You are on page 1of 19

SUCI RAHMI

0907101010137
PEMBIMBING
Dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.P
MDR-TB (Multi Drug Resistant Tuberculosis)
adalah resisten minimal terhadap Rifampisin
dan Isoniazid dengan atau tanpa OAT lainnya.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan melemahkan kemampuan
tubuh kita. AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) kumpulan gejala atau
sindrom akibat menurunnya kekebalan
tubuh, sehingga berdatanglah penyakit yang
lain.
Meskipun pengobatan Multidrug-resistant dan
Extensively-drug-resistant Tuberculosis (MDR-TB &
XDR-TB) dan obat-obatan Antiretroviral (ART) telah
terbukti memulihkan gejala pasien, pengobatan pada
pasien MDR-TB yang disertai infeksi HIV tetap saja
menjadi sebuah tantangan besar
Kini, sangat sedikit penelitian yang melaporkan efek
samping yang timbul pada pasien yang berobat jalan
Tujuan: menggambarkan efek samping yang terjadi
pada pasien MDR-TB disertai infeksi HIV yang
menjalani pengobatan anti tuberkulosis lini kedua dan
atiretroviral dan membangun tingkat resolusi terhadap
efek samping setelah manjemen dan frekuensi yang
tepat serta pemantauan untuk deteksi dini efek
samping selama pengobatan.

DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif,
desain cohort observasi dengan menggunakan
data yang telah terkumpul secara rutin.
LANGKAH DAN POPULASI PENELITIAN
Inklusi: semua pasien yang terinfeksi HIV disertai
MDR-TB dan suspek MDR-TB dengan temuan
klinis dan riwayat pengobatan TB, dan pasien yang
baru memulai pengobatan MDR-TB/ ART diantara
Mei 2007 dan September 2011, merupakan
kriteria inklusi penelitian ini. Pasien di pantau dari
awal pengobatan


Semua pasien menerima pengobatan hingga pasien
menjalani pengobatan rawat jalan melalui program
berbasis masyrakat dengan regimen yang telah diatur
berdasarkan hasil Drug Susceptibility Test (DST)
Regimen pengobatan yang telah terstandarisasi terdiri
dari 6 macam obat, yaitu: Pyrazinamide, Capreomicyn,
Moxifloxacin, ethionamide, Cycloserin dan p-
aminosalicylic acid selama 20 bulan (PAS).
Dokter memeriksa pasien secara klinis setiap dua
minggu pada pengobatan bulan pertama dan sebulan
sekali setelahnya.
Dua Nucleoside/ Tide Reverse Transcriptase
inhibitors (NRTIs) dan satu Non-Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) yang
digunakan untuk pasien yang mengkonsumsi ART
lini pertama, sementara pasien yang
membutuhkan ART lini kedua menerima regimen
protease inhibitor yang sama dengan NRTIs.
Informasi demografi dan klinis secara sistematis
dicatat dalam file standar yang dirancang khusus
untuk suatu program
Informasi tentang HIV dan terapi antiretroviral
dikumpulkan dalam file pasien yang sama tetapi
dimasukkan dalam database yang terpisah.
Karakteristik pasien saat masuk ke dalam program
pengobatan MDR-TB dan timbulnya efek samping
hingga akhir periode penelitian dirangkum dengan
menggunakan statistik deskriptif. Kami menggunakan
uji chi-square dan uji Fisher untuk menilai perbedaan
antara kategori variabel.
Karena penelitian ini merupakan pengumpulan
data yang dilakukan dari pemantauan secara rutin,
informasi persetujuan dari pasien tidak
didapatkan. Suatu komitee etik ternama secara
khusus menyetujui dan membebaskan tindakan
inform consent.

KARAKTERISTIK PASIEN
-Pada Mei 2007 -September 2011 sebanyak 81 pasien
yang terinfeksi HIV didiagnosis dengan MDR-TB (67
bakteriologis dikonfirmasi dan 14 belum dikonfirmasi)
dan terdaftar di klinik MSF.
-Dari jumlah tersebut, 67 pasien HIV/ MDR-TB
koinfeksi (53 dikonfirmasi dan 14 belum dikonfirmasi)
yang telah menerima sekurang-kurangnya dua minggu
terapi anti MDR-TB dilibatkan kedalam dalam analisa
selanjutnya.
-29 pasien (43,3%) perempuan dan 2 pasien (3,0%)
adalah individu transgender. Usia rata-rata pasien
adalah 35,5 tahun (kisaran interkuartil 30,5-42)
Secara keseluruhan, 59 pasien (88,1%) menderita TB paru, 12 diantaranya
didiagnosis dengan tuberkulosis paru dan ekstra-paru. 3 pasien didiagnosis
dengan Entensively Drug-Resistant Tuberkulosis (XDR-TB), semua kecuali 5
pasien (92,5%) telah menerima pengobatan TB sebelumnya. Setengah dari
pasien memiliki riwayat paparan obat TB lini kedua sebelumnya
(fluoroquinolones). Median durasi penggunaan narkoba suntik adalah enam
bulan (kisaran 0,5-24).
Rata-rata nilai CD4 pasien MDR-TB dengan pengobatan inisiasi adalah 152
sel/ ul (IQR: 91-220). 44 pasien (65,7%) yang mengkonsumsi ART sebelum
didiagnosis MDR-TB telah dibuat. Dari 23 subjek yang tidak memakai ART
pada terapi TB fase inisisasi, 19 pasien memulai pengobatan rata-rata 1,1
bulan setelah memulai pengobatan MDR-TB (IQR: 1,1-4,7). 4 pasien yang
tidak pernah memulai pengobatan ART: salah satu dari mereka tewas dan tiga
hilang dari pematauan. Tiga puluh tiga dan sepuluh pasien masing-masing
diobati dengan lini pertama, berbasis NNRTI ART dan lini kedua protease
inhibitor berbasis ART.


Hasil pengobatan termasuk respon
immunologis, yang ditandai dengan
peningkatan CD4. Secara keseluruhan, pada
akhir tahun 2011, di antara 67 pasien yang
sedang menjalani pengobatan, 13 pasien
(19,4%) berhasil diobati (sembuh atau
menyelesaikan pengobatan), 14 pasien
(20,9%) meninggal, 9 pasien lalai dalam
berobat (13,4%), 2 pasien (3,0%) gagal
pengobatan dan 29 pasien (43,3%) masih
hidup dan dalam masa pengobatan.

Secara keseluruhan, 71%, 63% dan 40%
dari pasien masing-masing mengalami
satu atau lebih efek samping ringan,
sedang atau berat
Efek samping paling sering timbul dengan
pemberian sycloserin, etionamid dan p-
aminosa- asam lisilik. Ada 151 episode
efek samping selama penelitian, 29 dari
mereka memilki efek samping yang berat.

Peristiwa yang mengancam jiwa jarang
ditemukan.
1 pasien mengalami hipokalemia berat delapan
minggu setelah pengobatan inisiasi.
2 pasien (3,0%) mengalami gangguan ginjal yang
parah, yang didiagnosis setelah 16 dan 24 minggu
menjalani terapi.
Tidak ada kasus drug-induced hepatitis dalam
kelompok ini.
Gejala gastrointestinal paling sering terjadi,
hampir setengah dari pasien, setelah 9 minggu.
Neuropati perifer terjadi pada 25 pasien (37%),
dengan delapan pasien menderita neuropati
parah.

Hipotiroid juga sering terjadi, hampir sepertiga
dari pasien (31%) memiliki perubahan pada tes
fungsi tiroid, dengan waktu rata-rata pengobatan
MDR-TB 16 minggu.
Efek samping psikiatri juga sering terjadi pada
awal pengobatan, hampir sepertiga pasien
mengalami gangguan kejiwaan
Hipokalemia sering terjadi (22%) setelah rata-rata
16 minggu pengobatan.
Efek samping terjadi lebih awal kira-kira 2-4 bulan
stelah penggunaan obat TB.
27 pasien (40%) menghentikan pengobatan secara
permanen setidaknya satu obat yang bermasalah
(paling sering PAS dan sycloserin) karena suatu
peristiwa yang merugikan.
Sebelas pasien dirawat di rumah sakit karena efek
samping. Alasan utama rawat inap adalah adanya
penyakit penyerta yang mengancam jiwa
(gangguan ginjal berat, hipokalemia), kejang atau
gangguan kejiwaan berat. 3 pasien meninggal
selama rawat inap, delapan pasien dipulangkan
dengan status sembuh.
Timbulnya efek samping tidak terdapat adanya
perbedaan antara laki-laki dan perempuan atau
antara pasien berusia 36 tahun dan pasien lebih
tua, pasien dengan tuberkulosis paru dan
tuberkulosis ekstra paru.
Lima dari 34 pasien yang memakai efavirenz
menimbulkan gejala kejiwaan yang parah
dan penghentian pengobatan.
15 pasien yang memakai tenofovir dan obat
suntik anti-TBC, 2 diantaranya mengalami
gagal ginjal yang memerlukan penghapusan
tenofovir dari regimen antiretroviral

Penghentian pengobatan karena efek samping
yang timbul sering dilakukan.
Tidak ada pasien koinfeksi dalam penelitian ini
yang memerlukan penghentian pengobatan anti-
TB atau ART secara permanen.
Ada beberapa temuan yang menarik dalam
penelitian ini. Efek samping yang sering timbul
dalam penelitian pada pasien HIV jarang terjadi
daripada penelitian di Afrika Selatan.
3
tetapi relatif
lebih sering dibandingkan laporan penelitian
kohort di Peru.
Keterbatasan pada penelitian ini:
- Efek samping lainnya yang belum terdeteksi
- Jumlah sample yang sedikit
- Hasil penelitian mungkin tidak berlaku untuk
populasi lainnya
- Fasilitas diagnostik terbatas
- Pengawasan terhadap pemantau hanya
dilakukan di awal penelitian sehingga timbul
bias peneliian


TERIMA KASIH

You might also like