Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Pasal Penjelasan
Bab I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian Istilah
Pasal 1
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
Bab II
TATA NILAI PENGADAAN
Bagian Pertama
Prinsip-Prinsip Pengadaan
Pasal 5
Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip- Panitia pengadaan dan/atau pejabat
prinsip di bawah ini secara komprehensif: yang berwenang dalam mengeluarkan
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus keputusan, ketentuan, prosedur, dan
diusahakan dengan menggunakan dana dan tindakan lainnya, harus didasarkan
daya yang minimum untuk mencapai sasaran dan pada prinsip-prinsip dasar tersebut.
waktu yang ditetapkan; Dengan demikian akan dapat tercipta
suasana yang kondusif bagi tercapainya
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus efisiensi, partisipasi, dan persaingan
sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah usaha yang sehat dan terbuka antara
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang penyedia jasa yang setara dan
sebesar-besarnya; memenuhi syarat, menjamin rasa
keadilan dan kepastian hukum bagi
3. Transparan, berarti semua ketentuan dan semua pihak, sehingga dapat
informasi mengenai pengadaan barang/jasa meningkatkan kepercayaan masyara
dapat diketahui secara luas oleh penyedia kat terhadap proses pengadaan
barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat barang/jasa, karena hasilnya dapat
pada umumnya; dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat, baik dari segi fisik,
4. Keterbukaan, berarti pengadaan barang/jasa keuangan, dan manfaatnya bagi
harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang kelancaran pelaksanaan tugas institusi
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu pemerintah.
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas;
Bagian Kedua
Etika Pengadaan
Pasal 6
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Yang dimaksud dengan “menghindari
pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika sebagai dan mencegah terjadinya pertentangan
berikut: kepentingan para pihak yang terkait,
1. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa langsung maupun tidak langsung dalam
tanggungjawab untuk mencapai sasaran proses pengadaan”, adalah
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan dimaksudkan untuk menjamin perilaku
pengadaan barang/jasa; konsisten ATAU mencegah perilaku
tidak konsisten dari para pihak dalam
2. bekerja secara profesional dan mandiri, serta
melaksanakan tugas, fungsi dan
menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan
perannya. Oleh karena itu, yang
barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan
bersangkutan tidak boleh
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
memiliki/melakukan peran ganda atau
pengadaan barang/jasa;
terafiliasi, misalnya :
3. tidak saling mempengaruhi baik langsung a. Dalam suatu perusahaan
maupun tidak langsung untuk mencegah dan Perseroan Terbatas, seorang
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat; anggota Direksi tidak boleh
4. menerima dan bertanggung jawab atas segala merangkap sebagai Dewan
keputusan yang ditetapkan sesuai dengan Komisaris;
kesepakatan tertulis para pihak; b. Dalam pelaksanaan pekerjaan
5. menghindari dan mencegah terjadinya konstruksi/pemborongan,
pertentangan kepentingan (conflict of interest) konsultan perencana tidak boleh
para pihak yang terkait, baik secara langsung bertindak sebagai pelaksana/
maupun tidak langsung dalam proses pengadaan pemborong pekerjaan yang
barang/jasa; direncanakannya, kecuali dalam
pelaksanaan kontrak terima jadi
6. menghindari dan mencegah terjadinya (turn key contract);
pemborosan dan kebocoran keuangan negara c. Pengurus koperasi pegawai atau
dalam pengadaan barang/jasa;
anak perusahaan dalam suatu
7. menghindari dan mencegah penyalahgunaan K/L/D/I yang mengikuti
wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk pengadaan barang/jasa dan
keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain bersaing dengan perusahaan
yang secara langsung atau tidak langsung lainnya, tidak boleh merangkap
merugikan negara; sebagai anggota panitia
8. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak pengadaan atau sebagai pejabat
menjanjikan untuk memberi atau menerima yang berwenang menentukan
hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa pemenang lelang/ Pemilihan
saja kepada siapapun yang diketahui atau patut Langsung/Penunjukan Langsung.
dapat diduga berkaitan dengan pengadaan
barang/jasa. Yang dimaksud dengan Afiliasi adalah
keterkaitan hubungan baik antar
penyedia barang jasa, maupun antara
penyedia barang jasa dengan PPK
dan/atau panitia/pejabat pengadaan,
yang meliputi:
a. hubungan keluarga karena
perkawinan dan keturunan sampai
dengan derajat kedua, baik secara
horizontal maupun vertikal;
Bagian Ketiga
Kebijakan Umum
Pasal 7
Pasal 8
Ketentuan tentang pemilihan surat kabar nasional dan Pemilihan surat kabar sebagaimana
surat kabar provinsi sebagaimana dimaksud pasal 7 dimaksud dalam pasal ini dimaksudkan
ayat 12 adalah sebagai berikut: agar calon penyedia barang/jasa dan
masyarakat dapat dengan mudah
1. Pemilihan harus dilakukan sesuai tata cara mendapatkan informasi mengenai
pemilihan penyedia barang/jasa sebagaimana rencana kegiatan pengadaan
diatur dalam Peraturan Presiden ini. barang/jasa pemerintah. Di lain pihak,
dengan telah ditetapkannya surat kabar
2. Pemilihan dilaksanakan oleh Kepala LKPP untuk untuk pengumuman kegiatan
surat kabar nasional dan Gubernur untuk surat pengadaan barang/jasa, PPK akan
kabar provinsi. mengeluarkan biaya pengumuman
lelang yang lebih murah sehingga pada
3. Kepala LKPP dan/atau Gubernur melaksanakan akhirnya menghemat APBN/APBD.
pemilihan surat kabar berdasarkan daftar surat
kabar yang beroplah besar dan memiliki Sebelum Kepala LKPP dan Gubernur
peredaran luas yang dikeluarkan oleh Menteri menetapkan surat kabar nasional dan
Komunikasi dan Informatika dan /atau Gubernur. surat kabar provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, pengumuman
4. Segala biaya yang timbul dalam rangka pemilihan kegiatan pengadaan barang/jasa
surat kabar, dibebankan APBN/APBD. pemerintah dilakukan melalui surat
kabar yang terpilih pada periode
sebelumnya.
Bab III
PERENCANAAN PENGADAAN
Pasal 9
2) swakelola
a). perencanaan kegiatan;
b). penyusunan KAK swakelola;
c). penyusunan jadwal pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan;
d). penyusunan rencana biaya
pekerjaan/kegiatan;
e). pelaksanaan kegiatan oleh
masyarakat/lembaga;
f). penyusunan rencana monitoring
dan evaluasi atas kegiatan yang
dilakukan oleh
masyarakat/lembaga.
Pasal 10
Pasal 11
K/L/D/I wajib menyediakan biaya untuk mendukung Biaya untuk mendukung pelaksanaan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan pengadaan barang/jasa, jika
peraturan perundangan yang berlaku, meliputi : diperlukan, juga meliputi biaya untuk
1. honorarium para pihak dalam organisasi pelaksanaan pemilihan penyedia
pengadaan (PA/KPA, PPK, Panitia/Pejabat barang/jasa yang kontraknya akan
pengadaan/Pejabat Pembelian/Pengelola dilakukan pada tahun anggaran
Keuangan, Panitia/Pejabat pemeriksa/penerima berikutnya.
barang/jasa, Panitia/Pejabat peneliti
pelaksanaan kontrak termasuk staf
pengadaan);
Pasal 14
Pengadaan Barang
Pengadaan barang meliputi pengadaan setiap benda
baik berwujud termasuk makhluk hidup maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna
barang, konsumen atau pelaku usaha, yang meliputi
tapi tidak terbatas pada:
1. Bahan baku
2. Barang setengah jadi
3. Barang jadi/peralatan
Pasal 15
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Pengadaan pekerjaan konstruksi; meliputi pengadaan Cukup jelas
seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pembuatan, pembangunan, pembangunan kembali
(rekonstruksi), perekayasaan, pembongkaran,
reparasi atau renovasi bangunan, pekerjaan persiapan
lokasi, penggalian, pemasangan, pemancangan,
instalasi peralatan, perakitan, dekorasi dan
penyelesaiannya, pemboran, pemetaan, foto satelit,
investigasi gempa, dan pekerjaan semacamnya, yang
meliputi namun tidak terbatas pada:
1. pelaksanaan pekerjaan untuk membangun,
memodifikasi, merenovasi, memperbaiki dan/atau
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lainnya;
2. pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan
lahan, penggalian dan/atau penataan lahan
(landscaping);
3. perakitan atau instalasi komponen pabrikasi;
4. Penghancuran (demolition) dan pembersihan
(removal);
5. Layanan pekerjaan yang perencanaan teknis dan
spesifikasinya ditetapkan oleh PPK sesuai
dengan penugasan PA/KPA dan proses serta
pelaksanaannya diawasi oleh PPK.
Pasal 17
Pengadaan Jasa Lainnya
Pasal 19
Kuasa Pengguna Anggaran
Pasal 21
Panitia Pengadaan/ ULP
7. Keanggotaan Ayat 7
a. Panitia berjumlah gasal beranggotakan Cukup jelas
sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang.
b. Dilarang duduk sebagai panitia
pengadaan/anggota ULP :
1) PPK dan pengelola keuangan;
2) Pegawai pada Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)/
Inspektorat Jenderal Departemen/
Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah
Non-Departemen/Badan Pengawas
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota,
Pengawasan Internal institusi lainnya
pengguna APBN/APBD kecuali menjadi
panitia/pejabat pengadaan/anggota ULP
untuk pengadaan barang/jasa yang
dibutuhkan instansinya;
3) Pejabat yang bertugas melakukan
verifikasi surat permintaan pembayaran
dan/atau pejabat yang bertugas
menandatangani surat perintah
membayar.
Pasal 22
Pejabat Pengadaan
7. Keanggotaan Ayat 7
a. Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang. Cukup jelas
b. Dilarang duduk sebagai pejabat pengadaan :
1) PPK dan pengelola keuangan;
2) Pegawai pada BPKP/Inspektorat
Jenderal Departemen/Inspektorat Utama
Lembaga Pemerintah Non-Departemen/
Badan Pengawas Daerah Propinsi/
Kabupaten/Kota, Pengawasan Internal
institusi lainnya pengguna APBN/APBD
kecuali menjadi panitia/pejabat
pengadaan/anggota unit layanan
pengadaan untuk pengadaan barang/jasa
yang dibutuhkan instansinya;
3) Pejabat yang bertugas melakukan
verifikasi surat permintaan pembayaran
dan/atau pejabat yang bertugas
menandatangani surat perintah
membayar.
Pasal 23
Penyedia Barang/Jasa
Pasal 24
Pelaksana Swakelola
BAB VI
CARA PENGADAAN
Pasal 25
1. Swakelola Ayat 1
Pengadaan barang/jasa swakelola adalah Cukup jelas
pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh institusi
pemerintah penanggungjawab anggaran atau
institusi pemerintah penerima kuasa dari
penanggungjawab anggaran atau kelompok
masyarakat penerima hibah.
Pasal 27
Perencanaan Pengadaan secara Swakelola
Pasal 28
Pelaksanaan Swakelola oleh PPK
Pasal 29
Pelaksanaan Swakelola oleh Instansi Pemerintah Lain Non Swadana
Pasal 30
Pelaksanaan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat Penerima
Hibah
Pasal 31
Pelaporan Pelaksanaan Swakelola
Paragraf Kedua
Penyusunan Rencana Pengadaan
Pasal 33
Pemaketan
Pasal 34
Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Paragraf Ketiga
Jadwal Pelaksanaan Pengadaan
Pasal 35
Paragraf Keempat
Biaya Pengadaan
Pasal 36
Paragraf Kelima
Prinsip Prakualifikasi dan Pascakualifikasi
Pasal 37
1. Pelelangan Umum :
Ayat 1
Pemilihan penyedia barang/pekerjaan pekerjaan
Cukup jelas
konstruksi /jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan
melalui metode Pelelangan Umum dengan pasca
kualifikasi.
2. Pelelangan Terbatas
Ayat 2
Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang
Cukup jelas
mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka
pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan melalui
Pelelangan Terbatas.
3. Pemilihan Langsung
Ayat 3
Dalam hal metode Pelelangan Umum atau
Penilaian untuk Pemilihan Langsung
Pelelangan Terbatas dinilai tidak efisien dari segi
dilakukan oleh Panitia
biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia
Pengadaan/ULP, dan dalam hal
barang/jasa dapat dilakukan dengan metode
Panitia Pelelangan/ULP merasa ragu-
Pemilihan Langsung.
ragu maka penilaian diserahkan
kepada PA/KPA.
4. Penunjukan Langsung
Ayat 4
Dalam keadaan tertentu dan/atau pengadaan
Yang dimaksud dalam keadaan
barang/jasa khusus, pemilihan penyedia
tertentu adalah :
barang/jasa dapat dilakukan dengan Penunjukan
1. Penanganan darurat yang tidak
Langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dapat direncanakan sebelumnya
dengan melakukan negosiasi baik teknis maupun
dan waktu penyelesaian
biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan
pekerjaannya harus segera,
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
untuk:
a. pertahanan negara, dan/atau
b. keamanan masyarakat,
dan/atau
c. keselamatan/perlindungan
masyarakat :
1) akibat adanya bencana
alam dan/atau, bencana
non-alam dan/atau
bencana sosial; dan/atau
2) dalam rangka
pencegahan bencana;
dan/atau
3) akibat kerusakan
infrastruktur yang dapat
menghentikan kegiatan
pelayanan publik.
Paragraf Kedua
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
Pasal 41
2) dalam rangka
pencegahan bencana
dan/atau
3) akibat kerusakan
infrastruktur yang dapat
Paragraf Ketiga
Pengumuman Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Pasal 42
Pasal 43
Bagian Ketiga
Metode Penyampaian Dokumen Penawaran
Pasal 44
Bagian Keempat
Metode Evaluasi Penawaran
Pasal 45
Paragraf Pertama
Metode Evaluasi Penawaran untuk Pengadaan Barang / Pekerjaan konstruksi / Jasa Lainnya
Pasal 46
Paragraf Kedua
Metode Evaluasi Penawaran untuk Pengadaan Penyedia Jasa Konsultansi
Pasal 47
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 53
Bagian Keenam
Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Pasal 54
Bagian Ketujuh
Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 55
Bagian Kedelapan
Pelelangan/Seleksi Gagal dan Ulang
Pasal 56
Pelelangan/Seleksi Gagal
Pasal 57
Pelelangan/Seleksi Ulang
Bagian Kesembilan
Kontrak
Pasal 58
Pasal 59
Pelaksanaan Kontrak
Pasal 60
Keadaan Kahar (Force Majeure)
Pasal 62
Penghentian dan Pemutusan Kontrak
Pasal 63
Sanksi
Pasal 64
Penyelesaian Perselisihan
BAB IX
SANGGAHAN, DAN PENGADUAN
Pasal 66
Sanggahan
Huruf c
c. adanya penyalahgunaan wewenang oleh Yang dimaksud dengan adanya
panitia/pejabat pengadaan/ULP dan/atau penyalahgunaan wewenang adalah
pejabat yang berwenang lainnya; tindakan yang sengaja dilakukan
diluar kewenangan terkait proses
pengadaan.
Yang dimaksud dengan pejabat
berwenang lainnya adalah PPK,
PA/KPA, Kepala Daerah, dan pihak
lainnya.
Pasal 67
Sanggahan Banding
Pasal 68
Pengaduan
Pasal 69
Tindak Lanjut Pengaduan
BAB X
KETENTUAN KHUSUS
Bagian Pertama
Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
Paragraf Pertama
Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan APBN/APBD Murni
Pasal 70
Paragraf Kedua
Peran Serta dan Pemaketan Pekerjaan untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil termasuk Koperasi
Pasal 71
Pasal 72
2. Pembinaan
a. PA/KPA agar membebaskan segala bentuk
pungutan biaya yang berkaitan dengan
perizinan usaha, registrasi usaha kecil
termasuk koperasi kecil, serta pungutan lain
dalam pengadaan barang/jasa instansi
Paragraf Ketiga
Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa
Pasal 73
Pasal 75
Pasal 76
Bagian Ketiga
Keikutsertaan Perusahaan Asing
Pasal 77
Bagian Keempat
Preferensi Harga
Pasal 78
Preferensi Harga
a. Besarnya preferensi terhadap komponen dalam
negeri barang/jasa adalah tingkat komponen
dalam negeri dikalikan preferensi harga.
b. Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi
harga penawaran yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis, termasuk
koreksi aritmatik.
Bagian Keenam
Konsep Ramah Lingkungan
Pasal 80
Bagian Ketujuh
Pengadaan Secara Elektronik
Pasal 81
BAB XI
PENGADAAN KHUSUS DAN PENGECUALIAN
Pasal 82
Pengadaan TNI dan Polri
5. Tata cara pengadaan alutsista dapat diatur Pedoman pedoman pengadaan alutsista
lebih lanjut oleh Menteri Pertahanan dengan dikonsultasikan dengan LKPP
tetap berpedoman pada tata nilai pengadaan
yang tercantum dalam Bab II Peraturan
Presiden ini.
6. Tata cara pengadaan almatsus dapat diatur Pedoman tata cara pengadaan
lebih lanjut oleh Kepala Kepolisian Republik almatsus dikonsultasikan dengan LKPP
Indonesia dengan tetap berpedoman pada
tata nilai pengadaan yang tercantum dalam
Bab II Peraturan Presiden ini.
Pasal 83
Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri
Tata cara pengadaan barang/jasa untuk kebutuhan Pedoman tata cara pengadaan
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dapat barang/jasa di luar negeri
diatur lebih lanjut oleh Menteri Luar Negeri dengan dikonsultasikan dengan LKPP
tujuan agar mampu menyesuaikan diri dengan
praktek pengadaan yang sehat di setiap negara
terkait, dengan ketentuan tetap berpedoman pada
tata nilai pengadaan yang tercantum dalam Bab II
Peraturan Presiden ini.
Bagian Ketiga
Tindak Lanjut Pengawasan
Pasal 87
Bab XIII
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
Pasal 88
Pengembangan kebijakan pengadaan barang/jasa Cukup jelas
pemerintah, diantaranya dalam peningkatan kapasitas
dan kompetensi serta pembinaan profesionalisme dan
karir sumber daya manusia bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dan kebijakan lainnya serta
tata cara yang terkait dengan hal-hal teknis
administratif pengadaan barang/jasa secara lebih rinci
dilakukan oleh LKPP
Bab XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 89
Ketentuan pengadaan barang/jasa yang dilakukan Cukup jelas
melalui pola kerjasama pemerintah dan badan usaha
swasta dalam rangka penyediaan barang/jasa publik,
diatur dengan Peraturan Presiden tersendiri
Bab XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 90