You are on page 1of 7

PROPOSAL SKREPSI TENTANG

SITI MARIAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A. Latar Belakang Masalah

Berita menganai Siti Mariam ( Bunda Maria: dalam ajaran Kristen-Khatolik )


telah menjadi perdebatan yang sangat popular. Ajaran Khatolik berdoktrin mengatakan
bahwa Mariam adalah Ibunda Yesus yang dianggap Tuhan ( Sang Penyelamat ) yang
akhirnya menjadi unsur ketuhanan yang disebut trinitas. Sebagian golongan menolak
pandangan yang demikian, salah satunya adalah golongan Fundamental. Mereka
berpendapat bahwa Mariam bukanlah Ibu dari Tuhan karena Mariam juga pernah
meminta pertolongan dari Tuhan sebelum Yesus dikandunginya. Permohonannya
dikabulkan “ Hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku “ Luk. 1: 47.
Namun demikian, Gerela Khatolik masih berkeras dan mempertahankan
doktrinnya yang mengatakan bahwa Mariam adalah Ibunda Yesus Sang Penyelamat.
Kendati seperti ini, Al-Qur’an juga mengabadikan kisah yang mengenai tentang Mariam
dan memberi penjelasan yang benar tentang perselisihan yang terjadi di dalam Ajaran
Kristen.
Di dalam Al-Qur’an, Mariam merupakan satu-satunya wanita yang disebutkan
namanya dan bahkan menjadi nama salah satu surah yang terkandung di dalam Al-
Qur’an. Mengenai hal ini, ada sebagian orang perpendapat bahwa penyebutan nama
Mariam di dalam Al-Qur’an dikarenakan beliau tidak memiliki suami. Sedangkan
wanita-wanita lain seperti Hawa ( Istri Adam ), Hajar ( Istir Ibrahim ), Masyitah, dan lain
sebagianya. Mereka juga mempunyai kisah yang tidak kalah dengan kisah Mariam. Akan
tetapi mereka hanya disebutkan sebagai imra’ah atau zaujah ( istri ).
Dalam hal ini sangat jelas bahwa Mariam merupakan wanita pilihan yang
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh wanita lain. Kelebihan ini telah
disebutkan di dalam dua kitab suci baik Al-Qur’an maupun Injil. Walaupun kedua-
duanya sama-sama menyebutkan kelebihan Wanita tanpa suami ini akan tetapi telah
mengahasilkan pandangan yang berbeda. Pandangan yang dihasilkan ini menjadi
perdebatan besar dalam kedua agamadunia ini yaitu Islam dan Kristen.
B. Rumusan Masalah

Al-Qur’an merupakan salah satu kitab Agama yang masih terjamin keabsahannya,
baik isi kandungannya maupun teks penulisannya. Berbeda dengan kitab Injil yang
kononnya telah berubah seiring dengan perkembangan jaman. Memang kedua kitab ini
ada mencertakan kisah Mariam namun kedua-duanya berselisih pendapat.
Dalam penulisan ini, yang menjadi inti permasalahan adalah (1) siapakah Siti
Mariam itu sebenarnya dalam pandangan Al_Qur’an. (2) apakah kelebihannya sehingga
Siti Mariam diukir namanya di dalam Al-Qur’an. Dan (3) apakah benar Siti Mariam
melahirkan seorang anak tanpa bersuami.
Ketiaga persoalan ini telah menjadi pertanyaan sedap dalam kedua agama samawi
ini.
C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya, tujuan penelitian adalah ingin member penjelasan yang


memuaskan kepada masyarakat yang membutuhkan jawaban tentangh permasalahan ini.
Begitu juga dengan penelitiam yang akan berlangsung ini. Penelitian ini bertujuan untuk
memberi pepahaman tentang: (1) sosok Siti Mariam yang sebenarnya yang terlkandung
di dalam Al-Qur’an. (2) kelebihan-kelebihan Siti Mariam sehingga namanya terukir di
dalam Al-Qur’an. (3) kebenaran bahwa Mariam melahirkan anak tanpa adanya suami.
Tujuan lain yangh diharapkan dari penyusunan tulisan ini adalah bahwa penulisan
ini menjadi bahan pertibangan pertama untuk penelitian yang lebih luas dan lebih jelas.
Diharapkan juga adanya kaijian komperatif antara dua sumber agama dunia ini yaitu Al-
Qur’an dan Injil.

D. Hipotesa
Sebelum kita melangkah lebih jauh. Banyak orang telah memberi komentar yang
bermacam-macam tentang Mariam. Ada yang mengatakan bahwa Mariam adalah Roh
Kudus. Ada juga yang mengatakan bahwa Mariam adalah satu-satunya wanita yang tetap
terjaga keperwanannya sampai ia meninggal dunia. Kisah-kisah mengenainya juga sangat
banyak beredar di dalam masyarakat. Terutama masyarakat Islam yang mengatakan
bahwa ketika Nabi Muhammad lahir kedunia ini disambut oleh Siti Mariam dan
Masyitah.
Informasi-informasi mengenai Siti Mariam yang tertera di atas belum tentu benar
tanpa adanya suatu penelitian yang benar. Setiap informasi yang telah ada dikumpulkan
dan dibuat suatu kajian komperatif yang menghasilkan jawaban yang dapat
dipertanggung jawabkan secar ilmiah.
Untuk mendapatkan jawaban yang lebih kuat kebenarannya adalah jawaban yang
diberikan oleh Al-Qur’an. Karena Al_Qur’an telah terjamin kebenarannya secara ilmiah
dan sejarah. Adapun jawaban yang bersumber dari cerita-cerita yang diwariskan melalui
lisan dan dari kitab Agama Kristen masih dipertanyakan kebenarannya. Apalagi seperti
kitab Injil yang sekarang misalnya yang telah terbukti dengan kesalahan ilmiahnya juga
tidak terjamin yang bahwasanya berasal dari Tuhan.
Al-Qur’an mengatakan bahwa Siti Mariam adalah seorang wanita yang shalehah
yang sangat menjaga dirinya dari perbuatan maksiat. Dia mengurung dirinya di dalam
mihrab sampai ia tidak pernah melihat lelaki apalagi bergaul dengannya. Dengan
pernyataan ini, berkemungkinan dari sinilah perspektif Al-Qur’an yang mengatakan
bahwa Siti Mariam adalah perempuan yang perawan yang sangat menjaga akan
kehormatan dirinya.
Kisah tentang sosok Siti Mariam dan kelebihannya serta kebenaran bahwa Ia
melahirkan anak tanpa bersuami ini telah diabadikan di dalam Al-Qur’an di beberapa
surat dan ayat. Dengan versi penyebutan ayat yang berbeda menunjukkan bahwa kisah
tentang Siti Maria mini telah menjadi pembahasan yang serius yang patut menjadi
pelajaran dan mau’izah bagi seluruh umat manusia.
Adapun surah dan ayat yang mengisahkan Mariam antara lain Surah Al-Baqarah,
ayat 42-47











 


 


 



 

 


  
42. Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam,
Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu
atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).


 

 


 

 

  
43. Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama
orang-orang yang ruku'[194].

[194] shalatlah dengan berjama'ah.

 
 

 




    


  


 
 


   
 

 
44. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang kami
wahyukan kepada kamu (Ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka,
ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di
antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa.

  


   


 
 
 
 
 


  
 


  
45. (ingatlah), ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat[195] (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah),

[195] Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan


dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak yaitu nabi Isa a.s.


 
 
 

 

 
46. Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah
dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh."

 
 
  
  
 


 
 
 
 

   

 


  
 
 
47. Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak,
padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman
(dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup
Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia.

Dan masih namyak lagi ayat ayat yang memberi kabar tentang sosok Stiti
Mariam.

E. Metode yang Digunakan


Untuk penelitian yang seperni ini biasanya disebut sebagai penelitian
perpustakaan. Hal ini sesuai dengan cara kerjanya atau metode yang digunakan berupa
pemanfaatan buku-buku dan kitab-kitab serta naskah-naskah yang dianggap penting dan
dapat memberi informasi yang konkrit dan akurat.
Untuk memperluas dan memperjelas akan data-data atau sumber-sumber yang
telah di dapat maka diperlukan suatu metode untuk dapat diterima sebagai penelitian
ilmiah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Hermanatika (penafsiran)
Metode ini sangat sesuai dengan judul penelitian di atas yaitu perspektif Al-
Qur’an. Untuk mendapatkan penjelasan yang luas maka sangatlah diperlukan penafsiran
terhadap ayat-ayat yang mengandung makna-makna yang tidak bias dipahami secara
harfiyahnya. Apalagi terdapat ayat-ayat yang mengandung majaz yang tinggi dengan
gaya bahasa yang tidak bias dipahami dengan lewat begitu saja.
Dalam menggunakan metode ini tentu saja harus merujuk kepada kitab-kitab
tafsir yang telah ditulis oleh ulama-ulama baik yang dulu maupun yang sekarang. Karena
untuk menafsirkan ayat-ayat al-qur’an diperlukan beberapa syarat yang wajib dipenuhi.
Karena ketebatasan itulah, maka untuk mendapat keterangan mengenai isi penelitian
dikembalikan kepada kitab-kitab tafsir Al-Qur’an.

2. Metode Historis (kajian sejarah)


Pada dasarnya, terjadinya kesenjangan dalam pemahaman ini dilator-belakangi
oleh informasi sejarah yang tidak akurat. Dalam meluruskan perbedaan pemahaman ini
maka metode Historis sangatlah berfungsi dan berperan penting sebagai hakim dalam
persidangan penelitian ini. Tentu saja metode yang digunakan telah didukung oleh syarat-
syarat tertentu supaya tidak terdapat kemenangan sebelah pihak.
Dengan metode histories ini sebenarnya dapat melahirkan beberapa metode
lainnya. Seperti kajian arkeologis, kajian bahasa yang digunakan oleh sumber data pada
masa sumber itu dituliskan, kajian antropologis para penulis naskah-naskah tertentu
sebagai sumber data penelitian ini dan lain sebagainya.
Sebagai metode pertama dalam suatu penelitian ini, maka cukup berawal dari dua
metode ini dan dalam pembahasannya akan ditemukan penambahan yang dianggap layak
dan perlu.

You might also like