You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sumberdaya lahan merupakan modal pembangunan di

berbagai bidang, termasuk pengembangan pertanian, perkebunan,

dan kehutanan. Lahan merupakan sumberdaya yang amat diperlukan

bagi masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,

meningkatkan kesejahteraan dan upaya memperoleh Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelolaan

sumberdaya lahan harus disesuaikan dengan potensinya agar

produktivitas lahan dapat dicapai secara optimal.

Program ketahanan pangan merupakan salah satu

program utama pembangunan pertanian lima tahun di Kabupaten

Bantul yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) guna menopang ketahanan ekonomi

daerah. Pembangunan ketahanan pangan diarahkan agar kekuatan

ekonomi domestik mampu menyediakan pangan bagi seluruh

masyarakat. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah,

kualitas, keragaman dan keamanan sesuai dengan laju pertumbuhan

dan tingkat kesejahteraan penduduk yang terus berkembang.

Sebagai antisipasi krisis pangan Pemerintah Kabupaten Bantul

melakukan empat strategi diantaranya (1.) Strategi peningkatan

produksi padi dengan cara intensifikasi pertanian, (2). Optimalisasi

lahan pertanian ,(3). Menemukan pembasmi hama baru akibat

1
perubahan musim dan (4). Meningkatkan bidang pelayanan terkait

dengan kelembagaan petani, penyuluhan yang harus kita padukan

secara sinergis,"

Pencapaian produktivitas lahan secara optimal membutuhkan

suatu kajian terhadap sumberdaya lahan yang ada. Melalui kajian ini

dimaksudkan untuk menentukan dan membuat suatu perbandingan

terhadap kemungkinan bentuk-bentuk penggunaan lahan yang dapat

diterapkan di DAS Plilan. Kajian ini akan berhubungan dengan

kesesuaian lahan, dimana kajian terhadap kesesuaian lahan

mempunyai penekanan yang tajam yakni membuat alokasi

pemanfaatan ruang yang memiliki sifat-sifat positif dalam hubungannya

dengan keberhasilan produksi atau penggunaan lahan dengan lebih

optimal.

Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan

dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Peningkatan

produksi melalui intensifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan

inovasi teknologi pertanian unggulan pada lahan sawah irigasi teknis.

Sedangkan peningkatan produksi melalui ekstensifikasi selain

ditempuh melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) juga dapat

ditempuh melalui perluasan areal pertanian baru baik pada lahan

sawah maupun lahan kering dan pemanfaatan lahan tidur.

Tantangan dalam pengembangan ketahanan pangan di DAS

Plilan adalah semakin terbatasnya kapasitas produksi akibat

menurunnya kesuburan tanah dan degradasi lahan, serta semakin

2
terbatas dan ketidakpastian pasokan air untuk produksi pangan , serta

perilaku iklim yang semakin tidak pasti akibat pemanasan global.

Selain itu pola penggunaan lahan sangat terkait dengan tingkat

kepadatan penduduk. Di bagian Hilir (Lower Stream) dengan

kepadatan penduduk tinggi pertanian tanaman pangan dan

hortikultura berkembang dengan pesat, sedangkan di bagian hulu

(upper stream) dengan kepadatan penduduk rendah cenderung

berkembang tanaman perkebunan tanaman tahunan karena

kebutuhan tenaga kerja relatif lebih sedikit. Kondisi demikian telah

mengakibatkan adanya ketimpangan penggunaan lahan antara

tanaman pangan di satu pihak dan tanaman tahunan di pihak lain.

Pemilihan tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai dan

kacang tanah di DAS Plilan dengan pertimbangan tanaman tersebut

merupakan tanaman pangan yang dijadikan kebutuhan utama dalam

pemenuhan kebutuhan pangan di daerah penelitian. Sehingga perlu

diketahui kesesuaian lahannya dan arahan pengembangannya guna

peningkatan produksi.

DAS Plilan memiliki sumberdaya lahan yang belum dikelola

sesuai dengan potensi yang ada, bahkan sebagian lahan masih dalam

kondisi belum tergarap dengan baik. Di era otonomi, semestinya

pemerintah setempat beserta masyarakat dan peran swasta dapat

menciptakan arahan pengelolaan lahan yang saling menguntungkan

3
1.2. Perumusan Masalah

Sumberdaya alam merupakan modal pembangunan yang vital

guna mencapai kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan pelaksanaan

pembangunan yang berwawaan lingkungan, maka diperlukan

pemahaman hal-hal sebagai berikut :

(a). jenis dan potensi sumberdaya alam;

(b). sifat dan sebarannya di muka bumi;

(c). nilai ekonomis dari setiap sumber daya alam;

(d). nilai dan fungsi dalam ekologi;

(e). pemanfaatan sumberdaya alam;

(f). aturan dan rencana tataguna dan sumberdaya alam; dan

(g). upaya pelestarian pemanfaatannya.

Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh

dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, terutama bila

diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk dan proses

industrialisasi. Hal tersebut sering menimbulkan benturan tingkat

kepentingan dalam memanfaatkan lahan. Selain itu informasi

mengenai potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan, dan tindakan

pengelolaan belum memadai bagi setiap areal lahan sebagai

pegangan pokok dalam pemenfaatan lahan. Adapun informasi yang

diperlukan adalah tersedianya informasi fisik lingkungan yang meliputi

sifat dan potensi lahan. Permasalahan yang dihadapi di wilayah

penelitian ditinjau dari sumberdaya lahan meliputi :

4
(a) Apakah Pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman pangan

sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya?;

(b) Bagaimanakah potensi lahan di DAS Plilan untuk

pengembangan tanaman pangan?; dan

(c) belum diketahui arahan pengembangan kawasan produktif di

DAS Plilan.

Pokok permasalahan tersebut kesemuanya terjadi di DAS Plilan

yang menjadi pokok kajian kesesuaian lahan untuk budidaya

Pertanian tanaman pangan dan arahan pengembangannya.

Apabila masalah-masalah tersebut dapat diatasi berarti sumberdaya

lahan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat

setempat. Kehidupan yang layak tentunya mencerminkan kualitas

manusia yang layak pula.

1.3. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

(1) mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan

(padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, dan ketela pohon)

di DAS Plilan;

(2) mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan

pengembangannya pada setiap zona DAS; serta

(3) Merumuskan arahan pengembangan kawasan produktif di DAS

Plilan.

5
1.4. Manfaat

Berdasarkan tinjauan ilmiah akademik, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat:

(a) memberikan masukan dalam pembangunan nasional agar

lahan dimanfaatkan secara optimal dan rasional;

(b) sebagai sumbangan informasi bagi penentu kebijakan baik

pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka alih

fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian; dan

(c) memberikan masukan kepada petani dalam menentukan jenis

tanaman yang paling berpotensi untuk berproduksi sesuai

dengan potensinya di DAS Plilan.

1.5. Ruanglingkup Penelitian

1.5.1. Ruang Lingkup Waktu dan Wilayah Kajian

Wilayah Kajian meliputi seluruh DAS Plilan, yang meliputi

Kabupaten Bantul dan Gunungkidul Secara detil Kecamatan yang

termasuk dalam DAS Plilan adalah: Kabupaten Bantul meliputi

kecamatan Imogiri yang terdiri dari Desa Selopamioro.

1.5.2. Ruang Lingkup Sasaran

Ruang lingkup kajian adalah :

(a) Mengkaji kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di

DAS Plilan pada unit upper stream, middle stream dan lower

stream,

6
(b) Mengkaji arahan pengembangan pertanian tanaman pangan di

DAS Plilan

1.6. Batasan Operasional

Untuk lebih memfokuskan agar hasil penelitian dapat optimal, maka

penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut ini.

(a) Ruang lingkup wilayah; meliputi wilayah kecamatan Imogiri

Kabupaten Bantul dan kecamatan Panggang Kabupaten

Gunungkidul.

(b) Penggunaan lahan; segala macam campur tangan manusia,

baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu

kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)

(c) Evaluasi lahan merupakan alat/cara dalam menentukan rencana

penggunaan lahan di suatu daerah. Evaluasi lahan merupakan

proses membandingkan dan dasar interpretasi dari tanah,

tumbuhan, iklim, dan aspek lain dan untuk penentuan

penggunaan lahan tertentu untuk tujuan social dan ekonomi

(Brinkman dan Smith, 1973 dalam Vink A.P.A, 1975).

(d) Lahan aktual; lahan yang masih alami atau belum diberikan

tindakan-tindakan perbaikan yang berarti dalam tingkat

penelolaan untuk keperluan tertentu, (Hardjowigeno,

Widiatmaka, 2007)

7
(e) Lahan potensial; lahan yang dapat memberikan hasil pertanian

yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang rendah.

(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)

(f) Kesesuaian lahan; gambaran tingkat kecocokkan sebidang

lahan untuk suatu penggunaan tertentu, FAO (1976).

(g) Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan

data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk

mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik

tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh

tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila

dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat

berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau

lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan

tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila

komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)

(h) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan kesatuan dengansungai dan anak-anak sungainya

yang dibatasi oleh pemisah topografis yang

berfungsimenampung air yang berasal dari curah hujan,

menyimpan dan mengalirkannya melalui kedanau atau ke laut

secara alami. (SK Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)

8
(i) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan

mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap

DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS – Sub DAS. (SK Menhut

Nomor : 52/Kpts-II/2001)

(j) Pengelolaan DAS Secara Terpadu adalah suatu proses

formulasi dan implementasi kebijakan dan kegiatan yang

menyangkut pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya

buatan dan manusia dalam suatu DAS secara utuh dengan

mempertimbangkan aspek-aspek fisik, sosial, ekonomi dan

kelembagaan di dalam dan sekitar DAS untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. (SK Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)

(k) Daerah Aliran Sungai (DAS); suatu daerah tertentu yang bentuk

dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui

daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang

berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian

mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet), (SK

Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)

(l) Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai

keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap

kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri

atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic).

Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara

9
langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan

berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

(m) Tanaman pangan dan hortikultura adalah merupakan bagian

dari sektor pertanian, yang cakupan komoditasnya meliputi

segala jenis tumbuhan non kayu yang bermusim panen pendek

dan hasilnya sangat berguna bagi manusia dan mahluk hidup

lainnya sebagai bahan makanan mereka, yang memiliki nilai

ekonomis cukup tinggi. Yang termasuk dalam kelompok

Tanaman Pangan antara lain adalah padi, gandum, kedelai,

jagung dan umbi-umbian. Sedangkan Hortikultura meliputi

segala jenis sayur-sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan atau

tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.

1.7. Keaslian Penelitian.


Perbandingan penelitian ini dengan penelitian yang

terdahulu tidak ada yang spesifik. Sejauh pengetahuan penulis,

penelitian tentang Kajian Kesesuaian Lahan untuk Budidaya

Pertanian Tanaman Pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Plilan

Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk

budidaya tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, jagung,

kacang tanah dan ketela pohon). Sedangkan penelitian

sebelumnya yang terkait dengan kajian kesesuaian lahan untuk

budidaya pertanian tanaman pangan antara lain dilakukan oleh

(1) Sudibyo (1993) dengan judul kemampuan lahan dan

10
kesesuaian lahan untuk tanaman lahan kering di Kecamatan

Arjasa Kabupaten Jember. (2) Ekaning mardiyanti (1996) dengan

judul evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di kecamatan

salaman kabupaten magelang. Tujuan penelitian

digunakanMemplajari variable fisik lahan dan faktor penghambat

yang timbul dalam evaluasi kesesuaian lahan permukiman.

Metode yang Intepretasi foto udara, pemetaan satuan lahan dan

determinasi watak fisik tanah dan air.

Rosul dengan judul (1999) evaluasi penggunaan lahan

terhadap RDTRK Kabupaten Bantul dengan mengunakan SIG.

Tujuan penelitian Evaluasi pemanfaatan ruang dan analisis

jumlah bangunan dan rumah. Metode yang digunakan Analisis

peta dengan sistem SIG dan uji statistik. Hasilnya Peta satuan

lahan,peta kesesuaian lahan,dalam bentuk analog serta

klasifikasi faktor penghambat (4) Herlambang (2000) dengan

judul evaluasi sumberdaya lahan untuk pertanian di daerah

kecamatan purwodadi kabupaten purworejo (5) Syafruddin (2000)

dengan judul evaluasi kesesuaian lahan untuk memproduksi

daun tanaman nilam di kabupaten aceh besar dan kabupaten

banyumas jateng (6) Rahayu (2008) dengan judul evaluasi

kesesuaian lahan terhadap rencana tataguna lahan kota

purworejo.Adapun daftar penelitian-penelitian sebelumnya

dibandingkan dengan penelitian penulis disajukan dalam Tabel

1.1

11
Tabel 1.1 Daftar penelitian tentang kajian kesesuaian lahan
no Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Sudibyo Kemampuan lahan Menentukan kelas Sampling Peta kelas
(1993) dan kesesuaian kemampuan lahan dan stratified,random kemampuan lahan
1 untuk tanaman kesesuaian lahan untuk sampling dan analisis dan kesesuaian lahan
lahan kering di kec padi gogo,jagung,tebu diskriptif
arjasa kab. Jember dan tembakau
Ekaning Evaluasi kesesuaian Memplajari variable fisik Intepretasi foto Peta satuan
mardiyanti lahan untuk lahan dan faktor udara, pemetaan lahan,peta
(1996) pemukiman di penghambat yang timbul satuan lahan dan kesesuaian
2 kecamatan salaman dalam evaluasi determinasi watak lahan,dalam bentuk
kabupaten kesesuaian lahan fisik tanah dan air analog serta
magelang permukiman klasifikasi faktor
penghambat
Rosul Evaluasi Evaluasi pemanfaatan Analisis peta dengan Evaluasi penggunaan
(1999) penggunaan lahan ruang dan analisis jumlah sistem SIG dan uji lahan terhadap
3 terhadap RUTRK bangunan dan rumah statistik penyimpangan
Bantul penggunaan lahan
menggunakan SIG
4 Syafruddin Evaluasi kesesuaian Menyusun klasifikasi Cluster analisis Penggunaan
(2000) lahan untuk kesesuaian lahan ( analisis tandem) klasifikasi kesesuaian
memproduksi daun potensial dengan lahan untuk tanaman
tanaman nilam di menentukan nilai kriteria nilam
kabupaten aceh penciri lahan pada setiap
besar dan kelas kesesuaian lahan
banyumas jateng untuk nilam
5 Herlambang Evaluasi Evaluasi kesesuaian Sampling teknik Peta kesesuaian
(2000) sumberdaya lahan lahan dan penentuan area,sampling untuk lahan tanaman
untuk pertanian di jenis tanaman semusim menentukan titik semusim non padi
daerah kecamatan non padi sample lokasi
purwodadi kab. pengamatan, analisis
purworejo diskrptif
6 Rahayu Evaluasi kesesuaian Mengetahui arahan Analisis kesesuaian Peta arahan
(2008) lahan terhadap pemanfaatan lahan lahan dan overlay pemanfaatan lahan
rancana tata guna peta kesesuaian daerah penelitian
lahan kota lahan dengan
purworejo rencana detail tata
ruang kota (RDTRK)
daerah penelitian
7 Wahyudi Kajian kesesuaian 1.mengetahui kesesuaian Analisis Kesesuaian Peta kesesuaian
(2008) lahan untuk lahan untuk budidaya lahan pada setiap lahan untuk budidaya
budidaya pertanian tanaman pangan (padi satuan lahan dengan tanaman pangan,
tanaman pangan di sawah, padi gogo, metode maching Peta Zonasi DAS
DAS Plilan jagung, kacang tanah, (penjodohan), Peta Arahan
kabupaten bantul dan ketela pohon) di DAS Analisis Zonasi DAS Pengembangan
Plilan; Analisis kawasan produktif
2. mengetahui zonasi pengembangan
budidaya tanaman kawasan Produktif
pangan dan arahan
pengembangannya pada
setiap zona DAS; serta
3. Merumuskan arahan
pengembangan kawasan
produktif di DAS Plilan.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai bentang lahan yang

dibatasi oleh pembatas topografi (topography devide), yang

menangkap, menampung dan mengalirkan air hujan ke suatu outlet

(Tim IPB, 2002).

Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai

mengartikan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu kesatuan

wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap

dan atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungainya.

Selanjutnya menurut Kamus Tata Ruang, 1997 mengartikan

Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu daerah tertentu yang

bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui

daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal

dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya

serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum

alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah

sekitar sungai, meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan

tempat sumber air dan semua curahan air hujan yang mengalir ke

sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai (Kamus Tata

Ruang, 1997)

13
Tanah ialah bagian teratas dari litosfer yang tersingkap menjadi

daratan. Karena itu tanah termasuk salah satu unsur sumberdaya alam

dari suatu bentang lahan. Tanah terbentuk oleh proses-proses

perombakan batuan penyusun litosfer yang dilaksanakan oleh gaya-

gaya yang bersumber dalam atmosfer, biosfer, dan sampai tingkatan

tertentu juga hidrosfer, di dalamlingkupan timbulan (relief) dan

bergerak sepanjang jalannya waktu. Tanah memiliki tebal dan daerah

persebaran tergantung padsa intensitas, interaksi dan variasi masing-

masing faktor pembentuknya. Dengan demikian tanah adalah suatu

tubuh alam yang ikut memberikan ciri khusus suatu bentang lahan.

Pengertian penggunaan lahan (landuse) dan penutup lahan (land

cover) sangat penting dalam aktivitas perencanaan dan pengelolaan

yang berkaitan dengan permukaan bumi. Penutup lahan menunjukkan

keterkaitan aktivitas manusia terhadap sepetak (suatu bagian) lahan.

Penggunaan lahan saat menunjukkan intervensi manusia baik

permanen maupun siklik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penggunaan saat sekarang mencerminkan keadaan sosial ekonomi

penduduk. Penggunaan lahan saat sekarang ini penting untuk

perencanaan penggunaan lahan misalnya untuk memperkirakan

kebutuhan sekolahan, pusat-pusat pelayanan dan pajak hasil bumi.

Oleh karena itu penggunaan lahan dan penutup lahan penting untuk

aktivitas perencanaan dan pengelolaan lahan.

Empat aspek yang penting diperhatikan dalam mengkaji

penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan lahan, teknik

14
pemanfaatan, orientasi/rotasi penggunaan, dan produktivitas. Makna

penggunaan lahan masa kini bagi perencana adalah merupakan

cerminan pemanfaatan sumberdaya alam yang palin optimal, dan

ekonomis; cerminan kebutuhan pengguna untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya; menunjukkan ketrampilan dan pengetahuan pengguna saat

ini; dan menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana, modal

tenaga kerja, pemasaran, dan adaptasi terhadap masalah yang terjadi.

2.2 . Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah gambaran tingkat kecocokan suatu lahan

untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan)

tertentu (FAO, 1976). Adapun yang dimaksud dengan klasifikasi

kesesuaian lahan adalah proses penafsiran atau pengelompokan

wilayah lahan menjadi bagian-bagian yang lebih rinci menurut tingkat

kecocokannya apabila digunakan untuk penggunaan tertentu.

Klasifikasi kesesuaian lahan lebih bersifat spesifik untuk suatu

tanaman atau penggunaan lahan tertentu, sedang klasifikasi

Kesesuaian lahan lebih bersifat umum untuk suatu penggunaan yang

lestari.

Sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976), terdiri

dari empat kategori yang menunjukan tingkat generalisasi yang

sifatnya menurun, sebagai berikut: Ordo Kesesuaian lahan (Order):

menunjukkan jenis macam kesesuaian atau keadaaan kesesuaian

secara umum. Kelas Kesesuaian lahan (Class): menunjukkan tingkat

15
kesesuaian dalam ordo. Sub-kelas Kesesuaian lahan (Sub-Class):

menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan

dalam kelas. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan

perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di

dalam Sub-kelas.

Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo menunjukkan apakah lahan

sesuai atau tidak sesuai apabila digunakan untuk penggunaan

tertentu. Tingkat Ordo kesesuaian lahan ini selanjutnya dibedakan

menjadi dua, yakni;

(1) Ordo Sesuai (S); sesuai (suitable)

Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan

untuk suatu penggunaan tertentu sesuai lestari, tanpa atau sedikit

risiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang

diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan

(input) yang diberikan pada tersebut.

(a) Kelas Sangat Sesuai (S1): sangat sesuai (highly suitable)

Lahan yang termasuk kelas ini, yakni lahan tidak mempunyai

pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari,

atau lahan hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak

berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta

tidak akan menambah masukan dari yang biasa dilakukan dalam

mengusahakan lahan tersebut.

(b) Kelas Cukup Sesuai (S2): cukup sesuai (moderately suitable)

16
Lahan yang termasuk kelas cukup sesuai, yakni lahan dengan

pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari.

Pembatas tersebut akan mengurangi produktifitas lahan dan

keuntungan yang diperoleh, serta meningkatkan masukan untuk

mengusahakan lahan tersebut.

(c) Kelas Sesuai Marginal (S3): sesuai marginal (marginally suitable)

Lahan yang termasuk kelas ini mempunyai pembatas sangat berat

apabila digunakan untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari.

Pembatas yang ada sifatnya akan mengurangi produktifitas ataupun

keuntungan yang diperoleh dan perlu menaikkan masukan untuk

mengusahakanlahan tersebut.

(2) Ordo Tidak Sesuai (N); tidak sesuai (not suitable)

Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian

rupa sehingga pembatas tersebut mencegah terhadap suatu

penggunaan tertentu secara lestari.

Kesesuaian lahan pada kategori kelas, yakni tingkat kesesuaian

lahan yang menunjukkan pembagian lebih lanjut dari kategori ordo dan

menggambarkan tingkat keseuaian dari ordo. Simbol kategori kelas ini

menggunakan nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dan

nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang menurun

dalam suatu kategori ordo. Jumlah kategori kelas untuk setiap ordo

sebenarnya tidak terbatas, namun demikian dianjurkan untuk

menggunakan tiga kelas dalam Ordo Sesuai dan dua kelas untuk Ordo

Tidak Sesuai. Penetapan jumlah kelas tersebut didasarkanpada

17
keperluan minimum untuk mencapai tujuan interpretasi yang pada

umumnya terdiri atas lima kelas, yakni sangat sesuai, cukup sesuai,

sesuai marginal, tidak sesuai saat sekarang, dan tidak sesuai

permanen.

(a). Kelas Tidak Sesuai Saat Sekarang (N1): tidak sesuai saat

sekarang (currently not suitable)

Lahan yang termasuk kelas ini menpunyai pembatas dengan

tingkat sangat berat akan tetapi masih memungkinkan untik diatasi.

Hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat

sekarang dengan biaya yang rasional.

(b). Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2): tidak sesuai permanen

(permanently not suitable)

Lahan yang termasuk kelas ini mempunyai pembatas sangat berat.

Sehingga tidak mungkin untuk digunakan untuk suatu penggunaan

tertentu yang lestari.

Kesesuaian lahan pada kategori sub-kelas. Yakni tingkat

kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam

perbaikan yang yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Setiap

kategori kelas, kecuali 51 dapet dikelompokkan lagi ke dalam satu atau

lebih sub-kelas berdasarkan atas pembatas yang ada. Jenis pembatas

tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di

belakang simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas

kedalaman tanah efektif (S). Akan menurunkan sub-kelas kesesuaian

lahan dengan simbol S2s.

18
Simbol pembatas pada kategori sub-kelas biasanya hanya satu.

Akan tetapi dapat juga dua atau tiga dengan catatan bahwa jenis

pembatas yang dominan diletakkan pertama. Sebagai contoh apabila

suatu kategori sub-kelas kesesuaian lahan dengan simbol S2ts,maka

pembatas topografi (t) adalah yang dominan. Dan pembatas

kedalaman tanah efektif (s) adalah pembatas berikutnya atau sebagai

pembatas tambahan.

Kategori kesesuaian lahan satuan (unit), adalah pembagi rinci dari

kesesuaian lahan pada kategori sub-kelas. Semua satuan yang

terdapat dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian lahan

yang sama pada kategori kelas dan memiliki jenis pembatas yang

sama pula dalam tingkatan sub-kelas. Kesesuaian lahan pada kategori

satuan ini berbeda antara satu dengan lainnya dalam hal sifat-sifat

atau gatra (aspek) tambahan dari pengelolaan yang diperlukan. Dan

seringkali merupakan pembeda rinci dari pembatas-pembatasny.

Dengan diketahuinya pembatas secara rinci akan memudahkan

interpretasi perencanaan pada tingkat usaha tani.

Simbol kesesuaian lahan untuk kategori satuan ini dibedakan

dengan angka yang ditempatkan setelah simbol sub-kelas .seperti S3t-

2, S3t-3 Tidak terdapat batasan mengenai jumlah kategori satuan

dalam satu sub-kelas.

Cara penamaan kategori kesesuaian lahan dari ordo sampai

satuan secara skematis ditunjukkan pada Gambar 2.1 Struktur

19
klasifikasi kesesuaian lahan dengan simbol-simbolnya secara ringkas

disajikan pada diagram Gambar 2.2

KATEGORI
ORDO KELAS SUB KELAS
Sangat sesuai (S1)
S2m S2e-1
Sesuai (S) Cukup sesuai (S2) S2e S2e-2
S2d S2e-3
Susuai marginal (S3)

Tidak sesuai Sekarang (N1) N1m


Tidak Sesuai (N) N1t
Tidak Sesuai Permanen (N2) N2

Gambar 2.1
Penamaan Kategori Kesesuaian Lahan dari Ordo Sampai Satuan

Ordo Sesuai (S) Sub Kelas (S3t)

S3t-I

Kelas Sesuai Satuan I dari Sub


Marginal(S3) Kelas (S3t)

Gambar 2.2
Cara Penamaan Kategori Kesesuaian Lahan dari Ordo sampai Satuan

20
Berdasarkan data lapangan dan laboratorium parameter lahan dan

klasifikasi kesesuaian lahan untuk berbagai jenis tanaman seperti

budidaya tanaman pangan di daerah penelitian.

2.3 Pendekatan Bentanglahan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan

Bentuklahan (landform) adalah merupakan bagian dari permukaan

bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses

dan struktur batuan selama periode waktu tertentu. Keberadaan

bentuklahan ditentukan oleh faktor-faktor topografi, struktur/batuan, dan

proses eksogenetik (Senawi, 2008).

Sutikno (1991) menyebutkan sebagian aspek utama dalam

geomorfologi telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian

terapan seperti evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan untuk

berbagai tujuan. Sutikno (1995) menguraikan bahwa bentuklahan

mempunyai keterkaitan dengan parameter lingkungan fisik yang lain,

sehingga bentanglahan dipermukaan bumi menjadi suatu daerah yang

memiliki karakteristik yang mirip.

Di bidang survai tanah, geomorfologi sangat membantu dalam

menyusun satuan peta. Hal ini dapat dimengerti bahwa unsur pembentuk

satuan bentuklahan dan tanah sebagian sama yaitu: topografi, batuan

induk dan iklim (Buringh dan Vink dalam Verstappen, 1983).

Goosen, (1972), identifikasi dan pendekatan secara rinci dari

permukaan-permukaan geomorfik dan bentuklahan-bentuklahan

memberikan indikasi perkembangan tanah. Dari bahan endapa aluvial

21
yang sama akan berkembang menjadi tanah berbeda, karena perbedaan

relief dan waktu. Atas dasar karakterisik permukaan geomorfik dapat

dideliniasi satuan-satuan bentanglahannya.

2.4 Kerangka Penelitian.

Perencanaan budidaya tanaman pangan merupakan sarana untuk

meningkatkan daya manfaat lahan, yang merupakan (a) keinginan atau

kebutuhan masyarakat umum ke dalam pola lingkungan hidupnya, dan (b)

sebagai pengungkapan atau kebijaksanaan pemerintah tentang

pengembangan dan pengelolaan lingkungan (Bondan Hermanislamet,

1988)

Tujuan perencanaan penggunaan lahan berdasarkan zona

agroekologi adalah: (a) pemanfaatan lahan yang sesuai dengan

kesesuaian lahannya, (b) menjamin kelestarian lingkungan, (c) menunjang

keinginan/kebutuhan masyarakat, dan (d) mencapai pola pemanfaatan

lahan yang paling tinggi. Dari segi lingkupnya, perencanaan penggunaan

lahan berdasarkan kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di

DAS Plilan; mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan

pengembangannya yang sesuai disetiap zona pengembangan.

Meningkatnya kebutuhan akan lahan sebagai akibat pertambahan

jumlah penduduk yang sangat pesat dan aneka ragam kebutuhan

masyarakat, maka perencanaan pemanfaatan lahan yang berciri

menjamin kelestarian lingkungan perlu digalakan. Dengan kata lain dapat

22
pula disebutkan bahwa pengembangan pemanfaatan sumberdaya perlu

terus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan manusia yang semakin

meningkat, akan tetapi di sisi lain usaha konservasi juga harus dilakukan.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, dapatlah dipahami

bahwa penatagunaan lahan memegang peran pokok dalam perencanaan

dan arahan pengembangan, karena pada akhirnya kegiataan peanfaatan

lahan dilaksanakan di atas bidang-bidang lahan. Seperti telah

diungkapkan di muka pula, bahwa lahan merupakan kesatuan wilayah di

permukaan bumi yang merupakan pengulangan dari sifat-sifat geosfer

yang relatif tetap, baik di atas maupun di bawah wilayah tersebut,

termasuk di dalamnya: tubuh tanah, air, batuan, geomorfologi, udara

(atmosfer), tumbuhan, hewan dan sumberdaya lainnya. Padahal

perencanaan ruang meliputi: tataguna tanah, air, udara . Dengan demikian

jelas, bahwa penatagunaan lahan berarti menata tanah, air, udara dan

sumberdaya lainnya sesuai dengan fungsinya.

Berkaitan dengan kajian kesesuaian sumberdaya lahan untuk

perencanaan penatagunaan lahan , maka harus dipertimbangkan aspek-

aspek pokok lahan yang akan berpengaruh terhadap watak dan

karakteristik fisik lahan. Watak dan karakteristik lahan inilah yang akan

berpengaruh terhadap potensi sumberdaya lahan untuk mendukung

peruntukan yang optimal dan lestari. Keberadaan lahan sebagai ruang

sangat terkait dengan kebutuhan dan kepentingan manusia terhadap

23
lahan tersebut, sedang di sisi lain sumberdaya lahan terbatas, sehingga

untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya, maka terjadi

persaingan pemanfaatan lahan. Adanya persaingan tersebut, berakibat

munculnya suatu kegiatan manusia dalam pemilihan penggunaan lahan

yang bermanfaat.

Analisis kesesuaian lahan didasarkan pada pencocokkan antara

Karakteristik lahan (kualitas lahan) dan Persyaratan Tumbuh Tanaman

padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Zonasi

budidaya tanaman pangan dan arahan pengembangannya berdasarkan

hasil evaluasi lahan yaitu kelas kesesuaian lahan setiap satuan pemetaan.

Satuan pemetaan menggunakan satuan bentuklahan yang digunakan

sebagai dasar untuk pengambilan sampel tanah di lapangan.

Interpretasi peta RBI digunakan untuk memperoleh peta lereng dan

penggunaan lahan tentatif yang akan di tumpangsusunkan sehingga akan

diperoleh peta tentatif bentuklahan. Peta tersebut dijadikan dasar untuk

survai dan pengambilan sampel di lapangan. Sampel tanah dari lapangan

selanjutnya akan dianalisis berupa sifat fisik tanah (tekstur tanah) dan

kimia tanah (pH, KTK,N,P2O5,K2O, dan salinitas). Variabel kualitas lahan

yang lain diperoleh dari pengataman lapangan dan data sekunder.

Analisis kesesuaian lahan diolah dengan program LCLP, hasil yang

diperoleh berupa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan.

Integrasi pendekatan ekologi bentang lahan dengan menggunakan Sistem

Informasi Geografi, digunakan untuk mengetahui sebaran kelas

kesesuaian lahan disetiap satuan bentuklahan dan arahan

24
pengembangannya. Kerangka penelitian secara diagramatis pada

Gambar 2.3

Peta Rupa Bumi


Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 25.000
Skala 1 : 25.000

Digitasi

Peta Lereng Peta Land Use


Skala 1 : 25.000 Skala 1 : 25.000
Overlay

Peta Administrasi Peta Tentatif


Satuan Lahan

Present
Landuse
Survei Lapangan/
Sampel Tanah

Produktivitas
Analisis
Laboratorium

Matching
Kualitas Matching Persyaratan Tumbuh
LCLP
Lahan LCLP Tanaman padi sawah,
padi gogo, jagung,
kedelai dan kacang
tanah.

Integrasi
Pendekatan Ekologi-Bentanglahan
Menggunakan GIS
(Geographic Information System)

Peta Zonasi Budidaya Tanaman Pangan dan


arahan pengembangan

25
Gambar 2.3. Kerangka Penelitian

2.5 Hipotesis

Berdasarkan konsep teori yang ada, diterapkan pada daerah

penelitian, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut ini.

(1) Budidaya pertanian tanaman Pangan di DAS Plilan yang ada saat

ini sebagian besar tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya.

(2) Sesuai penelitian zonasi DAS, maka pada bagian hulu lebih tidak

sesuai untuk budidaya tanaman, bagian tengah lebih sesuai untuk

budidaya tanaman ketela pohon, jagung, kacang tanah dan padi

gogo, dan bagian hilir sesuai untuk tanaman padi sawah.

(3) Kawasan produktif ditentukan berdasrkan kelas kesesuaian lahan

(S1) pada masing-masing zonasi DAS,

26
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan cara

mengumpulkan data-data karakteristik lahan (tanah, lereng, banjir, erosi,

keairan) pada setiap satuan lahan. Pengumpulan data secara sampling,

dan di analisis secara kuantitatif dan spasial.

3.1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sub-DAS Plilan, yang secara

administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Imogiri, Kabupaten

Bantul, dan Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi Sub-DAS Plilan di

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jetis dan Pleret, di sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Dlingo, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Panggang, dan di sebelah barat

berbatasan dengan Kecamatan Pundong.

Berdasarkan peta Rupa bumi skala 1 : 25.000 lembar 1408 – 222

(Sheet Imogiri) daerah penelitian terletak pada 7o57’00” LS – 7o 59’ 00”

LS dan 110o21’00” BT – 110o25’00” BT. Berdasarkan perhitungan luas

Sub-DAS Plilan adalah sekitar 1066,02 hektar atau 10,66 Km2. Sub-DAS

Plilan secara administrasi terdiri dari 9 Pedukuhan yaitu Dukuh Lanteng II,

Kajor Wetan, Kajor Kulon, Srunggo I, Srunggo II, Nawungan II, Kalidadap

II, Banyumeneng I, dan Banyumeneng II.

27
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan Alat penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

(a) Peta Topografi dengan skala 1 : 25.000 atau Peta Rupa Bumi skala

1 : 25.000, untuk mengetahui kondisi morfologi daerah penelitian;

(b) Peta Geologi dengan skala 1 : 100.000, untuk mengetahui kondisi

geologi seperti jenis batuan dan struktur batuan;

(c) Peta Administrasi skala 1 : 25.000, untuk mengetahui luas wilayah,

nama kecamatan, batas wilayah dan informasi jalan;

(d) Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 25.000, untuk mengetahui

informasi tentang penggunaan lahan yang ada di daerah penelitian;

dan

(e) Peta Lereng 1 : 25.000, untk mengetahui informasi mengenai kondisi

kemiringan lereng dan klas kemiringan lereng serta persebarannya;

Kegiatan pengumpulan data sampai dengan pengukuran

(measuring) dan checking di lokasi penelitian. Oleh karena itu peralatan

yang digunakan dalam kegiatan survei ini adalah:

(a) “Soil sampling tools” untuk pengukuran dan pengamatan tanah,

batuan morfologi/morfometri dan proses geomorfologi, (ring

permeabilitas, bor permeabilitas, bor tanah);

(b) “Soil test kit” untuk sidik sifat tanah (morfologi profil tanah) di

lapangan (sifat fisik dan kimia tanah);

28
(c) Program komputer (perangkat lunak) untuk pemrosesan data spasial

hasil interpretasi peta-peta dan analisis spasial/Sistem Informasi

Geografis (SIG) dan Land Clasification Land Use Planning (LCLP);

(d) Perangkat alat laboratorium untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah;

(e) “chek list” dan kuesioner untuk pengumpulan data fisik dan sosial

ekonomi;

(f) kompas geologi untuk pengukuran struktur geologi;

(g) palu geologi untuk pengambilan contoh batuan;

(h) alat tulis-menulis dan formulir isian lapangan;

(i) kamera digital utnuk dokumentasi data;

(j) GPS untuk pengukuran koordinat lokasi, dan

(k) seperangkat komputer untuk pengolahan data spasial denga sistem

informasi geografi (SIG).

3.3. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam 7

komponen yaitu: (1) tanah, (2) iklim, (3) geologi, (4) Vegetasi/penggunaan

lahan, (5) geomorfologi, (6) Hidrologi, (7), kependudukan . Data masing –

masing komponen tersebut dikumpulkan dari survei lapangan dan

instansional. Adapun variabel masing-masing komponen yang akan diukur

di lapangan maupun survei instansional, secara rinci disajikan pada Tabel

3.1.

29
Tabel 3.1 Jenis Data dan Tipe data
JENIS DATA TIPE DATA KETERANGAN
1. Geomorfologi
Kemiringan lereng Primer Survei lapangan
Panjang lereng Primer Survei lapangan
Bentuk lereng Primer Survei lapangan
Kedalaman lapukan Primer Survei lapangan
2. Iklim
Suhu Sekunder Survei intansional
Curah hujan Sekunder Survei intansional
Lama penyinaran matahari Sekunder Survei intansional
Bulan basah/kering Sekunder Survei intansional
3. Geologi
Tipe batuan Sekunder Survei lapangan/interpretasi Peta
Stratigrafi Sekunder Survei lapangan/interpretasi Peta
2. Tanah
Solum, Struktur, Tekstur tanah Primer Survei lapangan/analisis lab
Berat volume, Konsistensi Primer Survei lapangan/analisis lab
Porositas Primer Survei lapangan/analisis lab
Permebilitas Primer Survei lapangan/analisis lab
drainase Primer Survei lapangan/analisis lab
Kadar kapur Primer Survei lapangan/analisis lab
Bahan organik, KTK, PH, alkalinitas Primer Survei lapangan/analisis lab
4. Penggunaan lahan
bentuk penggunaan lahan, Primer dan Survei lapangan
Sekunder
teknik pemanfaatan lahan, Primer dan Survei lapangan
Sekunder
oirentasi/rotasi penggunaan, Primer dan Survei lapangan
Sekunder
produktivitas. Primer dan Survei lapangan
Sekunder
5. Iklim/hidrologi
Erosivitas hujan Sekunder Interpretasi peta
Kepadatan aliran Sekunder Interpretasi peta
6. Hidrologi
Bahaya banjir Primer Survei lapangan
Lama genangan Primer Survei lapangan
7. Kependudukan, Sosial, ekonomi
Jumlah penduduk dan Infrastruktur Sekunder Survei intansional
wilayah

30
3.4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu :

1. Landscape approach

Mendasarkan pada kenampakan bentang alamnya saja. Apabila

dipertimbangkan aspek lainnya yaitu litologi dan genesis hasil

klasifikasinya akan lebih baik. Tidak terkait dengan survei

“morfogenetic”. unit lahan disusun dari hasil tumpang susun

(overlay) peta bentuklahan, lereng dan landuse pada skala yang

sama. Dari hasil overlay tersebut diperoleh satuan lahan untuk

dianalisis guna menentukan kelas Kesesuaian lahan.

2. Parametric approach

Identik dengan”elemental approach” oleh karena itu parameter

yang dipilih dapat disesuaikan dengan persyaratan survei.

Pengolahan data dengan komputer dapat dilakukan. Pendekatan

ini untuk melakukan kesesuaian lahan dengan menggunakan

metode matching. Dalam hal ini penerapan GIS dengan program

komputer ArcView dan Land Capability Land use Planing (LCLP)

sangat diperlukan. Metode matching yaitu mencocokkan antara

persyaratan tumbuh masing-masing jenis tanaman pangan

(kualitas lahan) yang meliputi :Temperatur (t), Rata-rata suhu

tahunan (ºC), Ketersediaan air (w), Bulan kering dan Curah hujan

tahunan (mm), Media perakaran (r), Drainase tanah, Tekstur tanah

dan Kedalaman efektif (cm), Retensi hara (f), KTK tanah dan pH

31
tanah. Ketersediaan hara (n), N total, P205 tersedia, dan K20

tersedia. Kegaraman (c), Salinitas (mmhos/cm), Kondisi Medan (s),

Kemiringan lahan (%), Batuan di permukaan (%), dan Singkapan

batuan (%). Dengan hasil pengamatan lapangan dan uji

laboratorium (karakteristik lahan).

3.5. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei data sekunder

(instansional), yang didukung atau dilengkapi dengan survei data primer

melalui kegiatan pengamatan dan pengukuran lapangan (checking).

a) Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data

angka dan peta tentang keadaan wilayah yang telah tersedia pada

berbagai instansi terkait di daerah penelitian.

b) Survei data primer merupakan kegiatan pendukung berupa

pengumpulan data melalui pengamatan dan pengukuran di

lapangan, serta wawancara semi terstruktur dengan penduduk,

tokoh masyarakat atau lembaga.

3.6. Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam

tiga analisis, yaitu:

3.6.1. Analisis untuk mengetahui tingkat Kesesuaian Lahan

Analisis data dilakukan dengan cara menilai karakteristik lahan

pada setiap satuan lahan dengan menggunakan kriteria klasifikasi lahan.

32
Matching (penjodohan) dilakukan dengan cara menjodohkan variable-

variabel karakteristik lahan, kualitas lahan dengan kriteria kelas

kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman.

Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses

selanjutnya adalah evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara matching

(mencocokan) antara karakteristik lahan pada setiap satuan lahan

dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya

dapat dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program LCLP

ataupun secara manual. Evaluasi dengan cara komputer akan

memberikan hasil yang sangat cepat, walaupun tanaman yang dievaluasi

cukup banyak. Sedangkan dengan cara manual memerlukan waktu yang

lebih lama, karena evaluasi dilakukan satu persatu pada setiap satuan

lahan untuk setiap tanaman.

Hasil penilaian berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari

tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat. Faktor

pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari

karakteristik lahannya. Hal yang sama juga digunakan untuk penentuan

klasifikasi kesesuaian lahan: Klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan

tingkat Suitable atau Non Suitable. Kualitas lahan sebagai prasyarat

tumbuh tanaman dan tingkat kesesuaian laha disajikan pada lampiran.

3.6.2. Analisis untuk mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan

Analisis zonasi budidaya tanaman pangan berdasarkan dari hasil

tingkat kesesuaian lahan tanaman pangan pada setiap satuan

33
bentuklahan yang terdapat di DAS Plilan. Zonasi tersebut terbagi dalam

tiga zona yaitu bagian hulu (upper stream), tengah (middle stream) dan

hilir (lower stream). Pembagian zona DAS Plilan dan hasil tingkat

kesesuaian lahan tanaman pangan di tumpangsusun sehinga akan

diperoleh zonasi budidaya tanaman pangan di DAS Plilan.

3.6.3. Analisis arahan pengembangan kawasan produktif

Analisis arahan pengembangan kawasan produktif dilakukan

dengan cara mengevaluasi hasil kesesuaian lahan, penetapan kawasan

produktif berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, yaitu Kelas sangat sesuai

(S1), cukup sesuai (S2), Sesuai marginal (S3), Tidak sesuai saat

sekarang (N1), dan tidak sesuai permanent (N2).

Kawasan produktif didasarkan pada penggunaan tertentu yang

sesuai lestari, tanpa atau sedikit risiko kerusakan terhadap sumberdaya

lahannya atau lahan hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan

tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta

tidak akan menambah masukan dari yang biasa dilakukan dalam

mengusahakan lahan tersebut.

3.7. Hasil Yang Diharapkan


Hasil dari penelitian ini berupa laporan yang berisi antara lain:

a. kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di DAS Plilan

b. zonasi budidaya tanaman pangan dan

c. Arahan pengembangannya

34
3.8. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan,
yaitu:

a. Tahap Persiapan, meliputi:


 Studi pustaka;
 Inventarisasi jenis data;
 Pencarian sumber data dan orientasi data;
 Pengadaan peta RBI dan peta-peta tematik skala 1:25.000;
 Pembuatan peta dasar skala 1:25.000;
 Rencana teknik dan metode;
 Persiapan orientasi dan survei lapangan; dan
 Konsultasi

b. Tahap Pelaksanaan
 Survei instansional terhadap semua data dasar yang
diperlukan;
 Pengamatan dan pengukuran lapangan sebagai upaya cross
check data, yang dilengkapi dengan wawancara semi
terstruktur dengan penduduk dan lembaga terkait;
 Digitalisasi dan editing peta dasar; dan
 Konsultasi

c. Tahap Penyelesaian/Pelaporan
 Penyusunan thesis hasil pendataan, hasil laboratorium dan
peta hasil digitasi;
 Konsultasi; dan
 Perbaikan peta-peta dan penggandaan.

35
Tahapan penelitian (alir penelitian) secara diagramatis disajikan
pada Gambar 3.1.
Mulai

Studi Inventarisasi Pembuatan Pembuatan


pustaka jenis data Peta Satuan lahan Peta Dasar

Desain
sampel dan
Survai
lapangan

Pengumpulan Pengumpulan
data Primer data Sekunder

Uji Data Sosek dan


Laboratorium Persyaratan
Tumbuh Tanaman

Analisis
pembandinga
n (Matching)

Analisis Tingkat Kesesuaian lahan,


Analisis Zonasi Budidaya tanaman pangan
Analisis Arahan pengembangan

Peta Tingkat Kesesuaian lahan,


Peta Zonasi Budidaya tanaman pangan Seles
Arahan pengembangan Kawasan Produktif ai

36
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.9. Jadual Pelaksanaan


Penelitian penyusunan Tesis ini, dari pemilihan judul hingga

penyerahan Tesis ke bidang pendidikan Program S2 MPPDAS

Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, direncanakan

selama 16 Minggu (4 bulan), dengan rincian kegiatan disajikan pada

Tabel seagai berikut berikut :

Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Penelitian


Minggu bulan tahun 2009
Agustus September Oktober November
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
1. Penelitian dan
persetujuan
Penyusunan
2. Proposal dan
Konsultasi
Pembimbing
Seminar Prposal,
Perbaikan dan
3. Pengesahan
Persiapan Penelitian
dan Konsultasi
4. Pembimbing
Pengumpulan Data,
Sampling Lapangan,
Konsltasi
5. Pembimbing
Penyusunan Data
6. dan Konsultasi
Pembimbing
Analisis Data dan
7. Konsultasi
Pembimbing
Pembahasan Hasil
8. Dan Konsultasi
Pembimbing
Penyusunan Hasil
9. Dan Konsultasi
Pembimbing
10. Seminar Hasil
11. Perbaikan Hasl dan
pengesahan

37
12. Penjilidan Tesis
13. Penyerahan Tesis
DAFTAR PUSTAKA

_________, 1986. PP Nomor. 29 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan


Analisis Dampak Lingkungan, Pemerintah Republik Indonesia.

_________, 1997. UU Nomor. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup, Pemerintah Republik Indonesia.

_________, 2001. SK Menhut Nomor. 52/Kpts-II/2001 , tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pemerintah
Republik Indonesia.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor


Press, Bogor.

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dasmann. 1980. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan. Terjemahan Idjah


Soemarwoto. Jakarta: Gramedia.

Dent, D. and A. Young.1981. Soil Survey and Land Evaluation. George


Allen and Unwin (Publisher) ltd London.

Djaenudin, D, Marwan H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis


Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. 2000. Balai
Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor.

FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation FAO Soil Bulletin 32, Soil
Resources Management Conservation Service, Land and Water
Development Division.83.

Karmono, M. 1985. Pemanfaatan Penelitian Sumberdaya Lahan,


PUSPICS-Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta.

Kurniawan, A. 2006. Petunjuk Praktikum Studio II MPPDAS, Fak.


Geografi, UGM, Yogyakarta.

Malingreau, J.P. 1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra


untuk Inventarisasi dan Analisanya, Pusat Pendidikan interpretasi
Citra Penginderaan jauh dan survei Terpadu UGM-BAKO-
SURANAL, Yogyakarta.

Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Jepan: Souders College Publishing Holt.
Rinehart Winston The Drycle Press.

38
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan, Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Ritohardoyo, S. 2002. Penggunaan dan Tata Guna Lahan, Bahan Kuliah


Fak.Geografi, UGM, Yogyakarta.

Sayogya. 1982. Ekologi Pedesaan, Sebuah Bunga Rampai, Bogor:


Yayasan Obor Indonesia-IPB.

Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Penerbit Tarsito,


Bandung

Subandi, A. 2001. Tanggapan Masyarakat Terhadap Daya Dukung Lahan


Pertanian Untuk Pembangunan Desa Tepus Kabupaten Gunung
Kidul, Skripsi Program Studi Geografi, Universitas Gadjah Mada,
tidak dipublikasikan.

Suyono. 1996. Analisis Sistem Bentang Lahan, (Tingkat Bahaya Erosi dan
Kemampuan Lahan), Bahan Kuliah Program MPPDAS, Sekolah
Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Supirin. 2004. Plestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Soemarwoto, O. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Penerbit


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yunianto. T. 2007. Analisis Sistem Bentang Lahan, (Tingkat Bahaya Erosi


dan Kemampuan Lahan), Bahan Kuliah Program MPPDAS,
Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

39

You might also like