You are on page 1of 33

PENGANTAR ILMU HUKUM

Disampaikan Oleh:
M. Syamsul Hidayat, S.H.
Ita Susanti, S.H.
DEFINISI HUKUM
Immanuel Kant :
“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht”

Prof. Claude du Pasquer :


Dlm bukunya : “Introduction a la theorie generale et a la philosophie du
droit” menyebutkan 17 definisi hukum yg masing-masing menonjolkan segi
tertentu dari hukum

Dr. WLG Lemaire dlm buku “Het Recht in Indonesia”:


“ Karena hukum itu mempunyai segi & bentuk yg sangat banyak, sehingga
tak mungkin tercakup keseluruhan segi & bentuk hukum itu di dalam
sebuah definisi”
E. Utrecht dlm buku “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”:
“Sekalipun tidak mungkin mengadakan batasan yg lengkap tentang apa yg
dinamakan HUKUM sesungguhnya batasan tentang hal itu tetap harus ada
sebagai pegangan bagi orang yg sedang mempelajari ilmu hukum”
“Hukum adalah himpunan peraturan2 berisi peintah2 &
larangan2 yg mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”

Mochtar Kusumaatmadja:
“Hukum tidak saja meliputi keseluruhan kaidah & norma2 yg mengatur
pergaulan hidup manusia tetapi juga meliputi proses-proses & lembaga2 yg
berupaya mewujudkan kaidah2 tersebut dalam kenyataan”
UNSUR-UNSUR HUKUM :

1. Peraturan ttg tingkah laku manusia dlm pergaulan masyarakat;


2. Dibuat oleh badan resmi yg berwenang;
3. Bersifat memaksa (imperatif);
4. Terdapat sanksi tegas terhadap pelanggaran peraturan.

HUKUM

MEMAKSA MENGATUR
(Dwingen Recht) (Aan Vullend Recht)
Pelanggaran terhadap kaidah HUKUM YG MEMAKSA diancam
dengan SANKSI

Pasal 10 KUHP : SANKSI meliputi:

A. PIDANA POKOK
1. Pidana Mati;
2. Pidana Penjara;
a) Seumur hidup
b) Sementara (max. 20 thn, min. 1 thn) atau selama waktu ttt.
3. Pidana Kurungan; (min. 1 hari & max. 1 thn)
4. Pidana Denda (sbg pengganti hukuman kurungan)
5. Pidana Tutupan;

B. PIDANA TAMBAHAN
1. Pencabutan hak tertentu;
2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;
3. Pengumuman keputusan hakim (Penetapan pengadilan)
TUJUAN HUKUM:
1. Menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat;
2. Eigenrichting is verboden, mencegah agar setiap orang tidak
menjadi hakim atas dirinya sendiri.

KEBUTUHAN & KEPENTINGAN MANUSIA :


• Kebutuhan fisiologis ;
• Kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman dari gangguan,
ancaman atau serangan pihak lain;
• Kebutuhan akan kerja sama yg saling menguntungkan (kerja sama
untuk tujuan2 kolektif);
• Kebutuhan akan kehormatan dirinya; penghargaan sbg manusia yg
bermartabat & berkebudayaan;
• Kebutuhan akan eksistensi diri dengan jiwa yg merdeka, yg memiliki
daya logika, etika & estetika atau nalar & kreatifitas guna
membudayakan dirinya.

SYARAT KAIDAH HUKUM YG EFEKTIF :


1. SYARAT FILOSOFIS;
2. SYARAT YURIDIS;
3. SYARAT SOSIOLOGIS;
SUMBER-SUMBER HUKUM
“Segala sesuatu yg menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai
kekuatan yg bersifat memaksa, yakni aturan-aturan bila
dilanggar mengakibatkan sanksi yg tegas & nyata”.

SUMBER HKM MATERIAL SUMBER HKM FORMAL


• Ekonomi, Sosial, Sosiologi, 1. Undang-Undang
Filsafat, dll. 2. Kebiasaan
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
STUFENBAU DES RECHT
Hans Kelsen & Adolf Merkl

1 GRUND NORM

UU NO. 10
2 TUSSEN NORM TAHUN
2004
3 CASUS NORM
Syarat Berlakunya Hukum
(Geldings Theorie)

1. Personal Sphere
2. Utility Sphere
3. Territorial Sphere
4. Temporal Sphere
SYARAT BERLAKUNYA SUATU UU :
• Diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris
Negara;
• Tanggal mulai berlakunya UU adalah menurut tanggal yg ditentukan
dalam UU itu sendiri;
• Jika tgl tidak disebutkan, maka untuk Pulau JAWA & MADURA, UU mulai
berlaku 30 hari setelah diundangkan dlm LN, sedangkan untuk daerah
lainnya mulai berlaku 100 hari setelah dilakukan pengundangan dlm LN.

FICTIE HUKUM
“SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA
SUATU UNDANG-UNDANG”
( in dubio pro reo )
BERAKHIRNYA KEKUATAN BERLAKU SUATU UU :
• Jangka waktu berlakunya UU tsb sudah lampau;
• Keadaan atau hal yg diatur UU sudah tidak ada lagi;
• UU tsb dengan tegas dicabut oleh badan pembuat (badan berwenang
lainnya yg lbh tinggi kedudukannya);
• Telah diadakan UU yg baru, yg isinya bertentangan dengan UU yg
sebelumnya berlaku.
PENEMUAN (PEMBENTUKAN) HUKUM

DASAR HUKUM;
1. ASAS “CURIA NOVIT” yaitu HAKIM DIANGGAP MENGETAHUI
HUKUM, sehingga hakim tidak boleh menolak suatu perkara yang
diajukan kepadanya dengan alasan peraturannya kurang jelas atau
tidak ada peraturannnya.
2. Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman ; bahwa “HAKIM SEBAGAI PENEGAK
HUKUM DAN KEADILAN WAJIB MENGGALI, MENGIKUTI DAN
MEMAHAMI NILAI-NILAI HUKUM YANG HIDUP DALAM
MASYARAKAT”
3. Menghindari terjadinya vacuum of power, yaitu untuk mengisi
kekosongan hukum ketika peraturan perundang-undangan tidak
atau belum mengatur.
LATAR BELAKANG PENEMUAN HUKUM
1. Peraturannya tidak ada, tetapi esensi perkara sama atau
mirip dengan suatu peraturan lain yang dapat
diterapkan pada perkara tersebut
2. Peraturannya sudah (memang) ada, tetapi kurang jelas
sehingga hakim perlu menafsirkan peraturan tersebut
untuk diterapkan pada perkara yang ditangani
3. Peraturannya sudah ada, tetapi peraturan itu sudah
tidak sesuai lagi dengan kondisi dan kebutuhan warga
masyarakat, sehingga hakim wajib menyesuaikannya
dengan perkara yang sedang ditangani.
PENEMUAN HUKUM

PENAFSIRAN KONSTRUKSI
(INTERPERTASI) HUKUM HUKUM

INTERPRETASI HUKUM, yaitu penafsiran perkataan


dalam undang-undang tetapi tetap berpegang pada kata-kata / bunyi
peraturannya.

KONSTRUKSI HUKUM, yaitu penalaran logis untuk


mengembangkan suatu ketentuan dalam undang-undang yang tidak
lagi berpegang pada kata-katanya, tetapi tetap harus memperhatikan
hukum sebagai suatu sistem.
PENEMUAN HUKUM

• Tata bahasa (gramatikal)


cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan UU, dengan
berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya
satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh UU

• Otentik
cara penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana
yang diberikan oleh pembentuk UU

• Historis (sejarah substansi & sejarah pembentukannya)

• Sistematis / dogmatis
penafsiran dengan cara menilik susunan yang berhubungan dengan
bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu maupun dengan UU
yang lain
PENAFSIRAN
(INTERPERTASI) HUKUM

• Restriktif
penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam
peraturan itu

• Analogis
memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga
sesuatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap
sesuai dengan bunyi peraturan tersebut

• Argumentum a contrario
suatu cara menafsirkan UU yang didasarkan pada perlawanan pengertian
antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal UU.
Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (pengingkaran) itu ditarik
kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal yang
termaksud atau dengan kata lain berada di luar pasal tersebut
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM

“Pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab


KODIFIKASI
undang-undang secara sistematis dan lengkap”

TUJUAN :
• Kepastian hukum;
• penyederhanaan hukum;
• kesatuan hukum

“Pemberlakuan hukum secara nasional secara serentak


UNIFIKASI
pada sebuah negara”
Menurut SUMBERNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Undang-Undang, hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan;
2. Hukum Kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terdapat dalam peraturan-
peraturan kebiasaan masyarakat (adat);
3. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara negara, baik bilateral maupun multilateral;
4. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.

Menurut BENTUKNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hkm TERTULIS
a) Hkm Tertulis yg telah dikodifikasikan;
b) Hkm Tertulis yg tidak dikodifikasikan.
2. Hkm TIDAK TERTULIS (Kebiasaan)
Menurut TEMPAT BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Nasional, hukum yang berlaku dlm sebuah negara;
2. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar
hukum dalam dunia internasional;
3. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain;
4. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma yg ditetapkan oleh Gereja untuk
para anggota-anggotanya.

Menurut WAKTU BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Positif (ius constitutum), hukum yang berlaku saat ini bagi suatu
masyarakat tertentu dalam sebuah daerah (negara) tertentu;
2. Hukum Cita-cita (ius constituendum), yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yg akan datang;
3. Hukum Asasi, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu & untuk semua bangsa di dunia.
Menurut CARA MEMPERTAHANKANNYA, HUKUM terbagi dalam:
Contoh :
1. Hukum Material, yaitu hukum yang hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan;
Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
2. Hukum Formal (Hukum Proses / Hukum Acara), yaitu hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi
putusan.
Contoh : Hkm Acara Pidana, Hkm Acara Perdata
Menurut SIFATNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Yang Memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun
harus dan mempunyai paksaan mutlak ;
2. Hukum Yang Mengatur (Hukum Pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian ;

Menurut ISINYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan (individu) ;
Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll
2. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara Negara dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan perseorangan (warga negara) ;
Contoh : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum
Pidana, Hukum Internasional (Perdata Internasional dan Publik
Internasional)
PERBEDAAN HUKUM PRIVAT DENGAN HUKUM PUBLIK

PERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)


 ISINYA  Mengatur hubungan hukum antar  Mengatur hubungan hukum antara
individu dengan titik berat adanya warga negara dengan negara
kepentingan individu dengan titik berat adanya
kepentingan umum
 PELAKSANAANNYA  Penegakkan hukumnya tergantung  Penegakkan hukum dilakukan oleh
kepada individu negara
 CARA MENAFSIRKAN  Membolehkan untuk mengadakan  Hukum Pidana hanya mengenal
berbagai interpretasi terhadap penafsiran otentik, yaitu dengan
undang-undang Hukum Perdata menafsirkan menurut arti kata
dalam undang-undang Pidana itu
sendiri
 DLM HAL MENGADILI  Hukum acara perdata mengatur  Hukum acara pidana mengatur cara-
cara-cara mengadili perkara- cara mengadili perkara pidana di
perkara di muka pengadilan muka pengadilan pidana oleh hakim-
perdata oleh hakim-hakim perdata hakim pidana
 PELAKSANAAN HKM  Pada acara perdata inisiatif datang  Pada acara pidana inisiatif datang
ACARA dari pihak yang berkepentingan dari penuntut umum (jaksa)
yang dirugikan
 PENUNTUTAN  Pada acara perdata, yang  Dalam acara pidana, jaksa menjadi
menuntut si tergugat adalah pihak penuntut terhadap si terdakwa.
yang dirugikan. Penggugat Jaksa mewakili negara berhadapan
berhadapan dengan tergugat dengan si terdakwa
PERBEDAAN HKM PRIVAT HKM PUBLIK
 ALAT BUKTI  Pada acara perdata sumpah  Pada acara pidana hanya dikenal 4
merupakan alat pembuktian alat bukti (kecuali sumpah)
(terdapat 5 alat bukti, yaitu:
tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan dan sumpah)
 DLM HAL PENARIKAN  Pada acara perdata, sebelum ada  Pada acara pidana, tidak dapat
KEMBALI PERKARA putusan hakim, pihak-pihak yang ditarik kembali kecuali untuk delik
bersangkutan boleh menarik tertentu (delik aduan)
kembali perkaranya
 KEDUDUKAN PARA  Pada acara perdata, para pihak  Pada acara pidana, jaksa memiliki
PIHAK mempunyai kedudukan yang kedudukan lebih tinggi dari
sama, hakim hanya bertindak terdakwa, hakim pun bersifat aktif
sebagai wasit dan bersifat pasif
(menunggu)
 DASAR KEPUTUSAN  Pada acara perdata, putusan  Pada acara pidana, putusan hakim
HAKIM hakim itu cukup mendasarkan diri harus mencari kebenaran materiil
pada kebenaran formal saja (akta (menurut keyakinan, perasaan
tertulis, dll.) keadilan hakim sendiri)
 JENIS SANKSI  Pada acara perdata, tergugat  Pada acara pidana, terdakwa yang
yang terbukti kesalahannya di terbukti kesalahannya dapat di
hukum denda atau hukuman pidana mati, penjara, kurungan
kurungan sebagai pengganti atau denda, dan mungkin ditambah
denda dengan pidana tamabahan seperti:
dicabut hak-hak tertentu, dll.
 PEMERIKSAAN TINGK  Bandingan perkara perdata dari  Bandingan perkara pidana disebut
BANDING PN ke PT disebut Appel dengan Revisi
SUBYEK HUKUM
“Pihak yang menanggung (mempunyai) HAK & KEWAJIBAN”

1. Manusia (natuurlijke persoon);


2. Badan Hukum (rechts persoon);

Secara HISTORIS, dapat dipahami bila Buku I tentang Orang (van


Persoon) KUH Perdata tidak mengenal suyek hukum SELAIN
manusia.

TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:


• Teori FIKSI (C.V. Savigny, “System des heutigen romischen Rechst”) :
Pada dasarnya hanya manusia adalah orang, juga bagi hukum. Badan hukum itu
sebenarnya adlh sekedar bayangan (gambaran) saja, yg tidak nyata berwujud. Ia
hanya dianggap ada & diperlakukan sama dengan orang. Keberadaan Badan Hukum
tergantung pengakuan dari penguasa (pemerintah).
TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:

• Teori KEKAYAAN BERTUJUAN (BRINZ dlm “Lehrbuck der Pandecten” & R.H. SICCAMA,
“de Geestelijke en kerkelijke goederen onder het canonieke, het gereformeerde en het
neutrale recht”) :
Badan Hukum terdiri dari sesuatu kekayaan yg dipisahkan & diberi tujuan-tujuan tertentu.

• Teori ORGAN (von GIERKE “das Deutsche Genossenschaftrecht”):


Bdn Hukum adalah sesuatu badan yang nyata & mempunyai kehendak sendiri. Ia
mempunyai kepribadian sendiri

• Teori KEKAYAAN BERSAMA (Planiol “Traite elementarie de droit civil” & Molengraaff
“Leidraad b/d beofening van het Ned. Handelsrecht”) :
Pada Bdn Hukum terdapat suatu kekayaan dari beberapa orang (manusia) bersama-sama. Ia
adlh suatu kesatuan yg berdiri sendiri, mempunyai nama sendiri dan dlm hubungan itu ia
merupakan pendukung hak.

• Teori LEON DUGUIT dlm “Traite de droit constitutionnel” :


Tidak dikenal adanya Bdn Hukum, yg ada hanyalah fungsi-fungsi sosial yg harus
dilaksanakan & subyek hukum itu adlh hanya manusia saja.

• Teori EGGENS, yg menyatakan: Bdn Hukum adlh suatu “hulpfiguur”, karenanya


keberadaannya dibutuhkan & dibolehkan oleh hukum, demi ntuk menjalankan hak-hak dgn
sewajarnya (behoorlijke).
Terbentuknya BADAN HUKUM dapat dilihat melalui 2 cara, yaitu:
1. Dikarenakan UU / Hukum dgn tegas menyatakan suatu badan adlh
badan hukum, seperti : PERTAMINA (UU No. 8 thn 1971), Koperasi (UU
No. 25 th 1992), Perseroan Terbatas (UU No. 1thn 1995), dll.
2. Dengan melihat karakteristik yg diberikan oleh ketentuan UU atas suatu
badan. Karakteristik tsb adalah:
• adanya pemisahan harta kekayaan yg tegas antara harta kekayaan
badan (perusahaan) dengan harta kekayaan pribadi pemiliknya
(pengurusnya);
• Memiliki tujuan tertentu yaitu kepentingan bersama yg bersifat stabil;
• Adanya organisasi yg teratur, semisal dalam PT degnan adanya
organ-organ PT.
Beberapa golongan ORANG yg dikecualikan oleh HUKUM sbg pihak “TIDAK
CAKAP” atau “KURANG CAKAP” (Handelings-onbekwaamheid atau
onbevoegheid, yaitu:
1. Orang yg masih di bawah umur (belum dewasa); Pasal 1330 KUH Pdt jo.
Psl. 47 UU No. 1 th 1974 bis. UU No. 13 th 2003.
2. Orang-2 yg berada di bawah pengampuan / perwalian (curatele); Pasal
1330 KUH Pdt jo. Pasal 433 KUH Pdt
3. Orang-2 yg dilarang UU untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.
Mnrt Psl 1330 KUH Pdt, termasuk pula dlm golongan ini adlh orang-2
perempuan dalam pernikahan. Berdasarkan SE MA No. 3 thn 1963 yg
dikeluarkan pd tanggal 5 September 1963, perempuan-2 dlm pernikahan
adlh juga pihak dengan status “BEKWAAMHEID & BEVOEGHEID”.
D E W A S A ???
Dalam peraturan per-UU-an Indonesia terdapat berbagai ketentuan usia minimal
seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum dan memperoleh hak, yaitu:

Psl. 330 KUH Perdata : 21 tahun atau telah menikah (kawin) atau
pernah kawin (menikah)

Psl. 7 (1) UU No. 1 tahun 1974 ttg : 19 tahun bagi Pria & 16 tahun bagi wanita
Perkawinan (untuk dapat melangsungkan pernikahan)

Psl. 45 KUH Pidana : Belum dpt dipidana seseorang yg belum berusia


16 tahun

Psl 28 UU No. 3 tahun 1999 ttg Pemilu : Hak pilih seseorang adalah usia 17 tahun atau
sudah / pernah kawin pada waktu pendaftaran
pemilih
Psl 2 (1) butir d PP No. 44 tahun 1993 : Usia untuk memperoleh SIM adalah:
ttg Kendaraan dan Pengemudi a. SIM C dan SIM D, 16 tahun

b. SIM A, 17 tahun

c. SIM B1 dan B2, 20 tahun

Psl 33 Keppres No. 52 tahun 1977 ttg : Usia 17 tahun atau sudah/pernah menikah
Kependudukan wajib memiliki KTP
OBYEK HUKUM
“segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat
menjadi obyek sesuatu perhubungan hukum ”.

Pasal 503 KUH Perdata, pengertian BENDA dibagi dalam:


1. benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca
indera, seperti: rumah, buku, dll
2. benda yang tak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam hak,
seperti: hak cipta, hak merk perdagangan, dll.

Selain itu, menurut pasal 504 KUH Perdata, BENDA dapat juga dibagi dalam:
1. benda yang tak bergerak (benda tetap), semisal : tanah, bangunan, dll.
2. benda yang bergerak, semisal : cek, wesel, motor, dll.
PERBUATAN HUKUM
“Segala perbuatan manusia yg secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak & kewajiban”.

Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum jika perbuatan itu oleh


hukum diberi akibat (mempunyai IMPLIKASI HUKUM) dan akibat
itu dikehendaki oleh yang bertindak.
Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang
melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka
perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya kehendak dari yang
melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan hukum.
Perbuatan Hukum terdiri dari :

1. Perbuatan hukum sepihak (Perbuatan Hukum Bersegi Satu), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, semisal:
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah (hibah);

2. Perbuatan hukum dua pihak (Perbuatan Hukum Bersegi Dua), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal
balik / tegen-prestatie), semisal : membuat persetujuan jual-beli,
sewa menyewa, dll.
PERISTIWA HUKUM (FAKTA HUKUM)
“segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang
memiliki implikasi /akibat hukum (rechtsfeit) ”.

FAKTA HUKUM

AKIBAT PERBUATAN AKIBAT PERISTIWA LAIN YG BUKAN


SUBYEK HUKUM PERBUATAN SUBYEK HUKUM

PERBUATAN HUKUM BUKAN PERBUATAN HUKUM


Perbuatan Yg Bertentangan Dengan Hukum (on recht matige daad)
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum meskipun akibat itu
memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut, menurut
hukum (pasal 1365 KUH Perdata) menimbulkan suatu perikatan untuk mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan.

Pasal 1365 KUH Perdata menegaskan:


“tiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum (melanggar hukum), yang
merugikan orang lain, mewajibkan pihak yang melakukan itu mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan”.

Dalam sejarah hukum, “onrechtmatige daad” telah diperluas pengertiannya


menjadi :
“membuat sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang:
• melanggar hak orang lain;
• bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak yang melakukan
perbuatan itu;
• bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan
kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain”.

You might also like