You are on page 1of 26

HEMATOLOGY

TRIGGER 2
Ilham Akbar 0910723004
Anemia adalah penurunan kadar
hemoglobin dalam sirkulasi darah (roslan
M. Sacharin, 1996)
Anemia adalah berkurangnya jumlah
eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1
mm3 darah atau berkurangnya jumlah
sel yang dipadatkan (packed redcell
volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah,
1997)
Gejala Anemia
gejala anemia kadang tidak terdeteksi, bila
terjadi pada anemia ringan sering tanpa
gejala tetapi untuk gejala anemia berat
dapat dilihat dari :
pucat
lesu
lemah
Penyebab Umum Anemia

1. banyak kehilangan darah
2. kerusakan dari sel darah eritrosit yang
berlebihan
3. kekurangan zat besi, asam folat
4. kegagalan anatomy dan fisiologi sumsum
tulang dimana sum sum tulang ini
adalah penghasil dari sel sel darah

Akibat Anemia
Dewasa : -Terjadinya penurunan aktifitas
-Terjadi penurunan produktifitas kerja
-Terjadi penurunan daya tahan tubuh

Anak-Anak: -Terjadi penurunan aktifitas
-Terjadi penurunan daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit
-Tumbuh kembang terganggu
-Peningkatan kecerdasan dapat
terganggu

Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan
Makro menunjukkan ukuran sel darah merah
sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Ada
tiga klasifikasi besar yaitu:
1. Anemia Normositik Normokrom
2. Anemia Makrositik normokrom
3. Anemia Mikrositik Hipokrom
Menurut Etiologi
Contohnya anemia defisiensi besi, As.
Folat, pirodoksin atau tembaga.
Anemia Defisiensi Besi adalah keadaan
dimana kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal yang terjadi akibat
tidak adanya besi yang memadai untuk
mensintesis Hemoglobin .
Definisi Thalassemia
Sekelompok penyakit atau keadaan
herediter dimana produksi 1 atau leih dari
1 jenis rantai polipeptida terganggu
(Tjokronegoro, A. 2001)
Ketidakadaan atau kekurangan produksi 1
atau lebih rantai Globin dan HB (George,
E 1994)
Merupakan anemia hemolitik herediter
yang diturunkan dari ke 2 ortu pada anak2
scara resesif.
Klasifikasi Thalassemia
Secara molekuler talasemia dibedakan atas :

1. Thalasemia a (gangguan pembentukan
rantai a)

2. Thalasemia b (gangguan p[embentukan
rantai b)

3. Thalasemia b-d (gangguan pembentukan
rantai b dan d yang letak gen nya diduga
berdekatan).

4. Thalasemia d (gangguan pembentukan
rantai d)


Secara klinis talasemia dibagi dalam 2
golongan yaitu :

1. Thalasemia Mayor (bentuk
homozigot) Memberikan gejala klinis yang
jelas

2. Thalasemia Minor biasanya tidak
memberikan gejala klinis

Epidemiologi
Thalassemia adlh sindrom kelainan darah herediter yg
paling sering terjadi di dunia sangat umum dijumpai
di wilayah endemis malaria (sabuk thalassemik)
Di Indonesia, Thalassemia a dan b banyak ditemukan
sebagai mekanisme mikroevolusi untuk menghalau
malaria.
Sedangkan pada kasus thalassemia a, 0,5% carrier.
Dan pada thalassemia b adalah 3,5% carrier
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Thalasemia mayor, gejala klinik telah
terlihat sejak anak baru berumur kurang
dari 1 tahun, yaitu:

Lemah
Pucat
Perkembangan fisik tidak sesuai dengan
umur
Berat badan kurang
Tidak dapat hidup tanpa transfusi

Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia
mikrositik, bentuk heterozigot.

Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai
oleh splenomegali, anemia berat, bentuk
homozigot.
Pada anak sering dijumpai adanya:
-Gizi buruk
-Perut buncit karena pembesaran limpa dan
hati yang mudah diraba
-Aktivitas tidak aktif karena pembesaran
limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa
yang besar ini mudah ruptur karena trauma
ringan saja


Gejala Khas
Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek,
tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua
mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering
ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena
penimbunan besi
Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa: Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen ke sel.

Tujuan: gangguan perfusi jaringan teratasi


Intervensi:
-Observasi vital sign, warna kulit, tingkat
kesadaran n keadaan ekstremitas
-Atur posisi semifowler untuk melancarkan
peredaran darah.
-Kolaborasi dengan dokter b.d pemberian
tranfusi hingga batas normal (Hb 10g/dl)



2. Diagnosa: Activity Intolerance
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.

Tujuan: Pasien dapat beraktivitas
seperti biasa dan keseimbangan oksigen
teratasi


Intervensi:
-mencegah kegiatan yg tdk perlu u/
mencegah penambahan keb O2
-Manajemen ansietas anak karena
kecemasan dapat meningkatkan
kebutuhan O2
-Kolaborasi untuk pemberian oksigen
untuk menambah kadar hemoglobin
dalam darah
3. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau
absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah normal.

Tujuan: keseimbangan nutrisi tercapai,
pasien tidak mengalami dehidrasi
Intervensi:
-Observasi intake output cairan, terutama
pemberian infus sesuai anjuran (150 ml/kg)
-pantau efek terapeutik n efek yg tdk diinginkan
dari zat besi ppd anak
-meningkatkan jumlah cairan infus di atas keb.
Minimum saat ada latihan fisik / stress
-menghindari pemberian makanan yang
mengandung preparat besi, jika harus
sebaiknya minum dengan jus jeruk (Vit C
membantu mengekskresi zat besi)
4. Diagnosa: Resiko terjadi kerusakan
integritas kulit b.d perubahan sirkulasi n
neurologis

Tujuan: Kerusakan intergritas dapat
dihindari, tidak terjadinya gangguan
sirkulasi dan neurologis
Intervensi:
-kaji keluhan nyeri, lokasi, lama dan
intensitasnya
-beri kompres hangat pada area yg sakit
-lakukan pijatan pd area yg sakit
-sebagai fungsi kolaborasi, beri analgesik
untuk mengurangi nyeri
-pemberian desferioxamin untuk
menghambat proses hemosiderosis
1. Perawatan umum : makanan dengan gizi seimbang

2. Perawatan khusus :
- Transpusi darah diberikan bila kadar Hb rendah
sekali (kurang dari 6 gr%) atau anak terlihat lemah
dan tidak ada nafsu makan.
- Splenektomi. Dilakukan pada anak yang berumur
lebih dari 2 tahun dan bila limpa terlalu besar
sehingga risiko terjadinya trauma yang berakibat
perdarahan cukup besar.

Pengobatan dan Terapi
Lanjutan..
- Pemberian Roborantia, hindari preparat yang
mengandung zat besi.
- Pemberian Desferioxamin untuk menghambat
proses hemosiderosis yaitu membantu
ekskresi Fe. Untuk mengurangi absorbsi Fe
melalui usus dianjurkan minum teh.
- Transplantasi sumsum tulang (bone marrow)
untuk anak yang sudah berumur diatas 16
tahun. Di Indonesia, hal ini masih sulit
dilaksanakan karena biayanya sangat
mahal dan sarananya belum memadai.

Its Nice 2 See U guys

Thank You, Assalamualaikum

You might also like