Apakah bilangan real itu dan apa sifat-sifatnya? Untuk menjawabnya, kita mulai dengan beberapa sistem bilangan yang sederhana berikut ini.
Bilangan-bilangan bulat dan rasional Diantara sistem bilangan yang paling sederhana adalah bilangan-bilangan asli ( = Natural), 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, Dengan bilangan ini kita dapat menghitung: buku-buku kita, teman-teman kita, uang kita, dan lain sebagainya. Jika kita gandengkan negatifnya dan nol, kita akan peroleh bilangan-bilangan bulat ( = dari bahasa Jerman, Zahlen): , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, Bila kita mencoba mengukur panjang, berat benda, atau tegangan listrik, bilangan-bilangan bulat tidak akan memadai. Bilangan ini terlalu kurang untuk memeberikan ketelitian yang cukup dalam sebuah pengukuran. Kita dituntut untuk juga mempertimbangkan hasil bagi (rasio) dari bilangan-bilangan bulat, yaitu bilangan-bilangan seperti:
Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk , dimana m dan n adalah bilangan bulat dan , disebut bilangan-bilangan rasional ( = Quotient ). Apakah bilangan rasional berfungsi mengukur semua panjang? Fakta yang mengejutkan ini ditemukan pertama kali oleh orang Yunani kuno beberapa abad sebelum masehi. Mereka memperlihatkan bahwa meskipun merupakan panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku dengan sisi 1 , bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu hasil bagi dua bilangan bulat. Jadi adalah suatu bilangan tak rasional (irasional). Demikian juga . Jika kita belum terbiasa untuk bisa membedakan bilangan rasional dan bilangan irasional secara langsung, maka ada satu ciri khusus yang yang bisa kita jadikan pedoman untuk membedakan keduanya. Sekarang, coba periksa dengan menggunakan kalkulator nilai dari . Akan lebih bagus jika kalkulator yang digunakan memiliki digit lebih banyak dibanding kalkulator biasa, atau Anda bisa menggunakan kalkulator yang tersedia di dalam setiap program windows di komputer Anda, yang ketelitiannya bisa mencapai 34 digit. Setelah diperiksa, diperoleh sebagai berikut:
Apabila kita perhatikan, dua bilangan yang pertama yaitu dan memiliki bentuk desimal yang bilangan-bilangannya berulang dengan urutan tertentu. Sedangkan dua bilangan terakhir yaitu dan (pi) bentuk bilangan desimalnya tidak berulang (sembarang). Coba periksa juga bilangan-bilangan lainnya, apakah termasuk bilangan rasional ataukah irasional! Bilangan-bilangan real Sekumpulan bilangan (rasional dan irasional) yang dapat mengukur panjang, bersama-sama dengan negatifnya dan nol kita namakan bilangan-bilangan real. Atau dengan kata lain, bilangan real adalah bilangan yang dapat berkoresponden satu-satu dengan sebuah titik pada garis bilangan. Pada garis bilangan tersebut terdapat titik asal yang diberi lambang 0 (nol) sebagai titik awal untuk mengukur jarak ke arah kanan atau kiri. Setiap titik pada garis bilangan mempunyai lambang yang tunggal, disebut koordinat titik, dan garis bilangan yang dihasilkan diacu sebagai garis real. Perhatikan gambar!
Kedudukan bilangan real dalam sistem bilangan dapat kita lihat dalam diagram Gambar 1. Pertanyaan Dengan mengetahui anggota dari masing-masing himpunan bilangan yang termasuk kelompok bilangan real, bagaimanakah hubungan masing-masing himpunan bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan real, dan bilangan kompleks jika kita gambarkan dalam diagram venn? Operasi pada Bilangan Real Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian a) Operasi penjumlahan
Contoh: 1. 2. 3. 4. b) Operasi pengurangan
Contoh: 1. 2. 3. -6 4 = -6 + (-4) = -10 $ c) Operasi perkalian
Contoh: 1. 2. 3. d) Operasi pembagian
Contoh:
Pengubahan pecahan ke desimal, desimal ke persen, dan sebaliknya a) Mengubah Pecahan Biasa ke Desimal Contoh:
b) Mengubah Pecahan Desimal ke Persen Your ads will be inserted here by AdSense Now!. Please go to the plugin admin page to paste your ad code. Contoh:
c) Mengubah persen ke pecahan dan sebaliknya Contoh: Nyatakan ke dalam pecahan atau ke dalam persen!
Menghitung persentase a) Komisi Komisi adalah pendapatan yang besarnya tergantung pada tingkat penjualan yang dilakukan Contoh: Seorang salesman akan mendapatkan komisi sebesar 15 % jika ia mampu menjual barang senilai Rp. 2.000.000,00. tentukan besarnya komisi yang diterima? Jawab: Komisi = 15 % x Rp. 2.000.000
Jadi besarnya komisi yang diterima oleh salesman itu sebesar. Rp. 300.000,00 b) Diskon Diskon adalah potongan harga yang diberikan Contoh: Menjelang miladnya, sebuah toko serba ada memberikan diskon sebesar 25% untuk semua produk. Jika kita berbelanja senilai Rp. 800.000,00, berapa kita harus membayar? Jawab: Diskon = 25 % x Rp. 800.000,00
Jadi, kita harus membayar sebesar: Rp. 800.000,00 Rp. 200.000,00 = Rp. 600.000,00 c) Laba dan rugi Laba diperoleh jika harga penjualan lebih dari harga atau biaya pembelian. Dirumuskan sebagai berikut:
Rugi diderita jika harga penjualan kurang dari harga atau biaya pembelian. Rumusannya sebagai berikut:
Contoh: Sebuah barang dibeli dengan harga Rp. 2.000.000,00, dan di jual dengan harga Rp. 2.400.000,00. Hitunglah persentase keuntungan dari harga pembelian dan dari harga penjualan! Jawab: Laba = Rp. 2.400.000,00 Rp. 2.000.000,00 = Rp. 400.000,00 Persentase keuntungan (laba) dari harga beli:
Persentase keuntungan (laba) dari harga penjualan:
Sifat-sifat Operasi Bilangan Real Waktu SMP kita sudah mengenal operasi-operasi yang berlaku pada bilangan real berikut sifat- sifatnya, dan sekarang kita tengok kembali sifat-sifat yang berlaku pada bilangan real dengan operasi penjumlahan dan perkalian. Untuk setiap , beralaku sifat-sifat berikut; Penjumlahan: 1. Sifat tertutup pada penjumlahan;
2. Sifat komutatif pada penjumlahan
3. Sifat asosiatif pada penjumlahan
4. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
5. Sifat identitas pada penjumlahan (0 adalah elemen identitas atau elemen netral)
6. Sifat invers pada penjumlahan
Perkalian: 1. Sifat tertutup pada perkalian
2. Sifat komutatif pada perkalian
3. Sifat asosiatif pada perkalian
4. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
5. Sifat identitas pada perkalian (1 adalah elemen identitas perkalian)
6. Sifat invers pada perkalian tidak berlaku, sebab 0 tidak mempunyai invers.
(untuk )
Matriks Matriks adalah sekumpulan bilangan yang disusun secara baris dan kolom dan ditempatkan pada kurung biasa atau kurung siku. Penulisan matriks:
atau
Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya baris (m) dan banyaknya kolom (n). Matriks di atas berordo 3x2. Matriks Identitas (I) Matriks identitas (I)adalah matriks yang nilai-nilai elemen pada diagonal utama selalu 1.
Matriks Transpose (A t ) Matriks transpose adalah matriks yang mengalami pertukaran elemen dari baris menjadi kolom dan sebaliknya. Contoh:
maka matriks transposenya (A t ) adalah Operasi perhitungan pada matriks Kesamaan 2 matriks 2 matriks dikatakan sama jika ordonya sama dan elemen yang seletak sama. Contoh: Tentukan nilai 2x-y+5z! Jawab: maka maka maka
Penjumlahan matriks 2 matriks bisa dijumlahkan jika ordonya sama dan penjumlahan dilakukan dengan cara menjumlahkan elemen yang seletak. Contoh:
Pengurangan matriks 2 matriks bisa dikurangkan jika ordonya sama dan pengurangan dilakukan dengan cara mengurangkan dari elemen yang seletak. Contoh:
Perkalian bilangan dengan matriks Contoh:
Perkalian matriks 2 Matriks dapat dikalikan jika jumlah baris matriks A = jumlah kolom matriks B. Penghitungan perkalian matriks: Misalkan: dan maka Contoh:
Determinan suatu matriks Matriks ordo 2x2 Misalkan:
maka Determinan A (ditulis ) adalah:
Matriks ordo 3x3 Cara Sarrus Misalkan: Jika maka tentukan !
Penghitungan matriks dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan bawah (mulai dari a e i, b f g, dan c d h) lalu dikurangi dengan elemen dari kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c e g, a f h, dan b d i) sehingga menjadi:
Contoh: maka tentukan !
Cara ekspansi baris-kolom Misalkan: Jika maka tentukan dengan ekspansi baris pertama!
Matriks Singular Matriks singular adalah matriks yang nilai determinannya 0. Contoh:
Jika A matriks singular, tentukan nilai x! Jawab:
vs Invers matriks Invers matriks 2x2 Misalkan:
maka inversnya adalah:
Sifat-sifat invers matriks
Persamaan matriks Tentukan X matriks dari persamaan: Jika diketahui matriks A.X=B
Jika diketahui matriks X.A=B
PELUANG A. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi 1. Kaidah Pencacahan Apabila peristiwa pertama dapat terjadi dalam p cara berbeda, peristiwa kedua q cara berbeda, peristiwa ketiga r cara berbeda, dan seterusnya, maka banyaknya cara yang berbeda terhadap rangkaian berurutan seperti itu adalah = p x q r x .. 2. Faktorial Perkalian n bilangan asli pertama disebut n faktorial, dinotasikan dengan n! n! = 1 x 2 x 3 x 4 x . x (n 1) x n atau n! = n x (n 1) x (n 2) x .. x 4 x 3 x 2 x 1 3. Permutasi Cara menempatkan n buah unsur ke dalam r tempat yang tersedia dengan urutan diperhatikan disebut permutasi r unsur dari n unsur(r ≤ n) yang dinotasikan dengan n P r atau P(n,r) atau atau P n,r
a. Banyaknya permutasi n unsur berbeda disusun n unsur(seluruhnya) adalah : P = n! b. Banyaknya Permutasi yang dapat disusun dari n anggota suatu himpunan diambil r unsur anggota pada satu saat adalah :
c. Banyaknya permutasi jika ada beberapa elemen/unsur yang sama adalah :
d. Banyaknya permutasi siklis adalah permutasi yang disusun secara melingkar dengan memperhatikan urutannya(arah putarannya) adalah : P = (n 1)! 4. Kombinasi Cara menempatkan n buah unsur ke dalam r tempat yang tersedia dengan urutan tidak diperhatikan disebut Kombinasi r unsur dari n unsur(r n) yang dinotasikan dengan n C r atau C(n,r) atau atau C n,r
Kombinasi n unsur berbeda disusun r unsur dirumuskan :
5. Binomial Newton
B. Peluang Suatu Kejadian 1. Dalam suatu percobaan : Semua hasil yang mungkin disebut ruang sampel Setiap anggota dalam ruang sampel disebut titik sampel Hasil yang diharapkan disebut kejadian 2. Definisi Peluang Peluang kejadian A dinotasikan dengan P(A) adalah perbandingan banyaknya hasil kejadian A dinotasikan n(A) terhadap banyaknya semua hasil yang mungkin dinotasikan dengan n(S) dalam suatu percobaan. Kisaran nilai peluang suatu kejadian A adalah 0 P(A) 1. Jika P(A) = 0 disebut kemustahilan dan P(A) = 1 disebut kepastian 3. Frekuensi Harapan Frekuensi Harapan kejadian A adalah banyaknya kejadian A yang diharapkan dalam beberapa kali percobaan Jika percobaan dilakukan sebanyak n kali maka frekuensi harapan kejadian A dirumuskan : F h (A) = n x P(A) 4. Peluang Komplemen Suatu Kejadian Jika A c kejadian selain A, maka P(A) c = 1 P(A) atau P(A) c + P(A) = 1 P(A) c = peluang komplemen kejadian A atau peluang kejadian selain kejadian A C. Kejadian Majemuk 1. Untuk sembarang kejadian A atau B berlaku :
2. Peluang dua Kejadian saling lepas(asing) Jika maka dua kejadian tersebut merupakan dua kejadian saling lepas artinya bila terjadi A tidak mungkin terjadi B. Besarnya peluang dua kejadian saling lepas(asing) adalah : 3. Peluang dua kejadian saling bebas Bila kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya B dan sebaliknya, maka kejadian semacam ini disebut dua kejadian saling bebas Peluang dua kejadian saling bebas dirumuskan : 4. Peluang dua kejadian tak bebas(bersyarat/bergantungan) Apabila kejadian kedua(B) adalah kejadian setelah terjadinya kejadian pertama A, dinotasikan (B/A), maka dua kejadian tersebut merupakan dua kejadian tak bebas(bersyarat) Peluang dua kejadian tak bebas dirumuskan :
BARISAN DAN DERET
Definisi Barisan : Barisan adalah daftar urutan bilangan dari kiri ke kanan yang mempunyai karakteristik atau pola tertentu. Setiap bilangan dalam barisan merupakan suku dalam barisan.
Definisi baris aritmatika : Jika beda antara suatu suku apa saja dalam suatu barisan dengan suku sebelumnya adalah suatu bilangan tetap b maka barisan ini adalah barisan aritmatika. Bilangan tetap b itu dinamakan beda dari barisan.
Polanya : a, a+b, a+2b, a+3b,..,a+(n-1)b Dengan o a = U 1 = Suku pertama o b = beda o n = banyaknya suku o U n = Suku ke-n
Suku pertamanya adalah 3 (a=3) dan bedanya adalah 2 (b=2), banyaknya suku ada 5 (n=5), suku ke-5 adalah 11 (U 5 = 11).
Deret aritmatika adalah jumlah dari baris aritmatika. Contoh : 3 + 5 + 7 + 9 + 11 o Ut = Suku tengah o Sn = Jumlah n suku pertama
Berikut adalah cara untk mengetahui nilai dari beberapa hal yang disebut di atas : Beda b = U n U n-1
Suku ke-n Un = a + (n-1)b Un = S n S n-1
Jumlah n suku pertama S n =
n (U 1 + U n ) S n = n ( 2a + (n-1)b ) Nilai tengah U t = (U 1 + U n )
B. BARIS DAN DERET GEOMETRI
Definisi barisan geometri : Jika rasio antara suku apa saja dalam suatu barisan dengan suku sebelumnya merupakan suatu bilangan tetap r maka barisan tersebut adalah barisan geometri.bilangan tetap r disebut rasio dari barisan.
Contoh : 2,6,18,48.. adalah barisan geometri dengan rasio 3. Artinya adalah nilai pada Un = 3U n-1.
Definisi deret geometri : Jika U 1 ,U 2 ,U 3, ..Un adalah barisan geometri maka jumlah U 1 + U 2 + U 3 + +Un disebut deret geometri.
Rumus jumlah n suku pertama dari deret geometri adalah : Sn = a( 1- r n ) / 1 r , jika r < 1 dan Sn = a( r n - 1) / r 1 , jika r > 1
Integral Integral merupakan suatu objek matematika yang dapat diinterpretasikan sebagai luas wilayah ataupun generalisasi suatu wilayah. Integral Tak Tentu Integral tak tentu mempunyai rumus umum:
Keterangan: c : konstanta Pengintegralan standar Jika maka:
Jika maka:
Jika maka:
Pengintegralan khusus
Sifat-sifat
Integral Tentu Integral tentu digunakan untuk mengintegralkan suatu fungsi f(x) tertentu yang memiliki batas atas dan batas bawah. Integral tentu mempunyai rumus umum:
Keterangan: konstanta c tidak lagi dituliskan dalam integral tentu. Integral trigonometri
Ingat-ingat juga beberapa sifat-sifat trigonometri, karena mungkin akan digunakan:
Substitusi trigonometri Integral yang mengandung a 2 x 2
Pada integral
kita dapat menggunakan
Catatan: semua langkah diatas haruslah memenuhi syarat a > 0 dan cos() > 0; Integral yang mengandung a 2 + x 2
Pada integral
kita dapat menuliskan
maka integralnya menjadi
(syarat: a 0). Integral yang mengandung x 2 a 2
Pada integral
dapat diselesaikan dengan substitusi:
Teknik pemecahan sebagian pada pengintegralan Polinomial tingkat pertama pada penyebut Misalkan u = ax + b, maka du = a dx akan menjadikan integral
menjadi
Contoh lain: Dengan pemisalan yang sama di atas, misalnya dengan integral
akan berubah menjadi
Integral Parsial Jika dimisalkan u = f(x), v = g(x), dan diferensialnya du = f '(x) dx dan dv = g'(x) dx, maka integral parsial menyatakan bahwa: