Professional Documents
Culture Documents
KINERJA
TIM KOORDINASI PEMULANGAN
TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH DAN
KELUARGANYA DARI MALAYSIA (TK-PTKIB)
(Keppres No. 106 Tahun 2004)
TAHUN 2008
KINERJA
TIM KOORDINASI PEMULANGAN
TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH
DAN KELUARGANYA DARI MALAYSIA
(TK-PTKIB)
TAHUN 2008
ii
PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL/GAMBAR iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tugas dan Fungsi 2
C. Landasan Kerja 3
D. Ruang Lingkup 5
II. RENCANA STRATEGIS
A. Visi dan Misi 6
B. Tujuan dan Sasaran 6
C. Strategi 7
D. Kebijakan 9
E. Program 9
III. KINERJA TAHUN 2008
A. Koordinasi Penganggaran 12
B. Penajaman Rencana Kerja 14
C. Koordinasi Kebijakan Pemulangan TKIB 15
D. Petunjuk Pelaksanaan Pemulangan TKIB 24
E. Koordinasi Pemulangan TKIB 26
F. Koordinasi Pemantauan dan Evaluasi 62
G. Evaluasi dan Rekomendasi 108
IV. PENUTUP 111
LAMPIRAN
1. Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 tentang Tim
Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari
Malaysia (TK-PTKIB).
2. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
No. 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2008 tentang Tim Koordinasi
Formulasi Kebijakan Pemulangan TKI Bermasalah dan
Keluarganya dari Malaysia.
3. Keputusan Deputi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan
Kesejahteraan Rakyat No. 04/KEP/DEP.VI/KESRA/I/2008
tentang Sekretariat Tim Koordinasi Pemulangan TKI
Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB).
iv
DAFTAR TABEL/GAMBAR
Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Pemulangan TKIB
dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008 12
Tabel 2. Realisasi Penggunaan Anggaran Pemulangan TKIB
dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008 13
Tabel 3. Kedatangan TKIB dan Keluarganya di
Tanjungpinang, Januari-September 2008 70
Tabel 4. Pemulangan TKIB asal Jawa Tengah Tahun 2006
dan 2007 82
Tabel 5. Pemulangan TKIB melalui Pelabuhan
Tanjungperak, Tahun 2004-2008 85
Tabel 6. Penempatan TKI Provinsi NTB ke Luar Negeri,
Tahun 2000-2008 87
Tabel 7. Data Keluar-Masuk WNI ke Sabah, Tahun 2006
dan 2007 98
Tabel 8. Data Pengiriman TKI melalui Nunukan ke Sabah,
Dibanding dengan Demand Letter/Job Order,
Tahun 2006 dan 2007 98
--------------------------------
Gambar 1. Rakor Tim Koordinasi Pemulangan TKI
Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-
PTKIB) 16
Gambar 2. Batasan TKI, Calon TKI, Pekerja Migran dan Calon
Pekerja Migran 22
Gambar 3. Bagan Alur Penanganan dan Pemulangan TKI
Bermasalah/Pekerja Migran Bermasalah Sosial 25
Gambar 4. Koordinasi Ketua TK-PTKIB dengan Duta Besar RI
untuk Malaysia 31
Gambar 5. Rakor Satgas TK-PTKIB mengantisipasi deportasi
TKIB dan keluarganya dari Malaysia 32
Gambar 6. Rakor Satgas TK-PTKIB dengan BNP2TKI dan
Satuan Pelayanan Kepulangan TKI 33
Gambar 7. Pemulangan TKI Bermasalah (TKIB)/ Pekerja
Migran Bermasalah Sosial (PMBS) Tahun 2004-
2008 62
Gambar 8. Peninjauan Satgas TK-PTKIB di Tanjungpinang,
Kepulauan Riau 68
v
Halaman
vi
Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadapi Pemilu pada bulan April 2008, Pemerintah
Malaysia melakukan penangkapan besar-besaran terhadap
Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI) dengan alasan untuk menjaga
stabilitas keamanan dalam negerinya. Sebagian besar dari PATI
yang ada adalah tenaga kerja Indonesia yang sudah lama bekerja
di perkebunan kelapa sawit, pekerja restoran, pembantu rumah
tangga dan jenis pekerjaan non formal lainnya. Diperkirakan akan
ada 80.000 orang TKI Bermasalah dan Keluarganya yang akan
dideportasi oleh Pemerintah Malaysia. TKI Bermasalah dan
keluarganya yang merupakan bagian dari PATI telah menjadi isu
memprihatinkan yang harus ditangani oleh Pemerintah RI sebagai
bagian dari tanggung jawab untuk melindungi warga negaranya.
Keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri, keinginan
untuk melawat ke luar negeri, dan kemudahan masuk ke negeri
berpenduduk 28 juta jiwa itu, telah mendorong banyak WNI
untuk bermigrasi ke Malaysia, mengadu untung mencari peluang
kerja mengisi berbagai jenis pekerjaan kasar, non formal yang
sudah tidak diminati oleh warga tempatan yang berpendidikan
relatif lebih baik. Berbagai upaya dilakukan WNI untuk dapat
bekerja di Malaysia, baik melalui cara legal prosedural mengikuti
ketentuan yang ada, maupun melalui cara ilegal non-prosedural,
menggunakan berbagai cara di luar ketentuan yang berlaku,
misalnya dengan menggunakan visa kunjungan, atau bahkan
masuk tanpa paspor dan atau visa. Keberangkatan secara ilegal
sangat dimungkinkan karena secara geografis Malaysia dan
Indonesia berbatasan langsung, sehingga banyak jalan dan
pelabuhan tradisional yang dapat dilalui untuk menyeberang ke
Malaysia.
Selain itu, sering pula terjadi TKI yang legal formal
prosedural, setelah jangka waktu tertentu karena berbagai sebab
keberadaannya di Malaysia lalu menjadi ilegal. Mereka ini di
Malaysia disebut PATI (Pendatang Asing Tanpa Izin) yang sangat
lemah posisinya di depan hukum Malaysia sehingga sangat rawan
terhadap eksploitasi, pelecehan dan kekerasan. Kasus-kasus upah
yang sangat rendah bahkan tidak dibayarkan, menjadi korban
C. Landasan Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, TK-PTKIB mengacu kepada:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut.
2. Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan
Sosial.
3. Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
4. Undang-undang No.10 Tahun 1992 tentang Kependudukan
dan Keluarga Sejahtera.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tugas TK-PTKIB meliputi:
1. Koordinasi dengan Pemerintah Malaysia membahas masalah
pemulangan TKIB dan penempatan kembali TKI sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Koordinasi Satgas TK-PTKIB dengan instansi sektoral Pusat
dan Daerah serta pihak lain yang dipandang perlu,
membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pemulangan
TKIB serta upaya mempersiapkan kembali menjadi TKI yang
berkualitas dan memenuhi persyaratan.
3. Koordinasi dengan instansi sektoral pusat dan Daerah serta
pihak lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas
sewaktu-waktu dari Pimpinan.
4. Pengendalian dan tindak lanjut penyelesaian masalah
pemulangan TKIB dan penempatan TKI sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui
kegiatan monitoring dan evaluasi, analisis dan penyampaian
rekomendasi tindak lanjut kepada Pimpinan, serta
penyampaian informasi kepada publik.
C. Strategi
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas,
berbagai faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi
dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Demokratisasi, yang tercermin dari kehendak masyarakat
untuk ikut mengawasi dan mengontrol pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan pemulangan TKIB dan pembinaannya
menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.
D. Kebijakan
E. Program
Berdasarkan asas prioritas dan kesiapan sumber daya yang
diperlukan, maka disusun program pemulangan TKIB dan
pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan memenuhi
persyaratan, sebagai berikut:
A. Koordinasi Penganggaran
Koordinasi penganggaran adalah mandat dari Surat
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
09/KEP/MENKO/KESRA/III/2008 tentang Tim Koordinasi For-
mulasi Kebijakan Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya
dari Malaysia (TK FKP-TKIB), sebagai tindak lanjut Rapat
Koordinasi Tingkat Menteri TK-PTKIB tanggal 21 Februari 2008.
Usulan kebutuhan biaya pemulangan TKIB dan Pekerja
Migran Bermasalah Sosial (PMBS) Tahun 2008, yang diharapkan
dapat dialokasikan dari APBN-P Tahun 2008, sebesar Rp 14,25
milyar rinciannya sebagai berikut.
LN
DN
TKI
Calon-TKI
4) Tindak lanjut:
a. Mendukung Biro Perencanaan dan KLN Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam
pengajuan dan pembahasan anggaran pemulangan
TKIB dan PMI-BS untuk APBNP Tahun 2008.
b. Mengkoordinasikan alokasi anggaran pemulangan
TKIB dan PMI-BS Tahun 2009 ke dalam DIPA masing-
masing sektor dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
tugas, fungsi dan urusan masing-masing.
c. Memformulasikan kesepakatan pembagian tugas
lintas sektor, BNP2TKI, Perwakilan RI dan
Pemerintah Daerah dalam ketetapan hukum yang
mengikat, agar dapat segera dilaksanakan di tingkat
lapangan.
d. Mengkoordinasikan penyempurnaan Keppres No. 106
Tahun 2004 tentang TK-PTKIB menjadi Peraturan
Presiden yang komprehensif.
Desa/
Malaysia Entry Point Provinsi Kab/Kota Kelurahan
Non-WNI
Re-deportasi
Pemulangan
Pemulangan
Diklat Reintegrasi,
Pemutihan Pemberdayaan
Penempatan
Kembali
TKI
300,000
200,000
170,585
100,000
4. Provinsi Lampung
Propinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang juga
banyak warganya yang bekerja di luar negeri khususnya
Malaysia, namun pendataannya tidak tercatat degan baik,
hanya berdasarkan laporan dari beberapa Cabang PPTKIS
yang berada di Lampung dan mau melaporkan ke Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat.
Calon TKI biasanya direkrut oleh calo langsung dari desa
tempat tinggalnya, dan diproses melalui PPTKIS dengan
dokumen menyesuaikan menurut keberadaan PPTKIS.
Calon TKI asal Lampung sewaktu berangkat jarang atau
bahkan tidak melapor, tetapi bila mendapat masalah di luar
negeri atau dideportasi barulah Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi direpotkan, yang diistilahkan: ”pergi secara
diam-diam bila ada masalah teriak-teriak minta bantuan”.
Apalagi bila ada pemulangan jenazah, Dinas harus menjadi
penanggung jawab untuk mengantarkan jenazah ke desa
asalnya bersama dengan polisi, dan beberapa kali harus
menghadapi kemarahan keluarga.
Sejak dibentuknya BNP2TKI dan BP3TKI di Lampung, Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak bertanggung jawab
dengan pengiriman TKI keluar Negeri, dan PPTKIS yang
mengirim TKI diwajibkan melaporkan ke Dinas setempat.
Untuk mengetahui permasalahan dan pendataan TKI yang
pergi dan pulang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Lampung juga tidak memiliki anggaran, sehingga data hanya
sepihak berdasarkan laporan saja.
Isu pekerja luar negeri adalah isu sosial politik yang sangat
penting dan sensitif bagi Pemerintah dan masyarakat
Filipina, oleh karena itu perlakuan yang baik dan
penghargaan bagi pekerja luar negeri sangat diperhatikan
baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.
Instansi/institusi yang berperan dalam menangani
perekrutan, pengiriman dan penempatan tenaga kerja
Filipina ke luar negeri adalah POEA (Philippine Overseas
Employment Authority), sedangkan untuk perlindungan
dilakukan oleh 2 institusi yaitu Departemen Luar Negeri
(DFA) dan Overseas Workers Welfare Administration
(OWWA). POEA dan OWWA berada di bawah koordinasi
Departemen Tenaga Kerja Filipina (Department of Labor and
Employment atau DOLE). POEA adalah badan yang
berwenang untuk memberikan izin usaha (license) bagi
perusahaan/agen tenaga kerja, sedangkan OWWA bersama-
sama Departemen Luar Negeri/Department of Foreign Affairs
(DFA) Filipina menangani hal yang berkait dengan
perlindungan.
DFA memberikan perlindungan melalui welfare assistance
(seperti memberi tempat penampungan sementara,
pengurusan repatriasi) dan legal asisstance (seperti
penyelesaian kasus tenaga kerja di luar negeri).
IV. PENUTUP
Satgas TK-PTKIB.
Menimbang :
a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, salah satu
tujuan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia;
b. bahwa perkembangan kebijakan Pemerintah M alaysia tentang pemulangan
Tenaga Kerja Indonesia bermasalah dan keluarganya sangat berpengaruh
terhadap keberadaan tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di M alaysia
beserta keluargnya;
c. bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini dan pada waktu
mendatang masih berada pada tingkat pertumbuhan angkatan kerja baru
yang cukup tinggi dan terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia di
dalam negeri;
d. bahwa proses pemulangan tenaga kerja Indonesia bermasalah dan
keluargnya dari M alaysia perlu mendapat perhatian khusus, ditangani
secara koordinatif dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan
martabatnya sebagai manusia, hak-hak pekerja dan keluarganya sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah hokum
internasional;
e. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu membentuk Tim
Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia bermasalah dan Keluargnya
dari M alaysia dengan Keputusan Presiden;
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) Pasal 27 ayat (2) pasal 28 G ayat (1) Pasal 28 I ayat (4)
Undang-undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3882);
M EMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG TIM KOORDINASI PEM ULANGAN TENAGA KERJA
INDONESIA BERM ASALAH DAN KELUARGNYA DARI M ALAYSIA.
BAB I
KETENTUAN UM UM
Pasal 1
Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Indonesia
Bermasalah adalah Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di M alaysia yang tidak
memiliki izin kerja dan/atau dokumen-dokumen yang sah untuk bekerja di
M alaysia dan/atau yang bekerja tidak sesuai dengan izin kerja yang dimiliki.
BAB II
PEMBENTUKAN DAN TUGAS
Pasal 2
(1) Membentuk Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia
Bermasalah dan Keluargnya dari M alaysia yang selanjutnya dalam
Keputusan Presiden ini disebut dengan TK-PTKIB, sebagai wadah
koordinasi baik di tingkat Pusat, di Perwakilan Republik Indonesia di
M alaysia, maupun di tingkat Daerah.
(2) TK-PTKIB berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 3
(1) TK-PTKIB me mpunyai tugas menyusun dan mengkoordinasikan kebijakan
dan program pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan
Keluarganya dari M alaysia ke Indonesia.
(2) Pelaksanaan tugas TK-PTKIB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan hak asasi manusia.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas, TK-PTKIB mengambil langkah-lanngkah yang
diperlukan untuk:
a. melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Pemerintah Malaysia atas dasar
prinsip tanggung jawab bersama;
b. melaksanakan pendataan sebelum keberangkatan/pemulangan;
c. melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan;
d. melakukan pengecekan dan pengurusan hak-hak gaji/upah/penghasilan lain,
harta benda, piutang serta hak-hak melekat lainnya;
e. pemberian dokumen Perjalanan Laksana Paspor (SPLP);
f. mengatur pengangkutan sesuai dengan jadwal dan lokasi tujuan
pemulangan/daerah asal;
g. melaksanakan pengawalan, penjagaan, pengamanan dan perlindungan
selama perjalanan sampai ke tempat asal;
h. pemberian pelayanan kebutuhan dasar sejak dari penampungan, selama
perjalanan sampai ke tempat asal;
i. mempersiapkan kembali menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang berkualitas
dan memenuhi persyaratan.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugasnya, TK-PTKIB bekerja sama dengan Gubernur dan
Bupati/Walikota asal Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan/atau pihak-pihak
lain yang dipandang perlu
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas, TK-PTKIB mendapat pengarahan dari Tim Pengarah
yang terdiri dari :
a. Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
b. M enteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian;
c. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanaan.
BAB III
ORGANISASI
Bagian Pertama
Keanggotaan
Pasal 7
Susunan keanggotaan TK-PTKIB terdiri dari :
1. Ketua : Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
2. Wakil Ketua I : Menteri Luar Negeri
3. Wakil Ketua II : Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
4. Anggota :
a. Menteri Dalam Negeri
b. M enteri Kehakiman dan Hak Asasi M anusia
c. Menteri Sosial
d. M enteri Kesehatan
e. M enteri Perhubungan
f. M enteri Keuangan
g. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
h. M enteri Negara Badan Usaha M ilik Negara
i. Panglima Tentara Nasional Indonesia
j. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
k. Duta Besar Republik Indonesia untuk M alaysia
l. Para Konsul Jenderal Republik Indonesia di M alaysia
5. Sekretaris : Sekretaris Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat.
6. Wakil Sekretaris I : Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Departemen
Luar Negeri.
7. Wakil Sekretaris II : Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga
Kerja Luar Negeri, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Bagian Kedua
Kesekretariatan
Pasal 8
(1) Dalam M elaksanakan tugasnya, TK-PTKIB dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh sekretaris
TKPTKIB.
(3) Keanggotaan Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diangkat
oleh ketua TK-PTKIB.
Bagian Ketiga
Satuan Tugas
Pasal 9
(1) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas, TK-PTKIB membentuk
satuan tugas.
(2) Keanggotaan satuan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
Pejabat Instansi Pemerintah terkait.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja satuan
tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
Ketua TKPTKIB.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 10
Ketentuan mengenai tata kerja TK-PTKIB diatur lebih lanjut oleh Ketua TK-
PTKIB.
Pasal 11
TK-PTKIB melaporkan hasil pelaksanaan tugas TK-PTKIB kepada Presiden.
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 12
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas TK-PTKIB dan pelaksanaan
pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluargnya dari M alaysia
ke Indonesia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Oktober 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
M EGAWATI SOEKARNOPUTRI