Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Choirunnisa
3325061838
Program Studi Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009
INTISARI
I. Kajian Teori
A...................................................................................Air Limbah
B.........................................................................................Polutan
(Sumber: http://www.natsys-inc.com/resources/about-
constructed-wetlands/)
(Sumber: http://www.natsys-inc.com/resources/about-
constructed-wetlands/)
(Sumber: http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=71)
1............................................................................................Kerikil
2..............................................................................................Zeolit
(Sumber:http://www.stcloudmining.com/images/what-is-
zeolite/zeolite_structure.jpg)
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20)
apabila dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan
menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan
secara nyata. Disini molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang
spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit sebagai
adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit
yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar
molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran
rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan
adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang
tinggi.
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan
tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat
aktif tersebut terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe
Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua jenis asam ini
tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat
aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-
molekul basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar
ion karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut
dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat dipertukarkan
dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur
zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama
dengan rongga dapat masuk dan terjebak.
3.............................................................................Tanaman Air
Phragmites australis
(Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Phragmites)
Taksonomi
Kingdom: Plantae
Class: Angiosperms
Order: Poales
Family: Poaceae
Subfamily: Arundinoideae
Tribe: Arundineae[1]
Genus: Phragmites
Species: P. australis
Juncus inflexus
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Juncales
Family : Juncaceae
Genus : Juncus L
Species : Juncus inflexus L.
Juncus inflexus tumbuh di tempat yang sangat basah dan
lembab seperti rawa-rawa atau hutan. Tumbuhan ini tumbuh subur
pada Bulan Juni sampai September. Bunga tumbuhan ini bersifat
hermaprodit (mempunyai dua organ jantan dan betina) dan
diserbukkan oleh angin. Tumbuhan ini menyukai tanah medium
(seperti tanah liat) dan tanah berat (tanah liat), juga dapat tumbuh di
tanah yang bersifat asam dan netral (alkali). Juncus inflexus dapat
tumbuh di daerah semi-dingin dan di daerah panas, dan dapat
berkembang di dalam air.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan membandingkan
empat perlakuan. Perlakuan pertama adalah pada sistem constructed
wetland HSSF berisi media lapisan kerikil dengan 10% zeolit dan
tanaman (ZP), perlakuan kedua berisi media lapisan kerikil dengan
10% zeolit tanpa tanaman (Z), perlakuan ketiga berisi media lapisan
kerikil dengan tanaman (GP), dan lapisan keempat berisi media
lapisan kerikil tanpa tanaman (G).
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan:
1. Pembuatan sel constructed wetland HSSF
2. Pembuatan air limbah sintesis
3. Tahap seeding
4. Tahap pengolahan limbah
5. Analisis air
C. Instrumen Penelitian
1. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah
polietilen, pipa PVC, slang, geotekstil, pengaduk valve, dan tabung.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerikil
berukuran 10-15 mm, kerikil halus, zeolit, campuran dua jenis tanaman
(Phragmites australis dan Juncus inflexus) dengan perbandingan
sama dan densitas/kerapatan 30 m2, urea (NH2)2CO, ammonia fosfat
(NH4)3PO4, 80-100 mg L-1 NO3, 10 mg L-1 P, 1 mg L-1 Cd, 2 mg L-1 Pb, 3
mg L-1 Zn, dan air ledeng.
2. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan sel constructed wetland HSSF
Pada penelitian ini, 4 sistem Constructed Wetland HSSF dibuat
dari bahan polietilen, dengan masing-masing luas permukaannya 0.65
m2 (1.3 x 0.5 m) dan kedalaman 0.4 m. Sel diletakkan pada slope 1%
untuk mengatur gradient aliran air. Zona inlet (tempat masuknya air)
terdiri atas 4 titik inlet (satu titik inlet untuk masing-masing sel), yang
sudah disambungkan dengan kontainer tangki penyimpanan air.
Struktur kontrol didesain agar air yang masuk ke zona inlet dengan
kecepatan konstan supaya dapat mengatur level air dalam sistem, dan
untuk mencegah terjadinya aliran air yang tidak tidak teratur dari tangki
akibat fluktuasi air di dalam tangki.
Sedangkan zona outlet (tempat keluarnya air) dibuat dari pipa
PVC dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah masing-masing sel.
Ujung pipa tersebut disambungkan dengan slang yang fleksibel yang
berfungsi untuk mengatur level air di dalam bed. Kemudian
memasukkan dua buah tabung dengan lubang-lubang kecil yang
dilapisi/ditutupi dengan geotekstil ke dalam bagian tengah sel, dengan
jarak 40 cm dari zona inlet dan zona outlet untuk sampling.
Kemudian kerikil berukuran 10-15 mm dimasukkan ke dalam
zona inlet dan zona outlet pada masing-masing keempat sel, agar
dihasilkan distribusi aliran air yang merata. Setelah itu pada 2 sel
pertama diisi dengan kerikil halus, dan 2 sel lainnya diisi dengan
campuran kerikil halus dan zeolit (perbandingan 10:1).
Dua jenis tanaman (Pragmites australis dan Juncus inflexus)
dengan perbandingan (tinggi, jumlah daun, dll) sama dan
densitas/kerapatan 30 m2 dimasukkan ke dalam 2 sel, sel pertama
yang mengandung zeolit dan sel lainnya yang hanya terkandung
kerikil. Untuk deskripsi lebih jelas tentang pembuatan sel Constructed
Wetland, dapat dilihat pada Gambar 1.
Sehingga dapat disimpulkan, terdapat 4 treatment yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Lapisan kerikil dengan 10% zeolit dan tanaman (ZP)
2. Lapisan kerikil dengan 10% zeolit tanpa tanaman (Z)
3. Lapisan kerikil dengan tanaman (GP)
4. Lapisan kerikil tanpa tanaman (G)
Diamkan 20 jam
secara konstan
c. Tahap seeding
Proses seeding dilakukan secara alami, yaitu dengan cara
mengalirkan limbah cair sintetis campuran urea dan ammonia fosfat
secara kontinu ke dalam sel constructed wetland HSSF, dengan tujuan
untuk mengembangbiakkan bakteri hingga tercapai kondisi tunak.
Kondisi tunak merupakan kondisi dimana terbentuknya lapisan biofilm
yang melekat pada media. Proses seeding dilakukan selama dua
bulan, dengan waktu tinggal hidrolik (WTH) 1.2 hari dan kecepatan alir
air limbahnya 0.078 m3/hari. Nilai keduanya diperoleh dengan
menggunakan rumus:
dan
Dimana,
A = Area (m2)
Q = Kecepatan alir air limbah (m3/hari)
Co = Influen NO3 (mg L-1)
Ce = Efluen NO3 (mg L-1)
Kt = Kecepatan konstan terhadap suhu
d = Tebal lapisan kerikil (m)
n = Rembesan (%)
WTH = Waktu tinggal hidrolik (hari)
e. Analisis air
Dalam periode waktu pengolahan limbah selama tiga bulan,
dilakukan analisis air limbah setiap 2 minggu. Sampel air diambil dari
inflow, outflow, dan pipa sampling untuk mengukur konsentrasi P, NO3-
N, Zn, Pb, dan Cd. Metode analisis menggunakan metode Standar
Pengujian Air dan Air Limbah dari Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika.
Adapun secara keseluruhan tahapan penelitian ini dijelaskan
dalam bagan alir berikut ini:
Sel CW HSSF
Terbentuk lapisan
lendir (Biofilm)
Efluen
Variabel NO3-N P Zn
Konsentrasi Mean±SD 79.3±32.4 10.5±1.04 806±2.7
I
Influen (mg/L) Range 110-20 12.0-9.0 12.0±5.0
Mean±SD 17.71±9.34a 0.76±0.58c 0.011±0
Range 30-2 1.7-0 0.047-0
ZP
Removal
79.19 93.12 99.9
(%)
Mean±SD 9.3±4.8a 1.95±0.7ab 0.019±0.018a
Range 19.5-4.5 3-0.83 0.055-0
ZP
Removal
86.58 81.76 99.76
Konsentrasi (%)
Efluen (mg/L) Mean±SD 15.14±8.27a 1.14±0.63bc 0.022±0.019a
Range 28-1 2-0.33 0.057-0
GP
Removal
82.39 89.47 99.71
(%)
Mean±SD 11.0±2.6a 2.5±1.1ab 0.037±0.019a
Range 13-6 4.2-1.33 0.062-0
G
Removal
87.94 76.65 99.52
(%)
Konsentrasi influen dan efluen serta uji statistik penurunan
konsentrasi P, NO3-N dan Zn ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Total Konsentrasi pada Influen dan Efluen dari Keempat Sistem
CW terhadap Standar Deviasi (SD), Range, dan Efisiensi Penghilangan
Polutan.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa diantara keempat sel
tersebut, rata-rata nilai konsentrasi outflow tidak berbeda secara
statistik, akan tetapi terjadi penurunan konsentrasi yang signifikan
secara statistik pada keempat treatment.
Hubungan antara konsentrasi influen dan efluen dari NO3-N
selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa sel dengan dan tanpa tumbuhan menunjukkan
penurunan konsentrasi NO3-N yang signifikan. Meskipun demikian,
terlihat jelas bahwa sel dengan tumbuhan (ZP dan GP) memiliki
efisiensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan efisiensi sel
tanpa tumbuhan (Z dan G).
Gambar 11. Perbandingan Konsentrasi NO3-N pada Influen dan Efluen
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Chem-is-try.<http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_material/zeolit_sebagai_mineral_serba
_guna/>. (14 september)
Ghazali, Ali Akbar and Mobini, Azizollah. 2008. Water Losses Reduction
Programme in Iran. International Workshop on Drinking Water
Loss Reduction Developing Capacity for Applying Solutions, (on
line), UNW-DPC, UN Campus, Bonn, Germany
(http://www.unwater.unu.edu/file/Theran_Ghazali.pdf?menu=1.
Diakses 13 September 2009)