Professional Documents
Culture Documents
Mr. Gatot, 57 years old, came to an ophthalmologist with a progressive right eye
visual loss since 2 days ago. There were also peri-ocular pain, redness and
congestion of the right eye. The patient told that he got nausea and vomit in the
last 2 days.
The patient told that since 5 years ago, visual acuity of his both eyes has
decreased gradually with smoky eyesight. He became too sensitive to a beam and
more comfort with a lightless place.
He also that in the last 2 years, his left eye’s vision worsened faster than his right
eye, resulting difficulties in reading small fonts.
Since 15 years ago, he has been diagnosed for diabetes mellitus, and hi visited his
doctor rarely.
Klarifikasi Istilah
Identifikasi Masalah
1. Mr. Gatot, 57 tahun, kelihatan penglihatan pada mata kanan (OD) yang
progresif sejak 2 hari yang lalu.
2. Dia mengeluh nyeri periokular, kemerahan, dan kongesti pada OD dan
juga mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu
3. Sejak 5 tahun yang lalu, AV ODS turun secara gradual dengan penglihatan
berkabut
4. Sejak 2 tahun yang lalu, penglihatan OS lebih memburuk daripada OD dan
kesulitan membaca huruf kecil.
5. Dia menjadi sensitif tehadap cahaya dan lebih nyaman pada lingkungan
gelap
6. Riwayat penyakit: 15 tahun lalu didiagnosa Diabetes Mellitus yang tidak
terkontrol
7. Hasil pemeriksaan oftalmologikus, gonioskopi dan funduskopi
Ophthalmologic examination found:
Right eye visual acuity : 1/300
Left eye visual acuity : 5/60 ; pin hole (-)
IOP of the right eye : 35 mmHg
IOP of the left eye : 18,5 mmHg
Anterior segment of the right eye:
Conjunctivae : Mixed injection
Cornea : edematous
Anterior chamber : shallow, cell (+)
Iris : Iridoplegic
Pupil : mid dilatation Ø 5 mm, light reflex
decreased
Lens : shadow test (+)
Anterior segment of the left eye:
Conjunctivae : mildly congested, clear
Iris : looked normal
Pupil : round, Ø 3 mm, light reflex normal
Lens : shadow test (+)
Gonioscopy of the right eye : could not be done due to corneal edema
Gonioscopy of the left eye : showed schwalbe line and part of
trabecular meshwork, concluded as acute open angle.
Funduscopy of right eye : not possible
Funduscopy of left eye:
Papil : round, well described, normal to red
appearance, cupping/discus (c/d) : 0,3 , artery to vein ratio 2:3
Macula : decreased light reflex, paramacular
edema, drusen
Retina : mikroaneurysm in 2 quadrants, hard
exudates in 2 quadrants, edematous and flame shaped retinal bleeding.
Analisis Masalah
Hipotesis
Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae. Bola mata terdiri atas 3 lapisan
yaitu:
1. Tunica fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas:
Isi bola mata adalah media refraksi, humor aquosus, corpus vitreum, dan lensa.
1. Humor aquosus
Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi kamera anterior dan
kamera posterior. Cairan ini diproduksi oleh processus ciliaris, mengalir
ke kamera posterior, lalu melewati pupil masuk ke kamera anterior dan
mengalir ke luar melalui celah di angulus iridocornealis masuk ke canalis
schlemmi
2. Corpus vitreum
Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa. Fungsi cairan ini
adalah sedikit menambah daya pembesaran mata, menyokong permukaan
posterior lensa, dan membantu melekatkan retina pars nervosa ke retina
pars pigmentosa.
3. Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan. Lensa terdiri atas:
Fisiologi Penglihatan
Katarak
Glaukoma
Retinopati hipertensi
Retinopati diabetik
parasimpatis aktif
III. Penurunan Penglihatan pada kedua mata dan Penglihatan Berkabut secara
berangsur-angsur
2 tahun yang lalu VOS memburuk lebih cepat daripada VOD, sukar membaca
huruf yang kecil, sensitif terhadap cahaya dan nyaman dengan keadaan yang
remang
Mata menjadi sensitive ditempat terang dan nyaman ditempat lebih gelap oleh
karena adanya kekeruhan pada lensa sehingga cahaya yang masuk susah untuk
difokuskan
Bagan 3. Mekanisme mata yang sentitif terhadap cahaya terang
VI.Hubungan riwayat diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan gejala yang ia
derita
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme berupa hilang toleransi
terhadap karbohidrat yang menyebabkan kegagalan proses glikolisis yang
pada akhirnya menyebabkan hiperglikemi di ekstrasel dan hipoglikemi di
intrasel.
1) Perubahan refraksi
Peubahan refraksi mendadak karena perubahan kadar gula darah
Peningkatan gula darah yang signifikan menyebabkan miopia dan bila
penurunan ke level normal menyebabkan hiperopia
Perubahan ini kemungkinan berhubungan dengan perubahan tekanan
osmotik yang disebabkan oleh gular darah, yang dapat mengubah
kekuatan refraksi lensa
2) Mikroangiopati karena perubahan gula intraselular menjadi alkohol melalui
jalur aldose reductase
3) Katarak Perubahan gula intraselular menjadi alkohol melalui jalur aldose
reductase mempunyai peranan terhadap perkembangan katarak diabetik
4) Retinopati diabetik gambaran dari diabetik mikroangiopati yang ditemukan
di seluruh tubuh
Retinopati non proliferatif
o Dilatasi kapiler, mikroaneurisma dan eksudat
o Perdarahan retina
o Edem retina dan macula
Retinopati proliferatif:
o Cotton wool spot
o Nonperfusi kapiler retina
o Dilatasi vena, bentuk manik-manik (beading), melingkar
(looping)
o Neovaskularisasi retina
o Perdarahan badan kaca.
5) Rubeoisis iridis
6) Glaukoma neovaskular
7) Neuropati-optik komplikasi mikroangiopati
8) Kelumpuhan otot bola mata
Kelumpuhan saraf cranial Saraf kranial III, IV dan VI
9) Penyembuhan epitel yang lambat
10) Penebalan membran basement dari sel epitelial siliar
11) Retinalis lipemia dan Xanthelasma kelopak mata karena kadar serum lipid
abnormal
Diabetik Neuropati
Merupakan gejala diabetes mellitus pada mata dimana ditemukan pada retina
1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah
vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh
darah terutama polus posterior
2. Perdarahan dalam bentuk titik, garis, dan bercak biasanya terlihat dekat
mikroaneurismata di polus posterior
3. Dilatasi vena dengan lumen ireguler dan berkelok-kelok, bentuk ini seakan-
akan dapat memberikan perdarahan tapi tidak demikian,
4. Hard exudates merupakan infiltrasi lipid kedalam retina. Gambarannya
khusus, yaitu ireguler, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata (
eksudat berupa titik ) membesar dan bergabung. Eksudasi ini dapat muncul
dan hilang dalam beberapa minggu.
5. Soft exudates yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia
retina. Pada oftalmoskop terlihat bercak kuning difus dan berwarna putih.
6. Neovaskularisasi terletak di permukaan jaringan. Terjadi akibat proliferasi sel
endotel pembuluh darah
7. Edema retina
Kriteria :
- Jika keseluruhan jalinan trabekular dan prosesus iris terlihat → sudut
terbuka
- Jika hanya garis schwalbe atau sebagian kecil jalinan trabecular
terlihat → sempit
- Jika garis schwalbe tidak terlihat → sudut tertutup.
Funduskopi :
- Mata kanan : tidak tembus à dapat dikarenakan kekeruhan media
penglihatan (kornea, aqueos humor, lensa, vitrous humor) karena
sebab-sebab tertentu.
- Mata kiri :
o Papil :
Bulat, batas tegas, merah normal, cupping 0,3 , a : V = 2 :3 →
Normal
o Makula :
Refleks cahaya menurun à adanya gangguan / ↓ fungsi
makula
Edema paramakula à kebocoran cairan dan konstituen
plasma ke dalam retina kemudian ke paramakula, akibat
retinopati diabetik.
Drusen à endapan putih-kuning, bulat, diskret, dengan
ukuran bervariasi di belakang epitel pigmented, tersebar di
seluruh makula dan kutub posterior. Merupakan ciri khas:
degenerasi makula terkait usia tipe kering.
Mekanisme terbentuknya drusen:
Usia degenerasi retina bagian luar kegagalan epitel
pigmen retina mengeluarkan produk lipid pada membran
Bruch deposit lipid (kuning diskret) di subretina
drusen
Hiperglikemia
↑ sorbitol
Coa Iris
dangkal terdorong ke
Penekanan Perfusi << Vasodilatasi
depan
PD
Pendesakan sudut bilik konjungtiva
Hiperemis pada
mata anterior (hambatan
konjungtiva
aliran ke jalinan tabekular)
bulbi/sklera
Penglihatan ↓ ↓ ↓ ↓ Normal
Mata kemerahan + - - + +
Kongestif + - + + -
Mual dan muntah + - - + -
Penglihatan berasap - + - - -
Ketajaman ↓ ↓ ↓ ↓ -
penglihatan
Iridoplegi + - - + -
Edema paramacula - - + - -
Drusen macula - - - - -
Perdarahan flamed - - + - -
shaped
Mikroaneurisma 2 - - + - -
kuadran retina
Eksudat 2 kuadran - - + -
Refleks cahaya + + + + -
menurun
X. Diagnosis Kerja
Katarak
Definisi:
- Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, atau kedua-duanya.
- Biasanyan mengenai kedua mata, progresif, atau tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.
- Keluhan pasien: penglihatan seperti berasap, penglihatan menurun secara
progresif.
Factor penyebab:
- Fisik.
- Kimia.
- Penyakit predisposisi.
- Genetic dan gangguan perkembangan.
- Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin.
- Usia.
Klasifikasi:
1. Katarak congenital.
- Terlihat pada usia <1 tahun.
- Digolongkan menjadi:
Kapsulolentikularkatarak kapsular dan katarak Polaris.
Katarak lentikularmengenai korteks dan nucleus lensa saja.
- Bias timbul primer ataupun berhubungan dengan penyakit ibu dan janin
local atau umum.
2. Katarak juvenile.
- Terdapat pada usia > 3 bulan, < 9 tahun.
- Biasanya merupakan kelanjutan dari katarak congenital.
- Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik atau metabolic dan
penyakit lainnya, seperti katarak metabolic, otot, katarak traumatic,
katarak komplikata.
3. Katarak senile.
- Pada usia > 50 tahun.
- Penyebab belum pasti.
- Perubahan lensa pada usia lanjut:
Kapsulmenebal, kurang elastic, mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitelsel epitel pada ekuator bertambah dan berat, bengkak,
vakuolisasi mitokondria nyata.
Serat lensalebih irregular, pada korteks kerusakan serat sel, brown
sclerotic nucleus, korteks tidak berwarna.
- Harus disingkirkan penyakit sistemik atau penyakit lain yang mungkin
menyebabkan katarak.
- Stadium
tabel 3. Stadium Katarak
insipien imatur matur hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Normal + Normal Pseudops
Penyulit Negative Glaucoma Negative Uveitis,
glaukoma
Katarak imatur: volume lensa bertambahtekanan osmotic bahan
lensa me↑lensa mencembunghambatan pupilglaukoma
sekunder.
Katarak intumesen: lensa degenerative menyerap airlensa
bengkak dan besarmendorong irisbilik mata jadi
dangkalbendungan cairan mataTIO ↑glaukoma akut
kongestif.
Katarak hipermaturbila terus berlanjut dengan disertai kapsul
tebalkoerteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluarkorteks menjadi seperti sekantong susu dengan nucleus
terbenam dalam korteks lensa karena lebih beratkatarak
morgagni.
4. Katarak komplikata.
- Terjadi akibat penyakit mata yang lain, penyakit sistemik endokrin, dan
keracunan obat
- Katarak diabetes:
Ada 3 bentuk:
Pasien dehidrasi berat, asidosis, hiperglikemia nyataterdapat
kekeruhan lensa berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.
Rehidrasi dan pengembalian kadar glukosa normal, bisa
mempebaiki keadaan.
Pasien DM juvenile dan tua tidak terkontrolkatarak serentak di
kedua mata dalam 48 jam, bentuk snowflake atau subkapsular.
Katarak DM dewasa sama dengan katarak non-DM.
Pathogenesis:
DMhiperglikemi persistenpengaktifan jalur poliolsorbitol
terakumulasi dalam lensakekeruhan lensa.
Glaukoma
Definisi:
Suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi
kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Etiopatogenesis:
- Bertambahnya produksi cairan mta oleh badan siliar.
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau celah
pupil.
Pathogenesis:
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior,
melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui
suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan, begitu juga dengan peningkatan produksi aqueous humour. Peningkatan
tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di
bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran,
maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama
terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika
tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Gambar 3. Aliran Aqueous Humor Normal
Klasifikasi:
Glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup.
Glaucoma sudut terbuka:
- Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus
terbuka, tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat.
- Secara bertahap tekanan akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata)
dan menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi
penglihatan yang progresif.
- Hilangnya fungsi penglihatan dimulai pada tepi lapang pandang dan jika
tidak diobati pada akhirnya akan menjalar ke seluruh bagian lapang
pandang, menyebabkan kebutaan.
- Sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak.
- Cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes
atau miopia.
- Lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh
orang kulit hitam.
- Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak
menimbulkangejala.
Lama-lama timbul gejala berupa: penyempitan lapang pandang tepi,
sakit kepala ringan, gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya
melihat lingkaran di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi
pada kegelapan). Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang
pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang
terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke depan (disebut
penglihatan terowongan).
XI. Tatalaksana
b. Katarak
Indikasi
a) Indikasi klinis
b) Indikasi sosial
Persiapan pra bedah
a) Hasil laboratorium
b) Midriatikum
Teknik operasi
a) Extra Capsular Cataract Extraction/ + IOL
b) Fakoemulsifikasi/ + IOL
Anestesi
a) Topikal : Tetrakain 0,5% tetes mata
b) Peribulber : lidokain inj. : Markain inf. = 1 : 1
c) Retrobulber : idem
d) Umum
Persiapan pra bedah
a) Cukur bulu mata
b) Midratikum tetes mata
c) Antiseptik daerah katarak
Langkah operasi:
a) ECCE/ ECCE + IOL
i. Peritomi konjungtiva, atasi perdarahan konjungtiva
ii. Grooving insisi komeosklera 1500, kemudian kapsulotomi
anterior
iii. Kornea dibuka 1200, dilanjutkan ekspresi nukleus
iv. Pasang jahitan kornea secukupnya, kemudian dilakukan
irigasi aspirasi massa lensa
v. Bila telah direncanakan, dilakukan implantasi IOL
vi. Tambahkan jahitan kornea, kemudian simpul dibenamkan
vii. Iridektomi perifer bila diperlukan
viii. Injeksi antibiotik sunkonjungtiva
b) Phako + IOL
i. Insisi kornea (dear korneal incision)/ sklera
ii. Tembus COA, bentuk dengan viskoelastik
iii. Kapsuloreksis
iv. Hidrodeseksi, hidrodilinasi
v. Fakoemulsifikasi nukleus, epinukleus
vi. Irigasi, aspirasi massa lensa (korteks)
vii. Implantasi IOL
viii. Pasang jahitan pada luka operasi
Pengobatan pasc a bedah
a) Antibiotik subkonjungtiva injeksi
b) Antibiotik topikal + steroid tetes mata
c) Tutup mata pelindung
Pengawasan pasca bedah
awasi terjadinya komplikasi
Pencegahan
a) Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan
pada siang hari bisa Mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang
masuk ke dalam mata.
b) Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
c) Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar
gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus.
d) Makanan-makanan sumber riboflavin di antaranya susu,
daging, sayur, telur sayuran hijau seperti kol, brokoli,
asparagus serta biji-bijian (cereals).
e) Konsumsi antioksidan seperti vitamin A, C, dan E
c.Retinopati diabetik
Setiap penderita diabets melitus yang diperiksa matanya, perlu
didata:
a) Lamanya menderita diabetes melitus
b) Terkendali atau tidaknya kadar gula darah
c) Jenis obat diabetesnya, insulin atau oral
d) Komplikasi diabetes melitus lainnya
Penatalaksanaan berbagai stadium retinopati daibetik
a) Mata merah atau NPDR ringan dengan mikroaneurisma yang
jarang diperiksa setiap 6 – 12 bulan
b) NPDR tanpa edema makula. Diperiksa setiap 4 – 6 bulan.
Pemeriksaan FFA dan fotokoagulasi laser masih belum perlu.
c) NPDR dengan edema makula yang tidak bermakna secara
klinis, tetapi tajam penglihatan sudah menurun. Diperiksa
setiap 4 bulan Pemeriksaan FFA mungkin bermanfaat.
Fotokoagulasi laser mungkin belum perlu dilakuakan.
d) NPDR dengan edema makula yang bermakna secara klinis
(CSME). Pemeriksaan FFA perlu, fotokosgulasi laser harus
dilakukan. Keadaan pasien harus terkontrol, tekanan diastolik
darah <100 mmHg dan belum ada tanda gagal ginjal.
e) Pre PDR. Pada pre PDR, resiko menjadi PDR lebih besar yaitu
sekitar 10 – 40%. Pemeriksaan FFA sangat perlu untuk melihat
daerah-daerah non prefusi serta kebocoran. Fotokoagulasi
dilakukan secepatnya.
f) PDR dengan atau tanpa CSME. Pemeriksaan FFA perlu
dilakukan untuk emmbedakan NV dari perdarahan retina, juga
untuk menilai kebocoran pada edema makula. Fotokosgulasi
segera dilakukan sebelun terjadi perdarahan vitreous.
g) PDR dengan komplikasi lanjut yang tidak dapat diterapi laser,
diperiksa setiap 6 bulan.
Terapi fotokoagulasi laser
Indikasi:
a) NPDR dengan edema makula atau CSME dan tajam
penglihatan turun.
b) Pre PDR dengan paling tidak 3 tanda.
c) PDR dengan atau tanpa komplikasi. Pada perdarahan vitreous,
fotokoagulasi diusahakan bila vitreous jernih.
d) NPDR dengan katarak.
e) Penderita dengan kontrol diabetes yang tidak baik.
f) NPDR pada mata yang satunya mengalami progresifitas.
g) Adanya komplikasi diabetes lain termasuk penderita gagal
ginjal.
h) Penderita berkediaman jauh atau penderita tidak disiplin.
Pemeriksaan lanjut:
1) Kontrol 1 minggu untuk tindakan laser pada
mata kedua
2) Kontrol 2 minggu setelah tindakan laser pada
mata kedua
3) Kontrol 2 bulan setelah tindakan laser selesai.
Laser dapat ditambahkan.
4) Kontrok tiap 4 – 6 bulan untuk pemeriksaan dan
evaluasi lanjut. FFA dapat diulang.
Operasi vitrektomi dengan atau tanpa endolaser
Indikasi:
a) Perdarahan vitreous tebal yang tidan dapat diabsorpsi dalam 2
bulan
b) Perdarahan vitreous dengan ancaman Traction RD.
c) Traction RD mengenai makula.
d) Traction RD dengan RE Regmatogen.
Pemeriksaan lanjut:
1) Tiap minggu selama 1 bulan.
2) Tiap 2 minggu pada bulan selanjutnya.
3) Tiap 1 bulan selama 4 bulan berikutnya.
d. Degenerasi makula
Roborantia : vitamin E, beta carotene, vitamin C 500 mg
Kacamata pelindung terhadap matahari
Fotokoagulasi laser dengan argon hijau atau diode laser indirect
opthalmoscopy (LIO), pada CNV
Operasi submakula : vitrektomi dengan mengeluarkan darah di
submakula
Terapi fotodinamik
Terapi lain : Macugen, Avastin, Lucentis, Kenalog, Ranibizumab
Pencegahan:
a) Kurangai merokok
b) Konsumsi makanan tinggi vitamin C dan E
c) Sumplemen seng
d) Penggunaan esterogen pada wanita postmenopause
XI. Prognosis
Katarak
e) 90% pasien katarak yang dioperasi, penglihatannya membaik
dan tidak mengalami gangguan.
Glaukoma
f) Prognosis pada glaukoma sudut terbuka biasanya baik dengan
penganganan dan kontrol.
Retinopati diabetik
g) Prognosis baik dengan penanganan yang baik
h) Perlu melakukan kontrol secara teratur
i) Cukup banyak menyebabkan kebutaan
Degenerasi makula
j) Penyakit ini progresif, dan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan ireversible
k) Biasanya menimbulkan kehilangan penglihatan sentral
XII. Komplikasi
Katarak
a) Endoftalmitis
b) Edema kornea
c) Distorsi atau terbukanya luka operasi
d) COA dangkal
e) Glaukoma
f) Uveitis
g) Dislokasi IOL
h) Perdarahan segmen anterior/ posterior
i) Ablasio retina
j) Cystoid macular edema
k) Ruptur kapsul posterior
l) Prolap vitreus
Glaukoma
a) Gangguan lapangan penglihatan
b) Gangguan saraf optik
c) Kebutaan
Retinopati diabetik
a) Perdarahan preretinal
b) Perdarahan vitreous
c) Glaukoma
d) Kehilangan penglihatan bahkan kebutaan
Degenerasi makula
a) Hemorhagi
b) Serous retinal detachment