Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Suatu percerai yang terjadi antara suami istri secara yuridis memang
mereka tidak mempunyai hak dan kewajiab diantar keduanya, terutam pada
saat si istri sedang menjalani masa iddah. Se bagaiman firman Allah SWT.
Dalam surat at- thalaq ayat 6 :1
1 Sabiq, Sayyid, Fiqih jilid VIII. Terj. Drs. Muh. Tholib, PT Al Ma’ruf. Bandung. 1987
iv
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
B.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka
dapat dirumuskan beberapa poko permasalahan yang merupakan sentral
pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana nafkah iddah menurut hukum Islam
C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan punulisan adalah :
1. Untuk mengetahui nafkah iddah menurut hukum Islam
D.Metode Penulisan
Adapun metode dalam penulisan malakah ini adalah
Pengumpulan data
a.Sumber data
Data yang dikumpulkan yang menjadi sum ber pembahasan daslam
makalah ini mencakup Al-Qur’an, Al-hadits dan buku-buku ilmiah y ang
relevan dengan pembahasan makalah ini.
b.T eknik mengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan yang dimaksud merupakan menifistasi yang
telah dilaksanakn melalu pembmelajaran, membaca dan mentelaah
perpustakaan dengan megumpulkan beberapa reverensi yang relevan
iv
dengan permasalahan makalah ini.
c. Analisa data
Setelah seluruh dta terkmpulakanmaka mbarulah langkah selanjutnya
penyusun menentukan bentuk pengelolaan terhadap data-data tesebut
antara lain :
1)Deduktif yaitu cara berfikir yang titik tolaknya dari
kebenaran-kebenaran yang sifat umum menuju ke arah
sifat yang khusus.
E.Sistematika Pembahasan
Adapun ini terdiri dari tiga bagian dan masing-masing bagian disusun
tujuan pe nulisan metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II berisi tentang tujuan umum tentang masa iddah yag meliputi
antara lain : pengertian iddah, dasar hukum iddah, macam-macam
iddah,hikmah disyariatkan iddah, dan kewajiban suami istri pada masa iddah.
Bb III berisi tentang hasil analisa sehingga menjadi kesimpulan
sebagai bagian penutup, bagian juga berisi tentang kesimpulan dan saran.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A.Kajian Dalil
1.Pengertian Iddah
Untuk memudahkan pembhasan kita mengenai pengertian iddah ini,
maka penulis mengungkapkan dan menyajikan dari dua segi yaitu segi
bahasan da seg istilah.
Dari segi bahasa sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentag nafkah
iddah terlebih dahulu penulis kemukakan arti iddah di tenjau dar segi
bahasa, iddah berasal dari kata yang mempunyai arti bilangan ata
hitungan. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi bahasa, maka iddah
adalah untuk menujukkan pengertian hari-hari haid atau hari suci pada
wanita.2
Dari segi istilah para ulama telah merumuskan pengertian iddah
dengna rumusan bahwa iddah adalah suatu tenggang waktu tertentu yang
harus dijalani seorang perempuan sejak ia berpisah. Baik pisah thalaq
ataupun di tinggal mati suami. Dalam hal ini wanita (istri) tidak boleh
kawin dengan laki-laki lain sebelum habis masa iddahnya. Dengan
demikian dapat diambil suatu pengertian bahwa iddah mempunyai
beberapa unsur yaitu :
a.Suatu tenggang waktu tertentu
b.Wajib dijalani si bekas istri
c.Karena dicearai atau ditinggal mati oleh suaminya.
2.Dasar Hukum Iddah
Setelah membahas masalah iddah dari segi pengertian,maka
dibawah ini penyusun bahasa dasar-dasar hukum iddah yang mencakup
pada hukum naqli gun memper jelas tentang iddah itu sendiri.
a.Dasar dari Al- Qur’an :
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur ÆóÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
2 Basyir, Azhari, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. I, Yogyakarta. 1997
iv
spsW»n=rO &äÿrãè% 4 wur @Ïts £`çlm; br&
z`ôJçFõ3t $tB t,n=y{ ª!$# þÎû £`ÎgÏB%tnör& bÎ)
£`ä. £`ÏB÷sã «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4
£`åkçJs9qãèç/ur ,ymr& £`ÏdÏjtÎ/ Îû y7Ï9ºs
÷bÎ) (#ÿrß#ur& $[s»n=ô¹Î) 4 £`çlm;ur ã@÷WÏB Ï
%©!$# £`Íkön=tã Å$rá÷èpRùQ$$Î/ 4
ÉA$y_Ìh=Ï9ur £`Íkön=tã ×py_uy 3 ª!$#ur
îÍtã îLìÅ3ym
Artinya :
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'[142]. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan
Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.3
3.Macam-Macam Iddah
3 AL-Baqorah Ayat : 228
iv
Mengenai macam-macam iddah tau waktu tunggu menurut perundang-
undngan hukum indonesia. Khusus dsalam undang-undasng No 1 tahun
19974 dan kopilasi hukum islam.
Sedangkan secara spesifikasi maka macam-macam iddah it ntara
lain adalah:
a.Iddah Perempuan yang Haid
Dengan ayat tersebut diatas jelaslah bahw istri yang diceraikan oleh
suaminya,sedangkan istri tersebut belum pernah disetubuhi oleh
suaminya yang menthalaqnya, maka bagi istri tersebut tidsak mempuyai
masa iddah. Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati oleh suaminya dan
pernah bersetubuh, maka harus beriddah sepertiorang yang disetubihi,
hal itu berdasarkan firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFã öNä3ZÏB tbrâxtur %
[`ºurør& z`óÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spyèt/ör&
9åkôr& #Zô³tãur ( #sÎ*sù z`øón=t/ £`ßgn=y_r&
xsù yy$oYã_ ö/ä3øn=tæ $yJÏù z`ù=yèsù þÎû
£`ÎgÅ¡àÿRr& Å$râ÷êyJø9$$Î/ 3 ª!$#ur $yJÎ/
tbqè=yJ÷ès? ×Î6yz
Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya
(ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis
'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.5
iv
[147] Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
Artinya:
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu
iv
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-
perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.6
6 At-thalaq Ayat : 4
7 At-thalaq Ayat : 4
iv
keadaan hamil maka iddahnya adalah 4 bulan sepuluh hari, ini
didasarkanpada firman Allah yang berbunyi :
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFã öNä3ZÏB tbrâxtur
%[`ºurør& z`óÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
) spyèt/ör& 9åkôr& #Zô³tãur
Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu)
menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari.” (QS. Al-baqoroh : 234)8
iv
percampuran dan kekacauan nasab.
b)Memberi kesempatan kepada suami agar berpikir untuk
kembali, apakah untuk ruju’ kembali akepada istrinya
ataukah akan menerukan cerai tersebut jika hal tersebut
dianggap lebih baik.
c)Kebaikan perkawinan tidak dapt terwujud sebelum kedua
sumi istri sama-sama hidup dalam ikatan aqadnya. Untuk
lebih jelasa dan mendetailnya hikamh disyariatkanny.
Iddah tersebut maka dapat dikemukakan seperti di bawah
ini:
1)Sebagai Pembersih Rahim9
Kegegasan penisaban keturun dalam islam merupakan hal
yang amat penting. Oleh karena itu ketentuan untukmenghindari
terjadinya kekacauan nisab keturunan manusia ditetapka dalam
Al-Qur’an dan as sunnah dengan tegas. Diatara ketentuan
tersebut adalah larangan bagi wanita untukmenikah denga
beberapa orang pria dalam waktu yang bersamaan. Dan
disamping itu untuk menghilangkan keragu-raguan tentang
kesucian perempuan rahim tersebut. Sehingga pada nantinya
tidak ada lagi keragu-raguan tentang anak yang di kandungnya
oleh perempuan itu, apabila ia sudah kawin lagi dengan laki-laki
yang lain.
2)Kesempatan untuk berpikir
Iddah khususnya dalam thalak raj’i merupakan suatu
tenggang waktu yang memungkin tentang hubngan mereka.
Dalam masa ini kedua belah pihak dapat mengintropeksi diri
masing-masing guna mengambil langkah-langkahyang lebih baik.
Terutama bila meraka mempunyai putra-putri yang
membutuhkan kasiah sayang dan pendidkanyang baik dari kedua
orang tuanya.
9 Yanggo, Chuzaiman T. Dkk., Problematyika Hukum Islam Kontemporer, cet. I, PT. Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1994
iv
3)Kesempatan untuk bersuka cita
Iddah khususnya dalam cerai mati, adalah masa duka atua
bela sungkawan atas kematian suaminya.cerai mati merupakan
musibah yang diluar kekuasaan manusia untuk membendungnya.
Karena meraka berpisah secara lairiyah akan tetapi dalam
hubungan batin mereka begitu akrab.
Jadi apabila percerai teresebut karena suaminya
meninggal dunia, maka rasa tidak senang dari keluarga suami
yaang di tinggal mati, bila waktu itu istri menerima lamaran
ataupun melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain.
4)Kesempatan untuk rujuk
Apabila seorang istri di cerai karena talak, yang mana
bekas suami tersebut massih berhak untuk ruujk kepada bekas
istrinya. Maka masa iddah itu adalah untuk perpikir kembali bagi
suami untuk kembali kepada istri sebagai suami istri. Apabila
bekas suami berpendapat bahwa ia sanggup untuk mendayung
kehidupan ruamh tangga kembali, maka ia oleh untuk merujuk
kepada istrinya dalam masa iddah.10
Sebaliknya apabila suami berpendapat badhwa tidak
mungkin melanjutkan rumah tangga kembali, ia harus melepas
bekas istri untuk kawin lagi dengna laki-laki lain.
Dengan demiakian tanpak jelas bahwaiddah it memiliki
berbagai keutamaan di berbagai aspek, yang mana masing-
masing mempunyai hubungan yang tidak dapta dipisahkan.
Sehubungan dengan itu maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa:
a.Perkembangn ilmu pengetahuan dan
teknologi modern tidaklah dapat
mengubah ketentuan dalam kasus-
kasus yang sudah jelas di kemukakan
10 Ali, Muh Daud, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. 6, PT. Raja Grafindo,
Pustaka Belajar, Jakarta
iv
dan ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
as-dunnah. Na mun hanya dalam
kasus wathsyubbhat dan zina
perkembangn ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat dimafaatkan, sebab
hukum antar pria dan wanita dalam
kasus ini hanya tekait pada iddah
dhuhul yang menggunakan kesucian
rahi.
b.Meskipun dapat keyakinan bahwa
rahim perempuan (istri) bersih siantar
mereka (suami istri) tidak mungkin
rujuk kembali, namun tidaklah dapat
dibenarkan bagi perempuan tersebut
(brekas istri) melanggar ketentuan
iddah yang sudah ditentukan.
c.Begitu pula sebaliknya tidak dapt
dibenarkan untuk memperpanjang
iddah yang dapat mengakibatkan pe
nganiayaan maupun yang
mendatangkan keuntugan baik, bagi
bekas suami ataupun bagi bekas isri.
iv
5)Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa
Iddah
a.Ha k istri pada masa
iddah
1)Mendapatkan nafkah selama masa
iddah
2)Mendapatkan perumahan selama
masa iddah
3)Istri berhak memutuskan untuk
rujuk kembali. Sedangkan
kewajiban istri adalah masa
bergabung bila ia ditginggal mati
oleh suaminya.
b.Kewajiban suami
pada masa iddah
istri
1)Suami wasjib memberikan nafkah
pada isri
2)Suami wajib memberikan
perumahan pada istri
3)Suami berhak untuk merujuk
kembali atau tidak.
B.Fenomena-fenomena yang Muncul
a)Nafkah istri dalam iddah raj'ie
Yang sering ditimbu dalam percerai, yang mana suami tidak
melaksanakn kewajiabannya terhadap hak istri dan anak dalam masa
iddah.setelah terjadi percerai pada hakikatnya suami harus memberikan
minimal memberikan perumahan pada mantan istri dan anak.sedangkan di
kalangan masyarakat banyka terjadi penyimpanga-penyimpangan yang
terjadi, baik itu di kota maupun di desa.
b)Nafkah istri dalam iddah ba'in
iv
Begitu juga dengan nafkah iddah ba'in suami banyka melalaikan
kewajibannya sehingga timbulberbagai macam permasalahan, contohnya
si anak putus sekoalah.
C.Analisa
a.Berdasarkan kompilasi hukum islam dalam pasal 18 ayat 1 yang berbunyi
"Suami wajib menyediakan tempatkediaman bagi istri dan anak-anaknya
atau bagi istri yang sedang dalam masa iddah."
b.Menurut undang-undang perkawianan No. 1 tahun 1974 tentang hak dan
kewajbn suami istri pasal 34 menyatakan bahwa : suami wajib melindungi
istri dan memberikan segala seuatu keperluanhidup berumah tangga sesuai
dengan kewajiban.
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang allah berikan
kepadanya, Allah t\kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
B.Saran-saran
Penuhilah hak istrimu jika mereka dicerai ataupun dalam masa iddah
segaimana kemampuanmu.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayyi, Fiqih Sunnah Jijid VIII Terj. Drs. Muh. Thalib,PT AI Ma'ruf
Bandung, 1987
Ali, Muhammad Daud, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet. 6 Pt.
Raja Grafindo, Pustaka Pelajar Jakarta.
iv
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan taufiq hidayah-nya kepada kita semua. Dengan hidayah-
nya pulalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ nafkah wanita
yang dalam masa iddah “ shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurah
limpahkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW. Keluarga beliu, sahabt
dan pengikut beliu.
Penulisan makalah ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh, dengan
motivasi dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu dala m kesempatan yang
baik ini izinkanlah penulis meng haturkan ucapan terima kasih kepada :
1.Ayah dan Bunda yang telah banyak memberikan sumbangan baik material
ataupun moral.
2.KH. Muhammad Zuhri Zaini,BA selaku pengasuh pondok pesantren nurul
jadid yang menjadi suri tauladan bagi kami.
3.Bapak Dr.KH. Muhlisin Sa'ad, MA selaku Rektor Nurul jadid yang selalu
mendorong kami belajar dan introspeksi diri.
4.Bapak KH. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan,SH. M. H.I selaku dosen kuliah
hokum perkawinan islam yang telah membimbing kami daslam penulisan
makalah ini.
5.Semua perpustakaan yang telah sudi memberikan pinjaman buku kepada
kami.
6.semua teman-teman yang telah sudi meluangkan waktunya dan tenaganya
dalam penulisan makalah ini,semoga Allah SWT. Memberika balasan dan
kebaikan yang lebih besar atas segala jasa dan budi baiknya.
iv
saran selalu kami terima dengan besar hati.
MASHUDI
NIM. 07221042
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah........................................................................1
B.Rumusan Masalah.................................................................................2
C.Tujuan Penulisan....................................................................................2
D.Metode Penulisan ..................................................................................2
E.Sistematika Penulisan............................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................4
A.Kajian-kajian Dalil.................................................................................4
1.Pengertian Iddah..............................................................................4
2.Dasar Hukum Iddah.........................................................................4
3.Macam-macam Iddah......................................................................6
4.Hikmah Disyariatkannya Iddah.......................................................9
5.Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa Iddah.........................13
B.Fenomena-fenomena yang Muncul.....................................................13
1. Nafkah istri dalam iddah raj'ie.........................................................13
2. Nafkah istri dalam iddah raj'ie ........................................................ 13
C.Analisa.................................................................................................13
1. Menurut kompilasi hukum islam ....................................................13
2. Menurut undang-undang..................................................................13
BAB III : PENUTUP.............................................................................................14
A.Kesimpulan..........................................................................................14
B.Saran-saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iv
iv
iv