You are on page 1of 18

STATUS KENEGARAAN REPUBLIK KOSOVO BERDASARKAN

HUKUM INTERNASIONAL

Oleh:
Rendy De Palma, S.H, Aldian Harikhman, S.H.

PENDAHULUAN.
Salah satu permasalahan yang menjadi penghalang evolusi sistem hukum
internasional pada abad pertengahan adalah struktur feodal Eropa Barat. Struktur
tersebut melekat pada hierarki otoritas yang menghambat munculnya negara-negara
merdeka dan juga mencegah negara-negara memperoleh karakter kesatuan serta
otoritas negara1. Pengaruh tersebut menimbulkan kekangan kekuasaan yang berujung
pada penjajahan ataupun sistem protektorat, sehingga menimbulkan efek perlawanan
untuk mewujudkan kemerdekaan dan kebebasan.
Kemerdekaan dan kebebasan bangsa atas feodalisasi bertujuan untuk
mencapai kedaulatan yang diperlukan dalam menjalankan pemerintahan suatu negara
baru. Kedaulatan didapat oleh negara melaui suatu pengakuan dari negara lain yang
berdaulat. Sehingga dengan kedaulatan, suatu negara dapat sejajar kedudukannya
dengan negara-negara lainnya dalam subjek hukum internasional. Keadaan tersebut
secara konkret juga menimbulkan atribut hak, kekuasaan, hak-hak istimewa dan
tentunya adanya kewajiban dari adanya hak yang dimilikinya2.
Biasanya suatu negara dianggap memiliki kemerdekaan dan kedaulatan
terhadap warga-warga negaranya dan urusan-urusannya serta dalam batas wilayah
wilayah teritorialnya. Kedaulatan pada saat ini mempunyai arti yang lebih sempit
dibandingkan dengan masa abad kedelapan belas dan kesembilan belas, pada masa
itu, bersamaan dengan muncul-munculnya negara-negara nasional yang berpengaruh,
hanya sedikit dikenal pembatasan-pembatasan terhadap otonomi negara. Dewasa ini
sulit bagi suatu negara berhubungan dengan kepentingan masyarakat internasional,
untuk tidak menerima pembatasan-pembatasan yang dikenakan terhadap kebebasan
bertindaknya.3
Manifestasi dari kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh
suatu negara mengandung dua sisi, yakni sisi internal dan sisi eksternal. Sisi internal
dari kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk mengatur masalah internal,
domestik atau dalam negerinya sendiri. Wujud nyata dari sisi internal kedaulatan
1 J.G. Starke (1988). Pengantar Hukum Internasional. Buku 1. Jakarta: Sinar Grafika, Hal
133
2 Ibid, Hal 10
3 Ibid, hal 132
negara misalnya terwujud pada bentuk suatu negara, bentuk dan sistem
pemerintahannya sendiri, sistem politiknya, pembentukan dan pelaksanaan hukum
nasional, yang semua itu ditentukan sendiri tanpa campur tangan dari negara-negara
lain.4
Kedaulatan negara menjadikan negara mempunyai kemampuan dan kekuasaan
dalam mengadakan hubungan internasional dengan negara atau subjek hukum
internasional lainnya. Bentuk hubungan internasional itu adalah pengiriman utusan
dalam perundingan internasional, konfrensi internasional, pembuatan dan pengikatan
diri dalam suatau perjanjian, menjadi anggota organisasi internasional dan lain-lain.5
Terdapat dua teori terbentuknya negara, yakni teori konstitutif dan teori
deklaratif6. Teori konstitutif menegaskan lahirnya suatu negara secara hukum bila
telah diakui oleh negara lain. Artinya tanpa adanya pengakuan, negara belum lahir.
Hal ini menegaskan bahwa pengakuan merupakan perbuatan hukum internasional7.
Teori deklaratif menegaskan tidak diperlukannya suatu pengakuan dari negara lain
untuk diterimanya negara sebagai subjek hukum internasional. Satu konsep yang
sama dengan yang ditegaskan dalam Pasal 3 dekalarasi Montevideo, keberadaan
politik dari suatu negara bebas dari pengakuannya oleh negara-negara lain. Konsep
tersebut juga terdapat pada pasal 9 Piagam Bogota 1948, Pasal 12 Konfrensi Buenos
Aires 1967 dan komisi arbitrasi Konfrensi Eropa untuk perdamaian Yugoslavia yang
menyatakan bahwa lahir dan berakhirnya suatu negara adalah soal fakta, pengakuan
dari negara lain hanya mempunyai dampak deklaratif semata8.
Tahun 1945 dan masa-masa itu, muncul sekitar 140 negara baru yang telah
membebaskan diri dari kekuasaan kolonial. Negara-negara yang baru lahir diterima
sebagai anggota PBB, walaupun penerimaan tersebut tidak berarti pengakuan secara
langsung dari negara anggota lainnya. Perkembangan ini menunjukkan bahwa teori
konstitutif tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Persyaratan yang diajukan
oleh PBB hanyalah negara tersebut harus Peace Loving yaitu menerima dan bersedia
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam piagam PBB.9
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kelahiran suatu negara
adalah suatu peristiwa yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan hukum
4 I Wayan Partiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional,CV Mandar Maju, Bandung. Hal
90
5 Ibid, Hal 91
6 Boer Mauna, 2005, Hukum Internaional; Pengertian, peranan dan fungsi dalam era
Dinamika Global, PT Alumni, Bandung,. Hal 63
7 Ibid
8 Ibid
9 Ibid, hal 64

2
internasional. Pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir tersebut
hanya bersifar politik, semacam pengukuhan terhadap statusnya sebagai anggota
masyarakat internasional yang baru dengan segala hak dan kewajiban yang dimiliknya
sesuai dengan hukum internasional. Hal ini menyebabkan banyak negara baru yang
lahir tidak memenuhi aturan dalam hukum internasional, sehingga menimbulkan
perdebatan terhadap sah atau tidaknya keberadaan negara tersebut ditinjau dalam
hukum internasional. Dari latar belakang tersebut maka timbul sebuah pertanyaan
bagaimana halnya dengan negara kosovo? Dalam hal ini penulis berusaha meninjau
bagaimana status kenegaraan republik Kosovo berdasarkan hukum Iinternasional.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan perpustakaan dan dari sumber lainnya.
Hal ini diharapkan untuk memperoleh hasil maksimum dan menuju kesempurnaan
maka di dalam penelitian hukum ini mencakup :
1. Bahan Hukum Primer, yang terdiri dari :
a. Piagam PBB;
b. Konvensi Montevideo 1933;
c. Konvensi Wina;
d. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Internasional.
1. Bahan hukum sekunder, yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum
primer, yaitu :
a. Berbagai bahan atau buku literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan ini;
b. Keterangan para pakar, hasil penelitian yang telah dipublikasikan, jurnal
hukum, makalah , kamus hukum dan sebagainya.
Agar memperoleh data yang akurat maka dalam penelitian ini alat penelitian yang
digunakan sebagai berikut:
1. Studi dokumen :
Alat pengumpulan data dari penelitian kepustakaan berupa studi dokumen dengan
mempelajari, menganalisa dan mengkaji literature-literatur dan bahan bacaan yang
berkaitan dengan permasalahan ini. Penelitian terhadap literatur-literatur dan
bahan bacaan maupun hasil penelitian yang telah dipublikasikan dilakukan dengan
menulusuri kepustakan di :
a. Perpustakaan Daerah Sumatra Barat;
b. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas UNAND;

3
b. Perpustakaan Fakultas Hukum UNAND;
c. Perpustakaan Nasional.
1. Internet.
Disamping itu juga untuk menambah keakuratan data, maka penulis melakukan
penelusuran data melalui multi media seperti internet.
Semua data yang penulis dapatkan kemudian dianalisa dan diolah secara
kualitatif, yaitu analisa yang tidak menggunakan angka-angka tetapi berdasarkan
peraturan perundang-undangan, pandangan para pakar, kebiasaan-kebiasaan dan
kenyataan yang terdapat dilapangan.

TINJAUAN SEJARAH KOSOVO.


Sejarah kerajaan kosovo.
Kosovo seperti negara lain pada umumnya, mempunyai sejarah bangsanya
sendiri. Pada periode neolitikum, di kosovo terdapat sebuah kebudayaan vinca-turda.
Kebudayaan tersebut pada abad ke-4 dan abad ke-3 SM termasuk ke dalam wilayah
thraco-illyran dengan suku aslinya dardandi yang tinggal di wilayah tersebut. Bangsa
Dardania sudah ada sejak 4 SM. Wilayah ini ditaklukkan oleh imperium Roma pada
abad ke-1 SM10. Masyarakat Kosovo pada era itu adalah para pekerja keras, murah
hati, dan memiliki peradaban yang sudah maju. Raja Longarus, Monunius, dan Bato
merupakan penguasa Dardania terkemuka yang kerap berperang dengan bangsa
Macedonia. Kerajaan itu pun seringkali memenangkan pertempuran. Kosovo juga
merupakan daerah kaya yang selalu menjadi incaran bangsa lalinnya11.
Migrasi bangsa Slavia (Barbar) pada abad ke-5 dan ke-8 ke daerah balkan
mencapai wilyah Kosovo. Kosovo pada saat itu dikuasai oleh Imperium Byzantium
dan merupakan daerah yang aman bagi perkembangan peradaban Illyran. Sebagai
pusat pertahanan terhadap bangsa Slavia ke Konstantinopel dalam wilayah tersebut,
sering terjadi perebutan kekuasaan oleh bangsa Serbia dan Bulgaria namun tetap
dalam kekuasaan Byzantium Pada tahun 1190. Bangsa Serbia di bawah kekuasaan
Dinasti Nemanjic menginvansi Kosovo dan menguasai wilayah itu hampir selama dua
abad12.
Kekuasaan Serbia atas Kosovo berakhir ketika pasukan tentara Kerajaan
Usmani atau Ottoman Turki melebarkan sayap kekuasaannya ke wilayah Tenggara
10 http://www.kebunhikmah.com/article.php?catid=28, diakses pada tanggal 5/12/2009 Pkl
20:39 WIB
11 ibid
12 http://agoesramdhanie.wordpress.com/, diakses pada tanggal 05/12/2009, pkl 20:50 WIB

4
Eropa pada 1389. Dalam Perang Kosovo Polje, koalisi tentara Kristen termasuk etnis
Albania, Bosnia dan Hunggaria yang dipimpin pangeran Serbia, Lazar Hrebljanovic
tidak mampu membendung gempuran Kerajaan Usmani. Mulai 1455, Dinasti Usmani
secara resmi menguasai wilayah Kosovo13. Jatuhnya Kosovo ke tangan Dinasti
Usmani, etnis Albania yang menyingkir dari tanah kelahirannya ketika Serbia
berkuasa kembali pulang ke Kosovo. Selama masa itu, kebanyakan orang Albania
masih menganut Kristen. Di bawah kekuasaan Usmani Turki, orang Albania dan
Serbia yang tinggal di Kosovo bisa hidup berdampingan. Beberapa penguasa Serbia di
Kosovo pun diberi kesempatan untuk tetap berkuasa di Kosovo namun berada di
bawah Sultan Ottoman14.
Penaklukan Ottoman terhadap Kosovo adalah pencapaian besar untuk bangsa
Turki, karena Kosovo kaya akan mineral yang akan menjadi aset bagi imperium
tersebut. Pada era ini terjadi perkembangan kebudayaan yang dipengaruhi oleh
peradaban Islam. Dua pertiga dari bangsa Albania dan sebagian bangsa Slavia
memeluk agama Islam. Era baru dibawa oleh bangsa Ottoman ke daerah ini.
Akhir abad ke-17, orang Serbia secara besar-besaran meninggalkan Kosovo,
seiring dengan kemenangan demi kemenangan yang dicapai tentara Kerajaan Usmani.
Sehingga pusat aktifitas Serbia beralih ke wilayah Utara, yakni Belgrade. Peristiwa itu
dikenal sebagai great migration. Gerakan anti-Usmani mulai mucul di Kosovo pada
1689 di bawah pimpinan uskup Katolik, P Bogdani. Ia mengumpulkan 20 ribu tentara
untuk membantu Austria menggempur Turki. Seiring dengan kekalahan yang dialami
Kerajaan Usmani dalam Perang Russo-Ottoman pada 1878, Serbia menguasai
Mitrovica dan Pristina di Kosovo.
Tahun 1912, meletus Perang Balkan I. Albania digempur oleh tentara koalisi
Montenegro, Serbia, Bulgaria dan Yunani. Etnis Albania bersekutu dengan Kerajaan
Usmani. Namun, kekuatan musuh lebih kuat, sehingga peperangan dimenangkan
pasukan koalisi Serbia. Saat itu, penduduk Kosovo yang kebanyakan etnis Albania
melarikan diri ke pegunungan. Tentara Serbia menghancurkan rumah orang-orang
Turki dan Albania. Mereka menjarah dan membunuh. Kosovo akhirnya jatuh kembali
ke tangan Serbia. Konferensi Duta Besar di London pada tahun 1912, Serbia diberi
kedaulatan oleh Inggris untuk menguasai Kosovo.
Kosovo diduduki pasukan Austria-Hungaria dan Bulgaria pada saat Perang
Dunia I. Warga Kosovo etnis Albania pun ikut mendukung pasukan itu melawan
13 ibid
14 http://www.kebunhikmah.com/article.php?catid=28, Op.cit. hal 12.

5
Serbia. Sekolah bahasa Albania dibuka untuk mengikis pengaruh Serbia. Pada 1918,
tentara Serbia balas dendam dengan membantai wanita, anak-anak, dan
menghancurkan rumah penduduk Kosovo. Setahun kemudian, perdamaian pun
tercapai dengan berdirinya negara baru bernama Yugoslavia yang terdiri dari
Slovenia, Kroasia, Serbia, Boznia-Herzegovina, Montenegro, dan Macedonia. Kala
itu, Kosovo kembali berada di bawah sayap Serbia. Saat itu, penduduk Yugoslavia
mencapai 12 juta jiwa, 400 ribu diantaranya adalah etnis Albania yang mayoritas
beragama Islam15.
Sejarah Kosovo era Bros Tito.
Hubungan kedua etnis kian memanas ketika pada 1921, warga etnis Albania di
Kosovo meminta Liga Nasional untuk bergabung dengan Albania pada 1921. Fakta
bahwa selama 1918 hingga 1921, Serbia telah membantai 12 ribu etnis Albania, 22
ribu orang dipenjara Serbia. Permintaan rakyat Kosovo untuk bergabung dengan
Albania tak digubris Liga Nasional16.
Albania dikuasai Italia pada 1939 ketika Perang Dunia II meletus. Jerman
menguasai Yugoslavia meliputi Serbia serta Macedonia. Saat itu, Kosovo dikuasai
oleh etnis Albania, namun wilayah pertambangan yang penting masih dikuasai
Jerman. Ketika itu, 100 ribu etnis Albania kembali berdatangan ke Kosovo dan
membuat etnis Serbia tersinggkir17. Pasca-Perang Dunia II, Yugoslavia menjanjikan
otonomi khusus kepada Kosovo. Namun, janji itu tak terbukti. Pada 1946, konstitusi
tak menjamin adanya otonomi khusus bagi Kosovo. Pada tahun 1967, Presiden
Yugoslavia, Josip Bros Tito, untuk pertama kalinya berkunjung ke Kosovo. Dia
mendesak pemimpin Serbia menyingkir dari Kosovo18. Kebijakan Tito
membangkitkan nasionalisme etnis Albania di Kosovo.
Sepeninggal Bros tito, Kosovo menjadi tidak menentu. Para penguasanya
adalah etnis Serbia yang mementingkan kepentingan etnisnya. Rasisme atas bangsa
Albania oleh Serbia di daerah tersebut menjadikan ketidakadilan, inilah kemudian
yang menjadi pemicu terpecahnya Yugoslavia19. Puncaknya adalah ketika Serbia
dipimpin oleh Slobodan Milosevic yang mensahkan amandemen Undang-undang
Dasar Republik Serbia. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa otonomi Kosovo
berada di bawah pengawasan Pemerintah Republik Serbia (Maret 1989) yang pada

15 http://www.kebunhikmah.com/article.php?catid=28, Op.cit. hal 12.


16 Ibid
17 Ibid
18 http://agoesramdhanie.wordpress.com/, Op.cit.
19 Ibid.

6
awalnya Serbia tidak mempunyai wewenang terhadap propinsi otonominya20. Etnis
Albania di Kosovo tidak setuju terhadap hal tersebut dan menyatakan perang untuk
kemerdekaan atas Kosovo. Pada tahun 1991 warga keturunan Albania, melalui
referendum yang dianggap ilegal, menyatakan pemisahan diri baik dari Federasi
Yugoslavia maupun Republik Serbia, yang kemudian menyulut perang berlarut-
larut21.
KLA (Kosovo Liberation Army) dibentuk oleh Serbia dibawah pimpinan
Slobodan Milosevic unutk mengadakan pembersihan etnis Albania dan para
gerilyawan. Kejadian tersebut mendapat repon negatif dari NATO dan Amerika
Serikat yang berujung pada invansi NATO dan Amerika Serikat ke Serbia dengan
tujuan membebaskan dan menyelamatkan etnis Albania dan Kosovo dari tentara
Serbia. Kemudian untuk meredam situasi di kawasan Yogoslavia, PBB mengerahkan
perdamainanya ke daerah tersebut.
Sejarah Kemerdekaan Kosovo.
Permasalahan yang terjadi di Kosovo kemudian diselesaikan dengan berbagai
cara damai, bukan dengan perang. Pada tahun 2006 lewat negosiasi dibawah
pimpinan Utusan Khusus Sekjen PBB Martti Ahtisaari, mantan fasilitator
perundingan Helsinki mengenai Aceh ditemui ketidaksepahaman. Negosiasi tersebut
dilakukan kedua pihak, Serbia dan Kosovo. Mereka bersikukuh pada posisinya, yaitu
Serbia hanya menerima jika Kosovo diberikan Otonomi luas atas daerahnya.
Sedangkan Kosovo sendiri hanya bias menerima kemerdekaan sebagai jalannya.
Tanggal 26 Maret 2007, kepada Dewan Keamanan PBB, Athisaari melaporkan,
perundingan mengalami kemacetan. Namun ia menyampaikan draft penyelesaian
kasus Kosovo yang isinya menguslkan agar Kosovo diberi kemerdekaan dibawah
supervisi sementara Uni Eropa dengan angkatan perang NATO (North Atlantic Treaty
Organization) dan Polisi Eropa. Usulan ini ditolak Rusia dan China. Oleh karena itu
Dewan Keamanan tidak dapat menyetujui usulan Athisaari.
Upaya selanjutnya adalah perundingan langsung antara Serbia dan Kosovo
diupayakan dalam waktu 120 hari yang difasilitasi Troika Contact Group (Amerika
Serikat, Rusia, dan Uni Eropa). Hasil perundingan dilaporkan Sekjen ke Dewan
Keamanan pada 19 Desember 2007. AS dan negara-negara Uni Eropa menyatakan,
perundingan telah gagal dan mendesak agar status akhir Kosovo segera diputuskan.

20 Ibid.
21 RB Suryama M sastra (artikel). Bahan kajian awal; Menimbang Solusi Permasalahan
Kosovo, http//suryama.multiply.com/item/123/. Diakses tanggal 26/11/2009, 13:00 WIB.

7
Sedangkan Rusia, China, Ghana, Kongo, Panama, dan Afrika Selatan menyarankan
agar perundingan diteruskan. Namun Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara
Barat lain menolak.
Perkembangan ini berujung pada deklarasi kemedekaan Kosovo yang didukung
Amerika Serikat dan beberapa Negara Uni Eropa, tetapi ditolak antara lain oleh Rusia,
China, beberapa Negara Uni Eropa dan Vietnam,. Sedangkan negara anggota Dewan
Keamanan lainnnya termasuk Negara nonblok belum menegaskan posisinya,
termasuk Indonesia22.

TUNJAUAN NEGARA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL.


Negara.
Negara merupakan subjek penting dalam Hukum Internasional, karena dalam
pengertian Hukum Internasional memberikan pengaturan umum terhadap hubungan
antara negara-negara dan subjek hukum lain dalam masyarakat internasional. Menurut
para ahli, Negara dapat diartikan sebagai : 23
1. Negara sebagai suatu lembaga atau instansi (J.L. Brierly)24;
2. Negara sebagai suatu masyarakat politik yang diorganisasikan secara tetap
diduduki oleh suatu daerah tertentu, hidup dalam batas-batas daerah tersebut,
bebas dari pengawasan negara lain, sehingga dapat bertindak sebagai badan yang
merdeka di muka bumi (Fenwick);
3. Sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap,
diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum yang melalui pemerintahannya mampu
menjalankan kedaulatannya yang merdeka, mengawasi masyarakat dan harta
bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu menyatakan perang dan damai,
serta mampu megadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional
lainnya (Henry C).
Pengertian Negara dapat dilihat dari unsur-unsur Negara, yang terdapat dalam
Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, yaitu :
The State as a persona of internasional law should posses the following
qualification :
a) a permanent population;
b) a defined territory;
22 Nugroho Wisnumurti (artikel). Kosovo Merdeka, Hak atau Separatisme? Kompas. Rubrik
opini. 20/02/2008.
23 Huala Adolf. Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional. Rajawali Pers. Jakarta,
hal. 1.
24 Ibid; J.L. Brierly, The Law of Nation, Oxford: Clanderendon Press, edisi ke 5, 1945, hal.
118.

8
c) a government; and
d) a capacitiy to enter to relation with other state25.

Macam-Macam Bentuk Negara.


1. Negara Kesatuan (Unitary State).
Negara kesatuan dapat disebut dengan negara unitaris. Negara ini dari susunannya
bersifat tunggal, yang berarti tidak terdiri dari beberapa Negara dan hanya terdiri
dari satu Negara26. Negara kesatuan merupakan bentuk Negara yang sering
dipakai di dunia. Bentuk Negara ini banyak dipakai oleh Negara-negara. Contoh
dari Negara yang memakai bentuk Negara Kesatuan adalah Indonesia, Perancis,
Myanmar, Srilangka, dan Singapura.
2. Negara Federal (Federasi).
Negara ini adalah Negara yang tersusun jamak. Maksudnya Negara ini tersusun
dari beberapa Negara yang semula telah berdiri sendiri sebagai Negara yang
merdeka dan berdaulat, mempunyai Undang-undang Dasar sendiri serta
pemerintahan sendiri, kemudian karena adanya kepentingan, Negara-negara saling
menggabungkan diri dan disebut dengan Negara bagian. Negara bagian ini
mempunyai kewenangan untuk mengurus kewenangan yang berwenang untuk
diautr sendiri, disamping urusan-urusan pemerintahan yang akan diatur dan diurus
bersama-sama oleh ikatan kerjanya27. Pembagian kewenangan dan penggabungan
Negara bagian diatur oleh suatu undang undang Dasar Negara Federasi28.
3. Dependent States.
Dependent States merupakan negara-negara yang bergantung kepada Negara-
negara lain, baik karena adanya pengawasan, adanya perjanjian, adanya
persetujuan untuk menyerahkan hubungan luar negeri kepada negara lain, atau
adanya pendudukan karena adanya perang29. Dependent States dapat dibagi
menurut bentuknya menjadi:
a. Negara Protektorat (Negara Vasal).
Negara protektorat adalah Negara yang kekuasaan luar negerinya sepenuhnya
berada dibawah Negara lain. Penyerahan Protektorat tidak selalu dilakukan
secara bilateral, tapi juga dapat dilakukan secra Internasional. Sebagai contoh

25 Negara sebagai suatu Subjek Hukum Internasional harus mempunyai kualifikasi : Adanya
rakyat, Mempunyai kawasan yang jelas, Mempunyai pemerintahan, Mempunyai kapasitas untuk
mengadakan hubungan Internasional dengan Negara lain.
26 Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta, 2000, hal. 224
27 Ibid, hal 226.
28 Boer Mauna, Op.cit hal 27.
29 Huala Adolf, Op.cit hal. 14.

9
TheIonian Island, adalah bekas jajahan Inggris yang dibentuk berdasarkan
Perjanjian Internasional antara Inggris, Uni Soviet, Austria, dan Prusia.30
b. Wilayah Tust/Mandat (wilayah Perwalian).
Wilayah Mandat merupakan wilayah yang tidak mandiri, yaitu wilayah yang
tidak mampu mengdakan hubungan dengan pihak asing tanpa adanya
dukungan dari negara yang mendukungnya (mandatory States).31
1. Negara Persemakmuran.
Bentuk negara yang tergolong kepada persemakmuran dilatar belakangi oleh
adanya proses dekolonisasi yang terjadi di Negara tersebut. Proses dekolonisasi
ini dapat terjadi atas dua kemungkinan. Pertama, negara tersebut merdeka penuh,
berdaulat, dan terpisah dari negara yang mendudukinya. Kedua, negara ini
terpaksa tergantung kepada negara yang mendudukinya karena negara tersebut
kecil atau terbelakang, sehingga kemedekaan bukan jalan yang terbaik.32
2. Negara Netral.
Negara netral adalah negara yang membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri
dalam berbagai sengketa yang terjadi dalam masyarakat internasional33. Negara
netral memelihara perdamaian dengan cara:
a. melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan
dengannya.
b. Melindungi dan menjaga kemerdekaan negara netral ini diantara negara-
negara kuat.
Menurut D.P. O’connell, kewajiban negara netral ini adalah:
a. Negara netral harus terlepas dari tindakan-tindakan ofensif dan dari aliansi-
aliansi ofensif dan defensif, kecuali terhadap adanya agresi dari pihak lain.
b. Negara netral harus bertindak tidak memihak terhadap negara-negara besar
dalam tindakan politiknya.
Menurut J.G. Starke, kewajiban negara-negara netral ini adalah:
a. Tidak terlibat dalam pertikaian kecuali untuk membela diri;
b. Tidak membuat perjanjian yang dapat menimbulkan pertikaian, atau
penyelisihan basis militer atau pemanfaatan wliayahnya untuk tujuan militer,
misalnya perjanjian aliasi atau protektorat, namun tidak berlaku dalam
perjanjian non-politis, seperti konvensi-konvensi pos dan tarif;
30 Ibid, Hal 14
31 Ibid, Hal 15
32 Ibid, Hal 16
33 Boer mauna, Op.cit, hal 29.

10
c. Mempertahankan diri dari serangan;
d. Mentaati ketentuan neralitas selama terjadinya perang;
e. Tidak membiarkan campur tangan pihak asing dalam urusan dalam
negerinya.34
Contoh Negara netral adalah Swiss dan Austria. Pada abad 20, sejarah juga
mengenal Negara netral lainnya yang netralitasnya ditentukan oleh instrument
Yuridik Internasional seperti Belgia, Luxemburg, dan Laos, tetapi tidak bertahan
lama akibat berbagai perkembangan.35

STATUS KENEGARAAN REPUBLIK KOSOVO BERDASARKAN HUKUM


INTERNASIONAL.
Status kenegaraan yang dimaksud adalah kemampuan suatu negara untuk
diterima menjadi subjek hukum internasional. Kosovo untuk menjadi negara yang
diterima sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Status kenegaraan Kosovo berdasarkan hukum internasional dapat diketahui dengan
memperhatikan syarat-syarat tebentuknya Negara yang di atur dalam Konvensi
Montevideo. Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, yaitu :
The State as a person of internasional law should posses the following
qualification :
a) a permanent population;
b) a defined territory;
c) a government; and
d) a capacitiy to enter to relation with other state36.

Syarat tersebut merupakan unsur konstitutif yang harus dipenuhi suatu negara
untuk dapat menjadi subjek hukum Internasional. Negara yang tidak dapat memenuhi
keempat syarat diatas tidak dapat diakui statusnya dalam hukum internasional.
Kosovo sebagai sebuah Negara yang baru berdiri pada dasarnya telah memenuhi ke
empat syarat kontitutif tersebut. Syarat Konstitutif tersebut adalah :
1. Penduduk yang tetap (a permanent population).
Penduduk adalah unsur pertama yang harus dipenuhi suatu negara untuk
menjadi subjek hukum internasional. Tanpa adanya penduduk yang tetap, tidak
mungkin suatu negara dapat berdiri. Kepentingan dari penduduk untuk terciptanya

34 Huala adolf, Op.cit, hal 28


35 Boer Mauna, Op.cit, hal 33.
36 Negara sebagai suatu Subjek Hukum Internasional harus mempunyai kualifikasi : Adanya
rakyat, Mempunyai kawasan yang jelas, Mempunyai pemerintahan, Mempunyai kapasitas untuk
mengadakan hubungan Internasional dengan Negara lain.

11
negara menjadikan kumpulan penduduk mendirikan suatu negara. Penduduk atau
rakyat adalah sekelompok orang atau individu yang secara permanen atau
bermukim dalam suatu wilayah yang batasan-batasannya sudah pasti. Kumpulan
individu-individu yang terdiri dari dua kelamin tanpa memandang suku, bahasa,
agama dan kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat dan yang terikat
dalam suatu negara melalui hubungan politik dan yuridik yang diwujudkan dalam
bentuk kewarganegaraan37.
Unsur penduduk ini harus memenuhi unsur kediaman secara tetap dan
terorganisir. Penduduk yang tidak mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu
berkelana, tidak dapat dinamakan penduduk sebagai unsur konstitutif negara
sebagai subjek hukum internasional. Tanpa terorganisirnya suatu penduduk, maka
tidak tercapainya cita-cita suatu negara walaupun ada pemerintahan yang baik38.
Orang di suatu negara akan terikat dengan negara tersebut dengan status
kewarganegaraannya yang ditetapkan melalui hukum nasional. Penetapan
kewarganegaan secara nasional secara umum dengan cara sebagai berikut:39
a. Ius Sanguinis.
Penetapan kewarganegaraan secara Ius Sanguinis ditetapkan melaui
keturunann seseorang. Keturunan yang dimaksud adalah mengikuti
kewarganegaraan dari orang tua seseorang dalam suatu negara.
b. Ius Soli.
Ius Soli merupakan cara penetapan menurut kelahirannya. Kelahiran seseorang
di suatu negara yang menetapakan Ius Soli dapat menjadikan seseorang
menjadi warga negara tersebut.
c. Naturalisasi.
Negara dapat memberikan kemungkinan bagi negara asing untuk memperoleh
kewarganegaraan setempat. Syarat untuk pemberian naturalisasi ditentukan
oleh hukum negara. Contoh dari syarat umum pemberian naturalisasi kepada
warga negara asing adalah melalui perkawinan atau telah lama tinggal di
negara itu selama waktu tertentu.
Penduduk Kosovo berjumlah 1,9 juta jiwa. Warga negaranya adalah etnis
Albania (92%), etnis Serbia (5%) dan etnis lainnya (3%). Etnis Albania adalah
etnis asli di kosovo40. Etnis serbia berasal dari keturunan asli serbia dan tinggal di
37 I Wayan Patrianan, Op.cit, hal 94.
38 Huala Adolf, Op.cit, hal 40.
39 Boer Mauna, Op.cit, Hal 18.
40 http://www.ks-gov.net/ESK/esk/english/english.htm.

12
satu wilayah di Kosovo. Etnis lainnnya merupakan etnis campuran yang berasal
dari daerah sekitar kosovo41. Mayoritas Albania merupakan etnis paling banyak
yang terdapat di sebagian besar wilayah Kosovo. Hal ini menjadikan Kosovo
sebagai Negara mayoritas etnis Albania. Minoritas etnis Serbia dan etnis lain yang
hidup dalam satu wilayah yang terletak di suatu wilayah si Kosovo42.
Warga negara bisa menentukan akan menjadi warga negara dari negara
suatu negara yang mengalami suksesi. Hak tersebut dikenal dengan hak untuk
menentukan nasib sendiri.43 Penentuan nasib sendiri juga merupakan tujuan dari
PBB yang disebutkan dalam piagam PBB44.
Hukum internasional tidak membatasi pembentukan negara untuk
berpenduduk berdasarkan suatu standar yang ditentukan, atau juga dengan jumlah
suku bangsa yang ada. Negara Pulau Pasifik berjumlah 20.000 orang,
Liechstenstein berjumlah 33.000 orang dan Brunei Darussalam berjumlah 344.000
orang. Negara ini merupakan subjek hukum internasional dengan hak dan
kewajiban yang sama dengan negara jumlah penduduk yang berjumlah lebih
banyak seperti Cina dan India45.
Penduduk Kosovo mempunyai hak dan kewajiban yang harus mereka
penuhi sebagai warga negara di suatu negara baru. Hal ini memberikan dampak
perubahan terhadap hak dan kewajiban seorang warga negara terhadap negara
baru yang mejadi tempat tinggalnya sekarang. Unsur penduduk yang tetap yang
ditentukan oleh konvensi Montevideo sebagai salah satu syarat berdirinya negara
telah dipenuhi oleh Kosovo. Dengan adanya penduduk ini, maka Kosovo dapat
menjadi sebuah Negara yang berdaulat dan dapat melaksanakan kekuasaan
kenegaraannya. Jumlah penduduk dan ragam budaya atau etnis yang ada di
Kosovo tidak menghalangi berdirinya suatu negara.
1. Wilayah (defenitive territory).
Wilayah adalah ruang sebagai tempat bagi penduduk suatu negara untuk
dapat mejalankan aktifitasnya46. Wilayah dari suatu negara ini harus jelas batas-
batasnya. Pembatasan wilayah ini biasanya lebih jelas pada wilyah daratan.
41 Ibid.
42 Ibid.
43 Timor-timur merupakan salah satu negara yang merdeka dengan hak penentuan nasib
sendiri. Timor-timur merdeka dari Indonesia melalui referendum yang dilakukan dengan pemungutan
suara oleh masyarakat Timor-timur pada tahun 1999. Hasilnya adalah Kemenangan dari kubu pro
kemerdekaan. Pemerintah Indonesia menerima keputusan itu, sehingga Timur-timur berpisah dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
44 Pasal 1 ayat 2 Piagam PBB 1945.
45 Boer mauna, Op.cit, hal. 19.
46 I. Wayan Patriana, Op.cit, hal 146.

13
Mengingat hakekat manusia merupakan manusia yang hidup di darat. Wilayah
juga meliputi batasan pada daerah perairan. Kosovo terdiri dari daratan yang
berada di tengah wilayah Balkan, dengan luas sebesar 10,887 km2 dan
wilayahnya terdiri dari daerah perbukitan dan pegunungan47. Negara ini tidak
mempunyai wilayah perairan sehingga penduduknya memakai daratannya untuk
bercocok tanam dan melakukan pertambangan.48
Wilayah Kosovo terbilang kecil dibandingkan dengan wilayah negara-
negara lain yang ada di sekitarnya49, tetapi kekayaan dari hasil Sumber Daya
Alamnya dapat memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kosovo sejak lama sudah
menjadi sasaran bangsa lain untuk dapat dikuasai. Beberapa negara selalu
mencoba mendekati bangsa ini untuk dapat bekerjasama atau untuk dapat
menguasainya. Sejarah Kosovo menjelaskan banyak tentang hal tersebut. Wilayah
Kosovo meliputi bekas provinsi Kosovo atas Serbia. Kosovo mempunyai wilayah
atas kemerdekaan yang dideklrasikannya Hal ini adalah salah satu permasalahan
deklarasi Kosovo yang sampai sekarang belum terselesaikan. Kedaulatan wilayah
suatu negara akan terabaikan oleh kemerdekaan negara baru yang dilakukan dari
bagian negara tersebut.
Ketentuan yang ada membenarkan bahwa wilayah merupakan suatu syarat
berdirinya suatu negara. Batas-batas wilayah diperlukan untuk penegakan hukum
yang akan diberlakukan disuatu negara. Praktek di lapangan menyatakan
sebaliknya. Contohnya negara Israel yang belum mempunyai batas yang jelas
dengan Palestina.50 Israel yang terus memperluas batas-batas negaranya dan
menekan Palestina di Jalur Gaza.
Prinsip bahwa suatu negara dapat diakui sebagai negara, terbatas pada
cukup konsistennya (suffcient consistency) negara tersebut, walaupun negara
tersebut mempunyai wilayah yang sangat luas atau wilayah yang kecil. Prinsip ini
didapat dari keputusan pengadilan arbitasi dalam kasus Deutsche Continental Gas
Gesselschaft v. Polish State (1929-30) yang menyatakan sebagai berikut:51
“In order to say that a State exists and can be recognised as such…it is
enough that…(its) teritory has a sufficient consistency, even thought its
boundaries have not yet been accurately delimited”.
47 http://en.wikipedia.org/geo/.
48 Ibid.
49 Kosovo 10,887 Km2, Albania 28,748 Km2, Macedonia 25,333 km2, Montenegro 88.361
km , sumber : en.wikipedia.org./wiki.
2

50 Huala Adolf, Op.cit, Hal 4


51 D.J. Harris, 1998, Casses and Materials on Internatioanal Law, London: Sweet and
Maxmel, , Hal. 103.

14
Negara dengan keadaan tertentu tetap diakui sebagai subyek hukum
internasional walaupun negara tersebut tidak memiliki wilayah yang tetap atau
“tidak” mempunyai wilayah tertentu52. Kosovo mempunyai wilayah yang dulunya
adalah sebuah provinsi di negara Serbia. Provinsi di suatu negara tentunya sudah
jelas batas-batasannya dengan provinsi lain. Permasalahannya adalah ketika
Kosovo melakukan dekarasi kemerdekaan, Serbia telah kehilangan kedaulatan
atas sebagian wilayahnya sebagai suatu negara. Serbia merasa kedaulatannya
terabaikan oleh deklarasi kemerdekaan itu.
Kosovo telah memenuhi syarat adanya wilayah yang ditetapkan dalam
Konvensi Montevideo 1933. Syarat ini juga mempengaruhi keberadaan Kosovo
yang mempunyai batas yang jelas dengan negara lain. Kepastian wilayah akan
menentukan yurisdiksi atas suatu negara, sehingga Kosovo dapat memberlakukan
yurisdiksi berdasakan wilyah yang telah ditentukan. Kepastian wilayah yang jelas
juga akan mempengaruhi eksistensi Kosovo, sehingga nantinya menjadi bahan
pertimbangan bagi negara lain untuk memberikan pengakuan terhadap suatu
negara yang baru lahir.
3. Pemerintahan.
Pemerintahan adalah seseorang atau beberapa orang yang mewakili rakyat
dengan memerintah menurut hukum yang berlaku.53 Rakyat atau penduduk yang
mendiami atau bermukim di suatu wilayah mengorganisasikan diri dengan
memilih kelompok kecil yang memimpin dan memerintah. Kelompok kecil yang
disebut dengan pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur, mengelola,
dan bertindak baik ke dalam maupun ke luar.54 Hukum internasional menghendaki
adanya pemerintahan efektif atas seluruh penduduk dan wilyahnya. Efektif yang
dimaksud adalah efektif dalam artian pemerintah tersebut mempunyai kekuasaan
yang riil untuk melaksanakan semua fungsi kenegaraan termasuk pemeliharaan
ketertiban dalam negeri dan pelaksanaan komitmen di luar negeri55.
Permasalahan yang terjadi di Kosovo yang merupakan salah satu provinsi
Republik Serbia menjadi rumit. Dimulai saat warga keturunan Albania
menyatakan pemisahan diri baik dari Federasi Yugoslavia maupun Republik
Serbia56. Hal ini menimbulkan perang berkepanjangan antara nasionalis Kosovo
52 Huala adolf, Op.cit, hal. 2
53 Ibid
54 I Wayan Patriana, Op.cit, hal 97
55 Boer Mauna, Op.cit, hal 22
56 Michael Emerson (jurnal), Kosovo Merits, Center for European policy studies journal,
October 2007 no.143 edition, hal 1

15
dengan tentara Pemerintah Yugoslavia yang didominasi Serbia. Kosovo tetap
dikuasai Serbia sampai masuknya NATO atas mandat PBB dalam resolusi Dewan
Keamanan PBB (1199) pada Januari 1999, untuk menghentikan meluasnya proses
ethnic cleansing yang gagal dicegah oleh Pemerintah Serbia di bawah Slobodan
Milosevic. Sepuluh minggu kemudian, intervensi militer NATO memaksa Serbia
mundur dari Kosovo57 dan UN Mission in Kosovo (UNMIK) yang kemudian
menjalankan kekuasaan administrasi dengan jaminan keamanan NATO melalui
Commanded Kosovo Force (K-FOR) bersadarkan Resolusi Dewan Kemanan PBB
(1244), kecuali di wilayah berpopulasi etnis Serbia di utara Kosovo58.
Resolusi No.1244 tahun 1999 menempatkan Kosovo di bawah transisi
administrasi PBB sampai ada penyelesaian permasalahan dengan Serbia. United
Nation Interm Administration Mission in Kosovo (UNMIK) adalah badan khusus
yang dibentuk untuk menata ulang institusi pemerintahan yang ada di Kosovo59.
Tahun 2001, UNMIK telah membuat kerangka konstitusional dan mendirikan
lembaga pemerintahan sementara Provisional Institutions of Self-Government
(PISG). PISG dibentuk dan dibina oleh UNMIK untuk membentuk pemerintahan
sementara. Inilah awal berdirinya pemerintahan Kosovo yang kemudian menjadi
pemerintahan awal di Kosovo. Kosovo menganut sistem parlementer dengan
kepala negara dipimpin oleh presiden Fatmir Sejdiu dan kepala pemerintahan
dipimpin oleh Perdana Mentri Hashim Thaci60.
Tidak Sebagaimana negara yang baru merdeka, Kosovo mempunyai
sturktur pemerintahan yang stabil dan efektif, sehingga menjadikan pemerintahan
Kosovo yang baru merdeka dapat berjalan baik secara cepat setelah pergantian
kekuasaan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan PBB dalam penanganan konflik
yang terjadi.
4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Unsur terakhir ini menjadi unsur penting yang tidak dapat dilihat secara
nyata, tetapi dapat dirasakan dengan pola-pola hubungan yang terjadi. Pentingnya
unsur ini adalah untuk dapat diterimanya suatu negara, maka negara tersebut harus
dapat mengadakan hubungan luar negeri dengan negara lain. Penerimaan suatu
negara oleh negara lain dalam mengadakan hubungan dengan negara lain dapat

57 The Jakarta Post, “NATO Presses for Halt in Rebel Attacks on Belgrade Forces in Serbia”,
The Jakarta Post, 22 Maret 2006.
58 Ibid
59 Ibid
60 Ibid

16
dilihat dari adanya penerimaan atas pengakuan dan eksistensi suatu negara yang
baru lahir di tengah masayarakat internasional. Semakin banyak negara yang
mengadakan hubungan dengan negara yang baru lahir, maka eksistensi suatu
negara tidak diragukan lagi. Penerimaan oleh berbagai negara tersebut
mengandung nilai hukum bahwa secara de facto dan de jure telah eksisnya suatu
negara dan sah berdirinya suatu negara61.
Penerimaan negara tersebut biasanya dilakukan secara politik-praktis yang
bersifat subjektif62. Pola hubungan yang terjadi dalam kemampuan mengadakan
hubungan dengan negara lain adalah dua negara yang mengakui dan diakui.
Semakin banyak negara satu mengadakan hubungan dengan negara lain, maka
negara tersebut dapat lebih kokoh kedudukannya sebagai Negara. Hal tersebut
dapat menjadikan suatu negara dapat diterima oleh masyarakat internasional.
Kemampuan Kosovo dalam mengadakan hubungan dengan negara lain dapat
dilihat dari pengakuan oleh berbagai negara, antara lain Amerika Serikat dan
beberapa negara Uni Eropa63. Pengakuan negara-negara ini menjadi modal awal
yang menunjukkan eksistensi Kosovo dalam masyarakat Internasional. Kosovo
telah melakukan hubungan internasional dengan pengakuan yang didapatkan dari
negara lain. pengakuan dari negara lain secara langsung juga merupakan bentuk
peluang yang diberikan oleh negara lain tersebut untuk melakukan kerjasama
internasional dengan Kosovo.
Unsur terkahir yang diberikan oleh konvensi telah didapatkan oleh Kosovo
yakni kemampuan mempertahankan eksistensinya dengan pengakuan
yangdiapatkan dari negara lain. Kemampuannya untuk mengadakan hubungan
dengan negara lain membuat Kosovo memenuhi keempat syarat dari Konvensi.

KESIMPULAN.
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas kesimpulan yang di peroleh
adalah; Status kenegaraan yang dimiliki kosovo berdasarkan hukum internasional
telah diperoleh dan telah memenuhi syarat berdirinya suatu negara berdasarkan
Konvensi Montevideo 1933. Adanya rakyat, wilayah, pemerintahan dan mempnyai
kapasitas untuk dapat berhubungan dengan negara lain. Mengenai kedaulatan yang
merupakan syarat diluar Konvensi dan pengakuan dari pihak lain juga telah dipenuhi
61 I wayan Patriana, Op.cit, hal 100.
62 Ibid.
63 Taufik Wisastra (artikel), “Aneh RI belum akui kemerdekaan Kosovo”, Rabu, 17/12/2009
10:31 WIB, Bisnis Indonesia Online.com, Rabu, 20/02/2008

17
dari pengakuan kemerdekaan oleh negara lain. Kosovo telah mempunyai kredibilatas
dengan semakin bertambahnya negara-negara yang memberikan pengakuan terhadap
Kosovo.
DAFTAR PUSTAKA.

Boer Mauna, 2005, Hukum Internaional; Pengertian, peranan dan fungsi dalam era
Dinamika Global, PT Alumni, Bandung.

D.J. Harris, 1998, Casses and Materials on Internatioanal Law, London: Sweet and
Maxmel.\

http://agoesramdhanie.wordpress.com

http://en.wikipedia.org

http://www.kebunhikmah.com

http://www.kebunhikmah.com

http://www.ks-gov.net.

Huala Adolf. Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional. Rajawali Pers.


Jakarta.

I Wayan Partiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional,CV Mandar Maju, Bandung.

J.G. Starke (1988). Pengantar Hukum Internasional. Buku 1. Jakarta: Sinar Grafika.

J.L. Brierly, The Law of Nation, Oxford: Clanderendon Press, edisi ke 5, 1945.

Michael Emerson (jurnal), Kosovo Merits, Center for European policy studies journal,
October 2007 no.143 edition, hal 1

Nugroho Wisnumurti (artikel). Kosovo Merdeka, Hak atau Separatisme? Kompas.


Rubrik opini

Piagam PBB 1945.

Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta, 2000.

Suryama M sastra (artikel). Bahan kajian awal; Menimbang Solusi Permasalahan


Kosovo, http//suryama.multiply.com.

Taufik Wisastra (artikel), “Aneh RI belum akui kemerdekaan Kosovo”, Rabu,


17/12/2009 10:31 WIB, Bisnis Indonesia Online.com, Rabu, 20/02/2008

The Jakarta Post, “NATO Presses for Halt in Rebel Attacks on Belgrade Forces in
Serbia”, The Jakarta Post.

18

You might also like