya beli 737.720 360.000
UNDP menggunakan
PDB Riil per kapita
yang telah disesuaikan
Ilustrasi Penghitungan IPM Jawa Barat 2004 :
Angka harapan hidup : 65,34
Angka melek huruf : 93,96
Rata-rata lama sekolah : 7,36
Konsumsi per kapita riil : Rp 554.570,-
Berdasarkan data tersebut dihitung indeks masing-masing komponen :
Indeks angka harapan hidup :(65,34 25) / (85 25) = 0,6723
Indeks angka melek huruf :(93,96 0) / (100 0) = 0,9396
Indeks rata-rata lama sekolah: (7,36 0) / (15 0) = 0,4913
Indeks pendidikan: 2/3 (0,9396) + 1/3 (0,4913) = 0,7902
Indeks Konsumsi per kapita riil: (554,57 300) / (732,72 300) =
0,5883
Akhirnya angka IPM Jawa Barat dihitung :
IPM = 1/3 (0,6723 + 0,7902 + 0,5883) = 0,6836 x 100 = 68,36

3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK)
Indeks Kemahalan Konstruski adalah angka indeks yang
menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan harga
bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi
terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka IKK rata-
rata nasional sama dengan 100. TKK merupakan cerminan dari suatu
Angka Indeks | 33

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang dibutuhkan untuk
membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu
kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan
terhadap harga sejumlah jenis barang/bahan bangunan dan harga sewa
alat-alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar.

Sesuai dengan pengertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks
spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk
lokasi yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda pengertian
indeks periodikal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar atau
Indeks Harga Konsumen, kedua indeks harga tersebut
menggambarkan perkembangan harga di suatu lokasi pada periode
tertentu terhadap harga tahun dasar. Mulai tahun 2005 dalam
penyajian IKK diperhitungkan pula perkembangan harga periode
tertentu terhadap harga periode dasar yaitu Februari 2004 (sesuai dasar
penghitungan IKK 2004).

IKK dihitung menurut kelompok jenis bangunan, terdiri dari 5 (lima)
kelompok, mengacu pada klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI). Penghitungan IKK tahun-tahun sebelumnya menggunakan 5
(lima) kelompok jenis bangunan, tetapi mulai tahun 2005
penghitungan IKK hanya menurut 3 (tiga) kelompok jenis bangunan.
Kelompok jenis bangunan yang tidak diikutsertakan adalah bangunan
& instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi, sedangkan
kelompok jenis bangunan sarana pertanian digabung dengan
kelompok jenis bangunan lainnya. Perubahan pengelompokan jenis
bangunan ini dilakukan agar IKK antar kabupaten/kota yang
dihasilkan lebih mempunyai keterbandingan/comparable. Kelompok
jenis bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi
tidak diikutsertakan, dikarenakan kualitas barang-barang dalam
kelompok jenis bangunan tersebut sangat beragam antar
kabupaten/kota. Sedangkan kelompok jenis bangunan sarana
pertanian, tidak relevan lagi digunakan untuk daerah perkotaan.
Berikut, tiga kelompok jenis bangunan yang digunakan dalam
penghitungan IKK 2007:
a. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal
b. Jalan, jembatan, dan pelabuhan
c. Bangunan lainnya.

Paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2007
terdiri dari 18 jenis barang dan 3 sewa alat berat yang dipilih dari 60
jenis barang dan 3sewa alat berat yang terdapat dalam daftar HPB-K.
Delapan belas jenis barang dan tiga sewa alat berat tersebut, yaitu:
pasir pasang, batu kali, sirtu, kayu papan, kayu balok, kayu lapis,
cat tembok, cat kayu/besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen,
batu split, lantai keramik, besi beton, seng plat, seng gelombang,
sewa alat berat excavator, buldozer, dan three wheel roller (mesin
gilas).
34 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Penimbang atau Bobot

DT atau bobot terdiri dari DT kelompok jenis bangunan dan DT
umum. DT kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan besarnya
andil atau nilai masinng-masing jenis bahan bangunan untuk
membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas. Sedangkan
DT umum disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran
belanja pembangunan dan rutin yang diperoleh dari
PemerintahKabupaten/Kota setempat.

Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi (TKK)
kabupaten/kota




= tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi
kabupaten/ kota
k = kelompok jenis bangunan

i = Jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat.

Pi = harga bahan bangunan i


Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan


Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi Kelompok
Jenis Bangunan rata-rata Nasional:





= tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi rata-rata
nasional kelompok jenis bangunan j


N = kabupaten/kota (434)

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
Angka Indeks | 35

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik





3.8 Indeks Harga Saham
Pengertian Umum
Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan
pergerakan harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki
lima macam indeks harga saham, yaitu :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua
saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah
melalui beberapa macam seleksi
4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang masuk
dalam kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid
5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih
berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam
kriteria papan utama.
7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk
dalam kriteria papan pengembangan
8. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya.
Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan
yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah
saham tercatat . Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah
emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks.
Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk
perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII)
menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks.
36 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Price I ndex)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan
pada Tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham
yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal
10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedang jumlah saham yang tercatat
waktu itu adalah sebanyak 13 emiten.
Pada Desember 2008 jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia sudah mencapai 396 emiten. Posisi tertinggi yang pernah
dicapai IHSG adalah 3.357,032 poin yang tercatat pada 15 September
2010.
Indeks Sektoral
Indeks sektoral BEJ adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang
tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi
industri yang telah ditetapkan BEJ, yang diberi nama JASICA
(Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor
tersebut sama dengan sektor yang ada di BPS.
Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan
nilai awal indeks 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar
tanggal 28 Desember 1995. Selain sembilan sektor tersebut BEJ juga
menghitung Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang
merupakan indeks gabungan dari saham-saham yang terklasifikasikan
dalam sektor tiga, sektor empat dan sektor lima.
Indeks LQ45
Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi,
yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian
atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.
Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997.
Hari dasar untuk penghitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai
dasar 100.
Jakarta Islamic Index
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management
(DIM) telah meluncurkan index saham yang dibuat berdasarkan
Syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria
pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak
Angka Indeks | 37

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.

Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan
menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan oleh
Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap
weighted). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995
dengan nilai awal sebesar 100.
Indeks Kompas100
Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli
2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ
meluncurkan indeks Kompas100. Indeks ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta
fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
menciptakan kreatiftas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis
saham.
Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan
indeks Kompas100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas,
kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan
Dengan maksud menyediakan suatu indikator untuk memantau
perkembangan saham-saham yang masuk dalam masing-masing papan
pencatatan, pada tanggal 8 April 2002, BEJ meluncurkan dua indeks
baru yaitu: Indeks Papan Utama dan Indeks Papan
Pengembangan. Penghitungan Indeks dilakukan setiap hari bursa
mulai pada saat perdagangan saham dibuka pukul 9.30 hingga akhir
perdagangan saham pukul 16.00.
Hari dasar untuk penghitungan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan
Pengembangan adalah 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100.
Pada hari itu, 34 saham tercatat pada Papan Utama dan 287 saham
tercatat pada Papan Pengembangan dengan komposisi kapitalisasi
pasar untuk indeks masing-masing 62% dan 38% dari total
keseluruhan.
Metodologi Penghitungan Indeks
Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, indeks-indeks
BEJ adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai
pasar (market value weighted average index). Rumus dasar
penghitungan adalah:

38 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar
hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula:

c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.
n = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks
(jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i
N = Jumlah emiten yang tercatat di BEJ
Contoh hari dasar untuk IHSG adalah pada tanggal 10 Agustus 1982.
Penghitungan Indeks di BEJ digunakan metode weighted average
(pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar). Kelemahannya: jika ada
saham yang mempunyai jumlah saham yang sangat besar, maka
saham tersebut akan sangat mendominasi pergerakan indeks, sehingga
tidak lagi menggambarkan pergerakan pasar secara keseluruhan. Pada
tanggal 5 April 1999, Bank Danamon mencatatkan saham sebanyak
217,3 milyar lembar atau 53,0% dari jumlah seluruh saham yang
tercatat di BEJ. Akibatnya bobot Bank Danamon sangat besar dan
berpengaruh terhadap perubahan indeks. Jika harganya berubah 1
point (Rp 25) maka indeks akan berubah sebesar 10.862 point atau
2,75%. Beberapa emiten juga melakukan pencatatan saham dengan
jumlah yang sangat besar, terutama di sektor perbankan yang sedang
dalam proses take-over atau rekapitalisasi oleh pemerintah. Dengan
bobot saham perbankan yang besar-besar, IHSG akan berperilaku
seperti indeks perbankan saja. Langkah yang dilakukan BEJ terhadap
saham tersebut adalah tidak memasukkan saham-saham dengan nilai
nominal baru tersebut untuk penghitungan IHSG. Pembatasan itu
dipandang perlu karena dari teori penghitungan Indeks dan kenyataan
yang ada di pasar, jika seluruh saham yang tercatat digunakan untuk
penghitungan indeks maka hal ini tidak akan mencerminkan
pergerakan pasar seperti yang telah diuraikan di atas.
Contoh data :
IHSG - Yearly Statistic (1990 - 1999)
Year Open High Low Close Change
Change
(%)
Volume (shares)
1990 398,773 681,944 371,198 417,788 18,201 4,55 658.527.000
1991 408,538 427,019 223,249 247,390 -170,398 -40,79 1.007.734.000
1992 246,953 331,057 246,953 274,335 26,945 10,89 1.733.068.000
1993 273,582 588,765 273,308 588,765 314,430 114,62 3.922.805.500
1994 589,646 612,888 447,040 469,640 -119,125 -20,23 5.324.205.500
1995 470,140 519,175 414,209 513,847 44,207 9,41 10.572.092.500
1996 512,478 637,432 512,478 637,432 123,585 24,05 29.622.931.500
1997 638,103 740,833 339,536 401,712 -235,720 -36,98 77.241.221.000
1998 410,011 554,107 256,834 398,038 -3,674 -0,91 88.787.247.000
1999 393,964 720,050 370,643 676,919 278,881 70,06 152.839.389.000
Angka Indeks | 39

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Sumber :Zachri B. Kumoring
Email: stock-owner@ITB.ac.id
http://download.at/zachri
Contoh :
IHSG Jumat, 22 Oktober 2004
Index Value: 841.535
Trade Time: 12:31AM ET
Change: 7.366 (0.88%)
Prev Close: 834.169
Open: 835.207
Day's Range: 832.822 - 842.137
52wk Range: 598.743 - 864.625

Bobot/Weighted
Jumlah saham (bobot/weighted) adalah jumlah saham yang digunakan
untuk penghitungan indeks. Angka ini tidak sama dengan jumlah
saham yang tercatat di BEJ. Walaupun sebagian besar menggunakan
jumlah saham yang tercatat di BEJ tapi ada beberapa emiten yang
tidak menggunakan jumlah saham tercatat sebagai bobot, misalnya
saham-saham perbankan dan saham-saham yang memiliki dua nilai
nominal. Untuk mengeliminasi pengaruh faktor-faktor yang bukan
perubahan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi
corporate action seperti stock split, deviden/bonus saham, penawaran
terbatas dan lain-lain. Dengan demikian, indeks akan mencerminkan
pergerakan harga saham saja.
Indeks Harga Saham Individual (IHSI)
IHSI pertama kali diperkenalkan pada tanggal 15 April 1983 dan
mulai dicantumkan dalam Daftar Kurs Efek harian sejak tanggal 18
April 1983. Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu
saham dibandingkan dengan harga perdananya. Pada saat suatu saham
pertama kali dicatatkan, indeks individualnya adalah 100. Berikut ini
adalah rumus penghitungan IHSI dengan contoh perhitungannya :

40 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik



Catatan :
untuk saham yang baru pertama kali dicatatkan, Harga Dasar =
Harga Pasar.
Contoh :
Saham ABC akan dicatatkan dengan nilai nominal Rp 1.000 dan harga
perdana Rp 1.700. Indeks (IHSI) = (1.700 / 1.700) x 100 = 100,000.
Bila harga akhir pada hari pertama dicatatkan adalah Rp 1.975, maka :
IHSI = (1.975 / 1.700) x 100 = 116,175.

Angka Indeks | 41

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


42 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

S So oa al l d da an n P Pe em mb ba ah ha as sa an n
A. Pilihan berganda

Petunjuk :
Di bawah ini ada 20 buah pernyataan. Masing-masing pernyataan diikuti oleh
4 buah kemungkinan jawaban. Pilih satu yang paling tepat.

1. Gaji seseorang karyawan bukan merupakan nilai absolut. Pernyataan ini
dapat tecermin dari :
a. Gaji kecil daya beli besar ;
b. Gaji besar daya beli kecil ;
c. Gaji besar daya beli besar ;
d. Jawaban a,b dan c semua benar.

2. Seorang pekerja pada tahun 2010 memperoleh kenaikan gaji sebesar satu
kali dibandingkan gaji yang diterima pada tahun sebelumnya. Apabila
indeks biaya hidup pada tahun 2010 lebih besar dari indeks biaya hidup
pada tahun sebelumnya, maka daya beli pekerja tersebut :
a. Bertambah besar
b. Bertambah kecil
c. Tidak berubah
d. Tidak bisa ditentukan

3. Kenaikan omzet penjualan sebuah toko buku dapat menunjukan indeks
... dari toko tersebut :
a. Indeks nilai
b. Indeks produksi
c. Indeks penjualan
d. Indeks harga

4. Angka indeks dapat dipengaruhi dari hal-hal berikut ini :
a. Waktu berbeda, tempat dan barang sama
b. Tempat berbeda, waktu dan barang sama
c. Barang berbeda, tempat dan waktu sama
d. Jawaban a, b, c semua benar

5. Untuk melihat naik turunnya pendapatan suatu negara dapat
dipergunakan metode penghitungan indeks :
a. Nilai
b. Agregatif
c. Produksi
d. Relatif

6. Menurut jenisnya angka indeks dapat dibagi menjadi :
a. Angka indeks tertimbang dan tidak tertimbang
b. Angka indeks agregatif dan rata-rata hitung relatif
c. Angka indeks harga, produksi dan nilai
Angka Indeks | 43

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

d. Jawaban a, b, c semua benar

7. Indeks barang A terhadap barang B pada tahun yang sama adalah 125%.
Indeks barang B terhadap barang A pada tahun yang sama adalah :
a. 50 %
b. 25 %
c. 80 %
d. Tidak bisa dihitung

8. Untuk menghitung indeks nilai dapat dipergunakan formula :
a. Vn/Vo x 100
b. Vn/Vn-1 x 100
c. Vn+1/Vn x 100
d. Jawaban a, b, c semua benar

9. Angka indeks agregatif tidak tertimbang kurang dapat mewakili keadaan,
hal ini dapat terjadi apabila terdapat :
a. Kenaikan suatu harga yang ekstrim
b. Penurunan suatu harga yang ekstrim
c. Kenaikan/penurunan suatu harga yang ekstrim
d. Jawaban a, b, c semua benar

10. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya salah tafsir hasil
perhitungan angka indeks tidak tertimbang adalah mempergunakan :
a. Angka indeks agregatif tidak tertimbang
b. Angka indeks rata-rata hitung relatif
c. Angka indeks rata-rata harga kumulatif
d. Jawaban a, b, c semua salah

11. Angka indeks rata-rata hitung relatif dalam prakteknya jarang dipakai,
karena :
a. Sulitnya mencari penimbang
b. Tidak dipergunakannya penimbang
c. Sulitnya diperoleh periode dasar
d. Tidak dipergunakannya periode dasar

12. Angka indeks tertimbang yang paling dinilai ideal adalah angka indeks
dari :
a. Paasche
b. Fisher
c. Laspeyres
d. Drobish


13. Indeks harga Laspeyres menggunakan penimbang :
a. Kuantitas tahun dasar
b. Harga tahun dasar
c. Nilai tahun dasar
44 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

d. Value tahun dasar

14. Indeks harga Paasche menggunakan penimbang :
a. Kuantitas tahun tertentu
b. Harga tahun tertentu
c. Nilai tahun tertentu
d. Value tahun tertentu

15. Indeks produksi Laspeyres menggunakan penimbang :
a. Kuantitas tahun dasar
b. Harga tahun dasar
c. Nilai tahun dasar
d. Value tahun dasar

16. Indeks produksi Paasche menggunakan penimbang :
a. Kuantitas tahun tertentu
b. Harga tahun tertentu
c. Nilai tahun tertentu
d. Value tahun tertentu

17. Salah satu yang bukan merupakan syarat dalam memilih waktu dasar
adalah :
a. Keadaan ekonomi stabil
b. Rate inflasi rendah
c. Waktu yang bersejarah
d. Rate inflasi tinggi

18. Angka indeks yang cenderung over estimate adalah :
a. Laspeyres c. Fischer
b. Paasche d. Drobish

19. Upah yang diterima oleh seorang pada dasarnya adalah :
a. Nilai relatif
b. Nilai absolut
c. Nilai nominal
d. Nilai nyata

20. Upah nominal akan sama dengan upah nyata apabila :
a. Indeks semula sama dengan indeks sekarang
b. Indeks semula > indeks sekarang
c. Indeks semula < indeks sekarang
d. Jawaban a, b, c semua salah


B. Soal Uraian

1. Harga dari 6 macam kebutuhan pokok sehari hari pada tahun 2009 dan
2010 ( harga dalam rupiah ) adalah sebagai berikut :
Angka Indeks | 45

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Jenis Kebutuhan Tahun 2009 Tahun 2010
A 475 525
B 1500 1560
C 75 80
D 2500 2640
E 165 170
F 750 800

Dengan mempergunakan metode indeks agregatif hitunglah indeks harga
tahun 2010 dengan Tahun dasar ( 2009 = 100 ).

2. Hitunglah indeks nilai dari perusahaan X tahun 2010 ( 2008 = 100 )

Jenis Produksi
Harga Produksi
2008 2010 2008 2010
Sabun 300 325 1500 20000
Pasta gigi 1025 1060 6500 7500
Sampo 200 250 5000 6750

3. Harga dan jumlah bahan bangunan yang dikonsumsi pada tahun 2008 dan
2009 adalah :

Nama Bahan
Harga Produksi
2009 2010 2009 2002
o
P
n
P
o
Q
n
Q
1. Semen
2. Cat tembok
3. Pasir
4. Batu Bata
5. Paku beton
4000
2500
1500
50
700
4500
2750
1525
60
815
50000
27500
60000
250000
1750
60000
31500
81000
300000
1950

Hitunglah indeks harga bahan bangunan tersebut dengan mempergunakan
metode :
a. Laspeyres
b. Paasche
c. Fisher

4. Upah nominal dan indeks biaya hidup karyawan sebuah perusahaan adalah
sebagai berikut :

Tahun Upah Nominal Indeks Biaya Hidup
46 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.500.000
1.600.000
1.700.000
1.850.000
1.900.000
2.500.000
2.750.000
100
110
115
125
130
200
210

Pertanyaan :
Hitunglah upah nyata yang diterima karyawan perusahaan tersebut dari
tahun 2004 s.d. 2010

5. Berikut adalah tabel yang menunjukkan upah nyata dari karyawan PT.
Merak Mas selama 5 tahun dengan tahun 2005 sebagai tahun dasar.

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rata - rata upah nyata
bulanan (Juta rupiah) 1,19 1,24 1,34 1,46 1,51

Berapakah indeks harga konsumen di tahun 2007 jika diketahui data
sebagai berikut:
- Rata rata upah per bulan tahun 2007 = Rp 1.440.000
- Indeks harga konsumen di tahun 2005 = 95,5

6. Berikut adalah tabel jumlah produksi dan harga per satuan dari beberapa
jenis barang pada perusahaan Cardinal bulan Agustus dan September
2009.

Jenis
Barang
Bulan
Agustus September
Produksi Harga Produksi Harga
Baju
Kemeja
8921 123.000 9635 131.500
Baju
Kaos
9135 62.700 10112 64.500
Celana
Panjang
8210 A B 10150
Sepatu 3155 145.200 4205 151.000


Lengkapi tabel di atas jika diketahui:
a) Indeks Produksi Agregatif Tertimbang menurut Laspeyres bulan
September dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 104,608%.
b) Indeks Harga Agregatif Tertimbang menurut Paasche bulan September
dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 171,658.

7. Lengkapilah tabel berikut ini!
Angka Indeks | 47

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Jumlah ekspor kopra tahun 1990-1996
Tahun
Jumlah Ekspor Indeks Berantai

(1000 ton) (Dasar Waktu Tahun Sebelumnya)
1990 392,1 -
1991 114,5%
1992 450,0
1993 469,2
1994 475,4 101,32%
1995 101,6%
1996 489,2

8. Pada tahun 1998 pendapatan seorang karyawan adalah
Rp12.500.000,00/bulan dan tahun 1999 pendapatannya meningkat menjadi
Rp17.500.000,00/bulan. Bila Indeks Harga Konsumen pada tahun 1998
adalah 450 dan pada tahun 1999 adalah 525. Tentukan pendapatan riil
orang itu ?

9. Di bawah ini adalah tabel yang menyajikan data tentang harga 4 jenis
kacang-kacangan dan jumlah pembelian oleh konsumen per tahun beserta
indeks harga.
Jenis
Kacang
Harga Rata-Rata Pembelian dalam jutaan kg. Indeks Harga
1991 1992 1993 1991 1992 1993
Kacang
tanah
a 2575 g 61 62 61 90,67% 117,08%
Kacang
hijau
3015 e h 58 57 59 89,38% k
Kacang
Kedelai
b 2700 4100 45 45 42 j 185,52%
Kacang
merah
c 3415 3485 23 40 22 105,07% e
Jumlah d f 14610 187 i 184 407,29% 532,55%


Jika diketahui bahwa Angka Indeks Agregatif Tidak Tertimbang untuk tahun
1992 dan 1993 dengan tahun dasar 1991 adalah 100,62 % dan 129,12%, maka
lengkapilah tabel di atas!
91 / 92
I
91 / 93
I
48 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

B. Kunci Jawaban

Soal Pilihan Berganda

1. D 6. C 11. B 16. B
2. D 7. C 12. B 17. D
3. A 8. D 13. A 18. A
4. D 9. D 14. A 19. C
5. B 10. B 15. B 20. A

Soal Esai

1)
JENIS
KEBUTUHAN
TAHUN

2009 2010
A 475 525
B 1.500 1.560
C 75 80
D 2.500 2.640
E 165 170
F 75 800
JUMLAH 5.465 5.775

6725 , 105 100
5465
5775
I
2)
JENIS
PRODUKSI
HARGA PRODUKSI
(P
00
Q
00
) (P
03
Q
03
) 2008
(P
00
)
2010
(P
03
)
2008
(Q
00
)
2010
(Q
03
)
SABUN
PASTA GIGI
SHAMPO
300
1.025
200
325
1.060
250
1.500
6.500
5.000
20.000
7.500
6.750
450.000
6.662.500
1.000.000
6.500.000
7.950.000
1.687.500
JUMLAH
8.112.500 161.375.500

198,921 100
8112500
161375500
100
) Q (P
) Q (P
08 08
10 10
x X I
3)
NAMA
BAHAN
o
P
n
P
o
Q
n
Q
SEMEN
CAT TEMBOK
PASIR
BATU BATA
PAKU BETON
4.000
2.500
1500
50
700
4.500
2.750
1525
60
815
50.000
27.500
60.000
250.000
1.750
60.000
31.000
81.000
300.000
1.950
Angka Indeks | 49

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


o o
Q P
o n
Q P
n o
Q P
n n
Q P
200.000.000
68.750.000
90.000.000
12.500.000
1.225.000
225.000.000
75.625.000
91.500.000
15.000.000
1.426.250
240.000.000
78.750.000
121.500.000
15.000.000
1.365.000
270.000.000
86.625.000
123.525.000
18.000.000
1.589.250
372.475.000 408.551.250 456.615.000 499.739.250

a) Indeks Laspeyres

69 , 09 1 100
0 372.475.00
0 408.551.25
100
) Q (P
) Q (P
o o
o n
L
I

b) Indeks Paasche

44 , 09 1 100
0 456.615.00
0 499.739.25
100
) Q (P
) Q (P
n o
n n
L
I

c) Indeks Fisher

) (
P L F
I I I
56 , 109 ) 44 , 109 69 , 109 (
F
I

4)
TAHUN
UPAH
NOMINAL
INDEKS BIAYA
HIDUP
UPAH NYATA
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.500.000,00
1.600.000,00
1.700.000,00
1.850.000,00
1.900.000,00
2.500.000,00
2.750.000,00
100
110
115
125
130
200
210
1.500.000,00
1.454.545,50
1.478.260,90
1.480.000,00
1.461.538.50
1.250.000,00
1.309.523,80


Upah nyata yang diterima karyawan perusahaan tersebut dari tahun 2004 s.d
2010 adalah dicari dengan rumus :

ng GajiSekara
rang IndeksSeka
la IndeksSemu
UpahNyata


Contoh perhitungan :

50 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Upah nyata tahun 2006 =
115
100
x 170.000 = 1.478.260,90
Upah nyata tahun 2009 =
200
100
x 250.000 = 1250.000,00

Dan seterusnya

5) Rata rata upah per bulan tahun 2007 = Rp 1.440.000,00 (1,44 juta)
Misal : Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 = a
Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 dengan tahun dasar 2005 adalah
% 05 , 1
5 , 95
% 100
a
a


Upah nyata karyawan tahun 2007 :
% 05 , 1
% 100 44 , 1
34 , 1
a

4 , 102 a

Jadi Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 adalah 102,4

6) Jika Indeks Produksi Agregatif Tertimbang menurut Laspeyres adalah
104,608%.
a) Nilai A
1 , 9850 ,
8120
35 , 79982906
68 , 104 % 100
) 14520 ( 3155 ) ( 8120 ) 6270 ( 9135 ) 12300 ( 8921
) 15100 ( 3155 ) 10150 ( 8120 ) 6450 ( 9135 ) 13150 ( 8921
% 100
0
0
0 .
A A
A Q P
Q P
L
a
T
T

b) Nilai B

8530 %, 100
306290400
10150 255418200
% 100
) 15100 ( 3155 ) 10150 ( 8120 ) 6450 ( 9135 ) 13150 ( 8921
) 15100 ( 4205 ) 10150 ( ) 6450 ( 10112 ) 13150 ( 9635
% 100
0
0 .
B
B
B
Q P
Q P
P
t
t t
t

7)
1991
Q
=
1990 1991
Q I
=
58 , 447 1 , 392 % 15 , 114



% 54 , 100 % 100
58 , 447
450
% 100
1991
1992
1992
Q
Q
I


% 27 , 104 % 100
450
2 , 469
% 100
1992
1993
1993
Q
Q
I

Angka Indeks | 51

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


9 , 480 4 , 475 % 6 , 101
1994 1995 1995
Q I Q


% 73 , 101 % 100
9 , 480
2 , 489
% 100
1995
1996
1996
Q
Q
I


8) Kenaikan pendapatan pada tahun 1999
( Rp17.500.000,00 Rp12.500.000 ) x 100% = 400%
Kenaikan Indeks harga konsumen 525 450 X100% = 16,67%
Karena kenaikan pendapatan ( 400% ) lebih tinggi dari kenaikan indeks
harga konsumen ( 16,67% ) maka pendapatan riil orang tersebut juga
meningkat.
Pendapatan riil pada tahun 1998 =
% 450
00 , 000 . 500 . 12 Rp
= Rp
2.777.777,78
Pendapatan riil pada tahun 1999 =
% 525
00 , 000 . 500 . 17 Rp
= Rp 3.333.333,33
Jadi pendapatan riil orang tersebut meningkat yaitu sebesar
Rp3.333.333,33 Rp2.777.777,78 = 20,0 %
Bila tahun 1998 dipakai sebagai tahun dasar, maka Indeks Harga
Konsumen pada tahun 1998 = 100% dan Indeks Harga Konsumen pada
tahun 1999 adalah % 7 , 116
% 450
% 525
.
Maka pendapatan riil orang itu pada tahun 1998 adalah
00 , 000 . 500 . 12
% 100
00 , 000 . 500 . 12
Rp
Rp

Pendapatan riil pada tahun 1999 adalah
51 , 715 . 995 . 14
% 7 , 116
00 , 000 . 500 . 17
Rp
Rp

Jadi tetap pendapatan riil orang itu meningkat.
9)

.
2840 %, 100
2575
% 67 , 97 a
a
.
3250 %, 100
3415
% 07 , 105 c
c

52 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

11315 %, 100
) (
) 1460 (
% 12 , 129
91
93
d
d P
P

2210 ) 3015 3250 2840 ( 11315 ) 3015 ( c a d b

2695 %, 100
3015
% 38 , 89 e
e

11385 3415 2700 2695 2575 f
.
3325 %, 100 % 08 , 117 g
a
g

204 40 45 57 62 i

% 17 , 122 ) 07 , 105 38 , 89 67 , 90 ( 29 , 407 j

% 23 , 107 %. 100
3485
l
c
l

% 72 , 122 ), 08 , 117 52 , 185 ( 55 , 532 k l k

3700 %, 100
3015
h
h
k


Angka Indeks | 53

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

L La at ti ih ha an n
1. Harga 1 Kg telur di sebuah Toko pada tahun 2010 adalah Rp.13.000,00.
Pada tahun 2009 harga 1 kg telur di toko tersebut adalah Rp. 11.500,00.
a. Hitung indeks harga 1 kg telur antara tahun 2009 dan 2010, dengan
menggunakan tahun 2009 sebagai tahun dasar (Angka indeks untuk
perubahan harga tunggal disebut harga relatif)
b. Berapa persentase kenaikan harga tersebut


2. Tabel berikut menunjukkan harga-harga dan jumlah-jumlah yang
dibutuhkan oleh berbagai jenis logam untuk tahun 2006 dan 2009.

Jenis Barang
Harga Produksi
2006 2009 2006 2009
Alumunium 150 200 1080 1200
Tembaga 50 70 90 110
Timah 500 750 80 100
Seng 300 430 60 75
Emas 1500 2300 35 42

Hitunglah :
a. Indeks harga agregat sederhana pada tahun 2009
b. Indeks rata-rata relatif harga pada tahun 2009
c. Indeks kuantitas agregat sederhana tahun 2009
d. Indeks rata-rata relatif kuantitas sederhana tahun 2009


3. Pemilik toko ingin mengetahui apakah penjualan beberapa keperluan
lebaran pada tahun baru 2009 di toko tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2005. Berikut ini adalah hasil penjualan keperluan
lebaran pada bulan puasa menjelang lebaran di toko tersebut :



Jenis Barang Tahun Baru 2005 Tahun Baru 2009
Harga
(Rp.)
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp.)
Jumlah
(kg)
Gula Pasir 8.000,00 1.500 10.000,00 1.750
Terigu 6.000,00 2.000 7.000,00 3.050
Telur 8.000,00 1.000 9.500,00 2.100
Mentega 25.000,00 1.550 35.000,00 1.700
Minyak Goreng 7.000,00 4.000 9.000,00 5.000

a. Hitung besarnya kenaikan harga penjualan tersebut pada tahun
2009 dibanding tahun 2005 dengan menggunakan metode :
- Laspeyres
- Paasche
54 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

- Fisher
- Drobisch
- Marshall-Edgeworth
- Walsh
b. Jika antara tahun 2009 dan 2005 laju inflasi nasional adalah
sebesar 100%, bandingkanlah hasil penjualan tahun 2005 dengan
tahun 2009

4. Pada tahun 2008 pendapatan seseorang adalah Rp. 12.500.000,00 dan
pada tahun 2009 pendapatannya meningkat menjadi Rp. 17.500.000,00
Bila indeks harga konsumen pada tahun 2008 adalah 450 dan pada tahun
2009 adalah 525, tentukanlah pendapatan / upah nyata orang itu!



Angka Indeks | 55

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

D Da af ft ta ar r p pu us st ta ak ka a
Dajan, Anto. 1995, Pengantar Metode Statistik Jilid I, LP3ES, Jakarta
Boediono, Dr. Ir. Wayan. 2002, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas,
Koster, MM, Bandung
Statistik Indonesia, 2003, Badan Pusat Statistik, Jakarta
Statistik Indonesia, 2008, Badan Pusat Statistik, Jakarta
Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi, Februari 2010, BPS, Jakarta
Feenstra ,Robert. C., Marshall B. Reinsdorf, 1999, An Exact Price Index for the
Almost Ideal Demand System,
Britton, Sir Samuel Methods of Measuring Indonesian Rate of Inflation,
Laporan Pembangunan Manusia, 2001, Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan
Pembangunan Manusia di Indonesia, BPS, BAPPENAS, UNDP
Peraturan, Bursa Efek Jakarta, Http://www.jsx.co.id
Buku panduan indeks harga saham bursa efek indonesia, 2008, Indonesia Stock
Exchange


56 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

P Pe en ny ye el le es sa ai ia an n
Soal Latihan Bab I

1. Kegunaan Angka Indeks adalah:
Mengukur besar kecilnya daya beli nilai mata uang
Mengukur tinggi redahnya upah nyata
Menghitung indeks biaya hidup
Mengukur perbedaan antar variabel
Mengukur perbandingan antar variabel
2. Nilai indeks harga beras pada bulan Desember 2011 yaitu

Artinya telah terjadi kenaikan harga beras sebesar 4,6153% antara Juni-
Desember 2011.
3. Besar indeks harga telur di Solo dibandingkan dengan harga telur di Kudus
adalah

Artinya harga telur di Solo 33,33% lebih mahal dari pada di Kudus.
4. Nilai indeks beras ketan hitam curah terhadap Bimoli minyak goreng
klasik yaitu

5. Harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember adalah

Jadi, harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember 2011
adalah Rp. 22.981,-
6. Harga Avena minyak goreng 1 liter-pouch di bulan April 2012 yaitu

Jadi, harga Avena minyak goreng 1 liter diprediksi akan mencapai Rp.
12.280,8 pada bula April 2012.
7. Indeks harga ayam potong di Kalteng adalah

Artinya, harga ayam potong di Kateng pada bulan Januari 2012 lebih
mahal 31.5789% daripada di Papua.

Soal Latihan Bab II

Untuk nomor 1 dan 2
1. Perkembangan harga beras jenis A di Kabupaten Bantul adalah

Angka Indeks | 57

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik


Tahun (n) P
n
/P
0
P
n
/P
0
x 100 IH
n

1989 880/800=1.10 1.10 x 100 110
1990 1000/800=1.25 1.25 x 100 125
1991 1080/800=1.35 1.35 x 100 135
1992 1200/800=1.50 1.50 x 100 150
1993 1240/800=1.55 1.55 x 100 155

2. Indeks harga rata-rata relatif tahun 1993 dengan tahun dasar 1988 :
Tahun (n) P
n
/P
0

1989 880/800=1.10
1990 1000/800=1.25
1991 1080/800=1.35
1992 1200/800=1.50
1993 1240/800=1.55
P
n
/P
0
= 6.75
Sehingga indeks harga rata-rata relatif 6.75/5 x 100 = 135
3. a. Indeks harga Laspeyres 1998, dengan menggunakan tahun dasar 1992 yaitu
Jawab:
100
0 0
0
Q P
Q P
I
n
L

100
) 15 60 ( ) 38 25 ( ) 30 30 (
) 15 90 ( ) 38 35 ( ) 30 38 (
L
I
9090 , 138 100
2750
3820
L
I

b. Indeks Paasche tahun 1992, dengan menggunakan tahun dasar 1998
adalah
100
0 n
n n
P
Q P
Q P
I

100
) 15 90 ( ) 38 35 ( ) 30 38 (
) 15 60 ( ) 38 25 ( ) 30 30 (
P
I
9895 , 71 100
3820
2750
P
I
58 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

4. Indeks harga agregatif tertimbang dengan menggunakan tahun 1990
sebagai tahun dasar adalah
Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
100
0
P
P
I
n

20833 , 105 100
19200
20200
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
100
0
P
P
I
n

5833 , 114 100
19200
22000
I
5. Indeks harga agregatif tertimbang dengan tahun 1990 sebagai tahun dasar
(1990 = 100) adalah
100
0
W P
W P
I
n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
100
) 100 800 ( ) 30 2400 ( ) 400 1000 (
) 100 950 ( ) 30 2400 ( ) 400 1200 (
I
97916 , 111 100
192000
215000
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
100
) 100 800 ( ) 30 2400 ( ) 400 1000 (
) 100 975 ( ) 30 2800 ( ) 400 1300 (
I
61458 , 121 100
192000
233500
I
6. Indeks kuantitatif agregatif tertimbang dengan menggunkan tahun 1990
sebagai tahun dasar yaitu

100
0
W Q
W Q
I
n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
100
) 800 50 ( ) 2400 24 ( ) 1000 400 (
) 800 60 ( ) 2400 28 ( ) 1000 480 (
I
Angka Indeks | 59

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

6141 , 119 100
497600
595200
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
100
) 800 50 ( ) 2400 24 ( ) 1000 400 (
) 800 75 ( ) 2400 30 ( ) 1000 520 (
I
0289 , 131 100
497600
652000
I
7. Indeks harga relatif rata-rata dari data berikut ini (1990 = 100) adalah
100
0
N
P
P
I
n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
333 , 113 100
3
) 4 , 1 10 , 1 06 , 1 (
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
667 , 114 100
3
) 18 , 1 14 , 1 12 , 1 (
I
8. Indeks kuantitatif relatif rata-rata dari data berikut ini (1999 = 100) yaitu
100
0
N
Q
Q
I
n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
7 , 106 100
2
) 167 , 1 967 , 0 (
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
120 100
2
) 333 , 1 067 , 1 (
I
9. Indeks Laspeyres, Indeks Paasche, dan Indeks Fisher sebagai berikut :
Indeks Laspeyres 100
0 0
0
Q P
Q P
I
n
L


60 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

Tahun 1991 dengan tahun 1990
Jenis
barang
Harga
1990 (P
0
)
Harga
1991 (P
n
)
Kuantitas
1990 (Q
0
)
P
n
Q
0
P
0
Q
0

Roti 6000 6670 10 66700 60000
Mentega 8000 8500 5 42500 40000
JUMLAH 109200 100000

2 , 109 100
100000
109200
L
I
Tahun 1992 dengan tahun 1990
Jenis
barang
Harga
1990 (P
0
)
Harga
1992 (P
n
)
Kuantitas
1990 (Q
0
)
P
n
Q
0
P
0
Q
0

Roti 6000 7550 10 75500 60000
Mentega 8000 9000 5 45000 40000
JUMLAH 120500 100000

5 , 120 100
100000
120500
L
I
Indeks Paasche 100
0 n
n n
P
Q P
Q P
I
Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
Jenis
barang
Harga
1990 (P
0
)
Harga
1991 (P
n
)
Kuantitas
1991 (Q
n
)
P
n
Q
n
P
0
Q
n

Roti 6000 6670 9 60030 54000
Mentega 8000 8500 6 51000 48000
JUMLAH 111030 102000

8529 , 108 100
102000
111030
P
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
Jenis
barang
Harga
1990 (P
0
)
Harga
1992 (P
n
)
Kuantitas
1992 (Q
n
)
P
n
Q
n
P
0
Q
n

Roti 6000 7550 12 90600 72000
Mentega 8000 9000 8 72000 64000
JUMLAH 162600 136000

Angka Indeks | 61

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

5588 , 119 100
136000
162600
P
I
Indeks Fisher
F L
n
n n n
F
I I
Q P
Q P
Q P
Q P
I 100
0 0 0
0

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990
109,0263 8529 , 108 2 , 109
F
I
Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990
0284 , 120 5588 , 119 5 , 120
F
I
10. Interpretasi hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
100
0 0
0
Q P
Q P
I
n

Jenis
barang
Harga
Tahun
2000 (P
0
)
Harga
2005 (P
n
)
Kuantitas
2000 (Q
0
)
P
n
Q
0
P
0
Q
0

Pakaian
(satuan)
35000 65000 500 32500000 17500000
Sepatu
(sepasang)
45000 90000 1200 108000000 54000000
JUMLAH 140500000 71500000

5035 , 196 100
71500000
140500000
I
Harga pakaian (satuan) dan sepatu (sepasang) di tahun 2005 ternyata
mengalami kenaikan sebesar 96,5035% dari harga tahun 2000.

You might also like