You are on page 1of 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan
kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15
juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka
kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada
tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria
sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten
endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan
diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Peningkatan kesakitan dan kematian akibat malaria di dunia telah dapat diatasi
antara tahun 2001-2010 dengan angka tertinggi pada tahun 2000. Kejadian malaria dan
angka kematian pada tahun 2000 tidak berubah selama satu dekade (1990-2000), yang
mana terdapat 274 juta lebih kasus dan 1,1 juta kematian. Mayoritas kasus dapat
ditangani (52%) dan nyawa dapat diselamatkan (58%) berada di 10 negara yang
memiliki beban malaria tertinggi pada tahun 2000. Diperkirakan terdapat 216 juta kasus
malaria dan 655.000 kematian pada tahun 2010. 80% kematian akibat malaria
diperkirakan terjadi hanya dalam 14 negara dan sekitar 80% dari kasus diperkirakan
terjadi di 17 negara. Indonesia terdapat 465.764 kasus positif malaria pada tahun 2010
dan menurun pada tahun 2012 menjadi 417.819 kasus
Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan
sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Kesehatan lingkungan
mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan
ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi
lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh.
Pemberantasan malaria di Indonesia hanya dikelompokkan menjadi dua strategi
pembagian pengelompokan wilayah untuk Jawa -Bali dan luar Jawa-Bali secara umum.
2

Mengingat spesies Anopheles yang berperan sebagai vector malaria di tiap daerah
berbeda dengan bioekologi yang berbeda pula, semen tara Iingkungan geografi wilayah
Indonesia sangat beragam, serta mempunyai ciri sosioanthrophologi budaya yang unik,
maka untuk menentukan strategi pemberantasan malaria di daerah endemis harus
mengacu kepada data tersebut. Dengan diketahllinya data tersebut diatas maka dapat
dipahami epidemiologi penyakitnya, dengan demikian strategi pemberantasannya dapat
ditentukan secara tepat sesuai dengan kondisi setempat.
Menurut drg.Agus susanto dalam bukunya yang berjudul Waspadai Gigitan
Nyamuk masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi p[enyakit malaria
dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah ketahui,
penyebar penyakit malaria adalahb nyamuk. Selama ini kendala terbesar dalam upaya
penanggulangn penyakit malaria adalah cara memberantas nyamuk penyebar penyakit
ini. Lingkungan yang kotor atau tidak terawat merupakan tempat yang paling ideal untuk
perkembang biakan nyamuk. Oleh karena itu, kesdaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungan dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit malaria.
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (menguras, mengubur dan menutup)
perlu di galakkan , tidah hanya jika telah menjadi wabah. Jika pemerintah dan
masyarakat dapat bekerja sama dalam penangulangan malaria di harapkan angka
penyebaran dan kematian akibat penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang
dapat hidup dalam kondisi yang baik.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikasi factor foktor penjamu (host) terjadi malaria sesuai segitiga
epidemiologi.
b. Mengindentifikasi factor foktor penyebab penyakit (agent) terjadi malaria sesuai
segitiga epidemiologi.
c. Mengindentifikasi factor foktor lingkungan (environtment) terjadi malaria sesuai
segitiga epidemiologi.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi penyakit malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk
infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk
Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk
dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan
paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60
spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies
nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri
nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali
dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah
posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar
rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap,
lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang
lemari(www.Depkes.go.id )

B. Cara Penularan Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina
yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk
mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel sel
hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk ke dalam
darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang
membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium
ini menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia
(Depkes,2003).
1. Penularan Alamiah
4

Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat adanya
interaksi antara tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment. Manusia adalah host
vertebrata dari Human plasmodium, nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara
Plasmodium sebagai parasit malaria sebagai agent penyebab penyakit yang
sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan dapat dikaitkan dalam beberapa aspek,
seperti aspek fisik, biologi dan sosial ekonomi
a. Host
1) Manusia (Host Intermediate)
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan yang ada
pada manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium malaria.
Kekebalan adalah kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan
Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangannya.
2) Nyamuk Anopheles spp (Host Defenitive)
Nyamuk Anopheles spp sebagai penular penyakit malaria yang menghisap
darah hanya nyamuk betina yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
mematangkan telurnya. Jenis nyamuk Anopheles spp di Indonesia lebih dari
90 macam.
b. Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup
ataupun tidak hidup dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif
dengan manusia yang rentan akan terjadi stimulasi untuk memudahkan terjadi
suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk agent
biologis yaitu protozoa Plasmodium Falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malaria, dan Plasmodium ovale. Seorang penderita dapat ditulari
oleh lebih dari satu jenis Plasmodium, biasanya. infeksi semacam ini disebut
infeksi campuran (mixed infection). Tapi umumnya paling banyak hanya dua
jenis parasit, yaitu campuran antara Parasit falsiparum dengan parasit vivax
atau parasit malariae. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali dijumpai.
Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit
itu dipindahkan ke tubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat
menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di
mana jumlah nyamuk meningkat) (www.Depkes.go.id )


5



c. Lingkungan (Environment)
1) Lingkungan Fisik
a) Suhu
Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau
masa inkubasi Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat
masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya
stadium sporogami dalam nyamuk yaitu terbentuknya sporozoid yang
kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Makin tinggi suhu maka makin
pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh suhu berbeda dari setiap
species pada suhu 26,7 C
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat
kelembaban 63 % misalnya merupakan angka paling rendah untuk
memungkinkan adanya penularan.
c) Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva
nyamuk menjadi dewasa. Hujan diselingi oleh panas akan
memperbesar kemungkinan berkembangnya Anopheles spp. Bila curah
hujan yang normal pada sewaktu-waktu maka permukaan air akan
meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi malaria. Curah hujan
yang tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau saluran air
sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air.
d) Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya
jarak jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung
kepada arah angin.
e) Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-
beda. An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan
An.barbirostris dapat hidup di tempat yang teduh maupun tempat yang
terang. An.macculatus lebih suka hidup di tempat yang terlindung
(sinar matahari tidak langsung).
6



f) Arus air
Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran
airnya berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang
airnya statis atau sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat
perindukan yang airnya cukup deras dan An. Letifer di tempat air yang
tergenang (Depkes RI, 2006
2) Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau
menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air
merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu.
3) Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan
faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai
larut malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa
pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya
berbeda sesuai dengan perbedaan status social masyarakat akan
mempengaruhi angka kesakitan malaria.
2. Penularan non-alamiah
Penularan ini terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa
penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital)
adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya
terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi
plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala
pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering
menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau
minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan
infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit
malaria pada darah bayi. Selain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang
ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian
7

jarum suntik secara bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi
organ. (Prabowo, 2004)
C. Jenis Penyakit Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian
yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh
lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah merah
dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria
di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel sel darah merah yang
muda. (retilkulosit) kira kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan
oleh plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel sel darah
merah yang tua.
4. Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel sel darah merah mirip dengan
plasmodium vivax (menginfeksi sel sel darah muda) (Sutisna, 2004)
Ada juga seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium
secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi
campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium
falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae.
Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium
malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus.

D. Tanda dan Gejala Malaria
Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis
plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi
pertama kali disebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit malaria dalam darah disebut periode prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya.
Tabel 1: Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium
NO Jenis Plasmodium Periode Prapaten Masa Inkubasi
1
2
P. Falcifarum
P. Vivax
11 Hari 9 14 Hari
12,2 Hari 12 17 Hari
8

3
4
P. Malariae
P. Ovale
32,7 Hari 18 40 Hari
12 Hari 16 18 Hari

Umumnya gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan
dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari
penyakit malaria adalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia
(Prabowo, 2004).
a. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan
perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi
bersamaan dengan lepasnya merozoit merozoit ke dalam peredaran darah (proses
sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari
tiga;
1) Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari jari pucat kebiru biruan (sianotik). Kulitnya kering dan
pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini
berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
2) Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi
merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah muntah. Nadi
penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu
badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat
tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang kadang
sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga
, ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih
bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)
b. Pembesaran Limpa
9

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa
membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel sel
darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama lamakonsistensi limpa menjadi
keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang
baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).
c. Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh
parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah
merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).

E. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria
1. Pengendalian Malaria
Penagulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan
antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan
kepada sasaran yang tepat, yaitu Pemberantasan Vektor
Penangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit
yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga
penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003) Demikian juga
kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat- tempat perindukan,
sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan
berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria (Depkes RI, 2003)
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,
ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat. Penggunaan
ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telah dilakukan.
ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air
tawar, air payau, dan di laut.
2. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal,
Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu
a. Rational
10

Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi penularan
(ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang ditetapkan, antara
lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita.
b. Effective
Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi
dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap paling berhasil
mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data
epidemiologi dan Laporan masyarakat.
c. Sustainable
Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara
berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang
sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya
lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
d. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh
masyarakat setempat (Depkes RI, 2005)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :
a. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,
pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
b. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi,
kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan
yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan
adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai
yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan
ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana
terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air
sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-
rawa daerah pantai dan air payau, dll.
d. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan
manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah
dan membatasi perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor (Depkes, 2005)
11

e. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang
digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih
dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif
permethrin


3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria
Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan menemukan
penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi
rumah secara teratur (Active Case detection) maupun dilakukan secara pasif (Passive
Case Detection), yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit baiK swasta
maupun pemerintah yang menunnjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan
darah untuk diperiksa di labaratorium.




12


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Malaria adalah : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina.. Parasit penyebab malaria (Plasmodium) antara lain;
Plasmodium falciparum (malaria tropika), Plasmodium vivax (malaria tertiana),
Plasmodium malarie (malaria kuartana), Plasmodium ovale (jarang, Indonesia Timur,
Afrika )
Tanda dan gejala malaria ada 2 yaitu gejala malaria ringan yang terdiri dari stsadium
dingin, stadium demam dan stadium berkeringat.

B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menambahkan saran baik kepada pembaca maupun
masyarakat :
1. Perlunya kita untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
2. Perlunya kita waspada terhadap gejala-gejala yang menyerupai Penyakit Malaria
seperti yang telah penulis sebutkan dalam pembahasan masalah tadi.
3. Perlunya kita untuk memeriksakan diri ke klinik atau Pusat Pelayanan Kesehatan
yang lainnya jika merasakan gejala-gejala tersebut.
4. Perlunya diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang Penyakit Malaria.




13

DAFTAR PUSTAKA


Prabowo, Arland dr. 2004. Malaria Mencegah & Mengatasinya. Jakarta. Puspa Swara.

Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.
2004. 2007 http://www.depkes.go.id/article/view/2285/semua-orang-berisiko-terkena-
malaria.html#sthash.mz0lawvI.dpuf Diakses 15 Agustus 2014.

Sampri, Peter, 2007. Malaria. www.petersampricom.blogspot.com. Diakses 14 Agustus
2014.

You might also like