Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK:
1. RATNA KUSUMAWARDANI (4001507007)
2. MARIA ULFAH (4001507009)
3. SUWAHONO (4001507032)
4. M. MUKHLIS (4001507015)
5. FADKAN (4001507011)
Analisis HPLC memunculkan tiga definisi punak (Gambar 3). Sampel dari
masing-masing punak diuapkan hingga kering, pencegahan kembali dengan
air murni dan di assay terhadap R. Salanacearum. Fraksi nomor 2.
Diskusi
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bascillus Sp spesies, dinamai
sebagai A47, menghasilkan invitro aktif yang termostable metabolit
terhadap phytopathogen bascillus cinerea, E.carotovora dan R.
Solanaciacearum. Metabolite bisa memanas, tahan (propiase) larut dalam
methanol dan dikelompokkan sebagai antibiotik dari golongan iturin
menurut perangkat kimia dan antibiotiknya (Silva, 1992).
Pada percobaan ini benih liar A47, diakibatkan karena mutasi dengan
(acridine) orange dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas
(antagonostik) terhadap (phytopathogens). Pewarna acridine adalah
gabungan aromatik yang intercabce di dalam sepasang alas pada molekul
DNA sebagai bentuk penyisipan dan penghapusan (nucleoridic bases) atas
replikasi. (Kapuscinski dan Darzynkiewicz, 1984).
Tabel 3. Efek dari perlakuan panas yang berbeda pada aktivitas antibiotic
supernatant mentah dari benih mutan terhadap E. Carotovora.
Treatment Diameter of inhibition zone (cm)
Suhu ruangan 20 ± 2 0 C, 20 menit 3,9
Water bath 50 ± 2 0 C, 20 menit 3,9
Autoclave 121 ± 1 0 C, 1 atm,20 menit 3,8
Gambar 3 chromatogram dari metabolite antibiotik diekstrakan dengan
methanol. Kolom C-18 keseimbangan dengan methanol dan eloted 100%
methanol pada 0,7 mL / menit. Selagi fase gerak hanya puncak no. 2
mengandung kegiatan antibiotik.
Setelah mutasi benih liar A47 dengan acredine orange, lima benih mutan
diisolasi dengan meningkatnya kegiatan petophagen target. Diantara
mereka, benih M40 dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Benih ini
membentuk koloni mokous yang besar pada agar-agar CPG, cukup berbeda
dari koloni bentuk bintang dari benih liar. Perbedaan morfologi juga terlihat
di bawah mikroskop basillus lebih pendek pada benih M40 dibandingkan
pada benih liar. Benih juga berbiak secara beda pada tes biokimia. Benih
mutan M40 memberi tes phenylalanine positif, nampak kehadiran
phenylalanine dianase yang mungkin merefleksikan induksi sebagai hasil
altorasi ditingkat gen yang mengonrol transkipsi dari gen terstruktur untuk
enzim. Mungkin, gen struktur diatur secara negative pada benih liar,
menghalangi sintesis enzim. Benih mutan M40 mampu tumbuh pada citrate
sebagai sumber karbon tunggal, menampakkan kehadiran permease
kompleks bagi pengangkut citrate menuju sel (Davis dkk, 1980). Sementara
benih liar memberi tes negative bagi pemanfaatan citrate. Meskpun
demikian spectrum inhibition untuk pethopathogen target dari benih liar
tidak berubah terhadap mutasi.
Fermentasi kinetik dari benih mutan M40 menunjukkan fase pertumbuhan,
mencapai 6,1 E + 8 CFU / mm pada 114 h cultivasi. Sintesis antibiotik
mulai fase pertumbuhan dibuktikan oleh pencegahan yang dilakukan dengan
supernatant mentah dari benih mutan M40 yang di panen dari 80 – 120 jam,
tapi konsentrasi maksimal diperoleh setelah fase pertumbuhan. Sintesis
antibiotik pada peptid biasanya mulai pada akhir pertumbuhan eksponen,
mencapai konsentrasi maksimal setelah tumbuh sel berhenti (Bodanzky
Perlman, 1969). Telah disarankan bahwa banyak mikroorganisme bisa
mensistesis antibiotik pada saat fase pertumbuhan (haavik dan Thomassen,
1973, Barr, 1975, Haavik, 1976), yang mana sesuai dengan produksi kinetik
pada benih mutan M40. factor yang memicu terjadinya sistesis antibiotik
lebih dimungkinkan karena kelelahan dari nutrian yang terbatas diperlukan
untuk pertumbuhan sel. Keterbatasan ini biasanya merangsang deferensi
yang mana untuk kasus bassilus, berarti pembentukan induspora. Sporolasi
dihubungkan dengan sintesis dinding sel baru dan degradasi dinding
tersebut. Pada sel induk, dinding sel ini seperti antibiotik mengandung D
aniamino acid dan telah disarankan bahwa metabolisme diubah untuk
sintesis dinding sel dapat menyediakan bahan dasar untuk sistesis
antibiotik.
Kami menemukan sintesis antibiotik dinaikkan pada saat benih mutan M40
ditumbuhkan pada media CPM yang mengandung manintol dari pada
glukosa sebagai sunber karbon. Kesepakatan dengan Besson dkk, 1987
melaporkan mannitol, proktosa dan sukrosa sebagai sumber karbon yang
lebih baik dibandingkan glukosa untuk sintesis iturin A pada B. Subtilis.
Penekanan katabolit adalah mekanisme mengatur sel untuk
mengordinasikan metabolisme karbon dan sumber energi, untuk
memaksimalkan efisien dan memanfaatkan nutrian serta mengendalikan
proses metabolisme. Fakta yang tercatat dengan baik bahwa glukosa
mendukung represi dari enzim yang terlibat dari katabolisme karbohidrat
(metabolic) pada angka yang lebih rendah sebagai hasilnya, suatu hierarki
pemanfaatan karbon dan sumber energi dihasilkan menurut sistesis
metabolit sekunder dikarenakan represi katabolit oleh glukosa baik
langsung maupun tidak (Fischer dan Sonenshein, 1991).
Ion kalsium pada level 0,5% memiliki efek signifikan pada produksi
antibiotik oleh benih mutan M40 pada CPM. Efek yang sama diamati yang
sama juga pada lactococcus Lactis IO-1 dimana tambahan ion kalsium ke
dalam media menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam produksi
antibiotic nissin Z (Matsusaki dkk, 1996). Bagaimanapun juga efek
kebalikan diamati oleh Besson dkk pada tahun 1987, yang melaporkan
tentang penambahan kalsium klorida dalam kultur media. Bassilus subtilis
mencegah pengeluaran iturin A cara menyeluruh. Mereka menyatakan
bahwa kalsium memodifikasikan permeability membrane sel dalam bassilus
akan menghambat pengeluaran iturin A. Bagaimana setelah penulis yang
sama membuktikan bahwa kalsium dan mangan menaikkan pengendapan
iturin A dan bassilum nissin L setelah pengeluaran ke media (Besson dan
Micel, 1991). Dalam kasus kita, peningkatan konsentrasi antibiotic dimedia
dapat menjadi konskuensi meningkat di dinding sel air dari tegangan mutan
M40 yang ditingkatkan oleh kalsium, dalam kesepakatan dengan Petit
Glatron dkk, 1993, yang mempelajari kapasitas dinding sel untuk
konsentrasi kalsium dan mengajukan bahwa peningkatan konsentrasi di
lingkungan mikro dan dinding sel dapat memainkan peranan penting dalam
tahap akhir sekresi.
Biosassay berdasarkan zona pembersih dalam piring agar digunakkan untuk
menentukan aktifitas antibiotic metabolit yang dihasilkan oleh tegangan
mutan M40 terhadap petophatogen bassilus cineria, E. Carotovora dan R.
Solanacearum. Pencegahan untuk memunculkan produksi antagonis yang
kuat oleh tegangan mutan M40 sangat menarik karena antibiotic dapat
menghasilkan hambatan yang tumbuh baik di procariot dan iocariot seperti
kasus untuk sintesis iturin oleh bassilus subtilis (Maget Dana dan Peypox,
1994). Menurut hasil kami antibiotic diproduksi oleh tegangan mutan M40
yang memiliki kemungkinan aktivitas jamur dan bakteri. Untuk iturin A dan
bassilumisin L dalam sel tadi adalah di membran plasma. Kedua antibiotik
biotic menaikkan sepleoplas lisin dan dengan cepat meningkatkan
permeabilitin pada kalium, yang telah diasosiasikan dengan aktivitas
jamurnya ( Besson dkk, 1984). Kemampuan antibiotic iturin untuk
meningkatkan permeability membrane dan juga mikroorganisme tergantung
pada formasi saluran ion dalam membrane sel. Dalam konteks ini struktur
ke tiga iturin – phospoliphid – sterol disarankan menjadi struktur yang
efisien secara biologis menurut Maget Dana dan Peypoux, 1994.