You are on page 1of 21

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat, terutama adanya pemanasan
global yang tejadi di seluruh permukaan planet bumi ini dari daerah ekuator, sub tropik
sampai daerah lintang tinggi bahkan sampai kutub. Kondisi seperti ini dipicu oleh
aktifitas manusia yang terfokus kepada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sesaat
tanpa memperhitungkan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
Aktifitas masyarakat perkotaan menghasilkan berbagai polutan gas rumah kaca
(CO2, CH4, N2O) dan gas-gas polutan lain (CO, SO2, NO2, partikulat dll.) yang
menyebabkan peningkatan penyerapan radiasi gelombang panjang bumi, sehingga
menyebabkan peningkatan suhu udara. Selain meningkatkan suhu udara, polutan udara
juga menyebabkan kualitas udara menjadi menurun sehingga mengganggu kesehatan
serta kenyamanan manusia.
Menurut Murdiyarso (2003) gas rumah kaca global pada jaman pra industri sebesar
290 ppmv (CO2), 700 ppbv (CH4) dan 275 ppbv (N2O). Kemudian meningkat cepat yaitu
pada tahun 1998 menjadi 360 ppmv (CO2), 1.745 ppbv (CH4) dan 311 ppbv (N2O).
Diperkirakan oleh para ahli, pada tahun 2050 CO2 mencapai 550 ppmv.
Kualitas udara di atmosfer bumi terus memburuk, diperkirakan dalam kurun waktu
100 tahun mendatang peningkatan polutan udara terutama gas-gas rumah kaca ini
menyebabkan suhu udara rataan akan meningkat sebesar 4,5 ºC. Tingginya gas rumah
kaca ini dibarengi dengan terus merosotnya luas hutan. Hasil pengukuran World Bank
(1995) dalam Murdiyarso (2003), kerusakan hutan tercatat sebesar 1,3 juta ha/tahun,
sedangkan menurut Walhi (1999) dalam Murdiyarso (2003) tercatat 2,4 juta ha/tahun.
Peningkatan suhu udara akibat terus meningkatnya polusi udara dan menurunnya
luas hutan, dapat ditanggulangi dengan dibangunnya hutan di perkotaan. Hutan kota
dapat menyerap dan menjerap berbagai polutan udara sehingga akan meningkatkan
kualitas udara serta mempunyai fungsi sebagai climate amelioration (memperbaiki
kondisi iklim.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan
ibukota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 terletak antara
6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Wilayah ini berbatasan :

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi, Kota Depok,


Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Prop. Banten)
Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang
Sebelah Timur : Kabupaten Karawang
Sebelah Timur Laut : Kabupaten Purwakarta
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi
Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur
Tengah : Kotamadya Bogor

Peta Administrasi Kabupaten Bogor disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. peta administrasi Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kabuaten Bogor merupakan wilayah pengembangan dan buffer Kota Jakarta.


Perkembangan kotanya sangat pesat. Di Kota ini terjadi peningkatan jumlah penduduk,
luas permukiman, jumlah transportasi dan industri juga berkembang pesat. Di Kecamatan
Gunung Putri dan Citeurep terdapat beberapa industri skala besar. Berbagai macam
aktifitas ini menyebabkan tingginya polutan udara di Kabupaten Bogor. Polutan udara
yang tinggi menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan di perkotaan.
Kondisi ini akan menurunkan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini
diantaranya adalah meningkatnya suhu udara, berubahnya iklim mikro, meningkatnya
konsentrasi polutan udara, terganggunya kesehatan warga masyarakat dll.
Oleh karena itu penataan kota berdasarkan kaidah konservasi dalam mewujudkan
kota lestari di Kabupaten Bogor sangat penting yaitu dengan cara mengalokasikan ruang
untuk pembangunan hutan kota serta mengatur tata letak, penentuan tipe, bentuk, strata
vegetasi hutan kota, agar dapat berfungsi optimal dalam mengantisipasi adanya
pemanasan di perkotaan yang dampaknya bersifat lokal. Apabila tindakan lokal seperti
ini dilakukan bersama-sama di seluruh kota di planet bumi ini maka harapan perbaikan
kondisi iklim global tidak mustahil akan terwujud.
Selain dapat berdampak positif dalam mitigasi pemanasan global, pengelolaan hutan
kota yang tepat akan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota diantaranya adalah
menciptakan iklim mikro yang nyaman, pemasok oksigen, penapis bau, penjerap polutan,
pengabsorbsi bermacam polutan udara, sebagai habitat satwa (serangga, burung dll.),
menciptakan estetika yang indah dll. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan kota yang
dapat dijadikan penyangga kehidupan warga masyarakat kota secara lestari.

1.2. Tujuan Kegiatan


Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan penataan hutan kota, termasuk
penentuan tipe, bentuk, strata vegetasi dan tata letak hutan kota yang disesuaikan dengan
kondisi lingkungan (fisik dan biotik, lingkungan yang sudah terbangun) serta kondisi
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat agar tercipta kota lestari yang dapat
memberikan manfaat sebagai penyangga kehidupan warga masyarakat yang berkualitas
dan lestari.

Kerangka pikir kegiatan disajikan pada Gambar 2.

Sumber polutan
Transportasi Industri Permukiman Sumber lain

Polutan udara

• Topogra Kualitas udara


fi
• Cuaca Penataan dan
(angin) Pengelolaan
• Lingkungan Hutan Kota
Pemanasan udara
fisik lain
(tanah)
• Nilai sosial
budaya

Kualitas Lingkungan Pemanasan


Global

Kualitas Sistem Penyangga Kehidupan

KOTA LESTARI

Gambar 2. Kerangka pemikiran mitigasi pemanasan global melalui tindakan lokal


dengan penataan tipe, bentuk dan tata letak hutan kota untuk
mewujudkan kota lestari.
Dalam bagan alir ini dijelaskan dampak dari berbagai aktifitas manusia yang
menghasilkan emisi polutan udara sehingga menyebabkan konsentrasi polutan udara di
atmosfer meningkat serta menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan
udara. Peningkatan konsentrasi polutan dan pemanasan udara akan menyebabkan
kualitas udara dan kualitas lingkungan menurun sera menyebabkan kenyamanan
terganggu.
Hutan kota berperan penting dalam menjerap dan menyerap berbagai macam
polutan sehingga daat menurunkan konsentrasi polutan udara, mengurangi efek rumah
kaca sehingga dapat menurunkan suhu udara. Kondisi ini dapat meningkatkan kualitas
lingkungan dan kenyamanan serta dapat mewujudkan kota lestari yang dengan daya
dukung tinggi sehingga dapat menjadi penyangga kehidupan bagi warga masyarakat yang
tinggal di dalamnya.

1.3. Manfaat
Perbaikan Kualitas Udara
Hasil kegiatan ini sangat penting sebagai dasar pengelolaan lingkungan hidup untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Penentuan tata letak hutan kota yang tepat dan
disesuikan dengan kondisi lingkungan seperti topografi, iklim (curah hujan, suhu udara,
angin), letak sumber pencemar dan letak permukiman, man kota akan dapat menjerap dan
menyera polutan dengan maksimal. Hal ini akan sangat mengurangi konsentrasi polutan
udara di atmosfer perkotaan. Selain itu hutan kota juga dapat menghasilkan oksigen yang
sangat penting dan menyehatkan manusia. Pengelolaan hutan kota yang tepat akan dapat
meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.

Mengantisipasi Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca di atmosfer terjadi pada saat polutan udara khususnya gas rumah
kaca terdapat di lapisan troposfer. Radiasi matahari yang sampai di atmosfer akan
mengalami pembauran, refleksi dan diteruskan ke permukaan bumi. Sebagian besar
radiasi matahari yang sampai permukaan bumi, diserap kemudian dipancarkan oleh
permukaan tersebut dalam bentuk radiasi gelombang panjang. Gas rumah kaca memiliki
sifat menyerap radiasi gelombang panjang. Oleh karena itu radiasi gelombang panjang
yang seharusnya sebagian besar lolos ke angkasa, terserap oleh gas rumah kaca sehingga
terperangkap dan mengakibatkan suhu udara meningkat. Proses seperti ini disebut efek
rumah kaca.
Perkotaan dengan penduduk dan transportasi padat, perkembangan industri yang
pesat serta konsumsi bahan bakar fosil yang tinggi, menyebabkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer (udara) tinggi dan dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek
rumah kaca di perkotaan dapat menyebabkan terbentuknya fenomena urban heat island
(pulau panas) yang sekarang sudah terjadi di beberapa kota di dunia termasuk Indonesia.
Fenomena urban heat island dicirikan dengan suhu udara yang lebih tinggi di
perkotaan dibandingkan dengan daerah sekitarnya (sub urban dan rural), karena pancaran
radiasi balik gelombang panjang bumi tertahan oleh polutan yang ada di udara sehingga
menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan suhu udara tinggi. Fenomena urban heat
island dapat diantisipasi dengan penataan dan pengelolaan hutan kota yang tepat agar
dapat menyerap dan menjerap gas rumah kaca sehingga dapat menurunkan suhu udara.
Profil urban heat island disajikan pada Gambar 3.

Sumber : Rosenberg (2009)


Gambar 3. Profil Urban Heat Island.

Perbaikan Cuaca dan Iklim


Penataan hutan kota yang disesuaikan dengan lingkungan setempat akan
menciptakan kondisi iklim mikro yang baik dan nyaman bagi mahluk hidup termasuk
manusia. Hutan kota dapat mengintersepsi radiasi surya sehingga yang dapat mengurangi
intensitas radiasi surya. Penurunan intensitas radiasi surya akan menyebabkan penurunan
suhu udara dan peningkatan kelembaban udara. Kondisi iklim mikro yang baik
memberikan kontribusi positif di dalam menekan laju pemanasan global.

Manajemen Hutan Kota


Saat ini hampir setiap pemerintah daerah di Indonesia memiliki ruang terbuka hijau
termasuk hutan kota. Tetapi didalam pelaksanaannya belum ada panduan yang dapat
dijadikan pegangan bagaimana membangun hutan kota yang baik. Hutan kota dibangun
masih sebatas seperlunya tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan dan berbagai
faktor yang menentukan efektifitas hutan kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan
termasuk iklim. Bahkan menentukan kebutuhan luas hutan kotapun masih belum banyak
dilakukan. Penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat dijadikan dasar dalam
manajemen pengembangan hutan kota di daerah.

1.4. Produk Akhir Kegiatan


Produk akhir dari kegiatan ini adalah tersedianya panduan pengelolaan hutan kota
berdasar kaidah-kaidah konservasi sumberdaya alam dalam rangka upaya mitigasi
pemanasan di perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan sehingga tercipta
kota lestari yang dapat menjadi penyangga kehidupan warga masyarakat kota. Panduan
ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai pertimbangan dalam penataan dan
pengembangan tata ruang yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menciptakan
geen city yang sekarang ini sudah dicanangkan beberapa kota di Indonesia.

1.5. Keberlanjutan Proposal Paska Pelaksanaan


Perancangan pengelolaan hutan kota yang sudah tersusun, dapat digunakan sebagai
acuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, tetapi tentu perlu monitoring dan
evaluasi terus menerus karena semua variabel/faktor yang mempengaruhi kondisi
lingkungan kota terus berubah secara dinamis. Selain itu pemeliharaan hutan kota perlu
dilakukan secara sinergis antar instansi di dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Pembangunan hutan yang memperhatikan kebutuhan ruang publik masyarakat
seperti : kebutuhan akan rekreasi, olah raga dan keindahan, akan memunculkan rasa
memiliki dan rasa tanggungjawab masyarakat untuk memelihara, minimal tidak merusak
hutan kota. Selain itu pemilihan vegetasi lokal, endemik atau khas daerah setempat serta
pemilihan vegetasi yang dapat menjadi habitat satwa (misalnya burung), maka akan dapat
dijadikan masyarakat sebagai tempat pendidikan lingkungan (sebagai laboratorium alam),
bahkan dapat dijadikan obyek penelitian yang sangat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan biologi dan lingkungan.
Oleh karena itu hasil perancangan pembangunan hutan kota ini perlu
disosialisasikan kepada beberapa instansi terkait diantaranya Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Kehutanan, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Jasa Marga, DPRD, tokoh
masyarakat, organisasi pemuda dll. Kegiatan sosialisasi ini akan dapat memberikan
masukan dan penyempurnaan dalam pengelolaan hutan. Selain itu juga dengan sinerginya
berbagai instansi dan berbagai bagian masyarakat dalam pengelolaan hutan kota maka
upaya mitigasi pemanasan global melalui tindakan lokal akan lebih mudah dilaksanakan.
Apabila kegiatan ini berhasil, maka akan dapat dijadikan model di beberapa daerah lain
di Indonesia. Mitigasi pemanasan global akan efektif apabila dilakukan bersama-sama di
seluruh daerah. Mitigasi pemanasan global harus dimulai dari mitigasi tingkat lokal
(daerah).

BAB II. RENCANA KERJA DAN STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN


Perancangan pembangunan hutan kota berbasis konservasi sumberdaya alam dalam
rangka menciptakan kota lestari ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, yaitu :
2.1. Ekplorasi Data
Data yang diperlukan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan permasalahan
lingkungan di Kabupaten Bogor adalah :
a. Perkembangan unit industri
b. Kondisi iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan
arah angin minimal lima tahun terakhir)
c. Data jumlah transportasi, kepadatan lalu lintas, jaringan jalan.
d. Jumlah dan pertumbuhan penduduk.
e. Data monitoring kualitas udara secara time series.
f. Peta penutupan lahan.
g. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor.
h. Data sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
i. Legalitas dan kebijakan mengenai penetapan ruang terbuka hijau (RTH)
termasuk hutan kota.

2.2. Analisis Data Lingkungan Fisik


Analisis data lingkungan fisik (topografi, tanah, iklim) dan biologi akan dapat
menggambarkan kondisi lingkungan Kabupaten Bogor. Topografi, suhu udara dan arah
angin akan menjadi dasar penentuan tata letak hutan kota. Dengan menganalisis kondisi
topografi dan arah angin, dapat diperkirakan pergerakan sumber polutan dan daerah yang
akan terkena dampak. Sedangkan jenis tanah dan kondisi iklim juga dijadikan dasar
pemilihan vegetasi yang cocok dalam membangun hutan kota.

2.3. Analisis Spasial Penutupan Lahan


Analisis spasial penutupan lahan sangat penting untuk memperkirakan lokasi hutan
kota yang tepat. Dari analisis spasial penutupan lahan, maka dapat diperkirakan lokasi
beberapa sumber polutan (area industri, transportasi, sawah, TPA dll.) serta lokasi
permukiman tempat berdiam warga masyarakat yang harus dilindungi dengan
membangun hutan kota sebagai windbreak serta penjerap dan penyerap polutan udara.

2.4. Analisis Spasial Sebaran Polutan Udara


Hasil analisis spasial sebaran polutan udara disajikan dalam peta dengan tiga
tingkat konsentrasi polutan yaitu : a) area warna hijau (memenuhi standar baku mutu
kualitas udara), b) area warna biru (konsentrasisi polutan sedang), sedangkan c) area
warna merah (di atas standar baku mutu yang berdampak buruk bagi lingkungan). Peta
sebaran polutan udara dan data suhu udara, dijadikan dasar penentuan prioritas lokasi
pembangunan hutan kota.

2.5. Prakiraan Kebutuhan Luas Hutan Kota


Menurut Dahlan (2004), pendekatan parsial yang dapat dijadikan dasar penentuan
kebutuhan luas hutan kota, yaitu :
a. Berdasarkan persen luas dari suatu kota
b. Berdasarkan jumlah penduduk
c. Berdasarkan isu penting
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang terbuka
hijau (RTH) kota adalah sebesar 40 %, sedangkan bedasarkan Peraturan Pemerintah
No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, menyatakan bahwa luasan hutan kota sekurang-
kurangnya 10 % dari luas kota.
Pendekatan yang lain dalam menentukan luas hutan kota adalah berdasarkan
kebutuhan hutan kota per kapita (berdasarkan jumlah penduduk). Berdasarkan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378 Tahun 1987 menetapkan luasan RTH kota
untuk fasilitas umum adalah sebesar 2,53 m2/jiwa dan untuk penyangga lingkungan kota
sebesar 15 m2/jiwa.
Penentuan luas hutan kota berdasarkan isu penting, misalnya kota yang sangat padat
transportasi maka perlu dihitung kebutuhan luas hutan kota berdasarkan jumlah
kendaraan di kota tersebut, serta kebutuhan bensin, solar, minyak tanah, gas dan lain-lain
yang potensial mengemisikan polutan udara, kemudian dihitung kemampuan hutan kota
dalam menyerap polutan.
Jumlah polutan khususnya CO2 dapat dijadikan dasar penentuan kebutuhan luas
hutan kota. Prabang (2009) melakukan pendekatan penentuan luas hutan kota
berdasarkan kemampuannya menyerap CO2 sebagai berikut :

L = aV + bW + c X + d Y + eZ
K
Keterangan :
L = Luas hutan kota (ha)
a = CO2 yang dihasilkan seorang manusia (g/jam)
b = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bensin (g/jam)
c = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran solar (g/jam)
d = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran minyak tanah (g/jam)
e = CO2 yang dihasilkan dari pembakaran LPG (g/jam)
V = Jumlah penduduk
W = Jumlah konsumsi bensin
X = Jumlah konsumsi solar
Y = Jumlah konsumsi minyak tanah
Z = Jumlah konsumsi LPG
K = Kemampuan hutan dalam menyerap CO2 yaitu sebesar 8.000 gram/jam/ha
(Prabang 2009)

2.5. Perancangan Pembangunan Hutan Kota


Perancangan pembangunan dan pengelolaan hutan kota dihasilkan dengan
mengoverlaykan beberapa peta yaitu peta sebaran polutan udara, peta penutupan lahan
dan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor. Selain itu juga dengan
menganalisis kecenderungan peningkatan suhu udara, jumlah transportasi, jumlah
penduduk dan unit industri maka akan dapat diperkirakan luas hutan kota yang
dibutuhkan. Pembangunan hutan kota juga mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
dan budaya masyarakat terutama dalam penentuan tata letak hutan kota serta pemilihan
jenis vegetasi. Ada beberapa jenis vegetasi yang sangat erat terkait dengan budaya
masyarakat yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan hutan kota. Pemilihan
jenis vegetasi ini harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
o Pemilihan jenis tanaman yang dibutuhkan masyarakat
o Pemilihan jenis tanaman endemik dan langka
o Pemilihan jenis tanaman yang mempunyai nilai keindahan
o Kebutuhan akan ameliorasi (perbaikan) iklim yang berkaitan dengan
kenyamanan lingkungan
Pengelolaan hutan kota yang mempertimbangkan semua faktor baik lingkungan
fisik, biologi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat secara partisipatif dengan
melibatkan warga masyarakat serta menampung aspirasi mereka, maka diharapkan akan
dapat mewujudkan kota lestari.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB
Press. Bogor.

Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tentang Luas
Ruang Terbuka Hijau. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 tentang Hutan Kota.


Jakarta.

Murdiyarso D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim.


Kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Wetlands International. PT. Kompas
Media Nusantara. Jakarta.

Prabang S. 2009. Identifikasi Kerawanan Lingkungan sebagai Basis Manajemen


Bencana di Jawa Tengah. http://pasca.uns.ac.id/?p=92 (17 Februari 2009).

Rosenberg M. 2009. Urban Heat Island : Urban Heat Islands and Warm Cities.
http:// geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/urbanheatisland.htm
BAB IV. PEMBIAYAAN

No. Keterangan Pengeluaran


1. Bahan habis pakai :
a. Alat tulis kantor Rp. 500.000,-
b. Kertas 10 rim Rp. 300.000,-
c. Tinta Rp. 1.500.000,-
2. Telpon, fax dll Rp. 3.000.000,-
3. Sewa alat untuk digitasi Rp. 5.000.000,-
4. Beli citra landsat, penelusuran beberapa peta (peta Rp.15.000.000,-
topografi, peta penutupan lahan, RTRW dll.)
5. Analisis spasial peta penutupan lahan Rp.10.000.000,-
Analisis spasial peta sebaran polutan Rp.10.000.000,-
6. Biaya eksplorasi data (data sekunder) sosial, ekonomi, Rp. 5.000.000,-
budaya masyarakat
7. Data Iklim Rp. 5.000.000,-
5 parameter x 10 tahun x Rp. 100.000,-
8. Penelusuran pustaka Rp. 3.000.000,-
9. Biaya konsinyasi, rapat-rapat, ansport
Konsumsi : 24 x 1 thn x 4org x Rp. 200.000,- Rp. 19.700.000,-
10. Biaya survey lapang (perjalanan dinas) peneliti Rp. 14.400.000,-
8 x 4 org x Rp. 450.000,-
11. Biaya survey lapang (perjalanan dinas) tenaga lapang Rp. 6.400.000,-
8 x 4 org x Rp. 200.000,-
12. Biaya transportasi survey lapang Rp. 8.000.000,-
8 x 2 mobil x Rp. 500.000,-
13. Konsumsi survey lapang Rp. 6.750.000,-
8 x 8 org x 3 kali makan x Rp. 35.000,-
14. Sewa peralatan (termometer air raksa 8 buah, termometer Rp. 3.000.000,-
bola kering dan bola basah 8 buah, anemometer 1 buah,
hemivericleview 1 buah)
15. Biaya analisis kondisi iklim, analisis kerapatan Rp. 9.000.000
(kerindangan pohon), analisis kualitas udara
3 jenis analisis x Rp. 3.000.000,-
16. Dokumentasi Rp. 1.000.000,-
17. Fotocopy, penjilidan dan penggandaan laporan Rp. 2.000.000,-
18. Honorarium :
Ketua tim 1 org x 12 bln x Rp. 750.000,- Rp. 9.000.000,-
Anggota tim 3 org x 12 bln x Rp 500.000,- Rp.18.000.000,-
Jumlah Rp.147.550.000,-
Biodata Peneliti
Ketua Tim
1. Nama : Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat/Tanggal Lahir : Wonogiri, 4 Juli 1965
4. Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
5. Alamat Rumah : Jl. Citarum No 5 Laladon Indah, Ciomas, Bogor
Telp : (0251) 7520101
Fax : (0251) 637650
6. Alamat Kantor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Po. Box 168, Bogor - 16001
Telp/fax. : (0251)621947
7. Latar Belakang Pendidikan

No. Tingkat Universitas/Institut Bidang Keahlian Tahun Gelar


Pendidikan Nama Negara/ Lulus
kota
1 S1 IPB Indonesia, Bogor Agrometeorologi 1989 Ir
2 S2 IPB Indonesia, Bogor Pengelolaan 1999 M.Si
Sumberdaya Alam
dan Lingkungan

8. Pengalaman Profesional : Sekretaris Departemen Konservasi Sumberdaya


Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor dari tahun 2005 s/d 2007.

9. Buku Ilmiah/Artikel yang pernah Ditulis

No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun


1. Pendidikan Lingkungan Hidup Siti Badriyah Rushayati Fakultas 2002
melalui Pengembangan Kehutanan IPB
Katerampilan Berwawasan
Lingkungan (Magang
Pendidikan Lingkungan Tim
Bapedalda Papua)
2. Pendidikan Lingkungan Hidup Siti Badriyah Rushayati ASDEP Urusan 2002
melalui Katerampilan Sarana dan
Berwawasan Lingkungan bagi Pengembangan
Pendidik Usia Dini SDM, Kementrian
Lingkungan Hidup
No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun
3. Penghematan Sumberdaya Siti Badriyah Rushayati Kerjasama 2002
Alam melalui Re-Use dan Re- Fakultas
Cycle Limbah (pada pelatihan Kehutanan IPB
Pendidikan Pengetahuan Hutan dengan Bina
dan Lingkungan bagi Guru SD, Penyuluhan
SLTP) Kehutanan,
Departemen
Kehutanan
4. Buku Seri Keanekaragaman Siti Badriyah Rushayati Kerjasama 2003
Hayati : Mengenal Fakultas
Keanekaragaman Hayati Kehutanan IPB
dengan KEHATI
dan Coca Cola
Fondation
5. Pengembangan Kurikulum E.K.S. Harini M., S. Kerjasama 2001
Pelatihan di Bidang Lingkungan Badriyah Rushayati, Fakultas
Hidup (Manajerial, Teknis dan Rahmad H., Burhanudin Kehutanan IPB
Fungsional) M., Lin N.G., Siswoyo dengan Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
6. Standar Kompetensi Pengelola E.K.S. Harini M., Ani Kerjasama 2000
Ekowisata di Indonesia Mardiastuti, S. Badriyah Fakultas
Rushayati, Rahmad H., Kehutanan IPB,
Haryanto, Soedibyo, dengan Direktorat
Istanto, Ae Priyatna, Jenderal
Burhanudin M. Perlindungan dan
Konservasi Alam
Direktorat
Pengembangan
Wisata Alam,
Hutan dan Kebun
7. Pedoman Perencanaan E.K.S. Harini M., S. Kerjasama 2001
Sumberdaya Manusia Pengelola Badriyah Rushayati, Fakultas
Lingkungan Hidup dengan Rahmad H., Burhanudin Kehutanan IPB
Konsep Model Berbasis M., Lin N.G., Siswoyo dengan Badan
Ekosistem. Pengendalian
Dampak
Lingkungan
8. Buku Pegangan Pembina E.K.S. Harini M., S. Kerjasama 2000
Pramuka (Pendidikan Badriyah Rushayati, Fakultas
Pengetahuan Hutan dan Rahmad H., Burhanudin Kehutanan IPB
Lingkungan untuk Pramuka) M., Lin N.G., Siswoyo dengan Perum
Perhutani
No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun
9. Buku Pegangan Guru TK E.K.S. Harini M., S. Kerjasama 2002
mengenai Pendidikan Hutan dan Badriyah Rushayati, Fakultas
Lingkungan Rahmad H., Burhanudin Kehutanan IPB
M., Rinekso S., Siswoyo dengan PT.
Perhutani
(PERSERO) dan
Yayasan Tunas
Rimba Perhutani
10. Pengembangan Pendidikan Siti Badriyah Rushayati Kerjasama 2004
Konservasi melalui Fakultas
Keterampilan Berwawasan Kehutanan IPB
Lingkungan (pada Pelatihan dengan Royal
Pendidikan Konservasi Netherland
Sumberdaya Alam Hayati Embassy
Berbasis Agama)
11. Pengembangan Metode dan Siti Badriyah Rushayati Kerjasama 2004
Media Pembelajaran Pendidikan Fakultas
Konservasi di Sekolah (pada Kehutanan IPB
Pelatihan Pendidikan dengan Royal
Konservasi Sumberdaya Alam Netherland
Hayati Berbasis Agama) Embassy
12. Contoh-contoh Praktek Siti Badriyah Rushayati Kerjasama 2002
Kegiatan Pengelolaan Fakultas
Lingkungan Hidup Kehutanan IPB
dengan PT.
Perhutani
(PERSERO) dan
Yayasan Tunas
Rimba Perhutani
13. Penuruna Polusi Timbal oleh Lindri Suyanti, Siti Fakultas 2008
Jalur Tanjung (Mimos0s elengi Badriyah Rushayati, Kehutanan IPB
Linn) di Taman Monas Jakarta Rachmad Hermawan
Pusat
No. Judul Buku/Artikel/Penelitian Nama Penulis Penerbit Tahun
14. Ameliorasi Iklim Melalui Ir. Siti Badriyah Pendidikan Tinggi, 2009
Zonasi Bentuk dan Tipe Hutan Rushayati, Msi; Dr. Ir. Departemen
Kota di Kabupaten Bandung, Endes N. Filmarasa, MS; Pendidikan
Propinsi Jawa Barat Ir. Rachmad Hermawan, Nasional
M.Sc; Dr. Ir. Lilik Budi
(Sedang dilaksanakan) Prasetyo

Ir.
Rachmad
Hermawan, M.Sc

Dr.
Ir. Lilik Budi
Prasetyo

9. Daftar Publikasi yang pernah Ditulis

No. Judul Publikasi Penulis Nama Nasional/ Akreditasi Tahun


Jurnal Internasional
1. Pengaruh Perubahan Siti Badriyah Media Nasional ISSN 0251- 2002
Penggunaan Lahan Rushayati Konser- 1677
terhadap Kualitas Air vasi
Daerah Aliran Sungai
Ciliwung Hulu-Tengah
2. Identifikasi Respon Siti Badriyah Media Nasional ISSN 0251- 2005
Anatomi Daun dan Rushayati, Konser- 1677
Pertumbuhan Kenari, Rizky Yusup vasi
Akasia dan Kayu Maulana
Manis terhadap Emisi
Gas Kendaraan
bermotor.
3. Struktur Anatomi Daun Siti Badriyah Media Nasional ISSN 0251- 2005
Akasia dan Sengon Rushayati, Konser- 1677
Akibat Pencemaran Haris vasi
Udara di Jalan Tol Imansantosa
Jagorawi Bogor.

10. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang pernah Dilakukan


No. Nama Kegiatan Tempat Bulan/ Sasaran Jumlah staf/
Tahun mahasiswa/
masyarakat
yang terlibat
1. Evaluasi Model Bogor Januari- Guru SD, SLTP 58
Pendidikan Pengetahuan Cianjur April dan SMU
tentang Hutan dan 2003
Lingkungan bagi Anak
Sekolah
2. Pemberdayaan Gunung September- Perempuan 250
Perempuan dalam Gede Desember sekitar Taman
Pengelolaan Lingkungan Pangrango, 2001 Nasional
Hidup di Sekitar Taman Bogor,
Nasional Sukabumi,
Cianjur
3. Penyuluhan Kehutanan Desa 28 Agustus Masyarakat 59
Cibadak, 2000 Desa
Ciampea
4. Mengajar pada Magang Departe- 13-16 Tim Bapedalda 5
Kurikulum Muatan men Konser- Oktober Papua
Lokal Bidang vasi 2002
Pendidikan Lingkungan Sumberdaya
HidupPropinsi Papua huitan,
Faklultas
Kehutanan
IPB
5. Mengajar pada Magang Departe- 7-10 April Tim Bapedalda 6
Pendidikan Lingkungan men Konser- 2003 Binjai
Hidup Tim Bapedalda vasi
Binjai Sumberdaya
huitan,
Faklultas
Kehutanan
IPB
6. Kontes Aksi Bumi dan Bogor, Maret-Juni Mahasiswa dan 100
Lingkungan Hidup Jakarta dan 2003 masyarakat
(sebagai Pembina) sekitarnya umum
7. Pendidikan Lingkungan : Masjid Al- 26 Juni 2002 Anak-anak 60
Mengenal Hutan Hurriyh peserta
Kampus IPB Pesantren Kilat
Darmaga
8. Sosialisasi Model Cianjur 2001 Guru 60 guru
Pendidikan Hutan dan Sukabumi Siswa 250 siswa
Lingkungan bagi Anak
Sekolah
No. Nama Kegiatan Tempat Bulan/ Sasaran Jumlah staf/
Tahun mahasiswa/
masyarakat
yang terlibat
9. Sebagai Pengajar pada Serpong 1-4 Juli Guru TK dan 40
Diklat Lingkungan 2002 SD
Hidup bagi Pendidik
Usia Dini (Peserta guru-
guru TK dan SD asal
Kota Bogor) kerjasama
dengan ASDEP
Kementrian Lingkungan
Hidup
10. Sebagai Pengajar pada Serpong 26 - 30 Guru SMU 41
Diklat TOT Lingkungan Agustus
Hidup bagi Guru SMU 2002
Wilayah Jakarta
kerjasama dengan
ASDEP Kementrian
Lingkungan Hidup
11. Sebagai Pengajar pada Madiun 28-31 Guru TK se 130
Pelatihan Pendidikan Oktober Jawa di bawah
Hutan dan Lingkungan 2002 PT Perhutani
Hidup bagi Guru TK (PERSERO)
Kerjasama Fakultas
Kehutanan IPB dengan
PT. Perhutani
(PERSERO) dan
Yayasan Tunas Rimba
Perhutani
12. Penyuluhan tentang Sukamantri I April 2000 Guru dan siswa 9 guru
penghijauan di SD SD Sukamantri I 120 siswa
Sukamantri I
13. Penyuluhan tentang SLTP April 2000 Guru dan siswa 30 guru
penghijauan di SLTP Ciomas II SD SLTP 120 siswa
Ciomas II Ciomas II
14. Sebagai Pengajar pada Ciomas, 1-8 Guru-guru SLTP 30
Pelatihan Pendidikan Ciampea Nopember
Konservasi Sumberdaya Bogor 2000
Alam dan Lingkungan
15. Sebagai Pengajar pada Bogor 4-8 Mei Guru dan 42
Pelatihan Pendidikan 2004 Pembina Agama
Lingkungan Berbasis 11-15 Mei SD
Agama 2004

Bogor, 26 Oktober 2009

Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si

You might also like