You are on page 1of 4

Skenario

Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke Puskemas dengan keluhan utama berak
encer yang disertai darah dan lendir. Keluhan ini dirasakan sejak beberapa bulan yang
lalu. Wanita ini juga mengeluh sakit perut yang sifatnya hilang timbul dan penurunan
berat badan kurang lebih 5 kg dalam satu bulan terakhir. Ia berusaha mengobati
penyakitnya dengan meminum obat anti diare namun tidak memberikan hasil.
Pemeriksaan fisis menunjukkan adanya anemia dan nyeri perut khususnya pada regio
bawah abdomen.

Kata Kunci
Identitas pasien :
– Wanita, 45 tahun
Keluhan Utama:
– berak encer yang disertai darah dan lender
Onset:
– beberapa bulan yang lalu (kronik)
Keluhan Lain:
– sakit perut hilang timbul,
– penurunan berat badan 5 kg dalam sebulan
Riwayat Pengobatan:
– minum obat antidiare
Pemfis:
– anemia
– nyeri abdomen region bawah abdomen

Pertanyaan Kasus
1. Anamnesis dan pemeriksaan tambahan apa saja yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis pada pasien ini?
2. Berdasarkan skenario penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis pada pasien ini?
Jawaban
1. Pendekatan Diagnostik

Mengingat etiologi yang begitu beragam dan banyak dalam kasus diare, kita harus
berhati-hati dalam memilih macam pemeriksaan. Pemeriksaan yang kita anjurkan
harus efektif sexcara harga tapi membantu menegakkan diagnosis. Walaupun
demikian kita juga harus berhati-hati dalam membuat kesimpulan etiologi diare
kronik, karena dalam 1 kasus dapat ditemukan dua atau lebih patofisiologi.
Pemeriksaan dapat menjadi 2 tahap yakni, tahap awal yang terdiri dari anamnesis,
pemfis, analisis tinja, pemeriksaan urin dan tahap lanjut yang memerlukan
pemeriksaan lebih rumit.

Anamnesis

Dalam menegakkan diagnosis, pertanyaan yang perlu diajukan selama anamnesis


sebaiknya berkaitan dengan:

1. Waktu dan frekuensi diare. Diare pada malam hari atau sepanjang hari tidak
intermiten atau diare timbul mendadak, menunjukkan adanya penyakit
organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan kita pada
penyakit organik. Diare yang terjadi pada pagi hari lebih mengarah pada
keadaan stress dan penyakit IBS. Keluhan diare yang lebih dari 1 tahun dapat
mengarahkan pada diare fungsional.
2. Bentuk tinja. Bila terdapat minyak dalam tinja, tinja pucat menunjukkan
insufisiensi pankreas dan kelainan proksimal ileosekal. Diare seperti air dapat
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat pencernaan, tapi terutama pada
usus halus. Bau asam menunjukkan penyerapan karbohidrat yang tidak
sempurna. Kita harus bisa membedakan diare bercampur darah dengan diare
lalu diikuti darah.
3. Keluhan lain yang menyertai diare:
a. Nyeri abdomen: merupakan manifestasi klinik yang tidak khas. Nyeri
yang menetap biasanya memang menunjukkan adanya kelainan
organik, sedangkan nyeri yang berpindah-pindah biasanya berkaitan
dengan diare fungsional. Nyeri abdomen yang melibatkan usus halus
biasanya manifestasinya di sekitar umbilikus. Sedangkan nyeri usus
besar biasanya berlokasi di sekitar suprapubis.
b. Demam: sering menyertai infeksi atau keganasan
c. Mual dan muntah: biasanya menunjukkan adanya infeksi
d. Penurunan berat badan serta riwayat dehidrasi dan hipokalemia
menunjukkan adanya kelainan organik
e. Mengedan waktu defekasi biasanya berkaitan dengan diare fungsional.
4. Obat: banyak obat yang menimbulkan diare, misalnya: laksan, antibiotika,
antikanker, antidepresan, antihipertensi, antikonvulsan, dan lain-lain.
Penghentian obat selama beberapa hari biasanya dapat membantu
penegakkan diagnosis.
5. Makanan dan minuman: makanan dapat menimbulkan diare melalui
mekanisme osmotik yang berlebihan atau alergi.

Pemeriksaan Fisis

Kebanyakan gejala klinis tidak spesifik dan menunjukkan adanya malabsorpsi


nutrien dan defisiensi vitamin/elektrolit. Sulit untuk menegakkan diagnosis hanya
dengan pemeriksaan fisis.

Pemeriksaan Tinja

Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tinja adalah:

1. Konsistensi, pH, elektrolit, osmolaritas dan volume air dalam tinja: hal ini
sangat berguna dalam membedakan etiologi serta patofisiologi diare.
2. Pemeriksaan kultur tinja: dengan pemeriksaan ini, kita dapat menentukan
apakah diare disebabkan oleh infeksi atau tidak.
3. Ada tidaknya lemak: untuk menentukan apakah diare disebabkan oleh
malabsorpsi lemak

Pemeriksaan Darah

Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan tinja, bila pemeriksaan


tinja belum menegakkan diagnosis. Adapun hal – hal yang perlu diperiksa dalam
pemeriksaan darah adalah:

1. Laju endap darah


2. Kadar Hemoglobin
3. Kadar albumin dalam serum
4. Hitung darah lengkap

Dengan pemeriksaan di atas, diharapkan dapat diperloleh informasi mengenai


apakah diare disebabkan oleh inflamasi, atau karena hal lain.

Selain itu, kita juga bisa melakukan pemeriksaan serologis untuk mencek ada
tidaknya antibodi tertentu pada suatu penyakit.

Urin
Untuk menunjang diagnosis tumor, dapat dilakukan pemeriksaan kada 5-HIAA urin
24 jam. VMA untuk pheochromacytoma. Histamin untuk mast cell dan kanker usus
proksimal.

Pemeriksaan Lain

Beberapa negara maju menganjurkan pemeriksaan BNO, barium enema atau pun
follow through untuk membantu menegakkan diagnosis.

Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan berupa:

1. Petanda tumor: misalnya Ca 19-9 untuk mengetahui adanya keganasan pada


pankreas atau kolon
2. Pemeriksaan ELISA: untuk mengetahui adanya antigen Giardia, assay
alkalinisasi
3. Tes alergi

Gambar Tahapan Diagnostik Penanganan Diare Kronik

You might also like