You are on page 1of 2

HASIL PEMBAHASAN REVISI PTO PNPM MPd 2014

Hari / Tanggal : Rabu / 17 Sept 2014


Waktu : 14.00 s/d 19.00 WIB
Tempat : Lantai 3 Ruang Meeting Direktur KPM, PMD
Pasar Minggu Jakarta Selatan
Peserta :
1. F. Gatot Yanrianto, SE.Msi (Direktur Kelembagaan & Pelatihan Masyarakat, PMD)
2. Drs. Benni Irwan, Msi. MA ( Kasubdut Pembangunan Partisipatif )
3. Dwi Purnomo ( Ketua Umum Asosiasi UPK Nasional )
4. Puji Raharjo ( Bendahara Umum Asosiasi UPK Nasional )
5. Kikis Kirwono ( Ketua III / Bid. Informasi, Media Masa & Komunikasi Asosiasi UPK Nasional )
6. Suyadi ( PMD)
7. Sriyono ( PMD )
8. Maizir Akhmadin ( PMD )
9. Agung Hammengku Budi ( NMC )
10. Budi Nurwahyuni ( NMC )
11. Lendi Wibowo ( NMC )
12. Wahana Indera Cahya ( NMC )

ISI BAHASAN :

1) Pengadaan barang & Jasa dilakukan oleh UPK langsung ke rek supliyer :
NMC menemukan di beberapa tempat TPK memegang kas tunai dengan jumlah yang besar
dalam waktu yang lebih 5 hari ; untuk menghindari mark up harga oleh TPK ; menghindari
praktik permainan cash back TPK dengan supliyer ; membantu UPK dalam hal pembuktian audit
kaitannya dengan pengadaan barang TPK.
Kami memaparkan implementasi di lapangan bahwa banyak TPK yang kecewa, bahwa TPK juga
penggali swadaya.
Point ini akan di perjelas dan diperhalus agar TPK tidak kecewa / merasa tidak dipercaya
mengelola dana
2) Specimen tanda tangan rek. UEP / SPP yang tanpa tanda tangan UPK :
Kami memaparkan bahwa pengelola UEP/SPP itu adalah UPK tapi kenapa UPK tidak dilibatkan
dalam specimennya.
NMC menemukan 382 UPK yang specimennya hanya Ketua UPK maka untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan dan untuk memisahkan antara account manajemen dan cash
manajement.
Pengelolaan dan pemegang rekening tetap berada pada UPK
3) Pembukaan Rekening BKAD :
Kami memaparkan bahwa dulu dana Surplus untuk Kelembagaan tidak dibenarkan apabila
direkeningkan sendiri , tetapi kenapa PTO 2014 justru agar direkeningkan sendiri. Padahal kalau
close dari neraca itu justru UPK akan sulit memantaunya.
NMC, hal itu adalah untuk memberdayakan pengurus BKAD dan agar dapat mencegah overhead
beban operasional UPK ; beaya BP, TV dan Tim Pendanaan, bonus, biaya musyawarah-
musyawarah itu bersumber dari rek BKAD tersebut.
Berkaitan dengan ini maka kami minta agar porsentase BKAD tersebut lebih dirinci, karena yang
terjadi dilapangan BKAD salah tafsir terhadap dana tersebut, sebagai misal : bonus harus
diperjelas untuk siapa dan % besarannya
Maka untuk petunjuk ini akan direvisi tetapi Wahana (NMC) minta waktu untuk melakukan
simulasi penghitungannya.
4) Kecuali itu kami juga minta klarifikasi tentang batasan maximum operasional UPK dalam PTO
adalah 75% tapi implementasi di lapangan banyak faskab membatasi maxsimum 35% / 40%.
Padahal di Reward Kelompok / IPTW masuk dalam kompunen biaya.
NMC, jelaskan bahwa batasan yang diberikan adalah seperti yang tertera dalam PTO, tdk ada
instruksi agar maximum 35% / 40%.
NMC akan melakukan penghitungan besaran % untuk Reward Kelompok / IPTW
5) Operasional UPK yang tidak memperbolehkan untuk THR / Tunjangan, ini berkaitan dengan
penataan kelembagaan :
Kami sampaikan bahwa lembaga yang sudah ada sebelum PTO 2014 itu sudah baik dan bisa
berjalan , kalau ada penyimpangan itu bukan karena struktur kelembagaannya tetapi itu karena
lembaga-lembaga pendukung yang kurang optimal jalankan jobdesnya. Dan kami menolak
periodesasi itu bukan kami tidak mau dibatasi, tetapi kami ingin ada sistem pengkaderan yang
baik dengan ketentuan batasan usia pensiun dengan pertanggung jaaban setiap tahun.
NMC, sejarah UPK dulu adalah dibentuk secara politis, kemudian PTO 2014 diusahakan agar
UPK (yang sekarang) itu menjadi lembaga yang profesional / permanen , tetapi program masih
membutuhkan UPK yang bersifat politis untuk itu dibuat desaign agar keduanya terakomodir
dengan membentuk PDP dan PDB. Dalam PTO dijelaskan UPK (yang sekarang) dapat memilih
akan menjadi yang bersifat politis atau yang bersifat profesional, hal ini karena ada daerah yang
punya aset perguliran kecil tetapi dana 2% BLM besar.
Dijelaskan dalam paparan tersebut dibawah :
i. Yang berwarna kuning (BKAD, BP, UPK (yang akan dibentuk), TV adalah bersifat politis,
untuk itu periodik
ii. Yang berwarna merah (UPK yang sekarang / PDB) diprofesionalkan & bersifat permanen
; mengacu pada AD/ART, SOP masing-masing daerah. Tafsirnya tidak diperiodesasi
iii. Operasional UPK yang kuning bersumber dari 2% BLM, yang mengacu ketentuan dalam
PTO, sebagai misal tidak boleh untuk THR dsbnya itu
iv. Operasional UPK (yang sekarang/PDB) bersumber dari jasa pinjaman, RAB tergantung
pada MAD, untuk THR diperbolehkan tetapi harus masuk pada kompunen honor / biaya
karyawan
Kami paparkan bahwa yang terjadi dilapangan tidak begitu sosialisasinya, tetapi Faskab/FK
mensosialisasikan bahwa BKAD besuk akan mendapat honor minimum UMR, jabatan semua
pelaku dibatasi 3 tahun 2 kali masa jabatan, perlu segera dilakukan penataan kelembagaan.
Kalau apa yang dimaksud PTO demikian berarti ada yang salah dalam menafsirkan PTO, maka
kami minta ada Nota Dinas / memo / Edaran agar bisa memahamkan Faskab/FK
Dengan penjelasan tersebut maka Bpk. Gatot bilang dan perintahkan pada P. Suyudi agar segera
mengagendakan / mengundang korprov dan PjOProv dan jadwalkan untuk turun gunung ke
daerah. Selain itu Bpk. Gatot juga bilang bahwa PTO itu untuk 1 tahun anggaran
program/proyek, 2015 UU Desa akan berlaku, konsep yang ada di PTO jangan berbicara pasca
program sebab kita belum tahu bagaimana konsep tahun depan, bisa jadi konsep BKAD saat ini
lain dengan konsep yang ada di UU Desa.
Sementara itu Bpk. Agung meminta Wahana agar membuat petunjuk khusus untuk Faskab.
Kemudian kami tanyakan apakah kecamatan pasca juga harus membentuk UPK/PDP ?
Jawabnya tidak karena tidak ada program.
Bagaimana kecamatan program, padahal saat ini program sudah berjalan hampir habis ?
Jawabnya kita liat besuk Desember bagaimana


Demikian yang dapat kita lakukan, dalam diskusi kemarin. Trim Kasih

You might also like