You are on page 1of 7

1

“Lembaga Pendidikan Perpustakaan Pasca UU No. 43 Tahun


2007”: Pendekatan Kurikulum
Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Kerja Sama Pengembangan Jabatan Fungsional
Pustakawan dengan Instansi Terkait dengan tema : “Pengembangan Karier
Pustakawan Pasca Undang-Undang No. 43 Tahun 2007”, tanggal 23 - 24 November
2009 di Jakarta

oleh: Agus Rusmana, Drs., M.A (agsrsmana@yahoo.co.id)


Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fikom Unpad

Tanggung Jawab Pustakawan Tuntutan UU No. 43 Tahun 2007

Dalam Pasal 2 UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dinyatakan


bahwa: Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran
sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran,
dan kemitraan. Sedangkan dalam Pasal 3 dikatakan bahwa: Perpustakaan
berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Sementara itu
pada pasal 4 dinyatakan bahwa: “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan
kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Pernyataan pada pasal 2 menunjukkan bahwa pustakawan memiliki
tanggung jawab yang sangat besar dalam menjamin keberlangsungan proses
pembelajaran sepanjang hayat melalui berbagai kegiatan dan penyediaan koleksi
yang lengkap dan berkembang. Kemudian juga pustakawan bertanggung jawab
menjamin bahwa manajemen perpustakaan (mulai dari akuisisi, proses dan
diseminasi - layanan - koleksi pustaka) dilaksanakan atas azas demokrasi,
keadilan, dan prinsip profesionalisme. Pustakawan harus mampu membuat target
perkembangan dan kemajuan perpustakaan secara terukur. Dalam melaksanakan
semua tanggung jawabnya, seorang pustakawan harus membina kerjasama
dengan berbagai pihak (perorangan, organisasi dan lembaga) dengan prinsip
kemitraan (saling menguntungkan secara wajar).
Pasal 3 menuntut tanggung jawab pustakawan untuk membuat
perpustakaan sebagai tempat masyarakat belajar tentang banyak hal, menjadi
sumber data pendukung penelitian. Pustakawan juga dituntut untuk melestarikan
pengetahuan yang sangat bermanfaat melalui berbagai usaha agar pengetahuan
tersebut tidak hilang dan dapat terus diwariskan pada generasi berikutnya.
Tanggung jawab lain pustakawan adalah menjamin tersedianya koleksi bacaan
terpilih dan terselenggaranya kegiatan yang bersifat rekreatif yang mampu
mendorong kecerdasan dan kemampuan pemustaka untuk mandiri.
Dari pasal 4 yang menyatakan bahwa Perpustakaan bertujuan memberikan
layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta
memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
terlihat bahwa yang juga menjadi tanggung jawab pustakawan adalah
mencerdaskan warga negara Indonesia melalui pemberian layanan informasi dan
2

pengetahuan. Pustakawan juga bertanggung jawab meningkatkan kegemaran


membaca melalui berbagai bentuk metode dan kegiatan serta usaha yang intensif
untuk mendorong masyarakat selalu menggunakan sumber bacaan sebagai
landasan tindakan dan perilaku, terutama dalam meningkatkan keluasan
wawasan, keahlian dan pengetahuan sebagai bekal menuju kesejahteraan hidup.

Tugas Pustakawan Tuntutan UU No. 43 Tahun 2007

Di samping tanggung jawab pustakawan yang tercermin dalam beberapa


pasal di atas, pustakawan juga memiliki tugas yang walaupun tidak langsung
tersurat, namun jelas tersirat dalam beberapa pasal UU No. 43 Tahun 2007,
terutama dalam Pasal 32 yang menyebutkan bahwa Tenaga perpustakaan
berkewajiban: a) memberikan layanan prima terhadap pemustaka; b)
menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan c) memberikan
keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Dari tiga kewajiban ini dapat didefinisikan bahwa tugas utama dalam
menjalankan kerja dan profesi seorang pustakawan adalah menciptakan kepuasan
kepada pemustakanya, yaitu dengan tindakan:
1. Memberikan layanan terbaik dan memuaskan untuk kepentingan pemustaka.
Layanan prima ini diberikan sejak kedatangan pemustaka yaitu dengan
pembuatan petunjuk dan rambu yang jelas, layanan saat pemustaka
menelusur koleksi sampai pemustaka meninggalkan perpustakaan sehingga
tercipta kesan yang baik dan menyenangkan dan membuatnya berminat
kembali lagi ke perpustakaan.
2. Menciptakan suasana yang mampu mendorong dan merangsang pemustaka
untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di perpustakaan
sehingga dapat membantu dirinya menambah pengetahuan, mencari sumber
pemecahan masalah dan mengambil keputusan.
3. Menunjukkan kepada pemustakanya bahwa pustakawan adalah orang paling
depan dalam mencari informasi dan pengetahuan terbaru. Dengan demikian ia
akan menjadi teladan para pemustakanya untuk menjadi manusia yang selalu
haus akan informasi dan pengetahuan. Pustakawan juga berkewajiban
menjaga etika dan kesopanan dalam berperilaku karena ia adalah orang yang
menjadi cerminan lembaga perpustakaan sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Tidak boleh seorang pustakawan berperilaku yang merendahkan
pandangan pemustaka pada perpustakaan dengan memberikan layanan yang
buruk dan mengecewakan.

Kompetensi Pustakawan Berdasarkan Tugas dan Tanggung jawab

Dengan memperhatikan tugas dan tanggung jawab pustakawan sebagai


ujung tombak lembaga perpustakaan, maka dapat ditentukan kompetensi yang
harus dimiliki seorang pustakawan yang mampu mendukung pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya sehingga dapat menciptakan kualitas layanan
perpustakaan yang ideal. Berikut adalah kompetensi pustakawan:
3

a. Kompetensi Untuk Melaksanakan Tanggung Jawab


Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab yang tertuang pada pasal 2, 3
dan 4 UU No. 43 Tahun 2007, maka seorang pustakawan harus memiliki
kompetensi:
1. Membuat dan melaksanakan kegiatan yang menarik agar masyarakat secara
terus menerus belajar dari koleksi dan layanan informasi yang diberikan oleh
perpustakaan, memilih dan menyediakan secara lengkap koleksi yang selalu
dikembangkan mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.
2. Menjalankan proses manajemen perpustakaan dengan keahlian teknis untuk
akuisi seperti penelusuran sumber informasi, kajian pemustaka (user studies),
pemilihan dan pengadaan koleksi; mengolah koleksi, mulai dari klasifikasi,
katalog, pelabelan, entri data dalam sistem komputer, sampai pada
penyusunan koleksi di rak untuk disajikan bagi pemustaka; memberikan
layanan prima.
3. Menyusun program berbasis keberhasilan yang terukur dengan menggunakan
standar nasional.
4. Melakukan dan membina kerjasama dengan berbagai lembaga dan
perorangan dan membuat program untuk mengisi kerjasama yang sudah dijalin
dengan prinsip kemitraan.
5. Membuat dan melaksanakan program pelestarian dalam berbagai bentuk
seperti alih bentuk media, penanganan koleksi penting asli yang rapuh, dan
program mengatisipasi bencana (disaster preparedness).
6. Memilih dan menyediakan koleksi yang bersifat rekreatif berlandaskan prinsip
etika dan kesopansantunan, serta membuat kegiatan rekreatif yang menarik
pemustaka untuk berminat menggunakan layanan perpustakaan.
7. Memilihkan koleksi yang tepat untuk pemustaka yang ingin menambah
pengetahuan dan keahlian, menyajikankan koleksi yang lengkap dan mutakhir
pemustaka yang sedang melaksanakan penelitian.
8. Secara kreatif membuat program yang menarik pemustaka untuk banyak
membaca dan mengunjungi perpustakaan. Membuat program kegiatan untuk
menyadarkan pemustaka tentang peran dan fungsi membaca sebagai
landasan kegiatan yang menyejahterakan kehidupan pribadi pemustaka dan
lingkungannya.

b. Kompetensi Untuk Melaksanakan Tugas


Untuk dapat menjalankan tugas seperti yang tersirat dan tersurat pada
Pasal 32 UU No. 43 Tahun 2007, maka seorang pustakawan harus memiliki
kompetensi berikut:
1. Membuat program layanan yang berkualitas tinggi (prima) dalam bentuk
pendidikan pemustaka (user education) melalui program pendidikan khusus
tentang pemanfaatan layanan, program bantuan penelusuran (information
searching) untuk pemustaka, layanan referensi, dan penataan ruang sirkulasi,
ruang koleksi dan ruang baca yang menyamankan pemustaka.
2. Membuat suasana yang menarik pemustaka untuk memanfaatkan semaksimal
mungkin layanan yang disediakan melalui berbagai kampanye dan promosi
4

tentang manfaat layanan bagi peningkatan kecerdasan dan pengetahuan


pemustaka, serta dengan menyelenggarakan kegiatan diskusi interaktif antara
pemustaka dan dengan pustakawan.
3. Menunjukkan sikap dan perilaku positif pada fungsi dan peran informasi dan
pengetahuan dalam menjalankan tugas dan profesi sebagai pustakawan yang
nantinya akan diikuti oleh para pemustaka yang mendapatkan bukti positif
tentang manfaat informasi dan pengetahuan dalam berbagai segi kehidupan.
4. Menunjukkan sikap profesional dengan selalu mematuhi etika perilaku yang
berlaku di lembaga di m,ana perpustakaannya berada dan selalu menjaga agar
keberadaan lembaga, khususnya perpustakaan, selalu mendapat pandangan
dan penilaian positif dari pemustaka dan masyarakat umum.

c. Kompetensi Atas Tuntutan Kemajuan

Di samping kompetensi untuk melaksanaan tugas dan tanggung jawab,


seorang pustakawan harus juga memiliki beberapa kompetensi seperti yang
dituntut oleh beberapa pasal dalam UU No. 43 Tahun 2007 sebagai berikut::

a. Pasal 12 ayat (1) Koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan,


dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan
memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan
b. Pasal 14 ayat (3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan
sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta ayat (7)
Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan melalui jejaring telematika.

Kedua pasal ini menuntut pustakawan untuk memiliki kompetensi dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi (ICT - Information and Communication
Technology) dalam menjalankan perannya sebagai pustakawan yang profesional.
Untuk itu makan pustakawan harus memiliki kemampuan untuk menggunakan
teknologi komputer dalam berbagai program dalam manajemen perpustakaan,
mulai dari entry data sampai pemeliharaan basis data koleksi; mulai dari
menggunakan jaringan Internet sampai membuat situs jaringan; dari penelusuran
informasi dalam sistem jaringan samapai membaut jaringan kemitraan dengan
berbagai perpustakaan, dalam dan luar negeri. Pustakawan tidak dituntut untuk
menjadi seorang programer sistem komputer tetapi lebih pada kemampuan
memilih praogram yang paling tepat untuk kondisi dan kemampuan
perpustakaannya.

Pendidikan Sebagai Pembentuk Kompetensi

Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (8) yaitu Pustakawan
adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pasal dan ayat ini
mengartikan bahwa untuk menjadi pustakawan dengan kompetensi seperti di
sebut di pembahasan awal, seseorang harus menjalani program pendidikan
5

secara khusus, baik yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pada jenjang
diploma, sarjana dan pascasarjana, atau program pelatihan yang sangat intensif.
Pendidikan untuk melahirkan kompetensi seorang pustakawan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan (Program Studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi) terbagi atas tiga jenjang pendidikan sesuai dengan jenjang kompetensi
dan jenjang pekerjaan serta tanggung jawab yang dituntut. Pada jenjang tenaga
terampil (clerical) yang membutuhkan kompetensi keterampilan (skills) maka
pendidikan yang dibutuhkan adalah jenjang Diploma 3 (bergelar Ahli Madya -
A.Md), sedangkan untuk jenjang tenaga ahli (managerial) maka pendidikan yang
dibutuhkan adalah jenjang Sarjana (Strata S1), dan untuk jenjang jabatan
pengambil keputusan (top manager) harus ditangani oleh orang dengan
pendidikan jenjang Pascasarjana (Strata S2 dan/ S3). Tuntutan pada jenjang
pendidikan ini juga didukung oleh standarisasi yang dibuat oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN) No 82/KEP/BSN/9/2009 Tentang Penetapan 4
(empat) Standard Nasional Indonesia (SNI) Tanggal 7 September 2009, yaitu
untuk:

1. (SNI 7329:2009) untuk Perpustakaan Sekolah,


2. (SNI 7330:2009) untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi,
3. (SNI 7495:2009) untuk Perpustakaan Umum Kabupaten/ Kota,
4. (SNI 7496:2009) untuk Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah

Pada ke empat standar tersebut ditegaskan bahwa tenaga perpustakaan


(pustakawan dan tenaga tehnis) harus mendapatkan pendidikan di bidang
kepustakawanan (jenjang pelatihan sampai jenjang sarjana). Secara khusus
disebutkan pada poin 2.11 (SNI 7496) Pedoman Perpustakaan Khusus Instansi
Pemerintah, bahwa pustakawan di perpustakaan khusus berpendidikan minimal
Diploma II bidang Perpustakaan dan Informasi atau yang disetarakan dengan
pendidikan kepustakawanan yang diselenggarakan oleh lembaga terakreditasi
(dalam hal ini adalah Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi), sedangkan untuk
jabatan Kepala Perpustakaan sekurang-kurangnya berijazah strata 1 (S1) di
bidang Ilmu Perpustakaan atau bidang lain ditambah dengan diklat penyetaraan
bidang perpustakaan. Sementara itu pada poin 9.1 (SNI 7496) disebutkan bahwa
Kepala Perpustakaan berijasah strata 1 (S1) atau S1 bidang lain dengan diklat
penyetaraan bidang perpustakaan setara 628 jam.
Dari UU dan BSN tentang pustakawan dapat ditegaskan bahwa bagi sorang
pustakawan, pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi adalah hal
yang mutlak dan tidak dapat ditawar lagi. Demikian pula bahwa sebuah
perpustakaan tidak dapat lagi dikelola oleh orang yang tidak berkompeten sesuai
tuntutan. Ketegasan ini adalah karena kompetensi seorang pustakawan sangatlah
dituntut dan tidak dapat diperoleh melalui kursus singkat atau sekedar
pengalaman.

Kurikulum Berbasis Kompetensi


Penyelenggara program pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam
menjalankan kegiatan pendidikannya selalu didasari oleh kurikulum yang sudah
6

dirancang sesuai dengan tujuan pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi.


Tujuan pendidikan yang menghasilkan kompetensi ini sudah disusun jauh sebelum
terbitnya UU No. 47 dan SNI 2009, sehingga ketika terbit kedua keputusan ini,
tidak ada perubahan/ penyesuaian kurikulum yang harus dilakukan karena semua
kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan sudah sesuai dengan kurikulum
yang disusun dan diterapkan dalam program pendidikan semua jenjang, mulai dari
D3, sarjana sampai pascasarjana.
Kompetensi yang dijadikan landasan penyusunan kurikulum ilmu
perpustakaan dan informasi terkelompok pada tiga kompetensi utama:
1. Kompetensi keterampilan (skill): katalogisasi, klasifikasi, data entry dan
otomasi, labelling dan shelving (penataan koleksi perpustakaan), penanganan
arsip dan dokumentasi pembuatan perangkat layanan, pembuatan media
promosi,
2. Kompetensi Manajerial: Analisis pemustaka, kajian pemustaka, pembuatan
program akuisisi, pembuatan program pengolahan koleksi terkomputerisasi,
pemilihan sistem klasifikasi, program penataan arsip dan dokumentasi,
perancangan sistem layanan, perancangan kegiatan pemasaran dan promosi.
3. Kompetensi Keilmuan: Teori informasi dan kepustakawanan, etika dan
profesionalisme penanganan informasi dan perpustakaan, pengembangan
sistem kearsipan dan dokumentasi, peran perpustakaan, arsip dan
dokumentasi bagi kehidupan masyarakat.

Di samping ke tiga kompetensi utama, semua lulusan pada setiap jenjang


program akan memiliki sikap dan prilaku yang profesional, insiatif dan kreatif serta
bertanggung dalam menangani berbagai hal. Lulusan program studi ilmu
perpustakaan juga memiliki pemikiran yang terbuka dan selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang paling utama adalah bahwa
seluruh kompetensi yang dimiliki akan diutamakan untuk menciptakan kondisi
yang menumbuhkan minat belajar pada masyarakat.

Kesimpulan
1. Fungsi perpustakaan sebagai sebagai wahana pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan
keberdayaan bangsa hanya dapat dijalankan oleh pustakawan yang kompeten,
berdedikasi dan bertanggung jawab pada kualitas lembaga, kualitas layanan
dan kualitas masyarakat.
2. Kompetensi seorang pustakawan hanya dapat dijamin melalui keikutsertaan
pada program pendidikan formal dan atau pelatihan penyetaraan yang
memadai dan dilakukan oleh lembaga yang terakreditasi.
3. Kurikulum yang disusun oleh pengelola program pendidikan Ilmu Perpustakaan
dan Informasi seluruh jenjang (D3, S1, S2) sudah dapat menjamin dimilikinya
kompetensi bagi seorang pustakawan sesuai tuntutan UU No.43 Thun 2007
dan Standar Nasional Indonesia yang dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional
Tahun 2009.
7

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional, 2009, Penetapan 4 (empat) Standar Nasional


Indonesia, Jakarta, BSN

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2009/ 2010, 2009,


Bandung, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad

Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Legalitas.org


(www.legalitas.org)

You might also like