Professional Documents
Culture Documents
1
Otot polos usus Kelenjar
ludah Jaringan lemak
Kelenjar keringat Ginjal
relaksasi
sekresi
glikogenolisis,
glukoneogenesis
sekresi
absorbsi Na
+
2
Jaringan lemak pankreas
Otot polos vasa
Penghambatan lipolisis
penghambatan sekresi
insulin kontraksi
1
Jaringan lemak ginjal lipolisis sekresi rennin
2
hepar Otot skelet Otot
polos Pankreas
glikogenolisis,
glukoneogenesis
glikogenolisis, pelepasan
laktat relaksasi sekresi
insulin
Reseptor
cholinergik
Jaringan
Respon
Nikotinik sebagian besar
target parasimpatis
respon postsinaptika
cepat
Muscarinic (M1) otot polos & kelenjar
usus
kontraksi & sekresi
Muskarinik (M2) otot polos kardiovaskuler kontraksi
Muskarinik (M3) otot polos dan kelenjar
pada berbagai organ
Kontraksi sekresi
Sistem Enterik
Aktivitas usus dipengaruhi oleh saraf simpatis maupun
parasimpatis. Namun demikian pada pada dinding usus ditemukan
banyak sel-sel ganglion yang sebelumnya disebut sebagian neuron
postganglionik saraf parasimpatis. Neuron-neuron tersebtit ternyata tidak
menggunakan acetycholin maupun noradrenalin sebagai neurotransmitter
namun menggunakan molekul sinyal lain seperti nitric oxide. Neuron pada
dinding usus tersebut membentuk pleksus dan bekerja mandiri diluar
system saraf simpatis dan parasimpatis. Pleksus pada dinding usus
adalah pleksus myenteric (Auerbach) yang menginervasi otot polos pada
usus dan berperan pada gerak peristaltic usus dan pleksus submucosa
(Meissner) yang berperan pada sekresi kelenjar.
Pengaturan fungsi visceral oleh sistem saraf pusat
Sistem motorik organ visceral diregulasi oleh adanya umpan balik
sensorik ke dorsal root dan saraf kranial sensorik yang membuat koneksi
reflek lokal pada medulla spinalis atau batang otak yang kemudian
membuat proyeksi ke nukleus solitarius di batang otak dan ke
hypothalamus dan tegmentum sebagai pusat pengatur homeostasis.
Hipothalamus merupakan struktur kunci dalam regulasi fungsi
visceral dan homeostasis secara umum, system motorik yang
menginervasi organ visceral tetap akan bekerja secara mandiri bila ada
kelainan yang mempengaruhi fungsi kontrol dari pusat. Dalam keadaan
hypothalamus tidak bekerja maka beberapa neuron di batang otak akan
berperan menjadi regulator beberapa fungsi penting seperti refleks
cardial, refleks pengontrol kandung kemih, refleks repirasi dan refleks
muntah. Serabut aferen dari organ visceral akan diterima oleh neuron di
nukleus traktus solitarius di batang otak yang akan mengirimkan sinyal ke
1.4. Sistem somatosensorik, propriosepsi dan nyeri
Sistem somatosensorik membuat manusia memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi bentuk dan tekstur suatu obyek, untuk memonitor
kekuatan internal dan eksternal yang menekan tubuh dan mendeteksi
adanya kemungkinan yahg membahayakan. Pemrosesan tersebut
memerlukan reseptor pada kulit dan subkutan. Reseptor pada kulit dan
subkutan dapat dibagi menjadi reseptor berkapsul dan reseptor akhiran
saraf bebas. Reseptor berkapsul mentejemahkan stimulus mekanik
menjadi impuls saraf sedangkan akhiran saraf bebas akan meneruskan
rangsang nyeri dan suhu ke otak.
Ada beberapa reseptor berkapsul pada kulit dan subkutan, yaitu:
i. Corpusculum Merkel
Terdapat pada epidermis di seluruh permukaan kulit. Mendeteksi
sentuhan statis.
ii. Corpusculum Meissner
Terdapat pada papilla dermis terutama pada kulit tidak berambut.
Mendeteksi sentuhan dinamis
iii. Corpusculum Rufini
Terdapat pada dermis di seluruh permukaan kulit. Medeteksi
regangan kulit.
iv. Corpusculum Pacini
Terdapat pada subkutan, membrana interossea dan viscera.
Medeteksi tekanan dan vibrasi
Reseptor-reseptor tersebut berupa akhiran saraf yang badan
selnya terdapat pada ganglion sensorik. Stimulus pada akhiran saraf
tersebut akan disampaikan ke ganglion kemudian menuju medulla
spinalis atau nukleus saraf cranial pada batang otak. Pada medulla
spinalis sebagian besar serabut saraf dari ganglion sensorik akan naik
melalui traktus dorsalis pada medula spinalis dan membentuk sinapsis
dengan neuron pada nukleus gracilis dan nukleus cuneatus di batang
otak. Neuron pada kedua nukleus ini akan menyilang garis tengah dan
pergi membentuk sinapsis dengan neuron pada thalamus. Neuron pada
thalamus inilah yang akan menyampaikan informasi ke korteks cerebri.
Neuron pada ganglion nervus cranialis V yang menginervasi kulit wajah
akan mengirimkan sinyal ke nucleus prinsipalis nervus V dan kemudian
menyilang garis tengah untuk pergi ke thalamus kontralateral dan
kemudian disampaikan ke korteks cerebri. Dengan demikian ada 3
neuron yang menyampaikan stimulus sensorik hingga sampai ke korteks
serebri. Neuron yang memiliki reseptor pada akhiran sarafnya di perifer
dan badan selnya ada pada ganglion sensorik disebut neuron ordo
pertama. Neuron pada nukleus gracilis dan cuneatus serta pada nukleus
principalis n V disebut neuron ordo kedua dan neuron pada thalamus
yang mengirimkan impuls ke korteks serebri disebut neuron ordo ketiga.
Luas korteks cerebri yang menerima impuls sebanding dengan densitas
reseptor pada perifer. Karena itu representasi reseptor pada kulit tangan
dan wajah memiliki area terluas pada korteks cerebri sesuai dengan
jumlah reseptor yang banyak dibandingkan dengan bagian tubuh yang
lain.
Propriosepsi
Propriosepsi adalah sistem yang menyediakan informasi dari
dalam tubuh sendiri khususnya dari sistem muskuloskeletal. Tujuannya
adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi ekstremitas dan
bagian tubuh lain. Informasi ini dideteksi oleh muscle spindle, organ Golgi
pada tendon dan reseptor pada persendian. Informasi tentang posisi
kepala disediakan oleh organ vestibularis yang akan dibicarakan di
bawah.
Muscle spindle terdapat pada hampir semua otot skelet. Terdiri
dari 4-8 otot intrafusal yang dibungkus dengan kapsula. Muscle spindle
mendeteksi adanya perubahan panjang otot. Kepadatan muscle spindle
bervariasi. Otot besar dengan gerakan kasar hanya memiliki sedikit
muscle spindle sedangkan otot kecil yang berfungsi untuk gerakan
penting seperti otot ekstraokular memiliki jumlah muscle spindle yang
lebih banyak. Muscle spindle diinervasi oleh serabut motor neuron
gamma yang memiliki jalur aferen seperti reseptor kulit.
Nyeri
Nyeri tidaklah merupakan hasil dari stimulus berlebihan pada
reseptor mekanis pada sistem somatosensorik di atas. Nyeri diterima dan
dikirimkan ke susunan saraf pusat oleh suatu reseptor pada serabut saraf
yang spesifik. Reseptornya ada pada akhiran saraf bebas yang tidak
berkapsul. Secara umum serabut saraf yang mengirimkan rasa sakit ini
memiliki kemampuan menghantarkan impuls yang lebih lambat
dibandingkan serabut saraf lain.
Neuron yang menghantarkan informasi nyeri juga dilakukan oleh 3
neuron. Neuron ordo pertamanya juga memiliki badan sel pada ganglion
sensorik. Namun neuron ordo keduanya terdapat pada cornu dorsalis
pada medula spinalis segmen masuknya serabut saraf dari ganglion
sensorik. Serabut saraf dari neuron ordo kedua tersebut terlebih dahulu
menyilang garis tengah sebelum naik menuju neuron ordo ketiga di
thalamus. Dengan demikian impuls rasa sakit dikirimkan ke neuron ordo
ketiga melalui traktus spinothalamicus pada daerah anterolateral medulla
spinalis pada daerah kontralateral dari tempat stimulus terjadi.
Nyeri visceral terjadi bila ada stimulus pada reseptor nyeri pada
organ visceral. Stimulus tersebut sering dirasakan sebagai sensasi nyeri
pada kulit daerah tertentu. Hal tersebut terjadi karena neuron ordo kedua
yang menerima input dari neuron ordo pertama yang menginervasi organ
visceral tersebut juga menerima stimulasi dari neuron ordo pertama yang
menginervasi daerah kulit tertentu. Misalnya nyeri angina karena kantung
tidak menerima cukup pasokan darah akan dirasakan sebagai nyeri dada
atas dengan radiasi ke lengan kiri.
Nyeri dimodulasi di perifer oleh adanya berbagai substansi yang
dikeluarkan pada tempat terjadinya radang atau trauma dan pada saraf
pusat dengan adanya opioid endogen yang beraksi pada batang otak dan
medulla spinalis. Nyeri juga mengalami modulasi oleh sistem saraf pusat.
Efek plasebo, hipnotis dan sugesti telah dikenal sebagai efek proses
psikologis yang dapat memodulasi nyeri dan digunakan sebagai terapi
analgesik. Efek tersebut ternyata merupakan hasil dari adanya stimulasi
dari korteks serebri yang akan memacu terjadinya stimulasi neuron pada
substansia nigra periaqueductal untuk menghambat neuron ordo kedua di
medulla spinalis.
Neuron pada substansia grisea periaqueductus memiliki reseptor
opioid endogen. Ada 3 kelompok opioid endogen yaitu enkephalin,
endorphin dan dynorphin yang ditemukan pada daerah substantia grisea
periaqueductus dan juga pada daerah rostral ventral medulla serta
medulla spinalis yang berperan pada modulasi nyeri. Derivat opium
seperti morfin dikenal sebagai anagetik yang kuat karena diterima oleh
reseptor yang sama dengan opioid endogen sehingga menghasilkan efek
modulasi nyeri. Neuron yang memiliki reseptor opioid tersebut akan
menghasilkan sinyal yang akan menghambat stimulasi neuron ordo
kedua pada medulla spinalis sehingga pelaporan adanya stimulus nyeri
ke korteks serebri akan berkurang dan menghasilkan efek analgesik.
1.5. Sistem somatomotorik
Organisasi sistem somatosensorik dilakukan berdasarkan tingkat
pengontrolan oleh neuron motorik tingkat tinggi (upper motor neuron
(UMN): neuron corteks cerebri; ganglia basalis dan cerebellum) dan
neuron motorik tingkat rendah (lower motor neuron (LMN): kornu ventralis
medulla spinalis dan neuron motorik di batang otak) yang akan
dipengaruhi oleh adanya komando dari neuron yang lebih tinggi yang
menerima umpan balik dari sistem sensorik. Pada medulla spinalis
terdapat interneuron yang akan menjadi penghubung terjadinya refleks
yang merupakan hasil dari koordinasi gerak dari satu atau kedua
ekstremitas tubuh. Sistem motorik pada medulla spinalis juga akan
mengontrol otot dalam kontrol posisi tubuh, berjalan dan bernafas.
Korteks motorik terorganisir secara somatotopik yang berarti bahwa
setiap bagian dari efektor memiliki pusat kontrol yang berbeda pada
korteks cerebri. Ganglia basalis dan cerebellum merupakan daerah yang
penting pada proses pengontrolan gerakan. Pengontrolan gerakan
dilakukan tidak dengan mengontrol LMN dan sirkuit lokal namun dengan
cara mengirimkan impuls ke UMN lain. Sistem somatomotorik menerima
informasi dari system sensorik tentang keadaan lingkungan, posisi dan
orientasi tubuh dan ekstremitas serta tingkat kontraksi otot sehingga
dapat menyesuaikan dalam melakukan gerakan selanjutnya.
LMN akan mengirimkan akson yang membentuk sinapsis dengan
otot skelet. Pada ujung akson terjadi pengeluaran neurotransmiter yang
akan diterima oleh reseptor pada otot skelet. Efek dari ikatan
neurotransmitter dan reseptornya tersebut adalah terjadinya kontraksi otot
skelet. Pada medulla spinalis badan sel LMN terletak pada cornu ventralis
dan terorganisir secara somatotopik. Bagian medial mengandung motor
neuron yang menginervasi otot aksial atau proximal sedangkan bangian
lateral akan menginervasi otot yang lebih distal pada ekstremitas. Pada
tingkat ini juga terdapat sirkuit lokal yang akan menghubungkan system
sensorik degan neuron motorik pada tingkat yang sama.
Walaupun sirkuit lokal pada medulla spinalis dan batang otak
dapat mengontrol gerakan secara kasar, namun pengontrolan oleh UMN
tetaplah penting dalam memproduksi gerakan yang terkoordinasi secara
halus terutama pada otot-otot bagian distal ekstremitas, otot lidah dan
otot wajah yang penting dalam berperilaku sehari-hari. Akson pada dua
rangkaian jalur UMN akan mempengaruhi sirkuit lokal pada pada medulla
spinalis dan batang otak untuk memproduksi gerakan. Jalur pertama
berasal dari neuron di batang otak terutama pada nuklus vestibularis dan
formasi reticularis yang berpengaruh pada regulasi posisi tubuh. Formasi
reticularis terutama berperan penting pada kontrol feedforward posisi
tubuh seperti ketika ada gerakan yang akan mengantisipasi adanya
perubahan pada stabilitas tubuh. Neuron pada nukleus vestibularis yang
akan diproyeksikan ke medulla spinalis berperan dalam feedback
mekanisme regulasi posisi tubuh seperti memproduksi gerakan yang
ditimbulkan sebagai respon terhadap sinyal sensorik yang
mengindikasikan adanya perubahan posisi.
Jalur kedua pada UMN adalah yang berasal dari lobus frontalis
dan melibatkan proyeksi dari korteks motorik dan area premotor. Korteks
premotorik berperan dalam perencanaan dan pemilihan gerakan
sedangkan korteks motorik berperan dalam eksekusi rencana tersebut.
Selain langsung memberikan sinyal ke sirkuit lokal di medulla spinalis dan
batang otak, korteks motorik juga mempengaruhi gerakan dengan
memberikan sinyal secara tidak langsung melalui sinyal ke UMN di
batang otak (red nucleus dan formasi reticularis) yang kemudian akan
memberi pengaruh ke LMN.
Refleks
Setiap gerakan memerlukan kerja dari banyak otot skelet. Proses
menghubungkan kontraksi berbagai otot yang independen tersebut
sehingga mereka dapat bekerja menghasilkan suatu gerakan bersama
disebut kordinasi motorik. Koordinasi motorik terjadi dengan adanya
sirkuit yang menghubungkan sistem somasensorik dengan sistem
somatomotorik. Yang paling sederhana adalah refleks. Sirkuit saraf yang
bertanggungjawab pada refleks spinal ada pada medulla spinalis sendiri.
Refleks spinal juga sangat bermanfaat dalam diagnosis klinis karena
dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan pada medulla
spinalis.
Penamaan refleks sering kurang sistematik. Refleks dapat
dinamakan dengan pusat refleks seperti refleks spinal atau refleks bulbar
(bulbus = batang otak). Kadang suatu refleks dinamakan sesuai dengan
stimulus yang menimbulkannya (seperti refleks regangan, refleks
nociceptive) atau sesuai dengan efektor refleks (seperti refleks fleksor,
refleks ekstensor). Nama organ yang diberi stimulus (refleks cornea,
refleks tendon) juga kadang digunakan untuk menyebut suatu refleks.
Refleks juga dapat dibagi mehjadi refleks monosinaptik dan refleks
polisinaptika. Refleks monosinaptika adalah refleks yang diproduksi oleh
sirkuit dua neuron dengan hubungan tunggal antara neuron sensorik
aferen dengan neuron motorik. Contohnya adalah refleks regangan.
Refleks regangan merupakan sirkuit monosinaptik dengan koneksi
antara serabut sensorik dari spindle otot dan motor neuron alpha yang
menginervasi otot yang yang sama atau yang sinergis. Cabang yang lain
akan mengeksitasi interneuron yang akan menginhibisi neuron motorik
yang menginervasi otot antagonis. Contoh yang paling dikenal adalah
refleks patella. Adanya pukulan pada tendon akan menghasilkan
regangan pada tendon otot ekstensor sendi lutut dan stimulus tersebut
akan dideteksi oleh reseptor sensorik pada otot yang akan mengirmkan
ke medulla spinalis. Pada medulla spinalis membentuk sinapsis dan
mengeksitasi neuron motorik yang akan menginervasi otot yang sama
(ekstensor). Neuron sensorik juga akan mengeksitasi interneuron yang
akan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot antagonis
(fleksor). Hasilnya adalah stimulasi kontraksi otot ekstensor dan inhibisi
kontraksi otot fleksor.
Sebagian besar refleks merupakan refleks polisinaptika
melibatkan satu atau lebih interneuron yang menerima input dari lebih
dari satu sumber. Contohnya adalah refleks fleksor. Refleks fleksor
distimulasi oleha danya stimulus nyeri. Adanya stimulus nyeri pada kaki
kanan misalnya akan dikirimkan ke medulla spinalis dan mengeksitasi
interneuron pada sisi ipsilateral yang kemudian akan menginhibisi neuron
motorik yang menginervasi otot ekstensor ipsilateral dan mengeksitasi
neuron motorik yang menginervasi otot fleksor ipsilateral. Cabang neuron
sensorik akan mengeksitasi interneuron pada sisi kontralateral yang akan
mengeksitasi neuron motorik yang menginervasi otot ekstensor
kontralateral dan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot
fleksor kontralateral. Hasilnya adalah terangkatnya kaki kanan dan
ekstensi sendi lutut kaki kiri untuk memberikan topangan yang kuat bagi
tubuh supaya tidak jatuh karena terangkatnya kaki kanan. Adanya
interneuron yang menerima input dari banyak sumber memungkinkan
terjadinya modifikasi dari otak dan input aferen lain yang dapat
memodifikasi ekspresi refleks. Modulasi dari supraspinalis akan membuat
ekspresi refleks tidak terjadi. Sebagian besar serabut saraf yang berasal
dari supraspinal akan membentuk sinapsis dengan interneuron termasuk
traktus pyramidalis sehingga akan dapat mengkoordinasikan gerakan
yang diinervasi oleh motor neuron pada level tersebut lebih baik
dibandingkan bila langsung membentuk sinapsis dengan neuron motorik
itu sendiri.
Ganglia basalis
Ganglia basalis merupakan istilah yang merujuk pada daerah
yang luas dan berbeda secara fungsional yang terdapat pada daerah
cerebrum bagian dalam. Ganglia basalis merupakan substansia grisea
pada cerebrum diluar korteks cerebri. Neuron yang memiliki fungsi dalam
kontrol motorik terdapat pada corpus striatum dan globus pallidus. Corpus
striatum yang merupakan daerah yang terluas dan dapat dibagi menjadi
caudate dan putamen. Dua daerah tambahan yaitu substansia nigra pada
midbrain dan nukleus subthalamik pada thalamus juga merupakan daerah
yang terkait dengan fungsi ganglia basalis sehingga juga akan diikutkan
dalam pembahasan. Daerah-daerah tersebut akan membentuk sirkuit
subcortikal yang akan menghubungkan korteks motorik dengan neuron
UMN di batang otak. Neuron pada sirkuit ini akan memberikan sinyal
sebagai antisipasi suatu gerakan dan efeknya pada UMN akan diperlukan
dalam inisiasi gerakan volunter. Kontribusi basal ganglia pada kontrol
motorik terlihat dari adanya defisit yang merupakan hasil dari kerusakan
pada komponennya Jika ada kerusakan pada ganglia basalis maka
pasien tersebut tidak dapat mengkoordinasi mulainya gerakan baru dan
selesainya gerakan sebelumnya.
Sirkuit dasar pada ganglia basalis adalah serabut saraf dari
korteks motorik akan mengeksitasi neuron di corpus striatum yang
kemudian megirim sinyal inhibisi ke globus pallidus dan substansia nigra
pars reticulata. Neuron dari kedua daerah tersebut akan mengimkan
sinyal inhibisi ke thalamus yang justru akan mengirim sinyal eksitasi ke
korteks motorik. Neuron eferen dari ganglia basalis mempengaruhi UMN
pada korteks dengan membuat gerbang informasi yang menyeleksi
impuls melalui relai dari thalamus.
Dalam keadaan tidak ada gerakan maka maka neuron pada
striatum tidak emndapat input dari korteks. Dalam keadaan ini neuron
globus pallidus memproduksi sinyal inhibitorik yang akan menghambat
penerusan sinyal dari neuron eksitatorik pleh neuron pada ventral lateral
dan anterior (VA/VL) thalamus. Bil'a ada gerakan tubuh maka neuron
korteks motorik akan memberikan sinyal juga ke neuron pada striatum.
Jika neuron pada striatum tereksitasi maka akan timbul inhibisi terhadap
neuron di globus pallidus sehingga tidak akan menginhibisi neuron VAA/L
thalamus (disinhibisi). Dengan demikian neuron di thalamus tersebut
dapat meneruskan sinyal dari neuron eksitatorik sehingga terjadi eksitasi
neuron pada korteks motorik yang kemudian dapat memproduksi sinyal
ke LMN sehingga akan terjadi gerakan. Disfungsi ganglia basalis akan
menyebabkan hilangnya inhibisi normal pada keadaan tidak ada gerakan
volunter. Hal tersebut menimbulkan eksitabilitas berlebihan pada UMN
sehingga terjadi gerakan involunter yang dapat diamati sebagai gejala
kelainan pada ganglia basalis seperti pasien yang menderita penyakit
Hutington dan Parkinson.
Cerebellum
Cerebellum terdiri dari korteks dan medulla. Pada korteks terdapat
3 lapisan yaitu stratum moleculare yang berisi neuron stelatus dan neuron
basket disamping sinaosis yang dibentuk oleh dendrit sel Purkinje dengan
serabut dari climbing fibers dan serabut paralel dari sel granular.
Dibawahnya terdapat stratum sel Purkinje yang berisi satu lapis badan sel
Purkinje. Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan tebal sel granular
yang meurpakan neuron berukuran kecil. Selain neuron pada lapisan
granular semua neuron yang badan selnya ada di korteks cerebellum
merupakan neuron yang bersifat inhibitorik. Pada medulla cerebellum
terdapat substansia alba yang berisi serabut saraf dan pada pangkal
cerebellum terdapat kumpulan badan sel neuron yang disebut deep
cerebellar nuclei yang merupakan sumber output dari cerebellum. Deep
cerebellar nuclei menerima inout dari sel Purkinje.
Cerebellum menerima input dari daerah korteks cerebri yang
merencanakan dan menginisiasi gerakan yang kompleks. Cerebellum
juga menerima inervasi dari sistem sensorik yang memonitor gerakan.
Adanya pengaturan tersebut menjadikan cerebellum menjadi pusat
koordinasi motorik dengan adanya informasi dari gerakan yang sedang
dilakukan dan yang akan dilakukan sehingga akan mengurangi terjadinya
kesalahan dalam memproduksi gerakan selanjutnya.
Proses belajar motorik terjadi karena adanya climbing fibers yang
datang dari nukleus olivarius inferior yang membuat kontak dengan
dendrit sel Purkinje di korteks cerebellum. Informasi dari climbing fibers
memodulasi keefektivan input sekunder ke sel Purkinje yang datang dari
serabut paralel sel granular. Sel granular menerima input tentang gerakan
yang akan dilakukan melalui mossy fibers dari berbagai sumber termasuk
dari jalur cortico-ponto-cerebelar. Output dari cerebellum berasal dari sel
Purkinje dengan relai informasi ke deep cerebellar nuklei dan diteruskan
ke berbagai upper motor neuron yaitu red nukleus, nukleus vestibularis,
colliculus superior, formasi reticularis dan korteks motorik via relai di
thalamus.
1.6. Deteksi stimulus kimiawi
Stimulus kimiawi dideteksi oleh suatu reseptor khusus. Disini akan
dibicarakan sistem olfaktorius dan sistem gustus.
Pembauan dideteksi oleh sel-sel olfaktorius yang merupakan
bagian dari epitel olfaktorius pada daerah atap rongga hidung. Sel
olfaktorius merupakan modifikasi neuron yang memiliki reseptor spesifik
terhadap molekul odoran tertentu. Ikatan antara reseptor dengan ligannya
akan menyebabkan protein G heterotrimerik di sitoplasma menempel
pada sisi sitoplasmik reseptor dan teraktifkan. Protein G yang aktif akan
menyebabkan aktifnya enzim efektor adenylate siklase yang akan
mengkatalisis perubahan ATP menjadi cAMP yang berfungsi sebagai
second messenger untuk membuka kanal kation. Masuknya kation ke
dalam sitoplasma sel olfaktorius menyebabkan terjadinya depolarisasi
yang akan memicu potensial aksi hingga ke ujung akson sel olfaktorius
pada bulbus olfaktorius.
Pengecapan diterima oleh sel gustus yang terdapat pada gemma
gustatoria pada papilla lidah. Sel-sel tersebut juga memiliki mikrovilli yang
kaya dengan reseptor spesifik terhadap molekul-molekul kimiawi. Setiap
molekul kimiawi memiliki reseptor ynag spesifik. Asam dan asin akan
dideteksi dengan reseptor, yang sekaligus berfungsi sebagai kanal ion
dan menyebabkan masuknya ion Na
+
ke dalam sitoplasma. Rasa pahit
dan manis diterima oleh reseptor yang akan berikatan dengan protein G
heterotrimerik dan akan mengaktifkan enzim efektor yang menghasilkan
second messenger yang kemudian akan mempengruhi terbuka kanal ion
Na dan menyebabkan depolarisasi sel gustus. Depolarisasi sel gustus
akan menyebabkan pengeluaran neurotransmiter pada bagian basal sel
yang kaya denga akhiran saraf.
Rasa pedas tidak dideteksi oleh sel gustus melainkan oleh akhiran
saraf bebas terutama pada cabang-cabang saraf cranial nervus
trigeminalis (n V). Zat yang menimbulkan rasa pedas misalnya capsaicin
pada cabai akan membuka reseptor yang sekaligus berfungsi sebagai
kanal ion. Kanal ion ini juga dapat dibuka dengan suhu tinggi dan juga
oleh zat dengan keasaman tinggi.
1.7. Mata dan dasar fungsi penglihatan
Penglihatan merupakan reseptor sensasi yang penting bagi
manusia. Organ penglihatan kita adalah mata, Sebagian besar persepsi
dari lingkungan kita terima dari cahaya yang masuk ke mata kita. Mata
juga dapat membedakan warna. Sistem visual kita mampu beradaptasi
pada perubahan ekstrem intesitas cahaya supaya kita dapat melihat
dengan jelas. Selain bola mata ada struktur tambahan seperti keiopak
mata, glanduia lacrimaiis dan otot-otot mata yang akan membantu
menunjang fungsi bola mata dalam menerima cahaya. Dinding bola mata
dibedakan menjadi 3 bagian. Bagian paling luar adalah sclera yang
merupakan jaringan ikat fibrosa. Pada bagian luar bola mata sclera
berlanjut menjadi kornea. Bagian tengah dinding bola mata merupakan
struktur yang kaya dengan pigmen dan pembuluh darah dan secara
keseluruhan dinamakan uvea. Uvea terdiri dari 3 struktur dari depan ke
belakang yaitu iris, corpus ciliaris dan choroid. Bagian paling dalam dari
bola mata adalah retina. Cahaya yang sampai ke mata akan masuk ke
dalam bola mata melalui kornea, cairan humor aqueous melalui pupil
melewati lensa dan corpus vitreus hingga sampai ke retina, bagian bola
mata yang memiliki sel yang akan dapat mengubah cahaya menjadi
impuls saraf.
Retina terdiri dari lapisan-lapisan sel. Lapisan paling luar dibentuk
oleh sel epitel pigmen yang berbatasan dengan choroid. Selanjutnya
terdapat sel fotoreseptor, sel interneuron dengan sel utamanya sel bipolar
dan sel ganglion yang ada di lapisan terdalam. Cahaya yang masuk akan
diterima oleh reseptor yang terdapat pada sel fotoreseptor kemudian akan
diubah menjadi impuls saraf yang kemudian akan mengubah banyaknya
neurotransmitter yang dikeluarkan oleh sel fotoreseptor. Neurotransmiter
tersebut akan diterima oleh sel bipolar dan perubahan potensial membran
akan membuat terjadinya perubahan neurotransmitter yang dikeluarkan
oleh sel bipolar yang akan diterima oleh reseptor pada sel ganglion.
Akson pada sel ganglion akan meneruskan impuls saraf ke otak. Pada
lapisan interneuron terdapat sel amakrin dan sel horizontal yang akan
memodifikasi banyaknya impuls saraf yang diterima oleh sel bipolar dan
sel ganglion. Akson sel ganglion akan terkumpul sebagai n. opticus (n. II)
dan mengirimkan informasi ke otak.
Sel fotoreseptor ada dua macam yaitu sel konus dan sel basilus.
Keduanya memiliki bada sel dan akson yang pendek pada segmen
internalnya. Keduanya juga memiliki reseptor cahaya pada segmen luar
yang mengandung derivat aldehyde vitamin A yaitu retinal yang berikatan
dengan protein opsin yang berbeda. Pada segmen eksternal juga
terdapat struktur khusus yang membedakan kedua sel fotoreseptor
tersebut. Sel basilus memiliki segmen luar berbentuk batang yang
memiliki diskus-diskus yang dibatasi membran pada sitoplasma segmen
luar tersebut. Reseptor yang menerima sinyal cahaya merupakan protein
transmembran yang ada pada membran diskus-diskus tersebut. Sel
konus memiliki bentuk kerucut pada segmen luar dan tidak memiliki
diskus pada sitoplasma. Reseptor cahaya terletak pada membran
segmen luar yang berkelok-kelok sangat rapat. Kedua sel fotoreseptor
tersebut juga memiliki reseptor yang berbeda. Sel basilus hanya memiliki
satu macam protein pada reseptor yaitu rhodopsin yang akan mendeteksi
cahaya akromatik alias hitam putih. Sebaliknya sel konus teridiri dari 3
macam sel yang memiliki pigmen pembentuk reseptor yang berbeda-
beda dan akan menerima cahaya dengan panjang gelombang tertentu
saja. Hal ini menyebabkan sel konus berfungsi dalam mendeteksi warna.
Sel fotoreseptor memiliki kanal-kanal ion Na
+
pada membran
segmen luarnya. Dalam keadaan gelap kanal ion Na
+
ini akan terbuka
karena terdapat banyak cGMP yang akan membuka kanal ion tersebut.
Masuknya ion Na
+
ke sitoplasma melalui kanal ion yang terbuka tersebut
membuat sel fotoreseptor dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi yang
terjadi akan diteruskan ke ujung akson dengan proses pengeluaran
neurotransmitter ke celah sinaptia yang dibentuk antara fotoreseptor
fdengan sel bipolar. Bila cahaya masuk ke mata dan mencapai retina
maka cahaya akan membuat perubahan konfigurasi molekul retinal dari
11-cis-retinal ke frans-retinal. Perubahan ini membuat reseptor
transmembran tersebut berikatan dengan protein G heterotrimerik pada
sel fotoreseptor yang dikenal dengan nama transducin. Pengaktifan
transducin membuat subunit alfanya mengaktifkan enzim
phosphodiesterase (PDE) yang akan menghidrolisa cGMP. Akibatnya
dalam keadaan terang kadar cGMP menurun sehingga kanal ion Na
+
tertutup. Kurangnya pemasukan ion Na
+
akan membuat sel fotoreseptor
dalam keadaan hiperpolarisasi dan pengeluaran neurotransmitter pada
ujung aksonnya akan berkurang. Sel bipolar memiliki reseptor yang
berbeda-beda sehingga pengeluaran neurotransmitter dari sel
fotoreseptor akan menghasilkan efek inhibitorik pada satu sel bipolar dan
menghasilkan efek eksitatorik pada sel bipolar lain. Sehingga satu sel
bipolar akan mengalami depolarisasi dalam keadaan gelap dan
hiperpolarisasi dalam keadaan terang sedangkan pada sel bipolar lain
akan berlaku sebaliknya. Dengan demikian kejelasan penglihatan juga
ditentukan pada adanya kontras obyek yang dilihat. Kita tidak dapat
melihat dengan jelas bila cahaya yang masuk ke mata terlalu terang dan
tidak menimbulkan kontras obyek yang dilihat bukan?
Untuk mendapatkan sensasi penglihatan yang paling jelas kita
harus memfokuskan cahaya supaya jatuh tepat pada fovea centralis di
retina. Mengapa? Apa yang disebut bintik buta? Dimana dan bagaimana
metabolisme vitamin A yang akan dugunakan sebagai bagian reseptor
penerima stimulus cahaya pada sel fotoreseptor?
1.8. Telinga dan dasar fungsi pendengaran
Fungsi pendengaran mengubah gelombang suara menjadi pola
aktivitas saraf yang dapat diinterpretasikan dalam usapaya mendeteksi
keadaan lingkungan dan menjadi alat komunikasi antar manusia. Manusia
mendeteksi gelombang suara dengan frekwensi 20 Hz hingga 20 kHz.
Telinga dapat dibedakan menjadi tiga kompartemen yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun
telinga, saluran telinga luar dan membrana tymphani. Auricula memiliki
inti berupa kartilago elastis yang diselubungi dengan kulit. Binding saluran
telinga luar terbentuk dari kartilago elastis pada sepertiga bagian luarnya
dan tulang pada duapertiga bagian dalamnya. Struktur telinga luar akan
meningkatkan tekanan gelombang suara menjadi 30 hingga 100 kali pada
frekwensi sekitar 3 kHz. Amplifikasi ini membuat manusia menjadi
sensitive terhadap gelombang suara pada frekwensi tersebut.
Telinga tengah membuat gelombang suara berubah menjadi
getaran yang nantinya akan diteruskan ke cairan yang ada pada telinga
dalam. Pada telinga tengah terjadi dua proses mekanis yang akan
meningkatkan kekuatan getaran. Pertama hal ini terjadi dengan adanya
penerusan getaran dari membrana tympani yang relatif lebar ke
membrana pada fenestra ovale yang relatif sempit. Hal lain adalah
adanya lever action dari tulang-tulang pendengaran. Karena tulang
cranial dan jaringan disekitar cochlea juga dapat meneruskan getaran
maka kerusakan pada telinga tengah masih dapat digantikan walaupun
tidak sempurna dengan adanya getaran melalui struktur di sekeliling
cochlea. Misalnya ketika ada garputala yang digetarkan dan ditempelkan
ke kepala maka kita akan merasakan sensasi mendengar nada tertentu
sesuai frekwensi yang dihasilkan getaran garputala tersebut bila fungsi
telinga dalam masih baik.
Telinga dalam memiliki cochlea yang merupakan tempat
perubahan getaran yang dihasilkan gelombang suara menjadi impuls
saraf. Cochlea berasan dari bahasa latin yang berarti siput. Struktur ini
berukuran kecil lebarnya sekitar 10 mm yang berbentuk seperi rumah
siput. Sebenarnya cochlea merupakan suatu tabung yang bila
dipanjangkan tidak dilingkarkan akan berukuran sekitar 35 mm. Fenestra
ovale dan fenestra rotundum berada pada pangkal tabung tersebut.
Ruangan di dalam cochlea dibagi menjadi 3 ruangan oleh adanya
membrana vestibularis dan membrana basilaris. Ketiga ruangan tersebut
adalah scala vestibuli, scala tympani dan scala media. Scala venstibuli
dan scala tympani berisi cairan perilimfe yang memifiki komposisi ion
seperti cairan ekstraselular pada umumnya sedangkan scala media
mengandung endolimfe yang memiliki kandungan K
+
lebih tinggi dari
cairan ekstraselular. Endolimfe diproduksi dengan adanya sel-sel pada
stria vaskularis di dinding scala media yang memiliki pompa Kyang akan
mengeluarkan K
+
dari sitoplasmanya.
Pada ujung cochlea terdapat celah yang menghubungkan antara
scala vestibuli dan scala tympani yang disebut helicotrema. Dengan
adanya struktur seperti diatas maka getaran yang sampai pada fenestra
ovale akan diteruskan menjadi getaran cairan pada scala vestibuli melalui
helicotrema diteruskan ke scala tympani dan menyebabkan penonjolan
keluar pada fenestra rotundum. Getaran pada scala tympani akan
menyebabkan getaran pada membrana basilaris dan organon Corti di
atasnya.
Organon Corti merupakan struktur epitel sensorik dengan sel
rambut sebagai sel reseptor sensorik dan sel-sel penyokong. Daerah
basal sel epitel tersebut berada pada arah membrana basilaris dan scala
tympani sedangkan daerah apicalnya berada didalam cairan pada scala
media. Sel rambut seperti namanya memiliki rambut-rambut yang
merupakan mikrovili pada daerah apicalnya. Microvili tersebut tidak sama
tinggi melainkan memiliki tinggi yang berjenjang dari yang paling tinggi
hingga yang paling pendek. Rambut yang paling panjang dapat juga
berupa cilia namun pada individu dewasa cilia ini kadang menghilang.
Mikrovili-mikrovili tersebut terhubung satu sama lain menurut urutan
tingginya dengan suatu struktur pegas pada membran yang berhubungan
dengan struktur yang merupakan penutup suatu kanal ion K. Microvilli
tersebut berdekatan dengan suatu membrana gelatinosa yang disebut
membrana tektorial.
Adanya getaran pada membrana basilaris akan menyebabkan
gesekan antara mikrovilli dan membrana tektorial sehingga menyebabkan
kanal ion K
+
pada membran mikrovili sel rambut terbuka. Terbukanya
kanal ion tersebut akan membuat ion K
+
pada endolimfe masuk ke dalam
sitoplasma sel rambut dan menyebabkan depolarisasi yang diikuti dengan
pelepasan neurotransmitter pada daerah basal sel rambut tersebut.
Neurotransmitter yang dilepaskan ke celah sinaptika akan diterima oleh
reseptor pada ujung saraf yang badan selnya ada pada ganglion spiralis
pada cochlea.
Informasi dari cochlea akan diteruskan memalui saraf sensorik
auditorik yang berjalan sebagai bagian dari n. VIII dengan badan sel pada
ganglia spiralis ke nukleus cochlearis pada batang otak. Dari nucleus
cochlearis berjalan serabut saraf ke nukleus olivarius superior baik pada
sisi ipsilateral maupun pada sisi kontralateral. Pada nukleus olivarius
superior inilah terjadi pengintegrasian informasi dari telinga kanan dan
kiri. Sebagian besar serabut saraf dari nukleus olivarius superior akan
menuju neuron pada coliculus inferior pada batang otak yang kemudian
akan meneruskan impuls saraf ke thalamus sebelum sampai pada
korteks auditor! pada gyrus temporalis superior.
1.9. Sistem vestibularis
Sistem vestibularis memberikan sensasi keseimbangan dan
informasi tentang posisi tubuh yang memungkinkan terjadinya gerakan
kompensatorik sebagai respon adanya gerakan tubuh sendiri maupun
dorongan dari kekuatan luar. Bagian perifer sistem vestibularis
merupakan bagian dari telinga dalam. Sistem vestibularis uga merupakan
komponen kunci dalam terjadinya refleks posisi tubuh da gerakan mata.
Jika sistem ini terganggu maka keseimbangan, kontrol gerakan mata
ketika kepala sedang bergerak dan orientasi ruangan akan juga
terganggu. Evaluasi kerusakan sistem vestibularis akan berguna dalam
mengevauasi adanya kelainan pada batang otak yang dapat dilakukan
pada pasien koma sekalipun karena sirkuit dari sistem vestibularis
meliputi berbagai daerah pada batang otak.
Reseptor sistem vestibular terletak pada organ otolith dan canalis
semicircularis pada telinga bagian dalam dan memberikan informasi
tentang gerakan dan posisi tubuh. Organ otolith memberikan informasi
yang diperlukan tentang pengukuran sikap tubuh pada otot-otot somatic
khususnya pada otot-otot axial ketika kepala dimiringkan pada berbagai
arah atau sedang dalam gerakan linear. Informasi ini merupakan hasil
dari adanya kekuatan linear pada kepala yang berkembang melalui efek
static dari gaya gravitasi atau dari gerakan translasi. Kanalis
semisircularis memberikan informasi tentang gerakan totasional pada
kepala. Jnforamsi tersebut menghasilkan adanya gerakan refleks yang
akan mengubah mata, kepala dan badan selama aktivitas motorik. Input
dari organ vestibularis diintegrasikan dengan input dari sistem sensorik
visual dan somatic untuk memperoleh persepsi posisi tubuh dan orientasi
pada lingkungan.
Organ otolith
Ada 2 organ otolith yaitu utriculus dan sacculus. Kedua organ ini
memiliki epithel sensorik yaotu macula yang terdiri dari sel rambut dan
sel-sel penyokong. Di atas lapisan sel tersebut terdapat lapisan
gelatinosa dan diatasnya terdapat membrana otolith yang terdiri dari
kristal-kristal kalsium karbonat (otoconia). Otoconia membuat membran
otolith tersebut lebih berat dari cairan yang ada disekitarnya. Ketika
kepala berubah posisi secara linear maka gravitasi membuat membrana
otolith bergeser secara relatif dari epithelium sensorik. Hasilnya gesekan
sel rambut dengan membrana gelatinosa akan terjadi dan membuat kanal
ion pada mikrovili sel rambut terbuka. Seperti pada cochlea maka cairan
yang ada pada daerah sekeliling macula adalah endolimfe. Terbukanya
saluran ion akan membuat ion K
+
masuk kedalam sitoplasma sel rambut
dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi sel rambut akan
menyebabkan pelepasan neurotransmitter pada daerah basal sel rambut
yang akan diterima oleh ujung saraf vestibularis dan dikirimkan sebagai
impuls saraf ke otak.
Kanalis semisirkularis
Organ otolith berfungsi mendeteksi gerakan linear sedangkan
kanalis semisirkularis mendeteksi adanya gerakan rotasional pada
kepala. Ada 3 kanalis semisirkularis dan ketiganya memiliki pelebaran
pada daerah pangkalnya yang disebut ampulla yang juga memiliki
epitelium sensorik seperti macula pada organ otolith. Diatas epithelium
sensorik pada ampulla terdapat juga membrana gelatinosa yang disebut
cupula yang membatasi ruangan di dalam ampulla sehingga cairan
endolimfe didalamnya tidak dapat keluar dari satu kanalis semisirkularis.
Karena itu cupula justru akan berubah bentuk bila ada gerakan cairan
endolimfe di dalam canalis semisirkularis. Ketika ada gerakan cairan
endolimfe maka kekuatan gerakan cairan tersebut akan mendorong
cupula sehingga akan membuat gesekan antara cupula dengan
sel'rambut dibawahnya. Seperti pada cochlea dan organ otolith gesekan
sel rambut akan membuat kanal K
+
terbuka, depolarisasi sel rambut dan
pengiriman pesan ke otak. Ada 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis
horizontal, superior dan posterior yang masing-masing tegak lurus satu
sama lain. Gerakan rotasional pada satu arah akan membuka kanal ion
pada sel rambut tertentu yang akan mengeksitasi serabut saraf yang
merepresentasikan arah gerakan kepala tersebut sehingga akan dapat
diterjemahkan di sistem saraf pusat.
Jalur vestibularis ke sistem saraf pusat
Serabut saraf yang melaporkan sensasi vestibularis dari perifer
adalah cabang vestibularis dari saraf cranial ke delapan dengan target
pada batang otak dan cerebellum. Nervus vestibularis merupakan neuron
bipolar yang badan selnya berada pada ganglion nervus vestibularis.
Bagian distalnya menginervasi canalis semisirkularis dan organ otolith
sedangkan prosesus centralisnya berjalan pada nervus VIII ke nukleus
vestibularis dan cerebellum. Nukleus vestibularis merupakan pusat
integrasi karena menerima masukan dari cerebellum, sistem
somatosensorik dan sistem sensorik visual sehingga dapat
mengkoordinasi gerakan kepala dan mata. Neuron pada nukleus
vestibularis memberikan sinyal ke thalamus yang akan meneruskan sinyal
ke korteks vestibularis pada gyrus postcentralis.
3. PRAKTIKUM
1.1. Praktikum Anatomi: Sistem Saraf Pusat
1.2. Praktikum Anatomi: Sistem Saraf Tepi
1.3. Praktikum Faal: Refleks
1.4. Praktikum Anatomi: Mata dan Telinga
1.5. Praktikum Faal: Visus dan sensasi taktil
4. SEMINAR MAHASISWA
Seminar mahasiswa dilakukan setiap hari Sabtu dari minggu pertama
hingga minggu ke enam. Setiap minggu ada wakil dari 4 hingga 6 kelompok
mahasiswa yang akan mepresentasikan suatu topik yang terkait dengan modul
yang dipelajari pada minggu tersebut. Satu kelompok lain akan bertugas sebagai
panitia. Wakil dari satu kelompok panitia bertugas sebagai moderator dan penulis
pada seminar ini. Jadwal presentasi masing-masing kelompok diundi pada
minggu pertama.
Topik yang akan dipresentasikan ditetapkan pada pertemuan wakil-wakil
kelompok setiap hari Selasa yang dipandu oleh salah seorang dosen anggota
Tim Koordinasi Blok (TKB jaga). Wakil kelompok mahasiswa adalah ketua dan
penulis pada diskusi kelompok kecil hari Senin. Setiap kelompok dapat
mengusulkan topik presentasi sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan
kelompok tersebut. TKB jaga akan membantu mahasiswa merumuskan topik
presentasi berdasarkan masukan yang didapat dari pertemuan dosen pakar
supaya tidak terlalu jauh dari tujuan instruksional. Keputusan topik dan
pembagian tugas antar kelompok diambil dengan persetujuan forum rapat
seminar tersebut. Setiap kali seminar tim dosen pakar pada modul yang
bersangkutan akan diundang.
Setiap presentasi merupakan tugas kelompok yang juga akan dinilai. Satu
orang wakil kelompok akan mempresentasikan hasil belajar kelompok tersebut
dan anggota kelompok yang lain membantu menjawab bila ada pertanyaan.
Setiap kelompok melakukan presentasi selama 20 menit dilanjutkan diskusi
selama 10 menit. Dosen pakar tidak akan mengajar namun hanya akan
menggarisbawahi hal-hal yang penting, meluruskan pemahaman yang kurang
dan menjawab pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dijelaskan oleh
mahasiswa lain pada kelas tersebut serta memberikan stimulasi pada mahasiswa
untuk dapat mempelajari lebih lanjut topik yang terkait dengan topik yang
didiskusikan. Kelompok yang menjadi panitia dibantu oleh kelompok yang
presentasi akan membuat laporan seminar mingguan tersebut. Dengan adanya
seminar mahasiswa mingguan ini diharapkan akan memberi pengalaman pada
mahasiswa untuk lebih bergairah mencari sumber belajar sendiri,
mempersiapkan dan melakukan presentasi yang kreatif, dan berdiskusi secara
ilmiah. Selain itu kelompok yang berkesempatan menjadi panitia seminar
mingguan akan mendapat pengalaman mengorganisasi suatu acara ilmiah.
Setiap kelompok mahasiswa akan diberi bantuan dana untuk
mempersiapkan presentasi pada seminar mahasiswa yang dapat digunakan
untuk mencari sumber-sumber referensi dari internet dan buku teks di
perpustakaan serta mempersiapkan presentasi dengan tayangan audiovisual
yang menarik. Setiap kelompok panitia juga akan diberi dana untuk membuat
pengumuman dan undangan seminar serta mempersiapkan laporan seminar.
Laporan seminar disimpan pada disket yang diserahkan pada TKB serta juga
disebarkan melalui milis blok 3.
Rencana Jadwal Seminar Mahasiswa
Kelompok Minggu 1:
Seminar 1
Minggu 2:
Seminar 2
Minggu 3:
Seminar 3
Minggu 4:
Seminar 4
Minggu 5:
Seminar 5
Minggu 6:
Seminar 6
A Presentasi Presentasi
Panitia
B Presentasi Presentasi
C Presentasi
Panitia Presentasi
D Presentasi Presentasi
E Presentasi Panitia
F Presentasi Presentasi
G Presentasi Presentasi
H Presentasi Presentasi
I Presentasi Presentasi
J Presentasi
Panitia Presentasi
K Presentasi Presentasi
L Presentasi Presentasi
M Presentasi
Panitia Presentasi
N Presentasi Presentasi
O Presentasi Presentasi
P Panitia Presentasi Presentasi
Jadwal kelompok A,B,C dst. diundi dari 16 kelompok yang ada. Kelompok
yang bertugas sebagai panitia bertugas untuk memimpin jalannya rapat seminar
yang akan menetapkan topik dan menetapkan urutan dan topik pembicara,
mengundang dosen pakar, membuat pengumuman acara seminar, menjadi
moderator dan penulis, mengatur jalannya seminar dan mengkoordinasi
pembuatan laporan seminar. Presentasi kelompok dilakukan selama 20 menit
dengan 10 menit diskusi. Modul saraf dan indera dijadwalkan pada minggu ke 3
dan ke 4. Sebagai tambahan mahasiswa, tutor, dosen pakar dan TKB akan
tergabung dalam mill's blok 3 sehingga diharapkan akan memfasilitasi terjadinya
diskusi diluar kegiatan terjadwal melalui internet.
Evaluasi
1. Skor tutorial dan seminar mahasiswa 20%
2. Skor praktikum 20%
3. Skor ujian akhir 60%
Ujian akhir dan penilaian modul sistem saraf ini termasuk dalam evaluasi dari
blok 3.
Bahan, sumber informasi dan referensi
1. Moore, KL. Clinically Oriented Anatomy. 3
rd
ed. Williams & Wilkins. 1992
2. Guyton AC and Hall AJ. Textbook of Medical Physiology. 9
th
ed. WB
Saunders Co. 1996.
3. Granner DK, Murray Rk, Mayer PA Rodwell VW. Harper's Biochemistry.
24
th
ed. Appleton and Lange. 1996
4. Junqueira LC, Carneiro J and Kelly RO. Basic Histology 7
th
ed. Appleton
and Lange 1995.
5. Petunjuk Praktikum Anatomi; Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UGM
6. Petunjuk Praktikum Fisiologi; Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UGM
7. Petunjuk Praktikum Biokimia; Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran UGM
8. Kompendium dan Petunjuk Praktikum Histologi, Bagian Histologi Fakultas
Kedokteran UGM
9. Sumber-sumber belajar lain