You are on page 1of 6

Karmalogy

SATU
Apapun yang telah kita lakukan tidak akan pernah ada yang sia-sia,
sekecil apapun itu. Bahkan, tiap tetes keringat sudah diperhitungkan sejak
jauh-jauh hari. Ketika gagal, ketika banyak target yang sudah diimpikan tidak
dapat diraih, atau ketika gagalm mewujudkan keinginan terbesar dalam
hidup. ercayalah, saat gagal, energi negati! memenuhi seluruh isi rongga
dada kita, sesak sekali rasanya, hanya itu tidak lain. "ingga tidak ada
tempat bagi kebijaksanaan.
Begitulah kira-kira aku memaknai hidup. Begitulah aku memandang
semua hal yang terjadi meski aku sendiri berkali-kali harus terpuruk dan
tenggelam dalam ketertinggalanku. Bagiku, orang yang bermulut besar
hanya akan jadi pecundang selagi dia belum bisa membuktikan semua
perkataannya. #rang yang hebat bukan orang yang selalu lurus dalam
hidupnya, tetapi orang yang bisa menata kembali kehidupannya setelah
beribu-ribu kali mengalami kegagalan. Tanda ketegaran seseorang bukan
terletak dari seberapa lebar dia tertawa saat mendapat kebahagiaan tetapi
seberapa ikhlas bibirnya tersenyum saat sedang mengalami kesulitan.
Untuk ukuran perempuan, mungkin aku sedikit keras dalam
memandang hidup. Banyak orang bilang, aku ini terlalu keras kepala dan
ambisius. Beberapa bahkan menertawakan dan menganggapku mengada-
ada. Terlebih saat melihatku tidak segan-segan mempertahakan pemikiranku
atau saat aku memasang target-target untuk diriku sendiri. Tapi, keyakinan
tetaplah keyakinan. Aku yakin banyak hal yang dapat aku raih ketika aku
benar-benar mengetahui dan mempertahankan apa yang aku inginkan.
$ustru cibiran mereka membuatku semakin kuat dari hari ke hari. Tekadku
untuk membuktikan bahwa aku bukan sekedar orang yang keras kepala dan
ambisius, aku adalah orang yang berdiri tegap dalam keyakinanku, selama
itu ku pikir baik.
Selamat pagi dunia % begitulah caraku menatap pagi yang setiap hari
selalu menyenangkan. agi berarti semangat baru, pagi berarti menuju siang
yang terang benderang, pagi berarti kehidupan. Betapapun pagi membuatku
malas bangun karena dingin di musim hujan atau terlambat bangun karena
semalaman begadang, tapi aku begitu mencintai pagi. &intaku terhadap
pagi, seperti kecintaanku terhadap kedua orang tuaku. #rang tua yang telah
memberiku kesempatan untuk menikmati pagi dan itu berarti aku hidup.
Kegemaranku setiap pagi adalah menatap matahari yang sinarnya
lembut berwarna kemerahan, saling menyelusup melewati ranting-ranting
daun di depan halaman rumah sewaanku. Apalagi rumah sewaan yang
murah ini berada di sekitar kebun-kebun dan ladang, sehingga sinar
matahari bisa bergenit-genit ria mencapai permukaan tanah. Sinar matahari
pagi adalah hal terindah nomer dua dalam hidupku setelah hidup itu sendiri.
Apalagi udara pagi di 'ogyakarta yang masih segar, ditambah bau-bau tanah
basah bekas hujan dan pemandangan (unung )erapi yang bisa terlihat saat
aku keluar rumah. Anggun, indah tapi tetap terlihat kokoh. (unung itu sudah
menjadi salah satu model impianku yang tidak pernah diketahui oleh
siapapun. Sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku disini, di kota
impianku, diam-diam aku menaruh kagum pada keanggunan (unung )erapi
yang menjadi puncak kota ini.
*Tiiiiiiiit tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit,,,,+
Bunyi kelakson motor yang sudah sangat !amiliar bagi telingaku sudah
memanggil dari kejauhan memecah keheninganku menikmati tiap berkas
cahaya yang menempel di pipiku lewat jendela kamar. ,ni pertanda aku harus
segera bergegas dan berangkat menuju kampus karena hari ini adalah hari
pertama diadakannya matrikulasi dalam rangka persiapan Ujian ra
endidikan Klinik -redik.. /i pendidikan dokter, tahap ini adalah tahap
paling penting yang menentukan apakah selama kuliah 0.1 tahun kita sudah
cukup siap untuk menghadapi endidikan Klinik di 2S atau puskesmas untuk
mengabdikan semua ilmu yang telah kita miliki. )ahasiswa yang berhasil
lulus dalam Ujian redik ini lah yang akan terlebih dahulu dikirim untuk
menjadi seorang dokter muda atau Koass.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, kemanapun, aku selalu dijemput oleh
orang yang luar biasa sabar, Karuma namanya. Karuma ini mungkin laki-laki
tersabar nomer dua, setelah papa dimataku. Sejengkel apapun, dia tetap
setia ada disampingku, dalam keadaan suka duka. Aku begitu menyayangi
Karuma. Begitu juga Karuma yang begitu menyayangiku, itu kata semua
teman-teman yang sudah mengenal kami berdua.
*Ayo sayang, kita berangkat3+ ajak Karuma lembut kepadaku. Selain
sabar, 2uma, selalu berkata lembut padaku. Selama 4 tahun kami menjalani
hubungan ini, masih bisa dihitung dengan jari kapan dia berkata keras
kepadaku. ,tupun karena aku yang berulah. Begitu mendengar ajakannya,
aku langsung keluar kamar dan bergegas naik di bagian belakang motor
dengan wajah cerah bersemangat. Aku harus bisa melewati satu minggu
matrikulasi dengan baik meski baru hari pertamapun aku sudah datang
terlambat. rinsipku lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali rupanya
mengalahkan segalanya.
Setiap menuju kampus kami selalu melewati jalan belakang kampus,
karena kebetulan rumah sewaan yang sering dibilang rumah berhantu oleh
teman-temanku itu tepat berada di jalan belakang kampus. 'ang aku suka
dari jalan ini adalah, kiri dan kanannya masih penuh dengan tanam-
tanaman, tidak jarang pada musim tertentu banyak bunga-bunga liar kecil
yang tumbuh. Selain itu dari jalan ini, (unung !a5oritku terlhat begitu jelas
dan semakin dekat keanggunanya semakin bertambah. Berwarna biru,
dikelilingi awan dan terlihat sekali gura-gurat tekstur tanah yang semakin
memperlihatkan betapa kokohnya dia.
Tidak sampai sepuluh menit, kami siudah tiba di kampus karena
memang jarak dari rumah ke kampus ini tidak sampai 4 km. Kami, langsung
menuju parkir dan setelah itu berlari kecil ke ruang diadakannya matrikulasi.
Benar saja, pintu ruangan sudah tertutup, dan itu berarti kuliah sudah di
mulai. "ari pertama matrikulasi ini adalah hari pertama bagi angkatan kami
berkuliah lagi setelah hampir dua bulan tidak merasakan kelas besar. Ada
rindu dan rasa malas bercampur jadi satu dalam dadaku, tapi aku pikir itu
manusiawi, aku hanya mahasiswa biasa. Kesan pertamaku terhadap cara
kuliah disini adalah kuliah ku keren. )ahasiswa kedokteran angkatan 4667
berjumlah sekitar 408 orang yang kesemuanya berkuliah dalam satu
ruangan besar mirip ruangan teater di bioskop 99,. )emang kurang
kondusi!, sesekali gaduh dan ribut tapi dengan begini, kami semua bisa
saling mengenal dalam satu angkatan. )enurutku, justru inilah nilai tambah
kuliah kelas besar kami dibandingkan !akultas lain. Karena yang aku tau,
kuliah yang dibagi-bagi menjadi kelas kecil malah semakin membagi kami
dalam beberapa kelompok dan itu menjadi boomerang bagi kelanjutan
angkatan. Seperti mahluk purba kala dengan jenis ytechantropus erectus,
ketika terbagi dalam kelompk-kelompok kecil maka masing-masing kelompok
hanya akan menunjukkan esksitensinya dan itu mudah sekali pecah padahal,
sebagai calon dokter, kami dituntut untuk dapat menejalin kerja sama jauh
lebih baik.
Setelah berpikir panjang antara ingin masuk dan tidak enak, meski
sedikit malu-malu, aku masuk ke ruangan tersebut perlahan bersama
beberapa mahasiswa yang juga datang terlambat. 2uma sudah masuk
terlebih dahulu dan aku mengikutinya dari belakang. Semua padangan kini
tertuju padaku dan aku sebisa mungkin bersikap biasa sambil mencari-cari
tempat duduk yang kosong di baris kursi paling belakang. Ah rupanya,
seukuran semangat yang aku bawa ke kampus pagi ini tidak sebanding
dengan posisi yang aku dapat. osisiku sekarang adalah posisi anak-anak
yang tidak dengan sepenuh hati mengikuti predik. Terlihat dari gelagatnya
yang rebut-ribut sendiri dengan urusannya masing-masing. Untuk menghibur
diri, berkali-kali aku mengingatkan pada diriku sendiri bahwa terlambat atau
tidak tidak dapat dijadikan ukuran sebarapa niat seseorang untuk melakukan
sesuatu. )asih banyak !aktor yang ikut mempengaruhi, malas atau bangun
kesiangan karena malamnya sibuk belajar misalnya, meski agak non sense
bagi diriku sendiri sih.

You might also like