Professional Documents
Culture Documents
Pembahasan
Selanjutnya mari kita cermati dan kita tela’ah kembali ajaran Islam, agama
yang diridlai Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidupnya di dunia yang sedang kita jalani sekarang ini, maupun kebahagiaan hidup yang
haqiqi di akhirat kelak.
Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam
di tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang
besar bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka. Allah SWT
berfirman :
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. [QS. Al-Anbiyaa' : 107]
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke
jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus. [QS. Al-Maaidah : 15-16]
Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah
mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain,
menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar
membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita
(tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga mengetahui
jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang
menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan
permusuhan, sebagaimana peringatan Allah dalam surat Ali Imran : 103
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara … [QS. Ali Imran 103]
Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya
Nabi Muhammad SAW membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah
manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang.
Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di mana-
mana seperti sekarang ini.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai
kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji,
sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, antara lain :
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah :
128]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat
lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada
manusia, maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan
yang dirasakan oleh manusia tersebut.
Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang
yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad juz 7, hal.
410, no. 20874]
Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang
(kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih sayang,
melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. [HR. Thabrani dalam Al-Kabiir juz 2,
hal. 306, no. 2274]
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang ‘Arab gunung kencing di
masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman. Kemudian melihat
kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda :
Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit.
Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. [HR. Bukhari, juz 1, hal.
25 ]
Setelah kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus peribadi Rasulullah
SAW yang diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul Islam ke seluruh ummat
manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak
belakang dengan ajaran Islam.
Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap
jiwa manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari bertemu musuh
agar tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa bertemu dengan musuh, jangan
takut dan jangan dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah
dihadapi dengan shabar dan tabah, karena surga di bawah bayangan pedang.
Oleh karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan
bahwa "politik itu kotor", karena dalam mencapai tujuannya dengan menghalalkan segala
cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi seorang muslim haram
hukumnya mendukung, mengikuti alur politik yang menghalalkan segala cara dalam
mencapai tujuan politiknya.
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh berpolitik, tidak
boleh meraih kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar dari bingkai Islam,
dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan mengharap ridla Allah semata-mata.
Itulah buah tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak akan tumbang walaupun
dihempas badai topan yang dahsyat.
Untuk menumbuhkan pohon-pohon yang baik seperti itu perlu menanam dan
memelihara dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan ikhlash, semata-mata karena
Allah, tidak mudah tergiur dengan tipudaya dunia yang dapat membelokkan cita-cita
yang mulia.
Oleh karena itu ketika Rasulullah mendapat tawaran materi, bahkan akan
diangkat menjadi raja (penguasa) di negeri itu asalkan beliau mau berhenti dari
dakwahnya, dengan tegas beliau menjawab, “Andaikata kamu dapat menaruh bulan dan
matahari di kedua tanganku, aku tidak akan berhenti berdakwah, sehingga agama Allah
ini menjadi terang (menjadi kehidupan manusia) atau aku mati karena membelanya”.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
Penekanan pada akhir ayat tersebut perlu mendapat perhatian bagi kita semua,
terutama para politikus muslim, “Barangsiapa tetap kafir sesudah janji itu”, maksudnya :
Dengan memilih cara lain dalam mencapai tujuannya dan meninggalkan jalan yang
dijanjikan oleh Allah, yakni dengan memperkokoh iman serta memperbanyak amal
shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.
Dan Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasiq. [QS. At-Taubah : 24]
Kaum politisi yang ada sekarang sekalipun muslim, pada umumnya tidak
mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan praktek yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Mereka berjuang hanya untuk memperoleh kursi (kedudukan).
Maka tidak ada kegiatan dakwah untuk membina ummat secara serius agar
mempunyai landasan dasar tauhid yang kuat seperti pohon yang baik sebagaimana yang
digambarkan oleh Allah SWT.
Dengan alasan kesibukan tugasnya sebagai RT sudah tidak ada waktu lagi
(tidak ada tempat) untuk membina ummat, berdakwah, menyelenggarakan pengajian dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain guna memperbaiki aqidah dan pengamalan
agamanya dalam kehidupan sehari-hari,
Kalau demikian keadaannya, apa yang kita harapkan dari kaum politisi untuk Islam ini ?
Politikus Islam pun kadang lepas dari kendali agama, dengan entengnya menghina,
merendahkan, bahkan memfitnah untuk menjatuhkan sesama muslim, hanya karena
berbeda aspirasi politiknya, bahkan sampai menghalalkan darahnya.
Nabi SAW telah memperingatkan juga bahwa sesama muslim adalah saudara dan haram
darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. Namun itu semua tidak diindahkan.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini semoga dapat menjadi jembatan,
menyadarkan para politikus muslim, hendaklah mempererat persaudaraan sesama
muslim, walaupun berbeda partai, tetapi tetap membawa misi yang sama :
Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan agama Islam
tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.
Al-Farabi juga diyakini sebagai penemu dua alat musik, yakni rabab dan
qanun. Ia menulis tak kurang dari lima judul kitab tentang musik. Salah satu buku
musiknya yang populer bertajuk, Kitabu al-Musiqa to al-Kabir, atau The Great Book of
Music. Berisi teori-teori musik dalam Islam.
Kontroversi tentang musik seakan tak pernah berakhir. Baik yang pro maupun
kontra masing-masing menggunakan dalil. Namun bagaimana para sahabat, tabi’in, dan
ulama salaf memandang serta mendudukkan perkara ini? Sudah saatnya kita mengakhiri
kontroversi ini dengan merujuk kepada mereka.
Musik dan nyanyian, merupakan suatu media yang dijadikan sebagai alat
penghibur oleh hampir setiap kalangan di zaman kita sekarang ini. Hampir tidak kita
“Dan diantara mereka (ada) orang yang mempergunakan LAHWAL HADIST (kata- kata
tak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai bahan olok- olokan. Mereka itu memperoleh Adzab
yang menghinakan” (Surat Luqman: 6).
Menurut sebagian ulama’, LAHWAL HADIST disini yang dimaksud adalah
“Nyanyian,”. Jadi nyanyian itu haram hukumnya.
Menurut Ibnu Hazm, argument itu tidak benar, karena ada kalimat lanjutannya
yaitu:…. “Untuk Menyesatkan Manusia dari Jalan ALLAH Tanpa Pengetahuan dan
Menjadikan Jalan Allah Itu Sebagai Olok- olokan”. Menurut Ibnu Hazm ini menunjukkan
bahwa perkataan apa saja, termasuk ucapan, berita, informasi, nyanyian yang bersifat
menyesatkan dan memperolok- olokkan agama Islam/atau Allah adalah haram, bahkan
kufur, Naudzubillaahi min dzaalik. Sedang yang tidak bersifat mengolok- olok dan tidak
untuk menyesatkan manusia adalah mubah, sejauh- jauhnya makruh, Sesuai hadist Nabi:
YANG MEMBOLEHKAN
Yang membolehkan mereka berhujjah (ber- argument) dengan hadist- hadist berikut:
1. Hadist riwayat Bukhori dan Imam Ahmad menceriterakan dari A’isyah, bahwa
dia suatu saat membawa penganten wanita kerumah mempelai pria dari sahabat
Anshor. Maka Nabi pun bersabda pada A’isyah:
” Ya A’isyah. Mengapa tak membawa musik/ hiburan untuk mereka?
Sesungguhnya orang Anshor itu suka musik/ hiburan.”
2. Imam Ibnu Majah menceriterakan dari Ibnu Abbas, bahwa suatu saat A’isyah
menikahkan salah satu kerabat wanitanya dengan lelaki Anshor. Rasulpun bertanya:
“Apakah engkau mengirim bersamanya seseorang yang dapat bernyanyi?” A’isyah
menjawab: “Tidak”. Maka Rasul pun bersabda:
“Sesungguhnya kaum Anshor itu suatu kaum yang menyukai hiburan. Alangkah
baiknya jika kau kirimkan bersama mempelai wanita itu, seorang penyanyi yang
berdendang: Kami datang…kami datang pada kalian. Sejahteralah kami,,,sejahteralah
kalian…
3. Imam Nasa’I dan Hakim meriwayatkan dari jalan Amr bin Sa’d, dia berkata:”
suatu saat saya datang kerumah Qordhoh bin Ka’ab dan Abu Manshur Al- Anshori
ketika tengah ada walimatul Ursy. Tiba- tiba ada budak- budak perempuan menyanyi.
Saya pun bertanya: Wahai dua sahabat Rasulullah, Ahlul badar melakukan ini
dirumah kalian?” Mereka menjawab: ” Jika kamu suka duduklah kamu, jika tak suka
silahkan tinggalkan tempat ini. Di Walimatul Ursy kita dapat keringanan untuk
mengadakan hiburan”. Imam Nasa’I dan Hakim mensahihkan hadist ini.
Sebagian Ulama mensyaratkan bahwa rukhsoh dan kemudahan itu diberikan saat
walimatul ursy seperti pada riwayat - riwayat tersebut diatas.
4. Imam Asy- Syaukani dalam kitabnya Nailul Author mengatakan: “Penduduk
Madinah dan orang- orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan Ad-
Dhohiriyah dan dari kalangan ahli sufi berpendapat bahwa nyanyian itu ada
Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku
adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [266].
Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
( Q.S. an-Nisa aya t: 3 )
Beberapa ulama kontemporer seperti Syekh Muhammad Abduh , Syekh
Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan (ketiganya ulama terkemuka Al Azhar
Mesir) lebih memilih memperketat penafsirannya. Muhammad Abduh dengan melihat
kondisi Mesir saat itu (tahun 1899), memilih mengharamkan poligami. Syekh
Muhammad Abduh mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa
khawatir akan berlaku tidak adil..Saat ini negara Islam yang mengharamkan poligami
hanya Maroko. Namun sebagian besar negara-negara Islam di dunia hingga kini tetap
membolehkan poligami, termasuk Undang-Undang Mesir dengan syarat sang pria harus
menyertakan slip gajinya.
Nabi Muhammad, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada
delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun.
Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa
wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali
Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar).
Dalam kitab Ibn al-Atsir, sikap beristeri lebih dari satu wanita yang
dilakukannya adalah upaya transformasi sosial. Mekanisme beristeri lebih dari satu
wanita yang diterapkan Nabi adalah strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan
dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang
perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri
sebanyak mereka suka.
Sebaliknya, Nabi membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-
wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari satu wanita.
Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh
perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang
dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin
al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami
yang awalnya tanpa batas sama sekali.
Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya. Syarat ini telah disebutkan oleh
Allah (SWT) dengan firman-Nya;
"Maka berkawinlah dengan siapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain):
dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)
Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan
perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat
orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan isteri atau ada
pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua
orang isteri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan
lebih dari empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperolehi isteri.
"Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri
kamu), maka (kawinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba
perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah)
supaya kamu tidak melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)
Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika
akan berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang
isteri, cukuplah tiga orang sahaja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil,
cukuplah dua sahaja. Dan kalau dua itu pun masih khuatir tidak boleh berlaku adil, maka
hendaklah menikah dengan seorang sahaja.
"Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah
seorang di antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari
kiamat dia akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh sebelah."
(Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal)
Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami
terpelihara dari sikap curang yang dapat merosakkan rumahtangganya. Seterusnya,
diharapkan pula dapat memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta
menghindarkan rasa dendam di antara sesama isteri.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Surah an-Nisa
ayat 129 yang berbunyi;
"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu
sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu
cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)
sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-awang)."
"Adil yang dimaksudkan di sini ialah 'kecondongan hati'. Dan ini tentu amat sulit untuk
dilakukan, sehingga poligami adalah suatu hal yang sukar untuk dicapai. Jelasnya,
poligami itu diperbolehkan secara darurat bagi orang yang benar-benar percaya dapat
berlaku adil."
Penutup
a) Kesimpulan
Pandangan Islam mengenai hak asasi manusia adalah dilindungi secara penuh
atau keseluruhan hak asasi manusia perlu dijaga dan dihormati.kecuali kalu sudah
melampaui batas.
Pandangan islam mengenai teroris.
Dalam islam tidak dibolehkan untuk melakukan aksi aksi terror atau menakut-
nakuti. Bahkan dalam firman allah yang berbunyi :
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah :
128]
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. [QS. Al-Anbiyaa' : 107]
Dari ayat diatas jelas bahwa kita sebagai orang yang mukmin dilarang untuk
melakukan pembunuhan dan begitu pula menakut-nakuti.
Mengenai musik ada yang memperbolehkan dan ada yang tidak memperbolehkan
“Dan diantara mereka (ada) orang yang mempergunakan LAHWAL HADIST (kata- kata
tak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai bahan olok- olokan. Mereka itu memperoleh Adzab
yang menghinakan” (Surat Luqman: 6).
Menurut sebagian ulama’, LAHWAL HADIST disini yang dimaksud adalah
“Nyanyian,”. Jadi nyanyian itu haram hukumnya.
Dengan catatan harus berperilaku adil sebagaimana yang tercantum dalam firman
"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu
sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu
cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)
sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-awang)."
b) Saran
Dari saudara atau saudari pembaca makalah ini kami mohon untuk kritik dan
saranya,apabila ada penulisan yang salah dan kurang tepat saya mmohon ma’af sedalam
dalamya. Dan mungkin kritik-kritikan yang saudara atau saudari berikan akan menambah
masukan yang lebih bermanfaat