You are on page 1of 40

KULIAH HUKUM

PERIKATAN

Oleh: FAUZUL ALIWARMAN


Selasa, 18 Maret 2008
Hikmah Hari Ini:
 "Rasululloh SAW pada suatu hari bersabda kepada para
sahabatnya, 'Kaum beriman manakah yang keimanannya kalian
kagumi?' Mereka menjawab, 'Para malaikat, 'Rasululloh SAW
mengatakan, 'Bagaimana mungkin mereka tidak beriman
padahal mereka berada di sisi Tuhan mereka?'. Kata mereka,
'Kalau begitu para nabi.' Rasululloh mengatakan, ' Bagaimana
mungkin mereka tidak beriman padahal wahyu diturunkan
kepada mereka?' Kata mereka, 'Kalau begitu keimanan kami.
'Rasululloh mengatakan, 'Bagaimana mungkin kamu tidak
beriman padahal Rasul berada ditengah-tengah kamu? Akan
tetapi, kaum beriman yang keimanannya dapat kamu kagumi
adalah generasi setelah kamu, mereka mendapatkan lembaran-
lembaran suci, kemudian mereka mengimani isinya.'
(HR.Bukhari )
Istilah Perikatan
 Perikatan terjemahan dari Verbintenis
 Verbintenis mengandung banyak pengertian, di
antaranya:
 Perikatan: masing-masing pihak saling terikat oleh suatu
kewajiban/prestasi
 Dipakai oleh Subekti dan Sudikno.

 Perutangan: suatu pengertian yg terkandung dlm


verbintenis. Adanya hubungan hutang piutang antara
para pihak.
 Dipakai oleh Sri Soedewi, Vol Maar, Kusumadi.

 Perjanjian (overeenkomst):dipakai oleh Wiryono


Prodjodikoro
Pengertian Perikatan:
 Adalah hubungan hk dlm lingkungn harta kekayan
antar 2 pihak ato lebih yg menimbulkn hak n
kewajibn atas suatu prestasi
 Muncul istilah
 Si berhutang=debitur
 Si berpiutang=kreditur
 Prestasi:
 Suatu hal menurut isi perjanjian wajib dipenuhi oleh
pihak yg satu n merupakn bagian bagi phak yg lain.
Tempat Pengaturan Perikatan
 Buku III KUHPerd
 Sistematika Buku III KUHPerd
 Bagian Umum
 BAB I Perikatan pada Umum
 BAB II Perikatan yang timbul dari Perjanjian
 BAB III Perikatan yang Timbul dari UU
 Hapusnya Perikatan
 Bagian Khusus
 BAB V Jual Beli
 BAB ....
 BAB XVIII Perdamaian
 Jika ketentun bagian umum bertentangn dg ketentun khusus,
maka yg dipake a/ ketentun yg khusus.
Sistem hukum perikatan:
 Sistem hukum perikatan adalah terbuka.
 Artinya, BW memberikan kemungkinkan bagi
setiap org mengadakan bentuk perjanjian
apapun, baik yg telah diatur dlm UU,
peraturan khusus maupun perjanjian baru yg
belum ada ketentuannya.
 Misal: perjanjian kos-kosan
Sifat hukum perikatan:
 Sebagai hukum pelengkap
 Jika para pihak membuat ketentuan sendir, maka
para pihak dpt mengesampingkn ketentun dlm UU
 Konsensuil
 Dengan tercapainya kata sepakat di antara para
pihak, maka perjanjian tersebut telah mengikat.
 Obligatoir
 Sebuah Perjanjian hanya menimbulkan kewajiban
saja, tidak menimbulkan hak milik.
 Hak milik baru berpindah atau beralih setelah
dilakukannya penyerahan atau levering
MACAM-MACAM PERIKATAN
 Perikatan bersyarat
 Perikatan dengan ketetapan waktu
 Perikatan tanggung menanggung atau
tanggung renteng
 Perikatan dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
 Perikatan dengan ancaman hukuman
 Perikatan manasuka
1.Perikatan bersyarat
 Perikatan bersyarat
 a/ perikatan yg pemenuhn prestasiny dikaitkan
pd syarat tertentu.
 Apa yg dimaksud dgn syarat?
 A/ peristiwa yg akan datang dan blm pasti terjadi
(P.1253)
 Syarat dibedakan atas 2 macam:
 Syarat yang menangguhkan
 Artinya apabila syarat tsb dipenuhi, maka
perikatanny menjadi berlaku
 A akan menjual rumahnya kpd B, kalo A jadi
dipindah o/ perusahaanny ke Jakart. Yg menentukan
apakah A jadi dipindah o/ perusahaanny ato tdk
tergantung perusahaanny. Jadi blum pasti terjadi.
 Kalo A betul dipindah ke Jakarta, maka perikatanny
berlaku, yakni A hrs menjual rumahny kpd B
 Syarat yg memutuskn ato membatalkn
 Artinya apabila syarat tersebut dipenuhi, maka
perikatannya menjadi putus atau batal.
 A akan menyewakan rumahny kpd B asal tdk dipakai
utk gudang. Jika B menggunakan rumah tsb utk
gudang, maka syarat itu tlah terpenuhi dan perikatan
menjadi putus ato batal dan pemulihan dlm keadaan
semula seperti tdk pernah terjadi perikatan.
 Perikatan yg bertujuan melakukan sesuatu yg
tdk mungkin dilaksanakan, bertentangan dgn
kesusilaan dan dilarang UU a/ batal
hukumny.
 Dgn demikian perikatan yg dikaitkan dgn
syarat-syarat tertentu di atas jadi batal.
 Syarat yg tdk mungkin terlaksana, artinya
scara obyektif syarat itu tdk mungkin
dipenuhi.
 A akan memberikan hadiah senilai 1 juta rupiah
kepada B, dgn syarat B dpt menempuh perjalanan
Semarang – Jakarta dlm waktu satu hari.
 Ukuran bertentangan dgn kesusilaan ato UU?
 UU sendiri tidak mengatur lebih lanjut.
 Ukuran yg dipakai biasanya a/ manusia bebas utk
mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri, tapi
apabila ada paksaan ato tekanan batin sehingga ia
tidak bebas lg, maka ini dianggap bertentangan dgn
kesusilaan.
 A akan memberi B hadiah sebuah mobil dgn
syarat, B tdk blh menikah dgn C. Di sini
hibahnya akan batal.
 Demikian jg halnya ketika A akan menaikkan
upah B, jika B mau menikah dgn C. Ini
bertentangan dgn kesusilaan.
 Syarat dibedakan menurut isinya:
 Syarat potestatif
 Syarat kebetulan
 Syarat campuran
 Syarat potestatif
 A/ syarat yg pemenuhannya tergantung dari
kekuasaan salah satu pihak
 Syarat kebetulan
 A/ syarat yg pemenuhannya tdk tergantung dari
kekuasaan kedua belah pihak
 Syarat campuran
 A/ syarat yg pemenuhanny tergantung dari kemauan
salah satu pihak jg bergantung dari kemauan pihak
ketiga bersama-sama.
 A akan memberi rumah kpd B, jika B mau menikah dgn
keponakanny. Jadi syarat ini tergantung dari B dan jg
keponakanny.
 Dalam perikatan yang bersyarat, debitur tdk
berkewajiban utk berprestasi sbelum syarat
itu dipenuhi.
 Jika debitur tlh berprestasi sbelum syarat itu
dipenuhi, maka debitur dpt minta kembali
prestasiny sampai syarat itu dipenuhi. Jadi
merupakan pembayaran tdk terutang.
2.Perikatan dengan ketetapan waktu
 Perikatan dgn ketetapan waktu
 a/ perikatan yg pemenuhn prestasinya
dikaitkan pd waktu yg tertentu ato dg peristiwa
tertentu yg pasti terjadi.
 Ketetapan waktu dibedakn atas dua:
 Ketetapan waktu yang menangguhkan
(P.1268-1271)
 Ketetapan waktu yg menangguhkan tdk
menangguhkan perikatannya tapi menangguhkan
pelaksanaanya.
 Ketetapn waktu yg memutuskan ato
membatalkn
 Perjanjian kerja utk waktu satu tahun, atau
sampai meninggalny buruh
 Perikatan dpt sekaligus ditentukan mulainy
dan berakhirny, yaitu sewa menyewa dimulai
desember yg akan datang sampai satu tahn
lamany. Jika tdk ditentukn mulainy kapan,
maka perikatn sgera berlaku dan kreditur
sgera minta pemenuhanny.
 Perbedaan perikatan dgn ketetapan waktu dgn
perikatan bersyarat a/ adany kepastian waktu itu
akan datang.
 Ketetapan waktu dapat tetap.
 penyerahan barang dilakukan tanggal 20 April yg akan
akan datang atau 4 hari lg.
 Ketetapan waktu dapat tidak tetap.
 A akan memberikan rumah kpd B kalo A mati.
Kematian A a/ pasti, tapi kapan itu terjadi a/ tdk dpt
ditetapkn.
 Soal:
 A dan B berjanji akan memberikan rumahnya masing-
masing kpd yg lain berdasarkn siapa yg meninggal
duluan
 Akibat hukum dari perikatan ini bermacam-
macam. UU menentukan bahwa ketetapan
waktu a/ utk keuntungan dari debitur, kecuali
ditentukan lain (P.1270).
 Pada umumnya, pembayaran sbelum
waktunya dari debitur tdk dpt dituntut o/
kreditur jg tdk akan ditolak o/ kreditur.
 Tapi apabila ketentuan waktu itu utk
keuntungan kreditur, maka pembayaran
sbelum waktunya akan merugikan kreditur.
 Hutang piutang dgn bunga.
 Debitur behak utk tdk digugat sbelum waktunya dan
kreditur jg berhak utk tdk dibayar sbelum waktuny.
 Dalam perikatan dengan ketetapan waktu,
pembayaran sbelum waktunya tdk dpt diminta
kembali.dan ini berbeda dgn perikatan bersyarat.
 Ketetapan waktu menangguhkan disebut terme de
droit. Harus dibedakan dgn terme de grace dlm pasal
1266. yg pertama menagguhkan pelaksanaan
prestasi, yg kedua debitur minta penangguhan
pemenuhan prestasi krn tlah ditagih oleh kreditur.
Kehilangan hak untuk
memanfaatkan ketetapan waktu.
 Debitur tidak lg dpt menarik manfaat dari suatu
ketetapan waktu jika ia telah dinyatakan pailit
(dinyatakan tidak mampu lagi) ato krn kesalahan debitur
jaminan yg diberikn kpd kreditur tlah berkurang ato
merosot nilainy.
 Artinya, meskipun batas ketetapan waktu yg ditentukn itu
belum tiba, namun kreditur sdh dpt menagih krn debitur
dinyatakan pailit ato krn kesalahan debitur jaminan yg
diberikn kpd kreditur tlah berkurang ato merosot nilainy.
Perbedaan perikatan bersyarat dan
perikatan dengan ketetapan waktu
 Debitur yg blum waktuny datang telah memenuhi
prestasi. Dalam perikatan bersyarat prestasinya dpt
dimintakan lg dan merupakan pembayaran tdk
terutang
 Berlakunya pemenuhan prestasi.
 Dlm perikatan bersyarat pemenuhan prestasi itu
berlaku surut sejak perjanjian itu dibuat krn syaratnya
belum pasti terjadi.
 Dlm perikatan dgn ketetapan waktu pemenuhan
prestasi itu tdk berlaku surut. Ketetapan waktu tdk
menangguhkan perikatan melainkan menangguhkan
pelaksanaan.
3.Perikatan tanggung menanggung
atau tanggung renteng
 Perikatan tanggung menanggung atau tanggung
renteng
 Pada umumnya para pihak dlm perjanjian terdiri dari
satu orang pihak yg satu dan satu orang pihak yg lain.
Tapi sering terjadi salah satu pihak atau kedua belah
pihak terdiri dari lebih dari satu orang.
 Jika A dan B bersama-sama mempunyai piutang
Rp.1000,00 utk X. Artinya, A dan B masing-masing dapat
menuntut kepada X Rp.500,00.
 Sebaliknya, X dan Y hutang kepada A, sehingga A dpt
menuntut kpd X dan Y masing-masing setengah bagian
dari hutang itu.
 Artinya, tiap-tiap kreditur dpt menuntut prestasi
seluruhny dgn ketentuan masing-masing debitur
dpt dipertanggung gugatkan utk sluruh prestasi.
Ini dimaksudkan dgn sekali pemenuhan prestasi,
maka hubunganny menjadi lenyap.
 Karena A dan B bersama-sama mempunyai Hak atas
Rp.1000,00. Jika X tlah melunasi kpd A maka tuntutn
B kepada X jg akan lenyap. Demikian jg sebaliknya,
jika X dan Y bersama-sama hutang kpd A Rp.1000,00
maka A tlah dibayar lunas kalo X telah membayar
hutang itu seluruhny.
 Umumnya X dan Y mengadakan perhitungan
intern diantara mereka sendiri. Perhitungan
inter inilah yang dinamakan perikatan yg
tanggung menanggung atau tanggung
renteng.
 Perikatan tanggung renteng dapat terjadi
karena:
Perjanjian
Ketentuan UU
 Tanggung renteng
Aktif (Pasal 1278,1279)
Pasif (Pasal 130)
 Artinya, adakalanya terdapat lebih dari seorang kreditur
ato terdapat lebih dari seorang debitur. Mungkin jg terjadi
kombinasi, yaitu lebih dari seorang kreditur di pihak yg
satu dan lebih dari seorang debitur di pihak yg lain
 Tanggung renteng aktif dlm praktek jarang terjadi.
Tanggung renteng aktif yg timbul dari UU jg tdk ada
 Tiap-tiap kreditur dlm tanggung renteng aktif berhak
menuntut pemenuhan sluruh prestasi, dgn pengertian
pelunasan kpd salah satu kreditur membebaskn debitur
dari kewajibanny thd kreditur-kreditur lainny (P.1278).
 Tanggung renteng pasif dlm banyak hal
timbul dari UU.
 Mereka yg merampas dan orang yg
menyuruh, bertanggung jawab utk seluruhny
secara tanggung renteng.
 Orang yg bersama-sama menerima suatu
barang sbg pinjaman, maka masing-masing
mereka utk seluruhny bertanggungjawab thd
orang yg memberi pinjaman (P.1479).
 Tanggung renteng pasif biasanya terdiri dari unsur:
 Dua orang debitur atau lebih
 Kewajiban debitur utk prestasi yg sama
 Pelunasan salah seorang debitur akan membebaskan
debitur lainny
 Perikatanny mempunyai dasar ato sebab yg sama.

 Dlm tanggung renteng pasif, kreditur dpt menuntut


pemenuhan prestasi kpd setiap debitur, dlm
pengertian pelunasan dari seorang debitur
membebaskan debitur-debitur lainny (P.1280)
Daya berlaku tanggung renteng
 Dlm perikatan tanggung renteng terjadi dua
pola hubungan:
 Hubungan intern (1278-1291)
 A/ hubungan antara para kreditur atau debitur
tanggung renteng itu sendiri.
 Artinya, setelah satu debitur melunasi utk
seluruhny, mereka dpt memperhitungkn bagianny
masing-masing kpd debitur yg dilunasiny itu.
 Hubungan ekstren (1292-1295)
 A/ hubungan antara para kreditur tanggung
renteng dgn debitur
 Dlm hubungan ektern ini, debitur tanggung
renteng tdk mempunyai hak utama
 utk diganti. Artinya, kalo ditagih tdk blh minta
debitur lainny sj ditagih
 Utk dibagi. Artinya kalo ditagih tdk blh minta
supaya hutangny dibagi-bagi sj di antara
debitur lainny.
 Kadang kala terjadi prestasi itu harus dipenuhi o/ dua
ato lebih debitur ato dpt ditagih o/ dua ato lebih
kreditur. Hal ini dpt terjadi sejak semula dari
perikatan ato akibat dari suatu peristiwa yg kemudian
terjadi. Misal pewarisan
 A, B dan C secara tanggung renteng berkewajiban
membayar Rp.500,- dan ternyata A wafat dgn
meninggalkn 5 orang ahli waris. Maka kreditur dpt
menagih B ato C masing-masing Rp.500,- akan tetapi
terhadap ahli waris A kreditur hanya dpt menagih
masing-masing Rp.500,-
 Kalo prestasi tdk dpt dibagi, maka para debitur harus
memenuhi sluruh prestasi sekaligus
Perbedaan antara tanggung renteng
dan perikatan tak dapat dibagi:
 Tanggung renteng slalu dikehendaki, baik o/
perjanjian maupun UU
 Tak dpt dibagi a/ mengenai prestasinya,
prestasiny yg tak dpt dibagi. Jadi tanggung
renteng terletak pd subyekny, tak dpt dibagi
terletak pd obyeknya/prestasiny.
 Tanggung renteng a/ akibat perjanjian ato
akibat dari ketentuan UU
 tak dpt dibagi a/ berdasarkan atas sifat ato
maksud dari perikatan.
4.Perikatan yang dapat dibagi
 Perikatan yg dpt dibagi a/ perikatan yg
prestasiny dpt dibagi-bagi
 Jika terdapat satu kreditur dan satu debitur,
maka perikatan yg dpt dibagi harus
dilaksanakn seperti perikatan yg tdk dpt
dibagi.
 Jika terdapat lebih dari satu kreditur dan lebih
dari satu debitur, maka tiap-tiap kreditur tdk
blh menagih lebih dari bagiannya. Demikian
pula tiap-tiap debitur tdk perlu memenuhi
prestasi lebih dari bagiannya
5.Perikatan yang tidak dapat dibagi
 Perikatan yg tdk dpt dibagi a/ perikatan yg prestasiny
tdk dpt dibagi-bagi
 Menurut UU tak dpt dibagi mempunyai akibat:
 Kalo debiturnya banyak, tiap-tiap debitur dpt
dipertanggung gugatkn sluruh prestasinya (berlakunya
tak dpt dibagi yg pasif)
 Kalo krediturnya banyak, tiap-tiap kreditur dpt menagih
prestasi (berlakunya tak dpt dibagi yg aktif)
 Pembayaran o/ seorang debitur ato kpd salah
seorang kreditur melenyapkn perikatan.
 Pd umumny,debitur yg tlah melunasi
hutangny mempunyai hak utk menagih kpd
sesama debitur yg lain, jg kalo kreditur yg tlah
menerima hutang seluruhny dari debitur
berkewajibn utk memperhitungkn dgn
kreditur-kreditur lain.
 Tak dpt dibagi di sini hanya mengenai hubungn dari kreditur kpd debitur
dan tdk antara para kreditur sendiri ato antara debitur sendiri
 Prestasi tdk dapat dibagi
Sifatnya
Maksud para pihak
 Berdasarkn sifatnya, perikatan tdk dpt dibagi jika penyerahan suatu
barang ato perbuatan dlm pelaksanaanny tdk dpt dibagi baik secara
nyata maupun secara perhitungn
 Menurut assert
 Hkm suatu benda dpt dibagi jika benda tsb tanpa mengubah hakekat
dan tdk mengurangi secara menyolok nilai harganya dpt dibagi dlm
bagian-bagianny
 Tanaman, binatang dan kursi tdk dpt dibagi
 Gula, tanah dpt dibagi
 Perikatan utk berbuat sesuatu tdk dpt dibagi, jika
prestasiny bersifat artistik dan dpt dibagi jika
prestasiny bersifat materiil.
 Perikatan utk tdk berbuat sesuatu tdk dpt dibagi
 Kewajiban utk tdk main musik slama 1 minggu tlah
dilanggar jika dlm tenggang waktu tsb yg bersangkutn
tlah main piano walau hanya 1 jam
 Berdasarkn maksud, perikatan tdk dpt dibagi jika
maksud para pihak bahwa prestasinya hrs
dilaksanakn sepenuhny sekalipun perikatan tsb dpt
dibagi-bagi
 Penyerahan hak milik suatu benda menurut tujuannya
tdk dapt dibagi sekalipun menurut sifatnya prestasi tsb
dpt dibagi
 sekian

Terima kasih
Hikmah Hari Ini:
 Aku mengumpulkan perkataan sahabat dan aku mendapati
jumlah dosa besar anggota badan sebagai berikut, Empat
dalam hati: syirik, bertahan dalam kemaksiatan, putus asa dari
rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah. Empat di
lidah: kesaksian dusta, menuduh muslim/ah yang baik, sumpah
palsu dan sihir. Tiga dalam perut: minum minuman keras,
memakan harta anak yatim, dan memakan riba. Dua di
kemaluan: zina dan homoseks. Dua di tangan: membunuh dan
mencuri. Satu di kaki: lari dari medan pertempuran. Satu di
seluruh anggota badan: durhaka kepada kedua orangtua. (Abu
Thalib Al Makky)

You might also like