You are on page 1of 18

1

BAB I
LAPORAN KASUS



Masuk Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek :
Tanggal 12 September 2014
No. RM : 372951

1.1. ANAMNESIS
1.1.1. Identitas
Nama : Ny. L
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Way halim, Bandar Lampung
Agama : Katolik
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Lajang
Suku Bangsa : Batak

1.1.2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama:
Bercak merah menebal disertai gatal di pergelangan kaki kiri sejak 1 bulan
lalu

Keluhan Tambahan:
Gangguan tidur, terutama bila gatal muncul pada malam hari


2

Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien datang ke poli kulit RSAM dengan keluhan bercak merah menebal disertai
gatal di pergelangan kaki kiri bagian depan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya berupa benjolan-benjolan kecil, tidak berisi cairan dan terasa
gatal sehingga pasien menggaruk dan menggosok bercak tersebut. Bercak tersebut
lalu berubah menjadi meluas, menebal dan bersisik. Menurut pasien, bercak
tersebut apabila disentuh secara halus dapat menimbulkan rasa gatal. Gatal
dirasakan sangat hebat sehingga sulit ditahan untuk tidak digaruk. Pasien
mengakui garukan dilakukan sampai terasa puas atau sampai timbul luka yang
berakhir dengan rasa nyeri. Keluhan bertambah saat berkeringat disangkal.
Riwayat alergi disangkal, riwayat pemakaian obat-obatan topical disangkal,
pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya, pasien juga
belum melakukan pengobatan apapun.

Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:
Ayah pasien penderita eksim.

1.2. PEMERIKSAAN FISIK
1.2.1. Pemeriksaan Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
GCS : E
4
V
5
M
6

Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,3
0
C
Gizi : cukup
Kepala
3

Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis, sclera anikterik
Telinga : simetris, serumen (-), otorea (-)
Hidung : normal, deviasi septum (-), rinore (-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Leher
Inspeksi : simetris trakea ditengah, JVP meningkat (-)
Palpasi : Massa (-), pembesaran KGB (-)
Paru-paru
Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan ekspansi simetris, massa (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut datar, massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
KGB : tidak ada pembesaran KGB

1.2.2. Pemeriksaan Dermatologis
a. Lokasi : Regio dorsum et cruris pars anterior pedis sinistra
b. Inspeksi :
Makula - patch eritematosa irregular disertai papul miliar multiple diskrit
Skuama selapis sedang kecoklatan tak berminyak
Krusta tipis coklat mudah dilepas
4

Plak eritema hiperpigmentasi batas tegas multipel irregular ukuran 1
cm sampai dengan 6 cm, relief kulit tampak jelas terkesan likenifikasi.



UKURAN LESI KONFIGURASI E.F PRIMER E.F SEKUNDER E.F KHUSUS
Pungtata Soliter Linier Macula Krusta Komedo
Milier Multipel Anuler Papula Erosi Terowongan
Guttata Gyrate Vesikel Ekskoriasi Purpura
Lentikuler Diskret Kribiformis Pustule Ulkus Eksantema
Numularis Konfluen Arsiner Bula Skuama Milia
Plakat Nodulus Likenifikasi
Plak Vegetasi
Urtikaria Sikatriks
Kista Abses
Tumor


Tes manipulasi : tidak dilakukan

5



1.2.3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium tidak dilakukan

1.3. Diagnosis banding
1. Neurodermatitis Sirkumskripta
2. Psoriasis
3. Tinea korporis et pedis

1.4. Diagnosis kerja
Neurodermatitis sirkumskripta

1.5. Penatalaksanaan
1. Umum :
mencegah garukan dan gosokan, menghindari gigitan serangga
2. Khusus :
Sistemik : antipruritus yang memiliki efek sedative (hidroksizin)
Topical : salep kortikosteroid


6

1.6. Pemeriksaan anjuran
Konsul Psikiatri

1.7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

7




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Neurodermatitis Sirkumskripta
2.1.1. Pendahuluan
Neurodermatitis sirkumskripta dikenal dengan Liken Simpleks Kronikus (LSC),
istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut Liken
Vidal. Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal,
sirkumskrip, khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi (garis kulit
tampak lebih menonjol). Likenifikasi pada kasus ini terjadi akibat garukan atau
gosokan berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan
gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun
(Fitzpatrick et al. 1997; Sularsito & Suria,2013).

Keluhan utama yang dirasakan pasien berupa gatal bersifat paroksismal dan
dirasakan terutama jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya
pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai pada beberapa tempat (Sularsito &
Suria,2013).

2.1.2. Epidemiologi

Neurodermatitis sirkumpskripta sering ditemui pada masyarakat umum usia
dewasa (lebih dari 20 tahun), puncak insidennya antara 30-50 tahun. Insiden
terjadi lebih sering pada wanita daripada pria (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff, et al.
2008). Neurodermatitis sirkumskripta dapat disertai prurigo nodularis pada
rentang usia 20 hingga 60 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi
cenderung memiliki onset umur yang lebih muda yaitu rata-rata 19 tahun,
dibandingkan dengan pasien tanpa atopi rata-rata 48 tahun (Wolff K., et al. 2008).
8


Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal
menderita neurodermatitis sirkumpskripta. Neurodermatitis sirkumpskripta
memiliki insidensi kejadian tinggi pada ras Asia dan Amerika Latin. Stres
emosional menjadi faktor pencetus dalam beberapa kasus (An et al., 2013;
Fitzpatrick et al., 1997).

2.1.3. Etiopatogenesis

Etiologi pasti neurodermatitis sirkumpskripta belum diketahui, namun pruritus
memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi
dan prurigo nodularis. Neurodermatitis sirkumskripta diinduksi oleh garukan dan
gosokan pada kulit akibat rasa gatal. Prurigo nodularis lebih sering diinduksi oleh
cubitan dan gosokan pada kulit, namun tidak selalu akibat gatal (Wolff K., et al.
2008; Sularsito & Suria,2013).

Hipotesis pruritus dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lain yang
mendasarinya seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, dermatitis atopik, dermatitis kontak
alergi, serta gigitan serangga, serta faktor psikologi diasosiasikan dengan
neurodermatitis sirkumpskripta, namun belum jelas apakah faktor emosional
timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif (An et al., 2013;
Sularsito & Suria,2013).

Kulit yang mendapatkan trauma fisik memiliki predileksi khusus yaitu dengan
hiperplasia epidermal sehingga kulit menjadi sensitif terhadap sentuhan. Rasa
gatal yang berlebihan dapat terjadi pada kulit yang mengalami likenifikasi. Rasa
gatal ini diperberat oleh stres emosional pada beberapa kasus. Hal ini menjadi
kebiasaan dan dapat berulang dalam hitungan bulan hingga tahun dan
menyebabkan likenifikasi (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff, et al. 2008).

Gatal timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim
proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang
9

menyebabkan penderita sering menggaruk lesi yang terbentuk. Proses inflamasi
yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit
ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang penggarukkan yang
akan semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami
likenifikasi. Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti
dermatitis atopi dan diathesis atopi. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi (Wolff K., et al. 2008; Sularsito &
Suria,2013).

Gejala nyata neurodermatitis sirkumskripta adalah rasa gatal paroksimal. Daerah
predileksi utama adalah di kaki. Pada malam hari, pasien seringkali tidak sadar
menggaruk dan menggosok kakinya akibat gatal. Garukan itu berupa gerakan
reflek dan menjadi kebiasaan. Apabila daerah lesi tersentuh bahkan oleh stimulus
ringan, hal ini akan mencetuskan rasa gatal berlebihan. Pada malam hari, rasa
gatal terjadi akibat kulit menjadi hangat ketika tidur sehingga menginduksi gatal
(Wolff K., et al. 2008).

2.1.4. Penemuan Klinis
a. Gejala klinis
Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal sekali, dan dirasakan
terutama ketika malam hari mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus
menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit di tahan untuk
tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk dan rasa gatal berhenti
apabila terjadi luka, karena diganti dengan rasa nyeri. Rasa gatal diperburuk
oleh keringat, panas atau iritasi pakaian. Stres emosional mempengaruhi rasa
gatal menjadi lebih buruk (Siregar, 2005; Wolff K., et al. 2008; Sularsito &
Suria,2013).

b. Lesi kulit
Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa, sedikit
edematosa. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul
skuama pada bagian tengah dan menebal. Biasanya hanya dijumpai satu plak
10

walaupun dapat muncul lebih dari satu regio. Plak padat likenifikasi disertai
dengan papul kecil di pinggir lesi. Kulit dengan likenifiaksi teraba tebal dan
dapat dibedakan secara langsung. Ekskoriasi dapat ditemukan dengan kulit
sekitar hiperpigmentasi (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008;
Sularsito & Suria,2013).

Lesi berwarna kemerahan dan semakin menghitam akibat hiperpigmentasi,
khususnya pada kulit dengan phototypes IV, V dan VI. Bentuk lesi mengikuti
bekas garukan, sehingga dapat berbentuk bulat, oval atau linear (Fitzpatrick et
al. 1997; Wolff K., et al. 2008).

Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat
timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher,
dengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, peri-anal, paha, lutut, tungkai
bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Predileksi
ini tergambar pada Gambar 2.1 (Fitzpatrick et al. 1997; Siregar, 2005).



Gambar 2.1. Predileksi Neurodermatitis Sirkumskripta (Fitzpatrick et al. 1997).
11


Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada
wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke
skalp. Skuama pada penyakit ini biasanya dapat menyerupai skuama pada
psoriasis (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008).

Variasi klinis dari neurodermatitis sirkumpskripta dapat berupa prurigo
nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang
pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan
mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi
keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi
di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm
(Fitzpatrick et al. 1997; Sularsito & Suria,2013).

2.1.5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah pemeriksaan KOH, dalam rangka
menyingkirkan kemungkinan infeksi penyebab jamur (Fitzpatrick et al. 1997).

2.1.6. Histopatologi
Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumpskripta, pada lapisan epidermis
terdapat ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang
teratur. Lapisan dermis memberikan gamabaran sel radang limfosit dan histiosit di
sekitar pembuluh darah dermis bagian atas dengan serbukan sel radang, fibroblast
bertambah, kolagen menebal (Siregar, 2005; Sularsito & Suria,2013).

2.1.7. Diagnosis banding
Berikut diagnosis banding neurodermatitis sirkumskripta (Siregar, 2005; Wolff
K., et al. 2008):
a. Psoriasis vulgaris
Effloresensi berupa eritema berbatas tegas, skuama berlapis-lapis putih dan
mengkilat
b. Tinea corporis
12

Pemeriksaan mikroskopik ditemukan elemen jamur
c. Tinea cruris
d. Dermatitis kontak (iritan atau alergi)
e. Prurigo nodularis
Kelainan kulit berbatas tegas, bagian pinggir aktif dengan bagian tengah
relatif tenang.

2.1.8. Diagnosis
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gejala klinis dan penemuan
klinis (Siregar, 2005; Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008; Sularsito &
Suria,2013)

2.1.9. Tatalaksana
Perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi
larena garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk
likenifikasi harus dihentikan (Wolff K., et al. 2008; Sularsito & Suria,2013).
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:
a. Kortikosteroid potensi kuat,
Kortikosteroid potensi kuat topikal merupakan first-line untuk mengontrol rasa
gatal. Pemberian kortikosteroid potensi kuat bila perlu dengan oklusi.
Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti
mitotik, serta vasokonstriktor. Contoh kortikosteroid topikal super poten
(golongan I) yaitu betamethasone dipropionate 0.05% serta clobetasol
propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi (golongan II) yaitu
mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%. Kortikosteroid topikal
dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat (Wolff K.,
et al. 2008; Sularsito & Suria,2013).

Pemberian oklusi dressing merupakan hal penting terutama pada malam hari,
hal ini ditujukan untuk mencegah garukan akibat gatal pada kulit. Berikut cara
penggunaan occlusive plastic film (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al.
2008) :
13

Kortikosteroid dengan plastic tape
Cara pemakaian adalah oleskan kortikosteroid topikal lalu diikuti dengan
pemasangan plastic tape, plastik dapat dilepas dalam 24 jam.
Hydrocolloid dressing
Cara pemakaian adalah mengoleskan kortikosteroid topikal lalu ditutupi
hydrocolloid dressing. Oklusi dapat dibuka setelah 1 minggu.
Unna Boot
Jenis oklusi seperti roll dengan pasta zink oksida yang dikelilingi disekitar
lesi, oklusi dapat dilepas setelah 1 minggu.

Apabila tidak berhasil, diberikan suntikan intralesi triamsinolon asetonid 3
mg/ml. dosis tinggi dapat menyebabkan atrofi (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff
K., et al. 2008).

b. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin,
prometazin. Antihistamin topikal yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5%
jangka pendek (maksimal 8 hari) atau dapat pula diberikan oral hydroxyzine
25-50 gram di malam hari (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008;
Sularsito & Suria,2013 ).

c. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A) (Sularsito &
Suria,2013).

2.1.10. Prognosis
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi
dapat terjadi sebagai respon stres emosional. Prognosis bergantung pada penyebab
pruritus (penyakit yang mendasari) dan status psikologik penderita. Secara umum,
neurodermatitis sirkumskripta memiliki prognosis baik, meskipun menunjukkan
penurunan quality of life penderita (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008;
An et al., 2013; Sularsito & Suria,2013).
14




BAB III
ANALISIS KASUS



3.1. Apakah diagnosa pada kasus sudah tepat?
Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi (garis kulit tampak lebih
menonjol). Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu
hingga bertahun-tahun (Fitzpatrick et al. 1997; Sularsito & Suria,2013).

Diagnosa neurodermatitis sirkumskripta atau lichen simplek kronik didasarkan
pada gejala klinis dan penemuan klinis (Siregar, 2005; Fitzpatrick et al. 1997;
Wolff K., et al. 2008; Sularsito & Suria,2013)

Keluhan utama yang dirasakan pasien berupa gatal bersifat paroksismal dan
dirasakan terutama jika tidak beraktivitas. Penderita penyakit ini akan mengeluh
rasa gatal sekali, dan dirasakan terutama ketika malam hari mengganggu tidur.
Rasa gatal tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit
di tahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk dan rasa gatal
berhenti apabila terjadi luka, karena diganti dengan rasa nyeri. Rasa gatal
diperburuk oleh keringat, panas atau iritasi pakaian. Stres emosional
mempengaruhi rasa gatal menjadi lebih buruk (Siregar, 2005; Wolff K., et al.
2008; Sularsito & Suria,2013).

Pada anamnesa, pasien datang mengeluhkan bercak merah menebal disertai gatal
di pergelangan kaki kiri bagian depan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya berupa benjolan-benjolan kecil, tidak berisi cairan dan terasa
gatal sehingga pasien menggaruk dan menggosok bercak tersebut. Bercak tersebut
15

lalu berubah menjadi meluas, menebal dan bersisik. Bercak tersebut akan terasa
gatal apabila disentuh. Gatal dirasakan sangat hebat sehingga sulit ditahan untuk
tidak digaruk. Pasien mengakui garukan dilakukan sampai terasa puas atau sampai
timbul luka yang berakhir dengan rasa nyeri.

Berdasarkan anamnesa disebut dapat simpulkan beberapa hal yaitu:
1) Bercak merah yang semakin meluas, menebal dan bersisik di pergelangan
kaki kiri depan yang gatal
2) Gatal dirasakan sangat hebat
3) Sentuhan halus dapat mencetuskan terjadinya gatal yang hebat.
4) Garukan dilakukan hingga terjadi luka dan terasa nyeri

Gejala klinis yang didapatkan dari anamnesis menimbulkan diagnosa banding
neurodermatitis sirkumskripta, psoriasis vulgaris, dermatitis kontak dan tinea
corporis.

Sebagai penyingkir diagnosis banding, maka pada anamnesis didapatkan data
sebagai berikut : Keluhan bertambah saat berkeringat disangkal. Riwayat alergi
disangkal, riwayat pemakaian obat-obatan topical disangkal, pasien belum pernah
menderita penyakit seperti ini sebelumnya, pasien juga belum melakukan
pengobatan apapun. Hal ini menyebabkan diagnosis banding dermatitis kontak
dan tinea corporis dapat disingkarkan.

Gejala klinis berupa rasa gatal berlebihan akibat sentuhan halus dan garukan yang
terus dilakukan hingga pasien merasa nyeri dan terjadi luka pada daerah lesi
menunjukkan bahwa pasien mengalami neurodermatitis sirkumskripta.

Pada neurodermatitis sirkumskripta, lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula
sebagai plak eritematosa, sedikit edematosa. Lambat laun edema dan eritema akan
menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Plak padat
likenifikasi disertai dengan papul kecil di pinggir lesi. Kulit dengan likenifiaksi
teraba tebal dan dapat dibedakan secara langsung. Ekskoriasi dapat ditemukan
16

dengan kulit sekitar hiperpigmentasi (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al.
2008; Sularsito & Suria,2013). Lesi berwarna kemerahan dan semakin menghitam
akibat hiperpigmentasi. Bentuk lesi mengikuti bekas garukan, sehingga dapat
berbentuk bulat, oval atau linear (Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008).

Pada pemeriksaan, di regio tarsal sinistra, ditemukan:
1) Makula eritematosa irregular disertai papul miliar multiple diskrit
2) Skuama selapis sedang kecoklatan tak berminyak
3) Krusta tipis coklat mudah dilepas
4) Likenifikasi multiple diskrit diameter 1x1cm sampai 4x6cm bentuk irregular
tepi tidak tegas

Hasil pemeriksaan lesi kulit merujuk ke diagnosis neurodermatitis sirkumskripta.
Psoriasis vulgaris dapat disingkarkan mengingat bentuk skuama pada lesi pasien
ini adalah selapis, sedangkan psoriasis memiliki bentuk skuama berlapis. Selain
itu, likenifikasi dengan gejala klinis selama 1 bulan seperti yang telah disebutkan
diatas merujuk kepada neurodermatitis sirkumskripta atau liken simplek kronik.

Untuk menyingkirkan diagnosis tinea, dapat dilakukan pemeriksaan KOH, namun
dalam kenyataannya tidak dilakukan karena gejala klinis dan penemuan klinis
sudah cukup kuat merujuk kepada neurodermatitis sirkumskripta.

3.2. Apakah penatalaksanaan pada kasus sudah tepat?
Penatalaksanaan neurodermatitis sirkumskripta pada dasarnya adalah mencegah
garukan, sehingga perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin
menghindari menggaruk lesi larena garukan akan memperburuk penyakitnya.
Lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus dihentikan (Wolff K., et al.
2008; Sularsito & Suria,2013).

Rasa gatal dapat dikurangi dengan memberikan kortikosteroid topikal,
antihistamin sedative golongan I dan pencegahan berupa oklusi dressing
(Fitzpatrick et al. 1997; Wolff K., et al. 2008; Sularsito & Suria,2013 ).
17

Penanganan pada kasus adalah sebagai berikut:
1. Umum :
mencegah garukan dan gosokan, menghindari gigitan serangga
2. Khusus :
Sistemik : antipruritus yang memiliki efek sedative (hidroksizin)
Topical : salep kortikosteroid

Dapat disimpulkan, penanganan pada kasus cukup tepat karena mencakup hampir
seluruh rekomendasi penanganan dermatitis sirkumskripta, kecuali penggunaan
oklusi dressing.

Oklusi dressing digunakan hanya untuk mencegah garukan mencapai kulit dan
menimbulkan luka baru sehingga likenifikasi menjadi lebih tebal. Apabila pasien
mengerti untuk dapat menahan diri tidak menggaruk daerah lesi ataupun
menyentuh lesi, maka penggunaan oklusi dressing tidak diwajibkan.

18




DAFTAR PUSTAKA



An JG, Liu YT, Xiao SX, Wang JM, Geng SM and Dong YY. 2013. Quality of
life of patients with neurodermatitis. International Journal of Medical
Sciences 10(5):593-598
Fitzpatrick TB, Richard AJ, Klaus W, Polano MK and Suurmond D. 1997.
Eczematous Dermatitis : Lichen Simplek Chronic in Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology (Common and Serious Diseases). Mc Graw
Hill Medical. New York.
Siregar RS. Neurodermatitis Sirkumskripta in Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit. EGC. 2005. Jakarta. (129-131)
Sularsito SA & Suria D. 2013. Dermatitis in Djuanda A., et al. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi ke-6. Badan Penerbit FKUI. Jakarta
Wolff K, Lowell AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP and David JL. 2008.
Lichen Simplek Chronic / Prurigo Nodularis in Fitspatrickss Dermatology In
General Medicine Edisi ke-7. Mc Graw Hill Medical. New York.

You might also like