You are on page 1of 99

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada
saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang
membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa
bukanlah pilihan, Itupun adaah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala
kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama
dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita
menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya
daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati
yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa,
Adasuatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama,
tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa
bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya
untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin
Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu
pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah
pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang
sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna
dengan cara yang sempurna

Jangan Remehkan Perbuatan baik yang kecil

Seorang teman yang sangat menyukai musik pernah berkata, bahwa musik bisa membuat
perasaan menjadi halus dan peka. Saya percaya dengan apa yang dikatakannya,karena
saya melihat muka ramah dan ceria yang dimiliki Pianis Richard Clayderman atau
Saxophonis Kenny G. Di foto-foto mereka kesan ramah dan bersahaja selalu melekat
pada wajah mereka.

Tapi pandangan saya terhadap perkataan teman berubah setelah saya beberapa kali
bertemu dengan guru piano murid saya. Kesan tidak ramah sudah saya rasakan pada saat
pertemuan pertama, tapi berhubung saat itu sang guru piano sedang kewalahan
menaklukan murid saya yang susah berkonsentrasi belajar jadi saya anggap sang guru
tidak mempunyai waktu untuk memberikan air muka yang menyejukkan untuk menjawab
salam saya. Tetapi pertemuan selanjutnya benar-benar meruntuhkan anggapan teman
saya bahwa musik bisa membuat orang menjadi halus dan peka. Halus bagi saya sudah
termasuk halus budi dan akhlak tentunya.

Dalam perjalanan pulang, saya menanyakan sikap guru piano kepada Pak Jam, supir
pribadi murid yang selalu mengantarkan sepertiga perjalanan pulang saya, saya tanyakan
hal itu karena saya takut ketidakramahan sikap guru piano hanya tertuju pada saya
seorang, teryata Pak Jam mengamini bahwa sang guru piano memang seperti itulah
keadaanya, susah senyum dan arogan.

Lalu saya teringat guru organ murid saya yang lain atau senior saya yang juga sama
mengajar musik, ya saya ingat mereka juga berair muka sama.

Ah, saya salah jika saya menyalahkan anggapan teman saya di atas tentang musik. Tidak
semua para musisi seperti guru piano murid saya kan? Buktinya musisi kaliber dunia
yang saya sebut di atas jauh dari kesan arogan. Juga teman saya yang musisi pun memang
memiliki hati yang lembut dan murah senyum.

Saya pikir mungkin sang guru piano kurang menghayati, memahami dan menyerap inti
dari musik yang dia mainkan selama ini, sehingga alunan-alunan nada yang
dibawakannya tidak membekas dalam hatinya.

Tentu saja penghayatan, pemahaman, penyerapan inti dan yang tidak kalah pentingnya
pengamalan sesuatu tidak hanya ditujukan bagi dunia permusikan saja, tapi juga dalam
segala hal. Demikian pula dengan Islam. Islam bukanlah hanya sesuatu untuk dipelajari
saja tetapi lebih untuk diamalkan.

Tidak jarang ketika saya bertemu dengan sesama muslim saya tersenyum dan
mengucapkan salam hanya karena saya ingin menjalankan pesan nabi bahwa senyum itu
sedekah, tapi sayang sekali balasan yang saya dapatkan bukanlah ucapan salam kembali.
Ketika saya jalan berpapasan ada yang malah membuang pandangan, malah ada juga
yang ketika melihat saya tersenyum, orang yang bersangkutan memperlihatkan muka
heran. Mungkinkah karena pakaian muslimah saya yang berbeda yang menyebabkan
saudara-saudara saya bersikap seperti itu?

Dilihat dari segi penampilan, seharusnya mereka lebih mengetahui bahwa keramahan
adalah bagian dari akhlak Islam. Ada beberapa hadist yang menyebutkan tentang
keutamaan akhlak. Dua hadist riwayat Bukhari Muslim, "Sebaik-baiknya manusia adalah
yang terbaik akhlak budi pekertinya", "Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak budi
pekertinya".

Betapa besar arti sebuah senyuman dan keramahan. Dari sebuah senyuman dan
keramahan, seorang dokter bisa membantu mempercepat penyembuhan pasien, karena
kondisi psikologis yang senang dan nyaman bisa mempercepat penyembuhan. Dari
sebuah senyuman dan keramahan, seorang guru bisa membangkitkan semangat murid
untuk belajar, karena dalam suasana hati yang senang biasanya otak seseorang bisa
bekerja sehingga murid bisa belajar dengan relax tanpa adanya tekanan. Intinya, sebuah
senyuman memberikan sejuta manfaat bagi orang yang menerimanya. Inilah makna dari
hadist nabi "Jangan meremehkan perbuatan kebaikan sesuatupun, walau sekadar
menyambut kawan dengan muka yang manis."
Kalau hanya dengan musik saja orang bisa bersikap lembut dan murah senyum, masa kita
sebagai seorang muslim/muslimah tidak bisa membuat sikap akhlak yang kecil ini
menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari?

Aku mengumpulkan perkataan sahabat dan aku mendapati jumlah dosa besar anggota
badan sebagai berikut. Empat dalam hati: syirik, bertahan dalam kemaksiatan, putus asa
dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah. Empat di lidah: kesaksian dusta,
menuduh muslim/ah yang baik, sumpah palsu dan sihir. Tiga dalam perut: minum
minuman keras, memakan harta anak yatim, dan memakan riba. Dua di kemaluan: zina
dan homoseks. Dua di tangan: membunuh dan mencuri. Satu di kaki: lari dari medan
pertempuran. Satu di seluruh anggota badan: durhaka kepada kedua orangtua. (Abu
Thalib Al Makky)

Air mata Mutiara

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya
sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata
sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang,
sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam, sejenak, "Aku
tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu.
Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang
menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat",
kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang
masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air
mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai
terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang.
Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga
mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air
matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-
tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai
kerang rebus di pinggir jalan.

**********

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong
transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang
biasa" menjadi "orang luar biasa".
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka
tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa
mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang
menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama,
sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang
`biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka
karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di
lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. "Airmataku diperhitungkan
Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara." Semoga........

PEREMPUAN (khususnya untuk para lelaki)

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang
berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang
sepadan, bukan sparing partner yang sepadan.

Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi
dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan
atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan
menutupi kekuranganmu.

Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki : perasaan, emosi,
kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan,
mengurusi hal-hal sepele...¡� hingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah
yang akan menyelesaikan bagiannya...sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan
sisa hidupmu... kau menjad! i lebih kuat karena kehadirannya di sisimu.

Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah
perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah
senyuman, itulah perempuan.
Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki... tetapi ia butuh jaminan rasa
aman darinya karena ia ada untuk dilindungi.... tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi.

Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa
disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah
perhatiannya... kata-kata yang lembut... ungkapan-ungkapan sayang yang sepele... namun
baginya sangat berarti... membuatnya aman di dekatmu....

Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras
ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tu! mbang
oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang... seperti juga di dalam
kelembutannya di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa
bertahan dalam situasi apapun.

Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang
kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari
hidupnya.... tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita
seluruh hidupnya...Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- laki, karena
perempuan adalah bagian dari laki-laki... apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan
menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu
pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan
emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan di sana.... karena
mere! ka, ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan
menjadi bagian dari perasaanmu juga... karena kau dan dia adalah satu.... dia adalah
dirimu yang tak ada sebelumnya. Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia ada di bagian
lapangan yang sama denganmu.

Kekuatan Cinta

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada
dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi
sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah
gambaran kekuatan cinta.

Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat,
sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya
baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang
bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis.

Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan “Siapa yang tidak terharu oleh cinta,
berarti berjalan dalam gelap gulita”. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar
perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak
tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.

Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai
dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan
peradaban. Namun apa sesungguhnya cinta itu ?
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan
definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan
mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.

Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa
mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur …
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan,
buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ?
Cinta memiliki banyak penyataan melampaui pembicaraan. . .

Oleh sebab itu, disini kita tidak akan mendefinisikan cinta karena khawatir mereduksi
kedalamannya. Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita. Disini, kita akan mencoba
mencermati unsur-unsur yang selalu ada dalam cinta.

Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang
harus ada dalam cinta, yaitu :

1. Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai.
Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan
kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan
kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya.
Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang
Allah ridhai dan yang dimurkai-Nya.
2. Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab
terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan
bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan
anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan
kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai
perusahaannya, akan bertanggung jawab akan kemajuan perusahaannya. Orang
yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.
3. Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang
dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki.
Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak
mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.
4. Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk
beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk
dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian,
latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai
Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.

Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna.
Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu
nabi Saw pernah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai
orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sensiri”. “ Cintai oleh mu mahluk yang ada
di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu”. (HR. Muslim)
Supremasi kebahagiaan tertinggi, kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus
tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan
penuh loyalitas dan selalu merasa dincintai-Nya. Inginkah hidup kita bermakna ? Let
Love be Your Energy ! Selamat bercinta !

Jembatan Maaf

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa
mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka
bertengkar sedemikian hebat. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun
berdampingan, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu membahu dalam
usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan.

Namun kerja sama yang akrab itu kini retak. Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele
saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak
dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.

Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria
membawa kotak perkakas tukang kayu. "Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari
pekerjaan," kata pria itu dengan ramah. "Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa
pekerjaan untuk saya selesaikan."

"Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang
pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ..ah sebetulnya ia adalah
adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke
tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm,
barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih
setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter
untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya." Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang."

Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan
menyiapkannya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja
sendirian.

Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore
hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan
pekerjaannya.

Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak
ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan
melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian
adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Dari
seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua
tangannya terbuka lebar.

"Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan
ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku." kata sang adik pada kakaknya.

Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan
berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk
pergi. "Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak
pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.

"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak
jembatan lain yang harus saya selesaikan."

Diakah Jodoh Anda ?

Pakar relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul Mate, Arian
Sarris memberikan rahasianya:

Pertanda 1
Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang adalah
adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu, entah itu pekerjaan
sepele atau besar.Paling penting adalah Anda berdua selalu bisa menikmati segala aspek
kehidupan secara bersama-sama. Dan semuanya terasa amat menyenangkan meskipun
tanpa harus melibatkan orang lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika
ya, selamat berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda!

Pertanda 2
Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda atau bukan
adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba sekarang perhatikan, apakah
gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya
mengesankan apa adanya? Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak
dibuat-buat ? Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda.

Pertanda 3
Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu. Dan bila Anda
atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi serta perasaanya satu sama
lainnya pada situasi tertentu. Selamat! Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda
yang tersimpan...

Pertanda 4
Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa perasaan
tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari tak membuat Anda
merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda berdua kelak bisa saling terikat.

Pertanda 5
Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa memahami cuaca
dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. Percayalah pasangan yang berjodoh pasti tak
takut mengalami pasang surut saat bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia
orang pertama yang datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia
selalu paham saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda
sakit.........Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya...

Pertanda 6
Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli dengan masa lalu
Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak malu-malu menceritakan masa
lalunya.. Nah, kalau begitu ini bisa berarti dia sudah siap menerima Anda apa adanya..

Pertanda 7
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu memperlihatkannya
pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil 'buruk' di depannya sekalipun, misalnya saat
Anda bangun tidur atau saat Anda sakit dan tak mandi selama dua hari.

Pertanda 8
Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di tangan sahabat-
sahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi menyimpan rahasia apapun darinya,
maka berbahagialah! Karena ini bisa berarti pasangan sejati telah Anda temukan !

Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya?

Perlunya Pengetahuan Hidup bagi Wanita

Saya pernah membaca kisah seorang wanita pengusaha yang memulai usahanya dari nol.
Uniknya si ibu muda ini dulunya pernah mengenyam bangku kuliah sebuah universitas
swasta terkenal di Jakarta. Semasa kuliah ia aktif dalam salah satu organisasi di
kampusnya. Setelah menikah ia tinggalkan semua aktifitas di luar, karena sang suami
yang seorang pengusaha menginginkan ia menjadi seorang ibu rumah tangga sejati yang
hanya mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya.

Kisah usaha ibu muda ini berawal dari kegagalan usaha sang suami yang berujung pada
kebangkrutan. Sang suami saat itu mengalami depresi karena kegagalannya tersebut.
Melihat kondisi seperti itu, wanita tegar ini langsung berinisiatif untuk menghidupkan
kembali salah satu usaha milik suaminya. Saat itu yang masih mereka punyai hanya
beberapa unit mesin jahit bekas usaha konveksi suaminya.

Dengan semangat ia mulai mempelajari teknik membuat pola dan menjahit hingga
akhirnya ia bisa membuat sebuah blazer yang kemudian ia jajakan contoh jahitannya itu
dari satu toko ke toko lain di sebuah pasar di Jakarta.

Awal usahanya ini memang berat, toko-toko yang ia datangi menolak contoh jahitannya
itu. Beberapa hari kemudian akhirnya sebuah toko bersedia menjual blazernya. Dan
ternyata kegigihannya membuahkan hasil; blazernya laku keras, orderan pun mengalir
deras, hingga akhirnya ia bisa mempekerjakan banyak karyawan, memperbesar usahanya
dan tentu saja berhasil menyelamatkan biduk rumah tangganya yang hampir karam.

***

Baru-baru ini ada kisah menarik tentang seorang ibu muda berusia 34 tahun asal
Wonocolo Surabaya. Ia adalah seorang pengusaha mikro lulusan sekolah menengah atas.
Pada tanggal 18 November yang lalu ia menghadiri sekaligus berbicara di Ruang
Konferensi II Markas Besar PBB setelah memenangi lomba Micro Credit Award 2005
yang diselenggarakan oleh Kantor Menko Perekonomian. Ia berada di forum
internasional yang dihadiri 250 delegasi negara anggota PBB itu untuk menghadiri
pencanangan Tahun Kredit Mikro Internasional 2005.

Penuturan ibu muda berputra tiga orang ini tentang usaha kecilnya mengundang decak
kagum siapa pun yang hadir saat itu. Ia tidak hanya telah berhasil mengembangkan usaha
membuat pakaian, tas, aksesori, dan barang kerajinan dari kain atau percanya yang
diawalnya pada tahun 1998 dengan hanya bermodalkan uang 500 ribu rupiah itu dengan
secara profesional tapi juga ia telah berhasil membina dan memberdayakan para
pekerjanya yang 80 persen adalah tuna daksa.

Atas hadiah yang diterima, ia mengatakan uang itu akan digunakan membangun paviliun
guna menampung para tuna daksa dan remaja putus sekolah yang dilatih di rumahnya,
karena selama ini para pekerjanya tidur di setiap celah yang ada di rumahnya.

***

Seperti kata Ibu Dewi Sartika, salah satu Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia, bahwa
wanita harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Perkataannya itu keluar sebagai
kesadarannya yang timbul setelah bapaknya yang seorang patih di Bandung meninggal
dunia, dan kekayaan keluarganya disita oleh pemerintah Belanda. Saat itu usianya masih
belasan tahun, tapi Dewi sartika dan ibunya harus berjuang untuk hidup.

Ya, wanita memang harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Ada kalanya kehidupan
datang tidak seperti yang kita inginkan. Seperti kejadian ibu muda di atas yang tiba-tiba
harus berjuang menyelamatkan rumah tangganya. Beruntung si ibu ini pernah
mengenyam pengalaman berorganisasi sehingga pada dirinya sudah tertanam
keterampilan interpersonal yang baik juga semangat untuk berjuang dan belajar.
Bagaimana halnya jika hal ini terjadi pada wanita yang selama hidupnya serba lancar-
lancar saja, maksudnya belum pernah mengalami terpaan hidup? Bisa jadi ia pun bisa
menjadi penyelamat biduk rumah tangganya, tapi bukankah sesuatu yang datangnya tiba-
tiba akan memberikan goncangan jiwa yang tidak bisa dianggap enteng?

Banyak para suami, karena terlalu sayang pada istri, tidak mengizinkan para istri untuk
bekerja. Hal ini memang bisa dipahami karena suamilah yang bertugas mencukupi
kehidupan keluarga. Tapi alangkah baiknya jika para suami pun memberikan
keterampilan hidup bagi para istrinya atau memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga istrinya bisa memiliki peranan
tidak hanya dalam rumah tangganya saja tapi juga peranan dalam membina lingkungan
masyarakatnya seperti halnya ibu muda pengusaha mikro yang saya ceritakan di atas.

Ada juga wanita yang setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, baru bisa membantu
finansial keluarga ataupun turut aktif dalam mewujudkan keshalehan sosial di
lingkungannya. Selama masa-masa membesarkan anak-anaknya, dia tidak pernah
berhenti belajar sehingga ketika saatnya tiba dia bisa berperan lebih.

Memang sulit bagi wanita zaman sekarang untuk berperan ganda. Di zaman yang penuh
tantangan ini tidaklah mudah mendidik anak sementara dia juga harus aktif di luar rumah,
seperti bekerja ataupun aktif dalam kegiatan masyarakat. Jangan-jangan sukses di luar
tapi anak-anaknya mengalami degradasi moral akibat kurangnya perhatian orang tua yang
sibuk bekerja. Hal ini dikembalikan kepada istri dan sang suami karena ternyata tidak
sedikit keluarga yang istrinya bekerja tapi bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi
pribadi yang mandiri dan berakhlak baik.

Ada baiknya kita renungkan kembali perkataan Ibu Kita Dewi Sartika juga pengalaman
sebagian wanita ”petarung”, seperti cerita wanita di atas, tentang pentingnya wanita
memiliki keterampilan hidup sejak dini, agar di saat yang tepat mereka mampu berperan
lebih dan tampil mandiri tanpa harus merepotkan orang-orang di sekitarnya di saat-saat
biduk rumah tangganya berada pada kondisi gawat darurat.

Belajarlah Kesempatan pun Datang

"Sumber dari segala macam bencana dan kutukan terhadap umat manusia adalah
kebodohan dan ketidakmengertian. Sumber dari tercipnayna peradaban tinggi adalah
masyarakat yang menghormati pendidikan"

Setiap Manusia mempunyai potensi dan kesempatan yang sama untuk bahagia dalam
hidupnya. Walau ukuran kebahagiaan manusia tidak bisa disama ratakan, namun secara
umum bisa dilihat dari kesuksesan yang diraih selama hidupnya. Kesuksesan tidak bisa
didapat begitu saja, butuh perjuangan dan usaha keras. Salah satu yang harus dilakukan
untuk mendapat kesuksesan ter - sebut adalah dengan belajar. Belajar, merupakan tugas,
tanggung jawab dan panggilan pertama bagi tiap manusia. belajar, selain membuat
pengetahuan yang kita miliki bertambah, kesempatan terbukanya pintu kesuksesan pun
semakin lebar.
Lantas bagaimana caranya agar kesuksesan yang ingin dicapai dengan cara belajar
tersebut, dapat mudah kita raih ?? Ada beberapa hal yang patut kita ingat, ketika kita
sedang belajar untuk menuju kesuksesan yaitu :

HASRAT KUAT
Belajar tanpa disertai oleh keinginan dan hasrat yang kuat untuk menuju sukses, tak akan
berhasil. Karena segala seuatu (termasuk belajar) yang dilakukan tidak dengan sungguh-
sungguh, hasil yang dicapaipun akan ala kadarnya. Bila kesuksesan merupakan salah satu
proses yang ingin diraih untuk mencapai kebahagiaan, maka mulailah belajar sungguh-
sungguh dengan hasrat kuat, keinginan dan harapan yang besar.

Selain keberhasilan tidak akan pernah singgah kepada orang-orang yang berhastar lemah
dan tak punya kemauan, tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatu hanya akan terjadi
bila kita menginginkan itu terjadi Seperti kata pepatah "Siapa yang berpikir dia bisa,
maka dia akan bisa menjadi siapapun yang dia inginkan" Ciptakan dan penuhi alam
bawah sadar kita dengan hasrat yang kuat untuk meraih harapan.

BERANI BELAJAR
Semua orang pada dasarnya tidak tahu dan tidak mampu. Hanya orang- orang yang
berani belajar yang akhirnya akan tahu dan mampu. Ada begitu banyak cara untuk
belajar, baik melalui pengalaman diri sendiri pengalaman orang lain, buku-buku bacaan,
perenungan, kursus ataupun pelatihan-pelatihan yang ada. Kita tinggal memilih cara
belajar yang kita sukai. Namun harus dipastikan bahwa cara belajar yang dilakukan, bisa
membuat kita lebih mengerti dan memahami banyak hal. Sehingga kita mampu melihat
dan mengetahui bahwa ada banyak cara dan pilihan untuk meraih kehidupan yang lebih
baik.

"Saya akan belajar, maka kesempatan akan datang" sunggu tepat apa yang
dikatakanAbraham Lincoln tersebut Sebab tanpa belajar, maka segala kemungkinan
menuju kesuksesan bisa hilang. Untuk menjadi siri yang selalu belajar (a becoming
learling person) diperlukan keberanian dan ketabahan, yang berakibat terbukanya segala
kemungkinan untuk kehidupan yang lebih baik.

BERANI BERUBAH
"Learning has not taken place, until behaviour has changed,: belajar tidak akan berarti
apa-apa,sampai terjadi perubahan perilaku. Dengan belajar pengetahuan dan ketrampilan
kita bertambah. Tetapi pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak akan
berarti apa-apa,jika ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak sanggup merubah diri kita
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pengetahuan kita akan hemat tidak akan men-
jadikan kita kaya kecuali kita berani berubah menjadi orang hemat dan mungkin akan
kaya. Pengetahuan kita tentang kerja keras tak akan memberi manfaat, sampai kita
berubah menjadi seorang pekerja keras dan meraih keberhasilan.

Setelah kita belajar, kita memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang hal-hal yang kita
pelajar. Langkah berikutnya adalah bagaimana kita bisa berubah menjadi pribadi yang
lebih baik, berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Perubahan itu mungkin terjadi
begitu lambat. Bagi orang-orang tertentu hal itu mungkin menjadikannya frustasi
sehingga proses belajarpun terhenti ditengah jalan, karena tidak merasa mendapatkan
manfaat dari proses belajar. Namun perlu disadari bahwa jauh lebih sulit menerapkan apa
yang kita ketahui, dibanding dengan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan itu
sendiri. Perubahan kearah lebih baik yang terjadi pada diri kita, walau berjalan secara
perlahan, sedikit demi sedikit, hal itu akan sangat besar artinta bagi kesuksesan kita.

Teruslah belajar dan janganlah pernah menyerah, walau kegagalan bisa sewaktu-waktu
menghampiri. Gagal bukan berarti mati, tapi gagal berarti ada banyak hal yang harus
diperbaiki. Lupakan kata tidak mampu dan tidak mungkin, namun persiapkan fisik dan
mental Anda untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan


mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya
dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah
selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan
menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama,
telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya
mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar,
memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah
mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan


meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?""Wortel, telur, dan kopi"
jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu.
Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi
dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?"

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi 'kesulitan' yang sama, melalui
proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel
menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya
melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk
kopi merubah air tersebut.

"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu,


bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?" Bagaimana
dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya
penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu."

"Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang
dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka
hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi
pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?."

"Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang
menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat
Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat."

"Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan
menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik."

"Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa
itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri".

KUPU-KUPU

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Dia duduk dan mengamati selama
beberapa jam kupu-kupu dalam kepompong itu ketika dia berjuang memaksa dirinya
melewati lubang kecil itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti membuat kemajuan.
Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting
dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan
mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap
yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada
suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya.
Sayang, semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya


dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang
tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong
yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang
kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke
dalam sayap-sayapnya. Sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia
memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan
kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak
sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat
saya kuat.

Saya memohon kebijakan, dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.

Saya memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk diatasi.

Saya memohon cinta, dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya memohon kemurahan/kebaikan hati, dan Tuhan memberi saya kesempatan-


kesempatan.

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya
butuhkan.

Pesan Yang Tak Terucapkan

Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung
kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus
berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas
dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-
anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah.

Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa
yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian
besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot.
Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika
"Apa yang kamu inginkan ?"
Dika hanya menggeleng.
"Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?"
tanya saya "Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat.

Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari
pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat
untuk meminta bantuan seorang psikolog.
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test
IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit.
Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu
segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai
147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemapuan pemahaman ruang,
abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140
- 160. Ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115
(Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda
itulah yang menurut Psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu
Psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat
itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test
kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu
telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa factor
penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil
Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca
diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.

Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...."


Dikapun menjawab : "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja"
Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang
memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa
banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan
kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain
basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di computer
dan sebagainya.

Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu
menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang
memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan
mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal
kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana :
diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.

Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dikapun
menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku
melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu" Melalui beberapa
pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi
diperintah untuk melakukan ini dan itu.

Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang
diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian
membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain,
menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat
waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh
kebanyakan orang tua.

Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..."


Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya"
Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras,
disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap
yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis
seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak
sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa
dalam bentuk sachet kecil.

Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak : .."


Dikapun menjawab "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan
bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa" Tanpa disadari, orang tua
sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir
tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap
bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun
akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya
dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang
telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk
mencegah atau menghentikannya.

Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat
salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan
tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-
waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.

Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....." Dikapun
menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu
itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor
untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan
PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting,
bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya.

Dengan jawabab Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa kecerdasan tidak
lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih
tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan. Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku
berbicara tentang .....", Dikapun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang
kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan
tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf
kepadaku". Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia,
orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin
orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas
kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ........" Dika berpikir
sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar " Aku ingin ibuku mencium dan
memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku"

Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak
pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan
ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah.
Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada
anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil
atau pilih kasih. Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ....."

Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata "tersenyum"
Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya
demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah
sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan
energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya
setiap hari. Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku
memanggilku...."

Dikapun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus" Saya
tersentak sekali ! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus
dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu
memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata
"Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata
"Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki. Waktu itu saya merasa bahwa panggilan
tersebut wajar-wajar saja, karena hal itu merupakan sesuatu yang lumrah di kalangan
masyarakat Jawa.

Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku.."
Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang
memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa
Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur
keliling" kata suami saya.

Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama
ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak.
Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai
dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster
bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choise" sebuah seruan yang
mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan".

Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya
dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam
senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-
kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak
Terucapkan.
Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang
kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk
menghormati ayah dan ibunya, tetapi para ayah (orang tua) tidak boleh membangkitkan
amarah di dalam hati anak-anaknya. Para ayah harus mendidik anaknya di dalam ajaran
dan nasehat ALLAH.

Untuk menyambut Peringatan Hari Anak Nasional Tanggal 23 Juli 2005, saya ingin
mengingatkan kembali kepada para orang tua supaya selalu berpikir, bersikap dan
melakukan hal-hal yang dikehendaki ALLAH.

Menyiasati Emosi Marah Dalam Keluarga

KEHIDUPAN dalam keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak itu sangat berpeluang
untuk memancing rasa marah. Penyebabnya, bisa macam-macam. Mulai dari yang sepele
sampai yang serius. Sebenarnya marah adalah reaksi emosional yang sangat wajar,
seperti juga perasaan takut, sedih dan rasa bersalah. Hanya biasanya kemarahan itu
memunculkan dampak langsung yang lebih merusak.

Menurut Heman Elia, seorang psikolog, menuntut agar anak tidak marah bukan saja tidak
realistis, namun juga kurang sehat. Anak yang kurang mampu memperlihatkan rasa
marah dapat menderita cacat cukup serius dalam hubungan sosialnya kelak. Ia mungkin
akan tampak seolah tidak memiliki daya tahan atau kekuatan untuk membela diri dalam
menghadapi tekanan sosial. Akibatnya, ia mudah terpengaruh dan mudah menjadi objek
manipulasi orang lain.

Dengan demikian, kita harus bersikap bijaksana dalam menyikapi kemarahan seorang
anak. Caranya yaitu dengan membantu anak untuk menyatakan kemarahan secara wajar
dan proporsional. Heman Elia, menyarankan dalam mengajar anak mengungkapkan
kemarahannya haruslah dimulai sedini mungkin. Terutama sejak anak mulai dapat
berkata-kata. Kuncinya adalah agar anak menyatakan kemarahan dalam bentuk verbal.

Yang jelas, pada saat marah menguasai seseorang, maka akan terjadi ketidakseimbangan
pikiran manusia berupa hilangnya kemampuan untuk berpikir sehat. Atas alasan inilah,
barangkali kenapa Sayyid Mujtaba M.L. mengungkapkan kejahatan merupakan
perwujudan dari kepribadian yang tidak seimbang. Ketika seorang individu kehilangan
pengawasan atas akalnya, maka ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan
dirinya sendiri. Manusia tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi juga
kehilangan perannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan dan pada gilirannya
berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang dianggap penting untuk mengendalikan marah
dalam kehidupan kesehariannya. Pertama, marah menyebabkan tercela. Timbulnya sikap
marah, biasanya akan melahirkan suatu perasaan menyesal setelah marahnya berhenti.
Dr. Mardin menguraikan, seseorang yang sedang marah, apa pun alasannya akan
menyadari ketidakberartian hal itu segera setelah ia tenang, dan dalam kebanyakan kasus
ia akan merasa harus meminta maaf kepada mereka yang telah ia hina. Untuk itu, tepatlah
apa yang dikatakan Imam Ja'far Ash-Shadiq as, yaitu "Hindarilah amarah, karena hal itu
akan menyebabkan kamu tercela."

Kedua, marah dapat membinasakan hati. Marah itu tidak lain merupakan salah satu
penyakit hati yang kalau dibiarkan akan dapat merusak diri secara keseluruhan. Imam
Ja'far Ash-Shadiq as berkata, "Amarah membinasakan hati dan kebijaksanaan,
barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan
pikirannya."

Ketiga, marah dapat mengubah fungsi organ tubuh. Berkait dengan ini, Dr. Mann
menyebutkan berdasarkan penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh fisiologis akibat
kecemasan (baca: marah-Pen) telah mengungkapkan adanya berbagai perubahan dalam
seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar
dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah.
Hormon adrenalin dan hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah
muncul.

Keempat, marah akan "mempercepat" kematian. Amarah yang terjadi pada seseorang
akan memengaruhi atas kualitas kesehatannya. Menurut para ahli kesehatan, amarah
dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu mencapai tingkat kehebatan
tertentu. Imam Ali as pernah berkata, "Barangsiapa yang tidak dapat menahan
amarahnya, maka akan mempercepat kematian." Berkait dengan pengendalian marah,
secara umum seperti diungkap Drs. Karman ada empat kiatnya, yaitu: Pertama, bila
Anda sedang marah maka hendaklah membaca "ta'awwudz" (memohon perlindungan)
kepada Allah SWT, sebab pada hakikatnya perasaan marah yang tidak terkendali adalah
dorongan setan. Nabi saw. bersabda, "Apabila salah seorang di antaramu marah maka
katakanlah: 'Aku berlindung kepada Allah', maka marahnya akan menjadi reda". (HR
Abi Dunya).

Kedua, bila Anda sedang marah maka berusahalah untuk diam atau tidak banyak bicara,
sebagaimana sabda Nabi saw., "Apabila salah seorang di antara kamu marah maka
diamlah." (HR Ahmad).

Ketiga, bila Anda sedang marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, bila duduk masih
marah maka berbaringlah. Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi saw., "Marah itu dari setan,
maka apabila salah seorang di antaramu marah dalam keadaan berdiri duduklah, dan
apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah." (HR Asy-Syaikhany).

Keempat, bila upaya ta'awwudz, diam, duduk, dan berbaring tidak mampu
mengendalikan amarah Anda, maka upaya terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan
cara berwudu atau mandi. Sebagaimana sabda Nabi saw., "Sesungguhnya marah itu dari
setan dan setan terbuat dari api. Dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena
itu, apabila seorang di antaramu marah maka berwudulah atau mandilah." (HR Ibnu
Asakir, Mauquf).
Menyiasati marah

Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa Anda memarahinya dengan kasar,
menurut Dr. Victor Pashi, Anda dapat menekan amarah tersebut dengan memandikannya
menggunakan air dingin atau menyelimutinya dengan kain lembab atau basah.

Lebih dari itu, Jaudah Muhammad Awwad, dalam Mendidik Anak Secara Islam,
mengungkapkan, pada anak, faktor pemicu kemarahan lebih berkisar pada pembatasan
gerak, beban yang terlalu berat dan di luar kemampuan anak. Misalnya menjauhkan anak
dari sesuatu yang disukainya, atau memaksa anak untuk mengikuti tradisi atau sistem
yang ditetapkan.

Oleh sebab itu, Jaudah menyarankan beberapa hal yang patut diperhatikan dalam
mengatasi kemarahan yang timbul pada anak-anak, di antaranya adalah:

1. Tidak membebani anak dengan tugas yang melebihi kemampuannya. Kalaupun


tugas itu banyak atau pekerjaan yang di luar kemampuannya itu harus diberikan,
kita harus memberikannya secara bertahap dan berupaya agar anak menerimanya
dengan senang.
2. Ciptakan ketenangan anak karena emosi yang dipancarkan anggota keluarga,
terutama ayah dan ibu, akan terpancar juga dalam jiwa anak-anak.
3. Hindarkan kekerasan dan pukulan dalam mengatasi kemarahan anak karena itu
akan membentuk anak menjadi keras dan cenderung bermusuhan.
4. Gunakan cara-cara persuasif, lembut, kasih sayang, dan pemberian hadiah.
5. Ketika anak kita dalam keadaan marah, bimbinglah tangannya menuju tempat
wudu dan ajaklah dia berwudu atau mencuci mukanya. Jika dia marah sambil
berdiri, bimbinglah agar dia mau duduk.

Sementara itu upaya pengendalian marah dalam hubungan suami-istri, sebenarnya lebih
ditekankan pada bagaimana mengendalikan ego masing-masing. Kunci utamanya adalah
berusaha dengan membangun iklim keterbukaan dan kasih sayang di antara keduanya.
Begitu pula halnya dengan anggota keluarga lainnya, seperti dengan anak-anak.

Cara menyiasatinya, ketika salah satu pihak (terpaksa) marah, maka hendaknya pihak
lainnya harus mampu untuk mengekang keinginan membalas kemarahannya. Sikap kita
lebih baik diam. Karena diam ketika suasana marah merupakan upaya yang efektif dalam
mengendalikan marah agar keburukannya tidak menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Akhirnya, ketika seseorang tidak dapat berpikir sehat akibat marah, maka sebaiknya
orang tersebut tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan disesalinya
kemudian. Sebagai alat untuk menekan marah dan menghindarkan akibat-akibatnya,
Imam Ali as telah memerintahkan agar kia bersabar. Wallahu'alam.***

Marahlah secara benar ....


Apa pula ini? Masak marah aja ada aturannya. Emang sih kamu berhak meluapkan
amarah, tapi dalam banyak situasi ada batasan-batasannya.

Misalnya, kurang menguntungkan bila kamu marah-marah di depan kelas. Bahkan


meskipun kamu merasa benar dan dapat menunjukkan semua bukti dan argumen yang
mendukung. Soalnya, orang lain akan cenderung berisikap defensif dan parahnya bisa
berkembang pada keinginan balas dendam. Demikian dituturkan Dr. Sandra Thomas,
R.N, Ph.D seorang peneliti perihal amarah dan direktur Center for Nursing Research di
University of Tennese, Knoxville.

Asal tahu aja, tidak hanya etika sosial budaya menyebabkan kita kudu membatasi rasa
marah tapi masalah kesehatan juga ikut berperan. "Ketika marah, tubuh kita mengalami
berbagai perubahan fisiologis, karena amarah memicu reaksi melawan atau lari," kata
Christopher Peterson, PhD, pengarang Health anda Optimism dan dosen psikologi di
University of Michigan, Ann Harbor.

"Kadar adrenalin meningkat, jantung berdegup lebih kencang, napas memburu dan
dangkal, pencernaan berhenti," imbuhnya. So, sering marah-marah bisa mengingkatkan
reriko pernyakit jantung, tekanan darah tinggi dan penyakit-penyakit mematikan.

Malah dalam penelitian terakhir para dokter di Universitas of North Carolina, mereka
menemukan orang yang temperamental (pemarah) memiliki tiga kali resiko terkena
penyakit jantung yang akut dan fatal. Hasil ini didapat sewaktu mereka meneliti sebanyak
13 ribu orang di North Carolina selama enam tahun.

"Semua emosi mempunyai pengaruh tertentu kepada cara berpikir kita. Tapi emosi-emosi
yang kuat dapat memperlambat kemampuan penalaran, kemampuan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan kita," kata Dr. Mara Julius, Sc.D, ahli ilmu epidemi
psikososial di Univesity og Michigan School of Public Health yang telah lebih dari 20
tahun mempelajari cara mengatasi marah yang berpengaruh pada kesehatan laki-laki dan
perempuan.

"Ketika kamu merasa marah atau terbelenggu oleh dendam, semua itu menjadi beban.
Pada sebagian orang , ini memperlambat proses berpikir dan pada sebagian yang lain
bakal menghentikan proses berpikir sama sekali," sambungnya.

Cara Marah yang Benar


Bila perasaan marah kamu ditangani secara benar, menurut Dr. Julius, kamu bakal
terhindar dari masalah-masalah hubungan sosial dan kesehatan. So, di bawah ini adalah
cara marah yang bener.

1. Cari tempat aman.


Carilah tempat "aman" untuk meluapkan marah kamu. Caranya, sebelum kamu ngomong
ama orang yang bikin kamu jengkel, bicarakan dulu ama orang yang kamu percaya. Pilih
teman dekat, pacar, atau seseorang yang kamu percayai untuk mengungkapkan perasaan
marah Anda. Soalnya, kalau kamu nekat nglabrak malah bisa nambah masalah. Dan
ujung-ujungnya kamu tambah mangkel, jengkel dll.

2. Dekati orang yang bikin kamu marah


Setelah rasa marah kamu reda, bicaralah pada orang yang menjadi "sumber masalah". Ini
penting untuk membuat jernih semua permasalahan. Awali pembicaraan, misalnya
dengan, " Tindakan atau perkataan kamu, mengganggu perasaanku. Ada yang kudu
diluruskan dan dibicarakan. Apa kita bisa membicarakan ini dengan baik?"

3. Kenali hal-hal yang jadi penyebab kemarahan kamu.


Temukan akar masalah untuk menemukan faktor pemicunya. Pasti ada hal-hal tertentu
yang biasanya mendasari reaksi marah kamu. Bila tidak berhasil, mulailah mencatat
ketika reaksi-reaksi marah itu timbul dan menulis pengalaman-pengalaman amarah kamu.
Cara ini bakal memberikan kamu kesempatan untuk mempelajari segala sesuatunya dan
bereaksi lebih rasional. Akhirnya, kamu bakal merasa mampu mengendalikan diri dengan
menghentikan konfrontasi langsung.

4. Temukan cara melepaskan diri.


Kalau kamu mudah naik darah, ada anjuran agar menggunakan energi yang meluap-luap
itu secara positif. Misalnya menggunakan energi itu untuk kegiatan fisik. Seperti jogging
atau olah raga lainnya. Soalnya olahraga menyalurkan adrenalin lebih positif ketimbang
membiarakannya larut sendiri. Dan kamu pun dapat menjernihkan pikiran untuk
sementara.

5. Atur Nafas
Ketika diselimuti kemarahan, cobalah mengulur waktu untuk menenangkan diri. Kamu
bisa pergi sejenak dari situasi tersebut. Carilah tempat sepi dan lakukan semacam
meditasi dengan menarik nafas dalam-dalam. Setelah pikiran tenang, baru kamu
kemukanan apa yang ingin kamu katakan. (dari berbagai sumber)

Jika Anda Mudah Tersinggung - BELAJARLAH Meredam Rasa Tersinggung

Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa
ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita
terhadap sikap orang lain.

Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan
memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan
adalah habisnya waktu kita menjadi buah roh.

Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah,
kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita
untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan.
Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena
menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa
sukses.

Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit
saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam
menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu proporsional
menilai diri.

Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih kepada diri
kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah berjasa, saya seorang
guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita
mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan

Pertama, belajar melupakan.

Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur
lupakanlah jabatan itu. Jika kita pemuka agama lupakan kepemuka agamaan kita. Jika
kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini berkat
dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Kita harus melatih diri untuk
merasa sekadar hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang
dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta
sedikit pun kecuali sepercik titipan berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan
ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan
dipertanggung jawabkan. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin
kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.

Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan
bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat.

Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya
dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian dan sebenarnya kita
tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita
lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa
pun perkataan orang lain kepada kita, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini
episode atau ujian yang harus kita alami untuk menguji keimanan kita.

Ketiga, kita harus berempati.

Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah
menu ntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut.
Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia
didorong dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang
perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu
satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan
yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan,
sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan
kwalitas diri dan kesempatan untuk mempraktekkan buah - buah roh Yaitu, dengan
memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan

Kekuatan Cinta

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada
dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi
sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah
gambaran kekuatan cinta.

Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat,
sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya
baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang
bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis.

Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan “Siapa yang tidak terharu oleh cinta,
berarti berjalan dalam gelap gulita”. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar
perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak
tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.

Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai
dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan
peradaban. Namun apa sesungguhnya cinta itu ?
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan
definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan
mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.

Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa
mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur …
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan,
buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ?
Cinta memiliki banyak penyataan melampaui pembicaraan. . .

Oleh sebab itu, disini kita tidak akan mendefinisikan cinta karena khawatir mereduksi
kedalamannya. Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita. Disini, kita akan mencoba
mencermati unsur-unsur yang selalu ada dalam cinta.

Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang
harus ada dalam cinta, yaitu :

1. Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai.
Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan
kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan
kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya.
Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang
Allah ridhai dan yang dimurkai-Nya.
2. Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab
terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan
bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan
anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan
kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai
perusahaannya, akan bertanggung jawab akan kemajuan perusahaannya. Orang
yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.
3. Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang
dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki.
Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak
mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.
4. Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk
beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk
dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian,
latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai
Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.

Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna.
Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu
nabi Saw pernah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai
orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sensiri”. “ Cintai oleh mu mahluk yang ada
di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu”. (HR. Muslim)

Supremasi kebahagiaan tertinggi, kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus
tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan
penuh loyalitas dan selalu merasa dincintai-Nya. Inginkah hidup kita bermakna ? Let
Love be Your Energy ! Selamat bercinta !
Saat ini adalah karunia

Di awal tahun ajaran baru, di suatu universitas di USA, CEO Coca Cola, Brian Dyson,
berbicara mengenai hubungan antara pekerjaan dan kewajiban (komitmen) hidup yang
lain.

"Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan
keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara. Bola-bola tersebut bernama :
Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola
ini seimbang di udara.

Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah bola karet. Jika
kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali.Tetapi empat bola lainnya
*Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit-terbuat dari gelas.

Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai, tergores,
rusak atau bahkan hancur berkeping-keping. Dan ingatlah mereka tidak akan pernah
kembali seperti aslinya. Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk
menyeimbangkannya. Bagaimana caranya ?

Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan
yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita special.

Jangan tetapkan tujuan dan sasaran Kita dengan mengacu pada apa yang orang lain
anggap itu penting. Hanya Kita yang mengerti dan dapat merasa "apa yang terbaik untuk
kita".

Jangan mengganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-
akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang
berarti.

Jangan biarkan hidup kita terpuruk dengan hidup di 'masa lampau' atau dalam mimpi
masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu
hidupmu.

Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan.Tidak ada yang benar-
benar kalah sampai kita berhenti berusaha. Jangan takut mengakui bahwa diri kita
tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh
untuk mengikat kita satu sama lain. Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko
sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.

Jangan berusaha untuk mengunci Cinta memasuki hidupmu dengan berkata : "tidak
mungkin saya temukan". Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan
memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya
sekencang mungkin, dan cara terbaik untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah
dengan memberinya "sayap".

Janganlah berlari, meskipun hidup tampak sangat cepat, sehingga kita lupa dari mana kita
berasal dan juga lupa sedang menuju kemana kita. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi
terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai.

Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu Pengetahuan adalah harta karun yang selalu
dapat Kita bawa kemanapun tanpa membebani. Jangan gunakan waktu dan kata-kata
dengan sembrono. Karena keduanya tidak mungkin kita ulang kembali jika telah lewat.
Hidup bukanlah pacuan melainkan suatu perjalanan dimana setiap tahap sepanjang
jalannya harus dinikmati.

Dan akhirnya resapilah :

MASA LALU adalah SEJARAH,


MASA DEPAN merupakan Misteri dan
SAAT INI adalah KARUNIA.

Itulah kenapa dalam bahasa inggris saat ini disebut "The Present".

Surat Cinta dari Manusia-Manusia yang Malamnya Penuh Cinta

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami, manusia-manusia


malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu
malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada
keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas
tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah,
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang


pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya.
Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya
yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan
yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.

Wahai orang-orang yang terlena, Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap
malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh
suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para
perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW
bersabda : "Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam
dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan
orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat
manusia terlelap dalam tidur malam." Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang
menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-
manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku
disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah
hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah
kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang
penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi
untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka
kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak
tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau
inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat
denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang
Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir
mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa
dan berjihad dengan akidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih
bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru.
Kata mereka, " Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku tersenyum,
mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dan sholat-sholat
malamku yang penuh kekhusyu'an. Tahukah kau dengan orang yang selalu setia
mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah
di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan
dalam bingkai Tuhan.

Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat
mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang. Kuceritakan
padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung.
Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia
tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu
kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya.
Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga
malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al
Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima
Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak
lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama'ah. Kesenanganku
adalah mendengarkan bacaan Alqur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah
saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku.
Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku
pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan
Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku
sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum
penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang
harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap
akan pertolongan-Nya. Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari
disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari
kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan
kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk
Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah
awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering
dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung
dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana,
Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai.
Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus
beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung
tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya,
adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal
kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ? Sholat demi sholat Istisqo
didirikan, namun hujan tak kunjung datang.

Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid.
Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan
berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk
sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah
sholat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo'a :
"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu
memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah
ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu
telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku
agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya." Lalu apa gerangan yang
terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit.
Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh
Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama
merindukannya.

Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan
? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-
malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena
doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub
pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik
termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana
aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana
aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku mengantuk, maka aku
hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu
jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku." Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal
ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan
sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.

Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat
kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk
setiap ikatan itu sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang,
karena itu tidurlah !!". Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu
muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan
kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan
yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang
terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu


dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera,
mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski
hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam
yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah
Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku
akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus
berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia
ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya.
Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah
kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak
kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu
sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas
pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di
balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti
apa-apa bagimu. Semoga Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati
dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Semoga...

Wassalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh,


(Manusia-Manusia Malam)

Tidak semua orang dapat bertemu dengan Allah swt

Didunia ini, pasti tidak sembarang orang dapat bertemu dengan orang- orang penting.
Betemu dengan raja/ratu, kepala Negara, para pejabat tinggi, konglomerat, bilyuner atau
trilyuner, dll. Selain mereka sangat sibuk, lagi pula sangat banyak orang yang
memerlukan dan berkepentingan dengan mereka. Mereka harus memilih siapa saja orang-
orang yang dapat bertemu dengan mereka. Seberapa penting dan besar manfaatnya bagi
mereka/negara jika memang harus menemui orang-orang tersebut.

Bayangkan jika tiba-tiba kita mendapat undangan untuk bertemu presiden Indonesia,
pasti banyak sekali waktu yang kita sisihkan untuk bersiap-siap. Mulai urusan pakaian,
bahan pembicaraan yang akan disampaikan, sampai urusan dandanan pun kita perhatikan.
Persiapannya bisa berminggu-minggu jika undangan tersebut tidak datang mendadak.
Apalagi jika diundang raja/ratu atau orang-orang penting dari negara lain, mungkin kita
harus kursus bahasa mereka dahulu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Walaupun
biasanya didampingi penterjemah.

Lalu bagaimana pertemuan kita dengan Allah swt. ? Sang Pencipta, Raja dari semua
Raja. Apakah terlintas bahwa kita dapat bertemu dengan Allah swt.

Siapa yang banyak mendapat pertolongan dari Allah swt, biasanya ia rindu untuk
bertemu denganNya. Rasa ingin tahu dan rasa sayang kepada Allah juga membuat kita
ingin sekali bertemu denganNya. Seperti apa DIA?

Dia yang mengatur seluruh urusan dibumi, langit dan seluruh jagat raya ini, sehingga
semua berjalan pada posisinya. Dia yang menciptakan manusia, hewan, tumbuhan, langit,
bumi, bulan,tata surya, malam dan siang, malaikat dan iblis. Dia yang menghidupkan dan
mematikan kita. Allah swt lebih sibuk dari siapapun dimuka bumi ini.

Allah swt adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Rasanya Allah tidak memiliki
kepentingan atas siapa orang-orang atau hamba- hambaNya yang pantas bertemu
denganNya kelak di hari akhir. Malah, jika kita mempersiapkan diri untuk bertemu
dengan Allah swt, hasilnya adalah untuk kita sendiri.

"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia


mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya." [18:110]

Amal shaleh, kebaikan yang kita lakukan didunia, sujud dan patuh kepada Allah swt,
semua bermanfaat bagi diri kita sendiri. Hasilnya bahkan bisa lebih dari hidup yang
bahagia, hati yang lapang dan tenang, keluarga yang sakinah,rezeki yang selalu cukup,
dll.

Apabila persiapan kita untuk bertemu dengan orang-orang terpenting dimuka bumi ini
membutuhkan waktu berminggu-minggu. Maka, bertemu Allah swt, Tuhan, Sang
Pencipta pasti membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Bertahun-tahun, bahkan sejak
didalam kandungan, atau lebih dari itu.

Bagaimana ibadah yang Allah swt perintahkan, bagaimana agar tidak


menyekutukan/menduakan Allah swt, bagaimana agar Allah menyayangi kita.., dll.
Semua ada di Al-quran. Nabi Muhammad saw (dan juga nabi- nabi sebelumnya) telah
Allah utus untuk mencontohkannya yang kemudian dikumpulkan dalam hadis shahih.
Sebenarnya semua sudah dimudahkan oleh Allah swt untuk persiapan bertemu
denganNya.

Namun, tidak semua orang dapat bertemu dengan Allah swt.

"Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak
kuasa, dalam keadaan pandangan tunduk ke bawah lagi mereka diliputi kehinaan. Dan
sesungguhnya mereka dahulu (didunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam
keadaan sejahtera" [68:42-43]

Hanya orang-orang mau dipanggil untuk sujud (patuh) kepada Allah selama didunia yang
dapat sujud dihadapan Allah swt dihari akhir. Insya Allah.

CAHAYA PARA WANITA

Para suami dan isteri semakin tidak sanggup untuk saling menanggung pasangannya. Di
masa lalu keadaannya tidak seperti ini. Cinta yang mereka miliki memberi mereka
cahaya, dan wajah mereka semakin bersinar setiap hari. Karena ibadah mereka kepada
Allah membuat para pria dan wanita tersebut dipakaikan pakaian cahaya, kecantikan dan
cinta.

Saat ini orang-orang tidak tertarik untuk beribadah kepada Allah. Mereka melalaikan hal
tersebut. Sebagai hukumannya, mereka saling merasa bahwa pasangannya tidak menarik
(jelek). Mereka hanya mengandalkan kecantikan lahiriah (fisik) yang mirip dengan
kecantikan boneka maneqin di etalase toko.

Menyerupai pria dan wanita, memakai pakaian, tapi tak memiliki rasa. Tapi bila
seseorang dipakaikan dengan keindahan surgawi, sebagai berkah dari Allah swt, maka
tak akan pernah kehilangan kecantikannya walaupun sudah mencapai usia 90 atau 100
tahun. Tidak akan pernah berubah, karena mereka selalu diberi pakaian surgawi !

Para Rasul dengan pengetahuan surgawinya berkata : "Jika seseorang ingin kelihatan
cantik atau dipakaikan pakaian kecantikan pada mereka, mereka harus berusaha bangun
tengah malam dan subuh チ E Karena pada waktu-waktu tersebutlah cahaya terang
spiritual muncul dan dipakaikan pada orang-orang.

Dan ibadah tengah malam dan subuh mereka akan tampak pada wajahnya. Allah
menganugerahkan pada mereka cahaya yang terang dan cinta. Siapapun yang
menginginkannya , dapat memohon pada Alah pada waktu-waktu tersebut. Allah swt
akan mengirimkan malaikat-malaikat dengan cahaya dan pakaian surgawi. Ia akan
memakaikan para hambanya yang beribadah padaNya di bumi, yang melakukan salat
dan memuliakanNya Namun orang-orang sudah melupakan hal ini dan berusaha keras
mempercantik wajah dan tubuhnya dengan kosmetik ( menghamburkan jutaan dolar dan
Euros ). Membuat bibir mereka tampak seperti bibir keledai ! Mereka berusaha membuat
diri mereka lebih muda.

Para remaja tidak berkata bahwa Allah yang memberikan mereka kecantikan, tapi
mereka minta untuk memakai kosmetik agar tampak cantik, dan tak akan bisa! Selama
para pria diizinkan memandang wanita, mereka akan mengambil kecantikan dari wajah
dan tubuh wanita. Maka para wanita yang berjilbab dan berpakaian menutup aurat ,
wajah dan tubuhnya akan tetap segar dan cantik, tanpa kosmetik !

Mereka tidak mengerti sumber utama kecantikan itu berasal dari mana. Mereka bertanya
kenapa wanita Muslim memakai jilbab. Itu gunanya untuk menjaga kecantikan mereka !
Tapi para wanita sekarang terlalu bodoh! Wanita yang cerdas tidak akan menyia-nyiakan
kecantikannya. Zaman dahulu, para wanita menjaga wajah dan tubuh mereka agar tidak
disentuh oleh seseorang yang tidak halal untuk mereka.

Orang-orang yang mengikuti setan dan ajarannya, akan jatuh dalam kesulitan yang
merusak spiritual dan fisik manusia. Di masa lalu, spiritual terpelihara jika fisik dijaga.
Sehingga semakin banyak kebahagiaan dan kecantikan dianugerahkan pada mereka.

Sekarang para wanita ingin membuka dan memamerkan kecantikan mereka. Tapi mereka
tak akan berhasil, karena kecantikan mereka akan cepat memudar ! Terutama para
wanita yang bekerja dengan pria. Pandangan para pria tersebut membawa efek buruk
bagi mereka dan mereka cepat menjadi tua. Kecantikan para wanita yang bekerja
dengan pria akan rusak. Keindahan dan kondisi tubuh mereka menurun dengan pesat.

Sekarang ini banyak sekali wanita yang mengeluh sakit. Misalnya mereka mengatakan
terkena kanker. Dan saya bertanya berapa usianya, dan mereka mengatakan, 25 tahun !
Bagaimana bisa begitu ? Terutama para gadis yang masuk universitas dan selalu dekat
dengan pasangannyanya. Saat mereka lulus, kondisi fisik mereka sudah turun. Mereka
menunda pernikahan, dan menghabiskan waktu mereka di universitas, belajar untuk
mendapat ijazah yang tidak ada manfaatnya ! Cara yang salah untuk manusia, karena
mereka mengikuti ajaran setan ! Dan sekarang negara-negara membuat peraturan bahwa
pria dan wanita adalah setara.

Jika kita setara, semua pria harus menjadi wanita ! Itu adalah setara. Allah menciptakan
pria sebagai pria dan wanita sebagai wanita. Bagaimana orang bisa mengatakan bahwa
pria dan wanita setara ? Kebodohan apa ini ?! Sampai saat ini mereka membuat kesulitan
bagi berbagai bangsa. Tapi mereka tak akan berhasil.

BIARKAN MASA DEPAN DATANG SENDIRI

( Telah pasti datangnya ketetapan Alloh, maka janganlah kamu meminta agar
disegerakan ( datang ) nya ) QS. An Nahl : 1
Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi ! Apakah anda mau mengeluarkan
kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah buahan sebelum masak ?
Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum terwujud, dan tidak
memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan
hari esok, mencemaskan kesialan kesialan yang mungkin akan terjadi padanya,
memikirkan kejadian kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana
bencana yang bakal ada didalamnya ? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan
bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan
atau kesedihan ?

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak
sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa
yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan
terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu
hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula,
kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan
membuka buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan kecemasan yang
baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. pasalnya hal itu termasuk
thuulul amal ( angan angan yang terlalu jauh ). Secara nalar, tindakan itu pun tidak masuk
akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang bayang. Namun
ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak termakan oleh ramalan ramalan
tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan
menimpa mereka. Padahal , semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di
" sekolah sekolah syetan ".

( setan menjanjikan ( menakut nakuti ) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan ( kikir ), sedang Alloh menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya
dan karunia ) QS. Al Baqarah : 268

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah menyangka diri mereka akan
hidup kelaparan, menderita dakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini
tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di '
genggaman yang lain ' tentu tidak akan menggadaikan untuk sesuatu yang tidak ada. Dan
orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri
dengan sesuatu yang belum ada dan tak terwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. jangan pernah menanyakan kabar
beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini anda
sudah sangat sibuk.

Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang orang yang berani menebus
kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih
pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan angan yang berlebihan.
wallahu'alam
( La Tahzan ! DR. 'Aidh al-Qarni )

Aih... Aih..

Cinta, duuuh cinta...


Virus cinta emang bisa bikin blingsatan dan jungkir balik gak karuan. Uring-uringan,
hingga makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bahkan dapat merubah pribadi seseorang,
yang awalnya benci banget kata-kata puitis nan manis, mendadak jadi pujangga yang
pandai menebar janji tuk memikat hati.

Sambil bersimpuh dengan seikat bunga mawar ditangan, sang pujangga pun merayu sang
pujaan, "Duhai belahan hati, tak dapat kuhidup tanpa dirimu di sisi."

Kadang ia bergaya bagaikan bintang film India, "Adinda..., belahlah dadaku ini, kan kau
lihat ada dirimu di sana."

Sang gadis pun tersipu malu, hidung kembang-kempis dan jempol kaki jadi gede, "Idih...
abang bisa aja nih."

Tak peduli siang malam, yang dipikirkan hanya juwita sayang impian seorang. Tak tahan
dengan rayuan maut sang pujangga karbitan, si gadis pun langsung jatuh cinta. Jiwa
terbang ke awang-awang, bermain dengan bintang gemintang.

Akhirnya, adik jadi milik abang seorang.

Cihuiii... nikah juga!!!

Pesta tiga hari tiga malam pun diadakan, ngikutin tradisi bintang-bintang sinetron atau
anak orang-orang kaya. Meriah, dengan orkes dangdut setiap malam yang memekakkan
telinga, juga tak ketinggalan pemutaran layar tancap di depan rumah.

Tamu-tamu begitu banyak yang datang, dan tak henti-hentinya ucapan selamat
dihaturkan, "Duuh neng, cantiknya...," seraya tangan mencubit gemes pengantin
perempuan.

"Aduuh!" ternyata nyubitnya sakit juga, sambil ngedumel dalam hati, "Iih... luntur deh
make-up, nih ibu reseh banget sih!"

Tapi senyuman masih mengembang, memikirkan banyaknya amplop yang akan diterima,
dan kembali berbisik dalam hati, "Sudah tradisi...," menirukan iklan produk biskuit di
tivi.
Rasa puas serta bahagia terpancar dari kedua pasangan, dan tentu saja keluarga besar.
Bangga, bisa membuat pesta gede-gedean karena katanya itu simbol kaum terhormat dan
kaya raya.

Rencana bulan madu pun tak lupa dipikirkan, "Bang, ntar kita bulan madu kemana?"
tanya istri sambil bergelayut manja.

"Kemana aja boleh, terserah adikku sayang," sambil mencium pipi dengan mesra,
muaaah! Maklum, pengantin baru.

"Huu... yang benar dong jawabnya," pura-pura merajuk.

"Kalo ke bulan, adik mau ikut?"

"Ikuuut...," sambil memegang erat tangan kekanda tercinta.

Aih... aih...

***

Cinta, duuuh cinta...


Di awal pernikahan duhai sungguh indah, sayang-sayangan yang bikin mabuk kepayang.
Makan saling suap-suapan, di jalan pun tangan saling bergandengan, hingga kadang
membuat iri yang belum menemukan pasangan. Tak lupa foto adinda yang sedang
tersenyum dipajang di meja kerja, dielus-elus saking cintanya, karena tak sabar ingin
segera pulang ke rumah.

Jam kerja kadang digunakan untuk telpon-telponan, "Lagi ngapain, honey?"

Karena masih pengantin baru, masih gede rasa cemburu.

"Hani? Siapa tuh Hani? Kan namaku bukan Hani, pacar baru lagi ya?"

Hiks... hiks... hiks...

Hah???

***

Waktu berlalu, hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Layaknya sebuah
kehidupan, tentu ada pasang surut. Roda pun tak selalu di atas, selalu ganti berputar.
Begitu juga perjalanan bahtera rumah tangga anak manusia, kadang manis tak jarang pula
sebaliknya.

Gejolak cinta di masa muda yang begitu bergelora untuk mendapatkan pasangan jiwa lalu
berganti dengan keluh kesah, hingga bosan pun meranggas cinta. Suami yang dulu begitu
mesra, perlahan mulai lupa dengan yang di rumah. Sang istri kini lebih sering merenung
sambil bersenandung lagu Kemesraan-nya Franky Sahilatua, berharap kemesraan yang
dulu janganlah cepat berlalu.

Istri kadang sendirian, karena kekanda tercinta suka pulang larut malam. Makan malam
yang dihidangkan pun kini tak lagi disentuh, karena restoran telah menjadi pilihan.
Dilayani pelayan-pelayan yang berpenampilan rapih, bagi sang suami lebih
menyenangkan daripada disambut istri yang wajahnya penuh dengan masker bengkoang
dan celemek kucel penuh bau masakan beraneka-ragam. Bahkan tak jarang kepala
bermahkotakan rol rambut aneka warna.

Ah... Rumah tangga kini tak lagi tampak mesra. Suami yang dulunya selalu berjanji
sehidup semati, kini lain di bibir, lain di hati. Sindir menyindir sering jadi luka yang
menyayat pedih.

***

"Neng... manusia itu tak ada yang sempurna, semua pasti ada kekurangannya," nasehat
Wak Haji di mushola kecil yang diapit rumah-rumah mewah di kompleks perumahan
tersebut.

"Suami istri saling cekcok atau bertengkar itu hal yang biasa," beliau kembali
menambahkan.

"Wak Haji juga dong?" cepat memotong.

"Lha iya, emang saya bukan manusia?" Wak Haji menjawab sambil mesem-mesem.

"Lho, mestinya Wak Haji ngasih contoh yang baik, masak udah haji kok bertengkar?"

Lalu kembali berkomentar, "Kalo Wak Haji yang udah tua gini masih juga suka
berantem, lha kita yang muda ini nyontohnya ke siapa? Wak Haji mikir dong, mikir...!"

Wuaaah...!!!

"Aih... aih... Wak Haji gitu aja marah, terusin deh" senyum-senyum.

Sambil menahan gemes, Wak Haji pun melanjutkan, "Neng juga harus inspeksi diri
sendiri..."

"Mungkin introspeksi ya Wak, maksudnya?" membenarkan.

"Oh iya, ya itu..., Neng juga harus intrupsi"

"Introspeksi Wak, bukan intrupsi!" kembali membenarkan, sembari menahan kesal.


"Aduuh... susah ya pakai istilah tingkat tinggi, apa tadi, inflasi?" Wak Haji bertanya
kembali.

Wuaaah...!!!

"Aih... aih... Neng, gitu juga marah, he... he... he...," Wak Haji terkekeh-kekeh, girang
banget bisa membalas.

"Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga. Lautan masih terlalu luas
terbentang, ribuan karang siap menghadang, ombak pun kadang menerjang. Karena itu
semua persoalan tak hanya dapat dipecahkan dengan cinta, tapi juga butuh sikap
dewasa," nasehat Wak Haji.

Kembali beliau menambahkan,

"Untuk bersikap dewasa harus ada yang namanya ujian. Nah..., jadikan ujian itu sebagai
pernik-pernik dalam pernikahan, ia akan menjadi indah saat setiap pasangan
menyikapinya dengan dewasa, bukan dengan amarah. Sikap dewasa akan menyuburkan
cinta, sehingga istri atau suami akan lebih mengutamakan pasangannya. Misalnya nih
contoh gampangnya, kadang si istri lebih senang berdandan untuk orang lain daripada
suaminya, atau sebaliknya."

"Maksudnya Wak Haji?" bertanya, karena belum jelas.

"Iya, coba si Neng inspeksi, eh... apa tadi, inflasi?" sahut Wak Haji seraya membenarkan
letak kopiahnya.

"Idih mulai lagi nih, introspeksi, Wak Haji" sambil menahan senyum.

"Eh iya, si Neng coba introspeksi diri, apa iya kalo dandan di rumah juga seperti ini?
Padahal Islam menganjurkan kalo berdandan untuk suami di rumah itu jauh lebih baik
daripada untuk orang lain," nasehat Wak Haji bagaikan air bening yang merembes di
telaga hati.

Si Neng hanya terdiam, membenarkan. Kemudian ia merenung betapa indah, bahkan


teramat indah Islam mengajarkan syariat kepada para pemeluk-Nya, hingga mengatur
hal-hal yang sangat sederhana. Ia tertunduk malu, karena terkadang terlalu berlebihan
berdandan untuk orang lain saat keluar rumah, padahal yang lebih utama semestinya itu
adalah hak kekanda, sang belahan jiwa.

***

Krek... Suara pintu dibuka, suami tercinta baru pulang kerja.

"Aih... aih..., mau kemana malam-malam begini?" tanya suami curiga, melihat istri yang
berdandan begitu cantiknya.
Ia hanya diam, dan tersenyum manis sementara kekanda tercinta masih bengong,
menatap tak percaya.

"Nggak kemana-mana, emangnya gak boleh tampil cantik di rumah?" jelas adinda sambil
mengedipkan genit sebelah matanya.

"Kata Wak Haji, istri itu harus melayani suami dengan baik, termasuk tampil cantik saat
ia ada di rumah," menirukan apa yang telah didengarnya di mushola.

Suami terharu, aaah... ia memang telah tampil beda. Suami pun sadar bahwa dirinya dan
juwita tercinta memang sudah beranjak jauh dari masa-masa muda yang penuh gelora,
tapi kekuatan cinta akan selalu menjadikan seseorang berusaha memberikan yang terbaik
kepada yang dicintainya. Sang pujangga lalu berjanji dalam hati, untuk selalu menjadi
pujangga cinta bagi adinda, sang belahan jiwa.

"Abang...," istri berkata perlahan.

Dalam hati sudah mengira, pasti adinda akan meminta maaf atas segala kekhilafan yang
dilakukannya, sehingga dengan cepat ia berkata,

"Sudahlah dek, abang juga salah, suka mengabaikan tanggung jawab di rumah," terharu,
mata tambah berkaca-kaca.

"Aih... aih..., emangnya saya mau ngomong apa," gerutunya dengan manja, "Cuma mau
nanya, kan udah awal bulan, uang gajiannya mana?"

Hah???

WaLlahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA* Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Etika Tidur dan Bangun

Berintrospeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur. Sangat dianjurkan sekali bagi
setiap muslim bermuhasabah (berintrospeksi diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi
segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya
baik maka hendaknya memuji kepada Allah Subhanahu wata'ala dan jika sebaliknya
maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya.

Tidur dini, berdasarkan hadits yang bersumber dari `Aisyah Radhiallahu'anha


"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam tidur pada awal malam dan bangun
pada pengujung malam, lalu beliau melakukan shalat".(Muttafaq `alaih)
Disunnatkan berwudhu' sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah kanan. Al-Bara' bin
`Azib Radhiallahu'anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila kamu akan tidur, maka berwudlu'lah sebagaimana wudlu' untuk shalat,
kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan..." Dan tidak mengapa berbalik
kesebelah kiri nantinya.

Disunnatkan pula mengibaskan sperei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits
Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
bersabda: "Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah
mengirapkan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa
yang ada di atasnya..." Di dalam satu riwayat dikatakan: "tiga kali". (Muttafaq `alaih).

Makruh tidur tengkurap. Abu Dzar Radhiallahu'anhu menuturkan :"Nabi


Shallallahu'alaihi wasallam pernah lewat melintasi aku, dikala itu aku sedang berbaring
tengkurap. Maka Nabi Shallallahu'alaihi wasallam membangunkanku dengan kakinya
sambil bersabda :"Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring
seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka". (H.R. Ibnu Majah dan
dinilai shahih oleh Al-Albani).

Makruh tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin
Syaiban disebutkan bahwasanya Nabi Shallallahu'alaihi wasallam telah bersabda:
"Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka
hilanglah jaminan darinya". (HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, dan dinilai
shahih oleh Al-Albani).

Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir ra
diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah bersabda:
"Padamkanlah lampu di malam hari apa bila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah
rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman". (Muttafaq'alaih).

Membaca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al-
Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena banyak hadits-hadits shahih yang
menganjurkan hal tersebut.

Membaca do`a-do`a dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah


Shallallahu'alaihi wasallam, seperti : Allaahumma qinii yauma tab'atsu 'ibaadaka

"Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali
segenap hamba-hamba-Mu". Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud dan di hasankan oleh Al
Albani).

Dan membaca: Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya

" Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup." (HR. Al Bukhari)
Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan
(dianjurkan) berdo`a dengan do`a berikut ini :

" A'uudzu bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarri 'ibaadihi, wa min


hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuna."

Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-
hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku". (HR. Abu Dawud
dan dihasankan oleh Al Albani)

Hendaknya apabila bangun tidur membaca :

"Alhamdu Lillahilladzii Ahyaanaa ba'da maa Amaatanaa wa ilaihinnusyuuru"

"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan-Nya, dan
kepada-Nya lah kami dikembalikan." (HR. Al-Bukhari)

Lelaki Perkasa

Tak ada yang meragukan keperkasaannya. Sosok lelaki tangguh, berhati lembut.
Beliaulah yang begitu berjasa, mengajarkan cara menghadapi kerasnya hidup.
Mengajarkan kelembutan terhadap sesama. Beliau yang selalu menyejukkan hati dengan
nasihat yang dipetik dari kalimah-Nya atau sabda Rasulullah SAW saat masalah
menerjang hidup. Beliau penyemangat hebat, ketika motivasi menyusut dan hampir
hilang dari lubuk jiwa putra putrinya.

Jujur kami merasa, energinya tak pernah berkurang sedikit jua, demi mengantarkan buah
hati menggapai derajat yang lebih tinggi.

Bahkan hingga detik ini. Ketika satu per satu putri dan putranya beranjak dewasa.
Dukungan itu tak pernah surut. Pun doa, kami yakin akan selalu mengalir dari bibir
basahnya. Dalam sholat. Dalam mohon yang tulus dari hati terdalam. Dalam tangisan
penuh harap, bersama tangan yang tertengadah pada Dzat Yang Maha Pemberi.

Bapak. Bersama pendamping setia, Ibunda tercinta, tak mampu kami tulis dan lukiskan
betapa besar jasanya.

***

Suatu waktu ketika Umat Islam merayakan Hari Fitri. Aku memberi kabar tak dapat
kembali ke kampung. Aku mengatakan alasanku bahwa aku akan pulang tiga pekan
setelah lebaran, bertepatan dengan Walimatul Ursy adikku.
Kupikir, aku telah melukai perasaannya. Tidak hadir ketika lazimnya semua keluarga
berkumpul. Namun ternyata aku keliru. Tak ada nada sedih dari suaranya. Aku bahkan
mendapat restu, dukungan juga doanya. Agar aku diberikan rizki berlimpah. Supaya aku
dapat terus bisa memberi manfaat kepada yang lain. Aamiiin…

Dan, sesuatu di luar dugaku terjadi tiga hari kemudian. Bapak dan Ibu datang berkunjung.
Jarak Malang Bandung ditempuhnya dengan senyum. Bersepeda motor berdua. Ratusan
kilometer menempuh beribu bahaya seperti ringan dilaluinya.

Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Lebih mengejutkan jawaban beliau manakala kami ungkapkan keberatan dan


kekhawatiran kami.

“Ini nikmat Allah yang patut Bapak dan Ibu syukuri. Tak semua orang dapat
merasakannya, Nduk. Berdua saja, menikmati indahnya ciptaan Allah di sepanjang jalan
adalah sesuatu yang jarang kami dapati. Jangan khawatir. Doakan saja Bapak dan Ibumu
ini. InsyaAllah, akan didengar oleh Allah. Dia Maha Waspada. Tidak akan celaka kita,
jika Dia tidak menghendakinya.”

Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

***

Rabb, ijinkan hamba mengungkapkan rasa sedih hati hamba. Kala hamba mengingati,
bahwa belum sedikit pun jasa baik itu terbalas.

Resah yang dirasakannya melihat kami dalam duka, tak akan bisa hamba tandingi oleh
keresahan yang sama ketika hamba melihat beliau berduka.

Cemasnya kala menunggu hamba terlambat pulang sekolah, tak akan pernah tersamai
oleh cemas hati hamba saat menunggu kedatangan beliau dari perjalanan panjang ke
rumah kami.

Hamba sadar, sekuat apa pun usaha hamba, jasa itu tak akan pernah terbalas.

Walau begitu Tuhan… Ijinkan sisa usia beliau terlalui tanpa khawatir di hati.
Perkenankan bahagia menemani hari-hari sepi berdua bersama Bunda. Tentramkan
keping hati mereka.

Rahmati keduanya, agar senyum senantiasa terpancar di wajah-wajah lembut itu.

Allahu Ya Muhaimin. Peliharalah mereka dari segala sakit dan marabahaya.


Allahu Ya Salaam, beri sejahteralah mereka.

Allahu Ya Kariim… Muliakan hidup mereka, dunia akhirat.

Rabbana, ampunilah dosa kedua orang tua kami dan sayangilah mereka sebagaimana
mereka menyayangi kami dari kami kecil hingga kami dewasa.

Kontes 'Ratu-Ratuan' di Mata Hj. Irena Handono

Keikutsertaan Indonesia dalam ajang Miss Universe masih menimbulkan pro dan kontra.
Namun, ternyata untuk pertama kalinya, Indonesia akhirnya ikut dalam ajang pemilihan
ratu sejagad itu dan untuk pertama kalinya, kita melihat seorang Muslimah Indonesia
tampil di muka umum dengan menggunakan pakaian renang! Jadilah Artika Sari Dewi,
wakil Indonesia di ajang itu dijuluki 'Miss Kontroversi'. Irena Handono, mantan
biarawati, yang kini menjadi ustadzah terkenal dengan tegas mengatakan, ajang tersebut
merupakan bentuk penghinaan terhadap martabat perempuan. Bagaimana pandangan-
pandangannya tentang hal itu? Berikut petikan wawancara dengan Ustadzah Hj. Irena
Handono, yang ditemui saat aksi massa menentang eksploitasi perempuan di gedung
MPR/DPR, Selasa (31/5).

Bagaimana ibu mencermati penyelenggaraan kontes 'ratu-ratuan' seperti Miss Universe


ini, yang juga banyak diselenggarakan di Indonesia?

Yang dilakukan ini bukan suatu modernisasi, tapi kembali ke belakang ke zaman jahiliah.
Zaman jahiliah itu masyarakat tidak menggunakan pemikiran atau kebijakan, tapi yang
digunakan adalah standar tubuh, fisik. Persis seperti yang dilakukan di Miss Universe
kemarin. Kita lihat saja, apakah orang cantik itu mampu membuat bangsa menjadi
sejahtera? Konkritnya, ketika ada orang sakit misalnya, apakah orang sakit itu
tersembuhkan karena wajah cantik atau karena dokter? Kalau kita bicara secara medis ini
ya. Begitu juga dengan menata suatu negara, apakah suatu negara itu akan adil makmur,
dipimpin oleh menteri-menteri yang cantik ataukah menteri- menteri yang tepat pada
bidangnya. Jadi ukuran kecantikan sekarang ini adalah ukuran jaman dulu. Ini adalah,
maaf, kalau saya anggap sebagai suatu rekayasa terselubung untuk membuat bangsa ini
mundur kembali, terutama kaum perempuannya. Mengapa yang dibidik kaum
perempuan, tuntunan agama Islam mengatakan, baik buruk perempuan adalah baik buruk
negara itu sendiri.

Alasan keikutsertaan Indonesia dalam kontes ratu sejagad itu, katanya untuk
meningkatkan citra bangsa di mata dunia dan pariwisata Indonesia, komentar ibu?

Kita lihat dulu siapa yang ngomong, ilmuwankah atau pebisnis. Kalau ilmuwan, maka dia
akan mencari alasan keilmuwan, tapi kalau yang bicara adalah kelompok bisnis maka
orientasinya adalah market, bagaimana agar barangnya laku. Jadi bukan untuk
kepentingan negara, bukan untuk memajukan harkat perempuan. Tidak. Tapi
kepentingannya adalah mengeksploitasi untuk kepentingan bisnisnya itu. Saya
mengatakan seperti ini, kita lihat saja sejarahnya, tahun 1952 saat itu di California
pertama kalinya diadakan kontes-kontes seperti ini. Pada waktu itu ada sebuah
perusahaan pakaian ingin memperkenalkan mode baru, bikini. Tapi ketika bikini itu
dibuat, masyarakat menganggap negatif pakaian bikini itu. Bagaimana untuk
memasyarakat itu, maka caranya adalah dengan mengadakan kontes, kontes bikini.
Ternyata setelah dikonteskan, laris bikininya. Nah, itu berkelanjutan sampai hari ini.

Bagaimana melakukan pendekatan pada masyarakat agar menyadari bahwa kontes ratu-
ratuan seperti ini tidak sesuai dengan aqidah Islam?

Allah berfirman bahwa yang paling mulia di sisi Allah itu adalah orang yang bertaqwa,
bukan orang cantik, bukan seperti ukuran para juri dalam kontes- kontes semacam itu,
dada diukur, pinggul diukur, bukan itu.

Apakah perlu dikeluarkan aturan tegas yang menyatakan, bahwa Indonesia tidak boleh
mengirim perwakilan dalam kontes semacam Miss Universe itu?

Pemerintah bersikap lunak, itu yang kita sayangkan. Padahal MUI sudah mengeluarkan
fatwanya, kalau saya tidak salah dan aturan pemerintah tentang itu juga masih ada, belum
dicabut. Keputusan pemerintah nomor 237/U/84 pasal 4 dan 6, saat itu masih zaman
presiden Soeharto. Beliau melarang, perempuan Indonesia mengikuti kontes-kontes
kecantikan sejagad dan aturan ini belum dicabut sampai sekarang. Kami tetap
memperjuangkan persoalan ini, bahwa kita menolak kontes-kontes seperti itu karena
menghinakan martabat perempuan.(ln/nov)

LELAKI KECIL ITU

Lelaki kecil itu, ya aku ingat, dia yang menyerobotku tadi ketika aku antri wudhu di
musholla kecil kantor Jasa Marga Kebon Jeruk. Biasanya memang aku menyempatkan
untuk shalat maghrib dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke rumahku di Tangerang.
Maklum Jakarta selalu macet di hari kerja, terlebih lagi pada jam pulang kerja begini, jadi
ini siasatku agar tetap bisa shalat maghrib tepat waktu dan berjamaah.

Bocah kecil umur sembilan tahunan itu sudah langsung mengikuti barisan jamaah
sebelumnya, dia menjadi masbuk*. Aku mau langsung bergabung, namun karena ukuran
musholla ini cukup mini, hanya cukup untuk empat shaf saja setiap kali shalat berjamaah,
itupun satu shafnya hanya cukup untuk 5 orang.

" Kasihan juga kalau ada muslimah yang mau shalat berjamaah," gumamku melihat
kondisi tempat ini.

Ah Jakarta, rupamu elok nian, gedung pencakar langit, mall besar, perkantoran mewah,
namun untuk ibadah kadang kau hanya beri tempat "sisa". Hati ini hanya bisa miris.
Selesai shalat berjamaah, aku langsung pergi ke tempat menunggu bis seperti biasa. Ah,
sebuah bus AC jurusan tempat tinggalku sudah datang, dan aku langsung naik tanpa
menunggu komando lagi. Walaupun lelah, karena biasanya aku harus berdiri lagi, aku
paksakan saja. Terekam jelas wajah Rasyid, anak pertama kami yang sudah menunggu
ayahnya dan juga Bunda yang siap menjemput dengan seulas senyum tulus di wajahnya.

Benar saja, aku harus berdiri, namun sosok lelaki kecil itu kulihat lagi, yang kini
menerobos barisan penumpang yang sedang berdiri membagikan amplop – amplopnya.
Masya Allah, dia seorang pengamen cilik.

Kudengar suara paraunya yang lemah ditemani dengan kecrekan bekas tutup botol yang
dipipihkan melantunkan lagi-lagu milik band yang kini sedang digandrungi oleh anak
muda, bahkan anak-anak. Wah, liriknya yang bercerita tentang cinta itu tidak cocok
untuk usianya.

Apa daya, lantunannya pun tertutup oleh suara sound yang keluar dari tape deck milik
bus ini yang distel cukup keras. Dan lagu yang diputar si pengemudi juga kebetulan
adalah lagu-lagu milik band yang dilantunkan oleh pengamen cilik itu. Alhasil,
kemungkinan besar dia kurang diperhatikan oleh penumpang yang sekedar ingin
memberikan uang recehan kepadanya.

Ah, aku hanya bisa berkaca-kaca lagi seperti biasa. Terbayang satu, dua, tiga, bahkan
jutaan bocah kecil yang harus menggadaikan masa belajar dan bermain mereka untuk
bekerja di negeri tercinta ini.

" Ya, Allah, he could be my son, he could be my daughter, he could be everyone that I
know..."

Bocah kecil itu bisa saja anak lelakiku, bisa saja anak perempuanku, bisa saja siapa saja
yang aku kenal.

Sambil menyeka bulir-bulir kaca yang jatuh menggumpal dari mata ini, aku berdoa, "
Kuatkan kami dalam mendidik anak-anak kami, Ya Rabb..,"

Wallahu'alam

"Arjuna dan Sang Bidadari"

Namanya Arjuna, persis nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan. Tapi ia tak
tampan, tak gagah. Apalagi digila-gilai oleh wanita. Arjuna yang ini hanya seorang
penjual ulat sebagai pakan burung yang penghasilannya tidak menentu. Tinggalnya di
sebuah rumah sederhana dengan ibundanya yang sudah berusia 70 tahunan. Sejak usia 2
tahun Arjuna menderita lumpuh. Penyebabnya adalah demam yang sangat tinggi yang
kemudian merusak syarafnya.

Arjuna kini sudah 40 tahun dan tetap lumpuh. Ia pun masih tetap ulet menjalankan
profesinya. Sejak beberapa waktu yang lalu ia mempunyai kegemaran baru, suka
mengikuti pengajian dari masjid ke masjid. Dari pengembaraannya itu akhirnya ia jatuh
cinta pada sebuah masjid di sebuah pondok pesantren yang dipimpin oleh seorang kyai
yang masih muda dan berkharisma.

Pagi itu Arjuna tampak rapi dan wangi. Ia menggunakan baju terbaiknya, sebuah baju
koko berwarna putih yang dimintanya pada sang ibu untuk disetrika licin-licin. Ia sudah
siap menuju pengajian di pondok pesantren. Jaraknya lumayan, dari Jl. Pendawa Dalam,
Bandung, ke daerah Gegerkalong Girang. Apalagi bagi seseorang yang tak berfisik
sempurna seperti Arjuna, jarak itu terasa lebih dari sekedar lumayan.

Arjuna merangkak di depan rumahnya, lalu dengan suara cadelnya berteriak memanggil
becak di ujung jalan. Sang tukang becak pun tanggap dengan panggilan Arjuna. Ia
mafhum, Arjuna pasti akan pergi ke pondok pesantren.

Arjuna duduk manis di dalam becak, hingga sampai ke jalan besar. Di jalan besar, sang
tukang becak membantu memanggilkan taxi. Satu taxi lewat, taxi berikutnya juga, dan
berikutnya, lalu berikutnya. Arjuna tetap duduk manis di dalam becak, tersenyum.
Keringat mengucur di tubuh sang tukang becak yang tampak sedikit kesal tidak satu pun
taxi yang mau berhenti.

Membawa Arjuna sebagai penumpang taxi memang berbeda. Sang sopir taxi harus rela
membantu menggendongnya. Maka tak heran kalau tak semua sopir taxi mau. Tapi Allah
selalu memberikan pertolongan-Nya. Sebuah taxi meluncur pelan dan berhenti. Sampai di
pondok pesantren Arjuna disambut oleh beberapa orang jemaah. Ia sama sekali tak
dipandang sebelah mata. Justru banyak orang yang sayang padanya, termasuk sang kyai.

Ceramah pun dimulai. Seperti kali yang lalu. kali ini Arjuna tak mampu membendung air
matanya. Semangatnya membara. Bukan hanya itu bahkan bergejolak. Bagai sebuah
handphone yang perlu di-charge, inilah saat-saat Arjuna menge-charge jiwanya. Total
biaya Rp.50.000,- yang harus ia keluarkan untuk pulang pergi ke pondok pesantren,
serasa tak ada harganya dibanding dengan setrum yang menyulut dirinya. Ajuna jadi
lebih semangat bekerja, lebih semangat mengumpulkan uang untuk bisa datang ke
pengajian.

Arjuna sekarang jadi rajin ibadah malam. Sifat pemarahnya mulai hilang, jadi lebih sabar
dan optimis. Pelan-pelan keinginan itu muncul. Suatu keinginan yang sama sekali tak
pernah berani untuk ia mampirkan walau sekilas di kepalanya.

"Ibu, Arjuna kepingin kawin!" Suara cadel Arjuna bagai geledek yang memecah
kesunyian malam di telinga sang ibu.

"Arjuna enggak mimpi kan?" sang ibu bertanya sambil menguncangkan tubuh Arjuna
yang tergolek lemah di tempat tidur.

" Eh ibu, Arjuna mah bangun. Ini enggak mimpi. Sungguhan, Arjuna kepingin kawin."
Sang ibu menelan ludahnya beberapa kali, miris. "Jang, kamu teh mau kawin sama
siapa?"

"Nggak tau. Tapi Arjuna sudah minta sama Allah."

Mata sang ibu hampir-hampir tak kuat membendung air mata yang hendak tumpah.
"Bener atuh, kalau memohon ya sama Allah."

Sang ibu bingung apa yang harus ia lakukan. Menghibur Arjuna dan membangun mimpi-
mimpi indah yang kosong melompong. Atau membuatnya melek melihat kondisi
cacatnya. Tapi itu sama saja artinya dengan menghempaskannya ke jurang dalam. Sang
ibu cuma bisa menyerahkan pada Allah, apapun kehendak-Nya.

Malam purnama. Arjuna baru saja selesai sholat tahajud. Ia merenungi keinginannya
yang mulai menjadi azzam. Pikirannya berkecamuk. "Tapi, kalau nanti punya istri pasti
biaya akan bertambah. Sekarang saja hidup sudah pas-pasan. Ah, rejeki kan sudah diatur
oleh Allah, tinggal kita yang harus ikhtiar. Tapi, mau nikah sama siapa. Eh, iya ya. Siapa
yang mau sama saya yang jalan aja mesti merangkak, mau ke mana-mana mesti digotong.
Ah, itu kan sama juga, jodoh sudah diatur sama Allah. Tinggal ikhtiar saja. Besok saya
akan bilang sama Pak Kyai, minta dicarikan istri."

"Pak Kyai, saya kepingin kawin!"

Pak Kyai itu pun kaget tak beda seperti ekspresi sang ibu ketika mendengar ucapan
Arjuna. Dengan sabar Kyai berkata, "Wah bagus itu. Menikah kan sunnah Rasulullah,
apalagi kalau niatnya untuk ibadah."

"Iya, iya, saya kepingin kawin karena kepingin ibadah. Kepingin punya anak-anak yang
normal dan berjuang di jalan Allah."

"Arjuna mau menikah dengan siapa?"

"Saya ingin minta dicarikan sama Pak Kyai."

Pak Kyai pun menggaruk-garuk kepalanya. Bukan amanah yang ringan. Sudah berkali-
kali ia mempertemukan jodoh diantara santri-santrinya. Diantaranya ada juga yang tidak
sekali langsung jadi. Itu pun santri-santri yang normal, tapi Arjuna...?!

Sang Kyai bukan mengecilkan arti Arjuna. Semua orang sudah ditentukan takdirnya oleh
Allah. Dan tak akan tahu takdirnya bagaimana kecuali dengan berusaha. Tapi usaha yang
harus dilakukan untuk mencari istri untuk Arjuna bukan perkara mudah. Tapi Allah
berkehendak lain. Sang Kyai akhirnya menemukan sang gadis.

Gadis itu normal, juga sholehah. Ia salah satu jamaah yang kerap mengikuti pengajian
Kyai. Kyai mengucap syukur yang tiada tara, karena akhirnya gadis itu mengucapkan
kesediaannya menikah dengan Arjuna.

Ina, gadis itu, jelas-jelas tahu Arjuna yang akan dinikahinya berfisik tak sempurna.
Sangat jauh dari gambaran tokoh Arjuna yang ada di lirik lagu.

"Kenapa Ina mau menikah dengan Arjuna?" tanya sang Kyai. "Ina sudah tahu apa
resikonya? Apa yang akan dihadapi di kemudian hari?"

"Niat saya cuma ingin mencari keridhoan Allah. Saya ingin menjadi bidadari di syurga
nantinya," kata sang gadis dengan mantap.

Pagi hari di bulan Agustus 2002 itu seakan bersinar lebih cerah dari biasanya bagi
Arjuna. Sebelum berangkat, ia menangis. Bukan sedih, justru kebahagiaan luar biasa
yang tak terbendung. Suatu keajaiban yang tak pernah ia bayangkan akan terwujud.
Mulanya hanya sebuah keinginan, lalu menjadi tekad, dan kini menjadi nyata. Allah
mengabulkan permohonannya.

Terbata-bata Arjuna mengucapkan ijab kabul. Bukan karena grogi, tapi karena memang
ia kesulitan mengucapkan kata-kata. Dua ratus pasang mata ikut berlinangan airmata, tak
kuasa menahan haru yang tiba-tiba menyeruak. Arjuna menyerahkan mas kawin berupa
23 gram emas kepada istrinya. Lalu Arjuna bersujud di hadapan ibunya, menangis
tersedu-sedu.

Di hadapan para tamu, sang Kyai berkata, "Kita harus banyak belajar dari Arjuna,
seseorang yang diberi ujian berupa kekurangan fisik dari Allah, namun tidak takut dan
berani mengambil keputusan terhadap masa depannya. Arjuna adalah contoh seseorang
yang berserah kepada Allah, yakin akan rejeki yang sudah ditetapkan-Nya. Semoga Allah
memberkahi pasangan pengantin ini, menjadikannya sakinah, mawadah, warrahmah."
Doa sang Kyai ini pun di amini oleh para tamu walimah.

Arjuna memandangi istrinya penuh haru. Ina baru saja selesai mencuci baju. Arjuna
senang sekali, kini ia tak lagi mencuci baju sendiri seperti ketika bujangan dahulu. Ina
juga selalu merawat dengan penuh ikhlas dan telaten. Seorang gadis telah Allah kirim
untuk menjadi pendampingnya di dunia. Arjuna berharap Ina juga akan menjadi
bidadarinya di surga nanti. Insya Allah.

LOWONGAN

Kesempatan ini akan diberikan kepada Semua orang tanpa pengecualian.


Anda hanya perlu membaca dan mengerti.

LOWONGAN UNTUK POSISI :


a. Anggota Syurga Dari Awal.
b. Anggota Neraka Dari Awal.
c. Anggota Neraka temporer Kemudian ditransfer ke Syurga.
I. EMPAT KEUNTUNGAN LUMAYAN (untuk posisi a ):
a. Nikmat kubur.
b. Perlindungan di Padang Mahsyar.
c. Keselamatan Meniti Sirath-al mustaqim.
d. Syurga yang kekal abadi.

WAKTU WAWANCARA/INTERVIEW
Kapan saja secara adhoc mulai dari saat membaca iklan ini.

LOKASI WAWANCARA/INTERVIEW:
Dalam kubur (alam barzakh).

SYARAT:
- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan pangkat atau sertifikat.
- Tidak perlu bawa harta (yang banyak)
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi

Hanya diperlukan bawa dokumen asli Iman dan Amal.


Yang melakukan interview; Mungkar dan Nangkir.

INI NIH BOCORAN PERTANYAAN INTERVIEW (6 Soal)


1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa Agamamu ?
3. Siapa Nabimu?
4. Apa Kitabmu?
5. Dimana Kiblatmu ?
6. Siapa Saudaramu?

CARA MELAMAR:
Tak perlu kemana-mana dan bersusah payah, Anda hanya menunggu jemputan yang
berkaliber untuk menjemput anda. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja
(mungkin sebentar lagi), namanya Izrail.

TIPS UNTUK BERHASIL DALAM WAWANCARA TERTUTUP INI:


Hadist Hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal, yang bermaksud;

Sabda Rasulullah SAW:


"Sesungguhnya! bila jenazah seseorang diletakkan didalam kubur, sesungguhnya jenazah
itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat
mereka meninggalkan tempat itu.

Jika mayat itu seorang muslim, maka sholat yang dilakukannya ketika beliau masih hidup
akan diletakkan di kepalanya, puasanya diletakkan di sebelah kanannya, zakatnya
diletakkan di sebelah kirinya dan amalan kebajikan sedekah, silaturrohim, masalah
kebajikan dan ihsan diletakkan diujung kedua kakinya.

Ia akan didatangi malaikat dari bagian kepala, maka sholat itu berkata kepada malaikat:
dari bagianku tidak ada jalan masuk. Kemudian malaikat berpindah ke sebelah kanan,
maka puasa berkata kepadanya: dari bagianku tidak ada jalan masuk. Kemudian malaikat
berpindah ke sebelah kiri, maka zakat berkata kepadanya: dari bagianku tidak ada jalan
masuk. Kemudian dia didatangi dari arah ujung kakinya dan berkatalah amal kebajikan:
di bahagianku tidak ada jalan masuk.

Maka malaikat berkata kepadanya: Duduklah kamu! Kepadanya (mayat) diperlihatkan


matahari yang sudah mulai terbenam, lalu malaikat bertanya kepada mayat itu: Apakah
pandangan kamu tentang seorang laki-laki (Muhammad SAW) yang kamu dahulu
sentiasa berbicara tentang dia, dan bagaimana kesaksian kamu kepadanya? Maka mayat
itu berkata: Tinggalkan aku sebentar, aku hendak sembahyang. Malaikat berkata:
sesungguhnya engkau akan mengerjakan sholat (boleh saja) tetapi jawab dahulu apa yang
kami tanyakan ini. Apakah pandangan kamu tentang seorang laki-laki (Muhammad
SAW) yang dahulu kamu selalu berbicara tentang dia; dan bagaimana kesaksian kamu
kepadanya?

Maka berkata mayat itu: Laki-laki itu Nabi Muhammad SAW dan aku bersaksi bahwa
nabi Muhammad SAW itu ialah utusan Allah SWT yang membawa kebenaran dari Allah
SWT.

Maka malaikat berkata kepada mayat itu; Demikianlah kamu dihidupkan dan begitu juga
kamu dimatikan dan dengan demikian juga kamu dibangkitkan semula di akhirat, Insya
Allah.

Kemudian dibukakan baginya satu pintu disyurga, maka dikatakan kepadanya itulah
tempat kamu dan itulah janji Allah pada kamu dan kamu akan berada di dalamnya. Maka
bertambah gembiralah mayat itu. Kemudian dilapangkan kuburnya seluas 70 hasta dan
disinari cahaya baginya.

Wah..Nampaknya pertahanan kita perlu kuat nich...dari semua penjuru (kepala, kanan,
kiri dan ujung kaki).

II. Untuk posisi (b)

Tidak diperlukan belajar, gak usah berpikir, hiduplah sesuka anda...Wallahu- a'lam.

III. Untuk posisi (c)

Hanya diperlukan ibadah ala kadarnya (asal ucapin kalimat Tauhid), dan hidup sesuka
anda...

Wallahu-a'lam...
Bersukacitalah atas keberhasilanmu sendiri, tetapi bersyukurlah kepada Alloh SWT bila
seseorang yang lain lebih berhasil dari engkau.

Fenomena Friendster.Com & Testimonials

“Kamu ikut Friendster?” atau “Kirim aku testimonial donk.” Seperti itulah kira-kira
pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau tidak, karena sangat
ngetrendnya Friendster hingga yang biasanya jarang menggunakan internet, bisa menjadi
berinternet ria. Atau yang semula gaptek internet menjadi ingin belajar internet karena
sangat ingin bergabung dengan situs ini, bahkan orang-orang yang belum ikut Friendster
bisa dicap ‘tidak gaul'

Friendster bisa digunakan untuk memperluas jaringan dengan manusia di seluruh dunia
dan menjalin hubungan yang hampir memudar dengan teman-teman kita. Sampai-sampai
kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP, SMU, dan
seterusnya. Friendster tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi bisa juga oleh
lembaga.

Friendster.com tentu bukan situs haram karena substansinya ia hanyalah fasilitas, dan
halal haram sangat tergantung bagaimana kita menggunakannya. Bila kita bergabung
karena ingin menjalin silaturahim dengan teman-teman, tentu tidak masalah, justru
berpahala. Namun bisa menjadi masalah bila ternyata digunakan untuk mencari
cewek/cowok ganteng, bertemu kecengan semasa SMU, menonjolkan kelebihan identitas
diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture, dan lain-lain, nah ini nih yang harus
diluruskan; niat dan caranya.

Banyak kalangan telah masuk ke situs ini, termasuk kalangan aktivis da'wah yang tak
mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan sesama
aktivis maupun teman-teman da'wah fardiyah agar kian erat di dunia maya dan di dunia
nyata. Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan untuk memperluas
basis da'wah.

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika bergabung dengan Friendster.com,
yaitu pada testimonial atau kesaksian. Di sini biasanya seseorang memberi kesaksian
tentang temannya. Dan berdasarkan pengamatan penulis, jarang sekali didapati isi
testimonial itu berupa hal-hal yang buruk, umumnya adalah pujian-pujian yang bisa
melenakan si penerima. Terlepas pujian itu jujur atau bohong, yang jelas PUJIAN sudah
dilontarkan dan si penerima meng-approvenya.

Ketika seseorang menerima testimonial, tentu sebelumnya ia sudah mengetahui isinya.


Lantas, layakkah pujian itu ditampilkan di depan khalayak? Apatah lagi bila sampai
mengoleksinya! Mengoleksi pujian… Astaghfirullah, ya Rabbi…, sungguh bisa membuat
hati kotor. Rasulullah saw bersabda, ”Taburkanlah pasir ke wajah orang yang suka
memuji-muji.” Mintalah fatwa pada hatimu, tentu engkau rasakan kegelisahan karena
mengoleksi pujian. Cukuplah amal-amal itu tersiar di kalangan penduduk langit saja.
Itulah yang harus dilakukan dari sisi si penerima pujian. Sedangkan dari sisi si pemberi
pujian, ‘Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Rasulullah saw, lalu beliau berkata
kepadanya, ”Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya,
sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang).”
(HR.Ahmad)

Mengapa dikatakan ‘memenggal leher'? Karena hakekatnya, pujian itu bisa melenakan si
penerima. Bila tak kuat iman, pujian bisa membuatnya ujub (bangga diri), riya (ingin
dipuji), sum'ah (ingin kebaikannya tersiar), sehingga hapuslah pahala-pahalanya dan
membuatnya masuk neraka. Bayangkan, saudara kita yang semula telah sejengkal lagi
memasuki surga menjadi terhempas ke neraka akibat ujub, riya, dan sum'ahnya muncul
ke permukaan. Dan itu disebabkan pujian kita. Karena itu kasihanilah saudaramu,
alangkah baiknya bila kita mengisi testimonial itu dengan tausiah (nasehat) kepadanya.
Ini akan lebih menjaga saudara kita. Cukuplah pujian dan wujud kekaguman itu disimpan
dalam hati kita masing-masing hingga akhir perjumpaan kita dengan-Nya, hingga
kemenangan hakiki menuju surga tercapai.

Akhirnya, fenomena Friendster harus disikapi secara bijaksana dan diarahkan untuk
mempererat silaturahim dengan saudara-saudara kita di seluruh penjuru dunia.
Testimonials adalah bagian dari Friendster, namun bila ternyata testimonial dapat
menjerumuskan saudara kita, adalah lebih baik dihindari. Jika engkau mencintai
saudaramu-saudaramu karena Allah dan inginkan keselamatan akhirat mereka, please
forward this article to them. Jazakumullah. (AW)

Sekuntum Cinta Untuk Istriku

Kasihku, Pukul 4.05, alert di hpku membangunkan. Kamu ikut bangun. Padahal, aku tahu
baru pukul 23.30, kamu bisa tidur setelah berjibaku dengan kerjanya, kerja rumah tangga,
urusan dua anakku, dan mengurusi aku sebagai suami. Belum lagi, pukul 01.15 terbangun
untuk sebuah interupsi. Ups, rupanya kamu tak lupa menyetrika baju kantorku. Aku
mandi dan shalat subuh. Kamu selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu stel pakaian
kerjaku telah siap. Aku siap berangkat.

Ah, ada yang tertinggal rupanya. AKu lupa memandangi wajahmu pagi ini. "Nda, kamu
cantik sekali hari ini," kataku memuji. Kamu tersenyum. "Bang tebak sudah berapa lama
kita menikah?" Aku tergagap sebentar. Melongo. Lho, koq nanya itu. hatiku membatin.
Aku berhenti sebentar dan menghitung sudah berapa lama kami bersama. Karena,
perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahmu bersama seorang ustad untuk
meminangmu."Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu jadi istriku dan aku
nyatakan ‘aku terima nikahnya dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku
cuek sembari mengaduk kopi hangat rasa cinta dan perhatian darinya.

Kemunculan kafein di dalam darahku memancing keluarnya hormon


NOREOPHINEPHINE. Entah karenanya atau apa, yang jelas aku merasa bersemangat,
senang & siap menghadapi hari. Kamu tertawa. Wuih, manis sekali. Mungkin, bila kopi
yang aku sruput tak perlu gula. Cukuplah pandangi wajahnya. "Kita sudah delapan tahun
Bang." Katanya memberikan tas kerjaku. "Aku berangkat yah, assalamualaikum," kataku
bergeming dari kalimat terakhir yang kamu ajukan. Aku tergesa. "Hati-hati dijalan."

Sejatinya, aku ingin ngobrol terus. sayang, KRL tak bisa menunggu dan pukul 7.00 teng
aku harus sudah stand by di ruang studio 95,3RASFM Jakarta. Aku di jalan bersama
sejumlah perasaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkin benar kata Dewa, separuh nafasku
hilang saat kau tidak bersamaku. Kembali wajahnya menguntit seperti hantu. Hm,
cantiknya istriku. Sayang, waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama
menikmatinya.

Sekilas, ketika tatapanku melongok keluar memandang tumbuhan, bangunan dan


manusia yang tidak beraturan dan sangat berantakan, menyelinap dedaunan kehidupan
delapan tahun lalu. Ketika tarbiyah menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad
untuk menyempurnakan Dien. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa
rezeki akan datang walau tak selembar pun kerja kugeluti saat itu. Bahwa tak masalah
menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja, Kawin).

Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku, seorang jejaka
tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja, apalagi punya perusahaan. Tanpa deposito
dan orang tua mapan. Tanpa selembar modal ijazah sarjana yang saat itu sedang kukejar.
Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional.
Subhanallah, nekad sekali wanita satu ini. Mau saja diajak berkelana tanpa bekal di
tangan yang cukup oleh seorang laki-laki yang belum kenal betul.

Aku bukan pacarmu. Dia juga bukan pacarku. Ibarat mengarungi lautan, kami hanya
punya sampan. Yang ada hanya sejumput tekad untuk menyempurnakan dien dan
setangkup keyakinan bahwa Allah pasti akan bersama kita. Keyakinan itu yang semakin
hari semakin berevolusi dari absurditas menjadi realitas. Sesuatu yang kalkulatif memang
tidak menjadi jaminan. Sesuatu yang terpikir oleh rasio dan sel-sel otak kita tidak
selamanya menjadi kenyataan, termasuk ketakutan dan kecemasan. Sungguh, it doesn't
make a sense bila berpikir bagaimana kapal itu bisa dikayuh. Ternyata memang bisa.

Kutarik segepok udara untuk mengisi paru-paruku. Kurasakan syukur mendalam. Walau
tanpa kerja dan orang tua mapan, ‘kapal'ku terus berlabuh. Bahkan, kini sudah
mengarung lebih stabil dibanding dua dan tiga tahun pertama. Ternyata, memang benar.
Allah akan menjamin rezeki seorang yang menikah. Allah akan memberikan rezeki dari
arah yang tidak terduga. Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja
keras. Dan, Kerja keras itu terasa nikmat dengan doa dan dampingan seorang wanita yang
rela dan ikhlas menjadi istriku. Aku berceloteh sendiri dalam diam.

Sayangku, Semakin hari berganti. Semakin hari pula aku merasakan betapa berharganya
dirimu untukku. Di pelupuk mata dan hatiku, kau tidak hanya cantik. Tapi lebih jauh dari
itu. Kau juga tegar. Kau mampu menjadi bahan bakar bagiku untuk bisa selalu di jalan-
Nya. Dengan segala rasio dan akal, aku mencintaimu. Sayangnya, acap kali aku merasa
gagal menerjemahkan substansi cintaku. Aku selalu merasa rapuh ketika menerjemahkan
cintaku. Aku selalu berkata, “I Love you More than you know.” Memang kau tak pernah
tahu betapa aku mencintaimu.

Ketika energi perhatian harus diberikan, saat itu pula ia lenyap. Tenggelam oleh
kelelahan dan kantuk. Aku selalu tertidur di sisimu. Kelelahan dan kantuk menjadi
diktator yang tidak mampu aku lawan ketika aku harus mengeluarkan energi cintaku.
Sayang, maafkan aku. Karena aku berpikir, kerja keras merupakan aplikasi efektif sebuah
cinta. Aku tak pernah berpikir ia akan menguras dan menyedot energi perhatian dan
cinta. Dan itu realitasnya. Aku selalu gagal.

Ketika cinta berjalan dari hati ke tenggorokan, kamu selalu kehabisan nafas dan
menyerah oleh kantuk. Maafkan aku yang lupa mengucapkan selamat ulang tahun di hari
kelahiranmu. Aku sering lupa mengusap kepalamu ketika berangkat kerja. Aku kerap
khilaf tidak memberikan tatapanku ketika kau bicara. Aku juga tidak mengerti mengapa
Liputan 6 SCTV lebih menarik syaraf mataku ketimbang retina kamu. Maafkan. Bila
selama ini aku berpikir itu tak bermanfaat. Aku memang terlalu rasional, monoton,
kurang dimensi, pragmatis dan terlalu realistis.

Aku selalu beralasan etnical background sebagai orang Betawi yang tidak
mengajarkanku tentang semua romantisme ini. Aku tahu kau menyimpan kekecewaan.
Untunglah, kau bijak. Kekecewaan itu tak pernah membesar. Kamu selalu bisa
mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum yang menyelinap dibalik
penat dan kelelahan. Kamu selalu berkata, “Bang, I Love You Just the way you are.”
Doakan aku untuk bisa mengembalikan kembali puing-puing perhatian yang merepih ini
menjadi sebuah kekuatan untuk bisa mencintaimu karena Allah. Please, berikan aku
kesempatan untuk bisa terus bersamamu till death do us part. Istriku cantik sekali pagi
ini. Maafkan aku tak bisa menemanimu. Namun, doa dan ridhaku selalu bersamamu. Aku
akan selalu ingat kata-katamu bahwa perhatian kecil yang diberikan pada saat yang tepat
akan menumbuhkan cinta yang besar.Selamat Ulang Tahun ! Maaf telat, macet di jalan.

Sifat mengampuni berarti mau menerima kesalahan orang lain sebagaimana Anda
mengharapkan orang lain menerima kekurangan Anda.

Mencari Sang Arsitek

Hanya akal-akal raksasa yang tercerahkan wahyu yang siap menjadi pimpinan proyek
peradaban kehenda Allah. Di mana mereka sekarang?

Tidak ada peristiwa yang lebih mengharu-biru kaum Muslimin, di sepanjang masa
kenabian dan perjuangan Rasulullah Saw, selain saat dimana beliau menyampaikan
pidato dalam hajjatul wada'. Itulah haji pertama dan terakhir yang dilaksanakan
Rasulullah saw sejak ibadah itu diwajibkan, menurut jumhur ulama, pada tahun keenam
hijrah. Karena itu sebagian besar kaum Muslimin menyempatkan diri untuk berhaji
tahun itu. Jumlah mereka sekitar 125 ribu orang.
Sementara kaum Muslimin Merasakan kegembiraan mendengar khotbah Rasulullah
saw, Abu Bakar justru menangis tersedu-sedu. Ia menangkap dengan jelas isyarat yang
tersimpan dalam kalimat-kalimat Rasulullah saw, bahwa masa hidupnya tidak akan
lama lagi. Dan benar saja, Rasulullah saw kemudian wafat beberapa saat setelah
hajjatul wada' itu. Itu seperti sebuah isyarat bahwa tugas beliau sudah akan selesai
sampai disini, tapi cita-cita untuk membawa cahaya Islam kepada seluruh umat
manusia belum lagi selesai; dan adalah tugas para sahabat untuk melanjutkan risalah
dakwah tersebut.

Kini, setelah lima belas abad kemudian, Islam menjadi fenomena sejarah sebagai sebuah
peradaban terbesar yang pernah ada dan masih ada hingga saat ini. Islam tersebar di
seluruh pelosok dunia, dari Aljir sampai Jakarta, dengan jumlah pemeluk sekitar 1,3
milyar manusia, atau sekitar seperlima dari total jumlah manusia yang menghuni bumi
ini. Apabila Rasulullah saw meninggalkan lebih dari 125 ribu orang, maka dari
merekalah sesungguhnya Islam berkembang ke seluruh pelosok dunia. Tapi dari jumlah
itu, sebenarnya sebagian besar mereka masuk ke dalam Islam justru setelah peristiwa
Fathu Makkah pada tahun kedelapan hijrah, atau 20 tahun setelah Rasulullah saw
menjadi rasul.

Ini berarti bahwa sahabat-sahabat beliau yang mempunyai peran besar dalam
penyebaran Islam dan pembangunan peradaban Islam tidaklah terlalu banyak. Jumlah
ulama dari sahabat-sahabat Rasulullah saw dalam catatan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah
dalam "I'lamul Muwaqqi'in", hanya kurang dari 110 orang. Dan diantara mereka yang
terbesar ada 7 orang, diantaranya adalah Umar bin Khattab, Ali Bin Ali Thalib, Abdullah
bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas'ud. Sebagian besar ulama dan
pemikir Islam yang lahir kemudian, dari kalangan Tabi'in dan Tabi'uttabi'in dan
seterusnya, mengambil ilmu dari mereka.

Otak Arsitek

Peradaban selalu bermula dari gagasan. Peradaban-peradaban besar selalu lahir


lahir dari gagasan-gagasan besar. Dan gagasan-gagasan besar selalu lahir akal-akal
raksasa. Begitulah kejadiannya, jumlah sahabat yang ditinggalkan Rasulullah saw
memang sedikit, tapi mereka semua membawa semangat dan kesadaran sebagai
pembangun peradaban, dan membawa talenta sebagai arsitek peradaban.

Kesadaran itu terbentuk sejak dini dalam benak mereka. Allah swt telah menciptakan
manusia untuk beribadah dan mengelola serta menegakkan khilafah di muka bumi.
Dan untuk itu Allah swt memberikan mereka "juklak" (petunjuk laksana) berupa al-
Qur'an, dan menurunkan seorang rasul sebagai "komunikator" Allah Swt, sekaligus
sebagai pemberi contoh laksana dalam kehidupan nyata.

Sejak awal mereka menyadari bahwa al-Qur'an bukanlah sebuah buku filsafat
kehidupan, yang kering dan rumit, atau pikiran-pikiran indah yang tersimpan di
menara gading dan tidak mempunyai alas dalam realitas kehidupan. al-Qur'an adalah
sebuah "manual" tentang bagaimana seharusnya kita mengelola kehidupan di bumi ini.
Bumi adalah ruang kehidupan tempat kita "menurunkan" kehendak-kehendak Allah swt,
yang termaktub dalam wahyu, menjadi satuan-satuan realitas dalam kehidupan manusia
di muka bumi. Bumi adalah realitas kasat mata yang harus dikelola manusia.

Maka doktrin Al-Qur'an tentang Allah, Rasul, manusia dan kehidupan sejak awal
menegaskan sebuah kesadaran yang integral; bahwa kehidupan yang sesungguhnya
adalah akhirat, dan bahwa misi manusia di dunia ini adalah ibadah, tapi ruangnya
adalah bumi. Karena itulah mereka mempunyai kesadaran yang kuat tentang ruang;
ruang di mana mereka hidup, ruang yang menjadi wilayah kerja akal mereka, ruang
yang menjadi tempat mereka menumpahkan seluruh proses kreatif mereka, yaitu bumi;
dan bahwa ada ruang lain yang bukan wilayah kerja mereka, ruang dimana akal mereka
tidak akan pernah sanggup menembusnya, ruang yang menjadi hak Allah Swt sendiri
untuk menjelaskannya, yaitu ruang kegaiban, yaitu ruang metafisik di mana Allah
swt menyimpan hakikat-hakikat besar dalam kehidupan ini, tentang Dzat-Nya sendiri,
dunia malaikat, kehidupan akhirat, dan lainnya.

Kesadaran tentang ruang ini telah menanamkan sikap realisme dalam benak mereka,
maka mereka bergerak lincah dalam wilayah itu. Proses kreativitas mereka tumpah ruah
disini; dalam semangat merealisasikan kehendak-kehendak Allah Swt di muka bumi,
dalam semangat memakmurkan dunia, dalam semangat membangun peradaban.
Kesadaran tentang ruang sejak awal membuat peran intelektual dan kerja pemikiran
mereka terpola dalam kerangka sebagai arsitek peradaban; bumi ini adalah
lanskapnya, dan wahyu adalah kehendak-kehendak Sang Pemilik Kehidupan yang
harus diolah menjadi sebuah master plan dan maket, darimana kemudian satuan-
satuan kerja mengelola bumi menjadi rumah peradaban tempat manusia menemukan
kedamaian dan kesejahteraan hidup, dimulai.

Dan begitulah Rasulullah Saw memberikan tamsil, bahwa silsilah nabi dan rasul yang
turun ke bumi ini seperti sebuah bangunan dimana setiap nabi atau rasul
menyelesaikan satu tahap pekerjaan, hingga tiba saatnya Allah menutup mata
rantai kenabian dimana "Aku," kata Rasulullah Saw, "meletakkan batu terakhir."

Ijtihad: Mata Air Peradaban

Dalam konteks kesadaran tentang ruang dan pemilihan peran subjektif sebagai
pembangun peradaban, kerangka kerja intelektual manusia Muslim terpola dalam fungsi-
fungsi arsitektural dimana mereka bekerja sebagai desainer, sebagai perancang, sebagai
pembuat master plan. Dan begitulah kemudian sebuah karya peradaban besar lahir ke
bumi; satu milenium lamanya manusia menikmati sejarah mereka yang terindah di
bawah naungan Islam. Dalam fungsi arsitektural itulah metafor Iqbal menemukan
maknanya; dimana hutan-hutan bumi berubah menjadi taman-taman kehidupan
yang indah.

Dalam fungsi arsitektural itu juga akal-akal Muslim tumbuh dengan kemampuan
berpikir dan berkreasi yang luar biasa pada semua kategori dan tingkatan kemampuan
intelektual manusia; kemampuan memahami (daya serap), kemampuan menganalisa
(daya analisis), kemampuan mencipta (daya cipta).

Kemampuan itulah yang misalnya terlihat dalam sejarah ekspansi Islam, khususnya
pada masa khulafa rasyidin. Dalam bidang politik, masa ekspansi besar-besar yang
terjadi selama 30 tahun masa keempat khulafa rasyidin ini, telah disertai dengan
peletakan dasar-dasar ketatanegaraan; bentuk dan sistem pemerintahan yang
berorientasi global state tapi bersifat desentralis, sistem pemilihan khalifah, sistem
administrasi dan keuangan negara yang berkembang pesat khususnya dalam
pengelolaan wilayah-wilayah baru, manajemen konflik, dan lainnya. Dalam bidang
keamanan dan geostrategi, selama masa ekspansi besar-besaran ini kita menyaksikan
kejeniusan para khulafa dalam pengokohan integrasi teritorial dengan menjadikan
jazirah Arab sebagai basis, strategi ekspansi dan taktik perang dalam menghadapi dua
kekuatan terbesar, Persi dan Romawi.

Kemampuan akal-akal Muslim juga terlihat dalam perkembangan ijtihad dan


perkembangan ilmu-ilmu keislaman. Usaha menjaga kemurnian dan keotentikan teks
al-Qur'an telah dilakukan melalui pengumpulan dan penulisan mushaf pada masa Abu
Bakar, dan standarisasi bacaannya pada masa Utsman bin Affan. Sementara itu, usaha
menjaga kemurnian dan keotentikan Sunnah telah melahirkan satu metodologi baru
yang tidak ada tandingannya dalam semua peradaban lainnya. Selanjutnya dari kedua
sumber itu kemudian lahir berbagai macam ilmu-ilmu keislaman yang struktur dan
content yang mandiri dan solid, khususnya ilmu fiqh yang menjadi induk pengetahuan
keislaman ketika itu.

Selain perkembangan ilmu-ilmu keislaman, kita juga menyaksikan perkembangan


ilmu-ilmu sosial, khususnya yang bersifat terapan. Misalnya ilmu jiwa yang
berkembang secara terapan melalui perkembangan ilmu suluk dan akhlaq. Ilmu
politik dan ekonomi yang melalui serangkaian ijtihad politik yang timbul sebagai
implikasi dari perluasan wilayah Islam. Ilmu sejarah dan sosial mungkin yang
berkembang paling pesat, khususnya setelah pembauran berbagai etnis dan budaya
selama masa ekspansi. Bahkan pengalaman panjang dalam jihad dan perang telah
diformulasi oleh kaum Muslimin menjadi ilmu strategi dan taktik perang.

Demikian juga dalam bidang teknologi. Teknologi maritim, misalnya, telah


berkembang pada masa Utsman bin Affan sejalan kebutuhan jihad untuk menghadapi
Romawi yang menguasai teknologi itu. Demikian juga industri militer lainnya yang
berkembang untuk memenuhi kebutuhan jihad. Selain teknologi terapan, ilmu-ilmu
eksakta, khususnya dalam bidang fisika dan kedokteran, telah berkembang pesat
khususnya setelah kaum Muslimin menemukan dan mengembangkan metodologi
empiris, yang hingga kini menjadi sebab perkembangan ilmu pengetahuan di Barat,
justru ketika Romawi menggunakan pendekatan teologi dan filsafat untuk ilmu-ilmu
eksakta.

Apa yang ingin ditegaskan disini adalah bahwa, kemampuan akal-akal Muslim tidak
hanya pada daya serapnya yang sangat besar terhadap semua jenis ilmu pengetahuan,
tapi juga kemampuannya dalam mengkritisi ilmu-ilmu baru yang sampai ke mereka,
dan kemudian kemampuannya dalam merekonstruksinya kembali, dan bahkan
kemampuannya dalam mencipta ilmu-ilmu baru atau metodologi baru. Dalam konteks
itulah kita melihat bagaimana konsep ijtihad dalam Islam telah mewadahi proses
kreativitas akal-akal Muslim, dan karenanya, kemudian menjadi mata air peradaban
Islam yang tak pernah kering. Akal-akal Muslim itu, dengan kata lain, mampu
memahami zamannya, dan sekaligus memberi sesuatu yang kepada zamannya.

Dimanakah Sang Arsitek Itu Kini?

Tapi dimanakah akal-akal besar yang pernah menggoncang peradaban dunia dengan
temuan-temuannya itu? Di manakah akal-akal Muslim yang dulu sanggup memahami
zamannya dan kemudian memberi sesuatu yang baru bagi zamannya?

Inilah masalah kita. Akal-akal Muslim sekarang, bukan hanya tampak tidak berdaya
memahami zamannya, apalagi memberi sesuatu yang baru bagi zamannya, tapi
bahkan tidak sanggup memahami dirinya sendiri, tidak sanggup memahami sumber
ajarannya sendiri, tidak sanggup memahami warisan peradabannya sendiri. Akal-
akal Muslim sekarang tampak mengalami kelumpuhan. Tapi apakah yang membuatnya
lumpuh?

Ini bagian paling krusial dari keseluruhan problematika umat kita yang terkait dengan
masalah manusia Muslim. Lumpuhnya akal-akal Muslim telah menyebabkan kita
kehilangan mata air peradaban. Ketika generasi kemunduran menutup pintu ijtihad,
maka mereka telah menutup mata air peradaban. Dan kekeringan inilah yang kini kita
warisi dan belum sanggup kita selesaikan, sehingga kita menjadi komunitas global yang
hanya hidup di pinggiran sejarah, serta tidak mempunyai campur tangan dalam berbagai
peristiwa dunia kecuali hanya sebagai korban.

Kebesaran sejarah akal-akal Muslim yang telah saya sebutkan, bukanlah tempat yang
baik untuk melindungi kelumpuhan akal-akal Muslim saat ini. Tapi apabila Allah
Swt telah menetapkan bahwa Ia tidak akan merubah keadaan suatu masyarakat sampai
masyarakat itu sendiri merubah dirinya sendiri, maka sekarang kita mengetahui bahwa
perubahan atas diri sendiri itu harus dimulai dari sini; merubah cara berpikir kita, dan
merekonstruksinya agar ia mampu mengemban fungsi-fungsi arsitektural kembali,
agar ia mampu merubah hutan-hutan bumi menjadi taman-taman kehidupan yang indah.

Tetaplah Tersenyum

Bila kondisi hari ini masih seperti kemarin di mana harapan belum menjelma menjadi
nyata. Tetaplah tersenyum. Bukan berarti Allah mengabaikan doa-doa kita. Kita tahu,
Allah adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

“Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya…” (QS Al mu'min:60).


Tak ada yang dapat meragukan janji-Nya. Doa kepada-Nya ibarat sebuah investasi. Tak
akan pernah membuat investornya merugi. Karena penjaminnya adalah Dzat Yang Maha
Pemurah, Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dzat Yang Maha Welas Asih itu, tak
akan pernah ingkar janji. Tidak akan sia-sia munajat yang kita mohonkan pada-Nya, baik
di waktu siang apalagi di sepertiga malam. Ketika lebih banyak makhluk-Nya pulas,
dalam dekapan dinginnya malam dan hangatnya selimut tebal.

Bila belum ada perubahan berarti tentang rencana-rencana kita, tetaplah tersenyum. Allah
lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita. Yakinlah, bahwa:

“Sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah pasti akan datang, maka janganlah kalian
minta untuk disegerakan.” (QS An Nahl:1).

Allah Maha Mengetahui kapan sesuatu pas untuk kita, baik dalam sisi timing maupun
momentnya. Allah, Pencipta alam raya ini, adalah sutradara hebat, yang tidak akan
membiarkan kita terpuruk dalam keburukan. Selama kita yakin akan kekuasaan-Nya,
yakin akan kasih sayang-Nya.

Jika semua serasa mandeg, tak ada kemajuan berarti. Tetaplah juga tersenyum. Allah
punya cara sendiri untuk membuat kita senantiasa dekat dengan-Nya. Mungkin, semua
ini dibuat-Nya untuk kita agar kita senantiasa hanyut dalam sujud-sujud panjang di
penghujung malam. Senantiasa larut dalam tangis penuh harap, dalam buaian doa-doa
panjang nan khuyuk.

Semua tak akan tersia-sia begitu saja. Allah, mencatat setiap upaya yang kita lakukan dan
doa yang kita panjatkan. Segala sesuatu yang kita perbuat, sekecil apa pun itu, akan
menuai balasan di sisi-Nya kelak. Niatkan semuanya hanya untuk meraih ridha-Nya, agar
perjuangan hebat ini tak hanya bermakna sementara. InsyaAllah kita akan memetik
buahnya kelak, di waktu yang telah Ia tentukan.

Dunia ini fana. Tak ada yang kekal didalamnya. Pun perjuangan ini, pengorbanan ini,
juga kesulitan ini. InsyaAllah, suatu hari nanti, harapan akan berbuah kebahagiaan. Akan
menjelma menjadi kemudahan. Karena, sekali lagi, Allah telah menjamin:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah


kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al Insyirah: 5-6)

“Allah pasti akan memberikan kemenangan atau mengadakan keputusan yang lain dari
sisi-Nya.” (QS Al Maidah:52)

Tetaplah berbaik sangka kepada-Nya. Tetaplah berharap sepenuh hati kepada-Nya.


Tetaplah gantungkan asa setinggi apa pun itu, hanya kepada-Nya. Sekali lagi, hanya
kepada-Nya.

“Sesungguhnya, rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS
Al A'raf: 56)
“…Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf: 87).

Dan, jika akhirnya harapan tidak menjelma seperti yang kita idamkan, tetaplah terus
berbaik sangka kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui. Karena,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan
kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216).

Teruslah berjuang. Demi sebuah azzam yang dipancangkan untuk meraih ridho Ilahi
Robbi.

Wallohua'lam bishshowwab.

Bunda, Semoga Botol itu Menjadi Saksi

"Assalamualaikum..." kuketuk pintu rumah perlahan setelah turun dari ojek. Yup, aku
pulang malam hari ini. Sore tadi aku sempat menelpon bunda (panggilan untuk isteriku)
dan mengatakan bahwa hari ini mulai lembur lagi. Seperti biasa, tiap awal bulan aku
harus membuat laporan untuk setiap pelanggan di tempatku bekerja.

Suasana di sekitar rumah kontrakan kami sudah sepi dan aku membuka pintu rumah yang
tidak terkunci. Biasanya bunda menungguku pulang sambil tidur-tidur ayam, jadi pintu
tidak dikunci, namun terkadang ia sudah terlelap dalam mimpinya ketika aku sampai di
rumah.

"Ah, sudah pukul setengah sebelas," gumamku. Dan tepat dugaanku, bunda sudah
tertidur di samping jagoan kecil kami yang bernama Muhammad Rasyid, anak pertama
kami. Perlahan aku melangkah dengan kaki agak menjinjit lalu kukecup pipi mereka
berdua, sambil tangan kananku menjinjing sepatu. Maklum kami mengontrak rumah
petakan yang desainnya memanjang kebelakang. jadi, bila ingin ke dapur berarti aku
harus melewati kamar tidur dulu.

Sambil menaruh sepatu di kardus tempat lap, kulihat banyak botol susu yang kotor
menunggu dijamah supaya bisa dipakai kembali esok. Kami tidak mempunyai rak sepatu
karena menurut ibu, dapur kami sudah terlalu sempit untuk ditambah rak sepatu. Lagipula
sepatu yang ada hanya punyaku dan bunda, hanya 2 pasang saja, jadi tidak memakan
banyak tempat.

Selesai shalat isya dan ba'diyah, aku langsung mencuci botol susu yang kotor itu. Wah,
banyak sekali. Setelah selesai mencuci, aku harus segera merebus botol-botol itu, biar
Bunda tidak repot esok pagi.
Alhamdulillah, aku dan bunda sudah berkomitmen untuk memberi Rasyid ASI.
Walaupun sekarang sudah tidak ASI ekslusif, namun aku bersyukur komitmen tersebut
masih kuat dijaga dan insya Allah bisa sampai 2 tahun.

Sungguh aku bersyukur, istriku mau rela repot setiap hari menenteng botol susu saat
berangkat ke kantor dan menyempatkan waktu untuk memerah ASI di sela waktu
istirahatnya di kantor. ASI tersebut disimpannya di lemari es, dan dibawa pulang selepas
usai jam kantor untuk persediaan susu Rasyid esok hari.

Ah, sayang semoga usaha kita selalu mendapat ridhaNya dan anak-anak kita menjadi
anak-anak shalih, garda depan pembela dien kita.

Samar aku teringat isi Surat Al Baqarah ayat 233, "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui
anak-anaknya selama dua tahun penuh bagi yang ingin menyusui secara sempurna ..."

"Aku bangga sekali padamu bunda", ujarku dalam hati.

Walaupun isi ayat ini seruan, namun maknanya begitu agung. Allah tahu yang terbaik
buat anak-anak kita.

Dan Allah juga Maha Adil ketika ayat tersebut dilanjutkan dengan, "... seseorang tidak
dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya
dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya... Apabila keduanya ingin
menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada
dosa atas keduanya..."

Subhanallah, semoga botol susu itu menjadi saksi perjuangan kita, sayang.

Ayah sayang bunda, sungguh.

Wallahu 'alam bishshowab. ***

Setiap orang yang kita jumpai dalam hidup membawa suatu misi mengajar kita sesuatu
yang baru.

Mereka Ketakutan Pada Al-Quran

SPESIALIS penakluk tesis kaum orientalis. Predikat itu tepat disematkan pada sosok
Prof. Dr. Muhammad Mustafa al-A'zami, 73 tahun, guru besar ilmu hadis Universitas
King Saud, Riyadh, Arab Saudi. Popularitas A'zami mungkin tidak setenar Dr. Yusuf
Qardlawi dan ulama fatwa (mufti) lainnya. Namun kontribusi ilmiahnya sungguh
spektakuler.

Sumbangan penting A'zami terutama dalam ilmu hadis. Disertasinya di Universitas


Cambridge, Inggris, ''Studies in Early Hadith Literature'' (1966), secara akademik mampu
meruntuhkan pengaruh kuat dua orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher (1850-1921) dan
Joseph Schacht (1902-1969), tentang hadis. Riset Goldziher (1890) berkesimpulan bahwa
kebenaran hadis sebagai ucapan Nabi Muhammad SAW tidak terbukti secara ilmiah.
Hadis hanyalah bikinan umat Islam abad kedua Hijriah.

>Pikiran pengkaji Islam asal Hongaria itu jadi pijakan banyak orientalis lain, termasuk
Snouck Hurgronje (1857-1936), penasihat kolonial Belanda. Tahun 1960, tesis Goldziher
diperkuat Joseph Schacht, profesor asal Jerman, dengan teori "proyeksi ke belakang".
Hadis, kata Schacht, dibentuk para hakim abad kedua Hijriah untuk mencari dasar
legitimasi produk hukum mereka. Lalu disusunlah rantai periwayatnya ke belakang
hingga masa Nabi.

Namun belum ada sanggahan telak atas pikiran Goldziher-Schacht dengan standar ilmiah,
selain disertasi A'zami. "Cukup mengherankan," tulis Abdurrahman Wahid saat pertama
mempromosikan A'zami di Indonesia tahun 1972, "hanya dalam sebuah disertasi ia
berhasil memberi sumbangan demikian fundamental bagi penyelidikan hadis." Gus Dur
menyampaikan itu dalam Dies Natalis Universitas Hasyim Asy'ari, Jombang, tak lama
setelah pulang kuliah dari Baghdad.

Temuan naskah kuno hadis abad pertama Hijriah dan analisis disertasi itu secara
argumentatif menunjukkan bahwa hadis betul-betul otentik dari Nabi. A'zami secara
khusus juga menulis kritik tuntas atas karya monumental Joseph Schacht, judulnya On
Schacht's Origins of Muhammadan Jurisprudence. Versi Indonesia, buku ini dan disertasi
A'zami sudah beredar luas di Tanah Air. Murid A'zami di Indonesia, Prof. Ali Mustafa
Yaqub, berperan banyak memopulerkan pikiran ulama kelahiran India itu.

Ali Mustafa membandingkan jasa A'zami dengan Imam Syafi'i (w. 204 H). Syafi'i pernah
dijuluki "pembela sunah" oleh penduduk Mekkah karena berhasil mematahkan argumen
pengingkar sunah --sebutan lain hadis. "Pada masa kini," kata Ali Mustafa, "Prof. A'zami
pantas dijuluki 'pembela eksistensi hadis' karena berhasil meruntuhkan argumentasi
orientalis yang menolak hadis berasal dari Nabi."

Setelah lama mapan dalam studi hadis, belakangan A'zami merambah bidang studi lain:
Al-Quran. Namun inti kajiannya sama: menyangkal studi orientalis yang menyangsikan
otentisitas Al-Quran sebagai kitab suci. Ia menulis buku The History of The Qur'anic
Text (2003), yang juga berisi perbandingan dengan sejarah Perjanjian Lama dan Baru.
"Ini karya pertama saya tentang Al-Quran," kata peraih Hadiah Internasional Raja Faisal
untuk Studi Islam tahun 1980 itu.

Sabtu pekan lalu, A'zami meluncurkan versi Indonesia buku itu dalam Pameran Buku
Islam di Istora, Senayan Jakarta. Gus Dur, yang mengaku pengagum A'zami, bertindak
sebagai panelis bersama pakar Quran dan hadis lainnya. Prof. Kamal Hasan, dalam
pengantar buku itu, menilai karya A'zami ini relevan untuk meng-counter maraknya buku
Hassan Hanafi, Nasr Hamid Abu Zayd, dan Mohammad Arkoun di Indonesia.
Kamal menyebut mereka sebagai "pengikut jejak orientalis". Tetapi Hanafi dan Abu
Zayd juga dipromosikan Gus Dur di Indonesia, seperti halnya A'zami. Dua kutub kajian
ini tampaknya perlu dibaca bersama. Wartawan Gatra Asrori S. Karni, Luqman Hakim
Arifin, dan Nordin Hidayat, Ahad lalu, bertemu A'zami di Hotel Sahid Jakarta. Berikut
petikan percakapan mereka:

Apa yang mendorong Anda menggeser objek studi dari hadis ke Al-Quran?
Al-Quran dan hadis keduanya pegangan penting seorang muslim. Keduanya sama-sama
berasal dari Allah SWT. Selain itu, kini orang-orang Barat, para orientalis, banyak
mengkaji Al-Quran sekehendak mereka. Mereka begitu ketakutan pada Al-Quran. Bagi
mereka, Al-Quran seperti bom. Karena itu, mereka ingin ada proses peraguan (tasykik)
atas kebenaran Al-Quran.

Studi orientalis generasi lama memang antipati pada Islam. Namun ada penilaian, arah
kajian mereka akhir-akhir ini makin membaik: makin apresiatif dan empati pada Islam.

Apanya yang membaik? Bila Anda hendak menyimpulkan, jangan dari fakta parsial.
Anda harus menyimpulkan dari keseluruhan fakta. Masih ada orientalis yang menulis
sejarah Nabi dan mengatakan bahwa musuh terbesar manusia di dunia adalah
Muhammad, Al-Quran, dan pedangnya Muhammad.

Dan problem mendasar kajian orientalis, mereka memulai kajiannya dengan tidak
mempercayai Nabi Muhammad. Kita mengatakan, Muhammad adalah Nabi dan Rasul
Allah. Menurut mereka, itu bohong besar. Jadi, mereka mengawali pembahasan dengan
dasar pikiran bahwa Muhammad adalah pembohong, bukan rasul sebenarnya.

Mungkinkah mengkaji Islam semata-mata untuk tujuan studi, tanpa tujuan dan
bekal keimanan, sebagaimana kaum orientalis?
Tidak mungkin. Agama apa saja, pada kenyataannya, sulit sekali mengkajinya tanpa
keimanan. Kita lebih mudah mengkaji dan memahami Yahudi dan Kristen, karena kita
percaya dan menghormati Musa, Harun, Maryam, dan Isa. Sementara orang Yahudi dan
Nasrani tidak bisa memahami Islam, karena mereka mendustakan dan tak beriman pada
Muhammad.

Bila Anda baca tulisan orang Yahudi tentang Isa dan Maryam, Anda akan temukan
ungkapan mereka sangat kotor dan menjijikkan. Ada yang menuding Isa telah berzina
tiga kali. Kalau penulisnya muslim, tidak mungkin bilang begitu. Haram! Karena kita
memuliakan para nabi terdahulu. Persoalannya, berapa banyak orang Islam yang mau
mengkaji lebih jauh tentang keyakinan Yahudi dan Nasrani? Sedangkan mereka sangat
intens melakukan kajian tentang Islam.

Benarkah buku Anda sebagai counter atas corak kajian Al-Quran ala pemikir
semacam Hassan Hanafi, Abu Zayd, dan Arkoun yang populer di Indonesia?
Ini bukan counter langsung. Tapi ada hal penting yang harus digarisbawahi di sini bahwa
otoritas menafsirkan Al-Quran ada di tangan Rasulullah. Kita percaya, Al-Quran berasal
dari Allah dan diturunkan pada Muhammad. Allah berfirman, "Dan kami turunkan Al-
Quran pada kamu agar kamu jelaskan pada manusia." Sama saja, bila ada problem
konstitusi di Indonesia, misalnya, maka yang berwenang membuat interpretasi adalah
para hakim Indonesia. Meski meraih gelar doktor di Universitas Cambridge, saya tidak
punya otoritas menyelesaikan problem konstitusi di Indonesia.

Jadi, kalau ada orang berpikir liberal, lalu menafsirkan perintah salat dalam Al-Quran
semaunya, tidak mengindahkan tuntunan Rasul sebagai penafsir yang mendapat mandat
dari Allah, maka saya katakan, "Siapa Anda? Siapa yang memberi Anda otoritas
membuat tafsir sendiri?" Orang-orang seperti Hassan Hanafi dan Abu Zayd itu adalah
"anak-cucu" Barat. Tak perlu meng-counter langsung mereka. Kecuali kalau terpaksa.
Saya sebenarnya tidak peduli pada pemikiran-pemikiran mereka. Saya ingin membentuk
pandangan saya sendiri.

Dalam pandangan Anda, apa yang membuat beberapa pemikir muslim menyerap
pengaruh Barat? Tidakkah karena kekuatan argumentasi Barat?
Persoalan pokok sebenarnya adalah soal iman. Dari berbagai informasi, sangat nyata
kebanyakan dari mereka adalah fasik (banyak berbuat dosa) dan sedikit sekali yang
religius (mutadayyin). Mereka tidak puasa dan tidak salat. Ketika bulan Ramadan, subuh
mereka bangun, makan pagi, tapi ketika magrib, ikut berbuka bersama lainnya,
malamnya juga ikut sahur, ha, ha, ha....

Hasan Hanafi dan Nasr Abu Zeid misalnya, tidak belajar di sekolah-sekolah Barat.
Tapi pemikiran mereka seperti mewakili pemikiran Barat. Mungkinkah?
Tentu. Karena buku-buku kajian mereka berasal dari Barat. Tapi Nasr Abu Zeid pernah
belajar secara khusus di Jepang.

Kami pernah mengulas buku Prof. Christhop Luxenberg (nama samaran) yang
berkesimpulan, bahasa asli Al-Quran adalah Aramaik, jadi yang beredar sekarang
Quran palsu. Komentar Anda?
Ah, dia pemikir bodoh. Beberapa penulis mengomentari bahwa pengetahuannya tentang
bahasa Syiriya-Aramaik sangat dangkal. Kata dia, Al-Quran berasal dari bahasa Aramaik,
kemudian setelah 100 tahun beralih ke bahasa Arab. Sehingga disebut Quran kondisional.
Itu sama sekali bukan kajian ilmiah.

Apakah pemikiran Chistof ilmiah atau tidak?


Tidak. Sama sekali jauh dari pemikiran ilmiah…

Apakah ini merupakan salah satu cara dari para orientalis untuk merusak umat
Islam?
Itu nggak ada artinya. Tapi sekarang beberapa kali dan akan berkali-kali, mereka
menginginkan bahwa ketika Al-Quran dibuat tidak ada titik dan tasydid. Nah, sekarang
mereka menginginkan agar Al-Quran diperbarui dari sisi titik dan tasydid-nya. Lalu,
membacanya seperti yang kita kehendaki, memberi tanda-baca baru, dan menjadikannya
baru. Al-Quran lalu menjadi Al-Quran sesuai kebutuhan (kondisional).

Apakah mereka juga memiliki kaidah dasar untuk membuat Al-Quran kondisional
tersebut?
Kaidahnya ya sekehendak hati mereka. Karena mereka memberi tanda baca sesuai
kebutuhan mereka.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Al-Quran merupakan produk budaya. Apa
komentar Anda?
Itu pendapat Nasr Abu Zeid. Tapi apa yang sebenarnya disebut produk budaya? Ini tak
ubahnya ketika orang menyebut “terorisme”. Semua berbicara terrorism. Tapi tidak
pernah ada satu pun definisi yang muttafaq alaihi tentang terorisme. Terorisme justru
kerap dikaitkan dengan Islam. Kita perlu memahami apa pengertiannya dulu.

Dalam hal ini, apakah pengertian produk budaya sama dengan asbabun nuzul
(memahami Quran secara kontekstual)?
Tidak (sama). Memahami Quran secara kontekstual bisa dilakukan, jika “sesuatu”
mempunyai kaitan dengan asbabun nuzul, tapi tak bisa diterapkan di semua tempat.
Kecuali di beberapa tempat khusus yang merupakan sebab turunnya (ayat). Jadi, Anda
tak bisa datang dan langsung mengatakan aqiimus shalat. Padahal di sana tidak ada
asbabun nuzul, karena di sana adalah amr (perintah). Seharusnya, sebelum itu ada sebab.
Allah adalah pencipta seluruh makhluk. Tentunya Dia tahu mana yang berbahaya dan
bermanfaat bagi makhluk-Nya.

Jangan bermain dengan Api! Tidak ada …konteks di sini. Tidak hanya berlaku sekarang
tapi selamanya.

Ini wacana yang elit. Apa hal penting dari buku Anda bagi orang-orang awam?
Saya tak bisa mengemukakan sesuatu untuk semua orang. Jadi saya sudah kepikiran
untuk menulis buku baru, yang bisa dibaca dan dipahami oleh semua ummat Islam.

Anda pernah belajar dan lulus dari sebuah universitas di Barat. Tapi sikap anda
tampak konservatif, dalam arti tidak liberal orang-orang seperti Hassan Hanafi
atau Nasr Abu Zeid. Mengapa?
No! Saya kira ini pertanyaan dan persoalan tentang iman. Ha…ha..ha…

Menurut anda, apa yang salah dengan Barat?


Apa yang salah dengan Barat adalah sikap (attitude)-nya.

Apa tantangan terbesar bagi umat Islam saat ini?


Kitalah sesungguhnya tantangan terbesarnya. Karena kita tidak mempraktekkannya.

Man ghassa falaisa minna. “Barangsiapa yang menipu tidak termasuk golongan kami”.
Kalau anda mengambil hadis dan mengujinya di dalam kehidupan (Adzami memberi
contoh, bagaimana ia menemukan seorang penjual susu yang menempelkan hadis ini di
atas tokonya, tapi ternyata ia menambah air dalam susu yang dijualnya). Meskipun Anda
percaya Al-Quran dan Hadis, tapi dalam praktek kehidupan kita kita jauh dari sunnah. Ini
salah satu kesulitan kita. Kalau kita menjadi good practicse-nya moslem. Saya tidak
bicara tentang Islamisasi ilmu di sini. Tapi saya ingin menegaskan bahwa pengetahuan di
Islam masih sangat jauh dari praktek. Islam itu sebenarnya pratek, bukan teori.

Menjadi Kekasih Allah

Sebuah Keniscayaan

Bicara tentang kekasih, identik dengan berbicara tentang cinta. Sesuatu yang dicintai dan
dikasihi, dimakhlumi sebagai kekasih. Nabiyullah Ibrahim mendapat julukan Kholilullah
(Kekasih Allah), artinya beliau mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya. Cinta yang
hakiki-murni-sejati adalah cinta pada Dia, Dzat Maha Suci yang secara realitas telah
memberi segala yang kita rasakan sekarang. Cinta hakiki adalah cinta pada dzat yang
mencintai kita.

Betapa tidak, hanya dialah yang memberikan segalanya pada kita. Tengok saja segala
yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah SWT. Semua yang kita gunakan adalah
milik-Nya, lalu atas dasar kasih-Nya Dia mengijinkan kita untuk menggunakan semua
itu. Hakekatnya, badan, tanah, rumah, kendaraan, kekayaan, jabatan dan segala hal yang
kita gunakan bukanlah milik hakiki kita. Itu adalah milik Allah SWT yang atas cinta-Nya
dibolehkan untuk kita gunakan sehingga menjadi ‘milik' kita didunia. Bukti konkret
bahwa semua itu bukan milik hakiki kita, hanya ‘milik' sementara saja, adalah ketika
siapapun meninggal maka semua itu tidak dibawanya. Badan hancur lebur dimakan
bakteri; tanah, rumah, kendaraan, dan kekayaan tidak ikut dikubur, semuanya diwariskan.
Jabatan juga hanya tinggal sebutan. Satu-satunya jabatan yang melekat adalah : MAYAT

Semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Saya percaya, anda pernah berpikir
mengapa anda dapat membaca buku ini ? sebab, anda punya energi yang diolah dari
makanan beserta indera yang dimiliki. Padahal, proses terbentuknya energi dari makanan
itu melalui suatu proses metabolisme yang canggih. Siapakah yang menjadikan proses
metabolisme sejak lahir dalam diri kita ? kitakah? Bukan! Allah SWT. Dengan penuh
cinta memberikannya kepada kita sejak bayi. Tanpa metabolisme, kita tak berdaya apa-
apa. Organ tubuh kita dengan fungsinya masing-masing, kitakah yang membuatnya?
Tentu, bukan! Allah SWT. Menciptakannya untuk kita gunakan. Kita makan nasi,
siapakah yang membuat padinya? Petani ? kita, tentu, akan mengatakan : “bukan, petani
hanyalah menanam”. Allah SWT. Memang sengaja menciptakan padi untuk kita makan.
Dia telah berjanji memberi rizki pada setiap makhluknya. Pakaian yang kita kenakan
berasal dari benang, dan benang berasal dari kapas, siapakah yang menjadikan pohon
kapas? Bukan siapapun melainkan Allah SWT. Setiap apapun yang kita gunakan, terang
sekali ciptakan Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun yang kita miliki dan gunakan kecuali
berasal dari Allah Dzat Maha Sayang. Kita tak punya daya dan upaya tanpa Allah SWT,
la hawla wa la quwwata illa billah . Semua itu merupakan wujud sifat kasih sayang Allah
SWT ( Ar rahman ) yang dia berikan kepada kita.

Realitas menunujukkan tidak ada siapapun yang mencintai kita memberi segala yang kita
punyai dan kita butuhkan selain Allah Pencipta kita. Kecintaan Allah SWT. Nampak
begitu nyata. Bila demikian, maka sangat rasional bila saya, anda, dan siapapun ingin
menjadi kekasih-Nya. Ingin menumpahkan cinta kita kepada-Nya. Kehendak menjadi
kekasih Allah SWT. Dan mencurahkan kecintaan kepada-Nya sungguh merupakan
keniscayaan bagi mereka yang menyadari sebagai hamba Allah Dzat Maha Pemberi.

Wujud Nyata

Wujud cinta tersebut umumnya teraplikasi setidaknya dalam tiga bentuk. Pertama, lebih
mementingkan perintah kekasihnya dari pada perintah yang lain; kedua, lebih
mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibanding dengan yang lain; dan ketiga,
lebih mementingkan mendapat keridhoan kekasihnya dari pada mendapatkan keridhoan
yang lainnya. Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT
sebagai kekasih sejati atau belum mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada
perintah-Nya ? sudahkah selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadatan? Sudahkah
mengharapkan keridhoan hanya dari-Nya? Kepada hukum Allah ataukah hukum
thaghut? Jika jawabannya belum, maka tidak salah bila saat ini nurani anda bergumam:
“hipokrit engkau wahai jiwaku!” sekalipun demikian, sampai sekarangpun belum
terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Yakinlah, kita dapat
menjadi kekasih-Nya hingga nama kita senantiasa disebut-sebut di kalangan para
malaikat.

Satu hal yang penting dicatat, tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita
dalam keridhoan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Inilah kiat pertama yang
mutlak dilakukan:” Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi
kekasih-Nya”. Katakanlah:”Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang . Begitu firman Allah SWT dalam surat Ali ‘Imron [3] ayat 31.

Seorang muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah sepatutnyalah menjadikan cinta


tertingginya untuk Allah SWT. Karena dia adalah penyebar ajaran-ajaran-Nya. Dengan
demikian ia akan menjadi uswah dan qudwah bagi masyarakat obyek dakwahnya. Sulit
dibayangkan seseorang mengajak orang lain untuk mencintai Allah SWT bila dia yang
mengajaknya tidak menjadikan Allah SWT sebagai kekasihnya. Jadi, keimanan dan
tanggung jawab ini akan mendorong setiap mukmin pengemban dakwah terus berusaha
untuk mencintai sekaligus dicintai oleh Allah. Demikian pula muslim pada umumnya.

Langkah Menjadi Kekasih-Nya

Siapapun yang men- tadabburi kalamullah, akan menemukan beberapa sifat yang harus
dimiliki agar menjadi hamba yang dicintai Khaliq- nya. Beberapa karakteristik tersebut
diantaranya :

1. Beriman

Adanya iman pada seseorang, merupakan syarat mutlak bagi hamba yang berhasrat
dicintai Allah. Tanpa ini, jangan harap ada cinta dari-Nya. pada ayat 18 al-Fath, yang
memberikan gambaran baiatur Ridwan, Allah menjelaskan hal tersebut. Seorang
mukmin, terlebih-lebih para pengemban dakwah betul-betul memiliki keimanan yang
mantap disertai dengan pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia senantiasa
bergetar hatinya apabila disebut nama Allah (artinya disebut ayat-ayat Allah) sebagai
lambang kerinduan kepada-Nya, bahkan iapun berusaha selalu memahami ayat-ayat
Allah dengan mendalam sehingga keimanannya makin bertambah setiap dibacakan ayat-
ayat-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhan-lah mereka bertawakkal.” ( Qs. Al-Anfaal [8]:2 )

penampakan keimanan yang lainnya, ia senantiasa khusyu' dalam sholatnya.


Sebagaimana firman Allah SWT:

“ (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” ( Qs. Al-Mukminuun[23] : 2 )

saat melakukan sholat, pikirannya tertuju pada makna bacaan, lidahnya membaca dan
hatinya menghayati apa yang dibacanya itu. Ia dapat khusyu' seperti ini karena betul-
betul meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan ia pun yakin bahwa ia pasti akan
kembali dan bertemu dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

“ (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” ( Qs. Al-Baqarah [2] : 46 )

Keimanan yang seperti ini akan juga membuahkan amal-amal yang menjauhkan diri dari
perkataan yang tidak berguna. Sebagaimana firman Allah SWT:

“ Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.” ( Qs. Al-Mukminuun[23]:3 )

Demikian pula ia mengeluarkan zakat, menjaga arji- nya dari berzina, selalu memegang
teguh dan menyampaikan amanat, menepati janji, dan selalu menjaga sholatnya agar
tidak terbengkalai. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga


kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang
dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. Dan sembahyangnya.”( Qs. Al-Mukminun [23]:4-9 )

Dalam kitab Nashooihul ‘Ibad, Ibnu Hajar al-Atsqolani mengutip sebuah hadist
Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tanda-tanda keimanan :
“Suatu hari Rasulullah berjumpa dengan beberapa sahabat, beliau bertanya: ‘Apa
kabar kalian pagi ini?' mereka menjawab: ‘kami tetap beriman kepada Allah.' Apa tanda
iman kalian?' tanyanya, mereka pun menjawab: ‘kami tabah menghadapi cobaan,
bersyukur atas kehidupan yang enak dan kami ridho kepada ketentuan Allah SWT.'
Mendengar jawaban itu beliau bersabda: “Demi Rabb penguasa ka'bah, kalian benar-
benar beriman.”

2. Bertaqwa

Allah SWT berfirman :

“ (Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan
bertaqwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” ( Qs. Ali
Imron [3] :76 )

“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-
orang musyrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan
mereka) di dekat Masjidil Haram (perjanjian Hudaibiyah) ? maka selama mereka
berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” ( Qs. At-Taubah [9]:7 )

Para ulama mendefinisikan taqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, seorang pengemban dakwah akan senantiasa
memaksa dan memacu dirinya untuk terikat dengan seluruh aturan Allah SWT (syariat
Islam) dalam setiap keadaan apapun. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.” ( HR. Tirmidzi )

taqwa tidak melekat begitu saja pada seseorang. Ia lebih merupakan suatu hasil kerja
terus menerus dengan amal Islami. Karenanya, taqwa perlu dibina, disuburkan dan
diistiqamahkan. Kehidupan duniawi laksana seseorang yang mengendarai kuda. Bila lalai
mengatur kendalinya, tak tahu kuda lari kemana dan kita bernasib bagaimana. Yang jelas
kita akan tersesat dalam kondisi sesesat-sesatnya. Dalam hidup di dunia, taqwa itulah
kendalinya.

Sayidina Utsman bin Affan ra pernah mengungkap lima hal penting sebagai wujud taqwa
pada seseorang yaitu : suka bergaul dengan orang yang baik dalam agamanya serta
dapat mengekang nafsu syahwat dan lisannya; bila ditimpah musibah keduniaan yang
besar dia menganggapnya sebagai ujian; bila ditimpah urusan kecil mengenai
keagamaan dia merasa untung karenanya; tidak menjejali perutnya walaupun dengan
makanan yang halal karena takut tercampur dengan barang haram; dan pada
pandangannya orang lain sudah berhasil membersihkan dirinya sedangkan dirinya
merasa masih kotor.”

3. Berbuat Ihsan
Al Fadhil Ibn ‘Iyadh berkata : “Sesungguhnya sesuatu perbuatan apabila benar tetapi
tidak ikhlas maka amal itu tidak diterima. Demikian pula apabila dilakukan dengan
ikhlas tetapi tidak benar (showab) maka amal itupun tidak diterima, jadi harus ikhlas
dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah, dan benar artinya sesuai dengan sunnah
Rasul Allah SAW.

Dengan demikian dengan dua syarat tadi mudahlah mengukur amal kita, termasuk amal
yang ihsan (baik) atau tidak

Berkaitan dengan seruan berbuat baik, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.” ( Qs. Al-Baqarah [2]: 195 )

“Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang


yang berbuat kebajikan.” ( Qs. Ali Imron [3] : 134 )

Selain itu, disaat melakukan suatu perbuatan tujuannya harus betul-betul dalam rangka
beribadah kepada Allah SWT; dengan seakan-akan kita melihat-Nya dan apabila kita
tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kita. Inilah definisi ihsan
dalam beribadah menurut Rasul SAW yang tercantum dalam sebuah hadist riwayat Imam
Muslim. Apabila kita sudah bersikap seperti ini (ihsan) niscaya dalam setiap melakukan
perbuatan akan selalu ikhlas dan benar.

Banyak sekali amal kebaikan yang dapat dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah
seperti sholat, membaca Al qur'an, shaum, berhubungan dengan diri sendiri seperti
berakhlakul karimah, berpakaian rapi, menjaga diri dari makanan haram, ataupun
berhubungan dengan sesama manusia dalam bermuamalah dan uqubat.

Jangan sekali-kali menganggap remeh suatu amal kebaikan. Sekecil apapun lakukanlah
perbuatan baik tersebut, tinggalkanlah perbuatan dosa. Ingat pula, jangan menunda-nunda
amal ! Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata: “ jika engkau di waktu
sore janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau
menunggu sore. Pergunakanlah sehatmu untuk beramal sebelum sakit, dan
pergunakanlah hidupmu sebelum mati.”

Sementar itu, Khalifah Ali Karamaallahu Wajhah berpesan ; “ jadilah kamu sebaik-baik
manusia disisi Allah dan anggaplah kamu sejelek-jelek manusia menurut dirimu sendiri
dan jadilah kamu orang yang berguna di Masyarakat.”

4. Selalu Sabar

Seperti halnya dalam kehidupan yang lain, dalam medan da'wah pun tidak luput dari
tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Semua itu pada hakekatnya merupakan
ujian. Maka sabar merupakan pakaian para pengemban dakwah dimanapun berada dan
kondisi apapun yang tengah dihadapinya. Sabar tidaklah harus berarti berdiam diri
melainkan harus berusaha juga sekuat tenaga untuk menghadapinya. Mereka yang tidak
sabar termasuk orang yang merugi, ia akan cepat frustasi, marah-marah, stress, bahkan
bisa jadi menyalahkan Allah SWT. Naudzu billahi min dzalik. Sabar bukanlah paket yang
disediakan secara Inheren dalam penciptaan manusia. Sabar hanya akan ada pada mereka
yang mengupayakannya. Anda dapat sabar ataukah tidak, terserah pilihan anda. Begitu
pula saya atau dia. Bagi kita yang hendak menanam kesabaran diri ada beberapa
pengalaman yang dapat dijadikan cermin untuk meraihnya upaya tersebut antara lain :

Pertama, pahamilah bahwa hidup ini adalah ujian. Sesungguhnya Allah SWT
menciptakan hidup dan mati itu merupakan ujian bagi seluruh hamba-Nya (Al-Muluk:2).
Berbagai bentuk ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang muslim. Apakah itu
berupa ketakutan, rasa lapar, dan kekurangan harta (Al-Baqarah:155) namun ada juga
berupa perkara yang baik-baik (Al-Anfal:17). Ujian akan berakhir dengan tibanya ajal.
Siapa yang siap hidup harus siap menghadapi ujian.

Kedua, sadarilah bahwa seluruh ujian yang ada, sekaligus sebagai pengecek kekuatan
iman seseorang (Al-Ankabut:2). Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin
banyak dan berat juga ujian hidup yang akan dialaminya. Justru, bagi seorang muslim
yang mengaku beriman tetapi belum pernah diuji, mestinya bertanya pada dirinya sudah
sejauh manakah kadar keimanannya. Ada seorang teman pernah ketakutan, “saya mah
justru tidak akan tebal iman dan banyak taat, sebab nanti akan banyak ujian. Saya takut
tidak tahan, saya tidak akan sabar menghadapi ujian, apalagi makin tinggi iman maka
ujian pun semakin sulit,” ungkapnya kepada saya. Saat itu saya tidak banyak memberikan
komentar. Saya hanya bercerita kepadanya. Dulu, ada orang yang mengatakan kepada
saya saat masih SD bahwa ujian di SMP itu sulit. Kesulitannya jauh dibandingkan dengan
ujian SD, demikian pula ujian SMU. Wah, sulit sekali, tambahnya, kesulitannya tidak
bisa dibayangkan oleh tingkatan SD. Apalagi di Perguruan tinggi. “Wah, apalagi pada
waktu sidang skripsi. Susah bukan main. Mana dosennya sering kali sulit ditemui, lagi”.
Dan, kelak bila melanjutkan S2 lebih sulit Lagi. Bagaimana sikap anda terhadap cerita ini
? saya percaya, kita tidak akan menyimpulkan:”Wah, dari pada mendapat ujian sulit lebih
baik sekolah cukup sampai SD saja. Tidak perlu SMP, apalagi SMU atau sarjana.” Benar,
makin tinggi tngkat pendidikan, makin sukar ujian. Tapi, buktinya, toh tetap juga dapat
dilalui dengan baik. Persoalan ujian yang berkolerasi erat dengan keimanan pun
demikian. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin deras ujiannya, dan
yakinlah, dia akan semakin memiliki kemampuan dan kesabaran untuk mengunggulinya
seiring dengan meningginya keimanan dan ketaatan.

Ketiga, sabar itu merupakan salah satu tanda keberhasilan (Al-Imron:200). Betapa
banyak kaum terdahulu yang terbinasa karena ketidak sabarannya. Orang yang tidak
sabar akan suatu perkara sebenarnya telah kehilangan kesempatan untuk mengungguli
perkara tersebut.

Keempat, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang sabar (Al-Imron:146)


Memang kesabaran bukanlah perkara yang mudah. Sebab, kesabaran memerlukan
ketulusan dan kesungguhan tingkat tinggi. Agar berhasil memilikinya, biasakanlah dan
perbanyaklah do'a: artinya “ Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, dan
matikanlah kami dalam keadaan muslim.” ( Qs. AL-A'raf:222 )

5. Tawakkal

Satu ciri lain orang yang dicintai Allah SWT adalah orang yang tawakkal. Kaum
mukminin di perintahkan untuk menyerahkan segala urusannya (tawakkal) hanya kepada
Allah SWT (Ali-Imron:122; Al-Maidah:11). Sebelum melakukan segala sesuatu, kita
harus menyerahkan segala macam urusan kita kepada Allah SWT. Jadi bukan berusaha
lalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan jauh-jauh sebelumnya baru
berusaha menghadapi sekuat tenaga

6. Mencintai Allah SWT

Agar kita dicintai Allah SWT, kita harus mencintai-Nya. Wujud cinta kepada Allah
adalah cinta kepada sesama muslim dan keras kepada orang kafir (bukan sebaliknya),
siap berjihad, dan tidak takut terhadap selaan orang yang mencela. Demikian disebutkan
dalam surat Al-Maidah ayat 54. mencintai Allah SWT dilakukan dengan cara mengikuti
jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala peri kehidupannya (Ali-Imron:31). Lembut
terhadap sesama muslim dilakukan dengan cara mencintai mereka sebagaimana
mencintai diri kita sendiri, tidak menyakitinya, tidak mendzaliminya, tidak mengganggu
hartanya dan memelihara kehormatannya, sedangkan keras terhadap orang kafir, terutama
dalam hal-hal yang menyangkut hukum islam. Tidak ada toleransi dalam beragama, yang
ada kerukunan antar umat umat beragama dibawah nauangan kehidupan Islam, dimana
Islamlah yang berkuasa dibumi ini. Adapun jihad merupakan perang untuk meninggikan
kalimat Allah SWT. Seorang pengemban dakwah harus merelakan dirinya untuk mati fi
sabilillah karena diri orang mukmin telah dibeli oleh Allah SWT (At-Taubah:111).
Demikian pula sang istri harus ridho melepas suami dan anak-anaknya kemedan
pertempuran demi tegaknya dinul Islam saat kaum imperalis menggunakan senjata untuk
memporakporandakan Islam, umat dan negeri-negerinya. Selain itu, Pengemban da'wah
harus tahan terhadap celaan yang dilontarkan kepadanya karena celaan itu sebenarnya
muncul dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam

7. Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa

Taubat harus menjadikan kebiasaan sehari-hari (At-Taubah:112) suatu kebahagiaan bila


kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan
harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim:8).
Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan
dosanya, memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk
tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul ‘Abidin
menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut.
Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka
ia harus beristighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu
terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta
kemanfaatan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman
diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal
shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang ma'sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak
dilindungi dari kesalahan ?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT.
Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi
kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah
SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasannya Allah Ta'ala berfirman :”


Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka aku menyatakan perang kepadanya.
Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk
mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan oleh apa yang telah
Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku
mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk
mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku
merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki
yang ia pergunakan `untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan
mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-ku paasti aku akan
melindunginya.” ( HR.Bkuhari )

Semoga kita diberi kemudahan untuk menjadi kekasih Allah Pencipta Alam

Bila Cinta Tak Berbalas

“Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita
cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan
pasangan lain yang lebih baik dari saya.”

Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit
terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman
setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah
coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.

Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang


menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan
ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai
pernikahan.

Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun bias mengalaminya. Bedanya,
para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku
aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta –seandainya memang
terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman
tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi
manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga
merebak dihati mereka.

Mengambil sikap

Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan
cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa' (naluri
mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah
manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak
tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga
bisa kecewa.

Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah.
Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan
kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah
emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk
kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur
manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah mansia seutuhnya.

Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran
beharga pada manusia. Seorang filsuf bernama John Charles Salak mengatakan : Orang-
orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak
pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah
memikirkannya.

Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya.
Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu
buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT.

Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat,
persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

Percayai qadla

Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi.
Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup
itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan,
kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit
coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal
yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan
berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam


rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi ‘alaqah kemudian menjadi janin, lalu
Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan
padanya: ‘tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.” (HR.Bukhari)

Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah
tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik
padaNya. Tanamkan dalam diri kita ‘Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-
hambaNya'.

Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan


terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian
dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?

Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat
keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah
tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta
kita.

Bersiap untuk cinta dan bahagia

“Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,”
demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar.
Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima
pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain.
Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.

Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian
itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang
‘berani' menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, “berani-
beraninya...” atau “apa yang kurang dari saya.....”

Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi
tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin
sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri
menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita,
apapun yang terjadi kelak.

Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita
atau sang ikhwan memilih ‘bunga' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan
datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan
pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan
menjadi kenyataan.

” Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan


tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat
nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia
bersabar maka hal itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Bukan Aib

Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal
dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk ‘perjuangan' menuju pernikahan. Kita tidak
akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah
mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang
pernah ditolak, banyak ikhwan yang ‘senasib' dan ‘sependeritaan'.

Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat
banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar?
Mengapa mesti malu.

‘Kita mungkin takkan Bahagia'

Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak
mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang
bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita
punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama
pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga
pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah
ikatan pernikahan.

Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam
pernikahan ada pintu keluar ‘perceraian'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia
yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung
memperoleh kebahagiaan ( al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna
mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak
dapat diraih. Wallahu'alam bi ash shawab

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” ( Al-Baqarah[2]:229 )

Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh
kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata,
belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.

Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda.
Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi?
Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan
kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.

Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain –
bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan
yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.

‘Saya tak mungkin berbahagia tanpanya'

ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan.
Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan
orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan
masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka
sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.

Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani
kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri
kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan
terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu

“maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!”
Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia
berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan
yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-
pilihan yang mungkin bisa diambil.

Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang
akhwat yang akan dilamar –contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta
menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan
keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim
SWAT ketimbang orang yang berkhitbah

Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna

“Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat
berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan
juga tampan.” Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila
saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka
yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan.
Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan
kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan,
ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.
Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas
membuat kita mengubah prinsip menjadi ‘yang penting akhwat” atau “yang penting
ikhwan”. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan.
Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan
pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang
yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan

Maka doa kita kepada Allah bukanlah,”berikanlah padaku pasangan yang sempurna”
tetapi “ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.”

Kekuatan Ruhiyah

Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya
diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang
pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang
pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak
mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan
menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da'wah lalu setiap akhwat
mendambakannya.

Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering
kita melihat seseorang yang menurut kita “luar biasa” berjodoh dengan yang ‘biasa-
biasa'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi
kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan
ukuran-ukuran manusia

Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah
diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong.
Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain.
Intinya saya bermaksud mengatakan ‘jangan ke-ge-er-an' dengan segala title dan atribut
yang melekat pada diri kita.

Beri cinta kesempata (lagi)

“..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” ( QS. Yusuf[12]:87 )

bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan
alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula
dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak
bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan
kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau
kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya

cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga
atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah
tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada
kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita
untuk kembali merasakan kehangatan cinta. ‘ love is knocking outside the door.' Kata
musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah
untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat
yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.

Ketika "Cinta" dikalahkan Cinta

" Ma'af Dit, aku tak bisa ". Suasana seakan tak ada kehidupan, hanya terdengar suara
lembut angin yang menusuk pori-pori kulitku. Bukan karena kesunyian yang membuatku
terpaku, tapi....

" Dit, anterin ke gramedia yuk ? " suara itu telah menjemputku dari dunia lamunan.

" Eh....siang bolong gini bengong, entar kesambet loh ". Aku hanya membalas dengan
senyuman. Hasan, dialah sahabat baruku yang kukenal

dikost ini yang telah membawaku pada perubahan. " Yuk ! " jawabku singkat.

Dalam perjalanan tak henti-hentinya Hasan menggodaku yang dari tadi hanya diam. "
Lagi mikirin apaan sih Dit ?, ngelamun mulu ntar cepet tua loh......" mata melotot dan
kerut keningnya adalah ciri khas ketika sedang meledekku. " Ga ada apa-apa " hanya
senyuman yang terakhir dari kata itu.

" ooo......ya udah klo ga mau cerita ".

Dua bulan sudah kenanganku terkubur, namun kini entah kenapa muncul kembali setelah
kemarin malam memimpikan dirinya. Kesunyian malam dan dinginnya malam tak lagi
kurasakan karena hangatnya sinar rembulan mulai menemaniku malam itu untuk
mengingat kenangan masa lalu. Entah mengapa mata ini sulit kupejamkan, seakan-akan
didepanku hadir sesosok wanita yang tak asing bagiku. Dia melambaikan tangan dan
bercanda ria dengan temannya.

Dialah gadis yang telah membangunkan cintaku. Sebut saja Rani, dia adalah sahabat Tari
teman kampusku. Orangnya asik, mudah beradaptasi dengan teman baru walaupun aku
sendiri agak canggung dengan yang namanya perkenalan dengan wanita. Perkenalan trus
berlanjut, aku mulai memberanikan diri tuk mengajak dia jalan dan terkadang dia yang
memintaku untuk mengantarkannya yang hanya sekedar mencari boneka.
Kecanggunganku mulai sedikit hilang ketika dia mulai bercanda denganku dan mulai
meminta pendapatku tentang masalah yang dihadapinya. Entah mengapa ketika
bersamanya aku seakan-akan menemukan kebahagiaan yang selama ini telah hilang
dalam hidupku. Ketika senja tiba, kuingin cepat menggantikan rembulan dengan matahari
jika kubisa. Hari demi hari dia tak luput dari pikiranku, walaupun dia bukan satu kampus
denganku tapi dia selalu menghubungiku via telpon dan itu membuat rasa rinduku
terobati.

*~*

HPku berdering dan kuraih dengan malasnya, " siapa sih pagi-pagi gini ganggu orang
yang lagi enak bermimpi " gumamku.

" Halo, Dit " suara itu tak asing lagi ditelingaku.

" Ya halo, ada apa Ran ? " kontan semangat dipagi itu timbul seketika mengalahkan sisa
kantukku.

" Dit hari ini ada acara ga ? "

" mmm... kebetulan minggu ini ga ada acara, emang kenapa ? "

" Anterin aku jalan yuk ! " suara manjanya mulai muncul. Aku tersipu mendengar kata-
kata itu dan tanpa pikir panjang kuterima ajakannya.

" Ayuk...yuk..., emang mo kemana ? "

" Semangat banget sih, anterin aku cari kado buat keponakanku trus anterin kerumahnya,
mau ga ? "

" Boleh...buat kamu apa sih yang ga bisa " entah dari mana aku belajar bergombal
terhadap wanita, padahal aku tipe cowo yang sulit berkomunikasi

dengan wanita.

" Ya udah nanti jam 09.00 jemput aku dirumah yah ! daaa... " tut...tut...tut...

Huuuu....... kurebahkan kembali badan ini dengan kegembiraan hati yang terpancar
dipagi hari. Tak biasanya aku menyapa sang surya yang menebarkan

kehangatan sinarnya yang memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Kegembiraan itu tak
akan pernah kuhapus dalam memori kehidupanku.

*~*

Minggu itu aku menjemputnya sesuai permintaan dan aku mengantarkan mencari hadiah
untuk keponakannya. Hampir semua toko mainan kami jelajahi dimall itu, tapi tak
satupun mainan yang cocok untuk kami beli. Hampir kami putus asa, tapi keputusasaan
itu hilang setelah kami melihat sebuah kotak yang berisi boneka yang paling disukai
keponakannya. Tanpa ragu kami langsung menuju toko tersebut dan membelinya. Rasa
capek, kantuk dan lelah telah menjadi satu, tapi perasaan itu entah mengapa terasa tak
begitu pengaruh pada diriku. Sebelum pergi kerumah keponakannya, kami sempatkan
untuk beristirahat dicafe dekat kami membeli boneka.

" Akhirnya setelah sekian lama kita mencari ........ fhuuuhhhh ! "

" Sok puitis deh ! " ledeknya sambil tersenyum kecil.

" Eh Ran mau makan apa ? "

" mmm .... aku ga makan deh " jawabnya singkat, mungkin rasa lelah telah menbuatnya
kurang berselera makan.

" Ya udah klo gitu aku pesen minuman aja yah ? "

" Ok ! "

Sambil minum kami cerita dan saat itu entah mengapa hati ini mendapat dorongan untuk
mengatakan sesuatu padanya.

" mmm......Ran, aku boleh mengatakan sesuatu ga ? tapi .... kamu janji jangan marah
yah ? " rasa ragu mulai menyelimuti hatiku, tapi daya dorong ini semakin kuat.

" Tergantung " senyuman dibibirnya membuatku terpaku memandangnya. " Bicara aja
lagi Dit, aku ga marah asal jangan bilang kalau kamu ga bisa anterin aku kerumah
keponakanku, soalnya dari sini kan lumayan jauh dan aku udah capek "

" Bukan .... bukan itu, aku pasti anterin kamu kok ! "

" Trus apa dong ? jangan bikin Rani bingung deh "

" mmm ...... Ran mungkin aku konyol mengutarakan perasaan disaat seperti ini, tapi aku
tidak bisa membendungnya lagi " ku beranikan tuk memulainya.

" maksudnya ? " kerut keningnya dan tatapan tajam tak luput dari penglihatanku.

" Ran ..... a ... aku mulai suka sama kamu " ku gigit bibir bawahku dan kutundukan
pandangan. Tak berani kutatap wajahnya, aku takut melihat ekspresi

wajahnya setelah aku mengatakan hal itu.

Lama tak terjadi kontak bicara diantara kami. Tapi tak lama kemudian .....

" Dit, aku ngerti perasaan kamu, aku jadi merasa bersalah terlalu berlebihan dalam
bergaul denganmu sehingga kamu berpikir bahwa selama ini penerimaan ajakanmu dan
permintaan untuk mengantarku adalah atas dasar rasa suka padamu. Aku menganggap
kamu sebagai sahabatku yang baik yang telah lama kucari selama ini. Kamu mau
mendengarkan keluhanku dan menasehatiku. Jadi tak mungkin aku menerimamu sebagai
pacarku, aku tak mau kehilanganmu Dit, sebab didalam pacaran ketika rasa cinta telah
pudar maka kebencianlah yang berperan dan hal itu tak mau terjadi pada hubungan kita
Dit. Jadi aku mohon padamu jadilah sahabatku bukan pacarku. Ma'afkan aku Dit, kamu
bisa ngertikan perasaanku ? " penjelasan itu diakhiri dengan senyuman manisnya.
Kuberanikan menatap wajahnya walaupun jeritan dan tangisan hati silih berganti.
Kubalas senyumannya dan kuberanikan mengomentari.

" Ya sudah kalau itu memang pendapatmu, aku kan coba tuk nerimanya " kupaksakan
bibir ini untuk senyum.

" Eh Ran udah sore nih, ntar kemaleman lagi kerumah ponakanmu " cepat kuganti pokok
pembicaraan agar rasa sedih ini tak berlarut.

" Kamu ga marah kan Dit ? " dia menarik lenganku yang sudah siap berdiri. Kuanggukan
kepalaku dengan senyuman yang berat dibibir.

Dalam perjalanan kerumah keponakannya hingga kembali kerumahnya tak satu katapun
aktif keluar dalam bentuk pertanyaan ataupun canda. Hanya sedikit komentar dari setiap
kata-kata yang dia berikan.

*~*

Kuayunkan langkahku menuju pintu kamar kostku. Berat, bukan berarti karena aku lelah
atau rasa kantukku, tapi setelah kejadian siang tadi kebahagianku

sedikit mulai hilang. Kulihat sebelah kamarku ada kehidupan diwarnai terangnya lampu.
" Ada pendatang baru " gumamku tapi tak kupedulikan.

" Assalamu 'alaikum " seketika aku berbalik dengan rasa kaget karena aku sedang
mencari kunci kamarku diselingi dengan bayangan-banyangan kejadian siang tadi.

" Ya....Waalaikum salam "

" Ma'af kalau saya mengagetkan kamu, saya Hasan orang baru disini, salam kenal ma'af
nama kamu siapa ? "

" nama saya Adit, ma'af yah saya capek jadi nanti aja perkenalannya "

" Ma'af kalau saya menganggu " Senyuman dibibirnya menggambarkan ketulusan hati.

Tanpa ragu ku buka pintu dan segera kututup. Ada sedikit perasaan tak enak pada Hasan
karena pembicaraanku tadi yang kurasakan kurang enak didengar, tapi aku membuang
perasaan bersalah tersebut. Malam semakin larut tapi kedua bola mataku tak kunjung
juga mengantarku pada alam sana. Terdengar suara kehidupan dalam kamar Hasan.
Dengan penuh penasaran kuberanikan mengetuk pintu kamarnya sekalian aku mau minta
ma'af.

" Ada apa Dit ? " senyuman itu begitu sejuk dipandang.

" mmm... ga, kamu belum tidur San ? "

" Belum, aku tidak bisa tidur malam ini, entah mengapa mungkin karena aku masih baru
kali yah dengan suasana baruku ini "

" ooo...." jawabku singkat

" Ngomong-ngomong ada apa nih Dit ? emangnya kamu juga ga bisa tidur ? "

" Aku mau minta ma'af karena jawaban perkenalan tadi tidak mengenakan "

" Ga apa-apa Dit, aku ngerti kok kamu kan tadi baru datang pasti rasa lelahmu yang
membuat kamu bersikap demikian "

" Wah nih orang sabar banget, kebijakan dalam berkata bikin kagum setiap orang yang
mendengarkan " gumamku dalam hati.

Akhirnya aku ngobrol malam itu mulai dari perkenalan sampai dengan pengalaman.

Setelah kejadian malam itu aku semakin dekat dengan Hasan. Tak jarang aku minta
pendapat tentang masalah yang sedang kuhadapi. Setiap katanya mengandung makna
yang begitu indah bagaikan penyair yang menyampaikan risalah lewat kata-kata
bijaknya.

" Dit, rasa cinta itu fitrah. Setiap manusia yang normal pasti akan merasakannya, tapi
tergantung kita dalam pengembangan cinta tersebut. Cinta kita kepada lawan jenis atau
hobby kita boleh-boleh saja, tapi jangan sampai rasa cinta tersebut mengalahkan cinta
kita padaNya "

" Sulit San, hati ini sudah terlanjur suka sama dia. Sekarang alur hidupku saja entah kan
kubawa kemana, semuanya serba kebingungan dan saat kuambil keputusan selalu saja
kutemui jalan buntu "

" Dit, cinta itu tak harus memiliki dan cinta tak bisa dipaksakan. Jika kita memang
mencintai seseorang, kita kan merasa bahagia jika dia menemukan kebahagiannya,
walaupun kebahagian itu tidak ditemukan pada diri kita, kita harus ikhlas. Dit, sekarang
mengadulah kepada Allah. Mohon petunjukNya untuk membimbing kebimbangan dalam
menjalani hidupmu dan jangan terlalu dipikirkan sebab kamu tau sendiri kan bahwa kamu
punya penyakit kanker " Hasan memang benar penyakit yang kuderita selama ini tak lagi
kupikirkan. Padahal entah esok atau lusa bahkan mungkin hari ini jika Allah berkenan
mengambil nyawa ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kuingat pesan Hasan yang masih terngiang dalam benakku " Sesungguhnya setiap yang
bernyawa pasti akan mengalami kematian, jadikanlah ini salah satu prinsip dalam
menjalani hidup agar selalu ingat padaNya ". Bergetar seketika seluruh tubuhku entah apa
yang terjadi padaku saat itu. Tanpa pikir panjang ku basuh setiap bagian tubuhku dengan
air wudhu untuk mengadukan masalah ini pada Penguasa alam semesta.

" Ya Allah, betapa besar dosaku selama ini. Cinta yang kau berikan telah aku salah
artikan. Begitu halusnya iblis membisikan arti cinta itu hingga kabut cinta duniawi telah
menghalangi arti sebenarnya cinta. Ya Allah, andaikan cintaku padaMu sebesar cintaku
padanya bahkan lebih dari itu. Sungguh aku sangat menginginkan hal itu sebelum Kau
memanggilku. Ya Allah jadikan cintaku padaMu begitu besar hingga ku tak takut akan
kematian bahkan kematian menjadikan gerbang menuju kerinduan menghadapMu " tak
terasa air mata penyesalah telah membasahi pipi dan sajadah. Hatiku sedikit lebih sejuk
dan tenang dan tak terasa keseimbangan tubuhku mulai tak stabil dan akhirnya aku
tersungkur dalam sujud.

*~*

" Dit, berangkat kuliah ga ? " Berulang kali Hasan menanggil Adit, tapi tak ada sahutan
dari dalam. Hasan memberanikan diri untuk masuk kekamar Adit dan ternyata pintunya
tidak terkunci. Dia melihat Adit dalam keadaan sujud dan dia berpikir mungkin dia
kesiangan shalat subuhnya. Setengah jam sudah dia menunggu dikasurnya, tapi Adit
masih dalam keadaan bersujud. Hasan mulai penasaran dan mulai mendekati Adit, dia
coba sedikit menggoncangkan tubuh Adit dan......."
Astagfirullah.......Dit....Dit.....Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, insyaAllah kau telah
mendapatkan arti cinta yang sebenarnya. Semoga kau tenang diSisiNya ".

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Kendi di Depan Rumah

Di kota saya, ada sebuah rumah, yang kepada rumah itulah saya selalu dipaksa menoleh
jika kebetulan melintas di depannya. Rumah itu sederhana saja. Jadi kalau ia menarik
perhatian saya, pasti bukan karena bentuknya, melainkan karena dua kendi yang selalu
dipajang di depan, berdekatan dengan jalan raya. Tempat kendi itu berupa tiang dengan
rumah-rumahan kecil di pucuknya, dengan atap bertuliskan ''air matang''.

Tak sulit menebaknya, kendi itu memang berisi air minum, yang bebas diakses oleh siapa
saja. Bahkan oleh para pejalan kaki bernama entah, yang bahkan air putih pun kesulitan
membelinya. Adakah orang sesusah itu ada? Ada. Pameran kemiskinan adalah sesuatu
yang amat nyata di sekitar kita. Jika kita lupa mengingatnya, barangkali karena
kemiskinan itu kita tatap dari jendela mobil, dari tembok-tembok rumah kita yang tinggi,
dan dari hotel-hotel berbintang tempat kemiskinan sering diseminarkan. Maka,
kemiskinan itu ada, cuma tidak terasa. Kita mengerti tidak enaknya, tapi telah lupa
rasanya. Maka kepada kemiskinan di sekitar, kita cenderung lupa, bahkan sekadar
menaruh kendi di depan rumah sebagai derma.

Di masa kecil saya, pemandangan itu bukanlah derma yang istimewa. Ada sebuah desa
yang malah memakainya sebagai semacam tradisi saja. Tapi kini, desa yang mengajarkan
tradisi itupun telah kehilangan penerusnya. Desa itu telah berganti generasi yang memilih
menjadi orang kota yang pasti mulai sibuk dengan utusan karier dan nasibnya sendiri.

Berpikir tentang nasib sendiri pun gelap, apalah artinya berpikir tentang kehausan
sesama. Di kota tempat saya tinggal itu, dari sekitar hampir dua juta penduduk, sepanjang
saya tahu, juga cuma ada dua rumah yang melakuan hal yang sama.

Dua rumah itulah, jika kebetulan lewat, saya reflek menengoknya. Mengucapkan rasa
hormat kepada yang empunya sambil malu pada kealpaan diri sendiri. Di tengah hiruk
pikuk kota, dua rumah itu, selalu berhasil mengingatkan diri mereka sendiri atas
penderitaan sesama. Derma itu bisa jadi kecil saja, cuma air putih di dalam sebuah kendi
yang isinya tak seberapa.

Tapi betapa yang kecil pun saya tak sanggup melakukannya. Di dalam diri saya pasti
segera muncul pembelaan, ah jalan derma itu, toh bukan cuma dengan cara menaruh
kendi-kendi itu saja. Masih banyak cara, yang menurut kita jauh lebih besar, lebih
berguna dan menantang pula. Lalu bayangan saya pun telah terpaku kepada banyak cara
yang lebih berguna dan lebih menantang itu.

Sementara ingatan saya telah berlari ke cara derma yang banyak itu, saya lupa meneliti,
adakah derma saya sudah sebanyak yang saya bayangkan itu. Jika yang kecil pun terlupa,
adakah lagi yang bisa diharap dari yang besar dan banyak. Jangan-jangan yang banyak itu
cuma imajinasi, cuma sikap kikir dan tak peduli, yang dikemas dalam cita-cita mulia,
yang kemuliaan itu cuma terus akan menjadi cita-cita bahkan hingga saya mati.

Sementara saya mati dengan cita-cita mulia, pemilik kendi-kendi itu, memilih terus
menjerang air, menaruhnya di kendi-kendinya, mengisinya jika kosong, dan menaruhnya
kembali di jalan untuk ia isi kembali jika kosong. Ia menjerang air, mengisi, mencucinya,
dan menaruhnya kembali di tempatnya. Terus, terus dan terus. Barangkali sampai ia
sendiri mati.

Sementara ia terus menerus mengisi kendi-kendinya, melayani kehausaan saudaranya


yang bahkan air putih pun tak kuat membelinya, saya tetap masih di sini, membayangkan
sebuah kemuliaan yang tak pernah benar-benar saya kerjakan.

Kriteria Suami yang Shaleh


Kriteria suami yang shaleh adalah suami yang selalu berusaha melaksanakan seluruh
kewajiban secara baik dan bertanggung jawab. Apabila Anda bisa melaksanakan
kewajiban-kewajiban berikut, Insya Allah Anda akan menjadi suami yang shaleh.
Adapun kewajiban-kewajiban tersebut adalah,

1. Memberikan nafkah lahir berupa sandang, pangan, dan papan sesuai kemampuan,
sebagaimana firman Allah swt.,

“Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu
(isteri) dengan cara yang baik.” (Q.S. Al-Baqarah: 233)

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut


kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka.” (Q.S. Ath-Thalaaq 65: 6)

2. Memberikan nafkah batin


Salah satu kebutuhan manusia adalah terpenuhinya hasrat biologis. Hubungan
biologis akan menjadi perekat pernikahan apabila dilakukan atas dasar saling
membutuhkan dan dilakukan dengan cinta. Allah swt. menetapkan bahwa suami
berkewajiban memenuhi nafkah batin isteri.

“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka


datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki.”
(Q.S. Al Baqarah: 223)

Ayat ini sifatnya perumpamaan, Allah swt. mengumpamakan istri bagaikan kebun
tempat bercocok tanam sementara suami diumpamakan sebagai orang yang akan
menanam benih, maka datangilah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja
kamu kehendaki. Ayat ini menegaskan bahwa dalam melakukan hubungan intim,
gaya apapun boleh dilakukan asal keduanya (suami-isteri) merasa nyaman. Yang
dilarang hanya satu, yaitu tidak boleh melakukan hubungan intim lewat dubur
sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad dan Ash Habus-Sunan dari Abu
Hurairah.

“Terlaknatlah laki-laki yang mendatangi perempuan pada duburnya.”

3. Memberi Bimbingan pada Keluarga


Suami mempunyai status sebagai pemimpin dalam keluarga, karenanya ia
berkewajiban memberi nafkah lahir, batin, dan memberi bimbingan agama kepada
istri dan anaknya.

“Kaum laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (istri), oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian yang lain
(istri), dan karena mereka (suami) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka.” (Q.S. An-Nisaa 4: 34)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya.” (Q.S.Thaahaa: 132)

4. Memperlakukan istri secara baik dan menjaga perasaannya


Rasulullah saw. menilai bahwa suami yang terbaik baik adalah yang paling baik
pada istrinya

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik
akhlaqnya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrimu.” (H.R.
Tirmidzi)

“...dan bergaullah dengan mereka secara baik...” (Q.S. An-Nisaa :19)

“Hendaklah kamu (suami) memberi makan istri apabila engkau makan, dan
engkau beri pakaian kepadanya bila engkau berpakaian, dan jangan engkau pukul
mukanya, dan jangan engkau jelekkan dia, dan jangan engkau jauhi melainkan di
dalam rumah.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, dan yang lainnya)

Apabila empat kewajiban ini Anda kerjakan dengan sebaik-baiknya, insya Allah Anda
akan menjadi suami yang ideal bagi istri dan menjadi ayah yang jadi kebanggaan anak-
anaknya. Semoga! Wallahu A'lam.

Orang yang Dilindungi Allah

Berkata Abu Hurairah r.a : bahwa Nabi saw telah bersabda: "Ada tujuh kelompok yang
akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya. Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa
beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan
dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya
berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang
wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: "Sungguh aku takut kepada Allah",
seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya, dan seseorang yang
berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata".
(H.R.Bukhary - Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat ada tujuh tipe atau golongan manusia
yang akan mendapatkan perlindungan Allah swt., yaitu:

1. Pemimpin yang adil


Menjadi pemimpin yang adil itu tidaklah mudah, butuh pengorbanan pikiran, perasaan,
harta, bahkan jiwa. Dalam ajaran Islam, kepemimpinan bukanlah fasilitas namun amanah.
Kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai fasilitas, kemungkinan
besar kita akan memanfaatkan kepemimpinan itu sebagai sarana memperkaya diri tanpa
menghiraukan aspek halal atau aharam. Sebaliknya, kalau kita menganggap
kepemimpinan atau jabatan itu sebagai amanah, kita akan melaksanakan kepemimpinan
itu dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Nah, untuk melaksanakan
kepemimpinan dengan cara yang amanah itu tidaklah mudah,. Karena itu logis kalau kita
menjadi pemimpin yang adil, Allah akan memberi perlindungan di akhirat kelak.

2.Anak muda yang saleh


Masa muda adalah masa keemasan karena kondisi fisik masih prima. Namun diakui
bahwa ujian pada masa muda itu sangat beragam dan dahsyat. Oleh sebab itu, apabila ada
anak muda yang mampu melewati masa keemasannya dengan taqarrub (mendekatkan)
diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan, serta mampu
mengendalikan nafsu syahwatnya, Allah akan memberikan perlindungan-Nya pada hari
kiamat. Ini merupakan imbalan dan penghargaan yang Allah berikan kepada anak-anak
muda yang saleh.

3.Orang yang hatinya terikat pada mesjid


Kalimat "seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid" seperti yang
disebutkan hadits di atas, paling tidak menunjukkan dua pengertian. Pengertian pertama,
orang-orang yang kapan dan di manapun berada selalu ingin memakmurkan tempat
ibadah. Pengertian kedua, orang-orang yang tidak pernah melalaikan ibadah di tengah
kesibukan apapun yang dijalaninya.

4.Bersahabat karena Allah


Poin ini terambil dari kalimat "dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni
keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah". Bersahabat karena Allah swt.
maksudnya kita mencintai seseorang atau membencinya bukan karena faktor harta,
kedudukan, atau hal-hal lain yang bersifat material, namun murni semata-mata karena
Allah swt. Kalau sahabat kita berbuat baik, kita mendukungnya, dan kalau berbuat salah
kita mengingatkannya, bahkan kita berani meninggalkannya kalau sekiranya sahabat
tersebut akan menjerumuskan kita pada gelimang dosa dan maksiat. Inilah yang
dimaksud dengan persahabatan karena Allah.

5.Mampu menghadapi godaan lawan jenis


"Seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu
ia menjawab: "Sungguh aku takut kepada Allah." Kalimat ini menggambarkan bahwa
kalau kita mampu menghadapi godaan syahwat dari lawan jenis, maka kita akan
mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat. Di sini digambarkan seorang laki-laki
yang digoda wanita bangsawan nan rupawan tapi dia menolak ajakannya bukan karena
tidak selera kepada wanita itu, namun karena takut kepada Allah. Jadi, rasa takut kepada
Allahlah yang menjadi benteng laki-laki tersebut, sehingga tidak terjerembab pada
perbuatan maksiat. Karena itu Allah memberikan penghargaan pada hari kiamat dengan
memberikan pertolongan-Nya. Di sini diumpamakan laki-laki yang digoda wanita,
namun sangat mungkin wanita pun digoda laki-laki.

6.Ihklas dalam beramal


"Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya." Ini gambaran keihlasan
dalam beramal. Saking ihklasnya dalam beramal sampai-sampai tangan kiri pun tidak
tahu apa yang diinfakkan atau disumbangkan oleh tangan kanannya. Pertanyaannya,
bolehkah kita bersedekah sambil diketahui orang lain, bahkan nama kita dipampang di
koran?

Boleh saja, asalkan benar-benar kita niatkan karena Allah swt., bukan karena cari
popularitas. Perhatikan ayat berikut, " Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu
baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (Q.S. Al-Baqarah 2: 271)

7.Zikir kepada Allah dengan khusyu


"Seseorang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, kemudian ia mencucurkan air
mata."

Zikir artinya mengingat Allah. Kalau seseorang berdo'a dengan khusyu hingga tak terasa
air mata menetes karena sangat nikmat berzikir dan munajat kepada-Nya, maka Allah
akan memberikan pertolongan kepadanya pada hari kiamat kelak.

Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan agar kita bisa menjadi orang-orang yang
mendapat pertolongan dan perlindungan-Nya. Caranya? Kerjakanlah tujuh poin di atas!
Wallahu A'lam.

Antara Ridha dan Pasrah

Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan
lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridha
berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah
kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah
Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, ''Allah ridha
terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8).

Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan
ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah
mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima
aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika
mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.

Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima
begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk
mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan
datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang
telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut
untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13:
11).

Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang
menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di
dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan
lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu
target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit.
Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan
berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk
menunaikannya.

Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha
mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin
Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia
ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya
lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.''

Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang
kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi
maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha
terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap
fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam.

ACEH DALAM RENUNGAN

Allah SWT berfirman :

“ Sungguh jikalaulah semua penduduk negri beriman dan betaqwa mereka itu, niscaya
akan kami bukakan pintu keberkahan (kebaikan/rahmat) dari langit dan bumi, akan
tetapi mereka mendustakan (iman mereka/ayat-ayat kami), maka akan kami timpakan
azab pada mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Maka apakah penduduk negri
akan merasa aman ketika kami datangkan azab kepada mereka secara tiba-tiba diwaktu
malam hari, sementara mereka sedang tidur. Atau apakah penduduk negeri akan merasa
nyaman ketika kami turunkan azab secara tiba-tiba di waktu pagi hari, sementara
mereka sedang memulai aktivitas. Maka apakah penduduk suatu negeri akan merasa
aman atas kemurkaan Allah, tidak ada yang merasa nyaman dan aman atas kemurkaan
Allah kecuali orang-orang yang merugi (fasiq/munafiq).” (QS: Al A’raf,96-99)

Saudaraku...!!

Di pagi hari Ahad 26 Desember 2004 M – tepatnya 15 Dzulqa’idah 1425 H. Allah SWT
kembali memperlihatkan kepada kita, betapa Allah sangat Maha Berkuasa, Maha
Berkehendak dan Maha Perkasa, ketika Allah mengguncang Bumi Nanggroe Aceh di
pagi hari , waktu Dhuha, dan di saat kita akan memulai aktivitas kita, secara tiba-tiba
kita semua tersentak, kaget dan terkejut. Di saat itu kita semua berdzikir, bertakbir dan
bertahlil, walau selama ini mungkin ada di antara kita yang sangat jarang melakukannya,
ternyata kita makhluk yang diciptakan sangat butuh dengan Allah yang Maha Khaliq,
seketika semua orang ingat kepada Allah, padahal selama ini ia tak pernah ingat kepada-
Nya, itulah fitrah manusia akan kebutuhannya kepada Allah yang Maha diatas segala
Maha.

Saudaraku...!!

Tak lama setelah gempa, belum lagi kita menghirup nafas lega, kita semua kembali
tersentak, ketika gelombang besar datang, air laut tumpah ke darat seperti seekor naga
yang dengan kecepatan luar biasa menerkam apa saja dan siapa saja tanpa pandang bulu.
Semua kita berlarian tak menentu arah menyelamatkan diri masing-masing, tanpa
menghiraukan harta benda, rumah dan segala yang kita miliki. Sungguh tidak ada beda
antara walikota dengan rakyat jelata, antara majikan dengan sahaya, antara orang kaya
dan orang miskin, semuanya ditelan gelombang maut itu, dan menyisakan kepedihan
yang amat mendalam. Korban bukan hanya mereka yang meninggal, yang ditinggal
masih hidup-pun sakitnya sama. Luka batin yang tak akan sembuh bertahun-tahun itu tak
bisa ditakar kadarnya dengan uang dan waktu. Penderitaan itu akan berkepanjangan
dengan sakit yang tiada berkurang. Allahu Akbar...

Saudaraku...!!

Tidak ada yang bisa selamat hari itu keculi dengan izin Allah. Ilmu pengetahuan seakan
tidak ada artinya, karena tidak mampu mendeteksi serbuan air yang tak mengenal ampun
itu, datang dalam sekejab dan pergi setelah semuanya porak-poranda. Para pejabat tidak
dapat menyelamatkan diri dengan jabatannya, penguasa tidak berkutik dengan
kekuasaannya, konglomerat juga tak sanggup membebaskan diri dari maut dengan
kekayaannya, begitupun para cendikiawan..tak bisa menghindari kematian dengan
ilmunya. Di hadapan dan kekuasaan Allah semuanya kecil, lemah tak berdaya. Allahu
Akbar.. Tsunami adalah sebuah fenomena spektakuler. Allah hanya menujukkan bagian
kecil dari kekuasaannya selama 15 menit. Namun semuanya menjadi sirna hampir tak
tersisa. Tinggallah sebuah mesjid yang masih tegak kokoh berdiri di tengah padang maut
dengan bau kematian yang tidak akan hilang dari ingatan sejarah. Puluhan tahun,
barangkali berabad-abad “cerita kekalahan manusia” masih akan terus menyisakan
trauma, khususnya bagi saudara-saudara kami yang menjadi korban langsung. Allahu
Akbar..

Saudaraku...!!

Ada begitu banyak hikmah dalam tragedi akbar kali ini yang menimpa kita Rakyat Aceh,
kita juga sadar sesadar-sadarnya..bahwa apa yang kita perbuat dalam status kita sebagai
seorang muslim masih terlalu minim, dan seberapa teguh/kuat kita telah menyesuaikan
diri dan kehidupan kita yang sejalan dengan syariat-syariat-Nya Allah juga belum
maksimal. Tragedi akbar ini adalah teguran sekaligus pesan dari Allah kepada kita semua
(rakyat Aceh) untuk kembali bermuhasabah diri, bahwa Syariat Islam bukanlah hanya
sebagai “Qanun-qanun pelengkap UU” tapi juga untuk dijalankan dan diterapkan secara
kaffah. khususnya di Bumi Nanggroe Aceh Darussalam.Semoga...

Allahumma Ya Allah..Engkau yang Maha Terpuji, segala puji hanya untuk-Mu.

Allahumma Ya Allah...Engkau yang Maha Memberi, segenap syukur kami hanya pada-
Mu

Allahumma Ya Rabbana..Ampuni dosa kami, dan juga dosa kedua orang tua kami

Allamumma Ya Rabbana ..bila tragedi gempa dan Tsunami yang Engkau timpakan pada
kami ini dari kesalahan kami, maka dengan Kemaha ampunan dan kasih sayang-Mu Ya
Allah..maafkan kami

Allahumma Ya Ilahi..sungguh berat ujian yang kami alami ini, berilah ketabahan,
kekuatan, dan kesabaran, kepada kami agar kami mampu menerimanya.

Allahmumma Ya Ilahi..sesungguhnya segala sesuatu itu datangnya dari-Mu dan akan


kembali kepada-Mu pula, berilah kami hidayah, inayah, dan taufiq-Mu Ya Allah.

SANG GURU

Tergagap aku. Itu kali pertama aku berdiri didepan makammu. Semua doanya kuhafal.
Tetap saja aku tergagap. Hanya butir-butir waktu seribu lima ratus tahun yang terangkai-
rangkai dalam untaian tali di pelataran kalbu. Sebab serumulah yang membawaku kesini.

Berdirilah, saudaraku! Beri hormat pada lelaki ini. Berdirilah! Ucapkan selawat
untuknya. Dialah tuan seluruh anak cucu Adam. Dialah pemimpin semua nabi dan rasul.
Dialah yang hadir di penghujung sejarah Parsi dan Romawi, waktu kedua imperium itu
mendekati jurang. Dialah yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

Dialah sang guru. Coba cari semua sisi kepahlawanan pada semua pahlawan yang pernah
mengisi ruang sejarah. Kumpulkan semuanya. Nanti kau temukan semua itu dalam diri
sang guru yang terbaring tenang di hadapanku ini : kebaikan yang berserakan pada
seluruh pahlawan menyatu ajek dalam dirinya sendiri.

Sendiri pada mulanya ia menyeru. Lalu ada lebih seratur ribu sahabat yang ia tinggalkan
saat wafat. Sendiri pada mulanya ia melawan. Lantas ada enam puluh delapan
pertempuran yang ia komandani. Tak punya apa-apa ia saat lahir. Lalu ada kekuasaan
yang meliputi seluruh jazirah Arab yang ia wariskan saat wafat.

Tapi apa yang lebih agung dari itu adalah seruannya : sampai juga akhirnya cahaya itu
kepada kita. Sekarang ada lebih dari satu koma tiga milyar manusia muslim yang
menyebur namanya setiap saat. Seperti kakeknya, Ibrahim, yang pernah berdoa :
hadirkanlah segenap jiwa mukmun ke rumah-Mu ini ya Allah! Seperti itu juga ia
berseru : jumlahmu yang banyak itulah kebanggaanku di hari kiamat.

Cintalah itu sebabnya. Ia mencintai semua manusia. Ia mau melakukan apapun untuk
menghadirkan damai, selamat, dan bahagia bagi manusia. Cintalah yang membuatnya
mampu menampung segala keluh dalam hatinya. Di hatinya yang lapang kau boleh
menumpahkan semua keluh dan harapanmu. Makin lama kau di sisinya, makin dalam
cintamu padanya. Waktulah yang membuka tabir keagungannya satu-satu padamu.

Mungkin bukan itu benar yang membuatnya jadi teramat agung. Ada yang lebih agung
dari sekadar itu. Dia bukan hanya hebat. Bukan hanya pahlawan. Dia juga melahirkan
banyak pahlawan. Dia tidak hanya menjadi sesuatu. Dia juga menjadikan orang lain di
sekitarnya sesuatu. Orang lain hanya jadi pahlawan. Orang-orang di sekelilingnya hanya
mencatat kepahlawanannya. Mereka tidak jadi apa-apa.

Bangkit di tengah orang-orang buta huruf, berserakan, nomaden, tidaklah mudah


meyakinkan mereka menerima cahaya yang ia bawa. Menyatukan mereka apalagi.
Menjadikan mereka pemimpin apa lagi. Tapi begitulah kejadiannya : ia merakit kembali
kepribadian mereka. Menyatukan mereka. Lalu jadilah para penggembala kambing itu
pemimpin-pemimpin dunia. Pada mulanya adalah embun. Laut kemudian akhirnya. Dari
embun ke laut : terbentang riwayat kepahlawanan yang agung. Takkan terulang, takkan
terulang....

Mendeteksi Sehatnya Qalbu (Hati)

Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam
Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab ¡Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-Syaithan.
¡¨ Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang
bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya
serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya.
Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur
adalah al-Qur¡¦an. Selain itu, qalbu yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.Mengembara ke Akhirat

Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah
sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-
putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang
mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi
shallallhu ¡¥alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)
Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus
mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan
bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya
sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.

2.Mendorong Menuju Allah subhanahu wata¡¦ala

Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali
kepada Allah subhanahu wata¡¦ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada
Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada
kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah,
kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah,
berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin,
berharap dan takut kepada Allah semata.

Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan
ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahan nya. Sehingga tatkala itulah ruh
benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang
lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan
manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata¡¦ala inilah surga dan
neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.

Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang
Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan
bersama Allah, bukan selain-Nya."

Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata¡¦alaƒnlebih dahsyat
bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah
adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

3.Tidak Bosan Berdzikir

Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir
mengingat Allah subhanahu wata¡¦ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi
kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang
menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu
wata¡¦ala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.

4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir

Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan
wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang
bakhil yang kehilangan hartanya.

5. Rindu Beribadah
Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu
wata¡¦ala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan
minuman.

6.Khusyu' dalam Shalat

Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala
keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat
dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam
shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

7.Kemauannya Hanya kepada Allah

Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai
Allah subhanahu wata¡¦ala.

8. Menjaga Waktu

Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan
percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.

9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki
amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk
meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol)
dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata¡¦ala dalam beribadah, atau selalu
merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan
nikmat dari Allah subhanahu wata¡¦ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-
hak-Nya.

Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya


qalbu seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah
(kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata¡¦ala, mencintai-Nya
dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan,
tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang
diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu
tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya.

Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata¡¦ala lebih dia sukai
daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya
berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,
¡Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-
Nya. (QS. 89:27-28)

Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya
nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan
Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan.
Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya
bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan
kedekatan kepada Rabbnya.

Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya
mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya
aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan
semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.¡¨

Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-
Mu, miskin dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya.
Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk
bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika
Engkau tidak menanggungku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar
bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan
kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan
tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu.¡¨

Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata¡¦ala, dan dia hanya
bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia
berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat
Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai,
maka dia berkata, "Telah disingkirkan keburukan dari sisiku."

Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari
penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.

Sumber: Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan,


penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.

--------------
Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini
untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita
yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin

Antara Agresif, Pasrah Dan Proaktif


Jodoh adalah rahasia Allah swt, yang kadang tak terduga datangnya. Dalam masa
'penantian' yang tak kunjung datang, seorang akhwat dapat memilih untuk bertindak yang
sesuai dengan keinginannya. Ada tiga bentuk sikap yang bisa dilakukan oleh para
muslimah dalam masa penantian ini, yakni; agresif, pasrah dan proaktif.

Karena terlalu cemas, ada sebagian yang memilih untuk bersikap agresif. Melakukan
pendekatan kepada siapapun yang dianggap potensial untuk menjadi pasangan hidup
dengan berbagai cara. Kadang tanpa perduli norma dan aturan agama. Sikap ini ini bisa
'membahayakan' bagi seorang perempuan. Karena ketergesa-gesaannya bisa berakibat
tidak baik. Misalnya saja dia tidak akan selektif dalam memilih siapa calon suaminya.
Kriteria-kriteria suami idaman pun kabur tertiup oleh desakan-desakan keluarganya.
Akibat yang paling buruk dari sikap ini adalah timbul penyesalan dikemudian hari.
Tumbuhnya kekecewaan pada pasangan karena tidak terlalu mengenal karakternya yang
berujung pada perceraian. Naudzubillah min dzalik !

Sikap kedua adalah sikap pasrah, sikap ini biasanya memiliki alasan, " ya.daripada jadi
perawan tua, lebih baik saya terima." Ada mungkin sebagian akhwat yang berfikir
demikian, atau akan berfikir demikian. Biasanya ia tidak kuat menahan desakan orang tua
atau keluarganya. Karena orang tua tidak ingin melihat anaknya menjadi perawan tua,
maka ia mencarikan jodoh buat anaknya. Seandainya orang tua memahami betul criteria-
kriteria seorang suami yang sholeh, maka hal ini tentunya baik bagi si gadis, akan tetapi
akan menjadi permasalahan yang serius ketika orang tuanya asal mencarikan laki-laki
yang menjadi calon pasangan anaknya.

Kebanyakan orang tua sekarang pertimbangannya sangat pragmatis. Dia mencari jodoh
buat anaknya dengan hanya menggunakan pertimbangan materi. Sehingga laki-laki yang
dianggap berkecukupan, memiliki pekerjaan tetap maka dia layak jadi menantunya.
Pertimbangan agama sama sekali dikesampingkan.

Dalam hal inilah sang akhwat dalam posisi dilematis. Untuk menolak jelas tidak
mungkin, karena dia tidak punya alternative. Untuk menerima terasa berat, karena laki-
laki yang dibawa orang tuanya sangat jauh dari criteria suami idamannya. Akhirnya
dengan berat hati ia menerima laki-laki itu sebagai suaminya.

Pilihan yang paling cocok saat 'penantian' bagi akhwat adalah sikap proaktif. Bersikap
proaktif bukan berarti pasrah tanpa usaha sama sekali, namun bukan pula bertindak tanpa
perhitungan dan pertimbangan. Sikap proaktif ituberarti berdoa sekaligus melakukan
upaya yang dibenarkan agama untuk merealisasikan doa tersebut.

Ada sebagian akhwat yang berpendapat, " kalau memang jodoh merupakan bagian dari
takdir Allah, mengapa kita harus mengejarnya? Bila sudah takdir pasti akan datang
sendiri?" saya kira ini lah kekeliruan logika sebagian manusia. Allah telah menetapkan
takdir bagi kita para hambaNya. Yang mengetahui takdir hanya Allah semata, kita tidak
tahu bagaimana nasib kita besok. Ketika kita tidak tahu takdir yang akan kita terima,
sedang kita diperintah untuk melakukan kebaikan maka kita sebagai mukmin harus
memilih jenis perbuatan yang baik.
Kita sebagai manusia dianugerahi akal dan pikiran. Disamping itu kita juga diberi hak
ikhtiar (berusaha). Kita juga diberi pedoman berupa Al Qur'an dan As Sunnah, sehingga
bisa membedakan kebaikan dan keburukan. Dengan begitu kita justru dituntut untuk
berusaha dan beramal. Wallahu a'lam bishshowab

You might also like