You are on page 1of 44

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu aspek penting dari perawatan adalah penekanannya pada unit
keluarga. Keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat dan lembaga social
yang palin banyak memeiliki efek-efek menonjol terhadap anggota keluarga.
Tujuan utama dari keluarga adalah sebagai perantara yaitu mengagung semua
harapan-harapan dan kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah
sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap
anggota individu dalam keluarga. Setiap naggota keluarga memiliki kebutuhan
dasar fisik, pribadi dan social. Keluarga aharus berfungsi menjadi perantara bagi
tuntutan-tuntuan dan harapan dari semua individuyang ada dalam unit keluarga
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama
lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhiseluruh keluarga dan
sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota.
Keluarga cenderung dalam pembuatran keputusan dan dan prose terapeutik pada
setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para
anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secra terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumag tangga mereka. Aplikasi dari teori Orem
menyangkut perawatan diri, maka perawatan keluarga mengandung arti sejauh
mana keluarga membantu anggota keluarga mereka mencapai tuntutan-tuntutan
bagi perawatan diri dan sejauh mana keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga
dan menyelesaikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.
Asuhan pkeperawatan keluarag adalah suatu rangkaian kegiatan yang dibrikan
melalui praktik keperawatn kepada keluaraga, untk memebantu menyelesaikan
masalah kesehtan keluarga tersebut dengan mengunakan pendekatan proses
keperawatan

1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada masalah kesehatan keluarag pada keluarga yang salah satu anggota
keluargnya dirawat di rumah sakit.

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Meningktakan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehtannya secra
mandiri

Tujuan Khusus

Mengenal masalah kesehatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya


dirawat di rumah sakit

Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatsi masalah kesehtan keluarga


yang salah satu anggota keluarganya dirawat di rumah sakit

Melakukan tindakan keperawatan kesehatn kepada anggota keluarag yang


sakiu

Memlihara lingkungan fisik sehingga menunjang penigkatan


pemelihatankesehtan

Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-ahap siklus kehidupan keluarga yang telah diuraikan oleh Duvall dan
Miller (1985) dan Carter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap yang terdiri dari 9
tahap siklus kehidupan keluarga.
Tahap transisi: Keluarga Antara (dewasa muda yang belum kawin)
Tahap ini mnunjukkan ke masa di mna individu berumur 20 tahunan yang
telah mandiri secara financial, serta fisiktelah meninggalkan keluarganya
namun belum berkeluarga. Tiga tugas perkembangan yang dilalui yaitu
pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarag asalnya, menjalin
hubungan denga teman sebaya yang akrab, pembentukan diri yang
berhubungan dengan kemandiriran pekerjaan dan financial
Setelah dewasa muda akan membentuk tujua hidup pribadi dan perasaan
bangga akan diri sendiri sebelu hidup bersama orang lain dalam sebuah ikatan
perkawinan. Umumunya tahap ini merupakan tahapan yang sulit karena
memisahkan diri dari keluarga asal baik secara fisik, finansial maupun
emosional.
Tahap 1 : Keluarga Pemula
Perkawina dari sepasang insane menandai bermulanya sebuah keluarga baru
dan perpindahan dari keluarga aal atau status lajang ke hubungan baru atau
intim.
Tugas-tugas perkembangan keluarga
Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
Ketika dua orang diikat dalam sebuah ikatan perkawinan, perhatian awal
mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yangbaru. Sumber-
sumber dari dua orang digabungkan, peranp-peran diubah, dan fungsi baru
pun diterima. Belajar hidup bersama untuk memenuhi setiap kebutuhan
keperibadian yang mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang
penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal
kecil yang bersifat rutinitas. Keberhasilan dalam mengembangkan

3
hubungan tergantung pada saling menyesuaikan masing-masing tugas dan
kecocokan bersama dari kebtuhan dan minat pasangan
dalam hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untk
memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan
yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang
memuaskan untuk menangani perbedaan yang ada.
Menghubungakan jaringan persaudaraan secara harmonis
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan dri sebuah pasangan
karena kedua pasangan pindah dari rumah masing-masing ke rumah yang
baru. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari
keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungann dengan
orang tua, sanak saudara, dan dengan ipar-ipar karena loyalitas utama
pasangan baru ini harus dirubahuntuk kepentingan hubungan perkawinan.
Pada tahap ini menuntut pembentukan hubungna baru denagn setiap orang
tua masing-masing tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru dari
campur tang pihak luar yang dapat merusak perkawinan
Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan tanggung jawab utama yang berkeja dalam
keluarg untuk menginformasikan menegnai konsep sehat sakit, morbiditas-
mortalitas ibu anak, masalah-masalah perkembangan anak, intelegensi dan
kemampuan belajar dan masalh-maslah yang ada pada perkawinan.
Tahap II: Keluarga Yang Sedang Mengasuh Anak
Tahap kedua dimuali degan kelahiran anak pertama hinga bayi usia 30 bulan.
Kekhawatiran pada bayi yang baru dilahirkan akan berkurang setelah
beberapa hari dan ibu dan ayah akan berselisih terhadap peran-peran yang
telah dipercayakan pada ibu dan ayah. Peran baru yang didapatkan pda
mulanya sulit karean perasaan ketidakadekuatn menjadi orang tua baru,
berkurang bantuan dari keluarga dan teman-teman, nasihat yang
menimbulkan konflik dari keluarga, teman-teman, selain seorang bayi yang
baru saja dilahirkan , seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenekpun lahit. Istri
harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup.
Tugas perkembangan keluarga yang sedang mengasuh anak yaitu suami, istri,
anak belajar peran-peran baru dan unit keluarag memperluas fungsi dan
tanggung jawab meliputi pengabungan tugas perkembangan yang terus
menerus dari setiap anggota kelurga secara keseluruhan. Fungsi-fungsi
pasangnan suami istri haru dibedakan untuk memenuhituntutan-tuntutan baru
parawatan dan pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab bervariasi
tergantung posisi social budaya suami istri,sebuah pola umum agar orang tua
meneriam peran-peran tradisional atau pembagian tangungjawab. Perubahan-
perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggung jawaborang tua yang baru
bia lebih cepat dari pad ayah. Ibu dan yah menumbuhkan dan
mengembangkan peran orangtua dalm berespon terhdap tuntutan-tuntuta yang
berubah terus menerus dan tugas perkembangan dari orang muda yang sedang
tumbuh, keluarga secara keseluruhan dan pasangan suami istri. Kelurga
melewati tahap perkembangan secra brturut-turut. Tahp pertama:selam masa
bayi orangtua memepelajari arti dari isyarat yang di ekspresikan oleh bayi
untuk mengutarakan kebutuhan, oran tua akan menyesuaikan terhapa tahap-
tahap perkembangan bayinya. Tahap kedua: belajar untuk meneriam
pertumbuhan dan perkembangan anak yan terjadi dalam usia bermain,
kebutan nak keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air besar secara
mendiri pada anak. Pementuka pola-pola komunikasi yang memuaskan
termasuk masalah perasaan pribadi, perkawianan. Pasangan harus terus
menerus memahami kebutuhan-kebutuhan pasangannya satu sama lain.
Tahap III: Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
Tahap perkembangan yang ketiga dimulai dari anak pertama berusia 2 ½
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Anak-anak prasekolah harus
banyak belajar kemandirian dan mencapai otonomi yang cukup dan mampu
memnuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani masalah yang ada pada
diri anak itu sendiri tanpa campur tangan dari orangtua mereka dimana saja.
Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak, project Head Stuart,
pusat perawatan sehari atau program-program sama lainnya merupakan cara
yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Peningkatan yang

5
tajam dalam IQ dan keterampilan social telah dilaporkan terjadi setelah anak
menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun(kraft et al, 1968).
Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus
kehidupan ini. Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan
yang timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah
lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu
yang masih remaja masih secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan
program-program perawatan anak yang lebih baik( Adams dan Adams,
1990).
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah, perlunya
anak-anak usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia
sekitarnya, dan kebutuhan orang tua untuk memiliki privasi sendiri
menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama.
Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang penting bagi perawat
kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu dimsukkan sehingga
orangtua dapat mengetahui risiko yang ada dan cara-cara mencegah
kecelakaan. Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggung
jawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap
yang lain, presentase terbesar dalam tahap ini digunakan untuk perawatan
anak sehingga hubungan dengan anak usia prasekolah adalah membantu anak
mengidentifikasi jenis kelaminnya. Peran yang lebih matang juga diterima
oleh anak-anak usia prasekolah, yang secara perlahan-lahan menerima lebih
banyak tanggung jawab perawatan dirinya sendiri, plus membantu ibu atau
ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Tugas utama dari keluarga
adalah mensosialisaikan anak. Tugas lain selama masa ini menyangkut
bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga yang baru (anak kedua dan
ketiga) sementara masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua.
Munculnya anggota keluarga yang baru dapat menimbulkan persaingan
dikalangan kakak beradik dan biasanya diungkapakan dengan memukul atau
berhubungan secara negative. Car terbaik menangani persaingan tersebut
adalah meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan
anak yang lebih tua untuk meyakinkan bahwa ia masih dicintai dan
dikehendaki. Kedua orangtua juga perlu memiliki kesenangan dan kontak di
luar rumah untuk mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat
melaksanakan berbagai tugas-tugas dan tanggung jawab di rumah.
Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah usia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir ini (Duvall,1977). Menurut Erikson (1950), orangtua
berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam
mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generatif) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak usia
sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry-kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan
rendah diri. Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi
pisah dengan, atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan
hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan
memainkan peranan yang kebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut. Selama ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar
keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan
standar-standar komunitas bagi anak. Kecacatan pada anak-anak akan
ketahuan selam periode kehidupan anak ini. Para perawat sekolah dan guru
akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain
kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak
adekuat, penganiayaan anak, penyalahguanaan zat, dan penyakit menular
(Edelman dan Mandle, 1968). Ada banyak keadaan cacat yang terdetekdi
selama tahun-tahun sekolah, termasuk epilepsy, serebral palsi, retardasi
mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi uatam perawat kesehatan
disamping fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan konseling kepada
orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan

7
koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga
dapat diminimalkan.
Tugas perkembangan keluarga yang sangat penting adalah
mensosialisasikan anak pada saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak
disekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah mempertahankan
hubungan perkawinan yang bahagia.
Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19
atau 20 tahun. Preto (1988), dalam membahas tentang tranformasi sistem
keluarga dalam mas remaja, meguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi.
Metamorfosis ini meliputi”pergeseran yang luar biasa pada pola-pola
hubungan antar generasidan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai
dengan kematangan fisik remaj, pergesran ini sering sekali sejalan dan
bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki
pertengahan hidup dan dengan transformsi utam yang dihadapi oleh kakek-
nenek dalam usia tua. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian yakni,
emasipasi(otonomi yang meningkat), budaya orang muda, kesenjangan antar
generasi(perbedan nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).
Tugas perkembangan keluarga yang pertama dan utam adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan
semakin mandiri. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orang tua harus membuat”
perubahan sistem utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma
bary dan membiarkan remaja. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi
pasangan suami-istri adalah memfokuskan kembali hubungan
perkawinan(Wilson, 1988). Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang
mendesak adalah para angggota keluarga, khusunya orangtua dan remaja,
untuk berkomunikasi terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi,
komunikasi terbuka sering kali hanya merupakan cita-cita, bukan suatu
realita. Mempertahankan etika dan stansar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya(Duval dan Miller, 1985).
Tahap VI : Keluarga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.
Permulaan dari fase kehidupan ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak teakhir meninggalkan rumah. Thap ini dapat singkat dan agak panjang,
tegantung pada beberapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat
dari SMA dan perguruan tinggi. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak
persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang amndiri.
Tugas-tugas perkembangan menjadi penting ketika sebuah keluarga tersebut
berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga
yang hanya terdiri dari sepasang suami dan istri. Tujuan utama keluarga
adalah reoarganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan
sementara melepaskan anak-anak yang dewasa ke dalam kehidupan
sendiri(Duvall, 1977). Selam tahap ini pasangan tersebut mengambil peran
kakek-nenek perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.
Tugas-tugas perkembangan keluarga membantu anak tertua dalam
melepaskan diri, orangtua juag membantu anak mereka yang lebih kecil agar
mandiri. Dan ketika anak laki-laki atau perempuan yang dilepas menikah
tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga denagn memasukkan
anggota keluarga baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya
hidup dari pasangan itu sendiri. Tugas perkembangan selanjutnya adalah
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuiakan kembali hubungan
perkawinan. Dengan rumah yang telah kosong, orangtua memiliki waktu
lebih untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubungan-
hubungan lain. Mereka tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sam lain di
mana mereka tidak dapat melembagakan atau membentuk kembali peran
suami dan istri yang pernah mereka lakukan. Tahap perkembangan penting

9
lainnya dari keluarga dengan usia pertengahan adalah membantu mertua dari
suami dan istri yang lanjut usia dan sakit-sakitan.
Tahap VII : Orang Tua Usia Pertengahan.
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pension atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasana dimulai ketik orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat seorang pasangan pension, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya
pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga
inti meskipun masih berinteraksi denghan orangtua mereka yng lanjut usia
dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota kelurag
dari hasil perkawinan keturunannya. Tahun pertengahan meliputi perubahan-
perubahan pad penyesuaian perkawinan, pada distribusi kekuasaan antara
suami dan istri dan pada peran(Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak
keluarga yang kepusan maupun status ekonominya meningkat(Rollins dan
Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehiduapan yang
paling baiak.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah
penentuan lingkungan yang sehat. Dalam masa inilah upaya untuk
melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan,
meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melkukan kebiassaan-
kebiasaan yang sifatnya merusak diri selam 45-65 tahun. Tugas
perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan
ang penuh arti dan memuaskan antara orangtua yang lanjut usia dengan anak-
anak. Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka ke dalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
dapat mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977). Tugas
perkembangan yang ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas
memperkokoh hubungan perkawinan. Wrigt dan Leahey (1984) melukiskan
tugas perkembangan ini sebagai ”reinventasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independent yang terjadi secara bersamaan”.
Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninngal dan berakhir dengan pasangan yang lain
meninggal(Duvall dan Miller, 1985). Persepsi tahap siklus kehidupan ini
sangat berbed di kalangan keluarga lanjut usia. Beberapa orang merasa
menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan tahun-tahun
terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tegantung pad sumber-
sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang
memuaskan dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri
karena sakit, umumnya memilki moral yang rendah; kesehatan fisik yang
buruk sering merupakan antesenden penyakit mental di kalangan lansia
(Lowentahl. 1972). Karena proses menu berlangsung dan masa pension
menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-
kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang
mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi: ekonomi, perumahan,
social, pekerjaan, kesehatan.
Tugas-tugas perkembangan keluarga, yang pertama yaitu mempertahan
kan pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup seseorang
merupakan suatau predictor kesejahteraaan yang ampuh dikalangan lansia
(Berresi et al, 1984). Tugas perkembangan yang kedua bagi keluarga lansia
adalah penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pension,
terjadi penurunan pendapatan secara tajam, dan seiring berlalunya tahun
pendapatanpu semakin menurun dan semakin tidak memadai karena terus
naiknya biaya hidup dan terkurasnya tabungan. Mempertahankan hubungan
perkawinan yang merupakan tugas yang ketiga, menjadi penting dalam
kebagian keluarga. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, yang
merupakan tugas perkembangan yang keemapat, secar umum merupakan
tugas perkembangan yang paling traumatis. Tugas perkembangan yang
kelima meyangkut pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi. Meskipun ada
sesuatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan

11
social, keluarga tetap menjadi focus interaksi-interaksi social lansia dan
sumber utam dukungan social. Tugas perkembangan yang keenam yaitu
meneruskan untuk memahami eksitensi mereka(penelaahan dan integrasi
hidup).

2.2 Konsep Masalah Kesehatan


2.2.1 Pengaruh Sakit Dan Cacat Terhadap Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga.
Sakit yang serius atau cacat jangka panjang daris eorang anggota keluarga
sangat mempengaruhi keluarga dan fungsi keluarga, karena perilaku keluarga
sangat mempengaruhi perjalanan dan karateristik sakit atau cacat(Bahnson, 1987).
Sakit yang serius atau cacat amat mempengaruhi perkembangan keluarga dan
perkembangan anggota keluarga secar individual, khusunya anggota yang skit
atau cacat. Sering kali bila keuarga lambat dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangaanya, interaksi dari tuntutan/stressor perkembangan dan
tuntuan/stressor situasi memperburuk dan membebani keluarga. Stress tambahan
yang ditimbulkan oleh kehadiran kedua jenis stressor tersebut menurunkan fungsi
keluarga, akibatnay penguasaan tugas-tugas perkembangn terhalang atau
terhambat.
Sejauh mana tugas-tugas perkembangan dipengaruhi tergantung pada
beberapa faktor. Sudah tente yang pertama adalah tahap siklus kehidupan
keluarga; kedua adalah anggot kelurag menjadi sakit serius atau cacat sehingga
menciptakan suatu perbedaaan. Beberapa tahap siklus kehidupan tertentu
mempunyai bahaya dalam hal perkembangan dan individu-individu tertentu dalam
keluarga lebih terpusat dalam hubungannya dengan tugas-tugas perkembangan
keluarga dari tahap perkembangan teretentu. Misalnya, dalam sebuah keluarga
dengan remaja, jika remaja itu menderita cedera serius dan berada dalam keadaan
tidak mandiri, ini sangat mengahambat penguasaan tugas-tugas perkembangan
keluarga. Demikian juga tugas perkembangan yang menangani kebebasan
berimbang dengan rasa tanggung jawab sehingga membantu remaja ini agar lebih
otonom akan terhambat juga. Tantangan bagi keluarga adalah berupaya untuk
memulai lagi memperhatikan tugas-tugas perkembangan normal secepat mungkin.
Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit
atau cacat terhadap perkembangan keluarga adaklah sumber-sumber formal dan
informal yang digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung social yang
baik dari keluarga besar dan teman-teman dan dukungan psikososial dan
kesehatan yang kompeten akanmemperbesar kemampuan keluarga untuk kembali
pada jalur perkembangan dengan lebih cepat.
Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius tau cacat
adalah sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan
keluarga yang ”ideal” dalam suatu siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah
laku keluarga yang actual (Friedman, 1987).

2.2.2 Konsep Proses Keperawatan Keluarga


Ketertarikan manusia dengan yang lainnya dalma keluarga juga terkait
dengan kesehatan manusia di dalam keluarga sehingga teridentifikasi pula adanya
kesehatan keluarga. Manusia dikatakan sehat ketika mampu secara mandiri tanpa
bantuan mamenuhi kebuthan bio, psiko, spiritual, sosio, begitu pula ksesehatan
masing-masing individu dalam keluarga dengan interaksinya menunjukkan
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan keluarga sebagai kumpulan anggota
keluarga dan interaksi didalamnya. Kesehtan keluarga adalah keluarga secara
mandiri mampu memenuhi kebutuhan segenao anggotanya untuk perawatan diri
dan keluarga mememnuhi fungsi-fungsi keluarga menyelesaikan tigas-tugas yang
terkait dengan tingkat pekembangan keluarga.
Keluarga merupakan satu bagian klien dalm asuhan keperawatan. Secara
umum manusia memulai hidup dan bertumbuh menjadi manusia di mulai pada
keluarga. Secara unik, setiap keluarga memiliki pola dan perilaku yang berbeda
dengan keluraga lainnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya pola
dan perilaku yang berbeda pada keluarga dan anggota keluarga adalah pengaruh
dari social kemasyarakatan temapt keluarga berada. Perawat dapat melakukan
asuhan pada keluarga yang didalamnya ada individu-individu sebagai anggota
yang memiliki kemampuan pemahaman dan ketrampilan dari perawat mengenai
keholistikan keluarga termasuk budaya dan kultur yang ada pada keluarga, juga

13
perkembangan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Konsep keperawatan kesehatan keluarga yang ada di Indonesia pada saat
ini menggabungkan beberapa teori, yang umum digunakan adalah teori Bailon
dan Maglaya digabung dengan teori Friedman. Bailon dan Maglaya (1978)
menuliskan penggolongan kesehatan keluarga ke dalam tiga jenis :
Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
Keadaan di rumah maupun di lingkungan yang dapat membawa peningkatan
kesehatan.
Sifat-sifat keluarga, dinamika atau tingkat kesanggupan keluarga yang dapat
membawa perkembangan keluarga.
Friedman (1998) menyatakan untuk menetapkan status kesehatan keluarga
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi enam kelompok data yaitu karakteristik
keluarga, tahap perkembangan dan riwayat perkembangan keluarga, data
lingkungan , struktur keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keluarga Dengan Anggota Keluarga Dirawat Di Rumah Sakit


Tanggal : 18 Nov-13 Des 2009 Waktu: Situasional Oleh: Kelompok

Data Umum
Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. A
Umur KK : 39 tahun
Alamat dan nomer telepon : JL. Dr. Wahidin 9 11/21 Jember
Pekerjaan KK : Pedagang
Pendidikan KK : SLTP
Agama KK : Islam
Suku bangsa KK : Madura
Komposisi keluarga : Ayah, Ibu dan 3 Anak

No Nama Umur Jenis Hub Pendi Pekerjaan Keterangan


Kelamin Dg dikan
KK
1 Bpk. 39 L KK SLTP Pedagang -
A Thn
2 Bu I 37 P Istri - - -
Thn
3 An. F 17 P Anak SMA - -
Thn 1
4 An. A 12 P Anak SD - -
Thn 2
5 An. R 6 Thn L Aank TK - -
3

Genogram

15
Keterangan:

` : Laki-Laki

: Perempuan

: Aborsi/Keguguran

: Meninggal

: Sakit Tipoid

: Tinggal Serumah

Tipe keluarga
Tipe keluarga dari Bp. A adalah the nuclear family yaitu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Suku bangsa
Bp A dan Ibu I mengatakan Bp A dan Ibu I berasal dari kota Bangkalan
Madura. Bahasa yang digunakan sehari-harinya dirumah adalah bahasa
Madura dan bahasa Indonesia.
Agama
Bp A dan Ibu I mengatakan kepercayaan yang dianut oleh Bp A dan Ibu I
adalah Islam. Ibu I mengikuti pengajian di lingkungan tempat tinggalnya
yang diadakan setiap seminggu sekali dan Bp A selalu melakukan ibadah
(apabila sedang ada dirumah) di mushola dekat rumah keluarga. An.F dan
An. A menjalankan ibadah di mushola yang berada didalam rumah. Ketika
Ibu I melaksanakan ibadah biasanya An M mengikuti dari belakang.
Keluarga Bp A jarang melakukan ibadah bersama dikarenakan kesibukan
dalam pekerjaan.
Status sosial dan ekonomi keluarga
Bp A mengatakan ia bekerja sebagai pedagang di pasar, Bp A juga dibantu
oleh Ibu I, mereka saling bergantian dalam menjaga warungnya. Waktu
sehari-hari hampir dihabiskan untuk berdagang. Setiap hari mulai pukul
09.00 pagi Bp A membeli barang dagangan yang akan dijual di tengkulak,
hingga pukul 11.00 WIB, barulah Bp A membuka toko dibantu oleh Ibu I.
Setelah selesai membuka toko Ibu I pulang untuk menjaga anak-anak. Pukul
04.00 sore Ibu I akan menggantikan Bp.A sampai pukul 08.00 malam.
Mulai pukul 08.00 malam hingga pukul 06.00 Bp. A yang bertugas menjaga
toko. Hampir seluruh kegiatan rumah tangganya dilakukan di pasar. Bp A
mengatakan bahwa penghasilan dari berdagang tidak tentu tiap bulannya
namun rata-rata berkisar sampai Rp. 500.000,00 dan dengan penghasilan
tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari serta
menyekolahkan ketiga anaknya. Pengeluaran keluarga Bp A berkisar sampai
Rp. 350.000,00 perbulan. Bp A mengatakan jika ada sisa pemasukan yang
didapat maka maka keluarga akan menyimpannya untuk digunakan sewatu-
waktu apabila ada keperluan yang tak terduga seperti anggota keluarga yang
sakit.

17
Aktivitas Rekreasi keluarga
Bp. A dan Ibu I mengatakan setiap pagi dan sore berkumpul bersama
dirumah, kecuali jika anak sekolah dan bapak bekerja. Biasanya untuk
mengisi waktu luiang keluarga menonton televisi bersama di rumah.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja,
karena anak pertama dari Bp A dan Ibu I berusia 17 tahun.
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. Bp. A
mengatakan bahwa An. F diberlakukan oleh peraturan-praturan ketika
berteman dengan teman-temannya, ketika hari libur An. F diberikan
kebebasan dan Bp. A menetukan jam bermain hingg pukul 21.00 wib.
Bp. A mengatakan bahwa semua yang saya lakukan adalah demi masa
depan An . F.

Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Ibu I menunjukkan kasih


sayang kepada Bp. A dengan mengambilkan minuman air putih pada saat
bersantai. Bp. A dan Ibu I juga terlihat akrab. Pada saat berjualan
biasanya ibu I akan membawakan makanan untuk Bp. A ke warung
tempat berjualan.

Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Ibu I


mengatakan keluarganya selalu terbuka untuk berkomunikasi satu dengan
yang lain nya. Dengan sifat anak pertama Ibu I yang terasa apabila terjadi
masalah atau tidak sesuai dengan keingingan hati dari anak pertama,
maka Ibu I akan mengalah.

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi


Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi.
Riwayat keluarga inti
Bp A dan Ibu I keduanya sama-sama berasal keluarga suku madura. Bp A
mengatakan bahwa dia menginginkan kehidupan yang mandiri, sehingga
setelah menikah Bp A dan Keluarga memilih untuk merantau ke Jember. Di
Jember, keluarga Bp. A awalnya menyewa rumah kontrakan di daerah
Tempean sebelah Timur pasar Tanjung dan dikaruniai anak pertama namun
meninggal ketika berusia 9 bulan. Setelah tinggal selama 4 tahun di daerah
Tempean kemudian pindah kerumah kontrakan baru di sebelah Barat Pasar
Tanjung. Ibu I mengandung anak kedua yaitu An F 17 tahun. Selang
beberapa tahun Ibu I memilki An. A 12 tahun, kemudian Ibu I memiliki
anak kembali namun ketika usia kandungan berusia 2 bulan Ibu I
mengalami keguguran dan sempat dilakukan kuretase. Selang 3 bulan Ibu I
melahir kan An. M yang sekarang berusia 6 tahun.
Riwayat keluarga sebelumnya
Bp. A mengatakan : kedua orang tuanya berada di kota Bangkalan dan
kedua saudaranya berada di daerah Jember sebagai pendatang seperti Bp. A,
namun berada dari kota Bangkalan tetapi keduanya sudah meninggal dunia.
Keluarga Bp. A jarang bertemu dengan orang tua maupun kedua saudaranya
apalagi setelah ibu dari Bp. A meninggal dunia, keluarga Bp. A hanya
berkunjung pada saat tertentu saja misalnya lebaran.

3. Data Lingkungan
Karakteristik Rumah

19
Denah Rumah Keluarga Bp A

Rumah yang ditempati oleh keluarga bp. A adalah rumah dari


peninggalan orang tua dari Ibu I. Rumah Bp. A berukuran 8m x 10m,
terdapat teras didepan rumah, bagian dalam rumah terdiri dari, ruang
tamu yang berdekatan denga televisis, terdapat 3 kamar, dapur, kamar
mandi, musholla. Jendela kaca terdapat diruang tamu, jendela juga
terdapat disetiap kamar namun menurut penuturan Bp. A jendela tersebut
jarang di buka karena jendela akan berbenturan oleh rumah tetangga
sebelah kanan nya yang berjarak seperempat meter. Keadaan rumah
bersih tidak terdapat serangga, berlantaikan keramik putih dengan luas
30cm x 30cm. Bp. A mengatakan ketiga anaknya senang tidur didepan
televisi sehingga terdapat kasur-kasur untuk tidur ketiga anak nya dan
jarang tidur dikamar. Bp. Mengatakan keluarga sering menata ulang uang
tamunya sesuai selera dari keluarga, keluarga merasa puas dengan
tatanan rumah yang ada sekarang
Keadaan lingkungan luar rumah
Rumah keluarga bp. A tidak memiliki halaman rumah karena jarak antar
rumah baik kesamping, kedepan atau kebelakang jaraknya sangat dekat.
Sumber aiar yang digunakan untuk minum dalah dengan mengunakan air
mineral gallon, namun Ibu mengatakan ketika iangin memasak
menggunakan air sumur yang da didalam rumah. Bp. A mengatakan
setiap hari keluarga mengaumpulakan sampah nya kemudian dibuang ke
tempat yang telah disediakan dan kemudian sampah tersebut akan
diangkut oleh truk pengangkut sampah oleh petugas kebersihan.
Karakteristik tetangga dan komunitas
Bp. A mengatakan lingkungan tetangga disini dari berbagai daerah. Jarak
antar setiap rumah hanya setengah meter bahkan ada yang satu tembok
bersamaan antara tetangga satu dengan tetangga yang lainnya. Daerah
lingkuang bp. A termasuk daerah perkotaan. Di lingkungan tempat tingaal
Bp. A tidak ada warga yang mendirikan industri, dilingkungan nya hanya
terdapat tukang kayu, pedagang, dan pekerja yang lain. Selama kelompok
melakukan pengkajian lingkungan tempat tinggal keluarga Bp A terlihat
bersih. Seluruh warga di lingkungan keluarga Bp. A membuang sampah
rumah tangga di kantong plastic yang kemudian dibuang ditempat yang
telah disediakan di sebelah Barat pasar, nanti nya akan dianggkut oleh
petugas sampah. Bp. A mengatakan bahwa keluarganya sering merasa
bising dengan lingkungan nya mengingat jarak antar rumah terlalu dekat.
Bp. A mengatakan didaerah dekat lingkungan tempat tinggal nya tidak ada
layanan kesehatan, namun dekat dengan fasilitas sekolah. Diderah tempat
tinggal Bp. A banyak tersedia transportasi umum dan biasanya keluarga
menggunakan sepeda motor. Bp. A mengatakan di lingkungan tempat aman
dari tindak kejahatan, setiapa malam akses masuk ke lingkungn tempat
tingga Bp. A pukul 23.00 wib sudah ditutup untuk umum.

Mobilisasai geografis keluarga


Sebelum tinggal di Jl Wahidin .Bp. A dan Ibu I tinggal di daerah Tempean
sekitaran Timur Pasar Tanjung mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan
selama 4 tahun kemudian tinggal di Jl Wahidin hingga sekarang. Setiap hari

21
nya Bp. A kepasar dengan menggunakan sepeda motor. Sedangkan Ibu I
untuk mengantar kan An.R sekolah cukup dengan berjalan kaki dan sekolah
An. R berdekatan dengan sekolah An. A
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bp. A mengatakan keluarga ikut terlibat apabila ada kegiatan dimasyarakat.
Dan Ibu I juga berinteraksi dengan masyarakat setempat ketika pengajian
setiap seminggu sekali.
System pendukung keluarga dan ecomap

Keterangan:
: Hubungan Relatif Jarang
: tidak terlalu dekat
: sangat dekat

4. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi
Bp. A mengatakan komunikasi dengan Ibu I cukup terbuka namun ketiga
anaknya lebih sering berkomunikasi dengan Ibu I dari pada dengan Bp. A
dikarenakan Bp. A sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk ketiga
anak nya sedikit. Apabila ketiga anaknya menginginkan sesuatu maka
ketiga anaknya terlebih dulu berbicara dengan Ibu I baru dan nantinya Ibu I
yang menyampaikan keingingan ketiga anaknya kepada Bp. A.
Struktur kekuatan/kekuasaan keluarga
Ibu I mengatakan jika ada sesuatu masalah dalam keluarga pengambilan
keputusan dilakukan oleh Bp A, tetapi terkadang Bp A meminta pendapat
dari Ibu I tanpa melibatkan ketiga anaknya. Keputusan yang dibuat
biasanya akan dihormati oleh seluruh keluarga karena sudah dianggap
keputusan yang baik.
Struktur peran
Bp.A dan Ibu I mengatakan Bp A sebagai kepala keluarga dan Ibu I sebagai
istri dan ibu untuk ketiga anaknya. Secara Informal Ibu I juga sebagai
pemberi kasih sayang kepada semua keluarganya. Ibu I juga sebagai tempat
curahan hati bagi anak-anaknya. Setiap harinya Ibu I mengantarkan Anak
ketiga nya yaitu An. M ke sekolah taman kanak-kanak dan menunggu di
sekolahnya hingga jam sekolah berakhir. Setelah anak keduanya jatuh sakit
maka terjadilah pengaturan peran-peran baru dalam keluarga Bp.A. Ibu I
yang setiap harinya mengantar anak ketiganya sekolah sekarang Ibu I
menjaga An. A dipuskesmas. Selama Ibu I di Puskesmas menjaga An. A,
peran Ibu I dalam merawat An. M digantikan oleh sepupu dari Ibu. I yang
telah memiliki keluarga dan 1 orang anak berumur 2 tahun. Setiap pagi Bp.
A harus mengantarkan An. M ke sekolah dan menjemputnya ketika pulang
sekolah, setelah Bp.A mengantarkan An. M, Bp. A juga mengantar kan An
F ke Madrasah karena selama An.A sakit, anak kedua Bp. A setiap hari
pulang kerumah. Sebelumnya anak kedua Bp. A selalu tinggal di
pondoknya. Bp. A hampir menghabiskan waktunya di pasar sekarang harus
kesana kemari untuk menemani Ibu I di Puskesmas. Ibu I mengatakan
semua keluarga bisa menyesuaikan dengan perubahan peran, terutama An.
M yang sebelum nya tidak mau tidur bersama sepupu Ibu I namun setelah
mengetahui An. A sakit, An. R mau tidur bersama sepupu dari Ibu I.

23
Nilai dan norma keluarga
Bp A mengungkapkan bahwa jika mengalami gangguan kesehatan misalnya
pusing ataupun demam, akan diobati sendiri dengan obat-obat yang dapat
dibeli ditoko. Keluarga Bp A juga masih meyakini khasiat dari obat-obatan
tradisonal dan terkadang menggunakan obat-obat tradisional jika
diperlukan.

5. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
Bp A dan Ibu I mengatakan mereka mengerti apabila anaknya
menginginkan sesuatu dan langsung menanyakan ap yang dibutuhkan anak
tersebut. Anak-anaknya saling peduli dengan saudara maupun dengan
orang tuanya dan akrab satu sama lain. Hubungan antar anggota keluarga
berjalan baik, Bp A senantiasa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan
anak-anaknya, dan anak-anak keluarga Bp A sangat menghormati orang
tuanya.

Diagram kedekatan dalam keluarga

Keterangan :
: Biasa
: Dekat
: Sangat Dekat
Fungsi sosialisasi
Bp A mengungkapkan bahwa anaknya yang tertua dilarang membawa
teman sekolahnya kerumah, kecuali ada kepentingan yang berhubungan
dengan sekolahnya. Bp a dan Ibu I selalu membiasakan anaknya untuk
mandiri. Bp A mengatakan apapun yang dilakukan pada anaknya
merupakan upaya agar anknya menjadi lebih baik. Meskipun hanya seorang
pedagang Bp. A selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-
anaknya, Bp A mengatakan kebutuhan anaknya adalah yang terpenting.
Anak-anak keluarga Bp A mempunyai teman bermain yang ada di
lingkungan sekitar rumahnya. Bp A menyadari keterbatasan tempat bermain
bagi anaknya, karena memang rumah yang sederhana dan berada di
kawasan yang padat sehingga anak Bp A bermain dengan fasilitas yang ada
dirumah.
Fungsi perawatan kesehatan
Bp A dan keluarga mengatakan bahwa mereka banyak mengkonsumsi air
putih tiap hari. Bp A mengutarakan bahwa jika ada anggota keluarga yang
sakit maka akan dirawat sendiri, namun apabila penyakit cukup serius
keluarga akan membawa anggota yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up kesehatan secara rutin.
Disamping pertimbangan biaya, Bp A mengatakan bahwa tidak punya
waktu untuk melakukan chek-up meskipun sebenarnya tahu pentingnya
pemeriksaan rutin. Ibu I mengatakan anak-anaknya diberikan imunisasi
lengkap dan diberikan ASI selama 2 tahun, kecuali An. M lebih dari 2
tahun. Ibu I mengaku semua anaknya ketika berumur <6 bulan sudah diberi
makanan berupa serelac. Menurut Ibu I makan yang bergizi untuk makan
balitanya adalah pisang dan nasi lembut yang dihaluskan. Bp A juga
mempunyai kebiasaan merokok dia mengatakan bahwa apabila tidak
merokok merasa kurang enak, dan biasanya harus disertai minuman berupa
kopi yang menurut Bp A merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A
mengatakan bahwa apabila tidak merokok merasa kurang enak, dan
biasanya harus disertai minuman berupa kopi yang menurut Bp A
merupakan jamu/obat untuk rokok. Bp A mengungkapkan bahwa dia tahu
akibat yang dapat ditimbulkan dari merokok, Bp. A mengatakan sekarang
merokok hanya satu bungkus tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih
dari satu bungkus rokok. Bp. A mengatakan apabila dia merokok An. F dan
an. A selalu menyuruh Bp. A keluar rumah.
Fungsi reproduksi

25
Bp A dan Ibu I mengungkapkan bahwa mereka mempunyai 5 orang anak,
namun anak pertama meninggal dan pada saat mengandung anak keempat
Ibu I mengalami keguguran. Bp A mengatakan bahwa tidak mempunyai
rencana untuk menentukan berapa jumlah anak yang diinginkan, “kita jalani
apa adanya saja...” kata Bp A.

6. Stres Dan Koping Keluarga


Stressor jangka pendek
Bp. A mengatakan masalah yang dirasakan saat ini adalah proses untuk
penyembuhan dari An. A sehingga dapat normal seperti semula
Stressor jangka panjang
Bp. A mengatakan yang menjadi pikiran adalah kesejahteraan semua
anggota keluarganya.
Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Bp A mengatakan bahwa jika ada permasalahan akan segera dicari
penyelesaiannya dengan berdiskusi bersama istrinya, namun jika dirasa
maslah sangat berat, Bp A meminta bantuan pada keluarga besar.
Strategi koping yang digunakan
Ibu I mengatakan koping yang digunakan oleh Bp.A ketika menghadapai
masalah Bp. A lebih banyak minum air putih kemudian langsung pergi tidur
sedangakan Ibu I apabila ada masalah lebih banyak terdiam.
Strategi Adaptasi disfungsional
Bp.A dan Ibu I tidak menggunakan adaptasi Disfungsional kepada ketiga
anaknya.

7. Pemeriksaan Fisik
Komponen Bp. A Ibu I An. F An. A An. M
Kepala Rambut Rambut ikal, Rambut Rambut
lurus,
hitam ikal, bersih, tipis, hitam ikal, bersih, tidak
bersih, tidak melebihi bersih, tidak ada
ada kelainan bahu ada kelainan,
sebahu kelainan

Mata scelera tida scelera tidak scelera tida scelera tida


ikterik,
ikterik, ikterik, ikterik, konjungtiva
konjungtiva konjungtiva konjungtiva tidak anemi,
tidak anemi, tidak anemi tidak anemi, tidak ada
kelainan
tidak ada menggunaka
kelainan n kaca mata

Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih,


tidak ada
ada serumen, ada serumen, ada serumen, serumen,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
tidak ada
tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan,
nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, dapat
dapat dapat dapat mendengar
dengan baik
mendengar mendengar mendengar
dengan baik dengan baik dengan baik
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Ada secret Bersih,
tidak ada
ada secret, ada secret, berwarna secret, tidak
tidak ada tidak ada bening ada
kelainan kelainan kelainan

Mulut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


stomatitis,
stomatitis, stomatitis, stomatitis, tidak ada
tidak ada tidak ada tidak ada kelainan
kelainan kelainan kelainan
Leher & Tidak nyeri Tidak nyeri Tidak nyeri Tidak nyeri
tekan, tidak
tenggorokan tekan, tidak tekan, tidak tekan, tidak ada
ada ada ada pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar
limfe dan

27
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar tiroid

dan tiroid dan tiroid limfe dan


tiroid,
Dada & paru Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
simetris,
simetris, simetris, simetris, tidak
tidak tidak tidak menggunak
menggunakan menggunakan menggunaka an alat
bantu nafas,
alat bantu alat bantu n alat bantu
tidak ada
nafas, tidak nafas, tidak nafas, tidak ronchi,
ada ronchi, ada ronchi, ada ronchi, tidak ada
wheezing
tidak ada tidak ada tidak ada
wheezing wheezing wheezing
Ektremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gangguan
gangguan gangguan gangguan gerak, tidak
gerak, tidak gerak, tidak gerak, tidak ada luka,
ada luka, ada luka, ada luka, tidak ada
varises
tidak ada tidak ada tidak ada
varises varises varises
Kulit Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih,
tidak ada
ada kelainan ada kelainan ada kelainan kelainan
kulit, turgor kulit, turgor kulit, turgor kulit, turgor
baik baik baik baik

BB/TB 72 kg/162cm 60kg/147cm 45kg/148cm 17kg/104cm

Kuku Bersih, Panjang, Panjang Panjang,


kotor
pendek kotor bersih
TTV 100/90 120/80 100/70
Simpulan Tidak ada Ada masalah Masalah Ada
masalah
masalah pada kesehatan dengan
kesehatan penglihatan, pada personal
personal
hygine penglihatan hygine.

kurang

8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap apabila akan melakukan perawatan pada pasien maka harus
diperhatikan terlebih dahulu pasien yang dihadapi balita, anak-anak, atau dewasa.

Analisa Data
Data Diagnosa
Keperawatan
TAHAP I Pemeliharaan
Data Objektif kesehatan tidak
Keluarga Bp A tidak pernah melakukan chek-up efektif pada keluarga
kesehatan secara rutin Bp A berhubungan
Data Subjektif dengan
Bp A mengatakan bahwa kalau tidak sakit buat apa ketidakmampuan

29
periksa. keluarga memutuskan
Bp A mengatakan bahwa disamping pertimbangan biaya, masalah mengenai
keluarga tidak punya waktu untuk melakukan chek-up pentingnya
rutin pemeriksaan
TAHAP II kesehatan secara
Keluarga Bp A mengenal masalah mengenai pentingnya teratur.
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Keluarga tidak mampu memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin.
TAHAP I Potensial peningkatan
Data Objektif pemeliharaan
Selama beberapa kali dilakukan pengkajian Bp. A tidak kesehatan keluarga
merokok. khususnya pada Bp A
Data Subjektif
Bp A mengatakan sekarang merokok hanya satu bungkus
tidak seperti dulu bisa menghabiskan lebih dari satu
bungkus rokok
Bp. A mengatakan apabila saya merokok An. F dan an. A
selalu menyuruh Bp. A keluar rumah
TAHAP II
Bp.A dan Ibu I mengetahui akibat apabila merokok
Anak Bp A tidak menyukai Apabila Bp A merokok dalam
rumah.
Bp A secara sadar mengurangi konsumsi rokok.
TAHAP I Kerusakan
Data Objektif komunikasi verbal
Selama pengkajian ketiga anak Bp A jarang berhubungan dengan
berkomunikasi dengan ayahnya ketidakmampuan
Data Subjektif keluarga mengenal
Bp A mengatakan ketiga anaknya jarang berkomunikasi masalah mengenai
dengan dia. komunikasi yang baik
Bp A mengatakan apabila ketiga anaknya menginginkan
sesuatu maka mereka akan mengungkapkan lebih dulu dalam keluarga.
pada Ibu I kemudian Ibu I yang menyampaikan pada Bp
A.
TAHAP II
Keluarga tidak mengetahui pentingnya komunikasi
efektif dalam keluarga
Keluarga tidak bisa melakukan teknik komunikasi yang
baik dalam keluarga.

Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memutuskan masalah mengenai pentingnya
pemeriksaan kesehatan secara teratur.

No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah: 1 1/3x1=1/3 Keluarga mengatakan keadaan
krisis : 1 kesehatan masih baik meskipun
tidak periksa teratur
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Tidak ada waktu untuk periksa

31
masalah diubah: secara teratur
sebagian:1
3. Potensi masalah 1 1/3x1=1/3 Sudah biasa tidak
dicegah: memeriksakan kesehatan secara
Rendah:1 teratur

4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/2 Keluarga merasa biasa saja


masalah: meskipun tidak memeriksakan
kesehatan secara teratur
Masalah tidak
dirasakan: 1
Jumlah 2 1/6

Diagnosa Keperawatan
Potensial peningkatan kesehatan keluarga khususnya pada Bp A
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 1/3x1=1/3 Keluarga tidak mengeluhkan
Krisis:1 adanya gangguan karena
kebiasaan Bp A
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Bp A mengatakan porsi
masalah diubah: merokok sudah dikurangi, yang
tadinya 2 bungkus dalam sehari
Sebagian:1
sekarang menjadi 1 bungkus
3. Potensi masalah 1 2/3x1=2/3 Anggota keluarga tidak
dicegah: menyukai jika Bp A merokok.
cukup:2

4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/2 Bp A merasa sehat-sehat saja


masalah: meskipun masih meroko

Ada masalah tapi


tidak perlu
ditangani: 1
Jumlah 2 1/2

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenai komunikasi yang baik dalam keluarga.
No Kriteria Bbt Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 1/3x1=1/3 Keluarga menganggap hal
Krisis:1 tersebut wajar
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Ibu I memberitahu Bp A
masalah diubah: apabila anaknya
memnginginkan sesuatu
Sebagian:1
3. Potensi masalah 1 1/3x1=1/3 Bp A jarang berkomunikasi
dicegah: dengan anaknya karena
kesibukan
rendah:1
4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/2 Anak-anak keluarga Bp A

33
masalah: sudah terbiasa dengan hal
Ada masalah tapi tersebut

tidak perlu
ditangani: 1
Jumlah 2 1/6

Diagnosa Keperawtan Keluarga Berdasar Prioritas


Dari hasil perhitungan maka dapat disusun diagnosa keperawatan berdasar
prioritas pada keluarga Bp A :
Potensial peningkatan pemeliharaan Kesehatan keluarga khususnyha pada Bp
A
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga Bp A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memutuska masalah mengenai pentingnya
pemeriksaaan kesehatan secara teratur
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenai komunikasi yang baik dalam keluarga
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Bp A
No Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Standar Intervensi
keperawatan
1. Pemeliharaan Setelah Setelah pertemuan
kesehatan tidak dilakukan 2x30 menit dapat
efektif pada keluarga asuahn menunjukkan
Bp A berhubungan keperawatan Keluarga mampu
dengan selama satu mengenal Respon Mengetahui akan Diskusikan dengan
ketidakmampuan minggu maka tentang Verbal pentingnya keluarga tentang
keluarga memutuskan keluarga Bp. A pentingnya pemeriksaan kesehatan pengetahuan saat ini
masalah mengenai mampu pemeriksaan rutin dapat berdampak mengenai kesehatan dan
pentingnya memeriksakan kesehatan rutin pada pemeliharaan kebisaan hidup keluarga.
pemeriksaan kesehatan nya Keluarga mampu kesehatan yang baik
kesehatan secara secara teratur memutuskan Bp A dan anggota Identifikasi sumber daya
teratur. sikap untuk Respon keluarga bersedia yang ada dalam keluarga
melakukan Verbal untuk melakukan
pemeriksaan pemeriksaan kesehatan Identifikasi faktor internal
kesehatan secara teratur. dan external yang dapat
secara teratur. meningkatkan atau
menurunkan motivasi

35
perilaku hidup sehat.

Rumuskan tujuan untuk


program pendidikan
kesehatan pada keluarga
2. Potensial peningkatan Setelah Setelah pertemuan
pemeliharaan dilakukan 2x30 menit dapat
kesehatan keluarga asuhan menunjukkan
khususnya pada Bp A keperawatan Keluarga mampu
selama satu mengenal akibat Respon Kesehatan keluarga Diskusikan dengan
minggu Bp. A dari perilaku verbal merupakan kesehatan keluarga tentang
mampu merokok tiap anggota keluarga, pengetahuan saat ini
meningkat kan adanya perilaku tidak mengenai kesehatan dan
derajat sehat salah satu kebisaan hidup keluarga.
kesehatannya anggota keluarga (Bp.
A) akan berakibat pada Bantu keluarga
ketidak seimbangan merencanakan strategi
kesehatan pada koping yang spesifik
keluarga dan
berpengaruh terhadap Bantu keluarga
kesehatan tiap anggota mengklarifikasi keyakinan
keluarga. dan nilai mengenai
Keluarga mampu kesehatan.
memutuskan Respon Pengambilan sikap Ibu
sikap untuk verbal I dan ketiga anaknya, Rumuskan tujuan untuk
mendukung Bp merupakan suatu program pendidikan
A dalam upaya bentuk respon kesehatan pada keluarga
mengurang/berh kepedulian akan
enti merokok kesehatan Bp. A Ajarkan strategi yang
sebagai wujud dapat digunakan keluarga
membantu Bp. A untuk mengatasi perilaku
untuk berperilaku tidak sehat.
Keluarga mampu sehat.
memberikan Berikan saran pada Bp A
dukungan demonst Ibu I dan ketiga untuk berhenti merokok.
positif pada Bp rasikan anaknya dapat menjadi
A untuk motivator bagi Bp.A
berhenti untuk terus berupaya

37
merokok meningkatkan
kesehatan sehingga
Bp. A mampu
mempertahankan
upayanya sebagai
respon timbal balik
terhadap keluarganya
3. Kerusakan Setelah Setelah pertemuan
komunikasi verbal dilakukan 2x30 menit dapat
berhubungan dengan asuhan menunjukkan
ketidakmampuan keperawatan Keluarga mampu
keluarga mengenal selama satu menyampaikan Respon Anggota keluarga Anjurkan keluarga untuk
masalah mengenai minggu maka keinginan verbal dapat menyampaikan mengekspresikan
komunikasi yang baik keluarga Bp. A secara terbuka keinginannya secara perasaaan.
dalam keluarga. mampu pada anggota verbal
mengenal keluarga Anjurkan verbalisasi dari
komunikasi yang Keluarga mampu perasaan, persepsi dan
baik dalam mengenali ketakutan
keluarga respon verbal Respon Permasalahan pada
dan non verbal verbal anggota keluarga jika Memfokuskan interaksi
apabila terdapat disimpan sendiri dan dengan mengesampingkan
masalah pada tidak dikomunikasikan prasangka, asumsi, dan
masing-masing dengan anggota yang berfokus pada anggota
anggota lain dapat menjadi keluarga.
keluarga penyebab komunikasi
Keluarga memiliki yang tidak efektif Klarifikasi setiap pesan
waktu atau ungkapan dengan
berkumpul Demonst Waktu berkumpul menanyakan kembali dan
untuk rasikan keluarga merupakan meminta feedback.
berkomunikasik salah satu cara untuk
an dengan dapt menggali Ciptakan lingkungan
keluarga permasalahan dan keluarga yang dapat
menciptakan rasa percaya
menciptakan
tiap anggota keluarga.
komunikasi yang baik
dalam keluarga .

39
Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Tanda tangan Evaluasi

13/12/2009 Potensial peningkatan Mendiskusikan dengan S : Bp A mengatakan bahwa


pemeliharaan kesehatan keluarga tentang pengetahuan belum sepenuhnya bisa
keluarga khususnya pada saat ini mengenai kesehatan untuk berhenti merokok
Bp A dan kebisaan hidup keluarga. meskipun dari keluarga tidak
menyukai
Membantu keluarga O : Bp A masih terlihat
mengklarifikasi keyakinan dan merokok saat di warung
nilai mengenai kesehatan. A : masalah masih ada dan
memerlukan intervensi lebih
Merumuskan tujuan untuk lanjut
program pendidikan kesehatan P : rencanakan bersama
pada keluarga keluarga intervensi lanjutan
yang diperlukan
Mengajarkan strategi yang
dapat digunakan keluarga
untuk mengatasi perilaku tidak
sehat.
memberikan saran pada Bp A
untuk berhenti merokok.

13/12/2009 Pemeliharaan kesehatan Mendiskusikan dengan S : Keluarga Bp A


tidak efektif pada keluarga tentang pengetahuan mengatakan masih kesulitan
keluarga Bp A saat ini mengenai kesehatan untuk melakukan
berhubungan dengan dan kebisaan hidup keluarga. pemeriksaan kesehatan rutin.
ketidakmampuan O : Bp A dan Ibu I masih
keluarga memutuskan Membantu keluarga terlihat sibuk di warung
masalah mengenai mengidentifikasi sumber daya tempat berjualan
pentingnya pemeriksaan yang ada dalam keluarga A : masalah masih ada
kesehatan secara teratur. karena kesulitan mengatur
Identifikasi faktor internal waktu.
(biaya untuk pemeriksaan P : rencakan bersama
kesehatan dan waktu) dan keluarga mengenai waktu
external (jarak ke pelayanan yang memungkinkan untuk
kesehatan dan pelayanan keluarga dapat melakukan
kesehatan yang dapat pemeriksaan kesehatan rutin.

41
digunakan) yang dapat
meningkatkan atau
menurunkan motivasi perilaku
hidup sehat.
BAB 4. PEMBAHASAN

Proses pemberian asuhan keperawtan pada keluarga tidak jauh berbeda


dengan pemberian asuhan keperawatan pada individu, di mulai dengan pengkajian
pada keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan intervensi,
implementasi dari perncanaan serta evaluasi dari tindakan atau intervensi yang
kita lakukan. Akan tetapi pada asuhan keperawatan keluarga pemberian asuhan
lebih difokuskan pada seluruh anggota keluarga, bukan individu serta
menekankan pada usaha untuk memandirikan keluarga agar dapat melakukan
tugas kesehatan dengan baik, antara lain yaitu ; mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan dalam menangani masalah kesehatan, melakukan
perawatan pada anggota keluarga, memelihara lingkungan rumah yang sehat, dan
menggunakan fasilitas atau layanan kesehatan yang ada di masyarakat. Kelima
tugas kesehatan keluarga tersebut dijadikan etiologi atau penyebab dalam
merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sehingga membedakan dengan
diagnosa keperawatan pada individu.
Dalam praktik pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp
A, kami mengkaji delapan aspek dari keluarga untuk menyusun diagnosa
keperawatan keluarga. Kemudian dan hasil pengkajian dan penyusunan diagnosa
tersebut disusun rencana intervensi serta dilakukan implementasi dan evaluasi
secara berurutan.
Kami merumuskan beberapa diagnosa yang muncul dari masalah
kesehatan pada keluarga Bp A yang terlihat dan tergambar dari hasil pengkajian
yang dilakukan. Selanjutnya kami mengimplementasikan rencana intervensi yang
kami buat dan diprioritaskan oleh keluarga untuk diatasi lebih dulu.
Implementasi yang kami lakukan tidak semua berhasil dengan baik, hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kebiasaan keluarga, faktor
ekonomi, keyakinan/anggapan dan faktor-faktor lain, sehingga dibutuhkan follow-
up lebih lanjut terhadap intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.

43
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses pemberian asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa, penyusunan intervensi dan implementasi dari intervensi
yang diibuat serta evaluasi dari tindakan yang dilakukan. Fokus pemberian asuhan
keperawtan keluarga adalah semua anggota keluarga, bukan individu. Masalah
yang akan diatasi berdasarkan diagnosa yang disusun, diprioritaskan sendiri oleh
keluarga bersama dengan perawat. Perlu dilakukan follow-up terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan untuk mengetahui apakah diperlukan
perencanaan lebih lanjut terhadap masalah yang dihadapi keluarga hingga
keluarga dapat secara mandiri melakukan tugas kesehatannya.

5.2 Saran
Saran dari kami adalah semoga pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
dapat lebih ditingkatkan lagi, agar dapat meningkatkan kemandirian keluarga
untuk melakukan tugas kesehatannya sehingga akan mendukung produktifitas
masyarakat sekitarnya dan produktifitas nasional pada umumnya. Disamping itu
dapat menjadi media untuk mengenalkan profesi keperawatan pada masyarakat.

You might also like